arsitektur pada masji cut mutiah

Upload: ryra-idya

Post on 05-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Arsitektur pada Masji Cut Mutiah

TRANSCRIPT

i | Saling Silang Arsitektur pada Masjid Cut Mutiah

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Arsitektur kolonial pada Masjid Cut Mutiah. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Putu Rumawan Salain selaku Dosen mata kuliah Arsitektur Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Denpasar,03 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISIiKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

1BAB 1

1PENDAHULUAN

11.1LATAR BELAKANG

21.2RUMUSAN MASALAH

3BAB 2

3PEMBAHASAN

32.1 PENGERTIAN MASJID

42.1.1 KONSEP ARSITEKTUR MASJID

52.1.2 BENTUK MASJID

62.1.3 DENAH

72.1.4 RUANG DALAM DAN ORNAMEN

92.1.5 MENARA

102.2 MASJID CUT MUTIAH JAKARTA

112.2.1 ADAPTASI BUDAYA.

122.2.2 ARSITEKTUR MASJID PADA MASJID CUT MUTIAH

15BAB 3

15PENUTUP

153.1 KESIMPULAN

163.2 SARAN

17DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki beragam arsitektur khas-nya. Keragaman ini muncul karena Indonesia adalah negara yang memiliki budaya , sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat banyak dan beragam ditambah lagi dengan pengaruh budaya budaya yang datang dari luar. Astronesia adalah sebutan dari pulau pulau di Indonesia yang telah menjadi bagian dari wilayah nusantara. Wilayah wilayah di nusantara (Astronesia) berbagi kebudayaan yang sama, termasuk arsitekturnya. Wilayah wilayah tersebut dulunya juga sudah merupakan bagian dari kerajaan kerajaan besar yang bahkan sudah diakui oleh dunia. Masyarakat pada zaman itu sudah memiliki kebudayaan kebudayaannya masing masing, yang kemudian berkembang lagi dengan pengaruh pengaruh yang dari faktor eksternal maupun internal hingga menjadi seperti sekarang.Salah satu contoh faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan arsitektur di Nusantara pada masa itu adalah perdagangan dan kolonialisme. Zaman dahulu kerajaan kerajaan di Nusantara telah menjalin kerjasama dengan negara negara lain didunia terutama melalui proses perdagangan. Wilayah nusantara termasuk Indonesia merupakan wilayang yang sangat strategis dan merupakan tempat persinggahan para pedagang pedangan didunia. Para pedagang ini tidak hanya membawa barang dagangan tetapi juga menyebarkan agama. Selain itu banyak dari mereka yang menikah dengan masyarakat lokal dan memutuskan untuk menetap di wilayah Indonesia. Hal ini tentunya menyebabkan terjadinya pencampuran budaya dan penyebaran konsep konsep agama yang nantinya akan mempengaruhi arsitektur di Indonesia. Selain pedagang ada pula para penjajah atau kolonialis yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Para penjajah atau kolonialis membawa budaya budaya mereka ke indonesia. Dampak dari ikut terbawanya budaya mereka ke Indonesia menyebabkan budaya para penjajah atau kolonialis ini akan saling beradaptasi dan berasimilasi dan akhirnya menciptakan sebuah kebudayaan baru yang sesuai dengan konteks wilayah Indonesia.Dalam konteks agama, sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur hubungan dagang yang sangat lama. Di pulau jawa, Islam masuk dan berkembang secara perlahan tetapi terus menerus selama abad ke-13 hingga ke-16. Para penyebarnya terkenal dengan toleransinya terhadap budaya dan tradisi setempat yang ada. Perkembangannya yang tidak secara drastis ini sedikit demi sedikit menggantikan norma yang telah ada sebelumnya khususnya Hindu-Budha selama masa waktu itu. Proses ini berlangsung lama sehingga terjadilah percampuran secara kebudayaan. Pada awal abad ke 15, Islam sudah menjadi kekuatan sosio-politik di Nusantara, khususnya di pulau Jawa, sehingga berhasil mendesak pengaruh politik Majapahit. Kenyataan ini memuncak dengan berdirinya Kesultanan Demak yang didukung oleh segenap ulama di Indonesia. Karena pengaruh yang besar dari budaya baru,khususnya islam, akhirnya masyarakat masyarakat lokal mengenal bangunan tempat ibadah yaitu Masjid. Masjid, sebagai pusat dan inspirasi segala kegiatan lalu menjadi suatu lambang yang baru untuk memelihara momentum sosio politik waktu itu, sekaligus sebagai proyeksi jati-diri tatanan yang baru dalam bentuk yang nyata dan kasat mata.Dalam proses adaptasi agama, dengan kebudayan atau tradisi setempat akhirnya terwujudlah tipo-morfologi arsitektur Masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat bahwa masyarakat asli setempat cenderung untuk menyerap ide-ide baru atau budaya budaya baru dan kemudian mengadaptasi dengan kepercayaan yang mereka anut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Masjid serta fungsi dan bentuk Masjid secara umum ?

2. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Cut Mutiah pada masa penjajahan kolonial ?

3. Bagaimana ciri khas arsitektur kolonial ?

4. Adakah nilai budaya yang dikandung oleh Masjid Cut Mutiah ?

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MASJIDMasjid adalah salah satu bentuk arsitektur yang merupakan ungkapan fisik bangunan dari budaya masyarakat pada tempat dan jaman tertentu, dalam rangka memenuhi suatu tuntutan kegiatan ritual/peribadahan.

Kata Masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Katamasgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Katamasgid(m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan". Wikipedia bahasa Indonesia. (7 Maret,2015). Masjid diakses tanggal 8 Maret 2015, http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid. Masjid pertama didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah. Masjid ini bernama Masjid Nabawi. Ciri dari Masjid ini sangat sederhana. Bentuknya empat persegi panjang, berpagar dinding batu gurun yang cukup tinggi. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon kurma, atapnya terbuat dari pelepah daun kurma yang dicampur dengan tanah liat. Mimbarnya juga dibuat dari potongan batang pohon kurma, memiliki mihrab, serambi dan sebuah sumur. Pola ini mengarah pada bentuk fungsional sesuai dengan kebutuhan yang diajarkan Nabi.

Biasanya Masjid pada waktu itu memiliki halaman dalam yang disebut Shaan, dan tempat shalat berupa bangunan yang disebut Liwan. Beberapa waktu kemudian, pada masa khalifah Khulafaur Rasyidin pola Masjid bertambah dengan adanya Riwaqs atau serambi/selasar. Ini terlihat pada Masjid Kuffah. Masjid yang dibangun pada tahun 637 M ini tidak lagi dibatasi oleh dinding batu atau tanah liat yang tinggi sebagaimana layaknya Masjid-Masjid terdahulu, melainkan dibatasi dengan kolam air. Masjid ini terdiri dan tanah lapang sebagai Shaan dan bangunan untuk shalat (liwan) yang sederhana namun terasa suasana keakraban dan suasana demokratis. Masjid dapat diartikan sebagai suatu bangunan tempat melakukan ibadah shalat secara berjamaah atau sendiri-sendiri, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan Islam. Selain Masjid dikenal pula istilah-istilah lain seperti mushalla, langgar atau surau. Mushalla atau langgar biasanya digunakan untuk shalat wajib (fardu) sebanyak lima kali sehari semalam, serta untuk pendidikan dan pengajaran masalah-masalah keagamaan. Sedangkan Masjid, digunakan juga sebagai tempat shalat berjamaah seperti shalat Jumat, shalat hari Raya (kalau tidak di tanah lapang), shalat tarawih serta tempat itikaf.

Masjid juga dipakai sebagai tempat berdiskusi, mengaji dan lain-lain yang tujuan utamanya mengarah pada kebaikan. Pada setiap Masjid, tentunya ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan sesuai dengan kebutuhan peribadatan. Yang perlu diperhatikan adalah antara lain urut-urutan kegiatan shalat baik bagi laki-laki maupun wanita. Dalam Islam secara tegas dipisahkan antara jamaah laki-laki dan wanita. Dengan demikian, sejak awal masuk, bersuci (wudlu) sampai pada waktu shalat sebaiknya pemisahan itu telah dilakukan.

