makalah manajemen kesehatan puskesmas doni

22
MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN & MANAJEMEN PUSKESMAS Oleh : DONI SETIAWAN NIM :

Upload: andri-roukmana

Post on 16-Feb-2016

60 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

sgfwgweger

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN & MANAJEMEN PUSKESMAS

Oleh :

DONI SETIAWAN

NIM :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2015

Page 2: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, akan diapresiasi

oleh masyarakat luas selaku pengguna layanan jika pelayanan kedua institusi pelayanan

kesehatan tersebut bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu pasti menggunakan

pendekatan manajemen sehingga pengelolaannya menjadi efektif, efisien, dan produktif.

Untuk bisa menyediakan pelayanan kesehatan seperti itu, pimpinan dan staf dari kedua

institusi pelayanan tersebut harus menerepkan prinsip-prinsip manajemen (Muninjaya,

2012).

Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di berbagai jenis

organisasi untuk membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi, sehingga

manajemen juga dapat digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu manajer

organisasi pelayanan kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Menurut

Notoatmodjo (2003), manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk

mengatur petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan masyarakat melalui program

kesehatan. (Herlambang &Murwani, 2012).

Sebagian besar penempatan dokter yang baru lulus diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan tenaga medis di puskesmas seluruh Indonesia. Dokter tidak saja berperan

sebagai medicus practicus, tetapi juga sebagai pimpinan unit kerja pelayanan kesehatan

seperti sebagai kepala puskesmas (Muninjaya, 2012). Selain itu,Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,menyebutkan dalam pasal 34 ayat 1

bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan harus

memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang dibutuhkan (Kemenkes,

2009). Untuk itu, dokter dituntut untuk mengembangkan managerialship dan leadership-nya

sehingga tugas pokok dan fungsi puskesmas berkembang efektif,efisien,dan produktif. Oleh

karena itu, penting bagi dokter untuk mengetahui lebih dalam serta memiliki kemampuan

mengenai manajemen kesehatan dan manajemen puskesmas (Muninjaya, 2012).

Page 3: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang manajemen kesehatan

dan manajemen puskesmas serta peran seorang dokter dalam manajemen kesehatan

dan manajemen puskesmas.

C. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembacakhususnya

dokter agar dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai Manajemen Kesehatan dan

Manajemen Puskesmas sehingga dapat menerapkannya saat bertugas sebagai dokter

nantinya.

 

 

Page 4: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kesehatan

1. Definisi

Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya

secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya

disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia di

dalam organisasi, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan,

manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi

(institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada

individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien, dan produktif (Muninjaya,

2012).

Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta sosial

ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan

fisik dan mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat dituangkan dalam

UU Pokok Kesehatan RI No.9 tahun 1960 (Herlambang & Murwani, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan Rumah

Sakit, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para

petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat

melalui program kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).

Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan

manajemen niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa uang

untuk pemilik perusahaan (profit oriented) melainkan manajemen kesehatan

berorientasi memberikan manfaat pelayanan secara optimal pada masyarakat (benefit

oriented) oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian

kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani, 2012).

Page 5: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

2. Fungsi

Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi dalam

manajemen perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :

a. Fungsi Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Perencanaan

kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan

yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang

tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-

langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis

dan struktur organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang diinginkan

dan uraian tugasnya; sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang

diperlukan; bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan

sebuah perencanaan dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b)

mengidentifikasi masalah dan prioritasnya; (c) menentukan tujuan program; (d)

mengkaji hambatan dan kelemahan program; (e) menyusun rencana kerja

operasional.

b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Dengan adanya pengorganisasian, maka seluruh sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui:

pembagian tugas secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan

organisatoris dalam struktur organisasi, pendelegasian wewenang, dan

pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

Ada enam langkah penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu: (a)

tujuan organisasi harus sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis pekerjaan

dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan; (c)

menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang praktis; (d)

menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan menyediakan fasilitas

Page 6: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya; (e) penugasan

personal yang terampil.

c. Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)

Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya

untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat

menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu :

peran kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama antar staf, dan

komunikasi yang lancer antar staf.

Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1)

menciptakan kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan dan

keterampilan staf; (3) menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan; (4)

mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi prestasi

kerja staf; (5) membuat organisasi berkembang secara dinamis.

d. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang telah

dibuat dalam bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu

dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh

staf.

Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar yang

dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang sejenis atau

yang pernah dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu; (2) standar

kriteria, standar yang diterapkan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan oleh petugas

yang sudah mendapatkan pelatihan.

Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan

dengan tiga cara: pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan

masyarakat, dan laporan tertulis dari staf.

e. Fungsi Evaluasi (Evaluation)

Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

program dengan memperbaiki fungsi manajemen. Evaluasi ada beberapa macam,

yaitu: (a) evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum program dilaksanakan;

Page 7: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

(b) evaluasi terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung; (c)

evaluasi terhadap output, dilaksanakan setelah pekerjaan selesai.

Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun

keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai

sebuah proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai, pimpinan

organisasi harus menganalisis kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa

fungsi manajemen tersebut (Muninjaya, 2012).

Gambar 2.1 Siklus Fungsi Manajemen

Sumber: Muninjaya, 2012

3. Ruang Lingkup

Seperti halnya manajemen perusahaan, di bidang kesehatan juga dikenal berbagai

jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya yang

dikelolanya. Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan

kegiatan yang berkaitan dengan(Herlambang & Murwani, 2012).:

a. Manajemen sumber daya manusia (personalia)

b. Manajemen keuangan (mengurusi cashflow keuangan)

c. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)

d. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (melayani

pelayanan kesehatan masyarakat)

Untuk masing-masing bidang tersebut dikembangkan manajemen yang lebih

spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokok institusi kesehatan. Penerapan

manajemen pada unit pelaksana teknis seperti  puskesmas dan RS merupakan upaya

untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unit

Page 8: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

pelayanan kesehatan tersebut, dan diarahkan untuk  mencapai tujuan organisasi (unit

kerja dan sebagainya) secara efektif, efisien, produktif, dan bermutu (Muninjaya, 2012).

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di

Indonesia, seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan di daerah, Rumah

Sakit, dan Puskesmas, dan jajarannya. Untuk memahami penerapan manajemen

kesehatan di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas perlu dilakukan kajian

proses penyusunan rencana tahunan Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan di

daerah. Khusus untuk tingkat Puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari

melalui perencanaan yang disusun setiap lima tahunan (Herlambang & Muwarni, 2012).

           

4. Subsistem Manajemen Kesehatan

Subsistem adalah bagian dari sistem yang membentuk sistem pula. Dalam sistem

kesehatan nasional, subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya administrasi kesehatan yang didukung oleh pengelolaan data dan

informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Herlambang & Murwani, 2012).

Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama (Herlambang &

Murwani, 2012) :

a. Administrasi kesehatan, adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara

pembangunan kesehatan.

b. Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang

merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan pengembangan yang

merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

d. Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai

sebagai acuan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.

Page 9: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

5. Pembiayaan Program Kesehatan

Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU No.32 dan 33 tahun

2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dana

pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber yaitu (Muninjaya, 2012) :

a. Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU ( Dana Alokasi

Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan diberlakukannya otonomi

daerah, porsi dana sector kesehatan yang bersumber dari APBN menurun.

Pemerintah pusat juga masih tetap membantu pelaksanaan program kesehatan

melalui bantuan dana dekonsentrasi, khususnya untuk pemberantasan penyakit

menular.

b. APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang bersumber

dari pajak maupun penghasilan badan usaha milik Pemda. Mobilisasi dana

kesehatan juga bisa bersumber dari masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan,

investasi pembangunan sarana pelayanan kesehatan oleh pihak swasta dan biaya

langsung yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana

pembangunan kesehatan yang diserap dari berbagai sektor harus dibedakan dengan

dana sektor kesehatan yang diserap oleh dinas kesehatan.

c. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan) untuk

investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan.

