makalah manajemen laktasi

28
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal(Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002– 2003, pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46 % pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4 – 5 bulan (KBI,2005). Permasalahan yang utama adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung, faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PPASI, kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya dan ibu yang bekerja(Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI). Pada ibu yang bekerja, salah satu penyebabnya adalah singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja, hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula lebih 1

Upload: mifta-dwi-imaniah

Post on 03-Jul-2015

5.008 views

Category:

Documents


200 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manajemen Laktasi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai

tumbuh kembang yang optimal(Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih

kurang, hal ini berdasarkan data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2002– 2003, pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan

hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46 % pada

bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4 – 5 bulan (KBI,2005).

Permasalahan yang utama adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung,

faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu

formula, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya

mendukung PPASI, kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk

bayinya dan ibu yang bekerja(Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).

Pada ibu yang bekerja, salah satu penyebabnya adalah singkatnya masa

cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif

berakhir sudah harus kembali bekerja, hal ini mengganggu upaya pemberian ASI

eksklusif, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula lebih dini

(Dwi Sunar Prasetyo,2009). Kondisi di atas diperberat lagi dengan adanya

kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Pusat

Kesehatan Kerja Depkes RI).

Salah satu profesi yang menyerap wanita bekerja denga prosentase banyak

adalah profesi keperawatan. Sebagai perawat kita dituntut untuk bisa menjadi role

model bagi masyarakat khususnya dalam penerapan manajemen ASI Eksklusif.

Namun masih banyak perawat yang tidak dapat menjalankan peran ini secara

efektif karena tingkat pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku perawat sendiri

yang kurang mendukung tercapainya Program PP-ASI(SELASI,2009). Hal ini

diperkuat lagi dengan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan

Oktober 2009 bahwa dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang

perawat yang menyusui di RSUD Tugurejo Semarang bahwa hanya ada 1 orang

1

Page 2: Makalah Manajemen Laktasi

perawat yang memberikan ASI secara Eksklusif sehingga perlu adanya penelitian

lebih lanjut tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasi, terutama

manajemen laktasi periode postnatal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen Laktasi periode antenatal?

2. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Manajemen Laktasi?

3. Bagaimanakah proses pemberian Asi?

4. Bagaimanakan manajemen laktasi pada Ibu yang bekerja/Wanita Karir?

5. Bagaimakah tehnik pemerasan susu dan penyimpanan Asi?

1.3 Tujuan

Memperoleh gambaran tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasi

periode postnatal.

1.4 Manfaat

1. menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang manajemen

laktasi

2. menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang langkah

manajemen laktasi

3. memberi gambaran cara manajemen laktasi sebagai bekal terjun dalam

masyarakat

2

Page 3: Makalah Manajemen Laktasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Payudara

Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih dahulu memahami

anatomi payudara dan fisiologi laktasi. Dibedakan menurut struktur internal dan

struktur external : Struktur internal payudara terdiri dari : kulit, jaringan dibawah

kulit dan korpus. Korpus terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma

atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :

1. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus

yaitu duktus yang melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI),

selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus

laktiferus.

2. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.

Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi

alveolus yang semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk

lobus sedangkan duktus dan alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus dan

alveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga

dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk

diproses sintesis menjadi ASI. Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak,

pembuluh darah syaraf dan lymfa.

Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih

hitam sekitar puting pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang

mengeluarkan cairan untuk membuat puting lunak dan lentur ( Depkes RI, 2005).

Gambar Anatomi Payudara(http://askep-free.blogspot.com/2010/04/manajemen-laktasi.html)

3

Page 4: Makalah Manajemen Laktasi

3.2 Fisiologi Laktasi

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara

bertambah basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar

pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen,

prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga

disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau

lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang disebut

kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta

dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan

karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat

oleh estrogen. Setelah persalinan, dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan

progesteron menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan

oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan

segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang

memperlancar sekresi ASI ( Depkes, 2005).

3.3 Komposisi Asi

Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu

dan ibu lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak

sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis

ASI sesuai perkembangan bayi.

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena

colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum

dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung

imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang

kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan

penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,

4

Page 5: Makalah Manajemen Laktasi

mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium

(Na) dan seng (Zn).

2.4 Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:

a. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui

tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat

digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus

menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya

kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja

dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam

2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan

jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu

menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk

keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan

makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika

pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan

makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan.

Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup.

Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan

kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk

menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

5

Page 6: Makalah Manajemen Laktasi

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang

selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai

bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.

Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui

bayinya, reflek tersebut adalah:

- Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi

menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting

susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui

nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan

hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –

kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan

ASI.

- Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)

Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada

payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.

Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex

(reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan

bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada

ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan

pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak

keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi

ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down

reflex.

c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap

kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau

klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung

dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah

6

Page 7: Makalah Manajemen Laktasi

pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang

diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak

mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI.

Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang

gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan

kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat

mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI

secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan

adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena

AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat

meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang

produksi ASI.

e. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu

dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.

Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus

laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan

lancar.

7

Page 8: Makalah Manajemen Laktasi

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

a. Manajemen Laktasi

Manajemen adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses

menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses

bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal

danpostnatal (Dwi Sunar Prasetyono,2009). Ruang lingkup Manajemen Laktasi

periode postnatal pada ibu bekerja meliputi ASI Eksklusif, teknik menyusui,

memeras ASI, memberikan ASI Peras, menyimpan ASI Peras, memberikan ASI

Peras dan pemenuhan gizi selama periode menyusui.

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa

kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

b. Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai

proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari

siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)

3.2 Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI

(2005) adalah :

a). Masa Kehamilan (Antenatal).

1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan

keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara

pelaksanaan management laktasi.

2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping

itu, perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.

8

Page 9: Makalah Manajemen Laktasi

4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk

mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu

ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2

kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan

gizi ibu hamil.

5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula

perhatian keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk

memberikan dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan

merupakan anugerah dan tugas yang mulia.

b). Saat segera setelah bayi lahir.

1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi

agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui

bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan,

selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah.

2. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan

rasa aman dan kehangatan.

c). Masa Neonetus

1. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.

2. Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.

3. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).

4. Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan

benar.

5. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap

mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar

produksi ASI tetap lancar.

9

Page 10: Makalah Manajemen Laktasi

6. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu

kurang dari 30 hari setelah melahirkan.

d). Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).

1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi,

yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.

2. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari.

Ibu menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring)

dan minum minimal 10 gelas sehari.

3. Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan

pikiran dan menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi

ASI tidak terhambat.

4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk

menunjang keberhasilan menyusui.

5. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau

menyusu, puting lecet, dll ).

6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi

berumur 6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas

maupun kuantitasnya secara bertahap.

3.3 Proses Pemberian Asi

Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses :

1. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara

Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan

pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon

estrogen, progesteron dan hormon laktogenik plasenta (Farrer, 2001).

2. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan

Setelah plasenta dilahirkan, penurunan produksi hormon dari organ

10

Page 11: Makalah Manajemen Laktasi

tersebut terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior, yaitu prolaktin,

yang tadinya dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi di

dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel- sel kelenjar

payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 3-4 hari setelah bayi

dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai dan susu yang matur disekresikan

pada akhir minggu pertama (Farrer, 2001).

3. Proses untuk mempertahankan produksi ASI

Proses ini bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang

dilepas dari kelenjar hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan

puting. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi

alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan

air susu yang sudah diskresikan oleh kelenjar mammae. Refleks let-down

ini tidak terjadi karena tekanan negatif oleh pengisapan dan juga bukan

karena payudara yang penuh, namun disebabkan oleh refleks neurogenik

yang menstimulasi pelepasan oksitosin. Ibu menyusui akan mengalami

refleks let-down sekitar 30-60 menit setelah bayi mulai menyusu. Refleks

let-down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang murni kejiwaan,

seperti mendengar tangisan bayi, berpikir tentang bayinya atau bahkan

berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir tentang pemberian ASI

sendiri. Sebaliknya, refleks tersebut dapat dihambat oleh kecemasan,

ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan. Faktor-faktor ini

diperkirakan dapat menigkatkan kadar epinefrin dan neroinefrin dan

selanjutnya akan mengambat transportasi oksitosin ke dalam payudara.

Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus

alveolaris mammae yang teratur akan mempertahankan produksi tersebut

(Farrer, 2001).

4. Proses sekresi ASI (refleks let down)

Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan

kejiwaan ibu yang sedapat mungkin tenang dan tidak mengahadapi banyak

11

Page 12: Makalah Manajemen Laktasi

permasalahan. Higiene perorangan dan kesejahteraan yang normal sangat

penting, kebersihan tangan dan kuku jari tangan ibu atau orang lain yang

akan merawat bayi juga ditekankan. Putting susu tidak boleh disentuh

dengan tangan yang belum dicuci bersih dan saputangan tidak boleh

digunakan sebagai ganjal di balik BH untuk menghentikan perembasan

ASI. Bantalan disposabel kini sudah tersedia untuk keperluan ini dan dapat

dikenakan dalam waktu yang relatif singkat jika perembasan ASI

menimbulkan masalah. Ibu harus mengenakan pakaian yang tidak

menghalangi pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan harus dinaikkan

dahulu ke atas untuk mengeluarkan payudara, maka cara ini tentunya tidak

mengenakkan pada bagian bawah pakaian semacam ini bisa terdapat lokia.

