makalah metpen jadi

Upload: ari-soraya-nurilah

Post on 15-Jul-2015

107 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN (Masalah dan Tujuan Penelitian)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Fisika

Oleh : Syitaul Umaha Ari Soraya Nurilah Rica Ayu Bairusi 090210102003 090210102014 090210102081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian (riset) dewasa ini berarti pencarian teori, pengujian teori atau pemecahan masalah. Ini berarti bahwa masalah itu telah ada dan telah diketahui bahwa pemecahan asalah tersebut sangat diperlukan. Masalah itu bukanlah satu yang biasa dalam arti bahwa pemecahannya bisa di dapatkan langsung. Jika kita baru saja tiba di Metro Manila dan mencari suatu alamat tertentu, kita masih memerlukan pencarian, tetapi ini bukanlah pencarian yang sangat ilmiah dan sistematis. Seseorang yang ingin mengetahui jumah penduduk kota Metro Manila yang dirinci menurut tigkat umur dan jenis kelamin tidaklah memerlukan pencarian yang rumit. Ia cukup mengambil data dari kantor Kota Manila atai Biro Sensus dan Statistik atau dari kantor Komisi Metro Manila. Pengalaman, kewenangan, penalaran induktif dan penalaran deduktif juga dapat memecahkan masalh tetapi prosedurnya tidak ilmiah dalam arti ilmiah yang sebenarnya. Riset atau penelitian sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu usaha dan cara atau studi untuk mengamato, menyelidiki, menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Albert Einsten awalnya menemukan Teori Relativitas, kemudian

mengembangkannya menjadi tenaga nuklir, lalu menyelidiki kegunaannya untuk bidang kesehatan dan menguji kebenarannya secara medis untuk keperkuan terapi radiologis. Tahapan-tahapan itu dikenal sebagai metodologi penelitian.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses menemukan masalah? 2. Bagaimana cara merumuskan masalah penelitian? 3. Bagaimana cara merumuskan tujuan penelitian?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui proses menemukan masalah. 2. Mengetahui cara merumuskan masalah penelitian. 3. Mengetahui cara merumuskan tujuan penelitian.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Proses Menemukan Masalah Menurut Abraham. L, masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, cara perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Memilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting dalam melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Bagi orang yang belum berpengalaman meneliti, menentukan atau memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah, bahkan boleh dikatakan sulit. Dari mana masalah diperoleh?Yang jelas masalah mesti merupakan bagian dari kebutuhan seseorang untuk dipecahkan. Orang ingin mengadakan penelitian, karena ia mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut datang dari berbagai arah. Masalah dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai masalah yang aneh atau didorong oleh keinginan meningkatkan hasil kerja apa saja. Masalah juga dapat diperoleh dari membaca buku. Dapat juga masalah diberi oleh orang lain. Akan tetapi yang paling baik apabila datang dari dirinya sendiri karena didorong oleh kebutuhan memperoleh jawaban. Dengan demikian penelitian akan berjalan sebaik-baiknya karena peneliti menghayati dan mendalami masalahnya.

Gambar : Beberapa cara penemuan permasalahan (Sumber: Buckley dkk.(1976: 5) Bukley dkk., (1976:16-27) menjelaskan cara-cara penemuan permasalahan baik formal maupun informal sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan, kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi terhadap permasalahan tersebut sebelum dilakukan perumusan permasalahan. Cara-cara Formal Penemuan Permasalahan Cara-cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini: 1) Rekomendasi suatu riset. Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan. 2) Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara mengambil pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada proses perancangan arsitektural (seperti diketahui perencanaan perusahaan danperencanaan arsitektural mempunyai kesamaan dalam hal sifat pembuatan keputusannya yang Judgmental). 3) Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan ada korelasi yang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dapat direnovasi menjadi permasalahan seberapa korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda. Dalam contoh di atas, kondisi yang umum diganti dengan kondisi tingkat pendidikan yang berbeda. 4) Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.

5) Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi. 6) Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks. 7) Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke dalam komponen-komponennya. 8) Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan mengumpulkannya untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks. Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini: 1) Konjektur (naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan alat yang berguna dalam proses penemuan permasalahan. 2) Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskanpermasalahan misal: seperti apakah pola dasar pendayagunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural. 3) Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi kualitas lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal ini merupakan konsensus nasional). 4) Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan klien yang lebih baik.

