makalah lk 2 bogor
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembahasan tentang ekonomi dan permasalahannya,
seperti tidak akan lekang dimakan zaman. Entah itu, dalam tingkat yang paling sederhana ekonomi
rumah-tangga, ataupun dalam tataran yang lebih luas, dalam konteks ekonomi negara misalnya. Sifat
dasar manusia yang ingin selalu memenuhi kebutuhannya, semakin menambah ruang lingkup
pembahasan itu semakin luas. Pembahasan masalah ekonomi berkembang menjadi pem-bahasan
permasalahan manusia itu sendiri. Dengan kebutuhan yang tidak pernah habis manusia dibuat menjadi
sibuk. Kenyataan inilah yang membuat manusia diliputi masa-lah-masalah ekonomi. Perekonomian dunia
yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, memiliki cerita sejarah yang panjang. Deretan tulisan
yang menerangkannya pun tak akan habis dibaca, selalu ada bagian tertentu yang masih tersisa untuk
dibuka dan dipahami. Sistem perkonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara dalam
memecahkan berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh negara tersebut, misalnya
pengalokasian sumber daya yang dimilikinya, pelaksanaan produksi, distribusi dan konsumsi baik
kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan yang mendasar antara sebuah sistem
ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya.
Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem
lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Salah satu sistem perekonomian yang ada
didunia adalah sistem ekonomi kapitalis, yaitu sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama
dimiliki secara pribadi dan pruduksi terutama untuk penjualan. Tujuan dari pemilikan pribadi tersebut
adalah untuk mendapatkan suatu keuntungan yang lumayan dari penggunaan kekayaan pruduktif.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja ciri-ciri sistem ekonomi kapitalis? 2. Apa saja tahap-
tahap sistem ekonomi kapitalis? 3. Bagaimana perbedaan antar negara yang sama-sama
menganut sistem ekonomi kapitalis? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui ciri-ciri sistem ekonomi
kapitalis 2. Untuk mengetahui tahap-tahap sistem ekonomi kapitalis 3. Untuk mengetahui
perbedaan antar negara yang sama-sama menganut sistem ekonomi kapitalis. BAB II PEMBAHASAN
Sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari
produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Sistem ini sesuai
dengan ajaran dari Adam Smith, dalam bukunya “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations.” 2.1 Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis Ciri dari sistem ekonomi kapitalis: 1. Setiap orang
bebas memiliki barang, termasuk barang modal 2. Setiap orang bebas menggunakan barang dan jasa
yang dimilikinya 3. Aktivitas ekonomi ditujukan untuk memperoleh laba 4. Semua aktivitas ekonomi
dilaksanakan oleh masyarakat (Swasta) 5. Pemerintah tidak melakukan intervensi dalam pasar 6.
Persaingan dilakukan secara bebas 7. Peranan modal sangat vital Kelebihan Sistem Ekonomi Pasar
yaitu : Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi Setiap individu
bebas memiliki sumber-sumber produksi Munculnya persaingan untuk maju Barang yang dihasilkan
bermutu tinggi Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas motif
mencari laba Kekurangan Sistem Ekonomi Pasar : Sulitnya melakukan pemerataan pendapatan
Cenderung terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal Munculnya monopoli yang dapat
merugikan masyarakat Sering terjadi gejolak dalam perekonomian 2.2 Tahap-tahap Sistem Ekonomi
Kapitalis 2.2.1 Kapitalisme awal Sistem ekonomi liberal kapitalis klasik berlangsung sekitar abad ke-XVII
sampai menjelang abad ke-XX, dimana individu/swasta mempunyai kebebasan penguasaan sumber
daya maupun pengusaan ekonomi dengan tanpa adanya campur tangan pemerintah untuk mencapai
kepentingan individu tersebut, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai ekses negatif diantaranya
eksploitasi buruh dan penguasaan kekuatan ekonomi. Untuk masa sekarang, sitem liberal kapitalis
awal/klasik telah ditinggalkan. 2.2.2 Sistem liberal kapitalis modern Sistem ekonomi liberal kapitalis
modern adalah sistem ekonomi liberal kapitalis yang telah disempurnakan. Beberapa unsur
penyempurnaan yang paling mencolok adalah diterimanya peran pemerintah dalam pengelolaan
perekonomian. Pentingnya peranan pemerintah dalam hal ini adalah sebagai pengawas jalannya
perekonomian. Selain itu, kebebasan individu juga dibatasi melalui pemberlakuan berbagai peraturan,
diantaranya undang-undang anti monopoli (Antitrust Law). Nasib pekerja juga sudah mulai diperhatikan
dengan diberlakukannya peraturan-peraturan yang melindungi hak asasi buruh sebagai manusia. Serikat
buruh juga diijinkan berdiri dan memperjuangkan nasib para pekerja. Dalam sistem liberal kapilalis
modern tidak semua aset produktif boleh dimiliki individu terutama yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat banyak, pembatasannya dilakukan berdasarkan undang-undang atau peraturan-peraturan.
Untuk menghindari perbedaan kepemilikan yang mencolok, maka diberlakukan pajak progresif misalnya
pajak barang mewah 3.1 Negara yang Menganut Sistem Ekonomi Kapitalis 3.1.1 Amerika Serikat Salah
satu budaya politik Amerika adalah sistem perekonomian kapital. Kapitalisme adalah metode alternative
untuk mendistribusikan keuntungan dan kerugian ekonomi. Kapitalisme mengharuskan pemerintah untuk
terlibat dalam kegiatan ekonomi seminimal mungkin. Bebas berusaha dan kepercayaan diri adalah
prinsip-prinsip dasar dari kapitalisme. Firma atau perusahaan diperbolehkan untuk beroperasi di pasar
bebas dan terbuka, dan individu-individu diharapkan mampu berusaha dengan inisiatif mereka sendiri
untuk membangun keamanan stabilitas ekonomi mereka. Perusahaan menentukan apa yang akan
mereka produksi dan harga untuk barang dan jasa mereka sementara pembeli menentukan apa yang
akan mereka beli dengan harga berapa. Amerika serikat tidak secara murni menganut sistem kapitalisme,
karena pemerintah mengambil peran dalam mengatur dan mendorong perekonomian. Istilah ekonomi
campuran ini digunakan dalam menentukan bentuk anasir berbeda dari sistem ekonomi kombinasi antara
elemen sosialis dan kapitalis. Amerika Serikat mengadopsi lebih banyak elemen kapitalis daripada
elemen sosialis. Karena tradisi individualism yang kuat, orang Amerika cenderung membatasi tujuan dari
tindakan pemerintah dalam bidang ekonomi. 3.1.2 Inggris Dilihat dari sudut pandang sejarah, Inggris
dikenal luas oleh publik dunia dengan statusnya yang merupakan Negara penjajah terbesar di dunia
dengan menggunakan sistem pembangunan ekonomi pasar di Negara jajahannya dan berbagi
keuntungan dengan Sang Penjajah. Ini sangat menggambarkan sifat kapitalisnya yang mengandalkan
pasar, ini lebih dikenal dengan istilah Nekolim, Neokolonialisme-Kolonialisme-Imperialisme. Karena
revolusi industri, Inggris menjadi negara kapitalis dan berkembang menjadi negara imperialis. Dalam
bentuk imperialis modern, yaitu penguasaan politik atau pemerintahan negara yang dikuasai, melakukan
eksploitasi di bidang ekonomi dan penetrasi di bidang kebudayaan. Bangsa-bangsa yang di bawah
jajahan Inggris pada umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi setelah bangsa yang
bersangkutan merdeka. Dengan demikian penetrasi kebudayaan Inggris atas daerah jajahan berhasil. .