Ruang untuk shalat atau yang disebut Liwan, biasanya berdenah segi empat. Hal ini sesuai dengan tuntunan dalam shalat bahwa setiap jemaah menghadap kearah kiblat.dengan pandangan yang sama dan satu sama lain berdiri rapat. Shalat berjamaah dipimpin oleh seorang imam, yang berada dtengah pada posisi terdepan.

2.1.1 KONSEP ARSITEKTUR MASJIDBentuk Masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya Masjid terkenal yang sering dipakai adalah bentuk Masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat diAnatolia. Negara-negara yang kaya akan minyak biasanya membangun Masjid yang megah dengan biaya yang besar dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang dibantu oleharsitekMuslim. Arab-planatauhypostyleadalah bentuk-bentuk awal Masjid yang sering dipakai dan dipelopori olehBani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun persegi panjang yang dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan tempat ibadah di dalam. Contoh Masjid yang menggunakan bentukhypostyleadalah Masjid Kordoba, diKordoba, yang dibangun dengan 850 tiang. Kesultanan Utsmaniyahkemudian memperkenalkan bentuk Masjid dengan kubah di tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, dimana kubah ini melingkupi sebagian besar area salat. Beberapa kubah kecil juga ditambahkan di area luar tempat ibadah. Gaya ini sangat dipengaruhi oleh bangunan-bangunan dariBizantiumyang menggunakan kubah besar. Masjid gayaIwanjuga dikenal dengan bagian Masjid yang dikubah. Gaya ini diambil dari arsitektur Iran pra-Islam.Pada dasarnya untuk membangun atau merencanakan sebuah Masjid hendaknya kembali kepada tuntunan-tuntunan yang terdapat pada sumber ajaran Islam. Dalam membangun Masjid, arsitek tidak dapat melihat sejarah atau bangunan-bangunan Masjid yang telah ada saja, melainkan memahami atau belajar berdasarkan inti ajaran Islam itu sendiri atau menurut istilahnya the teaching it self. Namun, tentunya kaidah-kaidah arsitektur tetap perlu diperhatikan, sebagaimana layaknya bangunan-bangunan lain.

Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan antara lain, bahwa Masjid selain mengarah ke kiblat di Masjidil Haram, Mekkah, juga hendaknya dibangun benar-benar sesuai dengan fungsi dan tujuannya, sehingga perlu dihindari kemungkinan adanya bagian-bagian bangunan atau ruangan yang memang dilarang dalam Islam.Ditekankan pula, bahwa identitas yang menunjukkan pengaruh agama-agama lain hendaknya sejauh mungkin dihindarkan walau hanya berupa elemen kecil yang samar sekalipun. Dalam hal ini perlu sekali kearifan dan kesensitifan Arsitekuntuk mengekspose atau menvisualisasikan elemen-elemen konstruksi. Juga Masjid hendaknya dibangun dengan biaya rendah yang tidak berlebih-lebihan serta tetap memperhatikan faktor keindahan dan kebersihan. 2.1.2 BENTUK MASJIDPada masa lampau manusia baru mengenal konstruksi sederhana yang terdiri dari kolom dan balok yang ditumpang di atasnya. Justru itu, bentuk yang terjadipun sesuai dengan konstruksinya. Kemudian, sesuai dengan tuntunan shalat bahwa shaf (barisan dalam shalat) harus lurus dan rapat, maka dicarilah bentuk yang dapat menciptakan ruang luas tanpa banyak diganggu oleh kolom-kolom. Maka tak heran kalau kemudian muncul bentuk dome. Sebagaimana diketahui, dengan bentuk dome itu, gaya-gaya dapat disalurkan melalui lengkungan-lengkungannya, sehingga tidak banyak mengganggu.

Kubah adalah ciri atau identitas Masjid, dengan kubah itu tercipta suasana yang agung, sehingga manusia merasa kecil dihadapan Khaliknya. Seperti Istiqlal di Jakarta, bentuk dome membuat ruang dibawahnya memiliki suasana tenang dan orang yang sedang shalat akan merasa kecil. Kwalitas ruang yang tercipta demikian agung.