Pengecekan Hasil Penemuan Permasalahan Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable). Pengecekan ini, biasanya, didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii) lingkup, dan (iii) kedalaman. Pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek (pembangunan). Ditanyakan: apakah penelitian atas permasalahan tersebut akan berfaedah untuk ilmu pengetahuan, misal dapat merevisi, memperluas, memperdalam pengetahuan yang ada, atau menciptakan pengetahuan baru. Dicek pula: apakah penelitian tersebut mempunyai aplikasi teoritikal dan atau praktikkal. Suatu penelitian agar dapat diterima oleh pemberi dana atau pemberi nilai perlu mempunyai faedah yang jelas (penjelasan faedah diharapkan bukan hanya bersifat klise). Peneliti yang belum berpengalaman sering mencetuskan permasalahan yang berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa penelitian yang sangat lama (di luar jangkauan). Misal: penelitian untuk menemukan cara terbaik pelaksanaan pembangunan rumah tinggal akan memerlukan waktu yang tak terhingga karena harus membandingkan semua kemungkinan cara pelaksanaan pembangunan rumah tinggal. Lingkup penelitian, biasanya, cukup sempit, tapi diteliti secara mendalam. Faktor kedalaman penelitian juga merupakan salah satu yang perlu dicek. Penelitian, bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya interpretasi (pembahasan) atas hasil. Penelititan perlu dapat menjawab: apa arti semua fakta yang terkumpul. Dengan pengertian ini, suatu pengukuran kemiringan menara pemancar teve belum dianggap mempunyai kedalaman yang cukup (hanya merupakan pengumpulan data dan pelaporan hasil pengukuran). Tetapi, penelitian tentang pengaruh kemiringan menara pemancar teve terhadap kualitas siaran merupakan penelitian karena memerlukan interpretasi terhadap persepsi pirsawan atas kualitas siaran yang dipengaruhi oleh kemiringan. Sebagai peneliti pemula, kita mungkin mengalami kesulitan memilih masalah yang baik. Walaupun kita telah menemukan beberapa kemungkinan judul, kita kemudian dihadapkan pada suatu pillihan mengenai judul mana yang paling baik. Berikut ini dikemukakan beberapa karakteristik masalah yang baik adalah: a. Topik atau judul yang kita pilih benar-benar sangat menarik. Faktor ini dianggap penting karena, bila kita betl-betul tertarik pada masalah itu tentu kita ingin dan senang mengerjakannya, serta merasa mudah mengatasi hal-hal yang mungkin

merintangi. Jika kita benar-benar tertarik meneliti suatu topik berarti kita memiliki dasar pengetahuan terhadap topik dan masih dalam lingkup bidang studi kita. b. Pemecahan masalah itu harus bermanfaat bagi orang-orang yang berkepentingan dalam bidang tertentu. Hal ini bisa dilihat dari masalah yang diselidiki. Masalah yang akan diselidiki tersebut mempunyai nilai praktis atau merupakan sumbangan yang berarti pada bidang pendidikan atau bidang lain. c. Masalah itu harus merupakan hal baru. Walaupun para ahli mengatakan bahwa tidak ada topik yang baru untuk penelitian, karena semua bidang telah memiliki bentuk-bentuk penelitian tersendiri yang didasari atas tingkah laku manusia. Namun beberapa topik kadang kala diteliti terlalu banyak, sementara topik-topik lainnya belm diteliti secara menyeluruh. Oleh karena itu erlu dilakukan penelitian secara ekstensif. d. Masalah yang baik mengundang rancangan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, jika kita ingin menentukan tingkat kemampuan pada mata pelajaran fisika SMP pada suatu sekolah tertentu, kita akan mengukur hasil belajar mereka. Masalah ini akan bertambah kompleks bila kita menambahkan variabel. Pengenalan variabel-varia bel lain menyakinkan kita pada penemuan yang lebih spesifik, lebih mendalaam, dan lebih luas masalahnya. Jadi masalah yang baik mengundang lebih banyak variabel. e. Masalah yang baik dapat diselelsaikan sesuai waktu yang diinginkan Penelitian yang membutuhkan waktu bertahun-tahun pada umumnya tidak akan menarik bagi mahasiswa. Lebih sedikit waktu yang diperlukan maka penelitian ini merupakan jangka waktu yang ideal. f. Masalah yang baik tidak bertentangan dengan moral. Studi yang diambil sebaiknya menyangkut hal-hal yang tidak membuka peluang bagi seseorang akan memandangnya dari aspek keburukannya saja. Contoh penemuan masalah adalah, seorang mahasiswa yang rajin mengunjungi perpustakaan, membaca artikel tentang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di universitas lain tentang suatu masalah yang menyangkut cara belajar efektif. Terdorong oleh keinginannya untuk mencapai hasil belajar yang efektif dari kawan-kawannya, ia mencoba dan meneliti seperti yang telah dilakukan oleh mahasiswa yang dibaca dibuku.

