makalah masyarakat madani
DESCRIPTION
Tugas Kelompok Makalah Masyarakat MadaniTRANSCRIPT
MAKALAH
MASYARAKAT MADANI
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Akif Khilmiyah, M.Ag
Disusun oleh :
Khoirunnisa
Nur Azis Kurnianto
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia –Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alkhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Dengan membuat tugas ini kami harapkan mampu untuk lebih mengenal tentang ciri-ciri masyarakat madani yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Akif Khilmiyah, M.Ag yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah
ini.
Orang tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan,baik secara materi maupun moral.
Serta teman-teman kami yang telah memberi semangat kepada kami. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif,guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amiin
Wassalamu’alaikum, wr.wb.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society
yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada
simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September
1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa
masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.Lebih
jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah
sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat
Dawam Raharjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban
yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Dawam menjelaskan, dasar utama dari
masyarakat Madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu
pedoman hidup, menghindarKan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan
Konsep masyarakat Madani merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai
trobosan di dalam berpikir, menyusun konsep, serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain ,
dalam menghadapi perubahan masyarakat dan zaman, ”diperlukan suatu paradigma baru di
dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filsuf khun. Karena menurut
khun, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma
lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti atau pengertian Masyarakat Madani?
2. Bagaimana definisi Masyarakat Madani menurut para ahli?
3. Apa saja ciri-ciri Masyarakat Madani?
4. Apa saja yang menjadi pilar-pilar penegak Masyarakat Madani?
5. Bagaimana Masyarakat Madani yang ada di Indonesia?
C. Tujuan
Secara khusus makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Makalah ini juga disusun untuk membahas mengenai masyarakat Madani,
agar pembaca dapat memahami sejarah dari masyarakat madani, ciri-ciri masyarakat madani,
proses demokrasi menuju masyarakat madani, pilar penegak masyarakat Madani, masyarakat
madani Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. MASYARAKAT MADANI
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang berbudaya namun mampu
berinteraksi dengan dunia luar yang modern sehingga dapat terus berkembang dan
maju. Dalam masyarakat Madani,setiap warganya menyadari dan mengerti akan hak-
haknya serta kewajibannya terhadap negara, bangsa dan agama. Masyarakat Madani
sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia.Masyarakat Madani adalah masyarakat
bermoral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan stabilitas
masyarakat, dimana masyarakat memiliki motivasi dan inisiatif individual.masyarakat
Madani merupakan suatu masyarakat ideal yang di dalamnya hidup manusia-manusia
partisipan yang masing-masing diakui sebagai warga dengan kedudukan yang serba
serta dan sama dalam soal pembagian hak dan kewajiban. Pada intinya pengertian
masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki kehidupan ideal, baik dalam
hak dan kewajiban warga dapat terlaksana secara seimbang serta mampu berkembang
dengan dunia luar demi majunya kehidupan.
Pada dasarnya masyarakat di negara-negara berkembang masih kesulitan
dalam mencapai masyarakat Madani. Hal ini dikarenakan masih rendahnya
pendidikan politik dan kewarganegaraan pada masyarakat. Kondisi ini diperburuk
dengan kurangnya rasa nasionalisme dan kepedulian terhadap masalah yang dihadapi
bangsa sendiri. Maka dari faktor-faktor penghambat tersebut seharusnya seluruh
lapisan masyarakat terus bergerak dan maju dalam membentuk masyarakat yang
cerdas,demokratis, beradab dan memiliki nasionalisme yang tinggi.seluruh warga
masyarakat dituntut harus mampu berpikir kritis dengan berdasarkan pada pancasila
dan semboyan bhineka tunggal ika sehingga terbentuk masyarakat yang mampu
mengatasi masalah-masalah yang menimpa bangsanya serta mampu membentuk
kekuatan dalam membangun pemerintahan yang kokoh, jujur, dan adil. Kemudian
dari langkah-langkah yang cerdas dan juga kritis maka akan terbentuk masyarakat
yang madani dan berpegangan pada nilai-nilai pancasila
A. Pengertian Masyarakat Madani
Konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang
pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada
simposium Nasional dalam rangka forum Ilmiah pada acara festrival istiqlal, 26
September 1995 di Jakarta.Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur
yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
B. Definisi Menurut Kamus Besar
Menurut kamus besar bahasa indonesia masyarakat madani adalah
masyarakat yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai dan hukum yang
ditopang, oleh penguasaan tekhnologi yang beradab, iman dan ilmu.
