lk kemkominfo 2009

207
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2009 Nomor : 84A/HP/XVI/05/2010 Tanggal : 20 Mei 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210 Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669

Upload: ndaru

Post on 30-Jun-2015

488 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LK Kemkominfo 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

TAHUN 2009

Nomor : 84A/HP/XVI/05/2010 Tanggal : 20 Mei 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210

Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669

Page 2: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KEMKOMINFO) TAHUN 2009 ....................................................................................................................................... ii

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ........................... 1

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN ............................................................................

1. Dasar Hukum Pemeriksaan .......................................................................................... 41

2. Standar Pemeriksaan .................................................................................................... 41

3. Tujuan Pemeriksaan ..................................................................................................... 41

4. Entitas yang Diperiksa ................................................................................................. 41

5. Lingkup Pemeriksaan ................................................................................................... 41

6. Sasaran Pemeriksaan .................................................................................................... 41

7. Metode Pemeriksaan..................................................................................................... 42

8. Waktu Pemeriksaan ...................................................................................................... 43

9. Batasan Pemeriksaan .................................................................................................... 43

Page 3: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman ii

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS

LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KEMKOMINFO) TAHUN 2009

Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Tahun 2009 terdiri dari 3 (tiga) laporan sebagai berikut:

1. Laporan I: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Laporan I berisi: (a) Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK, (b) Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009, dan (c) Gambaran umum pemeriksaan yang berisi dasar hukum pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas yang diperiksa, lingkup pemeriksaan, sasaran pemeriksaan, metode pemeriksaan, waktu pemeriksaan, dan batasan pemeriksaan.

2. Laporan II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern

Laporan II berisi: (a) Resume Hasil Pemeriksaan, (b) Tindak lanjut temuan pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2008, 2007, 2006, 2005 dan 2004 serta (c) Temuan pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2009.

3. Laporan III: Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Laporan III berisi: (a) Resume Hasil Pemeriksaan, (b) Tindak lanjut temuan pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2008, 2007, 2006, 2005 dan 2004 serta (c) Temuan Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2009.

Page 4: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 1 dari 43

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) per 31 Desember 2009 dan 2008, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Kemkominfo. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas Prinsip Akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Kemkominfo, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan Bagian D.2.a.5 halaman 25 saldo Piutang Bukan Pajak atas Laporan Keuangan pada Neraca Kemkominfo per 31 Desember 2009 dilaporkan sebesar Rp1.232.169,20 juta. BPK belum meyakini kewajaran penyajian saldo Piutang tersebut karena adanya kelemahan dalam pengelolaan, pencatatan dan pelaporan Piutang PNBP pada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) dan saldo Piutang PNBP pada Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (Ditjen SKDI) tidak dilaporkan dalam Laporan Keuangan.

Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak kelemahan pencatatan dan pelaporan piutang yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca Kemkominfo tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kemkominfo tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

Page 5: LK Kemkominfo 2009
Page 6: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 3 dari 43

I. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2009 (BA 059)

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) KOMPARATIF UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR

TA 2008/2009

(dalam Rupiah)

Realisasi RealisasiDiatas (Dibawah) Diatas (Dibawah)

Anggaran Anggaran

A.Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Dalam Negeri 7.003.938.315.198 10.063.900.026.990 3.059.961.711.792 143,69 5.554.930.649.857 7.754.629.915.836 2.199.699.265.979 139,60 a. Penerimaan Perpajakan 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 b. Penerimaan Negara Bukan Pajak 7.003.938.315.198 10.063.900.026.990 3.059.961.711.792 143,69 5.554.930.649.857 7.754.629.915.836 2.199.699.265.979 139,60

2. Penerimaan Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah 7.003.938.315.198 10.063.900.026.990 3.059.961.711.792 143,69 5.554.930.649.857 7.754.629.915.836 2.199.699.265.979 139,60

B. Belanja 1. Rupiah Murni 1.849.028.307.000 1.096.997.619.828 (752.030.687.172) 59,33 2.050.180.342.000 883.126.262.005 (1.167.054.079.995) 43,08 a. Belanja Pegawai 172.254.180.000 147.891.387.875 (24.362.792.125) 85,86 234.805.522.000 182.838.385.265 (51.967.136.735) 77,87 b. Belanja Barang 1.392.217.645.000 802.466.902.919 (589.750.742.081) 57,64 1.594.112.263.000 575.940.851.884 (1.018.171.411.116) 36,13 c. Belanja Modal 255.398.033.000 119.352.733.699 (136.045.299.301) 46,73 188.651.019.000 94.788.223.362 (93.862.795.638) 50,25 d. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 e. Subsidi 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 f. Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 g. Bantuan Sosial 29.158.449.000 27.286.595.335 (1.871.853.665) 93,58 32.611.538.000 29.558.801.494 (3.052.736.506) 90,64 h. Belanja Lain-lain 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

2. Pinjaman Luar Negeri 346.448.772.000 263.022.187.428 (83.426.584.572) 75,92 161.787.586.000 98.453.418.414 (63.334.167.586) 60,85 a. Belanja Pegawai 0 0 0 0,00 830.425.000 648.325.000 (182.100.000) 78,07 b. Belanja Barang 21.735.519.000 11.506.766.935 (10.228.752.065) 52,94 20.209.955.000 17.496.037.526 (2.713.917.474) 86,57 c. Belanja Modal 324.713.253.000 251.515.420.493 (73.197.832.507) 77,46 140.747.206.000 80.309.055.888 (60.438.150.112) 57,06 d. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 e. Subsidi 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 f. Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 g. Bantuan Sosial 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 h. Belanja Lain-lain 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

3. Hibah 60.850.092.000 0 (60.850.092.000) 0,00 50.168.434.000 14.464.920.000 (35.703.514.000) 28,83 a. Belanja Pegawai 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 b. Belanja Barang 15.552.658.000 0 (15.552.658.000) 0,00 6.300.000.000 0 (6.300.000.000) 0,00 c. Belanja Modal 45.297.434.000 0 (45.297.434.000) 0,00 43.868.434.000 14.464.920.000 (29.403.514.000) 32,97 d. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 e. Subsidi 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 f. Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 g. Bantuan Sosial 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 h. Belanja Lain-lain 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

Jumlah Belanja 2.256.327.171.000 1.360.019.807.256 (896.307.363.744) 60,28 2.262.136.362.000 996.044.600.419 (1.266.091.761.581) 44,03

C. PEMBIAYAAN1. Pembiayaan Dalam Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

a. Perbankan Dalam Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 b. Non Perbankan Dalam Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

2.Pembiayaan Luar Negeri (Neto) 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 a. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 b. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 Jumlah Pembiayaan 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

UraianNo.

2009 2008

Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Anggaran Realisasi

% Realisasi

Anggaran

Ket: Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan

Keuangan

Page 7: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 4 dari 43

II. Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika Per 31 Desember 2009 (BA 059)

NERACA KOMPARATIF PER 31 DESEMBER 2009 DAN 2008

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DA INFORMATIKA

2009 2008 Rp %1 ASET LANCAR

Kas di Bendahara Pengeluaran 262.225.702,00 840.189.980,00 (577.964.278,00) (68,79) Kas di Bendahara Penerimaan 23.343.000,00 540.351.549,00 (517.008.549,00) (95,68) Kas Lainnya dan Setara Kas 50.466.296,00 - 50.466.296,00 0,00Kas pada BLU 2.513.291.437.536,00 1.570.003.709.414,00 943.287.728.122,00 60,08 Piutang Bukan Pajak 1.232.169.204.330,00 1.170.672.094.267,00 61.497.110.063,00 5,25 Bagian Lancar TGR 87.459.843,00 - 87.459.843,00 0,00Uang Muka Belanja 53.350.000,00 - 53.350.000,00 0,00Persediaan 14.037.384.138,00 10.504.351.412,00 3.533.032.726,00 33,63 Persediaan BLU 338.175.700,00 29.278.790,00 308.896.910,00 1.055,02 Jumlah Aset Lancar 3.760.313.046.545,00 2.752.589.975.412,00 1.007.723.071.133,00 36,61

2 ASET TETAPTanah 892.009.541.707,00 674.892.261.251,00 217.117.280.456,00 32,17 Peralatan dan Mesin 786.049.217.387,00 765.473.221.142,00 20.575.996.245,00 2,69 Gedung dan Bangunan 361.175.665.674,00 310.591.882.205,20 50.583.783.468,80 16,29 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 26.459.614.502,00 25.504.156.137,00 955.458.365,00 3,75 Aset Tetap Lainnya 13.713.738.388,00 14.352.442.316,00 (638.703.928,00) (4,45) Konstruksi Dalam Pengerjaan 360.572.302.705,00 94.502.010.888,00 266.070.291.817,00 281,55 Peralatan dan Mesin BLU 29.118.496.510,00 91.058.441.206,00 (61.939.944.696,00) (68,02) Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU 96.905.600,00 96.905.600,00 - 0,00Aset Tetap Lainnya BLU 504.433.662,00 325.164.422,00 179.269.240,00 55,13 Jumlah Aset Tetap 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80 24,93

3 ASET LAINNYATagihan TP/Tuntutan Ganti Rugi 549.076.102,00 49.975.945,00 499.100.157,00 998,68 Aset Tak Berwujud 50.295.651.758,00 33.573.213.843,00 16.722.437.915,00 49,81 Aset Tak Berwujud BLU 3.571.070.800,00 2.017.023.800,00 1.554.047.000,00 77,05 Aset Lain-lain 18.026.481.160,00 20.378.521.104,00 (2.352.039.944,00) (11,54) Jumlah Aset Lainnya 72.442.279.820,00 56.018.734.692,00 16.423.545.128,00 29,32 JUMLAH ASET 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80 31,70

4 KEWAJIBAN Utang kepada Pihak Ketiga 251.635.109,00 - 251.635.109,00 0,00Pendapatan Diterima di Muka 136.720.083,00 - 136.720.083,00 0,00Uang Muka dari KPPN 262.225.702,00 840.189.980,00 (577.964.278,00) (68,79) Pendapatan yang Ditangguhkan 27.282.701,00 540.351.549,00 (513.068.848,00) (94,95) Jumlah Kewajiban 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (702.677.934,00) (50,90)

5 EKUITAS DANA LANCARCadangan Piutang 1.232.310.014.173,00 1.170.672.094.267,00 61.637.919.906,00 5,27 Cadangan Persediaan 14.375.559.838,00 10.533.630.202,00 3.841.929.636,00 36,47 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek (341.828.597,00) - (341.828.597,00) 0,00Dana Lancar BLU 2.513.291.437.536,00 1.570.003.709.414,00 943.287.728.122,00 60,08 Jumlah Ekuitas Dana Lancar 3.759.635.182.950,00 2.751.209.433.883,00 1.008.425.749.067,00 36,65

6 EKUITAS DANA INVESTASIDiinvestasikan dalam Inv Jangka Panjang - - - 0,00Diinvestasikan dalam Aset Tetap 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80 24,93 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 72.442.279.820,00 56.018.734.692,00 16.423.545.128,00 29,32 Jumlah Ekuitas Dana Investasi 2.542.142.195.955,00 2.032.815.219.859,20 509.326.976.095,80 25,06 Jumlah Ekuitas Dana 6.301.777.378.905,00 4.784.024.653.742,20 1.517.752.725.162,80 31,73 Jumlah Kewajiban dan ekuitas 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80 31,70

No Uraian Kenaikan (penurunan)Jumlah (Rp)

Ket: Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan

Keuangan

Page 8: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 5 dari 43

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

A. PENJELASAN UMUM

1. DASAR HUKUM a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah. e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 171/PMK.05/2007

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. g. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-51/PB/2008 tentang

Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

2. KEBIJAKAN TEKNIS KEMKOMINFO Rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) 2004-2009 ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 27/P/M.KOMINFO/12/2005.

Visi Kemkominfo adalah terwujudnya penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien menuju masyarakat informasi yang sejahtera dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misi Kemkominfo yaitu: a. Mengupayakan keterjangkauan dan ketersediaan informasi di seluruh wilayah NKRI; b. Mengusahakan integrasi dan efisiensi layanan; c. Menciptakan ekonomi informasi; d. Melakukan komunikasi publik yang efektif.

Tujuan dan Sasaran Kemkominfo adalah sebagai berikut: a. Tujuan

1) Meningkatkan pelayanan dan menciptakan tatanan dunia usaha penyelenggaraan pos dan telekomunikasi yang optimal, handal, fair, setara (equal), adil dan transparan;

2) Mengembangkan dan mendayagunakan aplikasi telematika dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara;

3) Mengembangkan sarana komunikasi dan diseminasi informasi dengan membangun tata kelola informasi nasional yang mampu mengurangi kesenjangan informasi sehingga kemampuan masyarakat untuk mendapatkan, memanfaatkan, mengolah dan mengakses informasi semakin meningkat dan dapat memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus mewujudkan daya saing bangsa;

4) Meningkatkan penyediaan, kecepatan penyebaran dan pemerataan informatika untuk lingkungan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna sehingga masyarakat dapat memperoleh data, informasi dean pengetahuan dengan mudah, cepat, dan tepat untuk kemajuan taraf hidupnya;

5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM komunikasi dan informatika untuk

Page 9: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 6 dari 43

lingkungan pemerintahan maupun industri dan masyarakat pengguna dalam mendukung pembangunan nasional melalui peningkatan profesi, keahlian, keterampilan, memiliki inovasi, integritas, sikap mental, moral dan etika profesi dan jiwa kewirausahaan;

6) Meningkatkan litbang pos dan telekomunikasi, aplikasi telematika, sarana komunikasi dan diseminasi informasi dalam rangka mengembangkan alternatif kebijakan dan strategi pembangunan komunikasi dan informatik untuk menuju masyarakat informasi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge–based society);

7) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pembangunan bidang komunikasi dan informatika secara ekonomis, efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga dapat memotivasi terwujudnya pencapaian kinerja yang maksimal di setiap satuan kerja di lingkungan Kemkominfo;

8) Meningkatkan dukungan kelembagaan dan administrasi serta kapabilitas Kemkominfo;

9) Mengembangkan alternatif strategi, kebijakan dan program untuk pemecahan masalah dan peningkatan kinerja di bidang litbang komunikasi dan informatika;

10) Mengembangkan sinergi program dan pemanfaatan hasil litbang komunikasi dan informatika melalui kerjasama antar lembaga litbang;

11) Meningkatkan kuantitas dan kualitas profesionalisme SDM di bidang komunikasi dan informatika dalam mendukung pembangunan nasional melalui peningkatan kinerja layanan publik dan layanan informasi, nilai tambah industri komunikasi dan informatika maupun industri lainnya;

12) Meningkatkan literasi masyarakat di bidang komunikasi dan informatika; 13) Mengingkatkan profesionalisme sumber daya manusia di Kemkominfo yang

bergerak dalam penelitian dan pengembangan.

b. Sasaran 1) Pos dan Telekomunikasi

a) Terciptanya kompetisi yang sehat dan setara dalam penyelenggaraan pos dan telekomunikasi.

b) Perkuatan regulator melalui pengadaan dan penyempurnaan tools regulator yang handal terdiri dari: (1) Sarana dan prasarana seperti Stasiun Monitoring Frekuensi Tetap dan

Bergerak yang terintegrasi dengan database pengguna spektrum frekuensi radio dalam rangka mendukung manajemen spektrum frekuensi radio yang lebih solid. Alat Bantu Monitoring, Perangkat Uji Alat dan Perangkat Telekomunikasi, maupun Indonesia Security Incident Response Team on Information Infrastructure (ID-SIRTII) yang handal dan modern yang dapat digunakan untuk penegakan hukum, penyusunan kebijakan, penilaian kinerja dan lain – lain.

(2) Sistem komputerisasi untuk mengatur/memanage spektrum frekuensi radio dimana sistem ini digunakan untuk menjalankan proses perizinan frekuensi radio, mulai dari tahap permohonan, penetapan frekuensi, pentarifan, penagihan, penerbitan izin sampai pencabutan izin spektrum frekuensi radio sehingga terselenggaranya proses perizinan frekuensi radio secara efektif dan efisien yang mencerminkan citra profesionalisme Ditjen Postel dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Page 10: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 7 dari 43

(3) Penyusunan dan pemutakhiran kebijakan mendasar di bidang pos dan telekomunikasi seperti dukungan kebijakan Penelitian dan Pengembangan Industri, kajian–kajian pengembangan perangkat regulasi, penyusunan dan pemutakhiran Blue Print, Road Map dan Master Plan bidang pos dan telekomunikasi.

(4) Meningkatnya pemahaman pada masyarakat akan penggunaan frekuensi radio sebagai sumber daya alam yang terbatas agar sesuai dengan ketentuan dan peruntukannya serta meminimalisir penggunaan frekuensi radio secara illegal.

(5) Ketersediaan Spektrum Frekuensi Radio kedepan untuk manfaat pada sektor telekomunikasi dalam menyumbang deflasi dan efek berganda pada perekonomian nasional.

(6) Meningkatnya pelayanan di bidang pos dan telekomunikasi sesuai dengan standar internasional.

(7) Terwujudnya Capacity Building di bidang pos dan telekomunikasi. (8) Delapan puluh persen desa dapat terjangkau dengan fasilitas

telekomunikasi pedesaan/USO.

2) Aplikasi Telematika a) Ditetapkan dan diterapkannya UU-ITE dan UU Cyber Crime serta peraturan

pelaksanaannya; b) Meningkatnya aksesibilitas teknologi informasi dan e-literacy; c) Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi untuk semua sektor (teknologi

informasi sebagai enabler, accelerator dan sektor industri unggulan); d) Terfasilitasinya interoperabilitas sistem informasi pelayanan e-Business; e) Berkembang dan terciptanya kompetisi yang sehat dan setara dalam

penyelenggaraan usaha aplikasi telematika; f) Meningkatnya interoperabilitas sistem informasi pelayanan e-Government antar

lembaga komunikasi pemerintah untuk menjamin terintegrasinya sistem informasi Kepemerintahan dan Pelayanan Publik dalam rangka NKRI;

g) Meningkatnya penyelenggara jasa layanan (service provider) teknologi informasi yang dapat berfungsi sebagai pusat pelatihan, pusat informasi dan sekaligus sebagai sarana pemasaran produk;

h) Meningkatnya jumlah konten lokal dan penggunaan perangkat lunak secara legal diberbagai sektor, mendorong penggunaan aplikasi berbasis Open Source, yang tidak menggunakan model lisensi di lingkungan swasta, pemerintah dan pendidikan sehingga mengurangi pemakaian perangkat lunak yang tidak legal;

i) Bersama Asosiasi Pengusaha Warnet mendorong penggunaan aplikasi billing yang meregistrasikan pengguna internet di tempat publik seperti warnet, perkantoran dan sekolah sehingga mengurangi masalah yang ada;

j) Bersama pemangku kepentingan yang lain, mendorong pemakaian internet secara sehat dan bertanggung jawab;

k) Berkembangnya sistem standarisasi dan audit aplikasi telematika yang menjamin kesinambungan quality control dan quality assurance bagi produk dan jasa layanan teknologi informasi;

l) Dibangunnya taman maya untuk mengembangkan potensi Industri Telematika (Software dan Content) Nasional;

m) Dikembangkannya aplikasi dasar dan piranti lunak unggulan;

Page 11: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 8 dari 43

n) Meningkatkan sarana publik untuk mengakses internet di perkotaan berkolaborasi dengan pengusaha warnet melalui visi/model warnet masa depan yaitu Multipurpose Community Internet Center.

3) Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi a) Tersusunnya peraturan perundang-undangan di bidang media yang sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat; b) Terselenggaranya proses perumusan UU Keterbukaan Informasi Publik (UU–

KIP) dan peraturan pelaksanaannya yang dapat mengakomodir berbagai kepentingan dan sesuai dengan kesiapan pelaksanaannya;

c) Tersusunnya kebijakan dan pedoman di bidang penyiaran, pemberdayaan kelembagaan komunikasi sosial, hubungan kelembagaan komunikasi pemerintah dan pemerintah daerah dan kemitraan media untuk meningkatkan diseminasi informasi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;

d) Berkembangnya sistem dan metode pelaksanaan diseminasi informasi yang efisien dan efektif di bidang penyiaran, lembaga komunikasi sosial, lembaga komunikasi pemerintah dan pemerintah daerah dan media secara sinergi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna dalam rangka meningkatkan daya saing informasi yang bersifat negatif;

e) Meningkatnya kerjasama antar lembaga pemerintah/negara di bidang komunikasi dan informatika, serta kemitraan dengan lembaga media dan lembaga komunikasi yang terdapat di masyarakat yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam pelaksanaan diseminasi informasi;

f) Meningkatnya arus dan kualitas informasi dari pemerintah dan pemerintah daerah kepada masyarakat dan sebaliknya serta antar berbagai unsur masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat;

g) Meningkatnya arus dan kualitas informasi ke luar negeri dalam rangka meningkatkan citra positif Indonesia di masyarakat internasional;

h) Berkembangnya Industri dan Lembaga Media yang memberikan kontribusi terhadap proses pembangunan bangsa.

4) Pelayanan Informasi Publik a) Meningkatnya kuantitas dan kualitas informasi publik bidang politik, hukum,

keamanan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat yang benar dan terpercaya secara cepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

b) Berkembangnya sistem dan metoda pelayanan informasi publik yang efisien dan efektif dengan bobot materi informasi yang terpercaya, yang dilakukan oleh instansi/lembaga penyedia informasi publik secara sinergi;

c) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap instansi/lembaga penyedia informasi publik baik di pusat maupun daerah;

d) Berkembangnya pengelolaan pendapat umum baik yang dilakukan oleh Kemkominfo maupun oleh instansi/lembaga informasi lain untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah, mengklarifikasi isu dan informasi negatif;

e) Berkembangnya kerjasama layanan informasi publik antar negara, khususnya dalam kerangka “Millenium Development Goals” (MDG)

Page 12: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 9 dari 43

5) Pengembangan SDM bidang Komunikasi dan Informatika a) Meningkatnya pemahaman manusia Indonesia yang mampu menikmati layanan

dasar telematika (e-literate) seperti telepon, internet dan electronic broadcast untuk peningkatan kualitas hidup dan menikmati layanan publik;

b) Meningkatnya kualitas dan kuantitas aparatur pemerintah yang mampu mengoperasikan sistem e-Government untuk efektivitas pelayanan publik dan melaksanakan manajemen pemerintahan;

c) Meningkatnya profesionalisme di bidang komunikasi dan informatika yang mampu bekerja secara produktif dan efektif, termasuk dalam mengoperasikan komputer, office tools, internet/pusat informasi dan mesin/alat produksi berbasis teknologi telematika;

d) Meningkatnya pekerja ICT yang mampu mengoperasikan sistem telematika untuk menghasilkan produk dan layanan telematika, seperti pembuatan hardware, software, konten, maupun untuk memfasilitasi sistem teknologi telematika bagi profesional pengguna;

e) Meningkatnya para pendidik di bidang komunikasi dan informatika mampu mendidik siswa/mahasiswa menjadi profesional di bidang ICT dan menggunakan teknologi telematika untuk menunjang proses belajar mengajar;

f) Terwujudnya sinergi program dan pemanfaatan hasil pengembangan SDM bidang komunikasi dan informatika;

g) Meningkatnya profesionalisme sumber daya manusia di Kemkominfo yang bergerak dalam bidang pengembangan SDM.

6) Litbang bidang Komunikasi dan Informatika a) Tersedianya SDM, sarana dan prasarana yang mendukung penelitian dan

pengembangan di bidang Komunikasi dan Informatika; b) Tersedianya data dan informasi hasil penelitian dan pengembangan pos dan

telekomunikasi, aplikasi telematika, sarana dan diseminasi informasi, serta sinergi litbang komunikasi dan informatika dengan pengembangan SDM Komunikasi dan Informatika;

c) Tersedianya rekomendasi hasil penelitian untuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana, penyelenggaraan, peningkatan kualitas dan aksesibilitas, peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat di bidang Komunikasi dan Informatika;

d) Tersedianya rekomendasi hasil litbang untuk meningkatkan peran lembaga komunikasi sosial dalam masyarakat, kerjasama dan kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat, serta kualitas, kuantitas dan efektivitas informasi publik;

e) Tersedianya rekomendasi hasil litbang dalam meningkatkan dan mengembangkan sistem dan konten telematika serta pemanfaatan dan pendayagunaan aplikasi telematika dalam meningkatkan kualitas layanan pemerintah dan layanan bisnis;

f) Tersedianya rekomendasi hasil litbang dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan fungsi manajemen Kemkominfo;

g) Terwujudnya sinergi program dan pemanfaatan hasil litbang komunikasi dan informatika antar lembaga litbang dan instansi lainnya;

h) Tersedianya sumber daya manusia yang profesional di Kemkominfo yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan komunikasi dan informatika.

Page 13: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 10 dari 43

7) Pengawasan bidang Komunikasi dan Informatika a) Tersusunnya program kerja Kemkominfo dan pelaksanaannya secara ekonomis,

efisien dan efektif; b) Terwujudnya sistem pengawasan akuntabel yang dapat mencegah dan

memberantas praktek KKN serta meningkatnya penerimaan Negara; c) Meningkatnya kualitas pelayanan masyarakat oleh masing-masing satuan kerja

di lingkungan Kemkominfo.

8) Kelembagaan dan Administrasi a) Pengelolaan secara efektif dan efisien mengenai anggaran, inventarisasi

kekayaan milik negara, perencanaan pembangunan dan pelayanan administrasi Kemkominfo;

b) Terwujudnya pembinaan SDM sesuai dengan sistem karier; c) Tersusunnya pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan sesuai dengan

kebutuhan; d) Tersusunnya peraturan perundang-undangan bidang komunikasi dan informatika

serta terlaksananya bantuan hukum dan hubungan lembaga hukum; e) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan komunikasi dan

informatika yang memadai; f) Meningkatnya kerjasama bilateral, regional dan multilateral bidang komunikasi

dan informatika secara efektif, efisien dan dapat memberikan nilai tambah; g) Berkembangnya jejaring kerja yang berkaitan dengan bidang komunikasi dan

informatika secara bertahap; h) Pengolahan dan pelayanan data Kemkominfo secara efektif.

Pendapatan Kemkominfo Pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2009 Kemkominfo memperoleh realisasi pendapatan sebesar Rp10.063.665.417.602,00 yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Belanja Kemkominfo Belanja tahun anggaran 2009 Kemkominfo menerima anggaran untuk:

No. Uraian 2009 2008 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1. Belanja Pegawai 172.254.180.000,00 147.891.387.875,00 85,86 235.635.947.000,00 183.486.710.265,00 77,87 2. Belanja Barang 1.429.505.822.000,00 813.973.669.854,00 56,94 1.620.622.218.000,00 593.436.889.410,00 36,62 3. Belanja Modal 625.408.720.000,00 370.868.154.192,00 59,30 373.266.659.000,00 189.562.199.250,00 50,78 4. Belanja Bantuan

Sosial 29.158.449.000,00 27.286.595.335,00 93,58 32.611.538.000,00 29.558.801.494,00 90,64

Jumlah 2.256.327.171.000,00 1.360.019.807.256,00 60,28 2.262.136.362.000,00 996.044.600.419,00 44,03

Realisasi Belanja Pegawai pada tahun 2009 sebesar Rp147.891.387.875,00 sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp183.486.710.265,00. Belanja Barang pada tahun 2009 terealisasi sebesar Rp813.973.669.854,00, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp593.436.889.410,00 dan untuk Belanja Modal pada tahun 2009 terealisasi sebesar Rp370.868.154.192,00, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp189.562.199.250,00.

Untuk realisasi Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp27.286.595.335,00, sedangkan pada tahun 2008 Rp29.558.801.494,00.

Page 14: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 11 dari 43

3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KEMKOMINFO)

Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan Kemkominfo termasuk didalamnya jenjang struktural di bawah Kemkominfo seperti Eselon I, kantor wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan Keuangan Kemkominfo disusun berdasarkan penggabungan data/laporan keuangan satuan kerja Kemkominfo, termasuk Laporan Keuangan BTIP yang merupakan BLU dibawah Ditjen Postel.

Pada tahun 2009 Kemkominfo memperoleh anggaran yang berasal dari APBN sebesar Rp2.256.327.171.000,00 meliputi: • Satuan kerja pusat/KP sebesar Rp1.397.121.954.000,00 • Satuan kerja daerah/KD sebesar Rp 859.205.217.000,00 Kemkominfo selain memperoleh dana dari DIPA BA 059, juga mengelola dana yang berasal dari BA 999.06 (Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) sebesar Rp343.825.570.000,00. Untuk Belanja Subsidi sebesar Rp225.000.000.000,00 dan Belanja Lain-lain sebesar Rp118.825.570.000,00.

Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BA 999.06) Kemkominfo tidak dikonsolidasikan kedalam Laporan Keuangan Kemkominfo (BA. 059) karena Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain tersebut merupakan anggaran dari Kementerian Keuangan yang pelaksanaan anggarannya dikelola oleh Kemkominfo. Namun Kemkominfo tetap menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran 999.06 dan diserahkan ke Kementerian Keuangan selaku pengguna anggarannya.

Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di bawah Kemkominfo. Laporan Realisasi APBN terdiri dari Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dan Realisasi Belanja.

b. Neraca Neraca disusun berdasarkan penggabungan neraca entitas akuntansi yang berada di bawah Kemkominfo yang disusun melalui SAI.

c. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Jumlah satuan kerja di lingkup Kemkominfo adalah 56 satker. Dari jumlah tersebut seluruh satker telah menyampaikan laporan keuangan dan laporan barang serta telah dikonsolidasikan 100%. Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 15: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 12 dari 43

Tabel I Rekapitulasi Jumlah Satker Menurut Eselon 1

No. Kode Eselon I Uraian

Jumlah Jenis Kewenangan Jumlah Satker KP KD DK TP

M TM M TM M TM M TM 1 059.01 Sekretariat

Jenderal 2 2

2 059.02 Inspektorat Jenderal

1 1

3 059.03 Ditjen Postel 3 33 36 4 059.04 Ditjen Aptel 1 1 5 059.05 Ditjen SKDI 4 1 5 6 059.06 Balitbang

SDM 1 9 10

7 059.07 BIP 1 1 Jumlah 13 43 56

Keterangan: M = Menyampaikan LK KP = Kantor Pusat DK = Dekonsentrasi TM = Tidak menyampaikan LK KD = Kantor Daerah TP = Tugas Pembantuan

4. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN.

Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN.

Penyusunan dan penyajian LK Tahun 2009 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penyusunan LKKL telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK Kemkominfo adalah:

a. Pendapatan Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.

b. Belanja Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka

Page 16: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 13 dari 43

(face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi.

c. Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap dan Aset Lainnya.

1) Aset Lancar Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai bagian lancar TPA/TGR. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan: (a) harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian; (b) harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; (c) harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan

cara lainnya seperti donasi/rampasan.

2) Aset Tetap Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca kementerian negara/lembaga per 31 Desember 2009 berdasarkan harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: (a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga

Page 17: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 14 dari 43

yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).

(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(c) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

3) Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain. TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke Kas Negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya. Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset Lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Di samping itu, piutang macet kementerian negara/lembaga yang dialihkan penagihannya

Page 18: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 15 dari 43

kepada Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain.

4) Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. (a) Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

(b) Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

5) Ekuitas Dana Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang.

Page 19: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 16 dari 43

B. RINGKASAN LAPORAN

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

LRA menggambarkan perbandingan antara Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran (TA) 2009 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, selama periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2009. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2009 terdiri dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp10.063.900.026.990,00 atau mencapai 143,69% dari anggaran serta Penerimaan Hibah sebesar Nihil atau mencapai 0% dari yang dianggarkan. Realisasi Belanja Negara pada TA 2009 adalah sebesar Rp1.360.019.807.256,00 atau mencapai 60,28% dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp1.096.997.619.828,00 atau 59,33% dari anggarannya, Belanja Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp263.022.187.428,00 atau 75,92% dari anggarannya, dan Belanja Hibah sebesar Rp0,00. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2009 dan 2008 dapat disajikan sebagai berikut:

Uraian TA 2009 TA 2008 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

Pendapatan Negara dan Hibah Penerimaan Dalam Negeri 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69 5.554.930.649.857,00 7.754.629.915.836,00 139,60 Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69 5.554.930.649.857,00 7.754.629.915.836,00 139,60 Belanja Belanja Rupiah Murni 1.849.028.307.000,00 1.096.997.619.828,00 59,33 2.050.180.342.000,00 883.126.262.005,00 43,08 Belanja Pinjaman Luar Negeri 346.448.772.000,00 263.022.187.428,00 75,92 161.787.586.000,00 98.453.418.414,00 60,85 Belanja Hibah LN 60.850.092.000,00 0,00 0,00 50.168.434.000,00 14.464.920.000,00 28,83 Jumlah Belanja 2.256.327.171.000,00 1.360.019.807.256,00 60,28 2.262.136.362.000,00 996.044.600.419,00 44,03

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal pelaporan sebelumnya. Jumlah Aset adalah sebesar Rp6.302.455.242.500,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp3.760.313.046.545,00, Aset Tetap sebesar Rp2.469.699.916.135,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp72.442.279.820,00. Jumlah Kewajiban adalah sebesar Rp677.863.595,00 yang merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Sementara itu jumlah Ekuitas Dana adalah sebesar Rp6.301.777.378.905,00 yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp3.759.635.182.950,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp2.542.142.195.955,00.

Page 20: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 17 dari 43

Ringkasan Neraca per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 dapat disajikan sebagai berikut:

Uraian Tanggal Neraca Nilai kenaikan/ penurunan

(Rp) 31 Desember 2009 (Rp) 31 Desember 2008 (Rp) Aset 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80 Aset Lancar 3.760.313.046.545,00 2.752.589.975.412,00 1.007.723.071.133,00 Aset Tetap 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80 Aset Lainnya 72.442.279.820,00 56.018.734.692,00 16.423.545.128,00

Kewajiban 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (1.091.033.126,00) Kewajiban Jangka Pendek 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (1.091.033.126,00)

Ekuitas Dana 6.301.777.378.905,00 4.784.024.653.742,00 (1.517.752.725.162,80) Ekuitas Dana Lancar 3.759.635.182.950,00 2.751.209.433.883,00 1.008.425.749.067,00 Ekuitas Dana Investasi 2.542.142.195.955,00 2.032.815.219.859,00 509.326.976.095,80

2. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan dasar hukum, metodologi penyusunan Laporan Keuangan, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan, dan belanja diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Sementara itu, dalam penyajian Neraca, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan.

Page 21: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 18 dari 43

C. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN Pada Tahun Anggaran 2009 realisasi anggaran untuk Kemkominfo, terdiri dari: a. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah yang merupakan Penerimaan Negara

Bukan Pajak b. Realisasi Belanja Negara

1) Belanja Rupiah Murni 2) Belanja Pinjaman Luar Negeri 3) Belanja Hibah

No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69 - Penerimaan Negara Bukan Pajak 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69 - Hibah 0,00 0,00 0,00

2. Realisasi Belanja Negara 2.256.327.171.000,00 1.360.019.807.256,00 60,28 - Belanja Rupiah Murni 1.849.028.307.000,00 1.096.997.619.828,00 59,33 - Belanja Pinjaman Luar Negeri 346.448.772.000,00 263.022.187.428,00 75,92 - Belanja Hibah LN 60.850.092.000,00 0,00 0,00

2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN a. Pendapatan Negara dan Hibah

Kemkominfo menargetkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp7.003.938.315.198,00. Target tersebut telah terealisasi sebesar Rp10.063.900.026.990,00 atau 143,69%. Rincian dari PNBP sebagai berikut:

No. Uraian Nilai (Rp) 1. Penerimaan dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi Pengusahaan Jasa Titipan 36.000.000,00 Pungutan Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi 644.619.475.963,00 Biaya Ujian Radio Elektronika dan Operator Radio (REOR) 182.875.000,00 Biaya Izin Amatir Radio dan Biaya Izin Komunikasi Radio Antar

Penduduk (KRAP) 55.909.000,00 Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi Radio per Frekuensi 8.109.402.315.925,00 Biaya Sertifikasi dan Permohonan Pengujian Alat/Perangkat

Telekomunikasi 47.233.912.000,00 Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi/Universal

Service Obligation (USO) 1.247.670.892.618,00 2. Penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran 6.936.261.001,00 3. Penerimaan Jasa Sewa Sarana dan Prasarana 2.517.589.078,00 4. Penerimaan Jasa Pendidikan dan Pelatihan 3.287.723.000,00 5. Lain-lain (Antara Lain Jasa Giro dan Pengembalian Belanja TAYL) 1.957.073.405,00

10.063.900.026.990,00

Rincian Target dan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2009 per Eselon I sebagai berikut:

No. Eselon I Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Sekretariat Jenderal 0,00 1.250.532.530,00 0,00 2. Inspektorat Jenderal 0,00 4.100.000,00 0,00 3. Ditjen Pos dan Telekomunikasi 6.999.909.999.198,00 10.050.783.025.187,00 143,58 4. Ditjen Aplikasi Telematika 0,00 163.158.208,00 0,00 5. Ditjen SKDI 0,00 6.996.428.519,00 0,00 6. Balitbang SDM 4.028.316.000,00 4.700.800.546,00 116,69 7. BIP 0,00 1.982.000,00 0,00

Jumlah 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69

Page 22: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 19 dari 43

Dibandingkan dengan realisasi PNBP Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp7.754.629.915.836,00 atau 139,60% dari target sebesar Rp5.554.930.649.857,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 meningkat 29,77%. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya: 1) Direktorat Jenderal SKDI baru mulai melakukan penerimaan pada tahun 2009

di bidang jasa penyiaran. 2) Pusdiklat Pegawai baru melakukan penerimaan pada tahun 2009 untuk sewa

gedung. 3) Terjadi kenaikan yang cukup signifikan target PNBP TA 2009 dibanding TA

2008 dan hal ini berimbas pada realisasi target TA 2009 yang lebih besar daripada TA 2008 terutama pada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

4) Kenaikan yang cukup signifikan atas penerimaan pada Biro Umum.

b. Belanja Kementerian Pada Tahun Anggaran 2009 Kemkominfo menerima DIPA untuk Belanja sebesar Rp2.256.327.171.000,00 dan terealisasi sebesar Rp1.360.019.807.256,00 atau 60,28%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp996.044.600.419,00 atau 44,03% dari anggaran belanja sebesar Rp2.262.136.362.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 meningkat 36,54%. Kenaikan tersebut disebabkan adanya sebagian pembangunan telekomunikasi perdesaan pada BLU-BTIP telah direalisasikan.

c. Belanja Pegawai Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika menerima DIPA untuk Belanja Pegawai sebesar Rp172.254.180.000,00 dan sampai dengan 31 Desember 2009 terealisasi sebesar Rp147.891.387.875,00 atau 85,86%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp183.486.710.265,00 atau 77,87% dari anggaran Belanja Pegawai sebesar Rp235.635.947.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 menurun 19,39%. Kenaikan tersebut disebabkan terdapat perpindahan mata anggaran honorarium untuk pengelola anggaran dan tim pelaksana kegiatan dari klasifikasi belanja pegawai ke klasifikasi belanja barang. Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut:

Uraian Tahun 2009 (Rp) Tahun 2008 (Rp) %

Naik(Turun) Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 138.266.330.573,00 124.275.478.203,00 0,11 Belanja Honorium 5.383.698.052,00 55.247.065.162,00 (0,90) Belanja Lembur 4.084.151.500,00 3.794.330.400,00 0,08 Belanja Vakasi 157.207.750,00 169.836.500,00 (0,07) Total 147.891.387.875,00 183.486.710.265,00 (0,19)

Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp147.891.387.875,00 berasal dari Rupiah Murni.

d. Belanja Barang Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika menerima DIPA untuk Belanja Barang sebesar Rp1.429.505.822.000,00 dan sampai dengan 31 Desember 2009 terealisasi sebesar Rp813.973.669.854,00 atau 56,94%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp593.436.889.410,00 atau 36,62% dari anggaran Belanja Barang sebesar Rp1.620.622.218.000,00, realisasi

Page 23: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 20 dari 43

Tahun Anggaran 2009 meningkat 37,16%. Kenaikan tersebut dikarenakan: 1) Terdapat perpindahan mata anggaran honorarium untuk pengelola anggaran

dan tim pelaksana kegiatan dari klasifikasi belanja pegawai ke klasifikasi belanja barang.

2) Alokasi pembangunan telekomunikasi perdesaan pada BLU-BTIP sebagian telah direalisasikan.

Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut:

Uraian Tahun 2009 (Rp)

Tahun 2008 (Rp)

% Naik Turun

Belanja Barang Operasional 162.645.742.866,00 142.597.481.313,00 14,06 Belanja Barang Non Operasional 193.489.770.548,00 144.920.305.000,00 33,51 Belanja Barang BLU 124.145.677.750,00 9.936.818.077,00 1.149,35 Belanja Jasa 94.854.268.080,00 110.622.573.154,00 (14,25) Belanja Pemeliharaan 35.069.292.299,00 26.848.596.275,00 30,62 Belanja Perjalanan 203.768.918.311,00 158.511.115.591,00 28,55 Jumlah 813.973.669.854,00 593.436.889.410,00 37,16

Realisasi Belanja Barang sebesar Rp813.973.669.854,00 berasal dari: (a) Rupiah Murni Rp802.466.902.919,00 (b) Pinjaman Luar Negeri Rp 11.506.766.935,00

e. Belanja Modal Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika memperoleh alokasi anggaran untuk Belanja Modal sebesar Rp625.408.720.000,00 dan sampai dengan 31 Desember 2009 terealisasi sebesar Rp370.868.154.192,00 atau 59,30%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp189.562.199.250,00 atau 50,78% dari anggaran Belanja Modal sebesar Rp373.266.659.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 meningkat 95,64%. Kenaikan tersebut dikarenakan: a) Proses pelelangan dan pengadaan pada Kemkominfo dilakukan lebih efektif

dibanding tahun-tahun sebelumnya. b) Terdapat kenaikan yang signifikan atas belanja modal peralatan dan mesin

pada Tahun Anggaran 2009.

Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:

Uraian Tahun 2009 (Rp)

Tahun 2008 (Rp)

% Naik (Turun)

Belanja Modal Tanah 1.952.419.500,00 - - Belanja Modal Peralatan dan Mesin 230.322.882.916,00 70.396.714.697,00 227,18 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 98.536.856.134,00 102.787.943.495,00 (4,14) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 618.431.000,00 509.977.580,00 21,27 Belanja Pemeliharaan yang Dikapitalisasi - 12.917.695.878,00 - Belanja Modal Fisik Lainnya 39.119.533.001,00 2.557.533.950,00 1.429,58 Belanja Modal BLU 318.031.641,00 392.333.650,00 (18,94) Jumlah 370.868.154.192,00 189.562.199.250,00 95,64

Realisasi Belanja Modal sebesar Rp370.868.154.192,00 berasal dari: (a) Rupiah Murni Rp119.352.733.699,00 (b) Pinjaman Luar Negeri Rp251.515.420.493,00 (c) Hibah -

Page 24: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 21 dari 43

e. Belanja Bantuan Sosial

Pada Tahun Anggaran 2009 Kemkominfo memperoleh alokasi anggaran untuk Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp29.158.449.000,00. Sampai dengan 31 Desember 2009 anggaran tersebut terealisasi melalui Belanja Rupiah Murni sebesar Rp27.286.595.335,00 atau 93,58%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp29.558.801.494,00 atau 90,64% dari anggaran Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp32.611.538.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 menurun 7,69%. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan jumlah pengguna dana bantuan sosial untuk biaya pendidikan (beasiswa) pada Tahun 2009.

Rincian realisasi Belanja Bantuan Sosial adalah sebagai berikut:

Uraian Tahun 2009 (Rp)

Tahun 2008 (Rp)

Naik (Turun)

% Belanja Bantuan Beasiswa 27.286.595.335,00 29.558.801.494,00 (7,69) Jumlah 27.286.595.335,00 29.558.801.494,00 (7,69)

3. CATATAN PENTING LAINNYA

Catatan lain yang perlu disampaikan dalam Laporan Keuangan ini adalah sebagai berikut:

a. Pinjaman Luar Negeri

Pada Ditjen Aptel (PHLN) dari Negara Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA) yaitu ICT Utilization Project for Education Quality Enhancement in Yogyakarta Province Nomor: PHLN IP-542 JBIC 21585701 sebesar Rp46.000.000.000,00 belum terealisasi karena: 1) Persetujuan JICA tentang kontrak konsultan baru disetujui pada bulan Oktober

2009. 2) Konsultan Pemanfaatan TIK untuk pemerataan mutu pendidikan di

Yogyakarta baru bisa melaksanakan kegiatan setelah persetujuan JICA keluar yaitu pada bulan November 2009.

3) Sedangkan pengadaan peralatan masih harus menunggu hasil dari konsultan tersebut, dengan demikian pengadaan peralatan tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2009.

b. Hibah

Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika mendapatkan Hibah sebesar Rp60.850.092.000,00 terdiri dari:

1) Ditjen Aptel

Hibah dari Bank Dunia Global Program for Output Based Aid (GPOBA) sebesar Rp4.552.658.000,00:

i. Proses pengadaan jasa konsultan sudah dilaksanakan, namun sampai dengan akhir Desember 2009 belum ada kontrak yang ditandatangani sehingga belum ada realisasi penarikan dana. Pengadaan jasa konsultan sampai dengan akhir Desember 2009 adalah sebagai berikut:

Page 25: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 22 dari 43

Management Consultant: pemenangnya sudah ditentukan, yaitu PT IKC in Association with PT DKN. Sampai akhir Desember 2009 sudah sampai tahap negosiasi kontrak.

Independent Verificator Agent: pemenangnya sudah yaitu PT S. Evaluasi teknik belum dilaksanakan karena kegiatannya terkait dan disesuaikan dengan pelaksanaan Jasa Akses Internet (CAP).

Communication Specialist (Individual Consultant): pemenangnya sudah ditentukan yaitu RW, namun kontrak belum dilaksanakan karena harus diperbaiki sesuai rekomendasi Bank Dunia.

ii. Proses pengadaan Jasa Akses Internet/Community Access Point (MAK Jasa Lainnya) pelelangan sudah dilaksanakan pada bulan Desember 2009, namun peserta lelang yang menyerahkan dokumen lelang hanya satu sehingga harus dilakukan tender ulang pada tahun 2010.

2) Ditjen SKDI

Sampai dengan 31 Desember 2009 hibah pada Ditjen SKDI belum terealisasi disebabkan belum terbitnya Surat Perintah Pengesahan Pembayaran (SP3) dari KPPN Jakarta VI (khusus). Bantuan ini berasal dari Negara Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA).

c. Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP)

Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika juga mendapatkan anggaran untuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP) yaitu Bagian Anggaran untuk Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BA.999.06) sebesar Rp343.825.570.000,00 yang terdiri dari:

1) Belanja Subsidi sebesar Rp225.000.000.000,00 yang dikelola oleh:

(a) Ditjen Pos dan Telekomunikasi sebesar Rp175.000.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp174.998.848.000,00 atau 99,99%.

(b) Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi sebesar Rp50.000.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp49.659.492.612,00 atau 99,32%.

2) Belanja Lain-lain sebesar Rp118.825.570.000,00 dikelola oleh:

(a) Badan Informasi Publik sebesar Rp825.570.000,00 dengan realisasi sebesar Rp825.104.127,00 atau 99,94%.

(b) Ditjen Pos dan Telekomunikasi sebesar Rp118.000.000.000 dengan realisasi sebesar Rp118.000.000.000,00 atau 100%.

d. Anggaran dan Realisasi Belanja BLU BTIP Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU) yaitu Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) di bawah Ditjen Pos dan Telekomunikasi.

e. Pengembalian Belanja pada Badan Litbang SDM Pada unit kerja Eselon I Badan Litbang (Balitbang) SDM terdapat realisasi sebesar Rp656.000.000,00 yang merupakan biaya pendidikan Program S2 Telematika ITS

Page 26: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 23 dari 43

yang diberikan kepada 16 mahasiswa @ Rp41.000.000,00. Satu dari 16 mahasiswa menyatakan mengundurkan diri sehingga terdapat pengembalian biaya pendidikan sebesar Rp41.000.000,00 dari ITS kepada pengelola kegiatan (Balitbang SDM). Pengembalian belanja sebesar Rp41.000.000,00 tersebut belum disetorkan ke Kas Negara sampai dengan 25 Mei 2010.

Page 27: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 24 dari 43

D. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA

1. PENJELASAN UMUM NERACA

Neraca per 31 Desember 2009 merupakan posisi keuangan dari Kemkominfo pada tanggal tersebut, yang terdiri dari:

Uraian 31 Desember 2009 (Rp) 31 Desember 2008 (Rp) Kenaikan/Penurunan (Rp) Aset 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80 Kewajiban 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (702.677.934,00) Ekuitas Dana 6.301.777.378.905,00 4.784.024.653.742,20 1.517.752.725.162,80

Jumlah Aset per 31 Desember 2009 sebesar Rp6.302.455.242.500,00 terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp3.760.313.046.545,00 dan Aset Tetap sebesar Rp2.469.699.916.135,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp72.442.279.820,00.

Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2009 sebesar Rp677.863.595,00 merupakan kewajiban jangka pendek.

Jumlah Ekuitas Dana per 31 Desember 2009 sebesar Rp6.301.777.378.905,00 terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar 3.759.635.182.950,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp2.542.142.195.955,00.

2. PENJELASAN PER POS NERACA

a. Aset Lancar

1) Kas di Bendahara Pengeluaran

Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009 sebesar Rp262.225.702,00. Rincian Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran per Eselon I adalah sebagai berikut:

Kode Uraian Eselon I Per 31 Desember 2009 (Rp)

Per 31 Desember 2008 (Rp)

059.01 Sekretariat Jenderal 5.596.449,00 12.154.932,00 059.02 Inspektorat Jenderal 0,00 0,00 059.03 Ditjen Pos dan Telekomunikasi 166.661.975,00 343.428.498,00 059.04 Ditjen Aplikasi Telematika 0,00 0,00 059.05 Ditjen SKDI 109.522,00 0,00 059.06 Badan Litbang SDM 48.488.716,00 484.606.550,00 059.07 Badan Informasi Publik 41.369.040,00 0,00

Total 262.225.702,00 840.189.980,00

Pada saat penyusunan Laporan Keuangan ini jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran tersebut sudah disetor seluruhnya ke Kas Negara.

2) Kas di Bendahara Penerimaan Jumlah Kas di Bendahara Penerimaan Kemkominfo per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp23.343.000,00 berasal dari Eselon I Ditjen SKDI.

3) Kas Lainnya Setara Kas Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada Kemkominfo untuk Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp50.466.296,00, saldo Kas ini berada di Eselon I:

a) Inspektorat Jenderal, sebesar Rp128.060,00 merupakan saldo jasa giro Bendahara Pengeluaran pada Rekening Bank Mandiri yang belum disetorkan sampai dengan 31 Desember 2009. Penyetoran jasa giro tersebut dilakukan

Page 28: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 25 dari 43

pada 11 Januari 2010 sebesar Rp108.200,00 NTPN No. 0602080109000500. Perbedaan saldo Kas Lainnya dan Setara Kas yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2009 dengan penyetoran yang dilakukan pada 11 Januari 2010 adalah sebesar Rp19.860,00. Perbedaan tersebut disebabkan karena Inspektorat Jenderal telah menutup rekening Bendahara Pengeluaran pada Bank Mandiri pada 6 Januari 2010 sehingga pihak Bank membebankan biaya administrasi atas penutupan rekening tersebut.

b) Ditjen Pos dan Telekomunikasi, sebesar Rp46.526.595,00 merupakan dana yang sudah dicairkan oleh Bendahara Pengeluaran tetapi belum dibagikan ke pegawai di Balai Monitor Jayapura.

c) Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, sebesar Rp3.811.641,00 merupakan saldo akhir jasa giro Bendahara Pengeluaran pada Rekening Bank Mandiri yang belum disetorkan sampai dengan 31 Desember 2009. Penyetoran jasa giro tersebut dilakukan pada 29 Januari 2010 sebesar Rp3.811.641,00 dengan NTPN: 0300151003100904.

4) Kas pada BLU Saldo Kas pada Badan Layanan Umum BTIP per 31 Desember 2009 sebesar Rp2.513.291.437.536,00 yang terdiri dari: a) Kas di Rekening Bendahara Pengeluaran sebesar Rp578.550.507,00; b) Kas Tunai di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp26.206.919,00; c) Deposito berjangka satu bulan di BRI sebesar Rp1.900.000.000.000,00; d) Deposito Umum berjangka satu bulan di Bank Bukopin sebesar

Rp550.000.000.000,00; e) Kas di Rekening Bendahara Penerimaan sebesar Rp62.686.680.110,00.

5) Piutang Bukan Pajak Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2009 pada Kemkominfo sebesar Rp1.232.169.204.330,00 berasal dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan Badan Litbang SDM, dengan rincian sebagai berikut: a) Direktorat Jenderal Postel sebesar Rp1.232.036.194.330,00 yang bersumber

dari: Biaya Hak Penggunaan Frekuensi sebesar Rp1.207.079.637.943,00; Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi sebesar

Rp24.919.608.923,00; KPU/USO sebesar Rp36.947.464,00.

b) Badan Litbang SDM sebesar Rp133.010.000,00 yang bersumber dari satuan kerja MMTC Yogyakarta diperoleh dari jasa penginapan yang belum dibayar oleh pihak ketiga. Piutang tersebut telah dibayar pada bulan Januari 2010 sejumlah Rp133.010.000,00 dan telah disetorkan ke Kas Negara.

6) Bagian Lancar TP/TGR Saldo Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp87.459.843,00 yang merupakan sisa piutang TGR, dengan rincian sebagai berikut:

Page 29: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 26 dari 43

No. Tanggal SKTM Piutang (Rp)

Telah Diangsur (Rp)

Piutang Belum Terbayar (Rp)

1. 30 Mei 2000 12.825.000,00 12.235.000,00 590.000,00 2. 12 November 2008 18.489.843,00 9.000.000,00 9.489.843,00 3. 20 April 2009 18.800.000,00 1.570.000,00 17.230.000,00 4. 20 April 2009 91.000.000,00 56.000.000,00 35.000.000,00 5. 17 Juni 2009 7.750.000,00 3.000.000,00 4.750.000,00 6. 13 November 2009 12.500.000,00 - 12.500.000,00 7. 20 April 2009 7.900.000,00 - 7.900.000,00

Jumlah 87.459.843,00

7) Persediaan Saldo persediaan pada Kemkominfo per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp14.037.384.138,00 berasal dari:

Persediaan sebesar Rp14.037.384.138,00 sebagian besar berupa suku cadang, alat tulis, bahan cetakan dan peralatan teknik yang berada pada Ditjen Postel dan Badan Informasi Publik.

Kode Uraian Eselon I 31 Desember 2009 (Rp)

31 Desember 2008 (Rp)

059.01 Sekretariat Jenderal 852.269.924,00 744.635.548,00 059.02 Inspektorat Jenderal 6.930.522,00 9.883.895,00 059.03 Ditjen Pos dan Telekomunikasi 7.322.498.306,00 7.564.212.110,00 059.04 Ditjen Aplikasi Telematika 1.106.817.913,00 187.469.800,00 059.05 Ditjen SKDI 1.333.616.215,00 707.287.715,00 059.06 Badan Litbang SDM 668.544.600,00 621.774.921,00 059.07 Badan Informasi Publik 2.746.706.658,00 669.087.423,00

Total 14.037.384.138,00 10.504.351.412,00

Secara umum kondisi Barang Persediaan dalam keadaan baik.

8) Persediaan Badan Layanan Umum Jumlah persediaan BLU per 31 Desember 2009 sebesar Rp338.175.700,00 sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp29.278.790,00. Persediaan yang terdapat pada BTIP Tahun 2009 terdiri dari barang pakai habis yang berupa alat/bahan untuk kegiatan kantor seperti alat tulis kantor, dan lain-lain. Jumlah barang persediaan BTIP seluruhnya dalam kondisi baik.

b. Aset Tetap

Jumlah Aset Tetap per 31 Desember 2009 pada Kemkominfo sebesar Rp2.469.699.916.135,00.

Posisi aset tetap dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No. Uraian Per 31 Desember 2009

(Rp) Per 31 Desember 2008

(Rp) Kenaikan/(Penurunan)

(Rp) 1. Tanah 892.009.541.707,00 674.892.261.251,00 217.117.280.456,00 2. Peralatan dan Mesin 786.049.217.387,00 765.473.221.142,00 20.575.996.245,00 3. Gedung dan Bangunan 361.175.665.674,00 310.591.882.205,20 50.583.783.468,80 4. Jalan, Irigasi dan Jaringan 26.459.614.502,00 25.504.156.137,00 955.458.365,00 5. Aset Tetap Lainnya 13.713.738.388,00 14.352.442.316,00 (638.703.928,00) 6. Konstruksi Dalam Pengerjaan 360.572.302.705,00 94.502.010.888,00 266.070.291.817,00 7. Peralatan dan Mesin BLU 29.118.496.510,00 91.058.441.206,00 (61.939.944.696,00) 8. Jalan, Irigasi dan Jaringan

BLU 96.905.600,00 96.905.600,00 - 9. Aset Tetap Lainnya BLU 504.433.662,00 325.164.422,00 179.269.240,00

Jumlah 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80

Page 30: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 27 dari 43

Seluruh Aset Tetap Kemkominfo telah dinilai kembali (revaluasi) oleh Tim Penilai dari Kantor Pelayanan Piutang Negara dan Lelang Kementerian Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penertiban Barang Milik Negara.