2.2 Merumuskan Masalah Penelitian Tahapan lanjutan setelah ditemukannya masalah, seorang peneliti harus

merumuskannya, sehingga masalah akan lebih terarah dengan target penelitian. Bagi peneliti yang tingkat kreativitasnya tinggi merumuskan masalah tidaklah sulit. Dengan berbagai pengalaman penelitiannya atau kreativitasnya ia dapat segera merumuskan masalah yang tepat. Namun, bagi seseorang yang belum memiliki pengalaman di bidang penelitian, merumuskan masalah juga merupakan fase yang di anggap sulit. Oleh karena itu, Wechesler (1976) mengemukakan prosedur sistematik yang dapat dijadikan pedoman dalam merumuskan masalah sebagai berikut: Tahap pertama, masalah yang dirumuskan harus masalah yang sesuai dengan kebutuhan (felt need) jika sesuatu dirumuskan menjadi masalah dan dilakukan penelitian, hasil penelitian yang berupa solusi untuk masalah tersebut dapat memenuhi suatu kebutuhan, terutama kebutuhan kelompok tertentu, misalnya masalah kegagalan panen di Kabupaten Karawang akibat musim kemarau yang panjang. Setelah dilakukan penelitian, ternyata di Karawang pun dapat ditanam padi huma, sehingga petani mendapatkan solusi dengan beralih menanam padi. Tahap kedua, setelah dirumuskan masalah yang dapat memenuhi kebutuhan, jika masalah tersebut terlalu luas, lakukan penyempitan atau penspesifikasikan masalah. Biasanya pensesifikasikan masalah disesuaikan dengan dana dan waktu penelitian yang tersedia, misalnya jika masalah kegagalan panen di Karawang itu menimpa pada semua palawija, penelitian dapat dipersempit pada salah satu jenis palawija. Tahap ketiga, masalah yang sudah dipersempit diperiksa kembali lebih teliti dalam hubungannya dengan pengetahuan dan penelitian yang pernah dilakukan, termasuk variabelvariabel yang akan diteliti. Jika belum pernah dilakukan penelitian dan belum ditemukan variabel, harus dilakukan penelitian eksploratorik (studi pendahuluan/ penjajakan) terlebih dahulu untuk mempertajam rumusan variabel. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah, Kerlinger (1986) mengemukakan tiga kriteria sebagai berikut: a) Masalah harus menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih; b) Masalah harus dinyatakan secara jelas tanpa meragukan dalam bentuk pertanyaan; dan c) Masalah harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji secara empirik. Bila dari masalah sudah ditemukan variabel, dapat dicari hubungan di antara variabel tersebut, Sudjana (1987:29) alternatif menemukan hubungan antar variabel dengan membuat diagram variabel. Dengan sebuah diagram dapat ditemukan mana variabel bebas, variabel terikat, termasuk variabel penyerta.

Variabel terikat Variabel bebas

Model belajar continu (X) Mahasiswa jurusan Fisika (X1) Mahasiswa jurusan Matematika (X2) Y2

Hasil belajar yang efektif

Y1

Berdasarkan diagram diatas dapat dikategorikan bahwa X = variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan Y = variabel terikat (yang dipengaruhi) serta Y1 dan Y2 = variabel penyerta. Dari diagram diatas juga dapat dirumuskan pernyataan masalah (penelitian) sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hasil belajar mahasiswa jurusan Fisika setelah menggunakan model belajar continu? 2. Bagaimanakah hasil belajar mahasiswa jurusan Matematika setelah menggunakan model belajar continu? 3. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar mahasiswa jurusan Fisika dan Matematika setelah menggunakan model belajar continu? Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan: 1) aspek substansi; Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja. 2) aspek formulasi; Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.

3) aspek teknis. Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.