Konstruksi atau struktur lengkung banyak dipilih oleh arsitek kawakan terdahulu dalam merencanakan Masjid dari pada memilih struktur balok polos (lurus) yang pasti tidak dapat dihindari seperti cross (persilangan) antara balok dan kolom yang dapat menjadi silent simbol atau identitas dari agama lain.

Untuk mendesain sebuah Masjid, diperlukan tiga prasyarat, yang maksudnya untuk dapat menstimulir kekhusukan dalam beribadat. Ketiga prasyarat itu adalah, pertama: harus selalu bersih, dalam arti mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Kedua, adalah tenang, yaitu menciptakan suasana yang dapat mendorong lahirnya ketenangan. Dan ketiga, adalah sakral tapi ramah. 2.1.3 DENAH

Sejak awal dibangunnya sebuah Masjid, denah yang ada berbentuk segi empat. Hal ini dilakukan secara logis sesuai dengan kebutuhan shaf-shaf dalam shalat berjamaah. Bentuk persegi akan membuat ruang-ruang yang terbentuk dapat dimanfaatkan seluruhnya, sedangkan denah yang berbentuk sudut-sudut tertentu (lancip) akan membuat ruangan banyak yang terbuang. Arah kiblat yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan ruang-ruang terbuang percuma, sehingga dalam perencanaan sebuah Masjid hal ini harus benar-benar diperhatikan. Denah segi empat, dapat berarti bujur sangkar atau empat persegi panjang.

2.1.4 RUANG DALAM DAN ORNAMENKubah atau dome dibahagian dalam ruang Masjid adalah suatu konsep untuk menciptakan suasana sakral maka tidak diperlukan hiasan yang berlebihan. Pada kubah biasanya diisi dengan ornamen ornamen sederhana. Ada beberapa corak ornamen atau ornamentik, diantaranya corak abstrak sebagai ornamen arabesk yang terdiri dari corak geometris dan corak stilasi dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan. Ornamen ini digunakan karena dalam ajaran Islam ada larangan untuk tidak boleh menampilkan gambar -gambar atau lukisan sebagai hiasan dengan motif manusia, binatang atau makhluk bernyawa lainnya secara realistis di dalam ruangan Masjid. Ornamen atau gaya ornamentik dapat di visualisasikan dengan huruf-huruf atau kaligrafi, seperti huruf Arab Kufa dan Karmalis adalah merupakan salah satu ornamen geometris yang berisi tulisan lafazd Al-Quran sebagai hiasan Masjid. Ornamen ornamen tersebut sangat banyak di terapkan di hampir semua Masjid di seluruh dunia. Ornamen ornamen itu pula mengalami modifikasi yang banyak seiring perkembangan zaman.

2.1.5 MENARA

Sebelum kegiatan peribadahan dimulai, untuk menyatakan waktu itu sudah tiba, biasanya dikumandangkan adzan. Pada masa lampau, adzan dilakukan di tempat-tempat yang tinggi sehingga radius penyampaiannya cukup jauh. Kemudian hal ini berkembang terus sampai akhirnya dibuat menara untuk penyebaran yang lebih jauh lagi. Dengan berkembangnya teknologi, ditemukan sistem pengeras suara yang kemudian dimanfaatkan juga untuk kegunaan adzan. Namun, tetap menggunakan menara. Dan sini terlihat bahwa fungsi menara tidak hanya sebagai simbol saja tetapi juga fungsional. Dan karena letaknya yang tinggi maka dapat saja bila kemudian dijadikan aksen atau ikon (point of interest).

2.2 MASJID CUT MUTIAH JAKARTAMasjid Cut Mutiahadalah salah satu Masjidyang terletak di Jalan Cut Mutiah Nomor 1,Jakarta Pusat,DKI Jakarta,Indonesia. Bangunan Masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah dari zaman penjajahan kolonialBelanda. Masjid ini memiliki keunikan tersendiri dan kemungkinan tidak terdapat di Masjid-Masjid lainnya. Salah satu keunikannya,mihrabdari Masjid ini diletakkan di samping kiri dari saf salat (tidak di tengah seperti lazimnya). Selain itu posisi safnya juga terletak miring terhadap bangunan Masjidnya sendiri karena bangunan Masjid tidak tepat mengarah kiblat. Masjid ini dulunya adalah bangunan kantor biroarsitek(sekaligus pengembang) N.V.(Naamloze vennootschap, atauPerseroan terbatas) Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879-1955) yang membangun wilayahGondangdiadi Menteng.