1) Tanah Jumlah Aset Tetap Tanah per 31 Desember 2009 sebesar Rp892.009.541.707,00. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal dengan nilai Rp674.892.261.251,00 mutasi tambah dengan nilai Rp251.503.980.456,00 dan mutasi kurang dengan nilai Rp34.386.700.000,00 . Jika dibandingkan dengan jumlah Aset Tetap Tanah per 31 Desember 2008 sebesar Rp674.892.261.251,00, maka terjadi kenaikan sebesar Rp217.117.280.456,00. Kenaikan nilai tanah tersebut dikarenakan adanya pembelian, transfer masuk dan perubahan nilai koreksi tim penertiban aset.

2) Peralatan dan Mesin Jumlah Aset Tetap Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp786.049.217.387,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp765.473.221.142,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp20.575.996.245,00. Kenaikan nilai peralatan dan mesin tersebut antara lain dikarenakan adanya pembelian, koreksi pencatatan nilai/kuantitas, reklasifikasi masuk, dan penyelesaian pembangunan.

3) Gedung dan Bangunan Jumlah Aset Tetap Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2009 sebesar Rp361.175.665.674,00. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal 1.074 m2/ Rp310.591.882.205,00, mutasi tambah 51 m2/Rp91.115.938.798,00, mutasi kurang 52 m2/Rp 40.532.155.329,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp310.591.882.205,20 maka terjadi kenaikan sebesar Rp50.583.783.468,80. Kenaikan nilai gedung dan bangunan tersebut dikarenakan adanya koreksi tim penertiban aset.

4) Jalan, Irigasi dan Jaringan Jumlah Jalan, Irigasi dan Jaringan pada Kemkominfo per 31 Desember 2009 sebesar Rp26.459.614.502,00, yang terdiri dari: (a) Jalan dan Jembatan sebesar Rp7.874.377.814,00 (b) Irigasi sebesar Rp2.812.614.758,00 (c) Jaringan dan Instalasi sebesar Rp15.772.621.930,00 Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp25.504.156.137,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp955.458.365,00. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan terdapat penyelesaian pembangunan, pembelian aset tetap irigasi dan jaringan.

5) Aset Tetap Lainnya Jumlah Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2009 sebesar Rp13.713.738.388,00 sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp14.352.442.316,00 maka terjadi penurunan sebesar Rp638.703.928,00. Penurunan tersebut dikarenakan adanya koreksi tim penertiban aset.

Terdapat perbedaan nilai Aset Tetap Lainnya yang tersaji di Neraca per 31 Desember 2009 dengan Laporan Barang Pengguna Tahunan Intrakomptabel Tahun Anggaran 2009.

Page 31: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 28 dari 43

Saldo Neraca berdasarkan SIMAK BMN per 31 Desember 2009

Rp 13.713.738.388,00

Saldo Laporan Barang Pengguna Per 31 Desember 2008 Rp 7.343.481.838,00 Perbedaan Rp 6.920.270.312,00

Perbedaan tersebut disebabkan adanya selisih yang merupakan nilai renovasi Gedung Kantor Dinas Provinsi Maluku dan Gedung Kantor Biro Infokom Malut Renovasi Gedung dan Bangunan yang bukan milik Departemen Komunikasi dan Informatika dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan Pembangunan Provinsi Maluku dan Maluku Utara Pasca Konflik. Berdasarkan Inpres tersebut Departemen Komunikasi dan Informatika melaksanakan dana dekonsentrasi untuk merenovasi gedung dan bangunan di Provinsi tersebut.

Perbedaan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp. 6.920.270.312,00 dirinci sebagai berikut: Renovasi Gedung Kantor LKBN ANTARA Rp. 2.774.000.000,00

(Ditjen SKDI) Renovasi Gedung Kantor Dinas Rp. 394.900.000,00

Provinsi Maluku (Setjen) Renovasi Gedung Kantor Biro Infokom Rp. 3.347.154.500,00

Setda Provinsi Maluku Utara (Setjen) Renovasi Gedung Kantor BTIP (Postel) Rp. 404.215.812,00

Jumlah Rp. 6.920.270.312,00

6) Konstruksi dalam Pengerjaan

Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan pada Kemkominfo per 31 Desember 2009 sebesar Rp360.572.302.705,00. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal Rp94.502.010.888,00, mutasi tambah Rp282.019.642.101,00, mutasi kurang Rp15.949.350.284,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp94.502.010.888,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp266.070.291.817,00. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya penambahan nilai Konstruksi dalam Pengerjaan.

7) Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum

Jumlah Aset Tetap Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp29.118.496.510,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp91.058.441.206,00 maka terjadi penurunan sebesar Rp61.939.944.696,00.

Penurunan jumlah aset tersebut disebabkan adanya hasil penilaian kembali aset (revaluasi) dan penghapusan.

8) Jalan, Irigasi dan Jaringan Badan Layanan Umum

Jumlah Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Badan Layanan Umum per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp96.905.600,00 yang merupakan pengadaan pada tahun 2007.

9) Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum

Jumlah Aset Tetap Lainnya pada BLU-BTIP per 31 Desember 2009 sebesar

Page 32: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 29 dari 43

Rp504.433.662,00 Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp325.164.422,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp179.269.240,00. Kenaikan jumlah tersebut dikarenakan adanya pembelian aset tetap lainnya berupa barang non eksakta.

Nilai Aset Tetap Lainnya pada Neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2009 sebesar Rp100.217.850,00 sehingga bila dibandingkan dengan nilai pada Neraca Keuangan per 31 Desember 2009 Rp504.433.662,00 terdapat perbedaan sebesar Rp404.215.812,00.

Perbedaan tersebut karena Aset Tetap Lainnya BLU-BTIP berupa renovasi dan dekorasi atas ruangan kantor yang disewa oleh BLU-BTIP sesuai dengan Buletin Teknis Akuntansi No. 4 tidak dapat dicatat dalam SIMAK-BMN tetapi hanya dapat dicatat dalam Jurnal Aset SAKPA.

c. Aset Lainnya

Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Lancar, Investasi Permanen dan Aset Tetap pada tanggal Neraca.

Jumlah aset lainnya per 31 Desember 2009 pada Kemkominfo sebesar Rp72.442.279.820,00 terdiri dari:

No. Uraian 2009 (Rp) 2008 (Rp) 1. Tuntutan Perbendaharaaan/Tuntutan Ganti Rugi 549.076.102,00 49.975.945,00 2. Aset Tak Berwujud 50.295.651.758,00 33.573.213.843,00 3. Aset Lain-lain 18.026.481.160,00 20.378.521.104,00 4. Aset Tak Berwujud BLU 3.571.070.800,00 2.017.023.800,00

1) Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

No. Tanggal SKTM Piutang (Rp) Telah Diangsur (Rp)

Piutang Belum Terbayar (Rp)

1. 21 November 2000 28.794.150,00 9.598.048,00 19.196.102,00 2. 30 November 2009 570.030.000,00 40.150.000,00 529.880.000,00

Jumlah 549.076.102,00

Kenaikan nilai tersebut dikarenakan selama tahun 2009 telah terjadi penambahan delapan kasus seperti tertera dalam tabel rincian piutang per 31 Desember 2009, dua diantaranya sudah dilakukan pelunasan pada tahun 2009.

2) Aset Tak Berwujud

Jumlah Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp50.295.651.758,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp33.573.213.843,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp16.722.437.915,00. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya pembelian aset tak berwujud.

3) Aset Tak Berwujud Badan Layanan Umum

Jumlah Aset Tak Berwujud BLU per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp3.571.070.800,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp2.017.023.800,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp1.554.047.000,00. Kenaikan tersebut disebabkan oleh pembelian software komputer, server dan hasil kajian/penelitian.

Jumlah Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2009 sebesar Rp549.076.102,00 sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp49.975.945,00.

Page 33: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 30 dari 43

4) Aset Lain-lain

Jumlah Aset Lain-lain per 31 Desember 2009 sebesar Rp18.026.481.160,00 sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp20.378.521.104,00, maka terjadi penurunan sebesar Rp2.352.039.944,00.

Penurunan tersebut disebabkan oleh hibah keluar berupa mobil visual mini pada Eselon I APTEL sebesar Rp15.359.903.925,00, reklasifikasi masuk dari Aset Tetap ke Aset Lainnya sebesar Rp13.008.323.981,00 dan penggunaan kembali BMN yang telah dihentikan sebesar Rp460.000,00.

d. Kewajiban Jangka Pendek

Jumlah pada perkiraan Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp677.863.595,00 terdiri dari Utang Perhitungan Pihak Ketiga, Utang kepada Pihak Ketiga, Pendapatan Diterima di Muka, Uang Muka dari KPPN dan Pendapatan yang Ditangguhkan.

1) Utang kepada Pihak Ketiga

Jumlah Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2009 sebesar Rp251.635.109,00, merupakan tagihan rekening daya dan jasa (listrik, air, telepon, internet, tv kabel, parkir, dan lain-lain), kekurangan gaji dan tunjangan, honor, yang masih harus dibayar oleh Ditjen Postel sebesar Rp 229.619.069,00, Ditjen SKDI sebesar Rp 21.216.440,00, Balitbang SDM sebesar Rp799.600,00.

2) Pendapatan Diterima di Muka

Jumlah Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2009 sebesar Rp136.720.083,00, merupakan pendapatan sewa gedung dan bangunan yang diterima pada tahun 2009 untuk sewa bagian tahun 2010 pada Setjen. Senilai Rp136.720.083,00 tersebut telah disetorkan ke Kas Negara pada tahun 2009.

3) Uang Muka dari KPPN

Jumlah Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2009 sebesar Rp262.225.702,00 dan per 31 Desember 2008 sebesar Rp840.189.980,00 merupakan perkiraan penyeimbang dari perkiraan Kas di Bendahara Pengeluaran. Jumlah rupiah pada perkiraan ini mempresentasikan uang persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.

4) Pendapatan yang Ditangguhkan

Jumlah Pendapatan yang Ditangguhkan per 31 Desember 2009 sebesar Rp27.282.701,00. Akun ini diperoleh dari Eselon I Inspektorat Jenderal sebesar Rp128.060,00 dan Ditjen SKDI sebesar Rp27.154.641,00, dengan rincian sebagai berikut:

a) Inspektorat Jenderal, sebesar Rp128.060,00 merupakan saldo jasa giro Bendahara Pengeluaran yang belum disetorkan pada 31 Desember 2009.

b) Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, sebesar Rp23.343.000,00 merupakan Kas di Bendahara Penerimaan Kemkominfo per 31 Desember 2009 dan sebesar Rp3.811.641,00 merupakan saldo jasa giro Bendahara Pengeluaran yang belum disetorkan pada 31 Desember 2009.

Page 34: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 31 dari 43

e. Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp3.759.635.182.950,00 sedangkan jumlah per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp2.751.209.433.883,00.

Ekuitas Dana Lancar merupakan kekayaan bersih Kemkominfo yang berasal dari selisih antara jumlah Aset Lancar dengan Kewajiban Lancar/Jangka Pendek, terdiri dari:

1) Cadangan Piutang Jumlah Cadangan Piutang per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp1.232.310.014.173,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp1.170.672.094.267,00. Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Piutang Bukan Pajak.

2) Cadangan Persediaan Jumlah Cadangan Persediaan per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp14.375.559.838,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp10.533.630.202,00. Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Persediaan.

3) Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp341.828.597,00 berupa:

a) Rekening daya dan jasa (listrik, air, telepon, internet, tv kabel, parkir, dan lain-lain), kekurangan gaji dan tunjangan pada Ditjen Postel sebesar Rp229.619.069,00 (dikurangi sebesar Rp46.526.595,00 karena dana sudah tersedia pada Bendahara Pengeluaran, telah dicairkan pada TA 2009 tetapi belum dibayarkan di Balai Monitor Jayapura), Ditjen SKDI sebesar Rp21.216.440,00, Balitbang SDM sebesar Rp799.600,00.

b) Layanan/jasa yang masih harus diberikan sebagai pertanggungjawaban atas Pendapatan Diterima di Muka sebesar Rp136.720.083,00, berupa pendapatan sewa gedung dan bangunan yang diterima pada tahun 2009 untuk sewa bagian tahun 2010 pada Setjen.

4) Dana Lancar BLU Jumlah Dana Lancar BLU per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp2.513.291.437.536,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah Rp1.570.003.709.414,00. Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Kas pada Badan Layanan Umum.

f. Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp2.542.142.195.955,00 jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar Rp2.032.815.219.859,20 maka terjadi kenaikan sebesar Rp509.326.976.095,80 yang terdiri dari:

1) Diinvestasikan dalam Aset Tetap Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp2.469.699.916.135,00, sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp1.976.796.485.167,20 maka terjadi kenaikan sebesar Rp492.903.430.967,80.

Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Aset Tetap.

Page 35: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 32 dari 43

2) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp72.442.279.82,00, sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp56.018.734.692,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp16.423.545.128,00.

Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Aset Lainnya.

3. CATATAN PENTING LAINNYA Catatan lain yang perlu disampaikan dalam Laporan Keuangan ini adalah sebagai berikut:

a. ASET TETAP LAINNYA Terdapat perbedaan nilai aset tetap lainnya pada Laporan SAKPA dan BMN Kemkominfo senilai Rp6.920.270.312,00. Selisih tersebut terdiri dari:

No. Unit Kerja Selisih (Rp) Keterangan 1. Setjen 3.742.054.500,00 Selisih merupakan nilai renovasi Gedung Kantor Dinas

Provinsi maluku dan Gedung Kantor Biro Infokom Malut. 2. Ditjen SKDI 2.774.000.000,00 Selisih merupakan nilai renovasi Gedung Antara. 3. Ditjen Postel 404.215.812,00 Selisih merupakan nilai renovasi Gedung Kantor BTIP

Jumlah 6.920.270.312,00

b. SEKRETARIAT JENDERAL

1) Tanah

Terdapat tiga kasus sengketa tanah yang sampai saat ini masih dalam proses penyelesaian, yaitu:

a) Tanah di lokasi Sukmajaya, Depok, seluas 300.000 m2, telah mendapat putusan tetap dari Mahkamah Agung dalam Perkara Perdata Nomor: 161/PDT.G/1997/PN.BGR dimenangkan oleh pihak Penggugat (H. S Cs.)

Menanggapi kekalahan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengajukan gugatan pidana dengan terdakwa AKA di Pengadilan Negeri Bogor dalam Perkara Nomor: 139/Pid/B/2008/PN.BGR atas kasus pemalsuan surat Kantor Balai Harta Peninggalan Jakarta. Namun Hakim membebaskan Terdakwa (Bebas Murni). Kemudian Jaksa Penuntut mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung (tidak melalui Banding) dan saat ini perkaranya telah terdaftar dan dalam proses pemeriksaan serta menunggu putusan tingkat Kasasi di MA.

b) Tanah di lokasi Jalan Raya Pasar Minggu, Duren Tiga, Jakarta selatan, seluas 1.750 m2, telah menjadi hak milik Kementerian Kominfo sesuai Putusan Nomor:1071/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Sel, tanggal 22 April 2008. Namun demikian secara de facto tanah tersebut masih dijadikan tempat bangunan liar oleh orang-orang yang saat ini menempati, tinggal di lokasi tanah tersebut. Status saat ini masih proses pengosongan tanah dari bangunan liar.

c) Tanah dengan lokasi Jalan Medan-Belawan Km 7,9 Medan, seluas 17.320 m2. Status tanah tersebut masih dalam proses pemeriksaan di tingkat Kasasi MA dalam perkara Nomor: 412/Pdt.G/2007/PN.Mdn dalam gugatan kepemilikan tanah yang diajukan oleh Kemkominfo.

Page 36: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 33 dari 43

2) Alat Angkut Dalam Laporan BMN Sekretariat Jenderal terdapat penghapusan kendaraan dinas 15 unit dengan nilai Rp765.304.545,00 berdasarkan SK Sekretaris Jenderal Kemkominfo Nomor: 155/KEP/SJ.KOMINFO/7/2008 tanggal 7 Juli 2008. Transfer keluar berupa dua Kendaraan Dinas yang diserahkan ke Monumen Pers Nasional Surakarta dengan nomor polisi B 1599 KQ berdasarkan Berita Acara Serah Terima Kendaraan Dinas Nomor: 813/BAST/SJ.5/KOMINFO-MPN/8/2009 dan Kendaraan Dinas yang diserahkan ke BPPKI Yogyakarta dengan nomor polisi B 2970 EQ berdasarkan Berita Acara Serah Terima Kendaraan Dinas Nomor: 809/BAST/SJ.5/KOMINFO-BPPKI/8/2009.

3) Revaluasi Pelaksanaan Penilaian Kembali/Revaluasi pada Satker Sekretariat Jenderal Kemkominfo, telah dilaksanakan oleh Tim Penilai dari Kanwil V Jakarta Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, dan telah disesuaikan dalam aset Sekretariat Jenderal pada SIMAK BMN.

c. DITJEN POS DAN TELEKOMUNIKASI (Ditjen Postel) Rendahnya Realisasi Belanja Tahun 2009 sebesar Rp585.019.918.184,00 atau mencapai 47,14% dari jumlah anggarannya yaitu sebesar Rp1.241.067.629.000,00 dikarenakan terdapat kegiatan penyediaan Sarana Telekomunikasi Perdesaan yang dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum (BLU) BTIP belum seluruhnya terealisasi dikarenakan pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan melalui Kontrak Tahun Jamak (Multi Years).

Total BMN yang dikelola BLU senilai Rp32.886.690.760,00 dengan rincian sebagai berikut:

Uraian Saldo Awal (Rp) Mutasi Tambah (Rp)

Mutasi Kurang (Rp) Saldo (Rp)

Peralatan dan Mesin 89.157.194.810,00 1.263.714.243,00 61.302.412.543,00 29.118.496.510,00 Jaringan 96.905.600,00 - - 96.905.600,00 Aset Tetap Lainnya 2.834.800,00 97.383.050,00 - 100.217.850,00 Aset Tak Berwujud 2.017.023.800,00 1.554.047.000,00 - 3.571.070.800,00 Total 91.273.959.010,00 2.915.144.293,00 61.302.412.543,00 32.886.690.760,00

BTIP telah menghapus 81 aset senilai Rp1.436.588.587,00 berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 235/KEP/M.KOMINFO/7/2009 tanggal 24 Juli 2009 tentang Penghapusan Barang Milik Negara yang terkena bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di Provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara pada Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Pada Semester II TA 2009 berdasarkan hasil penelusuran Tim Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) Fasilitas Telekomunikasi Perintisan di Wilayah Perdesaan Hasil Pembangunan Tahun 2003 dan 2004 di Lingkungan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) yang dibentuk oleh Kepala BTIP dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran BTIP Nomor: 13/KPA/2009, terdapat selisih nilai pada BAST Sekditjen Postel dengan Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 1617/SPK/UM/Postel/X/2004 tanggal 4 Oktober senilai Rp970.542.600,00. Selisih tersebut merupakan jumlah nilai biaya jasa senilai Rp785.000.000,00 dan nilai pajak PPN senilai Rp185.542.600,00 yang belum dimasukkan ke dalam nilai BAST.

Page 37: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 34 dari 43

Pada Semester II TA 2009, jumlah tersebut telah diinput ke dalam SIMAK-BMN sebagai koreksi pencatatan berdasarkan Surat Keterangan Nomor: 478/BTIP.1/KOMINFO/9/2009 tanggal 14 September 2009 perihal dimaksud.

1) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Surabaya Terdapat perbedaan saldo awal per 1 Juli 2009 sebesar Rp5.000.000,00 yang merupakan biaya lelang KDP berupa Gedung dan Bangunan pada Balmon Kelas II Surabaya yang belum dibukukan dalam Laporan BMN Semester I Tahun 2009. Pada saat Semester II telah dikoreksi, namun tanggal pembukuan dicatat pada Semester I Tahun 2009 sehingga terjadi perubahan pada saldo awal Semester II Tahun 2009.

2) Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Gorontalo Terdapat perbedaan saldo awal per 1 Juli 2009 sebesar Rp3.339.637,00 yang merupakan perubahan data hasil rekonsiliasi ulang LBKP Semester I Tahun 2009 dengan KPKNL yang belum dibukukan dalam Laporan BMN Semester I Tahun 2009. Pada saat Semester II telah dikoreksi, namun tanggal pembukuan dicatat pada Semester I Tahun 2009 sehingga terjadi perubahan pada saldo awal Semester II Tahun 2009.

3) Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Ambon Permasalahan Bangunan dan Gedung Kantor Permanen (eks kantor Satker Monitor SFR dan Orsat Ambon) milik Loka Ambon diatas tanah milik PT T yang telah dibongkar oleh PT T tanpa proses penghapusan. Permasalahan tersebut sedang dalam proses penyelesaian dengan PT T.

4) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Bandung - Permasalahan tanah seluas 1.000 m2 Rp545.000,00 yang terletak Blok Negla

Kec. Antapani, Bandung masih dalam proses sengketa dan saat ini sedang dalam proses penyelesaian.

- BMN berupa peralatan dan mesin pada Balmon Bandung sebanyak 57 unit senilai Rp51.718.000,00 telah dihapusbukukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 302/KEP/M.KOMINFO/9/2009 tanggal 17 September 2009.

5) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar Permasalahan pengadaan tanah seluas 1.300 m2 senilai Rp2.048.000.000,00 yang terletak di jalan Racing Center, Makassar. Pada Balmon Makassar masih dalam proses penyelesaian pengembalian yang telah di terima oleh Balmon Makassar pada tahun 2008 sebesar Rp874.300.000,00 dan pada tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00 sehingga posisi pengembalian per 31 Desember 2009 sebesar Rp974.300.000,00.

6) Pelaksanaan Revaluasi di Lingkungan Ditjen Postel KPKNL setempat telah melakukan Penilaian Kembali (Revaluasi) terhadap BMN Satker di lingkungan Ditjen Postel sebanyak 35 satker daerah dan 1 satker pusat di lingkungan Ditjen Postel dan hasilnya telah dilaporkan pada laporan SIMAK BMN Ditjen Postel. Berdasarkan laporan keuangan pada Kementerian Keuangan Tahun 2008 ditemukan Proyek Bantuan Pemerintah yang belum ditetapkan statusnya pada Kemkominfo khususnya pada Ditjen Postel, berupa:

Page 38: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 35 dari 43

No. Bantuan Unit Nilai (Rp) 1.

2.

Mesin Mekanisasi dan Otomatisasi (Mekot) MPC Surabaya Mesin X-Ray (Denpasar, Aceh dan Jakarta

1

4

12.823.339.510,00

5.727.590.000,00 Total 18.550.929.510,00

Dimana aset tersebut telah digunakan/dioperasikan oleh PT PI. Ditjen Postel pada saat ini sedang mengajukan permohonan penetapan status sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat melalui Sekretaris Jenderal kepada Menteri Keuangan.

Terdapat penambahan saldo awal Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin dengan nama barang Mesin Perangko sebesar Rp12.823.339.510,00. Peralatan tersebut merupakan hasil proyek Pengadaan Peralatan Mekanisme dan Otomatisasi Kantor Sentral Pengolahan Pos Surabaya pada tahun 1998 dan belum pernah diinput ke dalam Laporan Aset (SIMAK-BMN) dikarenakan data pendukung yang berupa Berita Acara Serah Terima Hasil Proyek baru ditemukan. Pada saat ini peralatan tersebut sedang dalam proses pengajuan Penyertaan Modal Pemerintah ke Kementerian Keuangan.

Pada Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio, Ditjen Postel terdapat kegiatan Renovasi dan Sewa Gedung milik Pihak Ketiga sehingga tidak dapat diinput ke dalam SIMAK-BMN. Akibatnya menimbulkan selisih Neraca Keuangan terhadap Laporan Barang Milik Negara dan Laporan Keuangan. Adapun rinciannya sebagai berikut:

No. Kegiatan Nilai (Rp) Ket. 1. Renovasi lt. 24 Gd. Sapta Pesona 192.926.943,00 1 Paket 2. Renovasi Bangunan Slave pada :

Slave Stasiun Benowo Slave Stasiun Sukodono Slave Stasiun Mulyorejo

181.391.519,10 180.996.329,80 133.109.906,60

1 Paket 1 Paket 1 Paket

3. Stasiun Monitor Malang 63.282.137,60 1 Paket 4. Stasiun Monitor Probolinggo 63.282.137,60 1 Paket 5. Stasiun Monitor Kediri 61.295.564,00 1 Paket 6. Enam Orang Tenaga Ahli dalam rangka Renovasi 219.255.000,00 1 Lot 7. Sewa Tower (Malang, Madiun, Probolinggo) 315.000.000,00 1 Lot

Total 1.410.539.538,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan/laporan SIMAK BMN tahun anggaran 2009 terdapat perubahan akun sebagai berikut:

a) Terdapat pengurangan aset pada akun Aset Tak Berwujud yaitu pada jenis transaksi pengembangan nilai aset senilai Rp29.169.984,00 yang disebabkan adanya pengembalian belanja modal.

b) Terdapat penambahan persediaan obat senilai Rp6.164.800,00 yang disebabkan adanya kekurangan pencatatan.

Penambahan Aset dari Belanja Barang/Jasa Pada Ditjen Postel terdapat penambahan aset yang berasal dari Belanja Barang/Jasa yang disebabkan oleh adanya kapitalisasi sebagai berikut:

No. Nama Satker Nilai Aset Dari Balanja Barang/Jasa (Rp)

1. Balmon Balikpapan 17.744.375,00 2. Loka Jambi 13.686.300,00 3. Loka Kupang 10.000.000,00 4. Balmon Manado 4.940.000,00 5. Balmon Medan 61.945.720,00 6. Balmon Pekan Baru 49.995.000,00 7. Balmon Pontianak 111.309.600,00

Total 269.620.995,00

Page 39: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 36 dari 43

d. DITJEN SARANA KOMUNIKASI DAN DISEMINASI INFORMATIKA (SKDI) 1) Peralatan dan Mesin dalam Pengerjaan (5.01.01)

Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan pada Satuan Kerja Direktorat Penyiaran per 31 Desember 2009 sebesar Rp165.187.413.148,00. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal Rp70.973.313.051,00 dan penambahan nilai Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP) sebesar Rp94.214.100.097,00 berupa pembangunan ITTS yang akan diserahkan dan digunakan oleh TVRI.

Pelaksanaan Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2009 sudah dilakukan di 26 lokasi, yang sudah mengalami pengembangan KDP yaitu:

No. Lokasi Nilai Per Unit KDP (Rp) 1. Sanggauledo 8.780.859.510,00 2. Kefamenanu 8.780.859.510,003. Betun 8.780.859.510,004. Wanci 8.780.859.510,005. Nunukan 8.780.859.510,006. Balikpapan 8.780.859.510,007. Sambas 8.780.859.510,008. Gn Lampu-Samarinda 8.780.859.510,009. Gombel 221.145.657,00

10. Yogyakarta 221.145.657,0011. Makassar 221.145.657,0012. Manado 4.524.101.034,00 13. Polimak Jayapura 4.524.101.034,00 14. Panyandakan 4.524.101.034,00 15. Banjarmasin 4.524.101.034,00 16. Yogyakarta 4.524.101.034,00 17. Banda Aceh 4.524.101.034,00 18. Makassar 4.997.892.630,00 19. Gombel 4.997.892.630,00 20. Panyandakan 4.997.892.630,00 21. Bukit Bakung 4.997.892.630,00 22. Palembang 4.997.892.630,00 23. Palembang 3.831.184.613,00 24. Ternate 3.831.184.613,0025. Malinau 3.831.184.613,0026. Semitau 3.831.184.613,0027. Gn Gebug 3.831.184.613,0028. Surabaya 3.831.184.613,0029. Oro-Oro Ombo 3.831.184.613,0030. Yogyakarta 3.831.184.613,0031. Sebatik 3.831.184.613,0032. Bengkayang 3.831.184.613,0033. Makassar 3.831.184.613,00

165.187.413.148,00

Catatan:

Terjadi koreksi perolehan KDP pada nomor urut aset 1 sampai dengan 8 pada Semester I tertulis nilai aset KDP Rp8.788.734.510,00 seharusnya Rp8.780.859.510,00. Jumlah yang dikoreksi sebesar Rp7.875.000,00. Jumlah ini sudah dibulatkan.

Hal ini disebabkan terjadi kesalahan perhitungan pada nilai SP2D nomor 853333C. Nilai KDP Rp4.510.228.644,00 dikoreksi menjadi Rp4.502.353.644,00 sehingga total yang dikoreksi pada Semester I sebesar Rp63.000.000,00.