Daerah-daerah yang dikuasai Inggris antara lain: India, Kanada, Ameriak Utara. Pada masa Ratu
Victoria, imperialis Inggris mencapai puncaknya. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sistem ekonomi
kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi
dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Sistem ekonomi kapitalis atau sistem
ekonomi pasar ini mempunyai ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan. Tahap dalam sistem ekonomi kapitalis
yang pertama adalah kapitalisme awal yang berlangsung sekitar abad ke-XVII sampai menjelang abad
ke-XX dimana individu/swasta mempunyai kebebasan penguasaan sumber daya maupun pengusaan
ekonomi dengan tanpa adanya campur tangan pemerintah berbeda pada tahap kapitalisme modern yang
diterimanya peran pemerintah dalam pengelolaan perekonomian. Negara yang menganut sistem
ekonomi kapitalis adalah Amerika Serikat dan Inggris. Amerika Serikat tidak secara murni menganut
sistem kapitalisme, karena pemerintah mengambil peran dalam mengatur dan mendorong perekonomian.
Inggris menjadi negara kapitalis yang berkembang menjadi negara imperialis. Daftar Pustaka Samekto,
Aji.2005.Kapitalisme Modernisasai dan Kerusakan Lingkungan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lekachman,
Robert dan Van Lonn, Boriin.2010.Kapitalisme, Teori dan Perkembanganya. Bandung: Resist Book
Bahran Basyiran, Teuku. Sistem Perekonomian Inggris: Free-market dan Ekonomi Syariah. (diakses
melalui http://tbahran.blogspot.com/2012/01/sistem-perekonomian-inggris-free-market.html) Hisyam,
amdya. Amerika Serikat: Liberalisme dalam Ekonomi Politik Internasional. (diakses melalui
http://deedde.wordpress.com/2011/03/07/amerika-serikat-liberalisme-dalam-ekonomi-politik-
internasional/)
Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2013/06/makalah-lengkap-sistem-ekonomi-kapitalis.html
Konten adalah milik dan hak cipta forester untad blog
EKONOMI KAPITALIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu sistem perekonomian yang ada didunia adalah sistem ekonomi kapitalis, yaitu
sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki secara pribadi dan pruduksi
terutama untuk penjualan. Tujuan dari pemilikan pribadi tersebut adalah untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang lumayan dari penggunaan kekayaan pruduktif.
Pemilikan, usaha bebas dan produksi untuk pasar, mencari keuntungan tidak hanya
merupakan gejala ekonomi. Semua ini ikut menentukan segala aspek dalam masyarakat
dan segala aspek kehidupan dan kebudayaan manusia. Ini sangat jelas dan motif mencari
keuntungan, bersama-sama dengan lembaga warisan dan dipupuk oleh oleh hukum
perjanjian, merupakan mesin kapitalisme yang besar; memang merupakan pendorong
ekonomi yang besar dalam sejarah sampai saat ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada masa permulaannya, kapitalisme merupakan semangat yang sering mendapatkan
penekanan adalah sebagai usaha, berani mengambil resiko, persaingan dan keinginan untuk
mengadakan inovasi. Tata nilai yang memadai kapitalisme ( terutama di negara Anglo
Saxon ) adalah individualisme, kemajuan material dan kebebasan politik. Pertumbuhan
kapitalisme, dan terutama industrialisasi oleh kapitalis, juga berarti melahirkan kelas
pekerja yang besar dinegara yang lebih maju. Sering berdesakan didaerah yang kotor di
kota-kota industri yang baru berkembang, jam kerja yang lama dengan upah yang rendah
dan dalam keadaan yang menyedihkan dan tidak sehat, kehilangan lembaga pengatur yang
terdapat di daerah asalnya, dan untuk selama beberapa dekade disisihkan sama sekali dari
proses politik – pekerja dieropa tak dapat diabaikan untuk keberhasilan kapitalisme dan juga
merupakan persoalan sosial dan politik yang paling besar selam tingkat permulaan
kapitalisme industri ini.
Seiring berjalannya waktu, prospek kapitalisme tidak begitu cerah seluruhya segera sesudah
terjadinya krisis finansial yang melanda Amerika Serikat yang kemudian berdampak bagi
negara-negara lain. Banyak para kalangan yang mengatakan bahwa ini adalah saatnya
kehancuran kapitalisme.
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Di harapkan mampu mendeskripsikan dan memahami sistem ekonomi kapitalis.
2. Mampu menganalisis sejauh mana kekuatan ekonomi kapitalis yang banyak dianut oleh
negara-negara barat.
3. Dapat memahami sejauh mana dampak dari ekonomi kapitalis bagi suatu negara yang
menganutnya.
BAB II
ISI
2.1 Lahirnya Ekonomi Kapitalisme
Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang
sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana
negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori
dependensi yang bertolak dari analisa Marxis, dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik
terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (pusat
dan pinggiran), dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan
teori sistem dunia yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme
dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis
Perkembangan kapitalisme pada negara terbelakang menjadi sebuah topik yang menarik
untuk dikaji. Gejala kapitalisme dianggap sebagai sebuah solusi untuk melakukan
pembangunan di negara terbelakang. Teori sistem dunia yang disampaikan oleh Wallerstein
merupakan keberlanjutan pemikiran Frank dengan teori dependensinya. Pendapat Frank,
Sweezy dan Wallerstein mengacu pada model yang dikenalkan oleh Adam Smith. Menurut
Smith, pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
memiliki kesamaan dengan pembangunan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga
kerja merupakan sebuah fungsi yang berhubungan dengan tingkat pembagian kerja. Konsep
inilah yang kemudian memunculkan pembedaan mode produksi menjadi sektor pertanian
dan manufaktur. Konsep ini kemudian semakin berkembang dengan munculnya pembedaan
desa dan kota sebagai sebuah mode produksi yang berbeda
Inti pemikiran Smith adalah bahwa proses produksi dan distribusi ini harus lepas dari
campur tangan pemerintah dan perdagangan bebas. Proses ekonomi hanya akan berjalan
melalui tangan-tangan tak kelihatan yang mengatur bagaimana produksi dan distribusi
kekayaan ekonomi itu berjalan secara adil. Biarkan para pengusaha, tenaga kerja, pedagang
bekerja mencari keuntungan sendiri. Siapapun tak boleh mencampurinya, karena ekonomi
hanya bisa muncul dari perdagangan yang adil. Karenanya, pemerintah harus menjadi
penonton tak berpihak. Ia tak boleh mendukung siapapun yang sedang menumpuk
kekayaan pun yang tak lagi punya kekayaan. Tangan-tangan yang tak kelihatan akan
menunjukkan bagaimana semua bekerja secara adil, secara fair.
Pandangan teori sistem dunia yang menganggap dunia sebagai sebuah kesatuan sistem
ekonomi kapitalis mengharuskan negara pinggiran menjadi tergantung pada negara pusat.
Tansfer surplus dari negara pinggiran menuju negara pusat melalui perdagangan dan
ekspansi modal. Secara tidak langsung teori ini memang mendukung pernyataan Smith
yang memusatkan perhatian pada tatanan kelas. Kenyataan yang terjadi dalam proses
kapitalisme telah menimbulkan dampak berupa pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena
arus pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja. Kerangka pertukaran
barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja ini terwujud dalam bentuk peningkatan
produktivitas yang lebih dikenal dengan konsep maksimalisasi keuntungan dan kompetisi
pasar. Kapitalisme sebagai suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu
menguasai sumberdaya vital dan menggunakannnya untuk keuntungan maksimal.
Maksimimalisasi keuntungan menyebabkan eksploitasi tenaga kerja murah, karena tenaga
kerja adalah faktor produksi yang paling mudah direkayasa dibandingkan modal dan tanah.
Lebih jauh, dalam wacana filsafat sosial misalnya, kapitalisme dipandang secara luas tak
terbatas hanya aspek ekonomi, namun juga meliputi sisi politik, etika, maupun kultural.
Kapitalisme pada awalnya berkembang bukan melalui eksploitasi tenaga kerja murah,
melainkan eksploitasi kepada kaum petani kecil. Negara terbelakang merupakan penghasil
barang mentah terutama dalam sektor pertanian. Kapitalisme masuk melalui sistem
perdagangan yang tidak adil dimana negara terbelakang menjual barang mentah dengan
harga relatif murah sehingga menyebabkan eksploitasi petani. Masuknya sistem ekonomi
perdagangan telah menyebabkan petani subsisten menjadi petani komersil yang ternyata
merupakan bentuk eksploitasi tenaga kerja secara tidak langsung. Perkembangan
selanjutnya telah melahirkan industri baru yang memerlukan spesialisasi tenaga kerja.
