makalah metkep cut ya

12
Konsep A. Thypus Abdominalis 1.Definisi Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (FKUI, 1985). Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarto, 1996). Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B da C yang menyerang usus halus khususnya daerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita Asuhan Keperawatan Thypus Abdominalis

Upload: dedekrevianti

Post on 25-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Konsep

A. Thypus Abdominalis1. DefinisiThypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (FKUI, 1985).Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Salmonella Typhi atau Salmonella Paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarto, 1996).Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah.Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B da C yang menyerang usus halus khususnya daerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat.Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 14 hari. Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut.

2. AnatomiSusunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya 6 cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbs hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang 23 meter dari ileum dengan panjang 4 5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan. Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid). Sel-sel Peyers adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa. Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn C. Pearce, 2000) Absorbsi. Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisis lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan. Fungsi usus halus :a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran saluran limfe.b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.c. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida.

Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan. Yaitu :a. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.b. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.c. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.d. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakaridae. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida

3. PatofisiologiPenularan Salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus halus mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, kuman kemudian masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikoloendotealial hati, limpa dan organ-organ lain. Diduga proses ini terjadi proses tunas, yang berakhir dengan pelepasan kuman ke peredaran darah dan menimbulkan bakterimia ke2 kalinya. Kuman kemudian masuk ke organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Semula demam diduga karena gejala toksemia dari typhoid, yang disebabkan indotoksemia tapi dari penelitian ekspremental dapat disimpulkan indotoksemia bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada typhoid. Indotoksin salmonella typhi berperan pada patogenesis typhoid karena membantu terjadinya proses inflamasi local. Demam typhoid disesbkan karena salmonella typhi dan indotoksin merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4. EtiologiPenyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmonella paratyphii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6 8.

5. EpidemiologiPenyakit typhus abdominalis biasa dikenal dengan penyakit typhus. Namun, dalam dunia kedokteran disebut tyfoid fever.Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita berumur 12 tahun keatas adalah 70 80%, penderita umur antara 12 dan 30 tahun adalah 10 20%, penderita antara 30 40 tahun adalah 5 10%, dan hanya 5 10% diatas 40 tahun.

6. Gambaran KlinikTANDA - TANDAa. DemamPada minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama terutama pada sore dan malam hari, pada minggu ke 2 suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Demam tidak hilang dengan pemberian antiseptic, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis.b. Gangguan pada saluran pencernaan Halitosis Bibir kering Lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis Perut agak kembung Mual Splenomegali disertai nyeri pada perabaan Pada permulaan umumnya terjadi diare Kemudian menjadi obstipasic. Gangguan kesadaran Kesadaran menurun ringan sampai berat Umumnya apatis Bradikardi relative Umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-1 kali permenit

GEJALAMasa inkubasi rata-rata 2 minggu gejalanya: cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3 demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-angsur.a. Perdarahan usus dapat terjadi pada saat demam masih tinggi di tandai dengan : Suhu mendadak turun Nadi meningkat cepat dan kecil Tekanan darah menurun Pasien terlihat pucat kulit terasa lembap Kesadaran makin menurunb. Perforasi usus dapat terjadi pada minggu ke 4 dimana suhu sudah turun walau suhu sudah normal istirahat masih di teruskan 2 minggu dengan gejala: Pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan nyeri lagi apabila di tekan Perut terlihat tegang dan kembung Pasien menjadi pucat, dapat juga keringat dingin Nadi kecil dan pasien menjadi shock

c. Pneumonia hipotastik akibat lama berbaring terus dengan gejala: Suhu mendadak naik tinggi setelah sebelumnya turun atau naik lebih tinggi dan tidak pernah turun walaupun di pagi hari Terlihat adanya sesak napas

7. Komplikasia. Komplikasi interstinal Perdarahan usus Perforasi usus Ileus paralitikb. Komplikasi ekstra-interstinal Komplikasi kardiovaskular: Kegagalan sirkulasi perifer (rejatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboplebitis. Komplikasi darah: Anemia haemolitik, trombositopenia dan sindrom uremia haemolitik. Komplikasi paru: Pneumonia, empiema dan pleuritis. Komplikasi hepar: Hepatitis dan koleksitis. Komplikasi ginjal: Glomerolonefritis, pyelonofretis dan perinefritis. Komplikasi tulang: Osteomielitis, periosstitis, spondalitis dan arthritis. Komplikasi syaraf: Delerium, meningismus, meningitis. Komplikasi psikiatrik : Sindroma katatonia.

8. Penatalaksanaana. Perawatan Dirawat di rumah sakit untuk diisolasi, observasi dan pengobatan penderita tirah baring absolut 7 14 hari bebas kuman, untuk mencegah komplikasi dan mobilisasi dilakukan secara bertahap, defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan.

b. Diet Untuk diet awal pasien diberi bubur saring, kemudian bubur kasar, nasi lembik dan akhirnya nasi biasa sesuai kesembuhan penderita. Hal ini untuk menghindari komplikasi.c. Pengobatan 1) Kloramfenikol Dosis 4 x 500 mg/hari sampai 7 hari bebas kuman. Demam dapat turun rata-rata setelah 5 hari.2) Tiamfenikol Dosis sama dengan kloramfenikol dan demam turun kurang lebih 5 6 hari.3) KotrimoksazolEfektivitas hampir sama dengan kloramfenikol, dosis dewasa 2 x 2 tab/hari sampai bebas kuman, demam turun kurang lebih 5 6 hari.4) Ampicillin dan AmoxillinEfektivitas lebih kecil dari kloramfenikol, dosis antara 75 150 mg/kg/BB, demam turun kurang lebih 7 9 hari.

9. Pencegahana. Usaha terhadap lingkungan hidup Penyediaan air minum yang memenuhi syarat Pembuangan kotoran manusia yang higienis Pemberantasan lalat Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makananb. Usaha terhadap individu Imunisasi Menemukan dan mengawasi carrier typhoid Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

1

8Asuhan Keperawatan Thypus Abdominalis