Page 40: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 37 dari 43

Saldo KDP tersebut berasal dari Soft Loan Pemerintah Spanyol berdasarkan kontrak nomor: 565/DJSKDI.2/KOMINFO/7/200 dengan BTESA untuk pembangunan Peralatan Pemancar (ITTS) yang akan digunakan oleh TVRI. Proses hibah akan diselesaikan tahun 2010. Sisa pembangunan 9 lokasi dari 35 lokasi dilanjutkan hingga kontrak berakhir pada 26 Juli 2010 yaitu: (a) Kalabahi (b) Atambua (c) Lirung (d) Saumlaki (e) Tanah Merah (f) Selat Panjang (g) Balai Karangan (h) Nanga Marakai (i) Bengkulu

2) Unit Kerja Direktorat Penyiaran merenovasi gedung LPP TVRI di 15 lokasi senilai Rp600.988.000,00, yaitu:

No. Lokasi Nilai (Rp) 1. Gedung Transmisi LPP TVRI di Kefamenanu, NTT 31.070.000,00 2. Gedung Transmisi LPP TVRI di Betun, NTT 28.841.000,00 3. Gedung Transmisi LPP TVRI di Kalabahi, NTT 29.193.000,00 4. Gedung Transmisi LPP TVRI di Atambua, NTT 41.247.000,00 5. Gedung Transmisi LPP TVRI di Sanggauledo, Kalimantan Barat 49.650.000,00 6. Gedung Transmisi LPP TVRI di Sambas, Kalimantan Barat 49.700.000,00 7. Gedung Transmisi LPP TVRI di Balai Karangan, Kalimantan Barat 49.800.000,00 8. Gedung Transmisi LPP TVRI di Balai Karangan, Kalimantan Barat 49.700.000,00 9. Gedung Transmisi LPP TVRI di Semitau, Kalimantan Barat 49.800.000,00 10. Gedung Transmisi LPP TVRI di Gn. Lampu, Kalimantan Timur 44.650.000,00 11. Gedung Transmisi LPP TVRI di Nunukan, Kalimantan Timur 37.201.000,00 12. Gedung Transmisi LPP TVRI di Balikpapan, Kalimantan Timur 34.968.000,00 13. Gedung Transmisi LPP TVRI di Sebatik, Kalimantan Timur 38.713.000,00 14. Gedung Transmisi LPP TVRI di Malinau, Kalimantan Timur 37.467.000,00 15. Gedung Transmisi LPP TVRI di Wanci, Sulawesi Tenggara 28.988.000,00

3) Penambahan Aset

Pada Direktorat Jenderal SKDI terdapat selisih lebih penambahan aset sebesar Rp43.859.950,00. Hal tersebut disebabkan oleh adanya koreksi yang dilakukan oleh Monumen Pers yang merupakan salah satu Satker Ditjen SKDI. Koreksi tersebut merupakan koreksi atas temuan BPK tahun 2008 yang ditindaklanjuti pada Semester I Tahun 2009 berupa pencatatan buku perpustakaan yang diadakan melalui belanja barang senilai Rp43.859.950,00.

e. BADAN LITBANG SDM

1) Tanah Tanah di satker BPPKI Banjarmasin seluas 1.265 m2 yang berdasarkan hasil inventarisasi dinilai sebesar Rp676.620.000,00. Kemudian dalam tahun 2008, direvaluasi oleh Kantor Pelayanan Piutang Negara dan Lelang (KPPNL) Banjarmasin dengan nilai sebesar Rp0,00. Menurut penjelasan tim penilai KPPNL karena bukti pemilikan tanah tersebut atas nama Pemda Provinsi

Page 41: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 38 dari 43

Kalimantan Selatan. Tanah di atas tetap dikuasai dan tercatat sebagai aset tetap atau BMN milik instansi yang bersangkutan. Sampai saat ini Kemkominfo telah berkirim surat kepada DJKN Depkeu Nomor: 872/SJ/KOMINFO/10/2009 tanggal 20 Oktober 2009 perihal Permohonan Pendapat Hukum yang sampai dengan saat ini masih dalam proses pada Kementerian Keuangan.

Total yang dikelola senilai Rp334.420.064.918,00 dengan rincian sebagai berikut:

Saldo Awal (Rp) Mutasi tambah (Rp)

Mutasi Kurang (Rp)

Saldo Akhir (Rp)

Tanah 187.811.380.822,00 0,00 0,00 187.811.380.822,00 Peralatan dan Mesin 95.311.717.960,00 35.116.741.535,00 29.510.220.122,00 100.918.239.373,00

Gedung dan Bangunan 41.720.306.343,00 10.625.105.557,00 10.996.740.289,00 41.348.671.611,00

Jalan dan Jembatan 428.071.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 428.071.000,00

Irigasi 245.492.500,00 327.490.000,00 327.490.000,00 245.492.500,00 Jaringan 347.859.080,00 415.154.000,00 274.999.500,00 488.013.580,00 Aset Tetap Lainnya 2.704.468.803,00 1.816.849.425,00 1.514.102.325,00 3.007.215.903,00

Aset Tetap Yang Tidak Digunakan

67.946.204,00 105.143.925,00 110.000,00 172.980.129,00

Total 328.637.242.712,00 48.556.484.442,00 42.773.662.236,00 334.420.064.918,00

2) Penambahan Aset Pada Badan Litbang terdapat penambahan Aset yang berasal dari Belanja Barang/Jasa(MAK 5221) senilai Rp63.942.223,00 berupa: Renovasi Gedung pada BPPKI Medan Senilai Rp23.763.848,00 Renovasi Gedung pada BPPKI Surabaya senilai Rp38.924.000,00 Pembelian Modem Rp 1.254.375,00 Total Aset yang diperoleh dengan Belanja Barang/Jasa MAK 5221 Rp63.942.223,00

f. DITJEN APLIKASI TELEMATIKA

1) Hibah

Terdapat BMN yang diusulkan permohonan izin hibah oleh Ditjen Aplikasi dan Telematika (Aptel) kepada Kementerian Keuangan, dengan rincian sebagai berikut:

No. Satker Uraian Thn Nilai (Rp) Ket. 1. Setditjen Aptel Peralatan Komputer 2005 33.900.000,00 Proses 2. Dit. PT Peralatan dan Mesin 2006 5.486.604.767,00 Proses M-CAP 2007 3.790.108.923,00 Proses

3. Dit. e-Government Pengembangan Jaringan LAN

2005 2006 2007

113.580.000,00 519.847.473,00 637.138.000,00

Proses Proses Proses

4. Dit. e-Business WARMASIF 2005 2006 2007

124.370.000,00 411.338.400,00 2.280.175.000,00

Proses Proses Proses

Page 42: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 39 dari 43

2) Aset Tetap yang Telah Dihapuskan

Pada Direktorat Pemberdayaan Telematika (Dit. PT) Ditjen Aptel Semester II Tahun 2009 Aset Tetap yang Telah Dihapuskan adalah NIHIL. Untuk Semester II Tahun 2009 terdapat mutasi kurang yang berupa transaksi hibah keluar dari BMN tersebut sebanyak 32 unit/buah sebesar Rp15.359.903.925,00 berupa Mobil Unit Visual Mini (MUVIANI) yang telah disetujui izin hibahnya oleh Kementerian Keuangan berdasarkan surat Nomor: S-150/MK.6/2009 tanggal 12 Juni 2009 dan Nomor: S-177/MK.6/2009 tanggal 30 Juni 2009. Dihapuskan dari Daftar Barang Milik Negara Kemkominfo Nomor: 311/KEP/M.KOMINFO/9/2009 tanggal 29 September 2009 dan Nomor: 312/KEP/M.KOMINFO/9/2009 tanggal 29 September 2009.

3) Penambahan Aset

Terdapat perbedaan antara realisasi belanja modal dengan penambahan aset pada aplikasi SIMAK BMN sebagai berikut: Realisasi Belanja Modal Rp 2.144.277.615,00 Penambahan aset pada aplikasi SIMAK BMN Rp 2.094.734.640,00 Selisih Rp 49.542.975,00

Selisih tersebut merupakan Belanja Modal Biaya Renovasi Gedung milik Biro Umum yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika. Penambahan aset renovasi tersebut dicatat oleh Biro Umum.

4) Pencatatan Aplikasi Persediaan Terdapat transaksi persediaan berupa pembelian Peralatan dan Mesin pada Dit. PT Ditjen Aptel Semester II Tahun 2009 yang dicatat dalam Belanja Barang Non Operasional Lainnya yang ditujukan sebagai bantuan kepada masyarakat dan pemerintah daerah sesuai program kegiatan di Direktorat Pemberdayaan Telematika. Nilai pembelian tersebut sebesar Rp4.968.280.000,00. (MAK: 5221-Belanja Barang Non Operasional Lainnya).

g. BADAN INFORMASI PUBLIK

1) Penambahan Aset Terdapat perbedaan antara realisasi belanja modal dengan penambahan aset pada aplikasi SIMAK BMN sebagai berikut: Realisasi Belanja Modal Rp 2.890.079.200,00 Penambahan aset pada aplikasi SIMAK BMN Rp 2.974.579.200,00 Selisih Rp 84.500.000,00

Selisih tersebut disebabkan oleh adanya kapitalisasi biaya konsultan pengadaan Peralatan dan Pengembangan jaringan SIM TKI senilai Rp84.500.000,00 yang dianggarkan dengan menggunakan Belanja Jasa (MAK 5221). Kapitalisasi tersebut sesuai dengan PP Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, khususnya pernyataan No. 7 tentang Aset Tetap.

Page 43: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 40 dari 43

2) Hibah

Pada Unit Kerja Badan Informasi Publik (BIP) terdapat hibah sebagai berikut: Jenis Hibah Nilai (Rp) Keterangan

Hibah Personal Komputer kepada pemda/pemkot di 35 lokasi

2.382.041.585,00 Permohonan izin hibah Nomor: 65/SJ/KOMINFO/1/2008 tgl 31 Januari 2008, masih dalam proses di Kementerian Keuangan

Hibah Mobil Unit kepada 33 Provinsi

7.654.888.736,00 Permohonan izin hibah Nomor: 67/SJ/KOMINFO/1/2008 tgl 31 Januari 2008, masih dalam proses di Kementerian Keuangan

Hibah sarana Komunikasi dan Komputer

1.273.242.500,00 Dengan izin hibah dari Kementerian Keuangan Nomor: S-156/MK.6/2009 tgl 22 Juni 2009

Hibah Penguatan Media Centre

2.861.605.845,00 Dengan Izin Hibah Kementerian Keuangan Nomor: S-07/6/2010 tgl 12 Januari 2010.

h. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BMN yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan sejak tahun 2006 yang belum diserahkan dengan rincian sebagai berikut:

Uraian Saldo Awal (Rp) Mutasi Tambah (Rp)

Mutasi Kurang (Rp) Saldo (Rp)

Peralatan dan Mesin 2.656.314.800,00 - - 2.656.314.800,00 Jalan Jembatan,Irigasi 3.552.759.500,00 - - 3.552.759.500,00 Aset Tetap Lainnya 76.000.000,00 - - 76.000.000,00 Total 6.285.074.300,00 - - 6.285.074.300,00

Page 44: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 41 dari 43

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan a. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara; d. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; e. UU Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) Tahun 2009 dan UU Nomor 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun 2009.

2. Standar Pemeriksaan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

3. Tujuan Pemeriksaan Untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan (LK) Kemkominfo Tahun 2009, dengan memperhatikan: a. Kesesuaian LK yang diperiksa dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); b. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam LK yang diperiksa, sesuai

dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAP; c. Kepatuhan entitas yang diperiksa terhadap peraturan perundang-undangan terkait

dengan pelaporan keuangan; dan d. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

4. Entitas yang Diperiksa Entitas pelaporan Kemkominfo yang terdiri dari entitas akuntansi satuan kerja (satker) Kantor Pusat dan Kantor Daerah.

5. Lingkup Pemeriksaan Pembukuan yang diperiksa adalah LK Kemkominfo Tahun 2009 yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas LK yang telah disampaikan kepada Menteri Keuangan.

6. Sasaran Pemeriksaan Pemeriksaan LK 2009 Kemkominfo meliputi pengujian atas saldo atas akun-akun yang ada di Neraca dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran. Sasaran pemeriksaan atas LK 2009 Kemkominfo meliputi: a. Pemantauan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo

Tahun 2008, 2007, 2006, 2005 dan 2004; b. Penilaian kepatuhan atas ketentuan perundang-undangan terkait dengan

pengelolaan pendapatan, belanja, pembiayaan, kas dan bank, investasi, aset tetap dan utang;

c. Penilaian efektivitas pengendalian intern atas pengelolaan rekonsiliasi pendapatan dan belanja, rekening, piutang, aset tetap, dan utang;

d. Pengujian substantif atas transaksi-transaksi TA 2009 atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Page 45: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 42 dari 43

7. Metode Pemeriksaan Pemeriksaan atas LK Kemkominfo dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut: a. Berbasis risiko (risk based)

Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap LK Kemkominfo menggunakan pendekatan risiko, yang didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas efektivitas SPI penyusunan LK. Hasil pemahaman dan pengujian tersebut akan menentukan tingkat keandalan asersi manajemen dan ketentuan yang berlaku. Penetapan risiko pemeriksaan (audit risk) simultan dengan tingkat keandalan pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat bawaan (inherent risk) entitas yang akan diperiksa yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan risiko deteksi (detection risk) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan serta menentukan fokus pemeriksaan.

b. Materialitas (materiality) Pertimbangan atas tingkat materialitas meliputi kegiatan: (1) Penetapan tingkat materialitas awal (Planning Materiality)/PM yang merupakan tingkat materialitas pada keseluruhan laporan keuangan yaitu sebesar 1% dari total realisasi belanja. Selanjutnya untuk tingkat akun, ditetapkan kesalahan tertolerir (Tolerable Error)/TE yaitu proporsi besaran nilai setiap akun terhadap total akun signifikan dikalikan PM atau berdasarkan hasil penilaian tingkat risiko masing-masing akun. Standar materialitas di atas tidak berlaku atas penyimpangan yang mengandung unsur kolusi korupsi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hukum.

c. Uji petik (sampling) Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik atas unit-unit populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan diperoleh berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa dapat menggunakan metode non statistical sampling atau metode statistical sampling dengan memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah atau jenis transaksinya. Penggunaan metode uji petik baik statistik maupun non statistik harus didokumentasikan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Dokumentasi tersebut antara lain mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji petik tersebut.

d. Pelaporan Pemeriksa menyusun Konsep Temuan Pemeriksaan atas LK Kemkominfo apabila menemukan permasalahan yang perlu dikomunikasikan kepada pejabat Kemkominfo yang berwenang. Permasalahan tersebut meliputi: (1) Ketidakefektivan SPI; (2) Kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan; (3) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang signifikan; dan (4) Ikhtisar koreksi. Konsep Temuan Pemeriksaan tersebut disampaikan ketua tim pemeriksa kepada pejabat Kemkominfo yang berwenang untuk mendapatkan tanggapan tertulis dan resmi Kemkominfo. Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada Kemkominfo, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat entitas yang berwenang di Kemkominfo. Penolakan atas ikhtisar koreksi, temuan SPI dan ketidakpatuhan akan berpengaruh terhadap opini. Tanggapan resmi dan tertulis atas

Page 46: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 43 dari 43

Konsep Temuan Pemeriksaan diperoleh dari pejabat entitas yang berwenang. Tanggapan tersebut akan diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LK Kemkominfo. Temuan Pemeriksaan atas LK Pemerintah Pusat (LKPP) dan LK Kemkominfo diserahkan oleh ketua tim kepada pejabat entitas yang berwenang. Pemeriksa dalam hal ini ketua tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan kepada menteri/pimpinan lembaga atau sekretaris menteri/pimpinan lembaga. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPP dan LK Kemkominfo tersebut merupakan akhir dari pekerjaan Kemkominfo pemeriksaan LKPP dan LK serta Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara Kemkominfo.

8. Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan dilaksanakan selama 55 hari kerja berdasarkan Surat Tugas Anggota III Nomor: 51/ST/V-XVI/02/2010 tanggal 15 Februari 2010

9. Batasan Pemeriksaan Semua informasi yang disajikan dalam LK merupakan tanggung jawab manajemen. Oleh karena itu, BPK tidak bertanggung jawab terhadap salah interpretasi dan kemungkinan pengaruh atas informasi yang tidak diberikan baik yang sengaja maupun tidak disengaja oleh manajemen. Pemeriksaan BPK meliputi prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya kesalahan dan salah saji yang berpengaruh material terhadap LK. Pemeriksaan BPK tidak ditujukan untuk menemukan kesalahan atau penyimpangan. Walaupun demikian, jika dari hasil pemeriksaan ditemukan penyimpangan, akan diungkapkan. Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK juga menyadari kemungkinan adanya perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang timbul. Namun pemeriksaan BPK tidak memberikan jaminan bahwa semua tindakan melanggar hukum akan terdeteksi dan hanya memberikan jaminan yang wajar bahwa tindakan melanggar hukum yang berpengaruh secara langsung dan material terhadap angka-angka dalam LK akan terdeteksi. BPK akan menginformasikan bila ada perbuatan-perbuatan melanggar hukum atau kesalahan/penyimpangan material yang ditemukan selama pemeriksaan. Dalam melaksanakan pengujian kepatuhan atas peraturan perundang-undangan, kami hanya menguji kepatuhan instansi atas peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan penyusunan LK. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat ketidakpatuhan pada peraturan yang tidak teridentifikasi.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Page 47: LK Kemkominfo 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

TAHUN 2009

Nomor : 84B/HP/XVI/05/2010 Tanggal : 20 Mei 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210

Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669

Page 48: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman i

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi .............................................................................................................. i

Daftar Lampiran .................................................................................................. ii

Resume Laporan Atas Pengendalian Intern …………………………………… 1

BAB 1 Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern 3

1.1 Piutang 1.1.1. Pengelolaan, Pencatatan dan Pelaporan Piutang PNBP pada Ditjen

Postel Kurang Memadai .................................................................... 1.1.2. Ditjen SKDI Tidak Menatausahakan dan Menyajikan Piutang

PNBP yang Dikelolanya dalam Laporan Keuangan dan Terlambat Menyetor PNBP Ke Kas Negara........................................................

1.2 Sistem Pengendalian Persediaan Pencatatan dan Pelaporan Persediaan per 31 Desember 2009 Belum Seluruhnya Berdasarkan Stock Opname dan Didukung Penatausahaan yang Memadai Sehingga Melemahkan Pengendalian Intern ...........................................................................

4

9

14 BAB 2 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan Atas Sistem

Pengendalian Intern Tahun 2004-2008 .............................................

19

Page 49: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Konfirmasi Piutang PNBP Ditjen Postel Lampiran 2 Pemantauan Tindak Lanjut atas Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian

Intern Kemkominfo

Page 50: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 1 dari 19

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan Kemkominfo tahun 2009 yang memuat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan Nomor: 84A/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010 dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor: 84C/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010.

Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo tersebut di atas, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian intern Kemkominfo untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak ditujukan untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern.

BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kemkominfo yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan, pencatatan dan pelaporan Piutang PNBP pada Ditjen Postel kurang

memadai sehingga saldo piutang yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan Tahun 2009 tidak dapat diyakini kewajarannya dan rawan terhadap penyelewengan PNBP. Kondisi tersebut terjadi karena tidak ada kebijakan yang jelas mengenai ketentuan pemberlakuan Payment Gateway Host to Host sebagai aplikasi pembayaran BHP Frekuensi bagi penyelenggara telekomunikasi, Direktorat Telekomunikasi dan BTIP tidak melaksanakan prosedur pencatatan Piutang PNBP BHP Telekomunikasi dan Piutang PNBP KKPU secara rutin dan periodik, dan belum ada personil/unit kerja yang secara khusus bertanggung jawab terhadap penatausahaan Piutang PNBP atas SPP yang belum dilunasi.

2. Ditjen SKDI tidak menatausahakan dan menyajikan Piutang PNBP yang dikelolanya dalam Laporan Keuangan dan terlambat menyetor PNBP Ke Kas Negara sehingga saldo Piutang PNBP Kemkominfo belum menggambarkan nilai wajarnya, lemahnya pengendalian atas database security pada Sistem Perijinan Penyiaran, penerapan dan penghitungan potensi PNBP dari denda keterlambatan tidak dapat dilakukan, dan penerimaan Negara tahun 2009 terlambat diterima. Kondisi ini disebabkan belum

Page 51: LK Kemkominfo 2009
Page 52: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 3 dari 19

BAB 1 HASIL PEMERIKSAAN ATAS

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) Tahun 2009, adalah:

1.1. Sistem Pengendalian Piutang

Kemkominfo mengelola beberapa jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi penerimaan yang berasal dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi, Penyelenggaraan Penyiaran, Jasa Sewa Sarana dan Prasarana, dan Jasa Pendidikan dan Pelatihan. Penerimaan dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) melalui Direktorat Telekomunikasi dan Informatika (Dittel), Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Ditfrek), Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) dan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP). Penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (Ditjen SKDI).

Berdasarkan pemeriksaan Laporan Keuangan (LK) Tahun 2006, BPK melaporkan kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern PNBP yaitu Ditjen Postel belum menyelenggarakan laporan/catatan piutang atas PNBP Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio. Kondisi ini menyulitkan dalam mengidentifikasi dengan akurat nilai piutang serta adanya lebih saji piutang. Pemeriksaan atas LK Tahun 2007 juga mengungkapkan permasalahan mengenai pencatatan piutang PNBP Ditjen Postel. Pencatatan piutang belum dilaksanakan secara tertib, yaitu pembukuan piutang dilakukan berdasarkan data transaksi sampai dengan tanggal 5 Desember 2007 dan transaksi pembayaran piutang antara tanggal 6 s.d. 31 Desember 2007 belum dibukukan/dicatat, sehingga piutang yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan TA 2007 lebih disajikan. Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan LK Tahun 2008 diketahui terdapat kelemahan Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF). Sistem itu belum dilengkapi dengan catatan secara memadai sehingga SIMF tidak dapat menyajikan saldo piutang BHP Frekuensi yang sesungguhnya tanpa ada catatan lain yang dapat digunakan sebagai alat uji silang untuk meyakini saldo tersebut.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut BPK menyarankan agar Ditjen Postel menyusun dan menetapkan Standard Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan pencatatan piutang dan mengoreksi lebih saji piutang, serta merekomendasikan Menkominfo agar menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar penyajian saldo piutang. Menindaklanjuti temuan tersebut, Ditjen Postel telah menyusun dan menetapkan SOP pencatatan dan pembukuan piutang PNBP di lingkungan Ditjen Postel dengan Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor: 134/Dirjen/2008 tanggal 14 April 2008, dan sesuai dengan Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Dirjen Postel telah diinstruksikan untuk menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar penyajian saldo piutang.

Pada pemeriksaan LK 2009 diketahui bahwa Ditfrek telah menyediakan kartu piutang dan buku piutang. Namun demikian petugas tidak memutakhirkan data secara

Page 53: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 4 dari 19

periodik. Contohnya petugas tidak mencatat mutasi kredit piutang per debitur. Untuk keperluan pelaporan saldo piutang per 31 Desember 2009, Ditfrek tidak menggunakan data kartu atau buku piutang yang dikelolanya, melainkan mengolah data dari database SIMF secara manual.

1.1.1. Pengelolaan, Pencatatan dan Pelaporan Piutang PNBP pada Ditjen Postel Kurang Memadai

Kemkominfo melaporkan saldo Piutang PNBP per 31 Desember 2009 sebesar Rp1.232.169.204.330,00 sesuai Neraca per 31 Desember 2009. Saldo Piutang PNBP sebesar Rp1.232.169.204.330,00 terdiri dari Piutang PNBP pada Ditjen Postel sebesar Rp1.232.036.194.330,00 dan Multi Media Training Center (MMTC) Yogyakarta-Balitbang SDM sebesar Rp133.010.000,00. Piutang PNBP pada Ditjen Postel merupakan tagihan kepada pihak ketiga atas Biaya Hak Penyelenggaraan Frekuensi (BHP Frek), Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi (BHP Tel) dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KKPU)/Universal Service Obligation (USO). Piutang PNBP pada MMTC berupa jasa penginapan yang belum dibayar oleh pihak ketiga.

BHP Frek adalah kewajiban yang harus dibayar oleh setiap pengguna frekuensi radio. Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio wajib mendapatkan izin menteri dalam bentuk Izin Stasiun Radio (ISR) pita spektrum frekuensi radio dan atau ISR kanal spektrum frekuensi radio. Pemohon izin spektrum frekuensi radio yang telah mendapatkan penetapan pita frekuensi radio oleh menteri wajib membayar BHP Frek sesuai Surat Perintah Pembayaran (SPP) yang diterbitkan oleh Ditjen Postel sesuai ketentuan yang berlaku. Demikian pula, setiap penyelenggara telekomunikasi yang telah mendapatkan izin penyelenggaraan wajib membayar BHP Tel dan KKPU/USO.

Penelusuran lebih lanjut atas saldo Piutang PNBP per 31 Desember 2009 pada Ditjen Postel sebesar Rp1.232.036.194.330,00 menginformasikan hal-hal sebagai berikut: a. Piutang PNBP BHP Frek sebesar Rp1.207.079.637.943,00 merupakan tagihan BHP

Frek yang belum dilunasi oleh 2510 wajib bayar. BHP Frek dikelola oleh DitFrek dalam Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF).

b. Piutang PNBP BHP Tel sebesar Rp24.919.608.923,00 berupa tagihan BHP Tel yang belum dilunasi oleh delapan wajib bayar. Dari total Piutang PNBP BHP Tel sebesar Rp24.919.608.923,00, sebesar Rp24.879.673.831,00 diantaranya merupakan tagihan kepada lima operator yang ditemukenali oleh Tim Teknis Optimalisasi Penerimaan Negara Satgas Bidang PNBP-Sektor Kominfo (Tim OPN) untuk periode pemeriksaan tahun 2006 dan 2007. Tim OPN adalah Tim Pemeriksa yang terdiri dari personil BPKP dan Ditjen Postel untuk mengawal upaya optimalisasi PNBP pada Ditjen Postel. Dari sisa piutang sebesar Rp39.935.092,00, sebesar Rp12.267.791,00 merupakan tagihan BHP Tel tahun 2005 kepada dua operator dan sebesar Rp27.667.301,00 tagihan BHP Tel tahun 2001-2008 kepada satu operator.

c. Piutang PNBP KKPU pada Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) sebesar Rp36.947.464,00. Piutang PNBP KKPU sebesar Rp36.947.464,00 merupakan tagihan kepada dua operator sejak tahun 2007, yaitu PT BK senilai Rp34.666.654,00 dan PT LW senilai Rp2.280.810,00 berdasarkan Berita Acara Pencocokan dan Penelitian Tim Intensifikasi KKPU BTIP. Kedua operator menyatakan keberatan atas temuan Tim

Page 54: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 5 dari 19

Intensifikasi KKPU BTIP tersebut sehingga Piutang PNBP KKPU dengan total sebesar Rp36.947.464,00 belum dilunasi. Selain piutang berdasarkan temuan tersebut, BTIP tidak mencatat penambahan maupun pengurangan saldo piutang KKPU sejak tahun 2007.

Direktur Frekuensi Radio dan Orbit Satelit bertanggung jawab atas pencatatan dan pembukuan Piutang PNBP. Bagi pemegang izin pita frekuensi radio dan atau ISR yang belum membayar atau melunasi maka Ditfrek wajib mencatat dan membukukan sebagai Piutang PNBP. Pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan PNBP dan Piutang PNBP BHP Frek menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Pencatatan Piutang PNBP pada Ditfrek belum memenuhi Asersi Pisah Batas (Cut Off) pelaporan tahun buku akuntansi. Dalam kasus ini terdapat data pembayaran BHP Frek sebagai pengurang piutang yang dicatat tidak sesuai dengan Tahun Anggaran pelaporan, yaitu: 1) Realisasi Pembayaran BHP Frek sebelum Tahun Anggaran (TA) 2008 diinput

secara manual sebagai pengurang piutang pada TA 2009 dengan nilai total transaksi sebesar Rp536.977.698.896,00.