BH khusus untuk laktasi yang bersih dan dapat juga menyangga payudara

harus dikenakan sepanjang siang serta malam harinya untuk memberikan

kenyamanan dan mencegah statis air susu pada daerah-daerah payudara

yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus semacam ini, ibu

dapat mengggunakan alat penguat (binder) untuk mengatasi untuk

mengatasi masalah ini. BH untuk laktasi harus dapat dibuka dari depan

dan talinya bisa diturunkan sebelum ibu menyusui bayinya. Tali tersebut

dapat dipasang kembali setelah ibu selesai menyusui.

Prosedur membersihkan puting berbeda antara rumah sakit yang

satu dan rumah sakit lainnya. Namun, selama puting berada dalam

keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara mengusapnya memakai

air yang steril ataukah dibersihkan secara khusus dengan larutan

pembersih, caranya tidak menjadi masalah. Setiap kerak atau air susu yang

mengering dan setiap bekas krim/ salep yang dioleskan sebelumnya harus

dibersihkan dengan hati-hati. Larutan alkohol tidak boleh dipakai untuk

membersihkan puting karena dapat membuat puting menjadi kering dan

mudah pecah-pecah.

Bayi harus berada dalam keadaan bersih, tangan, mata, hidung,

pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu sebelum bayi disusui.

12

Page 13: Makalah Manajemen Laktasi

Perhatian terhadap semua detail ini akan membantu mengurangi

kemungkinan infeksi pada payudara dan menghidari komplikasi lainnya

(Farrer, 2001).

3.4 Manajemn Laktasi Bagi Wanita Karir

Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan untuk

tetap menyusui saat ibu berada di dekat bayi, beberapa kasus kegagalan

pemberian ASI hingga anak 2 tahun karena saat bekerja ibu tidak

memberikan ASI sehingga suplai ASI berkurang dan meningkatkan angka

penyapihan dini (early weaning).

Memompa ASI saat bekerja menimbulkan rasa kedekatan ibu pada anak.

Penghematan keuangan keluarga, mengurangi risiko kesehatan yang

diasosiasikan dengan pemberian susu formula, Ibu lebih jarang meninggalkan

kantor karena anak yang diberi ASI relatif lebih jarang sakit dibandingkan

anak yang tidak diberi ASI.

a) Teknik Memerah ASI

Persiapan Memerah.

a. Cuci bersih kedua tangan Anda dengan benar dan menggunakan sabun.

b. Usahakan rileks dan pilihlah tempat atau ruangan untuk memerah

c. ASI yang tenang dan nyaman.

d. Kompres payudara dengan air hangat. Gunakan handuk kecil, waslap, atau

kain lembut lainnya.

Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage, stroking, dan

shaking yang disebut metode Marmet dikembangkan oleh Chele Marmet.

a. Massage

Massage Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari tengah. Tangan kanan

mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan. Bila

13

Page 14: Makalah Manajemen Laktasi

payudara besar, gunakan keempat jari Dengan tekanan ringan, lakukan

gerakan melingkar dari dasar payudara dengan gerakan spiral ke arah puting

susu.

b. Stroke

Dengan menggunakan jari-jari tangan, tekan-tekanlah payudara secara

lembut. Dari dasar payudara ke arah puting susu dengan garis lurus, kemudian

dilanjutkan secara bertahap ke seluruh bagian payudara. Dengan

menggunakan sisir yang bergigi lebar, “sisirlah” payudara secara lembut, dari

dasar payudara ke arah puting susu. Dengan ujung jari, lakukan stroke dari

dasar payudara ke arah puting susu.

c. Shake

Dengan posisi tubuh condong ke depan, kocok/goyangkan payudara

dengan lembut menggunakan tangan, biarkan daya tarik bumi meningkatkan

stimulasi pengeluaran ASI. Untuk menjamin pengeluaran ASI lancar, lakukan

perawatan pemijatan payudara secara rutin, dan kompres air hangat & air

dingin bergantian.

d. Let-down reflex (LDR)