Kapitalisme yang menitikberatkan pada spesialisasi tenaga kerja dan teknologi tinggi
membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan menguasai teknologi. Keadaan ini sangat
sulit terwujud pada negara pinggiran. Proses ini hanya akan melahirkan tenaga kerja kasar
pada negara pinggiran, sedangkan tenaga kerja terampil dikuasai oleh negara pusat.
Ketidakberdayaan tenaga kerja pada negara pinggiran merupakan keuntungan bagi negara
pusat untuk melakukan eksploitasi. Ekspansi kapitalisme melalui investasi modal dan
teknologi tinggi pada negara pinggiran disebabkan oleh tersedianya tenaga kerja yang
murah.
Kapitalisme yang menjalar hingga negara terbelakang menjadikan struktur sosial di negara
terbelakang juga berubah. Kapitalisme memunculkan kelas sosial baru di negara
terbelakang yaitu kelas pemilik modal. Berkembangnya ekonomi kapitalis ini didukung oleh
sistem kekerabatan antara mereka. Kelas borjuis di negara terbelakang juga dapat dengan
mudah memanfaatkan dukungan politik dari pemerintah. Sebagai sebuah kesatuan ekonomi
dunia, asumsi Wallerstein akan adanya perlawanan dari negara terbelakang sebagai kelas
tertindas oleh negara pusat menjadi hal yang tidak mungkin terjadi. Kapitalisme telah
menciptakan kelompok sosial borjuis di negara terbelakang yang juga menggunakan
kapitalisme untuk meningkatkan keuntungan ekonomi mereka, sehingga sangat tidak
mungkin mereka melakukan perjuangan kelas. Gagasan Marx tentang tahapan revolusi
ternyata runtuh. Marx menyatakan bahwa negara terbelakang akan memerlukan dua tahap
revolusi, yaitu revolusi borjuis dan revolusi sosialis. Revolusi borjuis dilakukan oleh kelas
borjuis nasional untuk melawan penindasan oleh negara maju dan kemudian baru berlanjut
pada revolusi sosialis oleh kelas proletar.
Asumsi ini runtuh karena kelas borjuis nasional ternyata tidak mampu lagi melaksanakan
tugasnya sebagai pembebas kelas proletar dari eksploitasi kapitalisme, karena kelas borjuis
nasional sendiri merupakan bentukan dan alat kapitalisme negara maju.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara
produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah merambah jauh jauh
menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga
mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme
tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan
memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari
hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar individu. Sehingga itulah, kita
mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan
bentuk negara. Upaya untuk memerangi kapitalisme bukan dengan sistem ekonomi sosialis
namun dengan kemandirian ekonomi atau swasembada.
2.2 Perspektif Sistem Ekonomi Kapitalisme
2.2.1 Ciri-ciri Ekonomi Kapitalisme :
*
Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi dimana Pemilikan alat-alat produksi di tangan
individu dan Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.
*
Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi memberikan “signal”
kepda produsen dan konsumen dalam bentuk harga-harga. Campur tangan pemerintah
diusahakan sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi
efisien. Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba
*
Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingan
sendiri. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno
(disebut hedonisme).
2.2.2 Kebaikan-kebaikan Ekonomi Kapitalisme:
* Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang.
* Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal
yang terbaik dirinya.
* Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang diperlukan
lebih kecil.
2.2.3 Kelemahan-kelemahan Kapitalisme
* Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan
monopolistik.
* Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya faktor-
faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-lain).
2.2.4 Kecenderungan Bisnis dalam Kapitalisme
Perkembangan bisnis sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang berlaku.
Kecenderungan bisnis dalam kapitalisme dewasa ini adalah: adanya spesialisasi, adanya
produksi massa, adanya perusahaan berskala besar, adanya perkembangan penelitian.
2.3 Runtuhnya Sistem Ekonomi Kapitalisme
Dengan kegagalan kapitalisme membangun kesejahteran umat manusia di muka bumi,
maka isu kematian ilmu ekonomi semakin meluas di kalangan para cendikiawan dunia.
Banyak pakar yang secara khusus menulis buku tentang The Death of Economics tersebut,
antara lain Paul Omerod, Umar Ibrahim Vadillo, Critovan Buarque, dan sebagainya.
Paul Omerod dalam buku The Death of Economics (1994). Menuliskan bahwa ahli ekonomi
terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan
dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar
yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan
kekayaan pada kelompok orang tertentu.
Mirip dengan buku Omerod, muncul pula Umar Vadillo dari Scotlandia yang menulis buku,
”The Ends of Economics” yang mengkritik secara tajam ketidakadilan sistem moneter
kapitalisme. Kapitalisme justru telah melakukan ”perampokan” terhadap kekayaan negara-
negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yang sesungguhnya adalah riba.
Dari berbagai analisa para ekonom dapat disimpulkan, bahwa teori ekonomi telah mati
karena beberapa alasan. Pertama, teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan
ketidakadilan ekonomi yang sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya
menguntungkan Barat melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, Teori
ekonomi kapitalisme tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Ketiga, paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat secara
menyeluruh, sehingga ada dikotomi antara individu, masyarakat dan negara. Keempat,
Teori ekonominya tidak mampu menyelaraskan hubungana antara negara-negara di dunia,
terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang. Kelima, terlalaikannya
pelestarian sumber daya alam.
Alasan-alasan inilah yang oleh Mahbub al-Haq (1970) dianggap sebagai dosa-dosa para
perencana pembangunan kapitalis. Kesimpulan ini begitu jelas apabila pembahasan teori
ekonomi dihubungkan dengan pembangunan di negara-negara berkembang. Sementara itu
perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kesenjangan antara negara-negara
berpendapatan tinggi dan negara-negara berpendapatan rendah, tetap menjadi indikasi
bahwa globalisasi belum menunjukkan kinerja yang menguntungkan bagi negara miskin.
(The World Bank, 2002).
Sejalan dengan Omerod dan Vadillo, belakangan ini muncul lagi ilmuwan ekonomi
terkemuka bernama E.Stigliz, pemegang hadiah Nobel ekonomi pada tahun 2001. Stigliz
adalah Chairman Tim Penasehat Ekonomi President Bill Clinton, Chief Ekonomi Bank Dunia
dan Guru Besar Universitas Columbia. Dalam bukunya “Globalization and Descontents, ia
mengupas dampak globalisasi dan peranan IMF (agen utama kapitalisme) dalam mengatasi
krisis ekonomi global maupun lokal. Ia menyatakan, globalisasi tidak banyak membantu
negara miskin. Akibat globalisasi ternyata pendapatan masyarakat juga tidak meningkat di
berbagai belahan dunia. Penerapan pasar terbuka, pasar bebas, privatisasi sebagaimana
formula IMF selama ini menimbulkan ketidakstabilan ekonomi negara sedang berkembang,
bukan sebaliknya seperti yang selama ini didengungkan barat bahwa globalisasi itu
mendatangkan manfaat.. Stigliz mengungkapkan bahwa IMF gagal dalam misinya
menciptakan stabilitas ekonomi yang stabil.
Karena kegagalan kapitalisme itulah, maka sejak awal, Joseph Schumpeter meragukan
kapitalisme. Dalam konteks ini ia mempertanyakan, “Can Capitalism Survive”?. No, I do not
think it can. (Dapatkah kapitalisme bertahan ?. Tidak, saya tidak berfikir bahwa kapitalisme
dapat bertahan). Selanjutnya ia mengatakan, ” Capitalism would fade away with a resign
shrug of the shoulders”,Kapitalisme akan pudar/mati dengan terhentinya tanggung
jawabnya untuk kesejahteraan (Heilbroner,1992).