2) Realisasi Pembayaran BHP Frek pada TA 2009 diinput secara manual sebagai pengurang piutang pada TA 2010 dengan nilai transaksi sebesar Rp274.683.974.897,00.

b. Aplikasi Payment Gateway Host to Host belum berjalan Optimal Payment Gateway Host to Host merupakan aplikasi sarana pembayaran bagi wajib bayar BHP Frek dan sudah diterapkan sejak awal tahun 2009. Namun sampai akhir periode pemeriksaan, masih terdapat penyelenggara telekomunikasi yang membayar BHP Frek tidak melalui mekanisme aplikasi Payment Gateway Host to Host pada Bank Mandiri dan tidak melampirkan nomor aplikasi SPP yang dilunasi. Hal ini jelas akan menyulitkan petugas pelaksana dalam menginput dan mengidentifikasi data tagihan yang dilunasi client. Kondisi ini timbul karena belum ada peraturan yang menjadi landasan pemberlakuan Payment Gateway Host to Host untuk seluruh client di lingkungan Direktorat Frekuensi. Selain itu, dari penelusuran data SIMF diketahui bahwa pada seluruh Transaksi Input Manual yang tidak menggunakan aplikasi Host to Host Payment Gateway, data tanggal pembayaran Client yang diinput petugas pencatatan tidak sesuai dengan data tanggal pembayaran Client menurut rekening bendahara penerimaan Ditjen Postel. Hal ini akan berpengaruh pada perhitungan denda keterlambatan.

c. Perbandingan total nilai penerimaan BHP Frek pada Laporan Bendahara PNBP berdasarkan rekening koran tahun 2009 tidak sama dengan total nilai pembayaran BHP Frek berdasarkan database SIMF. Selisih tersebut dapat ditelusuri sebagai berikut:

Page 55: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 6 dari 19

Penerimaan berdasarkan rekening koran Bendahara penerimaan selama tahun 2009 = PNBP BHP Frek tahun 2009 Rp8.109.402.315.925

Pembayaran oleh wajib bayar BHP Frek untuk tahun 2009, sesuai dengan penerimaan di rekening tahun 2009 : Rp5.938.898.817.021 Selisih: Rp2.170.503.498.904 Penelusuran atas selisih tersebut, diketahui: Pembayaran oleh wajib bayar BHP Frek untuk tahun 2010 yang diterima di rekening tahun 2009 : Rp341.505.257.928 Penerimaan Lelang BWA diterima di rekening tahun 2009 (tidak dicatat pada SIMF) : Rp526.420.320.000 Sisa Selisih: Rp1.302.577.920.976 Penerimaan berdasarkan rekening koran Bendahara Penerimaan selama tahun 2009 namun pengirim tidak jelas, status ISR sudah digudangkan dan pembayaran BHP ISR Amatir : Rp1.214.204.012

Penerimaan berdasarkan rekening koran Bendahara Penerimaan selama tahun 2009 yang diduga sebagai Pembayaran BHP Frek tahun 2009 yang tidak tercatat pada SIMF (harus diinput dan dicek secara manual) *)Rp1.301.363.716.964 *) Nilai ini belum bisa dipastikan karena harus di query satu persatu pada daftar rekening koran vs daftar payment di database SIMF

BPK mengonfirmasi pihak pengelola dan diketahui bahwa selisih sebesar Rp1.302.577.920.976,00 ditengarai sebagian merupakan penerimaan dengan status pengirim tidak jelas, status ISR sudah digudangkan dan BHP ISR Amatir sebesar Rp1.214.204.012,00. Sisa selisih sebesar Rp1.301.363.716.964,00 diduga merupakan penerimaan di rekening koran tahun 2009 sebagai pembayaran BHP Frek tahun 2009 yang tidak tercatat pada SIMF. Data tersebut harus diinput dan dicek secara manual. Menurut petugas pencatatan, dari saldo sebesar Rp1.301.363.716.964,00 tersebut, penerimaan sebesar Rp687.278.028,00 belum dapat dipastikan karena masih harus dicek satu persatu dengan menandingkan data pada rekening koran dengan daftar payment di database SIMF. Sampai dengan periode pemeriksaan berakhir, petugas pencatatan tidak dapat menelusuri dan merinci lebih lanjut nilai tersebut karena membutuhkan waktu lebih lama dan tenaga (SDM).

Beberapa permasalahan diatas menunjukkan bahwa implementasi SIMF pada tahun 2009 belum cukup handal sebagai dasar untuk pelaporan saldo piutang di lingkungan Direktorat Frekuensi dan prosedur alternatif secara manual juga tidak dapat memberikan dukungan data secara optimal.

Selanjutnya, BPK mengonfirmasi sepuluh debitur terbesar Ditjen Postel untuk mengetahui nilai utang para debitur kepada Ditjen Postel per 31 Desember 2009. Total tagihan yang belum dibayar oleh sepuluh debitur tersebut sekitar 97% dari total Piutang PNBP Ditjen Postel. Hasil konfirmasi menunjukkan bahwa kesepuluh debitur tersebut rata-rata mengakui nilai utang yang berbeda dengan saldo Piutang PNBP menurut catatan Ditjen Postel, yaitu: a. Total utang BHP Frek yang diakui oleh sepuluh debitur yang dikonfirmasi hanya

sekitar setengah dari total Piutang PNBP BHP Frek kesepuluh debitur yang dicatat oleh Ditjen Postel.

b. Sepuluh perusahaan yang dikonfirmasi mengaku berutang lebih besar yaitu 120% dari total Piutang PNBP BHP Tel atas kesepuluh debitur yang dicatat oleh Ditjen Postel.

Page 56: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 7 dari 19

c. Empat dari sepuluh perusahaan yang dikonfirmasi menyatakan memiliki utang KKPU kepada BTIP sebesar Rp61.789.561.564,00. Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, BTIP tidak mencatat adanya piutang PNBP KKPU selain piutang yang didasarkan pada temuan Tim Intensifikasi KKPU BTIP di tahun 2007. Rincian atas data tersebut diatas dapat dilihat pada lampiran 1.

Penelusuran lebih lanjut atas perbedaan pencatatan nilai Piutang PNBP Ditjen Postel dengan nilai utang yang diakui debiturnya menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Perbedaan persepsi piutang yaitu bahwa Ditjen Postel tidak memperlakukan SPP

atas ISR baru yang belum dibayar oleh wajib bayar sebagai Piutang PNBP BHP Frek sedangkan beberapa debitur mencatatnya sebagai utang BHP Frek.

b. Beberapa debitur tidak setuju dengan tagihan kekurangan pembayaran BHP Frek, BHP Tel dan KKPU berikut dendanya sedangkan Ditjen Postel telah mencatatnya sebagai Piutang PNBP.

c. Sebagian debitur tidak memperhitungkan cut off 31 Desember 2009, yaitu saldo utang yang dilaporkan adalah saldo pada saat dikonfirmasi oleh BPK (bukan saldo akhir tahun 2009).

d. Ditjen Postel tidak pernah mengonfirmasi nilai Piutang PNBP kepada para debiturnya.

e. Petugas pencatat Piutang PNBP mengakui adanya data-data SPP maupun pelunasannya yang masih harus diverifikasi dan disesuaikan.

Selain itu Ditjen Postel Kemkominfo belum mengungkapkan informasi mengenai akun piutang yang telah disajikan dalam Neraca secara cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan, antara lain tentang: a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran

piutang; b. rincian jenis-jenis saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya; c. penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian

Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan yakni PSAP No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, yaitu: Paragraf 43: Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut yakni (termasuk) Piutang pajak dan bukan pajak. Paragraf 48: Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Paragraf 61: Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 3 menyatakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dapat dilengkapi dengan Buletin Teknis yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

c. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi Piutang (Agustus 2008):

Page 57: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 8 dari 19

Bab II.A.2, apabila pada akhir periode pelaporan masih ada tagihan pendapatan yang belum ada surat penagihannya, satuan kerja dimaksud wajib menghitung besarnya piutang tersebut dan selanjutnya menyiapkan dokumen sebagai dasar untuk menagih. Dokumen inilah yang menjadi dokumen sumber untuk mengakui piutang, untuk disajikan di neraca. Bab III.B, untuk dapat diakui sebagai piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan, harus dipenuhi kriteria: telah diterbitkan surat ketetapan, dan/atau telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan. Bab III.D.3. Pengungkapan di CaLK Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa: 1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran

piutang; 2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat

kolektibilitasnya; 3) penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian

Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL; 4) jaminan atau sita jaminan jika ada. Penyajian piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan merupakan tagihan yang harus dilunasi oleh para wajib pajak pada periode berjalan tahun berikutnya sehingga tidak ada piutang jenis ini yang melampaui satu periode berikutnya. Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan di neraca sebagai Aset Lancar.

d. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada Pasal 33 berbunyi: 1) Piutang, Investasi, dan Utang Belanja pada Kementerian Negara/Lembaga harus

dilaporkan dalam Laporan Keuangan. 2) Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari piutang pajak dan

PNBP. e. Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor: 134/DIRJEN/2008

tanggal 14 April 2008 tentang Standar Operasi dan Prosedur Pencatatan dan Pembukuan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, pada ketentuan sebagai berikut: Pasal 10: Pemegang izin pita frekuensi radio dan atau ISR yang belum melakukan pembayaran atau pelunasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9, Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit wajib mencatat dan membukukan sebagai piutang PNBP. Pasal 11 ayat (1) Direktur Frekuensi Radio dan Orbit Satelit bertanggungjawab atas pencatatan dan pembukuan piutang PNPB. Pasal 14 ayat (1) Pencatatan dan pembukuan piutang BHP Telekomunikasi harus dicatat dan dibukukan oleh Direktorat Telekomunikasi dan pembayaran KKPU oleh Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan, dan ayat (2) Direktur Telekomunikasi bertanggungjawab atas pencatatan dan pembukuan piutang BHP Telekomunikasi dan Kepala Balai Telekomunikasi bertanggungjawab atas pencatatan dan pembukuan piutang KKPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Page 58: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 9 dari 19

Pasal 15 ayat (1) Atas piutang PNBP yang belum terbayar, penanggung jawab pencatatan dan pembukuan piutang PNBP wajib melakukan penagihan secara periodik.

Kondisi tersebut mengakibatkan Saldo Piutang yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan tidak dapat diyakini kewajarannya dan rawan terhadap penyelewengan PNBP.

Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. Tidak ada kebijakan yang jelas mengenai ketentuan pemberlakuan Payment

Gateway Host to Host sebagai aplikasi pembayaran BHP Frekuensi bagi penyelenggara telekomunikasi, sementara prosedur alternatif berupa pencatatan secara manual belum memadai.

b. Dittel dan BTIP tidak melaksanakan prosedur pencatatan Piutang PNBP BHP Tel dan Piutang PNBP KKPU secara rutin dan periodik.

c. Belum ada personil/unit kerja yang secara khusus bertanggung jawab terhadap penatausahaan Piutang PNBP atas SPP yang belum dilunasi.

Kemkominfo menanggapi bahwa Kemkominfo sudah mengupayakan perbaikan

dengan menetapkan SOP Piutang. Ditjen Postel telah mengupayakan penggunaan sosialisasi Payment Gateway Host to Host kepada para wajib bayar, namun memang tidak ada ketetapan untuk memberlakukan Payment Gateway Host to Host.

BPK merekomendasikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) untuk mengelola Piutang PNBP secara tertib dan mengkaji kemungkinan ditetapkannya pemberlakuan Gateway Host to Host serta meningkatkan sosialisasi pemberlakuan Gateway Host to Host sebagai aplikasi pembayaran BHP Frekuensi bagi penyelenggara telekomunikasi. Pengelolaan secara tertib sangat penting karena menyangkut PNBP yang sangat besar.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen Postel agar: a. Meningkatkan pengelolaan dana piutang PNBP secara tertib dengan mengoptimalkan

pemberlakuan Gateway Host to Host dan menyosialisasikannya kepada para pengguna frekuensi radio.

b. Menyempurnakan SOP pencatatan piutang PNBP.

1.1.2. Ditjen SKDI Tidak Menatausahakan dan Menyajikan Piutang PNBP yang

Dikelolanya dalam Laporan Keuangan dan Terlambat Menyetor PNBP ke Kas Negara

Kemkominfo mengelola beberapa jenis PNBP diantaranya Penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran yang dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Ditjen SKDI. Pada Tahun Anggaran 2009, Ditjen SKDI telah menyusun Laporan Keuangan Tahun 2009 yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Catatan atas

Page 59: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 10 dari 19

Laporan Keuangan. Realisasi PNBP yang tercatat pada LRA SKDI sebesar Rp6.968.508.992,00.

Jenis penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran yang dikelola SKDI sejak Juli 2009 terdiri dari: a. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik. b. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal. c. Biaya Izin Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Swasta. d. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas. e. Biaya Izin Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Berlangganan. Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) adalah hak yang diberikan oleh negara kepada Lembaga Penyiaran, dalam hal ini radio dan televisi, untuk menyelenggarakan penyiaran. IPP terdiri dari Izin Prinsip (baru), Izin Tetap (baru), dan Izin Perpanjangan. Biaya penyesuaian izin penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi harus dibayar oleh lembaga penyiaran jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi setiap tahun. Pelunasan IPP dibayarkan ke Kas Negara melalui rekening Bendahara Penerimaan Ditjen SKDI selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya Surat Perintah Pembayaran (SPP) Biaya IPP.

Pengelolaan SPP dilakukan melalui Sistem Perijinan Penyiaran (Invoicing Service) yang berada di Seksi Pemetaan Televisi. Sistem tersebut juga mengelola piutang. Dari pemeriksaan atas pengelolaan SPP, PNBP, dan penatausahaan Piutang PNBP diketahui hal-hal sebagai berikut: a. Hasil konfirmasi dengan pengelola PNBP pada tanggal 31 Maret 2009 menunjukkan

bahwa pada tanggal 31 Desember 2009 masih terdapat 526 SPP yang telah diterbitkan oleh Sistem Perijinan Penyiaran yang belum dilunasi wajib bayar total senilai Rp2.739.893.000,00, terdiri dari Biaya Izin Prinsip senilai Rp1.526.590.000,00 dan Biaya IPP Perpanjangan sebesar Rp1.213.303.000,00. Namun dalam kolom status pada Sistem Perijinan Penyiaran terdapat variasi status atas SPP tersebut yaitu SPP senilai Rp1.521.213.000,00 dengan status sudah dicetak dan dikirim, SPP senilai Rp1.128.135.000,00 dengan status belum divalidasi, dan SPP senilai Rp90.545.000,00 dengan status masih diproses. Sampai akhir pemeriksaan tanggal 28 April 2010, pengelola PNBP belum bisa menentukan berapa nilai SPP yang telah diterbitkan oleh Sistem Perijinan Penyiaran yang belum dilunasi oleh wajib bayar yang dapat dikategorikan sebagai piutang. Selain itu, konfirmasi kepada Bagian Penagihan dan Penerbitan SPP menginformasikan bahwa tidak ada prosedur maupun personil/unit kerja yang bertanggung jawab atas penatausahaan Piutang PNBP atas SPP yang belum dilunasi oleh wajib bayar. Setelah pemeriksaan berakhir, pada tanggal 10 Mei 2010 Bagian Penagihan dan Penerbitan SPP telah memverifikasi SPP IPP PNBP yang dikelolanya dan diketahui terdapat 176 SPP yang telah diterbitkan oleh Sistem Perijinan Penyiaran yang belum dilunasi wajib bayar total senilai Rp1.593.900.000,00. Namun nilai tersebut belum diotorisasi oleh Direktur Usaha Penyiaran Ditjen SKDI. BPK juga tidak dapat menelusuri lebih lanjut nilai piutang PNBP yang diajukan tersebut karena pemeriksaan telah berakhir.

Page 60: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 11 dari 19

b. Selain itu, terhadap Software Sistem Perijinan Penyiaran disimpulkan masih perlu disempurnakan karena: 1) Sistem Perijinan Penyiaran yang terdapat pada SKDI tidak mengakomodir

penambahan field database tanggal pembayaran/pelunasan SPP sehingga pengelola PNBP akan sulit memperhitungkan denda keterlambatan.

2) Belum terdapat aplikasi penerapan pengenaan potensi denda dari keterlambatan pembayaran.

3) Tidak ada pengendalian dan pembagian hak akses atas pengamanan otorisasi Sistem Perijinan Penyiaran. Hal ini disebabkan belum adanya pembatasan otorisasi administrator dan masing-masing user yang mengoperasikan Sistem Perijinan Penyiaran untuk menjamin security system atas updating data pada Sistem Perizinan Penyiaran.

Dengan adanya keterbatasan sistem tersebut, pihak pengelola PNBP tidak dapat mengenakan denda adminstrasi seperti yang diatur dalam Peraturan Menkominfo Nomor: 24/PER/M.KOMINFO/5/2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan PNBP yang Berasal dari Penyelenggaraan Penyiaran.

BPK mengecek ketertiban Bendahara Penerimaan dalam menyetorkan PNBP ke Kas Negara. Pada tanggal 31 Desember 2009 rekening koran bendahara penerimaan memiliki saldo sebesar Rp23.434.000,00. Nilai tersebut merupakan PNBP yang diterima pada akhir bulan Desember 2009 (tanggal 30 dan 31 Desember 2009) yang belum disetorkan ke Kas Negara. Bendahara Penerimaan baru menyetorkan saldo kas sebesar Rp23.434.000,00 tersebut ke Kas Negara pada tanggal 13 Januari 2010. Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu untuk segera menyetorkan seluruh penerimaan dalam waktu satu hari kerja setelah penerimaannya. Dengan demikian terjadi keterlambatan penyetoran PNBP ke Kas Negara sekitar 12-13 hari. BPK juga mengamati ketertiban Bendahara Penerimaan dalam menyetorkan PNBP sepanjang tahun berjalan yaitu sejak Juli s.d. Desember 2009, dan diketahui bahwa penyetoran PNBP ke Kas Negara sebesar Rp6.713.424.001,00, mengalami keterlambatan berkisar 1 s.d. 20 hari. Dari konfirmasi kepada Bendahara Penerimaan mengenai keterlambatan penyetoran PNBP diketahui bahwa Bendahara Penerimaan kesulitan dalam menentukan identitas penyetor PNBP ke rekening Bendahara Penerimaan sehingga perlu waktu untuk memastikan SSBP-nya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP, Pasal 4 menyatakan seluruh

PNBP disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. b. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 20 menyatakan antara lain bahwa orang atau badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan uang negara wajib menyetor seluruh penerimaan dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah, atau lembaga lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yakni Pernyataan SAP No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, yaitu:

Page 61: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 12 dari 19

Paragraf 43: Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut yakni (termasuk) Piutang pajak dan bukan pajak. Paragraf 48: Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Paragraf 61: Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 3 menyatakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dapat dilengkapi dengan Buletin Teknis yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

e. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi Piutang (Agustus 2008): Bab II.A.2, apabila pada akhir periode pelaporan masih ada tagihan pendapatan yang belum ada surat penagihannya, satuan kerja dimaksud wajib menghitung besarnya piutang tersebut dan selanjutnya menyiapkan dokumen sebagai dasar untuk menagih. Dokumen inilah yang menjadi dokumen sumber untuk mengakui piutang, untuk disajikan di neraca. Bab III.B, untuk dapat diakui sebagai piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan, harus dipenuhi kriteria: telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan. Bab III.D.3. Pengungkapan di CaLK Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa: 1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran

piutang; 2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat

kolektibilitasnya; 3) penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian

Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL; 4) jaminan atau sita jaminan jika ada. Penyajian piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan merupakan tagihan yang harus dilunasi oleh para wajib pajak pada periode berjalan tahun berikutnya sehingga tidak ada piutang jenis ini yang melampaui satu periode berikutnya. Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan di neraca sebagai Aset Lancar.

f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada Pasal 33 berbunyi: 1) Piutang, Investasi, dan Utang Belanja pada Kementerian Negara/Lembaga harus

dilaporkan dalam Laporan Keuangan. 2) Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari piutang pajak dan

PNBP. g. Peraturan Menkominfo Nomor: 24/PER/M.KOMINFO/5/2009 tanggal 25 Mei 2009

tentang Petunjuk Pelaksanaan PNBP yang Berasal dari Penyelenggaraan Penyiaran, Pasal 1.7 yang menyatakan bahwa Surat Perintah Pembayaran selanjutnya disebut SPP adalah alat bukti penagihan biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) yang diterbitkan oleh Ditjen SKDI.

Page 62: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 13 dari 19

Kondisi tersebut mengakibatkan: a. saldo Piutang PNBP Kemkominfo belum menggambarkan nilai wajarnya; b. lemahnya pengendalian atas security database pada Sistem Perijinan Penyiaran; c. penerapan dan penghitungan potensi PNBP dari denda keterlambatan tidak dapat

dilakukan; d. penerimaan negara tahun 2009 sebesar Rp23.434.000,00 terlambat diterima di Kas

Negara.

Kondisi tersebut terjadi karena: a. belum terdapat Standar Operasi dan Prosedur Pencatatan dan Pembukuan Piutang

PNBP di Lingkungan Ditjen SKDI; b. belum ada personil/unit kerja yang bertanggung jawab atas penatausahaan piutang

PNBP atas SPP yang belum dilunasi; c. Sistem Perijinan Penyiaran belum handal untuk menghitung denda atas

keterlambatan pembayaran; d. belum terdapat kebijakan/prosedur mengenai hak akses atau password masing-

masing user pada sistem; e. Bendahara Penerimaan dan atasan langsungnnya kurang menaati ketentuan

penyetoran penerimaan negara.

Kemkominfo menjelaskan bahwa memang SKDI belum memiliki SOP tentang piutang, akan menjadi perhatian untuk waktu yang akan datang.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar: a. menyusun dan menetapkan Standar Operating Procedure (SOP) yang berkaitan

dengan pencatatan piutang; b. menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar penyajian saldo

piutang secara tertib; c. menyempurnakan Sistem Perijinan Penyiaran terkait tanggal pembayaran SPP dan

hak akses.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen SKDI agar a. Menyusun tim yang bertugas menyusun dan menetapkan SOP yang berkaitan

dengan pencatatan piutang b. Meningkatkan penertiban dalam menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang

sebagai dasar penyajian saldo piutang c. Merencanakan pelaksanaan pencatatan piutang PNBP Bidang Penyiaran dengan

menggunakan sistem SMP3.

Page 63: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 14 dari 19

1.2. Sistem Pengendalian Persediaan Pencatatan dan Pelaporan Persediaan per 31 Desember 2009 Belum Seluruhnya Berdasarkan Stock Opname dan Tidak Didukung Penatausahaan yang Memadai

Kemkominfo telah menyampaikan LK Tahun 2009 kepada Menteri Keuangan pada tanggal 27 Februari 2009. Nilai persediaan yang dilaporkan dalam neraca sebesar Rp13.524.080.338,00 yang terdiri dari persediaan habis pakai berupa barang-barang konsumsi dan bahan untuk pemeliharaan. Pencatatan persediaan Tahun Anggaran 2009 sudah menggunakan aplikasi SIMAK Persediaan. Pemeriksaan lebih lanjut atas pelaksanaan pencatatan dan pelaporan persediaan serta penelusuran terhadap dokumen sumber pencatatan persediaan secara sampling pada 15 satker Kemkominfo menunjukkan bahwa terdapat kelemahan–kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan persediaan yaitu sebagai berikut:

a. Beberapa satker belum melakukan opname fisik persediaan pada akhir tahun Dua satker yaitu Biro Umum dan Balai Monitor Banten tidak melakukan opname fisik persediaan per 31 Desember 2009. Selain itu tiga satker yaitu Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (SKDI), Badan Informasi Publik (BIP), dan Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika (Aptel) telah membuat berita acara stock opname persediaan akhir tahun namun belum ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

b. Belum semua jenis persediaan dibukukan pada buku persediaan dan pengeluaran persediaan serta tidak didukung dengan bukti pendistribusian barang pada satker antara lain:

1) Lima satker belum mencatat secara tertib yaitu tidak mengisi buku persediaan setiap ada mutasi barang persediaan, baik saat pembelian maupun mutasi penggunaan barang persediaan. Kondisi ini terjadi pada Ditjen Postel (Direktorat Standardisasi, Direktorat Kelembagaan Internasional), Ditjen Aptel, Sekretariat Ditjen SKDI, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Jakarta.

2) Ditjen Aplikasi dan Telematika (Aptel) Saldo persediaan yang seharusnya dilaporkan Direktorat E-Business adalah sebesar Rp2.990.500,00. Hal ini terjadi karena terdapat persediaan yang dicatat tidak sama dengan jumlah fisiknya dan penilaian persediaan bukan menurut nilai persediaan 31 Desember 2009. Pada tanggal 26 April 2010, Ditjen Aptel telah melaporkan persediaan per 31 Desember 2009 sebesar Rp1.106.817.913,00 yang merupakan hasil koreksi sebesar Rp400.586.000,00 dari Rp1.507.403.913,00.

3) Badan Infomasi Publik (BIP) Hasil pemeriksaan dokumen berupa Laporan Persediaan per 31 Desember 2009 berdasarkan SIMAK BMN pada Eselon I BIP terdapat item persediaan berupa video editing parpol jelang pemilu pada Direktorat Pusat Pengelolaan Pendapat Umum senilai minus Rp14.400.000,00. Nilai tersebut berbeda dengan Laporan Persediaan di tingkat Direktorat dhi. Direktorat Pusat Pengelolaan Pendapat Umum yang melaporkan saldo persediaan sebesar Rp0,00. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa pada hasil stock opname yang dilakukan oleh unit kerja lain pada Eselon I yang sama yaitu Sekretariat BIP per 31 Desember 2009 terdapat item video editing parpol jelang pemilu yang nilainya sebesar Rp14.400.000,00,

Page 64: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 15 dari 19

namun tidak didukung Berita Acara Serah Terima Barang dari Direktorat Pusat Pengelolaan Pendapat Umum kepada Sekretariat BIP. Selain itu, pada saat BPK mengecek Gudang Sekretariat BIP ditemukan banyak barang titipan berupa barang-barang cetakan sebelum tahun 2009 seperti buku cetakan, block note, leafleat, stiker, dan poster yang tidak diketahui siapa pemiliknya.

4) Ditjen SKDI Tahun Anggaran 2009 Direktorat Sarana Teknologi dan Komunikasi pada Ditjen SKDI mengadakan Set Top Box (STB) untuk dibagikan kepada masyarakat. Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh PT PHG sesuai kontrak Nomor: 03/DJSKDI.4/PPK/STB/KOMINFO/5/2009 tanggal 12 Mei 2009 dalam jangka waktu 60 hari kalender dengan nilai pekerjaan Rp1.267.500.000,000 dan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor: 2/TT/DJSKDI.4/KOMINFO/7/2009 tanggal 10 Juli 2009. Pada saat pemeriksaan fisik ke gudang persediaan Ditjen SKDI, BPK mengetahui bahwa masih terdapat sisa Set Top Box merk Fulan tahun 2009 yang belum dibagikan ke masyarakat dan belum dibukukan pada aplikasi persediaan senilai Rp907.725.000,00. Selain itu di gudang persediaan Ditjen SKDI juga terdapat barang titipan Konsorsium TV Digital Indonesia berupa Set Top Box merk Polytron sebanyak 572 buah dan merk Akari sebanyak 130 buah untuk dibagikan kepada masyarakat.

5) Ditjen Pos dan Telekomunikasi (Postel) Total persediaan yang dilaporkan pada Setditjen Postel sebesar Rp272.975.932,00. Berdasarkan pemeriksaan fisik tanggal 26 Maret 2010 diketahui bahwa terdapat kekurangan catat sebesar Rp677.450,00 berupa sisa persediaan obat padat tahun 2008. Pada tanggal 23 April 2010 pengelola persediaan pada Setditjen Postel melaporkan persediaan yang kurang catat senilai Rp6.164.800,00 sehingga nilai persediaan yang harus dilaporkan sebesar Rp279.140.732,00.  

6) Loka Monitor Ternate Pada Tahun Anggaran 2009 Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Ternate mengadakan pekerjaan pembuat laporan keuangan dan program kerja. Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh CV MSM sesuai kontrak Nomor: KU.203/B.97/LOKA-TTE/II/2009 tanggal 12 Februari 2009 dalam jangka waktu 14 hari kalender sejak 11 Februari 2009 s.d. 25 Februari 2009 dengan nilai pekerjaan Rp15.000.000,00 sebanyak 1 paket atau 80 eksemplar. CV MSM telah selesai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor: KU.203/B.139/LOKA-TTE/II/2009 tanggal 25 Februari 2009 dan telah dibayar lunas sesuai SP2D Nomor 331711L tanggal 3 Maret 2009. Dari hasil pemeriksaan dokumen atas pengelolaan pencatatan hasil pengadaan barang berupa persediaan diketahui bahwa buku laporan keuangan dan program kerja belum dicatat secara tertib pada buku persediaan sehingga BPK mengalami kesulitan untuk menelusur ke dokumen sumber.

7) Balai Monitor Surabaya Proses pencatatan persediaan dimulai dengan menginput data masuk keluarnya persediaan berdasarkan dokumen sumber berupa bukti-bukti pengadaan persediaan dan bukti pengeluaran barang yang diterima oleh petugas persediaan. Hasil pemeriksaan atas distribusi pengeluaran barang dan konfirmasi kepada petugas yang menangani persediaan menunjukkan bahwa tidak seluruh pengeluaran barang didukung dengan bukti pengeluaran barang. BPK melakukan pemeriksaan fisik

Page 65: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 16 dari 19

secara uji petik pada tanggal 8 Desember 2009 dan diketahui terdapat perbedaan antara barang persediaan sesuai cek fisik dengan laporan persediaan per 30 November 2009 seperti spidol white board, kertas HVS F4 70 gr, kertas HVS F4 60 gr, dan amplop dinas besar @ 100 bh.