C. Definisi Menurut Para Ahli
Menurut Syamsudin Haris, masyarakat madani adalah suatu lingkup
interaksisosial yang berada di luar pengaruh negara dan model yang tersusun
dari lingkungan masyarakat paling akrab seperti keluarga,asosiasi suka rela
gerakan kemasyarakatan dan berbagai bentuk lingkungan komunikasi antar
warga masyarakat.
Menurut ernest gellner civil society atau masyarakat madani merajut
pada masyarakat yang terdiri atas berbagai institusi non pemerintah yang
otonom dan cukup kuat untuk dapat mengimbangi negara.
Menurut Zbigniew Rau masyarakat madani adalah sebuah ruang dalam
masyarakat yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan negara,yang
diekspresikan dalam gambaran ciri-cirinya, yakni individualis, pasa, dan
pluralisme.
Menurut Nurcholis Madjid, Masyarakat madani adalah masyarakat
yang merujuk pada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad
SAW di Madinah, sebagai masyarakat kota atau masyarakat berperadaban
dengan ciri antara lain : egaliteran (kesederajatan), menghargai prestasi,
keterbukaan, toleransi dan musyawarah.
Menurut Muhammad AS Hikam, adalah wilayah-wilayah kehidupan
sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self-generating), keswadayaan (self-supporing), dan
kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan
norma-norma dan nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.
Menurut M. Ryaas Rasyid adalah Suatu gagasan masyarakat yang
mandiri yang dikonsepsikan sebagai jaringan-jaringan yang produktif dari
kelompok-kelompok sosial yang mandiri, perkumpulan-perkumpulan, serta
lembaga-lembaga yang saling berhadapan dengan negara.
Masyarakat sipil,merupakan penurunan langsung dari istilah civil
society. Istilah ini ,banyak dikemukakan oleh Manseur Fakih untuk
menyebutkan prasyarat masyarakat dan negara dalam rangka proses
penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik
Civil society, istilah ini merupakan konsep yang digulirkan
Muhammad AS. Hikam. Menurutnya,konsep civil society yang merupakan
warisan wacana yang berasal dari Eropa Barat, akan lebih mendekati substansi
jika tetap disebutkan dengan istilah aslinya. menurutnya pengertian civil
society (dengan memegang konsep de ‘Tocquiville) adalah wilayah-wilayah
kehidupan sosial yang terorganisasikan dan bercirikan antara lain kesukarelaan
(voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan keswadayaan (self-
supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterkaitan
dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.
Dan sebagai ruang politik, civil society merupakan suatu wilayah yang
menjamin berlangsungnya perilaku, tindakan, dan refleksi mandiri, tidak
terkungkung oleh kondisi kehidupan kehidupan material, dan tidak terserap
dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi. Di dalamnya tersirat
pentingnya suatu ruang publik yang bebas (the free public sphere).Tempat
dimana transaksi komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh warga
masyarakat.
D. Sejarah Masyarakat Madani
Sejarah awal Masyarakat Madani tidak bias dilepas dari filsuf Yunani
Aritoteles (384-322 SM) yang memandang konsep MasyarakatMadani (Civiel
society) sebagai system kenegaraan atau identik dengan Negara itu sendiri.