Sering disebut milk ejection reflex adalah sebuah proses hormonal yang

menyebabkan ASI mengalir deras. Ibu biasanya merasakan sensasi geli atau

seperti kesemutan beberapa saat ketika sedang menyusui bayi. Menurut buku

The Breastfeeding Answer Book, saat sedang menyusu, gerakan ritmik

rahang, bibir, dan lidah bayi mengirimkan sinyal pada bagian hipotalamus

(otak) ibu sehingga hormon prolaktin dan oksitosin dilepaskan, dan masuk ke

dalam aliran darah. Hormon ini menyebabkan sehingga otot-otot kecil yang

mengelilingi gudang ASI (alveoli) menekan ASI ke dalam saluran sehingga

menuju reservoir ASI (lactiferous sinuses) yang terletak 1 inci di belakang

puting dan keluar dari payudara.

14

Page 15: Makalah Manajemen Laktasi

Memerah Dengan Pompa

Memerah menggunakan pompa sangat mudah, cukup dengan mengikuti

instruksi yang tertera pada pompa Ibu. Berikut adalah cara memerah dengan

menggunakan pompa :

a. Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai, jangan sampai bahu

tegang, intinya buat posisi senyaman

b. Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai, jangan sampai bahu

tegang, intinya buat posisi senyaman

b) Cara Menyimpan ASI

– ASI dapat di simpan dengan cara membekukan di freezer atau

mendinginkannya ke dalam lemari es.

– Setelah di pompa, simpanlah ASI pada

• botol steril dengan tutup yang rapat,

• cangkir plastik

• kantong ASI

– Pastikan anda menuliskan label atau tanggal ASI tersebut pada

botol, gelas, atau kantong ASI.

– Jangan menambahkan ASI yang baru anda pompa kedalam ASI

yang sudah beku.

– Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dicairkan

– Simpan dalam jumlah 60 – 120 ml untuk mencegah mubazir

c). Wadah Penyimpanan ASI

• Aneka Wadah

a. wadah yang terbuat dari stainlees steel

b. wadah yang terbuat dari kaca (beling) dengan tutup yang rapat

c. wadah yang terbuat dari semi kaca atau plastik dengan permukaan

yang keras (jenis yang tembus pandang dan tidak buram) dan tutup

yang rapat

15

Page 16: Makalah Manajemen Laktasi

d. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASI

e. Kantong plastik makanan bening (food Grade)

• Kondisi Wadah

- bening tanpa gambar

- tidak mudah bocor

- bisa dibersihkan atau disterilkan

- untuk botol kaca, simpan dalam jumlah 1/2 atau 3/4 saja untuk

menghindari pemuaian yang beresiko menyebabkan botol retak atau

pecah

d). Mencairkan ASI yang telah di simpan (Beku)

• Pindahkan Ke bagian lemari es non freezer hingga mencair

• Pindahkan ke air dingin

• Pindahkan ke dalam baskom air hangat

• Panaska n di atas panci berisi air dengan api kecil

• Atau gunakan bottle warmer

• Jangan memanaskan langsung atau dengan microwave

• Tes suhu ASI dan bila perlu cicipi sebelum diberikan

• FIFO = first in First Out

16

Page 17: Makalah Manajemen Laktasi

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama

dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa

menyusui selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan

untuk tetap menyusui saat ibu berada di dekat bayi. Memompa ASI saat

bekerja menimbulkan rasa kedekatan ibu pada anak. Penghematan

keuangan keluarga, mengurangi risiko kesehatan yang diasosiasikan

dengan pemberian susu formula, Ibu lebih jarang meninggalkan kantor

karena anak yang diberi ASI relatif lebih jarang sakit dibandingkan anak

yang tidak diberi ASI.

17

Page 18: Makalah Manajemen Laktasi

Daftar Pustaka

Judarwanto. Pemberian ASI saat Ibu Bekerja. 2009.http://supportbreastfeeding.wordpress.com/2009/01/09/breasfeeding-working/. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian ASI pada Pekerja Wanita. http://www.akbideub.ac.id. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Manajemen laktasi yang baik. 2009.http://lifestyle.okezone.com. Diakses tanggal 7 Februari 2011.

Pemberian ASI Eksklusif dan faktor-Faktor yang Mempengaruhi. http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Memprihatinkan.2005. http://kbi.gemari.or.id. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Perinasia. Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Cetakan ke dua. Jakarta. Perinasia. 2004.

Purwanto H. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.1999Pelatihan konseling Laktasi. 2009. http://sentralaktasi.multiply.com/journal?&page_start=20. Diakses tanggal 7 Februari 2011

18