8) Loka Monitor Mataram Saldo Aset Lancar Persediaan pada Neraca per 30 November 2009 dilaporkan sebesar Rp32.231.950,00, sedangkan dalam SIMAK BMN nilai persediaan barang konsumsi untuk tanggal yang sama sebesar Rp12.210.950,00. Hasil pemeriksaan atas distribusi pengeluaran barang dan konfirmasi kepada petugas yang menangani persediaan menginformasikan bahwa laporan hasil pemeriksaan fisik persediaan barang konsumsi yang ada pada staf pengelola BMN dan persediaan Loka Monitor Mataram pada tanggal 17 November 2009 menyatakan tidak ada barang persediaan dan dalam buku persediaan saldo atau sisa barang persediaan dilaporkan sebesar Rp0,00. Staf pengelola BMN menyatakan bahwa barang habis pakai persediaan diadakan setiap dua bulan sekali (pengadaan terakhir pada bulan Oktober) dan langsung dibagi habis sesuai permintaan seksi-seksi yang ada. Dengan demikian penatausahaan persediaan belum sepenuhnya mendukung nilai persediaan yang disajikan dalam Neraca.

9) Loka Monitor Batam Proses pencatatan persediaan dimulai dengan menginput data masuk/keluarnya persediaan berdasarkan dokumen sumber berupa bukti-bukti pengadaan persediaan dan bukti pengeluaran barang yang diterima oleh petugas persediaan. Hasil pemeriksaan atas distribusi pengeluaran barang dan konfirmasi kepada petugas yang menangani persediaan menunjukkan bahwa tidak seluruh pengeluaran barang didukung dengan bukti pengeluaran barang contohnya pada barang persediaan berupa BBM.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 44 menyatakan Pengguna Barang

dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yakni Pernyataan SAP No. 05 tentang Akuntansi Persediaan yang menyatakan antara lain: 1) Persediaan merupakan aset lancar yang berwujud barang atau perlengkapan

(supplies) yang digunakan dalam rangka mendukung kegiatan operasional pemerintah.

2) Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor.

3) Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

4) Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

5) Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.

Page 66: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 17 dari 19

c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.: PER-40/PB/2006 tanggal 16 Agustus 2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan 1) Pasal 1:

- Kementerian Negara/Lembaga wajib menyajikan nilai persediaan di dalam Neraca Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

- Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan persediaan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah.

2) Pasal 2: Akuntansi Persediaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara/Lembaga diatur dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, yaitu lampiran Bab II tentang Penatausahaan Persediaan antara lain menyatakan bahwa: - Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan (dalam bentuk kartu) untuk setiap

jenis barang. Laporan persediaan disusun menurut Sub Kelompok Barang dan dilaporkan setiap semester. Laporan persediaan dibuat dari UAKPB dikirimkan ke UAPPB-W. Laporan persediaan pada tingkat UAPPB-W, UAPP-EI dan UAPB dibuat berdasarkan penggabungan Laporan Persediaan Organisasi Barang Milik Negara (BMN) dibawahnya dan disajikan dalam bidang barang.

- Setiap akhir tahun perlu diadakan inventarisasi persediaan untuk menentukan kuantitas dari setiap item persediaan dan selanjutnya Buku Persediaan disesuaikan berdasarkan hasil inventarisasi tersebut.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. nilai persediaan yang dilaporkan pada Neraca Kemkominfo Tahun 2009 belum seluruhnya berdasarkan stock opname;

b. penatausahaan yang tidak tertib melemahkan pengendalian intern.

Kondisi tersebut terjadi karena: a. pengelola dan penatausaha barang persediaan kurang teliti dan kurang memahami

pengelolaan persediaan beserta kewajiban pencatatan dan pelaporan keuangan, b. pengawasan atasan langsung petugas pengelola persediaan belum optimal.

Kemkominfo menjelaskan bahwa telah diupayakan pembinaan penatausahaan

persediaan dan akan menjadi perhatian untuk masa yang akan datang. BPK merekomendasikan Menkominfo agar meningkatkan pembinaan dan

pengawasan atas pengelolaan dan penatausahaan barang persediaan. Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen Postel, Dirjen SKDI,

Page 67: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 18 dari 19

Kepala BIP, Dirjen APTEL, dan Kepala BPPKI Jakarta agar meningkatkan penertiban administrasi barang persediaan.

Page 68: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 19 dari 19

BAB 2 HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TAHUN 2004–2008

Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009, BPK memantau tindak lanjut Kemkominfo terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Kemkominfo Tahun 2004–2008. Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung jawab Pemerintah/Kemkominfo dan DPR.

Pemantauan atas tindak lanjut Kemkominfo terhadap temuan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

No. LHP Tahun Jumlah

Temuan

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Sesuai Belum

Sesuai / Selesai

Belum Ditindaklanjuti

1. Tahun 2008 5 4 1 - 2. Tahun 2007 6 4 2 - 3. Tahun 2006 9 8 1 - 4. Tahun 2005 7 6 1 - 5. Tahun 2004 1 - 1 -

Total 28 22 6 - Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 2.

Kemkominfo telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara lain mengenai peningkatan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pencatatan pelaporan persediaan, koordinasi dengan DJKN guna menyelesaikan revaluasi aset dan mengupayakan penetapan draft Peraturan Pemerintah tentang PNBP di Kemkominfo, proses pencetakan RTH secara rutin dan melakukan pencocokan data antara RTH yang dicetak dengan hasil rekonsiliasi KPPN dan data dari bendaharawan, perbaikan sistem aplikasi SAI bersama dengan Kementerian Keuangan dan meningkatkan pengawasan atasan langsung terhadap pelaksanaan dan penyusunan Laporan Keuangan, pencatatan kepemilikan aset berupa bidang tanah yang terletak di Sukmajaya Depok dan mengungkapkan status hukumnya secara memadai dalam Laporan Keuangan Kemkominfo.

Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain mengenai kelemahan Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF) untuk menyajikan saldo piutang belum dilengkapi dengan catatan secara memadai, pencatatan Piutang PNBP Ditjen Postel belum dilaksanakan secara tertib, pencatatan piutang TGR tidak tertib dan penyelesaian TGR tidak lancar, penyelesaian TGR Setjen Kemkominfo berlarut-larut dan berpotensi menjadi piutang macet, dan sebidang tanah milik Ditjen Postel (Ex Depparpostel) seluas 1000 m2 di Jalan Antapani Bandung belum bersertifikat.

Page 69: LK Kemkominfo 2009

LAMPIRAN 1 HASIL KONFIRMASI PIUTANG PNBP DITJEN POSTEL

Total Piutang PNBP BHP Frekuensi Per 31 Desember 2009 (Rp)

Total Piutang PNBP BHP Telekomunikasi per 31 Desember 2009 (Rp)

Total Piutang PNBP KKPU per 31 Desember 2009 (Rp)

Menurut Ditfrek

Ditjen Postel Menurut Debitur

(utang yang diakui) Menurut Dittel Ditjen

Postel Menurut Debitur

(utang yang diakui) Menurut BTIP Ditjen Postel

Menurut Debitur (utang yang diakui)

1. PT T 210.918.887.083 437.129.734.312 24.410.260.419 - - 2. PT I 3.985.438.135 - - N/A - 3. PT EP - - - 18.455.916.149 46.139.790.372 4. PT H 44.373.468.389 - 45.218.285 - - 5. PT N - 1.774.680.026 38.615.840 - - 6. PT BT 56.460.719.148 2.165.314.320 - - - 7. PT ST 675.170.907.104 353.386.267 70.803.409 2.162.893.829 5.407.234.571

8. PT STI 36.659.474 1.901.230.811 - 147.839.338 369.598.345

9. PT MT 146.680.565.253 138.821.715.463 314.775.878 9.019.071.566 9.872.938.276 10. LT 30.350.504.245 23.500.555.357 - - - Jumlah 1.167.977.148.831 605.646.616.556 24.879.673.831 29.785.720.882 0 61.789.561.564 PT BK 34.666.654 PT LW 8.430.435 2.280.810

Total Piutang yang tercantum pada Neraca Ditjen Postel

1.207.079.637.943 1.207.079.637.943 24.919.608.923 24.919.608.923 36.948.464 N/A

97% 52% 100% 120% 0% N/A

Page 70: LK Kemkominfo 2009

LAMPIRAN 2 PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN KEMKOMINFO

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan Temuan Berulang *)

Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Tahun 2008

1 Pencatatan dan Pelaporan Persediaan pada Beberapa Satker Depkominfo Belum Tertib

BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya memerintahkan secara tertulis kepada masing-masing Kepala satker untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pencatatan pelaporan persediaan.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/ 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Sekretaris Jenderal dan Dirjen Postel untuk menindaklanjuti rekomendasi temuan BPK.

2. Memo dinas Sekjen Nomor: 553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal 29 Juni 2009 kepada Sekretaris Ditjen Postel, Sekretaris Ditjen Aptel, Sekretaris SKDI, Sekretaris Balitbang SDM, Sekretaris BIP untuk menindaklanjuti rekomendasi temuan BPK.

3. Nota Dinas Dirjen Postel Nomor: 181/DJPT.1/KOMIN FO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada Direktur Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orsat agar melaporkan nilai saldo persediaan ATK per 31 Desember 2008.

4. Surat Dirjen Postel Nomor: 181.A/DJPT.1/KOMINFO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada Direktur Postel Pusat, KaBalmon Jakarta dan KaBalmon Manado agar melakukan opname fisik persediaan pada akhir tahun.

5. Memo Dinas Sekditjen Postel Nomor: 182/DJPT.1/KOMINFO/

Page 71: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada KaBalmon Manado untuk menanggapi temuan BPK dan menegur untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan.

6. Nota Dinas Dirjen Postel Nomor: 210/DJPT.1/KOMIN FO/8/2009 tentang Tindak Lanjut Temuan BPK-RI pada Ditjen Postel.

7. Memo dinas Sekditjen SKDI Nomor: 497/DJSKDI.1/KOMIN FO/9/2009 tanggal 7 September 2009 kepada para Ses dan Para Kepala agar melakukan opname fisik.

8. Nota Dinas Sekditjen SKDI Nomor: 494/DJSKDI.1/KOMIN FO/9/2009 tanggal 3 September 2009 kepada Karo Keuangan perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

9. Memo Dinas Sekditjen SKDI Nomor: 507/DJSKDI.1/Komin fo/9/2009 tanggal 7 September 2009 kepada Karo Keuangan bahwa Setditjen SKDI telah melakukan opname fisik persediaan akhir tahun namun belum melakukan perubahan sehubungan dengan temuan mengenai persediaan buku Ditjen SKDI sejumlah Rp49.625.000,00 yang telah terinput sebagai belanja modal fisik lainnya, dimana seharusnya dimasukkan ke dalam belanja barang persediaan.

Page 72: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 10. Nota Dinas Ses Ditjen Aptel

Nomor: 1221/DJAT.1/Kominfo/ 8/2009 kepada Sekjen Kominfo bahwa persediaan pada Ditjen Aptel sebesar Rp172.994.051,00 telah dibukukan dan disajikan pada neraca per 31 Desember 2008.

11. Nota Dinas Sekretaris BIP Nomor: 651/BIP.1/Kominfo/8/ 2009 tanggal 18 Agustus 2009 kepada para kepala pusat di lingkungan BIP dan para kepala bagian di lingkungan BIP agar melakukan opname fisik persediaan sebelum penyusunan LK, baik pada Smt I maupun Smt II.

12. Nota Dinas Sekretaris BIP Nomor: 700/BIP.1/Kominfo/9/ 2009 tanggal 3 September 2009 perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK TA 2008.

13. Memo Dinas Ses Balitbang SDM Nomor: 422A/BLSDM.1/ KOMINFO/7/2009 tanggal 2 Juli 2009 kepada Kepala STMM “MMTC” Yogyakarta, para Kepala BBPPKI, Kepala BPPKI perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

2 Aset Tetap Lima Satker di Lingkungan Depkominfo Sebesar Rp860.266,32 Juta Masih dalam Proses Revaluasi Aset

Rp860.266.320.521 BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya berkoordinasi dengan DJKN guna menyelesaikan revaluasi aset atas lima satker tersebut

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/ 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen supaya berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) guna menyelesaikan revaluasi aset lima

Page 73: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti satker tersebut.

2. Balmon Palembang telah selesai melakukan revaluasi aset pada bulan Februari 2009.

3. Nota Dinas Plt.Karo Keuangan Nomor: 765/SJ.3/KOMINFO/8 /2009 tanggal 25 Agustus 2009 kepada Sekditjen Postel, Karo Umum, KaBLU-BTIP, Ka Balmon medan untuk menyampaikan hasil revaluasi.

4. Surat BLU-BTIP Nomor: 462/BTIP.1/KOMINFO/08/2009 tanggal 4 Agustus 2009 penyampaian hasil revaluasi TA 2008 yang telah dilaksanakan oleh BLU-BTIP.

5. Surat KaBalmon Medan Nomor: 981/I.c.B.II/VIII/2009 perihal revaluasi BMN sampai saat ini sedang pencocokan ulang hasil pendataan dari KPKNL Medan dengan data yang ada pada pihak Balmon kelas II Medan.

6. Nota dinas Kepala Biro Umum Nomor: 877/SJ.5/KOMINFO/9 /2009 tanggal 9 September 2009 bahwa telah melakukan revaluasi aset namun menemui kendala pada pendataan aset kendaraan dinas roda empat dan telah melakukan koordinasi dengan pihak KPKNL untuk segera menyelesaikan hasil revaluasi tersebut.

7. Nota dinas Dirjen Postel Nomor: 210/DJPT.1/KOMINFO/8/2009 tentang tindak lanjut temuan

Page 74: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti BPK-RI pada Ditjen Postel.

8. Seluruh Aset Tetap Departemen Komunikasi dan Informatika telah dilakukan Penilaian kembali (revaluasi) oleh Tim penilai dari Kantor Pelayanan Piutang Negara dan Lelang Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 17 Tahun 2007 tentang Penertiban Barang Milik Negara.

3 Buku Perpustakaan pada Beberapa Satker Belum Dilakukan Penilaian serta Belum Dilaporkan pada Laporan Keuangan Satker

BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya memerintahkan secara tertulis Kepala satker untuk melaporkan nilai buku perpustakaan dalam laporan keuangan tahun 2009.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M.KOMINFO/6 /2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen agar memerintahkan secara tertulis kepada KaBPPKI Manado dan KaMPN Surakarta untuk melaporkan nilai buku perpustakaan dalam LK 2009.

2. Memo dinas Sekjen Nomor: 553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal 29 Juni 2009 kepada KaBPPKI Manado dan KaMPS untuk melaporkan nilai buku perpustakaan dalam LK 2009.

3. Memo dinas Sekditjen SKDI Nomor: 497/DJSKDI.1/KOMIN FO/9/2009 tanggal 7 September 2009 kepada Kepala Monumen Pers Surakarta agar dilakukan penilaian serta belum dilaporkan pada laporan keuangan satker.

4. Surat KaMPN Surakarta Nomor: 029/B/MPN/IX/2009 bahwa buku perpustakaan senilai Rp57.980.550,00 telah dinilai dan dilaporkan pada laporan realisasi

Page 75: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti anggaran satker Semester I/2009.

5. Memo dinas Ses Balitbang SDM Nomor: 422A/BLSDM.1/KOMIN FO/7/2009 tanggal 2 Juli 2009 kepada Kepala STMM “MMTC” Yogyakarta, para Kepala BBPPKI, Kepala BPPKI perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

6. Surat KaBPPKI Manado Nomor: 338/BppKI-MDO/PK.06/IX/2009 tanggal 3 September 2009 bahwa buku perpustakaan sebanyak 818 telah dimasukkan dalam Laporan BMN Semester I 2009.

4 Dua Puluh Lima Satker Depkominfo yang Melaksanakan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin dalam Tahun 2008 Belum Mengidentifikasi Besarnya Biaya Pemeliharaan per Jenis Peralatan dan Mesin untuk Melakukan Kapitalisasi

Rp2.110.000.000 BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya segera melakukan koreksi atas nilai peralatan dan mesin yang belum dikapitalisasi tersebut.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/ 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen supaya segera melakukan koreksi atas nilai peralatan dan mesin yang belum dikapitalisasi tersebut.

2. Nota dinas Postel Nomor: 056/DJPT.1/KOMINFO/2/2007 tentang TLHP BPK-RI atas PNBP TA 2006.

3. Nota dinas Dirjen Postel Nomor: 181/DJPT.1/KOMIN FO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada Direktur Pengelolaan Spektrum frekuensi Radio dan Orsat agar melaporkan belanja pemeliharaan peralatan dan mesin yang dikapitalisasi.

4. Surat Direktur Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio Nomor: 853/DJPT.4/KOMINFO/ 6/2009 tentang berita acara aset

Page 76: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti pemeliharaan 24 satker daerah.

5. Kelemahan Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF) untuk Menyajikan Saldo Piutang Belum Dilengkapi Dengan Catatan Secara Memadai

BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Dirjen Postel untuk menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar penyajian saldo piutang.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/ 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Dirjen Postel untuk menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar penyajian saldo piutang.

2. Nota dinas Dirjen Postel Nomor: 181/DJPT.1/KOMINFO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada Direktur pengelolaan Spektrum frekuensi radio dan Orsat agar membenahi SIMF khususnya dalam penyajian saldo piutang dan melakukan pencatatan piutang secara manual untuk setiap periodenya.

3. Surat Dirjen Postel Nomor: 210/DJPT.1/KOMINFO/8/2009 tentang tindak lanjut temuan BPK pada Ditjen Postel.

4. Nota Dinas Direktur Pengelolaan Spekfrekrad Nomor: 1235/ND/O/DJPT.4 /9/09 tanggal 2 September 2009 kepada Sekditjen Postel perihal pencatatan Piutang PNBP BHP frekuensi.

5. Pada pemeriksaan LK 2009 diketahui bahwa Ditfrek telah menyediakan kartu piutang dan buku piutang, namun petugas tidak memutakhirkan data secara periodik. Untuk keperluan pelaporan saldo piutang per 31 Desember 2009, Ditfrek tidak menggunakan data kartu atau

Page 77: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti buku piutang yang dikelolanya, melainkan mengolah data dari database SIMF secara manual.

Tahun 2007

1 Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Tidak Tertib

Rp3.736.905.604,00 BPK menyarankan agar Kepala Biro Keuangan lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pencatatan pelaporan persediaan.

Biro Keuangan telah melakukan Bimtek Penatausahaan barang Persediaan dua kali di Surabaya dan di Bandung.

2 Pencatatan Piutang TGR Tidak Tertib dan Penyelesaian TGR Tidak Lancar

Rp375.524.007,00 BPK menyarankan Menteri Komunikasi dan Informatika menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo agar: 1. segera menyelesaikan TGR

yang tertunda dengan mengintensifkan penerimaan dari angsuran TGR dan menegur pegawai yang telah lalai memenuhi kewajiban TGR- nya;

2. menetapkan pembebanan atas kerugian yang telah terjadi terhadap enam orang pegawai yang bertanggung jawab atas hilangnya barang milik negara, serta;

3. melakukan pembinaan tentang prosedur pencatatan dan pelaporan piutang TGR.

1. Menkominfo telah mengirim surat kepada Tim TP/TGR Nomor: 266/ M.KOMINFO/11/ 2008 tgl 7 November 2008 perihal Penyelesaian Kasus-Kasus Kerugian Negara.

2. SK Menteri Kominfo Nomor: 115/Kep/M/kominfo/5/2008 telah mendelegasikan wewenang tindak lanjut penyelesaian kerugian negara kepada pejabat Eselon I, kecuali dalam menetapkan pembebanan kerugian negara dan menandatangani keputusan pembebanan ganti rugi.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain: Memo Dinas dari Kepala Biro Keuangan Nomor: 433/SJ.3/ KOMINFO/5/2008 tanggal 13 Mei 2008 perihal Peserta Sosialisasi Penyelesaian Kerugian Negara (TP/TGR).

3 Pencatatan Piutang PNBP Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Belum

Rp41.261.001.043,56

BPK menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika menginstruksikan kepada Dirjen Postel untuk:

1. Telah diinstruksikan kepada Direktur Frekuensi dengan Nota Dinas Nomor: 707/DJPT.1/ Kominfo/9/2006 agar

Page 78: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Dilaksanakan secara Tertib dan Terdapat Denda Keterlambatan Piutang PNBP Sebesar Rp11.001,49 Juta Tidak Dipungut

1. menegur petugas pencatatan piutang dan petugas penagihan BHP Frekuensi agar bekerja lebih cermat;

2. mereviu kembali ketentuan/peraturan yang berkaitan dengan penerbitan ISR dan penagihan piutang PNBP atas BHP Frekuensi.

penyelenggaraan Pembukuan Piutang PNBP secara lengkap dan memadai.

2. Telah dibangun Sistem Payment gateway pada SIM-F untuk mengintegrasikan pembayaran dari Bank ke SIM-F.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain: Telah diterbitkan PP 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran PNBP yang Terutang dan akan dilakukan revisi Keputusan Menteri Nomor: 17/PER/M.KOMINFO/5/2007 tentang Tata Cara Perizinan dan Ketentuan Operasional Frekuensi Radio, 19/PER/KOMINFO/10/2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif Atas PNBP dari BHP Frekuensi.

4 Penatausahaan dan Penyetoran Jasa Giro Tidak Tertib

Rp288.592.187,10 BPK menyarankan agar Sekjen Depkominfo memerintahkan para Bendahara untuk secara aktif mengingatkan pihak Bank agar menyetorkan jasa giro ke Kas Negara tepat waktu.

Sekjen telah membuat memo dinas Nomor: 529A/SJ/Kominfo/ 7/2008 tgl 7 Juli 2008 kepada para bendahara untuk mengingatkan pihak bank.

5 Pengelolaan PNBP pada Sekolah Tinggi MMTC Belum Memiliki Dasar Hukum yang Kuat dan Penatausahaannya Tidak Tertib

Rp262.361.000,00 BPK menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika untuk: a. mengupayakan agar draft

Peraturan Pemerintah tentang PNBP di Depkominfo diupayakan penetapannya;

b. memberikan teguran tertulis kepada Bendahara Penerimaan dan atasan langsungnya yang terlambat

Menteri Kominfo telah mengajukan Surat Permohonan kepada Menteri Keuangan untuk diterbitkan PP tentang PNBP dengan Surat Nomor: 100/ M.KOMINFO/3/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Usulan PNBP Depkominfo dan sampai saat ini PP tersebut masih dalam proses pembahasan, sedangkan dalam pelaksanaannya Menteri Keuangan

Page 79: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti dalam menyetorkan penerimaan negara dan atas penatausahaan piutang dan pengelola piutang PNBP yang tidak melakukan penatausahaan dengan tertib.

telah mengeluarkan Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana PNBP dengan Surat Nomor: S-220/MK.02/2007 tanggal 22 Mei 2007. Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2009 tanggal 16 Januari 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Komunikasi Dan Informatika

6 Departemen Komunikasi dan Informatika Belum Melakukan Penilaian Barang Milik Negara dalam Rangka Menyusun Neraca Awal

BPK menyarankan kepada Sekretaris Jenderal Depkominfo agar melaksanakan revaluasi BMN bekerja sama dengan Departemen Keuangan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Telah diterbitkan SK. Men. Kominfo Nomor: 59/Kep/Kominfo/ 3/2008 tgl 3 Maret 2008 tentang Pembentukan Tim Inventarisasi BMN di Lingkungan Depkominfo. 1. Tim Depkominfo, Dep.

Keuangan dan BPKP telah melaksanakan re-evaluasi BMN.

2. Hasil re-evaluasi akan dilaporkan dalam Laporan BMN Tahun 2008.

Seluruh Aset Tetap Departemen Komunikasi dan Informatika telah dilakukan Penilaian kembali (revaluasi) oleh Tim penilai dari Kantor Pelayanan Piutang Negara dan Lelang Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penertiban Barang Milik Negara.(LK 2009)

Page 80: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Tahun 2006

1. Pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi pada Eselon 1 Ditjen Postel Departemen Kominfo Belum Berjalan Optimal

BPK menyarankan agar: 1. melakukan proses pencetakan

RTH secara rutin dan melakukan pencocokan data antara RTH yang dicetak dengan hasil rekonsiliasi KPPN dan data dari bendaharawan;

2. mengupayakan perbaikan sistem aplikasi SAI bersama dengan Departemen keuangan; dan

3. meningkatkan pengawasan atasan langsung terhadap pelaksanaan dan penyusunan LK.

1. Ditjen Postel telah melakukan pencetakan RTH secara rutin dan melakukan pencocokan data antara RTH dengan hasil rekonsiliasi KPPN serta data dari Bendaharawan dan melakukan koordinasi dengan Dep. Keuangan dalam rangka penyempurnaan SAI.

2. Memo sekjen Nomor: 544A/SJ/Kominfo/7/2008 tanggal 14 Juli 2008 kepada seluruh pejabat Eselon 1 untuk meningkatkan pengawasan kepada bawahan.

2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara pada Departemen Kominfo Masih Lemah dan Pelaksanaannya Belum Berjalan Optimal

1. Memberikan pelatihan kepada SDM yang mengoperasikan aplikasi SABMN.

2. Melakukan koordinasi dengan Departemen Keuangan untuk penyempurnaan kodefikasian barang-barang teknis.

1. Petugas UAPPA/B-E1 telah mengikuti Bimtek tentang SIMAK BMN.

2. Biro Keuangan telah menyelenggarakan Bimtek SIMAK BMN.

3. Sudah dilakukan Rapat Koordinasi dengan E1 untuk penyempurnaan kodefikasi barang-barang teknis dan telah dilakukan penyempurnaan kodefikasi barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 97/PMK.06/2007.

3. Saldo Awal dalam Laporan Keuangan Departemen Kominfo Tahun 2006 Belum Menggambarkan Nilai yang Sebenarnya

1. Melakukan koreksi atas aset yang belum masuk dalam laporan keuangan.

2. Menatausahakan dokumen-dokumen aset secara tertib pada masing-masing satker di lingkungan Depkominfo.

1. Telah dilakukan koreksi atas saldo awal pada Neraca LK Audited Tahun 2006.

2. Telah ditatausahakan dengan tertib melalui pembinaan terhadap UAPPB-E1.

Page 81: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 4. UPT Daerah

Departemen Kominfo Belum Seluruhnya Menyampaikan Laporan Keuangan

1. Memberikan pelatihan mengenai SAK kepada petugas yang belum memahami ketentuan penyusunan dan penyampaian laporan keuangan serta.

2. Memberikan teguran tertulis kepada pejabat Eselon I untuk melakukan pengawasan langsung terhadap bawahannya dalam menyusun laporan keuangan.

1. Biro Keuangan telah menyelenggarakan Bimtek SAK.

2. Sekjen telah mengirim Memo Sekjen Nomor: 544A/SJ/ Kominfo/7/2008 tanggal 14 Juli 2008 kepada seluruh pejabat Eselon 1 untuk meningkatkan pengawasan kepada bawahan.

5. Sistem Pengendalian Intern atas Pendapatan Belum Memadai

1. Memberikan teguran tertulis kepada Dirjen Postel agar melakukan pengawasan terhadap bawahannya.

2. Menginstruksikan Kabag. Keuangan untuk memberikan teguran tertullis kepada Bendahara Penerimaan agar pada lembar SSBP mencantumkan nomor seri (prenumbered) secara berurutan dan menatausahakan secara tertib.

3. Menyusun dan menetapkan Standar operating Prosedure (SOP) yang berkaitan dengan laporan/catatan piutang BHP Frekuensi.

1. Menteri telah menginstruksikan Dirjen Postel untuk meningkatkan Pengawasan Pengelolaan Keuangan di lingkungan Ditjen Postel.

2. Dirjen Postel telah menginstruksikan kepada Kabag. Keuangan untuk memberikan Surat Teguran tertulis kepada Bendahara Penerimaan agar setiap lembar SSBP mencantumkan nomor seri (prenumbered) secara berurutan dan telah ditindaklanjuti oleh Kabag Keuangan dengan memberikan Teguran tertulis kepada Bendahara Penerimaan, Bendahara Penerimaan telah melaksanakan saran Tim BPK.

3. Telah disusun SOP tentang Pencatatan dan Pembukuan Piutang PNBP di lingkungan Ditjen Postel melalui Peraturan Dirjen Postel.

Page 82: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 6. Nilai Piutang PNBP

dalam Laporan Keuangan Depkominfo Tahun 2006 Lebih Disajikan Senilai Rp340.453,47 Juta

Rp340.453.468.217,00 1. Melakukan koreksi atas kelebihan pencatatan piutang pada laporan keuangan.

2. Meningkatkan koordinasi dengan masing-masing direktorat penghasil PNBP dalam hal pengakuan pembukuan dan pelaporan piutang.