Istilah civil society dimasa sekarang sering dikenal sebagai istilah koinomia
politik, yaitu sebuah komunikasi politik tempat warga dapat terlibat langsung
dalam percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Thomas hobbes pada tahun 1588-1679 M dan John Locke pada tahun
1632-1704 M, mereka memandang Civil Society sebagai kelanjutan dari
evolusi masyarakat yang berlangsung secara alamiah. Selanjutnya ditahun
1767 Adam Ferguson, dia lebih menekankan visi etis pada civil society dalam
kehidupan sosial, menurutnya ketimpangan social akibat kapitalisme harus
dihapuskan, dikarenakan semakin banyaknya sikap individualisme dan
berkurangnya tanggung jawab.
Selanjutnya dikembangkan pada tahun 1770-1831 M oleh G.W.F
Hegel, Karl Marx 1818-1883 M, dan Antonio Gramsci 1891-1837 M. dalam
pandangan ketiganya, civil society merupakan elemen idiologis kelas
dominan.
Kemudian dikembangkan lagi oleh Alexis de Tocqueville 1805-1859
M. berdasarkan pengalamannya mengamati budaya demokrasi Amerika, ia
memandang bahwa civil society sebagai kelompok penyeimbang Negara.
Menurutnya kekuatan politik dan masyarakat sipil merupakan kekuatan utama
yang menjadikan demokrasiAmerika mempunyai daya tahan yang kuat.
Gagasan tentang civil society kemudian mewabah menjadi sebuah
landasan idiologis untuk perjuangan kelompok demokrasi dibelahan dunia
yang lain untuk membebaskan masyarakat dari cengkraman Negara yang
secara sistematis melemahkan daya kreativitas dan kemandirian masyarakat.
Di dalam tatanan kepemerintahan yang demokratis, komponen rakyat
yang disebut masyarakat madani harus memperoleh peran utama.Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa dalam system yang demokratis bawa
demokrasi dari rakyat oleh rakyat dan kembali untuk rakyat.Moral menjadi
landasan bagi rakyat untuk berperan dalam menciptakan tata kepemerintahan
yang baik.Moral merupakan operasional dari sikap dan pribadi seseorang
dalam beragama. Sehingga peranan moral dalam tiga komponen yaitu : sector
swasta, pemerintah dan rakyat merupakan kerangka masyarakat madani. (A.
Ubaedillahdan Abdul Rozak, 2010: 217-225)
2. CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sbb :
a. Free public sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat
sebagai warga negara memiliki akses penuh tethadap setiap kegiatan publik,
warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam
menyampaikan pendapat,berserikat,berkumpul,serta mempublikasikan
pendapat,serta mempublikasikan informasi kepada publik
b. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke,masyarakat sosial berkaitan dengan wacana
kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya
demokrasi,dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu
menjamin masyarakat madani.
c. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap
yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap
saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan
oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
d. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai
sikap tulus bahwa ,masyarakat itu majemuk.Kemajemukan itu bernilai positif
dan merupakan rahmat Tuhan/
e. Keadilan sosial (Social Justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.
f. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan
awal yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang
bersih dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memungkinkan otonomi
individu terjaga.
g. Supremasi hukum
Penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan
terciptanya keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak
ada pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum
3. PROSES DEMOKRASI MENUJU MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam membangun
demokrasi. Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi
masyarakat dalam proses-proese pengambilan keputusa yang dilakukan oleh negara
atau pemerintah.
Proses syarat menuju masyarakat madani :
1.Kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
2. memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri.
3. semakin mantab mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri
4. secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi,sistem politik,sosial
budaya dan pertahanan keamanan yang dinamis,tangguh serta berwawasan
global.
4. PILAR PENEGAK MASYARAKAT MADANI Yang dimaksud dengan pilar masyarakat madani adalah institusi-institusi yang
menjadi bagian dari sosial control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat
yang tertindas. Dalam penegakkan masyrakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi persyaratan mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani, pilar-pilar
tersebut antara lain adalah:
a. Lembaga Swadaya
Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyrakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas.
b. Pers
Merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena kemungkinannya dapat mengkiritis dan menjadi bagian dari sosial control yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga negaranya.
c. Supremasi Hukum Warga Negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan maupun
sebagai rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum.
d. Perguruan tinggi
Yakni tempat dimana civitas akademikanya (dosen dan mahasiswa) merupakan bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat madani yang
bergerak pada jalur moral Force untuk menyalurkan aspirasi masyrakat dan
mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh mahasiswa tersebut.