Sebelum difungsikan sebagai mesjid sebagaimana sekarang, bangunan ini pernah digunakan sebagaikantor pos, kantor Jawatan Kereta ApiBelandadan kantor KempetaiAngkatan LautJepang(1942-1945). SetelahIndonesiamerdeka, ia pernah dipergunakan sebagai kantor Urusan Perumahan, hingga Kantor Urusan Agama (1964-1970). Dan baru pada zaman pemerintahanGubernurAli Sadikindiresmikan sebagai Masjid tingkat provinsi dengan surat keputusan nomor SK 5184/1987 tanggal18 Agustus1987. Awalnya Masjid ini bernama Yayasan Masjid Al-Jihad yang didirikan oleh eksponen '66sepertiAkbar TanjungdanFahmi Idris.[2]Pada kurun waktuorde lama, gedung ini juga pernah dijadikan gedung sekretariatMPRS.

Nama Bouwploeg sendiri kini masih tersisa dalam ingatan sebagai nama Pasar Boplo dibaratstasiun kereta api Gondangdia.

Bentuk bangunannya sama sekali tidak menyerupai bangunan Masjid pada umumnya, tidak ada kubah ataupun menara. Kecuali lambang bulan dan bintang yang terdapat di paling puncak atap bangunan ini, yang mana sulit terlihat dari sisi-sisi tertentu. Bukan hanya bentuk bangunan yang tidak wajar, Masjid yang berlokasi di Jl. Cut Meutia No.1 ini juga terkenal dengan ketidakwajaran lain, yaitu bangunan yang tidak menghadap ke arah kiblat sehingga posisi safnya miring, lalumihrab(tempat imam berdiri ketika memimpin shalat) berada di kiri saf shalat, harusnya berada di depan.2.2.1 ADAPTASI BUDAYA.

Bangunan Masjid ini tidak seperti disain Masjid pada umumnya karena memang saat pertama dibangun fungsi bangunan ini yaitu untuk kantor pada masa pemerintahan Belanda sehingga tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga motif-motif islam pada Masjid ini. Memiliki gaya disain arsitektur klasik khas Belanda yang tidak terlalu menonjolkan ukiran-ukiran klasik yunani dapat dilihat dari tembok bangunannya yang tidak begitu ramai.

Pada Masjid Cut Mutiah ini terlihat jelas adaptasi budaya dari para penjajah atau kolonialis. Bangunan Masjid ini tidak tampak seperti bangunan Masjid yang dijelaskan pada bab pertama, yaitu dimana terdapat kubah yang besar kolom kolom yang besar serta menara yang tinggi. Bangunan yang dahulunya kantor ini adalah bangunan peninggalan dari penjajahan belanda. Arsitektur kolonial terlihat jelas pada tampak depan bangunan ini. Kolom kolom yang besar dengan warna dasar putih. Seiring perkembangnya zaman bangunan ini akhirnya di alih fungsikan menjadi Masjid karena kebutuhan dari masyarakat sekitar yang memerlukan tempat untuk ibadah khususnya umat muslim. Dengan demikian adaptasi budaya terjadi. Budaya islam atau masyarakat lokal yang beragama islam beradaptasi dengan budaya para penjajah atau kolonialis yang menetap di menteng,jakarta Dengan adanya adaptasi budaya tersebut bangunan ini akhirnya dipakai sebagai tempat ibadah untuk umat muslim atau yang disebut Masjid. Bangunan ini sampai sekarang terlihat sama dari gaya arsitekturnya yang dipertahankan hanya terdapat beberapa tambahan karena fungsinya yang telah berubah dan bangunan dilakukan pengecatan ulang setiap beberapa tahun sekali. Hal ini menegaskan bahwa bangunan ini dapat diterima pada masyarakat yang memiliki ke budayaan berbeda dengan para pembangunnya.2.2.2 ARSITEKTUR MASJID PADA MASJID CUT MUTIAHWalaupun dari segi eksterior tidak ada bentuk kubah dan tidak adanya kaligrafi juga motif-motif islam pada Masjid ini tetapi ada beberapa unsur arsitektur Masjid yang di buat pada bagian dalam (interior) Masjid Cut Mutiah ini.