2.3 Merumuskan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari perumusan masalah dan manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian tersebut. Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan masalah. Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum (general purposes) dan tujuan khusus (spesific purposes). Adanya tujuan ini dimaksudkan pula agar apa yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini dapat diketahui dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Penulisan tujuan dirumuskan dalam bentuk kalimat yang afirmatif. Bila sekiranya akan timbul perbedaan penafsiran, perlu diberikan definisi istilah dan variabelvariabel penelitian yang bersangkutan. 1. Tujuan umum merupakan pernyataan spesifik yang menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian, bersifat global, jangka panjang dan abstrak. 2. Tujuan khusus penelitiany y y

merupakan pernyatan dalam bentuk kongkrit dan dapat diukur berupa uraian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum penelitian tujuan khusus berkaitan dgn masalah penelitian & menunjukkan variabel yg akan diteliti

y y

boleh dalam kalimat aktif (mengetahui, menilai, membuktikan, mendeskripsikan, dsb.) maupun pasif (diketahuinya, dsb.)

Jenis tujuan penelitian 1. Mendapatkan informasi IPTEK tertentu 2. Mengembangkan metode/ alat/ teori/ konsep baru yang lebih efektif/ efisien dibanding yg ada 3. Menilai faktor-faktor yangg berhubungan/ berpengaruh terhadap suatu kejadian

4. Mengevaluasi program, kegiatan atau menjelaskan fakta terkait dengan peraturan/ prosedur 5. Membandingkan efektivitas/ efisiensi biaya pengobatan 2 kelompok atau lebih responden Untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian, proposal penelitian memuat apa yang hendak dicapai. Tujuan penelitian, banyak memberi warna terhadap langkahlangkah yang akan ditempuh, karenanya menurut Moh. Ali (1994 : 96) ada beberapa criteria yang harus diperhatikan yaitu ; 1) Tujuan penelitian dirumuskan secara jelas dan operasional. 2) Tujuan penelitian diarahkan sekitar masalah yang diteliti. 3) Tujuan penelitian member arah yang tepat bgi peneliti tentang sasaran yang dituju. 4) Tujuan penelitian menccerminkan analisis massalah dari segi variabel yang diteliti, sehingga memungkinkan terpecahkannya masalah. Contoh tujuan penelitian, misalnya ingin mengetahui hasil belajar mahasiswa yang efektif dengan menggunakan model belajar continu.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Masalah dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai masalah yang aneh atau didorong oleh keinginan meningkatkan hasil kerja apa saja. Masalah juga dapat diperoleh dari membaca buku. Dapat juga masalah diberi oleh orang lain. Akan tetapi yang paling baikapabila datang dari dirinya sendiri karena didorong oleh kebutuhan memperoleh jawaban. Dengan demikian penelitian akan berjalan sebaik-baiknya karena peneliti menghayati dan mendalami masalahnya. Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari perumusan masalah dan manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian tersebut. Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan masalah. Dan inti daripada kegunaan penelitian menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan kontribusi hasill penelitian anda. Kegunaan penelitian/penulisan dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, kegunaan penelitian tersebut dapat diperinci lagi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian anda. Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi kepentingan praktis, kepentingan bidang keilmuan, atau kepentingan bidang profesi peneliti, instansi/organisasi, atau kelompok tertentu.

3.2 Saran Bagi para pembaca yang ingin mengetahui secara pasti mengenai cara merumuskan tujuan penelitian, diharapkan dapat membuat rumusan masalah secara tepat karena hal itu sangat berkaitan untuk menyusun tujuan. Tetapi, untuk merumuskan masalah perlu adanya penemuan masalah terlebih dahulu. Bagi para calon peneliti dan mahasiswa, agar lebih bisa mendalami cara membuat rumusan tujuan dengan tepa agar dalam penyusunan karya tulis nanti dapat tertolong dan lebih memudahkan agar proses penelitian dapt berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hikmat, M. Mahi.2001.Metode Penelitian.Jogjakarta: Graha Indo. Sevilla, Consuelo. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia. Sudjana, Nana. 2002. Proposal Penelitian. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Syatori Toto. Metodologi Penelitian (Sebuah Pengantar). 2008 Cirebon : STAIN Cirebon. Wahidin, Khaerul, dkk., Metode Penelitian. 2002 Cirebon : STAIN Press. Badriah, Dewi L. 2006. http://www.kopertis4.or.id/Pages/data%202006/kelembagaan/studi_kepustakaan_DR %5B1%5D._Dewi.Doc, diakses 09 Februari 2012 pukul 13.00 WIB

Sambodo. -. http://sambodo.multiply.com/journal/item/3/Apa_itu_Latar_Belakang_Masalah_, diakses 09 Februari 2012 pukul 13.00

Sylvie. 2007. http://sylvie.edublogs.org/2007/05/08/merumuskan-masalah-penelitian/, diakses 09 Februari 2012 pukul 13.00