Menurut Riswandi Immawan, perguruan tinggi memiliki tiga peranan
dalam mewujudkan masyarakat madani. Pertama, pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar kehidupan politik yang
demokratis, kedua membangun mengembangkan dan mempublikasikan informasi secara objektif dan tidak manipulatif. Ketiga melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara santun dan saling menghormati.
e. Partai politik
Merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan
asipirasi politiknya dan tempat ekspresi politik warga Negara, maka partai politik ini menjadi persyaratan bagi tegaknya masyrakat madani.
5. MASYARAKAT MADANI INDONESIA
Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupanalternative yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung
tinggi nilai hak asasi manusia. Konsep masyarakat madani menjadi alternative pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan daya control masyarakat
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat yang mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang
demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia. Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus -kasus
pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah mempunyaikekuatan dan bagian dari sosial control.
Secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan
penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi sekaligus agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.
Menurut Dawan ada tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan
sebagai strategi dalam memberdayakan masyrakat madani Indonesia, yaitu :
a. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam
masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
b. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun ekonomi.
c. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat kearah demokratisasi.
Fakta model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh
Hakim bahwa di Era transisi ini harus dipikirkan prioritas -prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target-target group yang paling strategis serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses.
6. KASUS YANG DIANGKAT
Politik Dinasti Tampar Masyarakat Madani
Ditetapkannya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan sebagai tersangka dalam kasus
suap Ketua MK Akil Muchtar membuat kita seperti dihantam palu godam dua kali. Pertama,
ternyata MK tak luput dari praktik kotor ini. Kedua, kita tersadar bahwa Wawan adalah
fenomena gunung es dari buruknya praktik demokrasi kita yang melahirkan dinasti-dinasti
politik. Wawan adalah adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang juga
menjalani pemeriksaan KPK dalam kasus sama.
Dalam sebuah guyon yang populer di kalangan akar rumput, “Banten lebih pas
disebut sebagai sebuah kerajaan daripada provinsi”. Tercatat ada 13 orang sanak famili Atut
mulai dari suami, anak, menantu, adik, hingga ibu tiri yang menjadi pejabat publik mulai dari
anggota legislatif, anggota DPD, hingga wakil bupati. Lebih memprihatinkan lagi, Banten
hanya salah satu dari beberapa kasus atau daerah di mana kue kekuasaan dibagi -bagi di
antara anggota keluarga.
Salah satu amanat Reformasi 1998 ialah pemberantasan segala bentuk nepotisme.
Kita awalnya mengira bahwa dengan demokrasi praktek seperti ini tak lagi terjadi. Sebab
asumsinya, kekuasaan despot di mana penguasa bisa semena-mena menunjuk orang untuk
menempati kursi kekuasan adalah sumber masalah. Nyatanya, praktek demokrasi di negara
kita menghasilkan keluaran yang sama saja.
Mengapa demokrasi menjadi mandul untuk melahirkan kepemimpinan berkualitas?
Mengapa rakyat yang secara formal menyalurkan legitimasi politiknya lewat pemilu seolah
menghendaki lagi terciptanya dinasti-dinasti?
Kita pun tak bisa memungkiri bahwa secara legal formal tak ada yang salah dengan
naiknya keluarga dan kerabat patron-patron politik tersebut ke kekuasaan. Mereka sama-
sama bagian sah dari demokrasi. Mereka pun mengikuti segala aturan main yang ada dan
hak dipilih mereka ialah bagian dari hak konstitusional. Apalagi jika secara substantif,
mereka memang terpilih berdasar kepantasan kompetensi dan kualitas kepemimpinan.
Sampai titik ini memang tak ada yang salah.