1. Ornamen Caligraphy

Pada bagian dalam Masjid ada beberapa ornamen caligraphy yang dibuat. Hal ini tentunya sama dengan arsitektur Masjid pada umumnya. Ornamen ornamen ini dibuat pada bagian kolom kolom bangunan dan mimbar Masjid tetapi tetap tidak menimbulkan kesan ramai.

2. Bentuk atap.

Pada Masjid ini walaupun bentuk atap bukan merupakan kubah / dome, tetapi memiliki peran yang sama. Kubah merupakan elemen yang dapat menghadirkan ruang positif yang besar pada suatu bangunan. Ruang positif yang dihadirkan kubah pada bangunan Masjid membuat orang yang berada di dalamnya akan merasa leluasa. Pada Masjid ini bentuk kubah agak berbeda, bentuknya bujur sangkar. Bentuk atap ini dibuat karena fungsinya yang dahulu berupa kantor dan bangunan ini merupakan bangunan dengan arsitektur dan latar budaya yang berbeda. Meski dengan bentuk yang berbeda tetapi memiliki fungsi atau dapat difungsikan sama dengan kubah seperti di tipologi arsitektur Masjid pada umumnya.

BAB 3

PENUTUP3.1 KESIMPULANIndonesia memiliki beragam arsitektur khas-nya. Keragaman ini muncul karena Indonesia adalah negara yang memiliki budaya , sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat banyak dan beragam ditambah lagi dengan pengaruh budaya budaya yang datang dari luar. Dalam proses adaptasi agama, dengan kebudayan atau tradisi setempat akhirnya terwujudlah tipo-morfologi arsitektur Masjid yang baru. Atau juga sebaliknya terlihat bahwa masyarakat asli setempat cenderung untuk menyerap ide-ide baru atau budaya budaya baru dan kemudian mengadaptasi dengan kepercayaan yang mereka anut.

Contoh yang jelas terdapat pada Masjid Cut Mutiah menteng jakarta ini. Bangunan ini adalah bangunan yang dulunya difungsikan sebagai kantor dan dibuat oleh para penjajah atau kolonialis sebagai kantor biro arsitek. Seiring dengan berkembangnya zaman masyarakat setempat mengalih fungsikan bangunan ini menjadi bangunan atau tempat ibadah sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut (islam). Kedua budaya dengan latar yang berbeda saling beradaptasi dan menciptakan sesuatu yang unik dan baru. Masyarakat setempat dapat menerima arsitektur para penjajah atau kolonialis yang dibawa dan meng aplikasikan nya sesuai dengan kebutuhan mereka. Bangunan ini tidak mengalami perubahan sama sekali. Elemen penyusun bangunan ini masih di jaga dengan oleh masyarakat setempat. Meskipun Masjid ini tidak memiliki unsur atau tipologi Masjid pada umumnya yaitu; terdapat menara,kolom kolom atau struktur lengkung dan kubah , tetapi pada bagian dalam ruangan ini ada beberapa unsur yang dibuat tanpa merubah bentuk luar. Unsur yang ada itu adalah ornamen ornamen pada ruangan seperti ornamen caligraphy pada kolom , dinding dan mimbar Masjid ini. Pada Masjid ini juga terdapat ruang yang tinggi dan besar dengan fungsi seperti kubah pada umumnya, tetapi berbeda bentuk. Bentuk dari kubah yang dimaksud dalam Masjid ini adalah persegi. bentuk baru dengan makna tetap. Penampilan bentuk arsitektur menghadirkan bentuk baru dalam arti unsur-unsur lama yang diperbaharui, jadi tidak lepas sekali karena terjadi interpretasi baru terhadap bentuk lama, tetapi diberi makna yang lama untuk menghindari kejutan budaya. Hal ini terjadi pada masyarakat transisi, dimana dalam proses akulturasi dengan kebudayaan asing masih menyadari tidak bisa menghilangkan sama sekali sikap religius sebagai warisan leluhur.Masjid ini merupakan contoh nyata dari keberhasilan silang arsitektur atau budaya yang terjadi di jakarta. Dari proses tersebut diatas merupakan penyebab Indonesia memilik arsitektur yang beragam.