Sejalan dengan pandangan para ekonom di atas, pakar ekonomi Fritjop Chapra dalam
bukunya, The Turning Point, Science, Society and The Rising Culture (1999) dan Ervin Laszio
dalam buku 3rd Millenium, The Challenge and The Vision (1999), mengungkapkan bahwa
ekonomi konvensional (kapitalisme) yang berlandaskan sistem ribawi, memiliki kelemahan
dan kekeliruan yang besar dalam sejumlah premisnya, terutama rasionalitas ekonomi yang
telah mengabaikan moral. Kelemahan itulah menyebabkan ekonomi (konvensional) tidak
berhasil menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan bagi umat manusia. Yang terjadi
justru sebaliknya, ketimpangan yang semakin tajam antara negara-negara dan masyarakat
yang miskin dengan negara-negara dan masyarakat yang kaya, demikian pula antara
sesama anggota masyarakat di dalam suatu negeri. Lebih lanjut mereka menegaskan
bahwa untuk memperbaiki keadaan ini, tidak ada jalan lain kecuali mengubah paradigma
dan visi, yaitu melakukan satu titik balik peradaban, dalam arti membangun dan
mengembangkan sistem ekonomi yang memiliki nilai dan norma yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Titik balik peradaban versi Fritjop Chapra sangat sesuai dengan pemikiran Kuryid Ahmad
ketika memberi pengantar buku Umar Chapra, ”The Future of Economics : An Islamic
Perspective (2000), yang mengharuskan perubahan paradigma ekonomi. Hal yang sama
juga ditulis oleh Amitai Etzioni dalam buku, ”The Moral Dimension : Toward a New
Economics”(1988), yakni kebutuhan akan paradigm shift (pergeseran paradigma) dalam
ekonomi.
Sejalan dengan pandangan para ilmuwan di atas, Critovan Buarque, ekonom dari universitas
Brazil dalam buknya, “The End of Economics” Ethics and the Disorder of Progress (1993),
melontarkan sebuah gugatan terhadap paradigma ekonomi kapitalis yang mengabaikan
nilai-nilai etika dan sosial.
Paradigma ekonomi kapitalis tersebut telah menimbulkan efek negatif bagi pembangunan
ekonomi dunia, yang disebut Fukuyama sebagai ”Kekacauan Dahsyat” dalam bukunya yang
paling monumental, “The End of Order”.(1997), yakni berkaitan dengan runtuhnya
solidaritas sosial dan keluarga.
Meskipun di Barat, ada upaya untuk mewujudkan keadilan sosial, namun upaya itu gagal,
karena paradigmanya tetap didasarkan pada filsafat materialisme dan sistem ekonomi
ribawi. Kemandulan yang dihasilkan elaborasi teori dan praktek Filsuf Sosial Amerika, John
Rawis dalam buku “The Theory of Justice” (1971) yang ditanggapi oleh Robert Nozik dalam
bukunya “Anarchy, State and Utopia” (1974), telah menjadi contoh yang mempresentasikan
kegagalan teori keadilan versi Barat.
2.4 Dampak sistem Ekonomi Kapitalisme;
Studi Kasus: “Krisis Finansial Global”
Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait, membuat 'efek domino' krisis yang
berbasis di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke berbagai negara di
seluruh penjuru dunia. Tak terkecualikan Indonesia. Krisis keuangan yang berawal dari krisis
subprime mortgage itu merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS. Pemain-pemain
utama Wall Street berguguran, termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua
bank terbesar di AS. Para investor mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga
saham di bursa-bursa utama dunia pun rontok.
Menurut Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Washington, seperti dikutip AFP
belum lama ini, resesi sekarang dipicu pengeringan aliran modal. Ia menaksir akan terdapat
kerugian sekitar 1,4 triliun dolar AS pada sistem perbankan global akibat kredit macet di
sektor perumahan AS. "Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 945 miliar dolar
AS,". Hal ini menyebabkan sistem perbankan dunia saling enggan mengucurkan dana,
sehingga aliran dana perbankan, urat nadi perekonomian global, menjadi macet. Hasil
analisis Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan
memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan
setidaknya dua kuartal berturut-turut sudah bisa disebut sebagai resesi.
Sederet bank di Eropa juga telah menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus turun
tangan menolong dan mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia,
Luksemburg, dan Belanda menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal 11,2
miliar euro atau sekitar Rp155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan likuiditasnya.
Fortis, bank terbesar kedua di Belanda dan perusahaan swasta terbesar di Belgia, memiliki
85.000 pegawai di seluruh dunia dan beroperasi di 31 negara, termasuk Indonesia. Ketiga
pemerintah itu memiliki 49 persen saham Fortis. Fortis akan menjual kepemilikannya di ABN
AMRO yang dibelinya tahun lalu kepada pesaingnya, ING. Pemerintah Jerman dan
konsorsium perbankan, juga berupaya menyelamatkan Bank Hypo Real Estate, bank
terbesar pemberi kredit kepemilikan rumah di Jerman. Pemerintah Jerman menyiapkan dana
35 miliar euro atau sekitar Rp486,4 triliun berupa garansi kredit. Inggris juga tak kalah
sibuk. Kementerian Keuangan Inggris, menasionalisasi bank penyedia KPR, Bradford &
Bingley, dengan menyuntikkan dana 50 miliar poundsterling atau Rp864 triliun. Pemerintah
juga harus membayar 18 miliar poundsterling untuk memfasilitasi penjualan jaringan
cabang Bradford & Bingley kepada Santander, bank Spanyol yang merupakan bank terbesar
kedua di Eropa. Bradford & Bingley merupakan bank Inggris ketiga yang terkena dampak
krisis finansial AS setelah Northern Rock dinasionalisasi Februari lalu dan HBOS yang dilego
pemiliknya kepada Lloyds TSB Group.
Dengan menggunakan analisis “stakeholder”, kita dapat melihat bahwa krisis finansial
global yang dimulai dari AS, sesungguhnya merupakan akibat dari ketidakseimbangan
pembangunan ekonomi yang berlebihan di SEKTOR FINANSIAL dibandingkan SEKTOR RIIL
yang berakar dari system moneter buatan The Fed. Padahal secara inheren sektor finansial
ini sudah bersifat inflatif, karena mengandalkan keuntungannya pada system riba dan
bukan karena produktivitas yang riil (yang disebabkan karena kerja, kreativitas dan
pemikiran).
Cara populer untuk mengatasi krisis ini, karenanya, jelas dengan memberikan energi yang
lebih besar pada sektor riil sebagaimana yang pernah dilakukan Presiden AS Roosevelt
bersama penasihat ekonominya yang terkenal John Maynard Keynes untuk membangun
secara massif infrastruktur sektor riil pasca terjadinya depresi besar di AS, di tahun 1930-an.
Secara implisit, gambaran di atas juga menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya dampak krisis
finansial yang terjadi di AS maupun di luar AS, sangat ditentukan oleh peran dari masing-
masing pemangku kepentingan atau “stakeholders” tadi. Pemerintah di luar AS bisa saja
meminimalisir dampak krisis bila melakukan “imunisasi” atau “proteksi” yang perlu serta
mengantisipasinya dengan melakukan pembangunan sector riil dan peningkatan
kesejahteraan publik secara massif.
2.5 Prinsip dan Akar masalah Krisis Ekonomi Kapitalis ( Krisis Finansial )
Pertama, dengan menyingkirkan emas sebagai cadangan mata uang, dan dimasukkannya
dolar sebagai pendamping mata uang dalam Perjanjian Breetonword, setelah berakhirnya
Perang Dunia II, kemudian sebagai substitusi mata uang pada awal dekade tujuh puluhan,
telah menyebabkan dolar mendominasi perekonomian global. Akibatnya, goncangan
ekonomi sekecil apapun yang terjadi di Amerika pasti akan menjadi pukulan yang telak bagi
perekonomian negara-negara lain. Sebab, sebagian besar cadangan devisanya, jika tidak
keseluruhannya, dicover dengan dolar yang nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan kertas
dan tulisan yang tertera di dalamnya. Setelah euro memasuki arena pertarungan, baru
negara-negara tersebut menyimpan cadangan devisanya dengan mata uang non-dolar,
meski dolar tetap saja memiliki prosentase terbesar dalam cadangan devisa negara-negara
tersebut secara umum.
Karena itu, selama emas tidak menjadi cadangan mata uang, maka krisis ekonomi seperti
ini akan terus terulang. Sekecil apapun krisis yang menimpa dolar, maka krisis tersebut
akan dengan segera menjalar ke perekonomian negara-negara lain. Bahkan dampak krisis
politik yang dirancang Amerika juga akan berakibat terhadap dolar, dengan begitu juga
berdampak pada dunia. Kondisi seperti akan bisa saja menimpa uang kertas negara
manapun yang mempunyai kontrol terhadap negara lain.