Masalahnya adalah seringkali kita menemukan bahwa praktek politik dinasti seperti
kasus Banten ini malah merugikan rakyat sebagai pemilik demokrasi. Selain kasus suap
Wawan di atas, dapat dilihat dari data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten
di tahun 2011 yang dikeluarkan BPS. Di bawah kepemimpinan dinasti Atut, IPM Banten
berada di urutan ke-23, melorot dari peringkat ke-11 di tahun 2000, dan lebih rendah dari
IPM rata-rata nasional.Bahkan kini lebih rendah dari seluruh provinsi di Jawa, Sumatra, Bali
dan NTB.
Sungguh miris melihat data ini jika kita mengingat potensi ekonomi Banten
khususnya keunggulan geografis selain kekayaan alam tentunya. Barangkali terlintas juga
dalam benak kita, jangan-jangan keterbelakangan sengaja diciptakan untuk melanggengkan
kekuasaan.
Rendahnya kualitas pelaku politik dinasti disebabkan mereka tidak dipilih
berdasarkan kapasitas, integritas, dan program. Figur-figur tersebut terpilih lebih karena
popularitas dan kedekatannya dengan sang patron. Ditambah lagi oleh posisi mereka dalam
status quo yang memungkinkan mobilisasi sumber daya untuk memenangkan kontes
demokrasi.
Kultur kita, menurut Geert Hofstede seorang pakar budaya organisasi, yang salah
satu cirinya adalah ‘jarak kekuasaan yang jauh’ membuat praktek patron-klien seperti ini
tumbuh subur dalam alam demokrasi yang prematur. Dengan demikian, calon-calon
pemimpin yang kompeten dan berintegritas akan sulit untuk bersaing, mereka layu sebelum
berkembang.
Berjalannya institusi demokrasi seperti jaminan kebebasan berpendapat, mendirikan
partai politik, dan pemilu yang jujur adalah satu hal. Semua praktek demokrasi formal
tersebut hanyalah syarat perlu. Sedangkan tercapainya tujuan berdemokrasi adalah satu hal
lain yang memerlukan syarat cukupnya sendiri. Syarat cukup tersebut adalah masyarakat
yang siap berdemokrasi, yaitu orang-orang yang berdemokrasi dengan dilandasi
pertimbangan nilai, rasionalitas, dan ketaatan hukum.
Hasil demokrasi semacam apa yang bisa kita harapkan dari pemilih-pemilih yang
mau menjual suaranya dengan 50-100 ribu rupiah karena lapar. Pemimpin semacam apa
yang kita harapkan dapat dihasilkan dari pemilih-pemilih yang sekedar mencoblos gambar
yang paling sering ia lihat di baligo pinggir jalan. Barangkali ada semacam ambang batas
kesejahteraan dan pendidikan tertentu untuk masyarakat agar siap berdemokrasi.
Namun pertanyaannya apakah kita harus menunggu dulu masyarakat pintar dan
sejahtera baru berdemokrasi dan sementara itu kita kembali ke kediktatoran? Tentu ini
bukan juga pilihan yang diinginkan. Justru demokrasi ini dipilih sebagai cara mencapai
keadilan dan kemakmuran.
Oleh karena itu, kondisi yang tidak ideal ini harus disikapi. Menurut hemat saya, ada
dua pendekatan yang bisa diperjuangkan. Pertama, inisiatif dari institusi sosial politik dan
civil society (masyarakat madani) dalam rangka mengakselerasi kematangan berdemokrasi.
Saya percaya bahwa tidak semua yang terlibat dalam politik sudah menjadi kotor. Di antara
mereka masih banyak pembaru-pembaru. Tantangan mereka adalah bagaimana mengambil
inisiatif dan melakukan terobosan-terobosan dalam meraih simpati masyarakat.
