makalah manajemen breeding
DESCRIPTION
aplikasi pure breedTRANSCRIPT
MAKALAH MANAJEMEN BREEDING
APLIKASI PURE BREED BREEDING
OKTALAVIA DWI NR 115130100111036
DYAH AYU N 115130100111045
DINTA ARDELI M 115130101111026
TRI RATIH AYU 115130101111029
ERVIN KUSUMAWARDANI 115130101111035
SEPTIAN VIDYA P 115130101111041
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ada dua pertimbangan utama dalam mendesain sistem persilangan yang efisien. Pertama
menggunakan pengaruh heterosis sebesar mungkin, dan yang kedua adalah mempertahankan
kontribusi rumpun dengan peranan yang sesuai dalam suatu sistem produksi. Heterosis akan
maksimum apabila indukan individu hasil persilangan tidak mempunyai tetua rumpun yang
sama. Dengan demikian maksimum heterosis akan dicapai dalam sistem persilangan dari 4
rumpun, yang berasal dari perkawinan jantan dan betina yang tidak berhubungan darah.
Meskipun mempertahankan tingkat heterosis yang tinggi adalah yang diinginkan dalam suatu
sistem produksi, namun keinginan ini harus diimbangi dengan kebutuhan untuk optimasi
komposisi rumpun yang dipakai. Seperti dikemukakan diatas, heterosis didefinisikan sebagai
keunggulan persilangan dibandingkan dengan rataan kedua rumpun murni orang tuanya. Akan
tetapi akan lebih baik lagi apabila persilangan tersebut lebih baik dari rumpun terbaik orang
tuanya yang digunakan dalam persilangan. Dengan demikian persilangan akan
menguntungkan apabila dibentuk dari rumpun yang telah beradaptasi terhadap lingkungan
dimana akan dikembangkan, dengan karakteristik performan yang seimbang atau saling
mengisi. Biasanya rumpun yang memberikan kontribusi baik untuk rumpun ternak betina
adalah yang beradaptasi terhadap lingkungan setempat, ukuran tubuhnya sedang (untuk
mengontrol biaya maintenance), dan sangat fertil. Ternak ini harus menunjukkan sifat
keindukan yang baik serta mempunyai tingkat prolifikasi yang sesuai dengan sistem
pengelolaan, khususnya penyediaan pakan. Sementara itu untuk rumpun pejantan sebaiknya
adalah yang besar, mempunyai pertumbuhan yang cepat dengan kemampuan untuk
menghasilkan karkas yang tidak begitu berlemak (lean carcass). Disamping itu juga pejantan
ini juga harus yang beradaptasi terhadap lingkungan, sehingga fertilitasnya tetap tinggi dan
keturunannya mempunyai daya hidup yang tinggi. Dengan demikian kunci keberhasilan
sistem persilangan adalah mempertahankan rumpun sesuai dengan peranannya di dalam suatu
sistem produksi. Namun hal ini kadang-kadang sulit dicapai karena sistem persilangan dan
permintaan pasar kadangkadang berbeda, khususnya untuk ternak betina pengganti.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari pure breed dan bagaimana mekanisme perkawinan
galur murni
1.3 Manfaat
Memahami segala sesuatu tentang pure breed dan bagaimana mekanisme perkawinan
galur murni
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Perkawinan sebangsa (straight breeding), sesuai namanya yakni mengawinkan ternak
yang berasal dari satu bangsa dan bertujuan untuk mempertahankan sifat-sifat
asli/karakteristik tetuanya dari bangsa tersebut. Perkawinan ini terbagi beberapa jenis :
- Pure Bred breeding: adalah perkawinan ternak-ternak murni tetapi masih dalam satu
bangsa. Cara ini digunakan untuk mempertahankan difat-sifat/karakteristik suatu
bangsa yang memiliki sifat unggul
- Inbreeding, yaitu perkawinan satu bangsa dengan kerabat dekat. Terdapat dua
macam perkawinan yaitu 1). line breeding, perkawinan ternak yang mempunyai garis
keturunan yang sama, contohnya perkawinan antara sepupu, dan 2). Close breeding,
yakni perkawinan dengan keluarga yang lebih dekat lagi, contohnya kakak dan adik,
bapak dengan anak dsb.
- Outcrossing, adalah perkawinan yang berbeda kerabat pada satu bangsa.
- Grading Up, adalah perkawinan yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik
ternak yang diskrib (tidak jelas asal usulnya). Ternak dan kemudian keturunannya
tersebut dikawinkan secara terus menerus dengan ternak yang memiliki galur murni
dan sifat yang jelas diharapkan. Semakin sering dilakukan perkawinan maka
keturunannya akan semakin mendekati sifat yang diinginkan.
Pure Bred breeding, adalah perkawinan ternak-ternak murni tetapi masih dalam satu
bangsa. Cara ini digunakan untuk mempertahankan sifat-sifat/karakteristik suatu bangsa yang
memiliki sifat unggul. Galur murni adalah vanetas yang terdiri dari genotip yang homozigot.
Simbol "F" (= Filium) menyatakan turunan, sedang simbol "P" (=Parentum) menyatakan
induk.