Kedua, hutang-hutang riba juga menciptakan masalah perekomian yang besar, hingga kadar
hutang pokoknya menggelembung seiring dengan waktu, sesuai dengan prosentase riba
yang diberlakukan kepadanya. Akibatnya, ketidakmampuan individu dan negara dalam
banyak kondisi menjadi perkara yang nyata. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya krisis
pengembalian pinjaman, dan lambannya roda perekonomian, karena ketidakmampuan
sebagian besar kelas menengah dan atas untuk mengembalikan pinjaman dan melanjutkan
produksi.
Ketiga, sistem yang digunakan di bursa dan pasar modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan
komoditi tanpa adanya syarat serah-terima komuditi yang bersangkutan, bahkan bisa
diperjualbelikan berkali-kali, tanpa harus mengalihkan komoditi tersebut dari tangan
pemiliknya yang asli, adalah sistem yang batil dan menimbulkan masalah, bukan sistem
yang bisa menyelesaikan masalah, dimana naik dan turunnya transaksi terjadi tanpa proses
serah terima, bahkan tanpa adanya komiditi yang bersangkutan.. Semuanya itu memicu
terjadinya spekulasi dan goncangan di pasar. Begitulah, berbagai kerugian dan keuntungan
terus terjadi melalui berbagai cara penipuan dan manipulasi. Semuanya terus berjalan dan
berjalan, sampai terkuak dan menjadi malapetaka ekonomi.
Keempat, perkara penting, yaitu ketidaktahuan akan fakta kepemilikan. Kepemilikan
tersebut, di mata para pemikir Timur dan Barat, adalah kepemilikan umum yang dikuasai
oleh negara, sebagaimana teori Sosialisme-Komunisme, dan kepemilikan pribadi yang
dikuasi oleh kelompok tertentu. Negara pun tidak akan mengintervensinya sesuai dengan
teori Kapitalisme Liberal yang bertumpu pada pasar bebas, privatisasi, ditambah dengan
globalisasi.Ketidaktahuan akan fakta kepemilikan ini memang telah dan akan menyebabkan
goncangan dan masalah ekonomi. Itu karena kepemilikan tersebut bukanlah sesuatu yang
dikuasai oleh negara atau kelompok tertentu, melainkan ada tiga macam:
* Kepemilikan umum, meliputi semua sumber, baik yang keras, cair maupun gas, seperti
minyak, besi, tembaga, emas dan gas. Termasuk semua yang tersimpan di perut bumi, dan
semua bentuk energi, juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen
utamanya.. Maka, negara harus mengekplorasi dan mendistribusikannya kepada rakyat,
baik dalam bentuk barang maupun jasa.
* Kepemilikan negara, adalah semua kekayaan yang diambil negara, seperti pajak dengan
segala bentuknya, serta perdagangan, industri dan pertanian yang diupayakan oleh negara,
di luar kepemilikan umum. Semuanya ini dibiayai oleh negara sesuai dengan kepentingan
negara.
* kepemilikan pribadi, yang merupakan bentuk lain. Kepemilikan ini bisa dikelola oleh
individu sesuai dengan hukum syara’.
Menjadikan kepemilikan-kepemilikan ini sebagai satu bentuk kepemilikan yang dikuasai oleh
negara, atau kelompok tertentu, sudah pasti akan menyebabkan krisis, bahkan kegagalan.
Kapitalisme juga gagal, dan setelah sekian waktu, kini sampai pada kehancuran. Itu karena
Kapitalisme telah menjadikan individu, perusahaan dan institusi berhak memiliki apa yang
menjadi milik umum, seperti minyak, gas, semua bentuk energi dan industri senjata berat
sampai radar. Sementara negara tetap berada di luar pasar dari semua kepemilikan
tersebut. Itu merupakan konsekuensi dari ekonomi pasar bebas, privatisasi dan globalisasi..
Hasilnya adalah goncangan secara beruntun dan kehancuran dengan cepat, dimulai dari
pasar modal menjalar ke sektor lain, dan dari institusi keuangan menjalar ke yang lain..
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi kapitalis
ternyata tidak selamanya mampu menopang kekuatan negara-negara barat. Dengan
kegagalan kapitalisme membangun kesejahteran umat manusia di muka bumi, maka isu
kematian ekonomi kapitalis semakin meluas di kalangan para cendikiawan dunia. Banyak
pakar yang secara khusus menulis buku tentang The Death of Economics tersebut, antara
lain Paul Omerod, Umar Ibrahim Vadillo, Critovan Buarque, dan sebagainya. Paul Omerod
dalam buku The Death of Economics (1994). Menuliskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada
ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam
membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar yang
merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan
kekayaan pada kelompok orang tertentu.
Dari berbagai analisa para ekonom dapat disimpulkan, bahwa teori ekonomi telah mati
karena beberapa alasan. Pertama, teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan
ketidakadilan ekonomi yang sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya
menguntungkan Barat melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, Teori
ekonomi kapitalisme tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Ketiga, paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat secara
menyeluruh, sehingga ada dikotomi antara individu, masyarakat dan negara. Keempat,
Teori ekonominya tidak mampu menyelaraskan hubungana antara negara-negara di dunia,
terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang. Kelima, terlalaikannya
pelestarian sumber daya alam.
3.2 Saran
Pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan politik yang
dijalankan oleh suatu negara. Kebijakan pembangunan membawa dampak pada
pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun demikian pertumbuhan ekonomi semata tidak
dapat dijadikan ukuran keberhasilan sebuah pembangunan. Pertumbuhan ekonomi pada
negara terbelakang dapat dijelaskan sebagai suatu bentuk ketergantungan dengan negara
maju. Wujud ketergantungan tersebut kini dalam bentuk kesatuan ekonomi kapitalis dunia.
Pembangunan politik negara terbelakang memiliki peran dalam menentukan pertumbuhan
ekonomi.
Kapitalisme yang telah melanda seluruh dunia mau tidak mau harus dilawan dengan
mewujudkan sistem ekonomi yang mandiri. Sistem ekonomi sosialis yang selama ini
dianggap sebagai tandingan dari kepitalisme ternyata menurut Wallerstein sama halnya
dengan kapitalisme. Negara dipandang sebagai sebuah badan usaha bersama yang
menguasai alat produksi dan melakukan eksploitasi. Sehingga dalam hal ini penulis
sekiranya dapat memberikan saran bahwa Kemandirian ekonomi harus menjadi konsep
pembangunan yang dianut negara terbelakang untuk melawan kapitalisme.