Beberapa pilkada memberi contoh bagaimana pemimpin-pemimpin baru dihasilkan
karena mereka berani melakukan terobosan. Alih-alih terjerat dalam politik berbiaya tinggi,
mereka memainkan permainannya sendiri dengan memanfaatkan komunitas, jejaring, sosial
media, turun langsung bersama warga, dan lain sebagainya. Mereka cerdas memanfaatkan
momentum kejenuhan masyarakat akan kepemimpinan yang itu lagi-itu lagi (baca: dinasti).
Elemen masyarakat madani seperti pelajar, pers, LSM, dan sebagainya juga harus makin kreatif dalam mengedukasi masyarakat. Mereka harus mau turun ke bawah ke lapisan masyarakat marjinal yang selama ini menjadi lumbung suara politik dinasti. Kelas menengah jangan hanya berani berteriak lantang di sosial media tapi juga aktif di lapangan dengan agenda-agenda perubahannya. Pendekatan kedua yang layak dipertimbangkan adalah, adanya jaring peraturan yang bisa mencegah keluarga-kerabat pejabat status quo untuk mencalonkan diri dalam kontes demokrasi. Jika melamar pekerjaan saja syarat ini berlaku demi menghindari konflik kepentingan, mengapa tidak bisa diterapkan sebagai syarat menjadi pejabat publik. Aturan ini mungkin sedikit mencederai hak politik satu dua orang. Tapi itu tak ada apa-apanya dibanding mudharat yang jauh lebih besar yang bisa dihindari. Jangan sampai guyon, “Pak Harto: masih enak jamanku, tho?” betul-betul menjadi kenyataan. Bagaimana pun juga, bangsa Indonesia harus melawati fase sejarah ini dengan semangat pembelajaran. Demokrasi kita masih jauh dari ideal, tapi kita tidak boleh berhenti mencoba dan belajar. Jatuh lalu bangkit lagi, jatuh lalu bangkit lagi hingga kita bisa berdiri tegak. Seperti yang dikatakan Bung Hatta dalam catatannya berjudul Demokrasi kita: “Tetapi sejarah memberi pelajaran juga pada manusia. Suatu barang yang bernilai seperti demokrasi baru dihargai apabila hilang sementara waktu. Asal bangsa kita mau belajar dari kesalahannya dan berpegang kembali kepada ideologi negara dengan jiwa murni, demokrasi yang tertidur sementara akan bangun kembali”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mayarakat madani dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat
madani sebagai "area tempat berbagai gerakan sosial" (seperti himpunan ketetanggaan,
kelompok wanita, kelompok keagamaan, dan kelompk intelektual) serta organisasi sipil
dari semua kelas (seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh dan usahawan) berusaha
menyatakan diri mereka dalam suatu himpunan, sehingga mereka dapat
mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukkan pelbagai kepentingan mereka.
Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang
menjadi nilai universal dalam penegakkan masyarakat madani. Diantaranya yaitu ruang
public yang bebas, demokratisasi, toleransi, pluralisme, keadilan social, partisipasi social,
dan supremasi hukum.
Masyarakat madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi
sebagai mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu
memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus -kasus
pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan
untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya
berbagai lembaga-lembaga non pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial
control
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat
maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang
signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang
terjadi di masyarakat sekarang ini. Selalu menambah wawasan kita agar di dalam
kehidupan bermasyarakat kita tidak tertinggal.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani.
B. Saran
Diharapkan kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi.
Elemen masyarakat madani seperti pelajar, pers, LSM, dan sebagainya juga harus makin
kreatif dalam mengedukasi masyarakat. Mereka harus mau turun ke bawah ke lapisan masyarakat marjinal guna meningkatkatkan kualitas dan memberikan edukasi yang lebih merata ke semua lapisan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Suito, Deny. 2006. Membangun masyarakat madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia:
Jakarta.
Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran Rakyat: Bandung
Ubaedillah, A., dan Rozak, Abdul. 2010. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.
Cetakan ke-5. Jakarta: ICCE
Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI:
Jakarta.
Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community Workers
Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung: Bandung.
http://news.detik.com/read/2013/10/15/223111/2386487/103/3/politik-dinasti-tampar-masyarakat-
madani