B. Manajemen Puskesmas

1. Definisi

Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat,

disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014).

2. Tugas dan Fungsi

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

Page 10: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas

menyelenggarakan fungsi (Depkes, 2014) :

a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

3. Susunan Organisasi

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Puskesmas dipimpin oleh

seorang Kepala Puskesmas yang merupakan seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria

sebagai berikut (Depkes, 2014):

a. Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi manajemen

kesehatan masyarakat;

b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan

c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas

Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas dan ia dapat

merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas

kesehatan kabupaten/kota. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat

terpencil yang tidak tersedia seorang tenaga kesehatan seperti kriteria diatas, maka

Kepala Puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling

rendah diploma tiga (Depkes,2014).

Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Depkes, 2014):

a. kepala Puskesmas;

b. kepala sub bagian tata usaha;

c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;

d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan

e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring

f. fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Penerapan Manajemen di Puskesmas

Untuk dapat melaksanakan usaha pokok puskesmas secara efisien, efektif, produktif,

dan berkualitas, pimpinan puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip

manajemen. Penerapan manajemen kesehatan di puskesmas terdiri dari :

Page 11: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

a. Micro Planning (MP)

Merupakan perencanaan tingkat puskesmas. Pengembangan program puskesmas

selama 5 tahun disusun dalam MP.

b. Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP)

Merupakan bentuk penjabaran MP kedalam paket-paket kegiatan program yang

dilaksanakan oleh staf, baik secara individu maupun berkelompok. LKMP

dilaksanakan setiap tahun.

c. Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan Ibu dan Anak

Setempat-Pemantauan Wilayah Setempat)

Merupakan sistem pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan penyakit pada ibu dan

anak atau untuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. LAM

merupakan penjabaran fungsi pengawasan dan pengendalian program. LAM yang

dijabarkan khusus untuk memantau kegiatan program KIA disebut dengan PIAS.

Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi

pencatatan program yang dilakukan secara terpadu setiap bulan.

Stratifikasi puskesmas merupakan kegiatan evaluasi program yang dilakukan setiap

tahun untuk mengetahui pelaksanaan manajemen program puskesmas secara

menyeluruh. Penilaian dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Data SP2TP dimanfaatkan oleh puskesmas untuk penilaian stratifikasi

(Muninjaya, 2004).

Supervisi rutin oleh pimpinan puskesmas dan rapat-rapat rutin untuk koordinasi dan

memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan, monitoring, dan evaluasi

merupakan penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan pengendalian) di

puskesmas (Tabel 2.1) (Muninjaya, 2004).

Page 12: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

Planning Mikro planning, perencanaan tingkat puskesmas

OrganizingStruktur organisasi, pembagian tugas, pembagian wilayah kerja,

pengembangan program puskesmas

Actuating

Lokakarya mini puskesmas, kepemimpinan, motivasi kerja,

koordinasi, komunikasi melalui rapat rutin bulanan untuk membahas

aktivitas harian dan kegiatan program

ControllingPIAS, LAM, PWS KIA, supervise, monitoring, evaluasi, audit

internal keuangan di puskesmas

Tabel 2.1 Penerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas

Sumber: Muninjaya, 2004

5. Subsistem Manajemen Puskesmas

Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok puskesmas, puskesmas

memiliki enam subsistem manajemen, yaitu (Muninjaya, 2004):

a. Subsistem pelayanan kesehatan

Berupa promosi, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi medis dan social

b. Subsistem manajemen keuangan

a) Jenis anggaran yang digunakan terdiri dari dana rutin (gaji pegawai) dan dana

operasional/proyek untuk masing-masing program.

b) Sumber anggaran, sejak otonomi daerah yang ditetapkan berdasarkan UU No.

22 dan 25 tahun 1999 sumber dana puskesmas sebagian besar dari APBD

kabupaten/kota yang disalurkan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.