3. Melakukan koordinasi dengan Departemen Keuangan untuk perbaikan sistem akuntansi piutang.

Telah dilakukan koreksi atas kelebihan pencatatan piutang pada LK Audited 2006. Ditjen Postel telah berkoordinasi dengan Dep. Keuangan, kepada Direktorat Penghasil PNBP telah diinstruksikan melalui Nota Dinas Nomor: 706/DJPT.1/Kominfo/ 9/2008 untuk melaksanakan Pembukuan dan Pelaporan Piutang. Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain Ditjen Postel telah melakukan koordinasi intensif dengan pihak Depkeu khusus DJA c.q. Direktorat PNBP dan hasilnya dengan telah diterbitkannya PP 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran PNBP yang Terutang.

7. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Beberapa Eselon Satu Belum Menggambarkan Nilai yang Sebenarnya

1. Melakukan koreksi pada pos saldo kas dibendahara pengeluaran.

2. Menyelenggarakan pelatihan kepada bendahara di lingkungan Depkominfo.

3. Menginstruksikan kepada para bendahara untuk melakukan rekonsiliasi antara pembukuan dengan rekening koran secara rutin.

1. Telah dilakukan koreksi pada LK Audited 2006.

2. Dep. Kominfo telah melakukan Bimtek tentang Verifikasi Pertanggungjawaban Belanja APBN.

3. Bendahara dan Petugas UAKPA setiap bulan sudah melakukan rekonsiliasi dengan KPPN.

4. Memo dinas Sekjen Nomor: 931A/SJ/Kominfo/11/2007 tentang instruksi bagi Bendahara Pengeluaran untuk melakukan rekonsiliasi.

8. Pembebanan Anggaran Belanja pada Beberapa Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa pada Ditjen Postel Belum

Memberikan teguran tertulis kepada Kabag. Keuangan supaya menyusun rencana anggaran sesuai mata anggaran yang telah ditetapkan.

Memo Dinas Dirjen Postel Nomor: 091/DJPT.1/Kominfo/Keu/III/08 menginstruksikan Kabag. Keuangan dalam menyusun Rencana Anggaran sesuai dengan mata anggaran yang

Page 83: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Sesuai Ketentuan telah ditetapkan.

9. Sebidang Tanah Milik Ditjen Postel (Ex Depparpostel) Seluas 1000 m2 di Jalan Antapani Bandung Belum Bersertifikat

Memberikan teguran tertulis kepada Dirjen Postel untuk menyelesaikan permasalahan aset yang masih bersengketa dan mengupayakan sertifikat atas tanah tersebut.

1. Memo Sekjen Nomor: 530/SJ/ Kominfo/7/2008 tanggal 7 Juli 2008 kepada Dirjen Postel untuk menyelesaikan permasalahan tanah dan mengupayakan sertifikat atas tanah.

2. Pihak Ditjen Postel telah mengadukan US (Penjual) kepada Polwiltabes Bandung karena gugatan ke Pengadilan Negeri tidak dapat diterima (Lampiran Pri Postel).

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain: 1. Ditjen Postel telah mengupayakan

langkah-langkah penyelesaian tanah dimaksud melalui upaya-upaya persuasif dan hukum kepada pihak penjual, namun mengalami kendala di lapangan dikarenakan tanah yang dibeli oleh Pempro Pengendalian Frekuensi Kanwil Parpostel pada waktu itu telah diklaim dan dikuasai pihak lain, atas dasar permasalahan tersebut telah diajukan oleh Kabalmon Bandung ke Pengadilan Perkara Perdata untuk penyelesaiannya. Hasil keputusan sidang perdata batal karena kedua belah pihak tidak mengetahui obyek tanah yang diperjualbelikan sehingga Balmon Bandung merasa dirugikan atas keputusan pengadilan tersebut.

2. Selanjutnya Balmon Bandung melaporkan pihak penjual (H.

Page 84: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti US) ke Polwil Bandung terkait dengan penipuan. Pihak Polwil Bandung telah dilakukan pemanggilan terhadap H. Umar Saleh, namun yang bersangkutan belum pernah memenuhi panggilan Polwil Bandung sehingga yang bersangkutan ditetapkan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO).

Tahun 2005 1 Pelaksanaan Sistem

Akuntansi Instansi (SAI) pada Departemen Kominfo Belum Optimal

BPK menyarankan agar pihak Depkominfo mengupayakan perbaikan sistem aplikasi SAI bersama dengan Departemen Keuangan dan menyelenggarakanpelatihan dan sosialisasi pelaksanaan sistem tersebut kepada segenap pelaksana pembukuan di jajaran Depkominfo.

Telah dilaksanakan Bimtek SAK/SAI sebanyak dua kali di Denpasar dan Jakarta dengan narasumber dari Ditjen Perbendaharaan Dep. Keuangan RI.

2 Reviu Internal atas Revisi Laporan Keuangan Depkominfo Tahun 2005 Belum Dilakukan

BPK menyarankan agar Itjen Depkominfo meningkatkan kualitas reviu atas laporan Keuangan sebelum diampaikan kepada Departemen Keuangan.

Laporan Keuangan Depkominfo: 1. Th. 2005 opini Disclaimer 2. Th. 2006 opini WDP 3. Th. 2007 opini Tidak Wajar

3 Pelaksanaan Sistem Akuntansi BMN Belum Berjalan Optimal

BPK menyarankan agar Sekjen Depkominfo:

1. mengoptimalkan peran dan fungsi Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon 1 (UAPPA/B-E1) dalam pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan maupun Barang;

2. menyelenggarakan pelatihan

1. Petugas UAPPA/B-E1 telah mengikuti Bimtek tentang SIMAK BMN.

2. Biro Keuangan telah menyelenggarakan Bimtek SIMAK BMN.

3. Seluruh Aset telah dilakukan pencatatan (Lampiran Laporan BMN).

Page 85: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti dan sosialisasi pelaksanaan sistem tersebut kepada segenap pelaksana pembukuan di jajaran Depkominfo;

3. mencatat barang-barang yang belum dibukukan kedalam laporan BMN.

4 Laporan Keuangan Eselon 1 dan UPT Departemen Kominfo Belum Seluruhnya Memuat Catatan atas Laporan Keuangan

BPK menyarankan agar setiap penyusunan Laporan Keuangan tingkat Eselon 1 menyertakan pula Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian tak terpisahkan dari Laporan Keuangan itu sendiri.

Laporan Keuangan Depkominfo 2006 dan 2007 telah dibuat CaLK-nya.

5 Dinas Infokom Maluku dan Maluku Utara Belum Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban atas Penggunaan Dana Implementasi INPRES No. 6/2003 Sebesar Rp11.100,00 Juta kepada Departemen Komunikasi dan Informatika

Rp11.100.000.000,00 BPK menyarankan agar Menkominfo menyampaikan surat teguran tertulis kepada dinas Infokom Maluku dan Maluku Utara untuk segera menyampaikan bukti pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut. Selanjutnya melakukan pembinaan kepada pelaksana di daerah dalam rangka menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan dana secara efektif dan tepat waktu.

Telah dibuat Surat Kepala Biro Keuangan Nomor: 245/SJ.3/ Kominfo/3/2008 tanggal 18 Maret 2008 tentang Laporan Keuangan kepada Kepala Dinas Infokom Provinsi Maluku dan Kepala Biro Infokom Provinsi Maluku Utara.

6 Penyelesaian TGR Setjen Depkominfo Berlarut-Larut dan Berpotensi Menjadi Piutang Macet

BPK menyarankan agar pihak Depkominfo segera menyelesaikan juklak mengenai pelaksanaan pembebanan TGR di lingkungan Depkominfo dan selanjutnya menetapkan pembebanan atas kerugian yang telah terjadi.

Telah dibuat Peraturan Menteri Kominfo Nomor: 21/P/M. KOMINFO/8/2006 tentang Penyelesaian Kerugian Negara di lingkungan Depkominfo.

7 Terdapat Aset Tetap Berupa Tanah yang Belum Dicatat dan Sengketa atas Tanah yang Belum

BPK menyarankan agar Sekjen Depkominfo segera mencatat kepemilikan aset berupa bidang tanah yang terletak di SD dan mengungkapkan status hukumnya

Telah dicatat dan dilaporkan pada Laporan Aset Depkominfo.

Page 86: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Diungkapkan Secara Memadai dalam Laporan Keuangan Depkominfo Tahun 2005

secara memadai dalam Laporan Keuangan Depkominfo.

Tahun 2004 1 BPKB Kendaraan

Operasional Sebanyak 93 Buah Senilai Rp3.103,02 Juta yang Dikuasai oleh Pemakai Kendaraan Menyulitkan Dalam Pengendalian Aset/Kendaraan

Rp3.103.015.295,00 BPK menyarankan agar Sekretaris Jenderal Departemen Komunikasi dan Informatika agar: 1. memberikan sanksi/peringatan

terhadap para pemakai kendaraan dinas operasional yang tidak mengembalikan BPKB;

2. memerintahkan Kepala Biro Umum dhi. Kasubbag Rumah Tangga agar segera menarik seluruh BPKB yang masih dikuasai oleh para pemakai kendaraan dinas tersebut;

3. memerintahkan kepada Kepala Biro Umum untuk meningkatkan pengawasan atas pengelolaan Barang Milik Negara.

Sampai saat ini telah diterbitkan 86 BPKB sedangkaan sisanya sedang diupayakan ditarik, kepada pemegang BPKB tersebut telah dikirim Surat Nomor: 235/SJ.3/ Kominfo/2008.

Page 87: LK Kemkominfo 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

TAHUN 2009

Nomor : 84C/HP/XVI/05/2010 Tanggal : 20 Mei 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210

Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669

Page 88: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman i

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ……............................................................................................................. i

Daftar Lampiran .......................................................................................................... iii

Resume Laporan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan .......... 1

BAB 1 Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Perundang-Undangan ....................................................................................................

6

1.1 Pendapatan .................................................................................................. 1.1.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Hak Penyelenggaraan

(BHP) Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO) Belum Dipungut Sebesar Rp15.821,07 Juta ...........................................................................

1.1.2 Direktorat Frekuensi Ditjen Postel Belum Menagih Potensi PNBP dari Denda Keterlambatan Sebesar Rp8.900,45 Juta .........................................

1.1.3 Denda Keterlambatan Pembayaran Sewa Gedung Belum Dipungut dan Pendapatan Jasa Giro Terlambat Disetor ke Kas Negara ...........................

1.2 Belanja ........................................................................................................ 1.2.1. Pelaksana Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan

Informatika Perdesaan Tidak Dapat Memenuhi Target Pekerjaan Tahap Pra Operasional ...........................................................................................

1.2.2. Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp1.064,97 Juta dan Kelebihan Perhitungan Nilai Amandemen Kontrak Sebesar Rp2.353,49 Juta pada Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan …………………………………………………………………

1.2.3. Pemanfaatan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Tidak Sepenuhnya Optimal …………………………………...

1.2.4. Pejabat Pembuat Komitmen di Empat Direktorat Ditjen Aptel Terlalu Tinggi Memperhitungkan Biaya untuk Membayar Beberapa Pekerjaan Konsultansi ……………………………………………………………….

1.2.5. Kelebihan Pembayaran pada Beberapa Kegiatan di Beberapa Satker Sebesar Rp157,21 Juta ……………………………………………………

1.2.6. Pejabat Pembuat Komitmen Belum Mengenakan Sanksi Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Sebesar Rp136,01 Juta …………

1.2.7. Pelaksanaan Beberapa Pekerjaan dan Kegiatan Tidak Sesuai Ketentuan .. 1.2.8. Bendahara Pengeluaran pada Empat Satker Ditjen Postel Belum

Memotong Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target Sebesar Rp66,29 Juta dan Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Sebesar Rp36,16 Juta dari Pelanggaran Aturan Jam Kerja Pegawai ……………………………………………….

1.2.9. Bukti Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas Pegawai pada Enam Satker Kemkominfo Tidak Menggambarkan Kondisi Senyatanya ………

6

6

11

13

16

16

22

26

29

32

38 44

49

54

Page 89: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman ii

Aset ............................................................................................................................. 1.3.1 Penatausahaan Barang Milik Negara Tidak Tertib dan Pemanfaatan

Barang Milik Negara Tidak Optimal ……………………………………..

60

60

BAB 2 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Tahun 2004-2008 ....................................

65

Page 90: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT MT Tahun 2009 beserta Sanksi Denda Keterlambatan untuk Tahun Buku 2008 dan 2009

Lampiran 2 Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT TS Tahun 2007 dan Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT BT Tahun Buku 2008 dan Tahun Buku 2009

Lampiran 3 Denda Keterlambatan Pembayaran Perpanjangan ISR di Tahun 2009 sebanyak 136 SPP dari 151 SPP

Lampiran 4 Rincian Lokasi, Jumlah SSL, Jangka Waktu Pelaksanaan, Target Pekerjaan, Nomor dan Tanggal serta Perjanjian Kerja Sama ( PKS) pada Tujuh Paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan

Lampiran 5 Perhitungan Denda Keterlambatan sampai dengan 16 Maret 2010 Pelaksana Pekerjaan PT TS

Lampiran 6 Pemanfaatan USO

Lampiran 7 Rincian Pekerjaan, Nomor dan Tanggal, serta Nilai Kontrak Jasa Konsultan pada Ditjen Aptel

Lampiran 8 Rincian Perhitungan Ulang Kontrak Jasa Konsultan pada Ditjen Aptel

Lampiran 9 Rincian Kelebihan Pehitungan pada Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Kantor bersifat Formalitas dan Kontrak Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Balai Monitor Kupang

Lampiran 10 Pemantauan Tindak Lanjut atas Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Page 91: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 1 dari 66

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) telah memeriksa Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Kemkominfo. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan Kemkominfo tahun 2009 yang memuat opini Wajar Dengan Pengecualian dengan Nomor: 84A/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010 dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Nomor: 84B/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010.

Sebagai bagian pemerolehan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), BPK melakukan pengujian kepatuhan pada Kemkominfo terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Namun, pemeriksaan yang dilakukan BPK atas Laporan Keuangan Kemkominfo tidak dirancang khusus untuk menyatakan pendapat atas kepatuhan terhadap keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

BPK menemukan adanya ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada Kemkominfo. Pokok-pokok temuan adalah sebagai berikut. 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP)

Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO) belum dipungut sehingga berisiko kehilangan potensi PNBP pada Direktorat Telekomunikasi dan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) dari tiga operator sebesar Rp15.821,07 juta dan nilai Piutang PNBP disajikan kurang dari nilai wajarnya. Kondisi ini disebabkan Direktorat Telekomunikasi dan BTIP belum melaksanakan kegiatan pencocokan dan penelitian dengan tertib dan tidak tegas dalam menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan, kurangnya kesadaran operator telekomunikasi sebagai wajib bayar untuk segera melunasi kewajibannya, dan kekurangcermatan petugas pencocokan dan penelitian.

2. PNBP dari denda keterlambatan belum ditagih oleh Direktorat Frekuensi Ditjen Postel sehingga berisiko hilangnya PNBP yang belum ditagih dari denda

Page 92: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 2 dari 66

keterlambatan Perpanjangan ISR dengan nilai total Rp8.900,45 juta. Kondisi ini disebabkan Ditjen Postel tidak tegas dalam menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan dan/atau pembatalan permohonan Surat Pemberitahuan Pembayaran (SPP) baru yang melewati batas waktu pembayaran.

3. Denda keterlambatan pembayaran sewa gedung belum dipungut dan pendapatan jasa giro terlambat disetor ke Kas Negara sehingga penerimaan sanksi denda sebesar Rp9,06 juta dari NHHB belum diterima negara dan penerimaan negara TA 2009 berupa jasa giro terlambat diterima Kas Negara sebesar Rp2,21 juta. Kondisi tersebut disebabkan Sekretaris Jenderal Kemkominfo tidak tegas menerapkan sanksi denda keterlambatan penyetoran PNBP dan Bendahara Pengeluaran Balai Monitor Kupang tidak mengingatkan pihak bank supaya menyetorkan jasa giro secara tepat waktu.

4. Pelaksana pekerjaan penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan tidak dapat memenuhi target pekerjaan tahap pra operasional, mengakibatkan tertundanya pemanfaatan jasa akses telekomunikasi perdesaan oleh masyarakat di lokasi pelayanan. Pelaksana pekerjaan belum dikenakan sanksi denda keterlambatan minimal sebesar Rp34.837,26 juta. Kondisi tersebut disebabkan PT TI tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan dalam kontrak dan PT ICP belum memiliki Perjanjian Kerjasama dengan Penyelenggara Telekomunikasi lainnya sehingga PT ICP tidak dapat melakukan interkoneksi antar operator serta tidak dapat melakukan layanan voice teleponi dan layanan SMS pada seluruh SSL KPU/USO. Selain itu tim pengawas Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan belum bekerja optimal dalam mengawasi pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

5. Kelebihan pembayaran untuk pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan sebesar Rp1.064,97 juta dan kelebihan perhitungan nilai amandemen kontrak sebesar Rp2.353,49 juta. Kondisi ini disebabkan oleh tim pengawas tidak berfungsi secara efektif, verifikasi dokumen kontrak sebagai dasar pembayaran tidak dilakukan secara optimal, lemahnya pengawasan atasan langsung, ketidakcermatan dan kelalaian PPK dalam mengotorisasi pembayaran dan pembuatan amandemen PKS, dan tidak mengadministrasikan dokumen kontrak dengan tertib.

6. Pemanfaatan penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan tidak optimal sehingga tujuan untuk mempercepat pemerataan penyediaan akses dan layanan telekomunikasi dan informatika perdesaan belum tercapai. Kondisi ini terjadi karena kurangnya perencanaan dan sosialiasi keberadaan dan penggunaan fasilitas telekomunikasi dan informatika.

7. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di empat Direktorat Ditjen Aptel kelebihan memperhitungkan biaya beberapa pekerjaan konsultansi mengakibatkan kelebihan pembayaran kepada 13 pelaksana pekerjaan sebesar Rp210,68 juta. Kondisi tersebut disebabkan Panitia Pengadaan Barang/Jasa kurang cermat dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi biaya pekerjaan, dan Pejabat Pembuat Komitmen kurang optimal dalam melakukan pengendalian dan pengawasan.

8. Kelebihan pembayaran pada beberapa kegiatan di beberapa satker sebesar Rp157,26 juta. Kondisi tersebut disebabkan panitia pengadaan barang/jasa lalai dan tidak cermat dalam melakukan klarifikasi, negosiasi, evaluasi perhitungan aritmatika, PPK dan KPA kurang optimal dalam melakukan pengawasan, Kuasa Penguna

Page 93: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 3 dari 66

Anggaran (KPA) dan Panitia Pengadaan Barang Loka Monitor Ternate sengaja menggunakan nama perusahaan secara formalitas untuk pencairan anggaran, dan Kepala Loka Monitor Mataram, Kepala Loka Monitor Ternate dan Kepala Balai Monitor Batam kurang cermat dalam menetapkan besaran honor dan tidak memperhatikan ketentuan mengenai standar biaya umum tahun 2009.

9. Pejabat Pembuat Komitmen belum mengenakan sanksi denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp136,01 juta sehingga penerimaan sanksi denda keterlambatan dari lima pelaksana pekerjaan belum diterima negara. Kondisi ini disebabkan kelalaian dan ketidakcermatan Panitia Pemeriksa/Penerima Barang/Jasa dan pemilik kegiatan, dan lemahnya pengendalian/pengawasan PPK dan para pelaksana pekerjaan tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya.

10. Pelaksanaan beberapa pekerjaan dan kegiatan tidak sesuai ketentuan sehingga para satker tidak mempunyai dasar untuk menilai kewajaran penawaran guna mendapatkan harga yang paling menguntungkan bagi negara dan mengakibatkan pemborosan dari biaya pengadaan sebesar Rp126,88 juta. Selain itu mengakibatkan pemborosan dari biaya lembur pada BPPKI Jakarta sebesar Rp34,85 juta, serta kelebihan pembayaran honor lembur sebesar Rp1,08 juta. Kondisi tersebut disebabkan KPA dan Panitia Pengadaan Barang memecah pengadaan menjadi beberapa paket pekerjaan sehingga tidak terjadi pelelangan, kelalaian panitia pengadaan barang dan jasa dalam mengerjakan pemeliharaan peralatan dan lemahnya pengendalian/pengawasan PPK, dan Bendahara Pengeluaran pada BPPKI Jakarta kurang memahami peraturan mengenai lembur tersebut.

11. Bendahara Pengeluaran pada empat Satker Ditjen Postel belum memotong Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target sebesar Rp66,29 juta dan Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi PNBP sebesar Rp36,16 juta dari pelanggaran aturan jam kerja pegawai. Kondisi ini disebabkan Bendahara Pengeluaran dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada masing-masing satker kurang tegas dalam mengenakan sanksi pemotongan tunjangan, dan kurangnya pengawasan oleh Kepala Satker terkait.

12. Bukti pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pegawai pada enam satker Kemkominfo tidak menggambarkan kondisi senyatanya sehingga pengeluaran biaya perjalanan dinas tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp356,61 juta, pengeluaran biaya perjalanan dinas dipertanggungjawabkan tidak sesuai ketentuan sebesar Rp312,94 juta, dan pemborosan dari biaya penelitian BPPKI Surabaya sebesar Rp68,21 juta. Kondisi tersebut disebabkan kelalaian dan kebijakan pelaksana kegiatan untuk tidak melaksanakan perjalanan dinas sesuai SPPD, pengawasan dan pengendalian oleh Kuasa Pengguna Anggaran kurang optimal, dan Bendahara Pengeluaran dan Kepala BPPKI Surabaya tidak menaati ketentuan dalam memverifikasi bukti pembayaran yang diajukan tim peneliti.

13. Penatausahaan Barang Milik Negara tidak tertib dan pemanfaatan Barang Milik Negara tidak optimal sehingga pengendalian dan pengamanan Barang Milik Negara pada Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Kupang tidak optimal, tujuan pembangunan rumah negara golongan III tipe C pada Loka Mataram senilai Rp198,93 juta tidak tercapai, tujuan pengadaan media center oleh BIP tidak tercapai, dan hasil pengadaan Balai Monitor Banten berupa papan reklame/billboard tidak dapat memberikan manfaat karena hilang. Kondisi tersebut disebabkan pengelola barang pada Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Kupang belum optimal dalam

Page 94: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 4 dari 66

melaksanakan tugasnya, perencanaan pada Loka Monitor Mataram tidak sesuai dengan kebutuhan, perencanaan pengadaan media center oleh BIP kurang matang, dan kurangnya perhatian pihak Balai Monitor Banten terhadap pekerjaan yang telah dilakukan yang masih memiliki masa manfaat selama satu tahun.

Sehubungan dengan temuan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar: 1. Menagih PNBP berupa kurang bayar dan denda dari tiga operator, meningkatkan

kecermatan dan ketertiban dalam melaksanakan kegiatan pencocokan dan penelitian, dan menyosialisasikan dan memberlakukan ketentuan-ketentuan tentang PNBP kepada para wajib bayar secara tegas, termasuk pengenaan sanksi denda.

2. Menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan pembayaran dan/atau pembatalan permohonan SPP baru yang melewati batas waktu pembayaran sesuai ketentuan yang berlaku dan menagih denda keterlambatan kepada wajib bayar yang terlambat melunasi tagihan dan menyetorkan hasilnya ke Kas Negara serta menyampaikan copy bukti setor ke BPK.

3. Menagih denda keterlambatan dan menyetorkannya ke Kas Negara dan menyampaikan copy bukti setor ke BPK serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pembayaran sewa.

4. Menerapkan dengan tegas sanksi denda keterlambatan yang diatur dalam kontrak, menagih denda keterlambatan dan kelebihan pembayaran, menyetorkannya ke Kas Negara dan menyampaikan copy bukti setor ke BPK, meningkatkan kecermatan dan ketelitian baik dalam membuat perjanjian kerja sama/kontrak maupun dalam menyiapkan pembayaran atas tagihan, meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pembuatan perjanjian kerja sama, amandemen dan pembayaran, mengoptimalkan peran Tim Pengawas.

5. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan menggalakkan sosialisasi kegiatan dengan cara yang efisien dan efektif, mengoptimalkan peran Tim Pengawas dan memanfaatkan hasil Pekerjaan Pendampingan seperti Pengukuran Kinerja yang telah dilaksanakan oleh pihak ketiga untuk memperbaiki, dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

6. Menagih kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara dan menyampaikan copy bukti setor ke BPK, mengklarifikasi dan menegosiasi dengan cermat atas biaya pekerjaan, dan meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

7. Mengklarifikasi dan menegosiasi dengan cermat biaya pekerjaan, dan meningkatkan pengendalian dan pengawasan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa, meminta pelaksana pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum diselesaikannya, meningkatkan kecermatan dalam memeriksa dan menerima hasil pekerjaan, dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan dan pembayaran pekerjaan.

8. Meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam mengevaluasi harga serta memedomani Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa secara lebih tegas, meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Page 95: LK Kemkominfo 2009
Page 96: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 6 dari 66

BAB 1 HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Hasil pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Kemkominfo Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1.1 Pendapatan Negara dan Hibah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengelola beberapa

jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Jenis-jenis itu meliputi penerimaan yang berasal dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi, Penyelenggaraan Penyiaran, Jasa Sewa Sarana dan Prasarana, dan Jasa Pendidikan dan Pelatihan. Penerimaan dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) melalui Direktorat Telekomunikasi dan Informatika (Dittel), Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Ditfrek), Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) dan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP). Penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (Ditjen SKDI). Kemkominfo melaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) per 31 Desember 2009 jumlah PNBP sebesar Rp10.063.665.417.602,00.

1.1.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO) Belum Dipungut Sebesar Rp15.821,07 Juta Realisasi PNBP Kemkominfo Tahun 2009 sebesar Rp10.063.665.417.602,00

sebagian besar berasal dari Ditjen Postel yaitu sebesar Rp10.050.548.415.799,00. Ditjen Postel mengelola PNBP antara lain Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi (BHP Tel) dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO). Pengelolaan pemungutan BHP Tel dilaksanakan oleh Dittel dan pemungutan KKPU/USO dilaksanakan oleh BTIP. Dittel melaporkan PNBP BHP Tel tahun 2009 sebesar Rp644.619.475.963,00 dan BTIP melaporkan PNBP KKPU/USO tahun 2009 sebesar Rp1.107.276.107.437,00. Jumlah wajib bayar BHP Tel dan KKPU/USO adalah sebanyak 265 operator.

Setiap penyelenggara telekomunikasi yang telah mendapatkan ijin penyelenggaraan wajib membayar BHP Tel dan KKPU/USO. Dasar perhitungan pembayaran BHP Tel dan KKPU/USO adalah berdasarkan Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik atau dokumen pendukung lainnya yang sah dan dianggap setara. Tarif pemungutan PNBP atas BHP Tel dan KKPU adalah sebagai berikut :

No. Jenis PNBP Tarif 2009 Tarif 2010 Dasar Perhitungan 1. BHP Tel 1% 0,5% (Pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi

pertahun buku) – (unsur pengurang per tahun buku) 2. KKPU 0.75% 1,25% (Pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi

pertahun buku) – (unsur pengurang per tahun buku)

Page 97: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 7 dari 66

Unsur yang dapat dikurangkan meliputi: a. Piutang yang tidak tertagih dari penyelenggaraan telekomunikasi. b. Piutang yang tidak tertagih sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan piutang

yang nyata-nyata tidak dapat tertagih. c. Pendapatan yang diterima oleh Penyelenggara Telekomunikasi yang merupakan hak

dari pihak lain. Penyelenggara telekomunikasi dapat membayar BHP Tel dan KKPU per triwulan

(khusus BHP Tel) atau per semester atau per tahun. Pembayarannya paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Bagi penyelenggara telekomunikasi dengan laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik tetapi belum menyelesaikan laporan audit sampai dengan batas akhir pembayaran, wajib menghitung BHP Tel dan KKPU berdasarkan jumlah pendapatan kotor yang tercantum dalam laporan keuangan yang belum diaudit. Dalam hal rekalkulasi BHP Tel yang dibayarkan tersebut kurang dari besaran yang dihitung berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, penyelenggara telekomunikasi wajib membayar kekurangannya selambat-lambatnya satu bulan setelah tanggal laporan audit diterbitkan.

Apabila pembayaran PNBP yang terutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, wajib bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% per bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh. Perhitungan kewajiban pembayaran dilaksanakan secara Self Assessment oleh masing-masing wajib bayar. Ditjen Postel dapat mencocokkan dan meneliti untuk menguji akurasi hasil perhitungan wajib bayar. Hasil pencocokan dan penelitian kemudian dituangkan dalam Berita Acara Pencocokan dan Penelitian.