Diposkan oleh Caray
Label: Ekonomi, makalah
Ekonomi kapitalis,sosialis,islamDocument Transcript
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keniscayaan bahwa manusia dalam
kehidupannya di dunia ini pasti tidak akan pernah lepas dari kehidupan berekonomi. Manusia
membutuhkan makanan yang harus mereka konsumsi untuk bisa bertahan hidup, makanan yang
manusia makan juga harus didistribusikan dari para produsen sehingga sampai pada konsumen
yang membutuhkan. Produksi, distribusi dan konsumsi menjadi kegiatan inti dari ekonomi yang pasti
dilakukan manusia demi memenuhi kebutuhannya. Dalam mendukung lancarnya itu semua
diperlukan sistem yang mengatur kegiatan ekonomi sehingga mampu menghasilkan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakat. Tentu saja setiap masyarakat, negara dan bangsa mempunyai kultur atau
latar belakang yang berbeda-beda sehingga dalam mengatur kegiatan ekonominya juga memiliki
sistem yang berbeda-beda meskipun ada juga yang menggunakan sistem yang sama sesuai
dengan keadaan lingkungan di mana sistem ini akan digunakan. Dalam ekonomi, terdapat berbagai
macam sistem yang merupakan hasil dari kemampuan untuk menginterpretasikan yang berbeda-
beda sesuai dengan kultur dan lingkungan yang mempengaruhi cara berpikir untuk menemukan
sebuah sistem. Kehidupan berekonomi juga tak lepas dari berbagai masalah yang terus
mengahantui seperti pengentasan kemiskinan, menyediakan kesempatan bagi setiap orang untuk
mendapatkan penghasilan, memenuhi 1
2. kebutuhan dasar setiap individu, pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan. [1] Ini
mendorong masyarakat membentuk sistem yang diharapkan nantinya mampu mengatasi atau
mencegah terjadinya masalah-masalah yang disebutkan di atas. Sistem ekonomi dengan pusat
perencanaan adalah negara, yang diklaim mampu untuk memenuhi tujuan pokok, tidak hanya gagal
untuk mewujudkannya tetapi juga menghadapi krisis ekonomi yang serius, meyakinkan kegagalan
sistem. Kemudian sistem ekonomi pasar menawarkan bahwa sistem pasar lebih baik dari
sebelumnya, tetapi walaupun performanya lebih baik, mereka juga gagal dalam mewujudkan tujuan
pokok yang diinginkan. Kegagalan mereka yang sangat menonjol dari ketidastabilan ekonomi dan
ketidakseimbangan ekonomi makro, tingkat inflasi yang tinggi tercermin dalam fluktuasi ekonomi
yang sering terjadi tingginya tingkat inflasi dan pengangguran. [2] Negara-negara muslim, mereka
juga dalam keadaan sangat goyah seperti halnya dunia lainnya. Kemiskinan dan ketidakmerataan
menjadi lebih kentara. Kebutuhan-kebutuhan pokok masih belum terjangkau oleh sebagian besar
penduduknya, sementara sebagian golongan atas dan orang kaya hidup dalam kemewahan.
Adanya kemiskinan bersamaan dengan golongan hidup mewah cenderung menggerogoti jalinan
ukhuwah dan solidaritas sosial serta berfungsi sebagai salah satu penyebab utama kejahatan,
kekerasan, kerusuhan sosial dan ketidakstabilan politik. Mayoritas negara-negara ini juga
dihadapkan pada ketidakseimbangan makroekonomi. Kegagalan negara-negara muslim lebih
menegaskan lagi karena islam memberikan tekanan tanpa kompromi terhadap martabat manusia,
ukhuwah, dan keadilan sosial sampai ekonomi yang tetap menjadi slogan kosong sampai elemen
pokok dari kebahagiaan itu dipenuhi. 2
3. [3]Beberapa sistem telah berhasil dalam beberapa periode atau rentan waktu saja tetapi setelah
itu menghilang. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pengentasan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, full employment, kestabilan harga, ditribusi pendapatan menjadi masalah-
masalah yang harus diusahakan untuk tidak terjadi dalam sebuah perekonomian. Tidak hanya di
negara-negara Asia, bahkan negara-negara barat sedang mencari solusi sistem yang mampu
memecahkan permasalahan yang sedang atau diprediksikan akan terjadi. Dalam makalah ini akan
diuraikan berbagai sistem yang ada di dunia – kapilaisme, sosiaisme, Islam – ditambah juga sistem
ekonomi komunisme yang merupakan varian dari sistem sosialisme dan sistem ekonomi fasisme.
Beberapa kebaikan dari beberapa sistem dan juga kelemahannya juga akan diuraikan dalam
malakah ini sehingga diketahui sistem yang memang harus diikuti atau dijadikan pedoman ekonomi
agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang belum bisa diselesaikan oleh sistem yang
telah gagal. B. Rumusan Masalah 1. Pengertian Sistem 2. Perbedaan antara sistem ekonomi
sosialis, kapitalis dan islam 3
4. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN SISTEM Pengertian sistem adalah merujuk pada
sehimpunan gagasan (ide) yang tersusun diorganisasikan, suatu himpunan gagasan, prinsip,
doktrin, hukum dsb. yang membentuk suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi buah
pikiran tertentu, agama, atau bentuk pemerintahan tertentu. Sistem mengandung ciri-ciri sebagai
berikut[4] : 1. Setiap sistem mempunyai tujuan 2. Setiap sistem mempunyai batas, akan tetapi
sistem itu bersifat terbuka, dalam arti berinteraksi dengan lingkungannya 3. Setiap suatu sistem
terdiri dari beberapa sub sistem yang biasa pula disebut bagian, unsur atau komponen 4. Sistem
tidak hanya sekedar sekumpulan dari bagian atau unsur melainkan juga merupakan suatu kebulatan
yang utuh dan padu atau mempunyai“wholisme” (keterpaduan) 5. Terdapat saling hubungan dan
saling ketergantungan baik dalam sistem (internal) maupun antara sistem dengan lingkungannya
(eksternal) 6. Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah
masukan (input) menjadi keluaran (output), sehingga sistem disebut juga dengan istilah “processor”
atau “transformator” 4
5. 7. Dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan
balik . 8. Adanya mekanisme kontrol memungkinkan setiap sistem melakukan adaptasi terhadap
lingkungannya secara otomatis. Pada dasarnya sistem ekonomi dibagi menjadi dua yaitu sistem
ekonomi islam dan sistem ekonomi konvensional. Dan banyak negara yang telah menggunakan
sistem ekonomi islam untuk mengatur kehidupan manusia baik kehidupan didunia dan di akhirat
karena perekonomian adalah bagian dari kehidupan manusia maka harus ada sumber mutlak yaitu
Alquran dan sunah. Seperti yang telah kita ketahui tentang definisi sistem ekonomi islam yaitu
sebuah sistem yang dibangun di atas nilai-nilai islam dengan prinsip tauhid dan keadilan dan sistem
ekonomi islam menjamin keselarasan antara pertumbuhan ekonomi. Sumber (epistimologi) dan
tujuan kehidupan kehidupan ekonomi islam berasaskan kepada Alquran dan Sunah. Perkara asas
muamalah dijelaskan di dalamya termasuk bentuk suruhan dan larangan. Suruhan dan larangan
tersebut bertujuan untuk membangun keseimbangan rohani dan jasmani manusia dengan
berasaskan tauhid. Sistem ekonomi konvensional secara bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu
masalah atau pekara yang sudah diterima, digunakan dan dipraktikan dalam masyarakat. Apabila
dihubungkan dengan ekonomi maka sistem ekonomi konvensional merupakan suatu sistem yang
sudah dipraktekan secara luas di masyarakat. Dengan kata lain sistem ekonomi konvensional
merupakan sistem yang ditentukan oleh manusia di dalam suatu masyarakat yang bersifat dinamis
sehingga dapat berubah sesuai ketentuan dan kebutuhan masyarakat. Dalam 5
6. sejarah dunia ada beberapa sistem ekonomi konvensional yaitu Kapitalis dan Sosialis. B.
PERBEDAAN SISTEM EKONOMI SOSIALIS, KAPITALIS DAN ISLAM 1. Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah.
Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara
serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
seperti air, listrik, telekomunikasi, gas, dan lain sebagainya. Sistem ekonomi sosialis adalah suatu
sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang
lebih baik dengan tindakan otoritas demokratisasi terpusat dan kepadanya perolehan produksi
kekayaan yang lebih baik daripada yang kini berlaku sebagaimana yang diharapkan. Sistem Sosialis
( Socialist Economy) berpandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin tercapai bila
berfondasikan kemakmuran bersama. Sebagai Konsekuensinya, penguasaan individu atas aset-
aset ekonomi atau faktor-faktor produksi sebagian besar merupakan kepemilikan sosial. a. Prinsip
Dasar Ekonomi Sosialis 1) Pemilikan harta oleh negara 2) Kesamaan ekonomi 6
Ciri-ciri sistem ekonomi Kapitalis : a. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi b. Perekonomian
diatur oleh mekanisme pasar c. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu
mengejar kepentingann (keuntungan) sendiri d. Paham individualisme didasarkan materialisme,
warisan zaman Yunani Kuno (disebut hedonisme) 77. 3) Disiplin Politik b. Ciri-ciri Ekonomi
Sosialis: 1) Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme). 2) Peran pemerintah sangat kuat 3)
Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi 2. Sistem Ekonomi Kapitalis Kapitalisme adalah sistem
perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk
melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, manjual barang, menyalurkan
barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan
kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah
tidak ikut campur dalam ekonomi. Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur
nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk
memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk
memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
8. 3. Sistem Ekonomi Islam M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan
Praktik Ekonomi Islam” menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sementara itu, H. Halide
berpendapat bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam ialah kumpulan dasar-dasar umum
ekonomi yang dii simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan
ekonomi (dalam Daud Ali, 1988:3). Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum
ekonomi yang di simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian
yang di dirikan atas landasan dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan
masa. a. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam: 1) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian
atau titipan dari Allah swt kepada manusia. 2) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas
tertentu. 3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. 4) Ekonomi Islam
menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja. 5) Ekonomi Islam
menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak
orang. 8
9. 6) Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti. 7) Zakat
harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab) 8) Islam melarang riba dalam
segala bentuk. b. Ciri-ciri Ekonomi Islam: 1) Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan
mengarahhkan kegiatan ekonomi 2) Syari’ah sebagai batasan untuk memformulasi keputusan
ekonomi 3) Akhlak berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan ekonomi.
Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis, Islam dan Sosialis Konsep Kapitalis Islam Sosialis Sumber
kekayaan Sumber kekayaan sangat langka( scarcity of resources) Sumber Kekayaan alam semesta
dari ALLAH SWT Sumber kekayaan sangat langka( scarcity of resources) Kepemilikan Setiap
pribadi di bebaskan untuk memiliki semua kekayaan yang di peroleh nya Sumber kekayayan yang
kita miliki adalah titipan dari ALLAH SWT Sumber kekayaan di dapat dari pemberdayaan tenaga
kerja (buruh) Kepuasan pribadi Untuk mencapai ke makmuran/sucess (Al-Falah), di dunia dan
akhirat Ke setaraan penghasilan di antara kaum buruh Tujuan Gaya hidup perorangan 9
10. Tabel di atas menerangkan 3 konsep sistem per ekonomian yaitu: Kapitalis, Islam dan Sosialis.
Konsep dari ekonomi kapitalis di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan harus di peroleh
dengan cara bekerja keras di mana setiap pribadi boleh memiliki kekayaan yang tiada batas, untuk
mencapai tujuan hidup nya. Dalam sistem ekonomi kapitalis perusahaan di miliki oleh perorangan.
Terjadi nya pasar (market) dan terjadinya demand and supply adalah ciri khas dari ekonomi
kapitalis. Keputusan yang diambil atas isu yang terjadi seputar masalah ekonomi sumbernya adalah
dari kalangan kelas bawah yang membawa masalah tersebut ke level yang lebih atas. Sementara
Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai kekayaan, semua kekayaan di dunia
adalah milik dari Allah SWT yang dititipkan kepada kita, dan kekayaan yang kita miliki harus di
peroleh dengan cara yang halal, untuk mencapai Al-falah (makmur dan success) dan Sa’ada
Haqiqiyah (kebahagian yang abadi baik di dunia dan akhirat. Dalam Islam yang ingin punya property
atau perusahaan harus mendapat kan nya dengan usaha yang keras untuk mencapai yang nama
nya Islamic Legal Maxim, yaitu mencari keuntungan yang sebanyak banyak nya yang sesuai
dengan ketentuan dari prinsip prinsip syariah. Yang sangat penting dalam transaksi Ekonomi Islam
adalah tidak ada nya unsur Riba (interest) Maisir (judi) dan Gharar (ke tidak pastian). Lain halnya
dengan konsep ekonomi sosialis, di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan harus di peroleh
lewat pemberdayaan tenaga kerja (buruh), di semua bidang, pertambangan, pertanian, dan lainnya.
Dalam sistem Sosialis, semua Bidang usaha dimiliki dan diproduksi oleh Negara. Tidak terciptanya
market (pasar) dan tidak terjadinya supply dan demand, karena Negara yang 10
11. menyediakan semua kebutuhan rakyatnya secara merata. Perumusan masalah dan keputusan
di tangani langsung oleh negara. 11
12. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
merujuk pada sehimpunan gagasan (ide) yang tersusun diorganisasikan, suatu himpunan gagasan,
prinsip, doktrin, hukum dsb. yang membentuk suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi
buah pikiran tertentu, agama, atau bentuk pemerintahan tertentu. Dan perbedaan yang mendasar
dari sistem ekonomi sosialis, kapitalisme dan islam sendiri bisa terlihat dari konsepnya seperti
sumber kekayaan, kepemilikan dan gaya hidup perorangan. B. Saran dan Kritik Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap
para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. 12
13. DAFTAR PUSTAKA http://kinanzahirah.wordpress.com/2012/05/23/perbedaan-sistem-
ekonomisosialis-kapitalis-dan-islam/ http://rifdoisme.wordpress.com/2013/03/04/perbandingan-
sistem-ekonomi-bagian-i/ 13
14. Catatan Kaki [1] Muhammad Umer Chapra, Islam and The Economic Chalenge, (Riyadh: The
Islamic Foundation and The International Institute of Islamic Thought, 1992 ), hal. 1. [2] Ibid., hal. 2.
[3] Muhammad Umer Chapra, Islam and The Economic Chalenge,diterjemahkan oleh Ikhwan Abidin
Basri dengan judul Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal. 3. [4]
Lihat Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam: Filosofi, Teori dan Implementasi,(Cet. II; Yogyakarta: LPPI
UMY, 2007), hal. 72 – 73, dikutip dari Muhammad Anas Zarqa, “Methodology of Islamic Economics”,
dalam Ausaf Ahmad, et.al.,Lectures on Islamic Economics, (Jeddah: Islamic Research and Training
Institute Islamic Development Bank, 1987), hal. 49. 14
MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM/SYARIAH04.09 by bayutube86 · 16 comments
Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan
masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam
sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme.Makalah ini akan membahas
tentang apa sistem ekonomi Islam/syariah itu.
Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam
Muhammad Abdul Mannan
"Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam".
M.M Metwally
"Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari per4ilaku muslim (yang beriman) dalam suatu
masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas".
Hasanuzzaman
"Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan
dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka
menjalankan perintah Allah dan masyarakat".
Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme
disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa
akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya
relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara berkembang.
Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan
kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-
masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan
masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang
kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul
pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas
Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem
ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di
Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan
ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi
sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk
menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini
dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia
dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang
ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah
di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan
dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.
Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam
1. Tawhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini dengan
dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat
digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya.
3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip
Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan
untuk merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan kesejah-
teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and
stability).
Empat Ciri/Sifat Sistem Islam
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Sejarah Kapitalisme
Label: Sejarah, Umum
Kapitalisme dibangun diatas filsafat ekonomi klasik yang diprakarsai Adam Smith
yang dituangkan dalam Wealth of nations (1776) David Ricardo, James Mill. Seluruh
filsafat klasik dibangun atas dasar liberalisme mereka percaya pada kebebasan
individu (personal liberty), kepemilikan pribadi (private property), inisiatif individu
serta usaha swasta (private enterprise).
Dari perspektif Marxis dapat disebutkan asal mula kapitalisme berdasar hukum
dialektis masyarakat berkembang melalui beberapa tahap, sehingga dia
berkembang menjadi masyarakat kapitalis dimana Marx berada. Gerak dialektik
dimulai pada saat komunitas primitif berkembang dari suatu masyarakat yang tidak
mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas, menjadi masyarakat yang
mengenal milik pribadi serta pembagian kerja dan karena itu mengenal pembagian
kelas. Gerak ini dialektis terjadi karena pertentangan dua kelas utama dalam
masyarakat.
Dalam masyarakat kelas pertama, yaitu budak, terjadi pertentangan antara kelas
budak dan kelas pemilik budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi
masyarakat feodal yang mendorong pertentangan kelas antara pemilik tanah dan
penggarap yang dimenangkan oleh kaum borjuasi yang berusaha menjadi
masyarakat kapitalis. Kaum kapitalis kemudian akan dihancurkan karena terjadi
pertentangan kelas antara proletar dengan borjuis.