Suatu breed atau varietas yang telah mengalami seleksi dan pemurniaan berdasarkan
sifat/karakteristik unggul tertentu yang akan digunakan untuk membentuk strain komersial
melalui perkawinan atau persilangan. Perkawinan purebreed ini antara hewan jantan dan
betina dari ras yang sama dengan tujuan persilangan ini adalah untuk mendapatkan keturunan
yang homozigot. Misalnya perkawinansapi jantan dan betina dari ras bali.
Rumpun murni mempunyai suatu derajat silang dalam (inbreeding) dalam
pembentukannya sebagai rumpun, biasanya dalam kaitannya dengan usaha untuk menetapkan
tipe dari suatu rumpun. Sebagai akibat dari silang dalam ini adalah terjadinya fiksasi beberapa
gen yang kurang diinginkan dan kombinasi dengan gen-gen yang ada didalam suatu rumpun.
Oleh karena sangat banyaknya kemungkinan kombinasi gen-gen, oleh karena itu tidak
mungkin untuk membentuk suatu rumpun yang mempunyai komposisi gen yang optimum.
Apabila suatu rumpun disilangkan, kombinasi gen yang baru akan terbentuk dan cenderung
menutupi pengaruh gen-gen yang tidak diinginkan dari suatu rumpun, oleh karena itu tingkat
performan suatu persilangan akan melebihi rataan dari rumpun murni tetuanya. Secara
matematika heterosis didefinisikan sebagai perbedaan performa persilangan (XB) dengan
rataan performa dari rumpun murni (PB) yang dinyatakan sebagai persentase dari rataan
rumpun murni.
Dengan demikian: % heterosis = [(XB-PB)/PB] x 100
2.2 Aplikasi
Karena purebreed merupakan perkawinan antara hewan jantan dan betina dari ras
yang sama dan menghasilkan keturunan yang homozigot, maka purebred menyebabkan
penurunan variabilitas genetic dan peningkatan homosigotik. Hal ini dimanfaatkan oleh para
breeder untuk mendapatkan keturunan dengan sifat murni yang homozigot. Hewan yang
mempunyai persamaan ciri dikawinkan (inbreeding) dihasilkan suatu strain/purebreed yang
homogen. Prinsip dasar yaitu mempertahankan gen-gen tertentu pada frekuensi tinggi,
sementara gen-gen lain dapat dihilangkan(mengekalkan/mempertahankan sifat yang
diinginkan).
Skema persilangan
Aa X Aa
AA,Aa,Aa,aa
Homosigot 2/4 = 50 %
Homosigot resesif: ¼= 25 %
AA x AA Aa x Aa aa x aa
AA,AA AA, Aa,Aa,aa aa ,aa
Homosigot : 6/8= 75 %
Homosigot resesif : 3/8= 37.5 %
Pure Breed Pure Breed
Galur murni merupakan pure line (artinya relative) semua gennya homosigot. Galur murni
dapat dibuat dngan cara perkawinan sendiri (selfing). Hewan yang heterozigot kalau di selfing
terus menerus sampai 6-7 generasi akan menjadi homosigot untuk semua gennya.
Contohnya (s=selfing)
S0 : Aa (100% heterosigot )
S1 : 0.25 AA : 0.50 Aa : 0.25 aa (50% homozigot)
S2 : (0.25 + 0.125 ) AA : 0.25 AA : (0.125 + 0.25 ) aa ( 75% homosigot ) dst
Pengembangan sektor usaha pembibitan dan perbanyakan hewan ternak domba serta
kambing antara lain Domba Garut. Tidak hanya program pemuliaan galur murni untuk
mengembalikan kualitas terbaik hewan ternak Domba Garut, akan tetapi program
pengembangan domba komposit untuk dapat menghasilkan keturunan ataupun bibit unggulan
baru juga sedang giat dilakukan. Berbagai macam penemuan teknologi terkait reproduksi
ternak domba terus dikembangkan untuk mempermudah upaya produksi dan perbanyakan
domba berkualitas, sebagai contoh teknologi laser puntur dan suntik hormonal yang akan
sangat bermanfaat untuk sinkronisasi birahi dan perkawinan massal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pure breed itu merupakan perkawinan antara hewan jantan dan betina yang
satu ras yang dapat menghasilkan keturunan homosigot. Aplikasi pure breed ini digunakan
breeder untuk mempertahankan sifat asli dari hewan tersebut. Suatu breed atau varietas yang
telah mengalami seleksi dan pemurniaan berdasarkan sifat/karakteristik unggul tertentu yang
akan digunakan untuk membentuk strain komersial melalui perkawinan atau persilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptadi, Gatot.2011.Materi Kuliah Manajemen breeding genetika populasi. Facultas of
Animal Husbandry. Brawijaya University
HARDJOSUBROTO, W. dan J.M. ASTUTI. 1993 . Buku Pintar Peternakan . PT Gramedia Widiasarana Indonesia .Jakarta
HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan . PT Gramedia Widiasarana Indonesia . Jakarta.
TIM PENELITI FAKULTAS PETERNAKAN IPB dan BIB SINGOSARL 2000. Uji kemurnian sapi Bali melalui protein, DNA mikrosatelit, struktur bulu dan kromosom. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Inseminasi Buatan Singosari. Bogor.