Hanya sebagian kecil yang berasal dari APBN. Puskesmas juga mendapat dana

dari sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

c) Pimpinan puskesmas menunjuk bendahara puskesmas, ada yang menjadi

bendahara proyek (mencatat dan melaporkan dana operasional kegiatan

proyek) dan bendahara rutin (mengurusi gaji pegawai dan pemasukan

keuangan rutin puskesmas).

Page 13: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

c. Subsistem manajemen logistic

Setiap program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan jenisnya

berbeda-beda. Kebutuhan ini disusun dalam Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP).

Agar praktis biasanya kebutuhan logistik puskesmas disediakan oleh dinas

kesehatan kabupaten/kota dan BKKBN (khusus untuk program KB) dengan dana

yang sudah dialokasikan setiap tahun. Pimpinan puskesmas mempunyai wewenang

dan wajib memeriksa administrasi barang dan obat secara rutin.

d. Subsistem manajemen personalia

1) Untuk meningkatkan motivasi kerja staf, sistem intensif perlu diterapkan sesuai

dengan ketentuan yang disepakati bersama. Selain itu pemberian penghargaan

oleh pimpinan kepada staf yang berprestasi akan membantu meningkatkan

motivasi mereka.

2) Untuk manajeman personalia di puskesmas, dokter selaku manajer puskesmas

tidak diberikan wewenang untuk mengangkat staf kecuali puskesmas

menyisihkan dana sendiri untuk membayar honor staf. Akan tetapi dokter

berhak mengusulkan kebutuhan staf (jumlah dan jenis) ke Dinkes

kabupaten/kota.

3) Pertemuan antara pimpinan dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin dalam

pertemuan rutin seperti rapat bulanan dan mingguan        

e. Subsistem pencatatan dan pelaporan

1) Laporan yang dibuat oleh puskesmas antara lain:

2) Laporan harian (melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) penyakit

tertentu

3) Laporan mingguan (melaporkan kegiatan penanggulangan penyakit diare)

4) Laporan bulanan (ada 4 jenis, LB1 berisi data kesakitan, LB2  berisi data

kematian, LB3 berisi data program gizi. KIA, KB, dan P2M, LB4 untuk obat-

obatan)

f. Subsistem pengembangan peran serta masyarakat (melalui PKMD)

Page 14: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Good Clinical Practice (GCP) adalah suatu standar kualitas etik dan ilmiah

internasional untuk mendisain, melaksanakan, mencatat, dan melaporkan uji klinik

yang melibatkan partisipasi subjek manusia. Mematuhi standar ini akan memberi

kepastian kepada publik bahwa hak, keamanan, kesejahteraan subjek uji klinik

dilindungi serta data uji klinik dapat dipercaya.

2. Dokter harus mengetahui dan memahami GCP karena dokter yang akan melakukan

uji klinik dianjurkan menerapkan prinsip GCP agar uji klinik yang dilakukan

menghasilkan mutu hasil uji klinik yang dapat dipercaya dan bermanfaat serta diakui

di dunia internasional. Dokter yang berpedoman pada GCP akan melindungi hak,

keamanan, dan kesejahteraan subjek uji klinik.

Page 15: Makalah Manajemen Kesehatan Puskesmas Doni

DAFTAR PUSTAKA

Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 44-49, 129-164

Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan

Rumah sakit. Gosyen publishing: Yogyakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 02002/SK/KBPOM Tentang Tata Laksana Uji

Klinik.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Good Clinical Practice. Diambil

dari:http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/6043/Good-Clinical-Practice-

Inspection-Training-Course-Tahun-2014.html [Diakses tanggal 18 Maret 2015]

ICH Expert Working Group. 1996. International Conference On Harmonization of Technical

Requirements For Registration Of Pharmaceuticals For Human Use. Guideline For

Good Clinical Practice E6 (R1).

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2011. Uji Klinis. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Edisi Keempat. Sagung Seto. Jakarta: 187-217.

Vijayananthan, A. 2008. The Importance of Good Clinical Practice Guidelines and itsrole

inclinical trials. Biomedical Imaging and Intervention Journal.