Revolusi industri adalah puncak kapitalisme dari fase sebelumnya yaitu feodal dan
kepemilikan tanah. Marxisme mengidentifikasi evolusi kapitalisme menjadi tiga
yaitu kapitalisme dagang (mercant capitalism), kapitalisme industrial (industrial
capitalism), Negara kapitalis (state capitalism). Walkerstein (1979) dari perspektif
ekonomi menetapkan kapitalisme agraria mewarnai eropa di abad 16, 17 dan 18
sebagai pijakan penting kapitalisme.
Secara historis perkembangan kapitalisme merupakan bagian dari gerakan
individualisme. Gerakan itu juga membawa dampak lain. Dalam bidang keagamaan
melahirkan reformasi, dibidang penalaran melahirkan pengetahuan alam, dibidang
masyarakat melahirkan ilmu-ilmu sosial, dalam bidang ekonomi melahirkan
kapitalisme. Oleh karena itu peradaban kapitalisme (legitimete) adanya. Di
dalamnya terkandung pengertian bahwa kapitalisme adalah sistem sosial yang
menyeluruh, lebih dari sekedar tipe tertentu dalam perekonomian. Sistem ini
berkembang di Inggris abad 18 kemudian meyebar luas ke eropa barat laut sampai
Amerika utara.
Dengan runtuhnya feodalisme, munculah kapitalisme, Maurice Dobbs dalam studie
in the development of capitalism (1963) mengatakan perkembangan kapitalisme
berkaitan dengan ekpansi aktivitas ekonomi dan kekuatan sosial yang dimiliki
pedagang urban. Sepanjang abad XV dan XVI kapital dagang (merchant capital)
lebih teratur dari pada kapital industri (industrial capital). Aktivitas ekonomi
didominasi perusahaan-perusahaan niaga. Mereka memperoleh kekuatan yang
terus meningkat diberbagai kota. Dobbs meyebutkan itu sebagai peyebab suburnya
oligarki tuan tanah dan aristokrasi.
Kapitalisme abad XVII disebut sebagai Markantilisme kebijakan tersebut berlaku
diseluruh eropa. Pemerintah memberikan hak monopoli terhadap perusahaan
dagang sehingga perusahan tersebut bisa memetik keuntungan dari transaksi
perdagangan negara-negara eropa. Praktek Markantilisme menciptakan kondisi
ekonomi dimana pengusaha manufaktur menetapkan syarat yang menguntungkan
mereka. Negara jajahan tidak boleh memproduksi barang yang sudah diproduksi di
dalam negeri sehingga tidak terjadi persaingan. Meningkatkan impor bahan mentah
untuk diolah kemudian dijual kepasar dengan harga yang tinggi.
Ekonomi kapitalisme mengusai unsur material dari faktor-faktor produksi (tanah
dan modal) berada dalam tangan swasta dan motivasi terpenting adalah produksi
semata untuk mencapai keuntungan sebanyak-banyaknya. Istilah ini berasal dari
negara Peracis beraliran sosialis, Louis Blane (1811-1822) paham kapitalis
berkembang sejak abad ke-11 ketika perdagangan internasional dimulai dilakukan
(awal kapitalisme) setelah revolusi industri abad 19. Kapitalisme merupakan sistem
ekonomi yang menonjol di negara-negara barat bersama dengan faham
imperialisme, kemudian paham ini membentuk dunia.
Sedang menurut Marx kapitalisme adalah “mode“ produksi yang melibatkan kelas
produsen yaitu kaum kapitalis yang memiliki alat produksi (modal dan tanah)
kekuasan untuk membuat keputusan strategis berkenaan dengan pemakaian
teknologi, penentuan tingkat out put, pemasaran, laba yang dihasilkan dan
distribusi. Serta kaum buruh yang tidak punya apa-apa hanya tenaga yang
tergantung kapitalisme.
Kapitalisme bertumpu pada mitos pertumbuhan dari masyarakat tradisional menuju
modern sehingga modernisasi menjadi keharusan mutlak untuk kesejahteraan
masyarakat. Di negara ketiga ditransfer menjadi developmentalisme sedang di
Indonesia dikenal dengan teori pembangunan.
Bertolak dari perspektif itu, maka aspek yang penting munculnya suatu kelas yang
dominan yang memasok model dan mengaktifkan pekerjaan dalam waktu
bersamaan melalui kapitalisme. Di Inggris dan Belanda awal kelahiran kapitalisme
berkisar pada abad 16 dan awal abad 17.
Suatu sistem ekonomi berdasarkan hak milik partikelir yang menekankan
kebutuhan dalam berproduksi, kebebasan untuk membelanjakan pendapatan,
bermonopili. Pada sistem kapitalisme dasarnya adalah mengejar kepemilikan
pribadi yang menjadi selogan sistem ini. Kalau setiap orang mengurusi dirinya
sendiri maka kebaikan bagi masyarakat. Adam Smith tidak khawatir karena
persaingan bebas akan menertibkan orang yang berlaku serakah.
Kapitalisme menekankan arti penting tenaga kerja yaitu produksi dapat dicapai
lewat pembagian kerja dan menyerang pemerintah yang usang dan campur
tangannya berikut penghambat-penghambatnya yang menghalangi perkembangan
industri.
Ide sentral yaitu pasar akan mengantarkan barang apa saja yang akan diproduksi.
Keyakinan adanya tangan gaib yang akan menuntun manusia untuk mengarahkan
langkahnya. Kaum neo-liberal percaya pertumbuhan ekonomi dicapai dengan
dengan persaingan bebas. Persaingan agresif muncul dari kepercayaan bahwa
“Pasar Bebas“ itu efisien serta adil. Sebagai cara untuk mengalokasikan SDA yang
terbatas. harga barang menjadi indikator banyak sedikitnya barang, kalau mahal
barang sedikit atau sebaliknya. Harga memberi arahan barang apa yang harus
diproduksi. Itulah sebabnya faham neoliberal menetang campur tangan pemerintah
“subsidi” dalam pasar. Keuntungan pribadi akan membimbing tangan gaib (Invisible
hand) pasar bebas mendapat berkah dari ribuan keputusan perseorangan.
Kekayaan yang dimiliki segelinter orang akan menetes (trickle down effect) kepada
masyarakat yang lain.
Pada pokoknya paham ini memperjuangkan leissez faire (persaiangan bebas) yakni
paham yang memperjuangkan hak-hak atas pemilikan dan kebebasan individual.
Mereka lebih percaya pada kekuatan pasar untuk meyelesaikan masalah sosial
ketimbang deregulasi negara
Sifat pokok atau alat mancapi tujuan kapitalisme :
1. Hak milik atas barang dan modal, alat produksi seperti tanah, mesin dan
sumber daya alam ada ditangan perseorangan.
2. Prinsip ekonomi pasar. Kapitalisme percaya pada sistem ekonomi pasar yang
didasarkan pada persaingan/ kompetisi sempurna.
3. Persaingan bebas. Dalam sistem ini kepentingan ekonomi dibiarkan berjalan
tanpa pengendalian pemerintah dan dengan regulasi yang sedikit mungkin.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
F Is Jwara, SH, L.M, Pengantar Ilmu Politik, (Putra Abadi, Bandung, 1995). Mansour
Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2001). Adam Kuper, Jessicca, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Terj. Haris Munandar,
(Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000). William Ebenstein, Edwin Fogelman, Isme-
Isme Dewasa Ini, Terj. Alex Jamaluddin, (Erlangga, Jakarta, 1994). Stephen K
Sanderson, Sosiologi Makro (Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial), Terj.
Farid Wajidi, S Menno, (Grafindo Persada, Jakarta, 1995). Hans Dieter Klingeman,
Richard I Hofferbert, Partai Kebijakan dan Demokrasi, Terj. Sigit Sujatmiko, (Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1999). Hanif Dhakiri, Paulo Freire, Islam Pembebasan,
(Djambatan, Jakarta, 2000). Pius A Partono, Kamus Ilmiah Populer, (Arloka,
Surabaya, 1994). Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Rineka Cipta, Jakarta, 2003).
Anthony Brewer, Kajian Kritis Daskapital Marx, Terj. Joebar Ajoeb (Teplok Press,
Jakarta, 2000). Mansour Fakih, Bebas Dari Neoliberalisme, (Insist Press, Yogyakarta,
2003).