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Fanani,Achmad. 2009 Arsitektur Masjid Bentang,Yogyakarta.

Budiharjo,Eko (Editor) 1996 Jati Diri Arsitektur Indonesia Alumni,BandungBarliana.M Syaom 2008 Jurnal Terakreditasi Nasional HISTORIA, Vol IX, No 2 Universitas Pendidikan Indonesia.Birzamah,Isnani 2001. Masjid Agung Mataram Kotagede Yogyakarta Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Sartono 1987 Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 Jilid I Jakarta: Gramediahttp://id.wikipedia.org/wiki/Masjidhttp://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cut_MutiahGambar 2.1.2 Foto Masjid nabawi setelah rekonstruksi.

Sumber : http://www.islamic-literatures.com/wp-content/uploads/2013/06/Masjid-al-nabawi.jpg

Gambar 2.1.1 Foto Masjid nabawi sebelum rekonstruksi

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Masjid_al-Nabawi#mediaviewer/File:Medina_Grab_des_Propheten.JPG

Gambar 2.1.2.2 Gambar rencana kolom.

Sumber : https://zulfikri.files.wordpress.com/2008/11/kolom.jpg

Gambar 2.1.2.1 Gambar rencana kubah.

Sumber : http://www.dartmouth.edu/~matc/math5.pattern/Burckhardt.p11.gif

Gambar 2.1.3 Gambar denah Masjid di paris,

Sumber : http://publishing.cdlib.org/ucpressebooks/data/13030/2g/ft8x0nb62g/figures/ft8x0nb62g_00056.jpg

Gambar 2.1.4.2 Foto kubah Masjid di istanbul yang memakai ornamen arabesk.

Sumber : http://farm6.static.flickr.com /5039/5890874522_a5dbce3303.jpg

Gambar 2.1.4.1 Gambar ornamen arabesk

Sumber : http://thumbs.dreamstime.com/z/set-arabesque-ornament-your-design-file-eps-format-33297687.jpg

Gambar 2.1.4.2 Foto penggunaan calligraphy pada Masjid di spanyol.

Sumber : http://ichef.bbci.co.uk/wwtravel/portrait

/0_488/images/live/p0/1v/y4/p01vy43w.jpg

Gambar 2.1.4.4 Gambar ornamen kaligrafi

Sumber : https://hady412.files.wordpress.com/2008

/11/d8a 8d8b3d985d984d8a9.jpg

Gambar 2.1.5.1 Foto Masjid dengan 2 menara syeikh zayed.

Sumber : http://media02.hongkiat.com/beautiful-mosque/Sheikh_Zayed_Grand_Mosque_3_UAE.jpg

Gambar 2.1.5.1 Gambar desain menara Masjid.

Sumber : http://4.bp.blogspot.com/_tjOctWnEJtA/Sl1WpzTxSvI/AAAAAAAAAUA/UY88AGE0Kzg/s400/menara+Masjid.jpg

Gambar 2.2.1 Foto lama Masjid Cut mutia.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:_de_Van_Heutz_Boulevard_wijk_Gondandia_Batavia._TMnr_60007604.jpg

Gambar 2.2.2 : Tampak depan Masjid Cut Mutiah

Sumber : http://www.rinagunawan.com/image-upload/Cut-Meutia--7-.jpg

Gambar 2.2.2 .1: Foto interior Masjid Mutiah

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Cut-Mutiah2.jpg

Gambar 2.2.2 .2: Foto bagian atas mimbar.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mimbar3.jpg

Gambar 2.2.2 .3: Foto ornamen caligraphy pada kolom dan atas mimbar.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Cut-Mutiah5.jpg

Gambar 2.2.2 .4: Foto kubah Masjid pada bagian interior.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Cut-Mutiah7.jpg