Penelusuran lebih lanjut atas kegiatan pencocokan dan penelitian menginformasikan hal-hal sebagai berikut: a. Selama tahun 2009, Dittel dan BTIP telah melakukan kegiatan pencocokan dan

penelitian masing-masing sebagai berikut: Unit kerja

Jumlah Coklit

Jumlah Waba

Nilai PNBP coklit (Rp)

Total PNBP (Rp) %

1 2 3 4 5 6 = 4/5 Dittel 3 265 181.656.811.099,00 644.619.475.963,00 28,18 BTIP 4 265 384.261.661,00 1.107.276.107.437,00 0,03

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pencocokan dan penelitian sangat jarang dilakukan. Mengingat perhitungan kewajiban pembayaran BHP Tel dan KKPU dilaksanakan secara Self Assessment oleh masing-masing wajib bayar, kegiatan pencocokan dan penelitian sangat diperlukan untuk menguji akurasi hasil perhitungan dari wajib bayar.

b. Secara uji petik, BPK mengecek perhitungan penetapan BHP Tel dan KKPU/USO yang belum dicocokkan dan diteliti oleh Dittel dan BTIP. Dari Daftar Penerimaan PNBP Tahun 2009 pada Dittel dan BTIP diketahui wajib bayar PT MT belum melaksanakan kewajiban membayar BHP Tel dan KKPU/USO sampai Tahun Anggaran 2009 berakhir. BTIP telah mengirim surat peringatan pembayaran KKPU pada 3 Maret 2009. Namun sampai Tahun Anggaran 2009 berakhir PT MT belum melunasi tagihan KKPU dan PT MT tidak menyampaikan Laporan Keuangan 2008 kepada BTIP. BPK menghitung jumlah kewajiban KKPU menggunakan Laporan Keuangan Konsolidasian PT MT tahun 2008. Hasil perhitungan menunjukkan jumlah kewajiban KKPU sebesar Rp5.432.032.131,00. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, 28 April

Page 98: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 8 dari 66

2010, PT MT belum juga melunasi kewajiban KKPU untuk Tahun Buku 2008 sebesar Rp5.432.032.131,00 atau terlambat selama 13 bulan (1 April 2009 s.d. 28 April 2010). Sanksi denda yang dapat dikenakan adalah minimal sebesar Rp1.412.328.354,00 (2% x Rp5.432.032.131,00 x 13 bulan). Nilai denda tersebut merupakan nilai minimal karena Pihak BTIP harus menghitung denda keterlambatan sampai dengan tanggal pelunasan/pembayaran. Hasil konfirmasi kepada pengelola PNBP BHP Tel pada Dittel menunjukkan bahwa PT MT telah membayar BHP Tel untuk Tahun Buku 2008 pada 25 Februari 2010 sebesar Rp7.242.709.508,00. Namun Dittel belum mengenakan sanksi denda keterlambatan pembayaran BHP Tel tahun buku 2008 terhadap PT MT selama 11 bulan (1 April 2009 s.d. 25 Februari 2010). Sanksi denda yang seharusnya dikenakan adalah sebesar Rp1.593.396.092,00 (2% x Rp7.242.709.508,00 x 11 bulan). Dengan demikian untuk Tahun Buku 2008, PT MT masih mempunyai kewajiban membayar KKPU dan sanksi denda keterlambatan dari pembayaran BHP Tel dan KKPU minimal sebesar Rp8.437.756.577,00. Selain itu, pada TA 2009 Dittel maupun BTIP tidak menerbitkan surat tagihan kepada PT MT sehingga nilai tagihan tidak tercatat sebagai Piutang PNBP di Neraca Ditjen Postel Kemkominfo per 31 Desember 2009. Selanjutnya, dari Daftar Penerimaan PNBP Tahun 2010 bulan April 2010 pada Dittel dan BTIP diketahui bahwa PT MT belum membayar BHP Tel dan KKPU/USO Tahun Buku 2009. PT MT sebagai wajib bayar wajib membayar BHP Tel dan KKPU/USO paling lambat tanggal 31 Maret 2010. Laporan audit atas Laporan Keuangan Konsolidasian Tahun 2009 telah diterbitkan oleh Kantor Akuntan Publik per tanggal 30 Maret 2010 dan telah dipublikasikan di website resmi perusahaan (official website). Dengan menggunakan Laporan Keuangan Tahun 2009 PT MT yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik pada 30 Maret 2010 dan telah dipublikasikan di website resmi perusahaan (official website), BPK menghitung jumlah kewajiban BHP Tel dan KKPU/USO Tahun 2009 beserta sanksi denda keterlambatan yang harus dilunasi oleh PT MT yaitu minimal sebesar Rp6.341.612.547,00. Dittel maupun BTIP belum menerbitkan surat tagihan kepada PT MT terhadap kewajiban PT MT tersebut. Dalam hal ini, BPK menghitung nilai denda keterlambatan sampai dengan tanggal pemeriksaan berakhir sehingga nilai denda merupakan denda minimal. Pada saat PT MT membayar kewajiban ini, BHP Tel dan KKPU harus menghitung nilai denda keterlambatan sampai dengan kapan kewajiban yang tertunggak dilunasi oleh wajib bayar. Rincian perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT MT Tahun 2009 beserta sanksi denda keterlambatan untuk Tahun Buku 2008 dan Tahun Buku 2009 dapat dilihat pada Lampiran 1.

c. Secara uji petik, BPK mengecek perhitungan penetapan BHP Tel dan KKPU/USO wajib bayar yang sudah dicocokkan dan diteliti oleh Dittel dan BTIP. Berdasarkan perhitungan self assessment PT TS dan perhitungan pencocokan dan penelitian oleh petugas Ditjen Postel diketahui bahwa PT TS telah melunasi seluruh kewajiban BHP Tel Tahun 2007 dengan total perhitungan BHP Tel sebesar Rp365.689.029.509,00. Namun demikian, pada perhitungan tersebut terdapat salah satu unsur pengurang pendapatan berupa cadangan piutang tak tertagih yang tidak diperkenankan menjadi

Page 99: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 9 dari 66

unsur pengurang. Seharusnya unsur pengurang yang dapat diperhitungkan adalah piutang yang nyata-nyata tidak tertagih. BPK menghitung ulang Kewajiban BHP Tel dan KKPU dari PT TS Tahun Buku 2007 dan menemukan kurang bayar BHP Tel dan KKPU/USO PT TS beserta dendanya sebesar Rp498.173.106,00 dengan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2.

d. Selain itu dari pemeriksaan dokumen diketahui bahwa salah satu wajib bayar yaitu PT BT telah melunasi kewajiban BHP Tel dan KKPU untuk tahun 2008 dan 2009. Namun pembayaran tersebut melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan yakni tanggal 31 Maret sehingga PT BT seharusnya dikenakan denda keterlambatan masing-masing Tahun Buku 2008 dan 2009 sebesar Rp223.000.002,00 dan Rp320.526.328,00. Perhitungan kewajiban PT BT dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika yakni pada lampiran tabel tarif berbunyi sebagai berikut: 1) ”Pungutan Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi adalah 0,50% dari

pendapatan kotor penyelenggaraan telekomunikasi per tahun buku. 2) Kontibusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi/Universal Service

Obligation (USO) adalah 1,25% dari pendapatan kotor penyelenggaraan telekomunikasi per tahun buku”.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran PNBP Terutang yakni ketentuan yang tercantum pada Pasal 5 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh”.

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99 Tahun 2006 tentang Modul Penerimaan Negara pada Pasal 7 ayat (2) yang berbunyi: “Penetapan penerimaan perpajakan dan bukan pajak yang belum dan/atau sudah jatuh tempo tetapi belum disetor ke Rekening Kas Negara pada saat tanggal Neraca diakui sebagai piutang”.

d. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak dari pungutan Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi pada: 1) Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi: ”BHP Telekomunikasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dipungut sebesar 1% dari pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi per tahun buku”.

2) Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi: ”Pelaksanaan pembayaran atas pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan per triwulan, per semester atau per tahun paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya”.

3) Pasal 6 ayat (1) yang berbunyi: ”Bagi penyelenggara telekomunikasi yang laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik dan belum menyelesaikan laporan audit sampai dengan batas akhir pembayaran BHP Telekomunikasi sebagaimana ketentuan dalam Pasal 3 ayat (2), wajib membayar sebesar jumlah pendapatan kotor yang tercantum dalam laporan keuangan yang belum diaudit”.

Page 100: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 10 dari 66

e. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 15/PER/M.KOMINFO/ 9/2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak dari KKPU/USO pada: 1) Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi: ”KKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

dipungut sebesar 0,75% dari pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi per tahun buku”.

2) Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi: ”Pelaksanaan pembayaran atas pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan per triwulan, per semester atau per tahun”.

3) Pasal 3 ayat (3) yang berbunyi: ”Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 31 Maret tahun berikutnya”.

4) Pasal 5 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa pendapatan kotor dapat dikurangi unsur yang dapat dikurangkan meliputi antara lain: a) Piutang yang tidak tertagih dari penyelenggaraan telekomunikasi. b) Piutang tak tertagih tersebut merupakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat

ditagih. c) Pendapatan yang diterima oleh Penyelenggara Telekomunikasi yang

merupakan hak dari pihak lain. f. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Nomor: 05/PER/M.KOMINFO/2/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari KKPU/USO pada: i. Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi: ”Untuk keperluan perhitungan besarnya

pembayaran KKPU, BTIP PPK-BLU melaksanakan pencocokan dan penelitian setiap tahun berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan”.

ii. Pasal 5 ayat (3) yang berbunyi: ”Dalam hal penyelenggara telekomunikasi merupakan perusahaan terbuka, pencocokan dan penelitian dilaksanakan berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik”. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kekurangan PNBP pada Dittel dan BTIP

dari tiga operator sebesar Rp15.821.068.560,00 (Rp8.437.756.577,00 + Rp6.341.612.547,00 + Rp498.173.106,00 + Rp223.000.002,00 + Rp320.526.328,00) dan nilai Piutang PNBP disajikan kurang dari nilai wajarnya.

Kondisi ini terjadi karena:

a. Direktorat Telekomunikasi dan BTIP tidak melaksanakan kegiatan pencocokan dan penelitian dengan tertib dan tidak tegas dalam menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan.

b. Kurangnya kesadaran operator telekomunikasi sebagai wajib bayar untuk segera melunasi kewajibannya.

c. Kekurangcermatan petugas pencocokan dan penelitian. Kemkominfo menjelaskan kondisi yang disampaikan BPK terhadap kegiatan

pencocokan dan penelitian yang sangat jarang dilaksanakan adalah benar hal ini mengingat Ditjen Postel mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu PM 05 Tahun 2007, bahwa pada dasarnya perhitungan pembayaran KKPU berdasarkan Self Assesment. Untuk selanjutnya kegiatan pencocokan dan penelitian akan ditingkatkan. Untuk adanya kurang

Page 101: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 11 dari 66

bayar dan denda keterlambatan, kondisi ini juga diakui, selanjutnya Ditjen postel akan mengoordinasikan dengan para wajib bayar dan menerbitkan surat penagihan.

BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika

(Menkominfo) agar: a. Segera menagih PNBP berupa kurang bayar dan denda kepada tiga operator. b. Meningkatkan kecermatan dan ketertiban dalam melaksanakan kegiatan pencocokan

dan penelitian. c. Menyosialisasikan dan memberlakukan ketentuan-ketentuan tentang PNBP kepada

para wajib bayar secara tegas, termasuk pengenaan sanksi denda.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen Postel agar Kepala BTIP: a. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada ketiga operator

pelaksana mengenai kekurangan bayar dan denda keterlambatan. b. Meningkatkan efektivitas pengendalian melalui pembentukan SPI, menambah jumlah

SDM untuk tugas pencocokan dan penelitian. c. Menyosialisasikan ketentuan tentang PNBP termasuk sanksi denda kepada para wajib

bayar baik secara tertulis maupun melalui pertemuan.

1.1.2 Direktorat Frekuensi Ditjen Postel Belum Menagih PNBP dari Denda Keterlambatan Sebesar Rp8.900,45 Juta LRA Kemkominfo TA 2009 menyajikan PNBP sebesar

Rp10.063.665.417.602,00. PNBP tersebut sebagian besar berasal dari salah satu jenis PNBP di lingkungan Kantor Pusat Ditjen Postel yaitu Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio (BHP Frek) dengan total penerimaan sebesar Rp8.109.402.315.925,00. BHP Frek adalah kewajiban yang harus dibayar oleh setiap pengguna frekuensi radio. Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio wajib mendapatkan izin menteri dalam bentuk Izin Stasiun Radio (ISR) pita spektrum frekuensi radio dan atau ISR kanal spektrum frekuensi radio. Pemohon izin spektrum frekuensi radio yang telah mendapatkan penetapan pita frekuensi radio oleh menteri wajib membayar BHP Frek sesuai Surat Pemberitahuan Pembayaran (SPP) yang diterbitkan oleh Ditjen Postel sesuai ketentuan yang berlaku. BHP Frek dibayar di muka untuk masa penggunaan satu tahun. Jika pemohon ISR telah membayar BHP Frek maka Ditjen Postel dapat menerbitkan ISR atas nama pemohon. ISR dapat diperpanjang setiap tahun. BHP Frek atas ISR perpanjangan juga dibayar di muka untuk masa penggunaan satu tahun.

Menurut ketentuan, Ditjen Postel akan membatalkan permohonan SPP baru yang melewati batas waktu pembayaran dan mencabut ISR yang melewati batas waktu pembayaran perpanjangan ISR. Pemegang ISR yang terlambat dan atau kurang membayar BHP Frek akan dikenakan sanksi berupa denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan ISR dan PNBP BHP Frek dilakukan di dalam Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF).

Page 102: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 12 dari 66

Penelusuran atas data SPP yang diterbitkan pada SIMF, menunjukkan sebagai berikut: a. Ditjen Postel tidak membatalkan permohonan SPP baru yang melewati batas waktu

pembayaran dan tidak mencabut ISR yang melewati batas waktu pembayaran perpanjangan ISR. Seharusnya untuk pemohon ISR status baru yang telah mendapatkan persetujuan penetapan frekuensi radio, Direktur Jenderal Postel menerbitkan SPP BHP spektrum frekuensi radio yang berlaku 30 hari kerja sejak tanggal pengiriman SPP. Selama jangka waktu tersebut, pemohon harus membayarnya dan bila batas waktu tersebut terlampaui, maka permohonan ISR dibatalkan.

b. BPK menemukan sejumlah 151 SPP ISR Perpanjangan yang melewati tanggal jatuh tempo pembayaran. Ditjen Postel tidak menagih denda keterlambatan pembayaran perpanjangan ISR di Tahun 2009 sebanyak 136 SPP dari 151 SPP , dengan total nilai denda sebesar Rp8.900.448.982,44. Rincian dapat dilihat pada lampiran 3. Selain itu, Ditjen postel belum dapat memberikan penjelasan secara memadai mengenai 15 SPP sisanya yang telah lewat jatuh tempo dan tidak dikenakan denda keterlambatan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran PNBP Terutang yakni ketentuan yang tercantum pada Pasal 5 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh”.

b. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 19/PER.KOMINFO/10/2005 yakni ketentuan sebagai berikut: Pasal 5 ayat (1) : “Bagi pemohon ISR baru yang telah mendapatkan persetujuan

penetapan frekuensi radio, Direktur Jenderal menerbitkan SPP BHP spektrum frekuensi radio sebagaimana contoh dalam Lampiran III Peraturan ini.

Pasal 5 ayat (2) : “SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengiriman.

Pasal 5 ayat (3) : “Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlampaui, maka permohonan ISR dibatalkan.

c. Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor: 134/DIRJEN/2008 pada Pasal 10 yang berbunyi: “Pemegang izin pita frekuensi radio dan atau ISR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terlambat dan atau kurang pembayaran BHP untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio dikenakan sanksi berupa denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.

Kondisi tersebut mengakibatkan terdapat risiko hilangnya Penerimaan Negara

Bukan Pajak dari denda keterlambatan Perpanjangan ISR yang belum ditagih dengan nilai total Rp8.900.448.982,44.

Kondisi tersebut disebabkan Ditjen Postel tidak tegas dalam menerapkan

ketentuan sanksi denda keterlambatan dan/atau pembatalan permohonan SPP baru yang melewati batas waktu pembayaran.

Page 103: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 13 dari 66

Kemkominfo menjelaskan adanya denda keterlambatan memang diakui, dan selanjutnya Ditfrek akan menagihkan potensi PNBP yang dimaksud ke tiap pengguna frekuensi radio.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar: a. Menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan pembayaran dan/atau pembatalan

permohonan SPP baru yang melewati batas waktu pembayaran sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Menagih denda keterlambatan kepada wajib bayar yang terlambat melunasi tagihan dan menyetorkan hasilnya ke Kas Negara. Copy bukti setor disampaikan kepada BPK.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar Difrek: a. Menerapkan sanksi denda secara tegas sesuai ketentuan yang berlaku. b. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada wajib bayar yang

terlambat melunasi pembayaran dan denda keterlambatan.

1.1.3 Denda Keterlambatan Pembayaran Sewa Gedung Belum Dipungut dan Pendapatan Jasa Giro Terlambat Disetor ke Kas Negara

a. Denda Keterlambatan Pembayaran Sewa Gedung Belum Dipungut Sebesar Rp9,06 Juta

Kemkominfo mengelola Barang Milik Negara, salah satu diantaranya adalah Gedung Diklat Lembaga Informasi Nasional Kebon Jeruk yang beralamat di Jalan Raya Kelapa Dua No. 49 D Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pada Tahun Anggaran 2009, Sekretaris Jenderal Kemkominfo mengadakan perikatan Perjanjian Tambahan (Addendum) III Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kemenkominfo di Kebon Jeruk Jakarta Barat dengan PT NHHB sesuai Perjanjian Nomor: 03/SJ/KOMINFO/1/2009 tanggal 14 Januari 2009. Perjanjian tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Induk dengan Nomor: 23A/KL/I/2005 dan 16/I/2005/PRO tanggal 14 Januari 2009 mengenai Perjanjian Gedung Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Lembaga Informasi Nasional di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Pada Perjanjian Sewa Menyewa telah disepakati harga sewa sebesar Rp1.133.001.000,00 dan akan dibayarkan selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak Perjanjian Tambahan (Addendum) III tersebut ditandatangani atau tanggal 4 Februari 2009. Namun, penyewa gedung menyetorkan sewa gedung tersebut langsung ke Kas Negara pada tanggal 12 Februari 2009 sesuai Surat Setoran Bukan Pajak nya. Dengan demikian, telah terjadi keterlambatan pembayaran selama delapan hari dan pihak penyewa belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp9.064.008,00 (8 x 1‰ x Rp1.133.001.000,00).

Page 104: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 14 dari 66

b. Pendapatan Jasa Giro dari Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Balai Monitor) Kelas II Kupang Terlambat Disetor ke Kas Negara Sebesar Rp2,21 Juta

Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II (Balai Monitor) Kupang memperoleh DIPA untuk membiayai kegiatan sesuai dengan Tupoksi. Dalam rangka mengelola dan mencairkan dana tersebut Balai Monitor Kupang memiliki satu rekening pada Bank Mandiri yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 01/KEP/M.KOMINFO/1/2009 tanggal 5 Januari 2009.

Hasil pemeriksaan rekening koran Bendahara Pengeluaran menunjukkan terdapat pendapatan jasa giro dari bulan Januari s.d. Juli 2009 sebesar Rp2.205.174,37 belum disetor ke Kas Negara.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP, Pasal 4 menyatakan seluruh PNBP disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.

b. Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppes) Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 20 menyatakan antara lain bahwa orang atau badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan uang negara wajib menyetor seluruh penerimaan dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah, atau lembaga lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

c. Kesepakatan Perjanjian Induk dan telah diaddendum dengan Perjanjian Nomor 03/SJ/KOMINFO/1/2009 tanggal 14 Januari 2009 pada : 1) Pasal 3 poin (4) yang berbunyi ”Para Pihak sepakat untuk tahun kelima (Tahun

2009 yaitu dari tanggal 14 Januari 2009 s/d tanggal 14 Januari 2010) harga sewa dan fasilitas yang disewakan adalah sebesar Rp1.133.001.000,00 dan akan dibayarkan oleh Pihak Kedua selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Perjanjian Tambahan (Addendum) III ini ditandatangani”.

2) Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi ”Bilamana Pihak Kedua terlambat membayar harga sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 perjanjian ini, maka Pihak Kedua dikenakan denda sebesar 1‰ dari harga sewa untuk setiap hari keterlambatan, maksimal 5% dari harga sewa”. Kondisi tersebut mengakibatkan penerimaan sanksi denda sebesar

Rp9.064.008,00 dari NHHB belum diterima negara dan penerimaan negara TA 2009 berupa jasa giro terlambat diterima Kas Negara sebesar Rp2.205.174,37.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

a. Sekretaris Jenderal Kemkominfo tidak tegas menerapkan sanksi denda keterlambatan penyetoran PNBP.

b. Bendahara Pengeluaran Balai Monitor Kupang tidak mengingatkan pihak bank supaya menyetorkan jasa giro secara tepat waktu.

Page 105: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 15 dari 66

Biro Umum menyatakan akan menindaklanjuti temuan BPK kepada pimpinan PT NHHB dan Balai Monitor Kupang telah menindaklanjuti dengan meminta Bank Mandiri menyetorkan jasa giro sebesar Rp2.205.174,37 ke rekening Kas Negara pada 5 Januari 2010.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Menarik denda keterlambatan sebesar Rp11.269.182,37 dan menyetorkannya ke Kas Negara. Copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK.

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pembayaran sewa.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Kepala Biro Umum agar meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap penyewaan gedung pusdiklat. Kepala Biro Umum telah menindaklanjuti dengan menarik denda keterlambatan pembayaran sebesar Rp9.064.008,00 dan telah menyetorkan ke Kas Negara sesuai SSBP tanggal 29 Juni 2010 untuk keperluan pendapatan denda atas kekurangan keterlambatan penyetoran penerimaan negara. Kepala Balai Monitor Kupang telah menindaklanjuti dengan menyetorkan pendapatan jasa giro ke Kas Negara sebesar Rp2.205.174,37 pada 5 Januari 2010

Page 106: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 16 dari 66

1.2. Belanja

1.2.1. Pelaksana Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Tidak Dapat Memenuhi Target Pekerjaan Tahap Pra Operasional

Pada Tahun Anggaran 2009 BTIP Ditjen Postel Kemkominfo mengadakan tujuh paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan yang dialokasikan pada sebelas Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) di seluruh Indonesia. Total penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika adalah sebanyak 31.644 Satuan Sambungan Langsung (SSL) Teleponi dan 100 akses internet. Pelaksana pekerjaan ditentukan melalui pelelangan umum dengan evaluasi penawaran menggunakan metode Merit Point yang dimenangkan masing-masing oleh PT TS untuk Paket Pekerjaan 1,2,3,6, dan7, dan PT ICP untuk Paket Pekerjaan 4 dan 5.

Ruang lingkup Pekerjaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan adalah Penyediaan jaringan akses end-to-end yang memungkinkan terselenggaranya layanan telekomunikasi berupa: a. Menyediakan jaringan akses telekomunikasi, mengoperasikan, memelihara jaringan

dan layanan KPU telekomunikasi dengan kemampuan jaringan yang memungkinkan layanan teleponi, SMS dan jasa akses internet terselenggara secara bersamaan di desa-desa sebagaimana tercantum dalam kontrak.

b. Mengoperasikan layanan jasa teleponi (memanggil dan dipanggil) untuk seluruh SSL. c. Memberikan layanan SMS (mengirim dan menerima) untuk seluruh SSL.

Setiap paket pekerjaan dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu: a. Tahap pra operasional, merupakan tahap penyediaan infrastruktur akses

telekomunikasi dan informatika (deployment). b. Tahap operasional, merupakan tahap penyediaan jasa layanan akses telekomunikasi

dan informatika dengan spesifikasi teknis tertentu.

Rincian lokasi, jumlah SSL, jangka waktu pelaksanaan, target pekerjaan, nomor dan tanggal serta nilai Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk masing-masing paket dapat dilihat pada lampiran 4. a. Paket Pekerjaan 1,2,3,6, dan 7

Perjanjian Kerja Sama atas pekerjaan tersebut diamandemen dua kali pada 28 September 2009 dan 29 Desember 2009, yaitu: a. Amandemen I mengatur tata cara pembayaran yang ditentukan berdasar prestasi

pekerjaan, penambahan kategori kondisi kahar dan dokumen yang diperlukan untuk membuktikan keadaan kahar. Pada 21 Agustus 2009, PT TS sesuai dengan surat Nomor: 345/PD/00/VIII/2009 mengajukan permohonan pembahasan mengenai keterlambatan pengiriman 7.000 unit berupa Fix Wireless Telephone (FWT) yang sedianya akan digunakan sebagai handset pada titik-titik pemasangan fasilitas telephoni USO. Keterlambatan tersebut terjadi karena kapal yang mengangkut distribusi FWT dari pelabuhan Hongkong menghadapi masalah sehingga harus kembali ke pelabuhan untuk diperbaiki. Karena masalah tersebut distribusi FWT terlambat selama 24 hari (6 Juli 2009 s.d. 30 Juli 2009). Berdasar pada kondisi tersebut, BTIP mengadakan Rapat Pembahasan Force Majeure dan Realokasi Desa WPUT pada 14 September 2009. Salah satu hasil rapat adalah menambah butir 4) pada Pasal 2.6.1.a. SSUK tentang Keadaan Kahar (force majeure)

Page 107: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 17 dari 66

yaitu perang, pemberontakan, dan/atau perang saudara, kekacauan, kebakaran, dan/atau huru hara yang besar, bencana alam yang meliputi: banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah longsor, wabah penyakit, angin topan di luar WPUT, sepanjang mempengaruhi langsung keterlambatan proses penyediaan sarana dan prasarana jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan di (semua) Paket Pekerjaan yang dibuktikan dengan pernyataan resmi instansi, pemerintah, terkait atau stakeholder terkait.

b. Amandemen II mengatur penambahan harga kontrak termasuk PPN dan perubahan jangka waktu pekerjaan (pra operasional I menjadi s.d. 31 Januari 2010 sedangkan operasional I s.d. Maret 2014) karena ada tambahan lokasi dan realokasi. Jasa layanan diamandemen untuk mengakomodir realokasi berupa SSL teleponi dan akses internet beserta penambahan SSL teleponi dan akses internet.

Bendahara Pengeluaran BTIP telah membayar termin I kepada PT TS untuk paket 1,2,3,6, dan 7 dengan total sebesar Rp52.567.374.873,00 masing-masing sebesar Rp17.236.630.296,00, Rp8.050.093.959,00, Rp7.158.440.736,00, Rp8.972.409.537,00, dan Rp11.149.800.345,00 sesuai kuitansi Nomor: 967/T-119-BTIP/1109 tanggal 6 November 2009. Berdasarkan amandemen PKS ke 1, pembayaran ditentukan berdasar prestasi pekerjaan, dalam hal ini jumlah SSL yang telah terpasang sampai dengan tanggal 30 September 2009 yang merupakan akhir dari periode operasional I. Jumlah SSL terpasang yang diklaim dari pelaksana pekerjaan berdasarkan Call Detail Record (CDR) yang disampaikan PT TS kepada BTIP kemudian dievaluasi oleh pihak BTIP. Jumlah SSL terpasang yang direkonsiliasi oleh kedua belah pihak, BTIP dan TS, menjadi dasar pembayaran termin I tersebut, yaitu total sebanyak 13.541 SSL.

Namun analisis data list desa USO yang merupakan extract dari Call Detail Record (CDR) menunjukkan kondisi sebagai berikut: a. Lima belas SSL ditempatkan pada lokasi yang tidak sesuai dengan Perdirjen Postel

Nomor: 247/DIRJEN/2008 tanggal 10 Oktober 2008 dan Perdirjen Postel Nomor: 260/DIRJEN/2009 tanggal 9 Desember 2009.

b. Dua SSL ditempatkan pada satu desa. Hal ini terjadi pada Desa Kota Padang Bengkulu dan Desa Pulau Panggung Sumatera Selatan.

Dengan demikian total prestasi pencapaian target tahap Pra Operasional I PT TS adalah sebanyak 13.524 SSL (13.451 SSL–15 SSL-2 SSL) yang dapat dirinci sebagai berikut:

Paket Total SSL sesuai PKS

Target SSL Realisasi SSL SSL Belum Terpenuhi Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah

Paket 1 8.115 85% 6.898 53% 4.295 32% 2.602 Paket 2 5.197 80% 4.158 41% 2.126 39% 2.021 Paket 3 3.797 75% 2.848 31% 1.194 44% 1.654 Paket 6 2.368 85% 2.013 68% 1.596 17% 414 Paket 7 4.574 100% 4.574 94% 4.313 6% 259

24.051 20.491 13.524 6.967

Pencapaian tersebut dalam tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu paket pun yang memenuhi target pra operasional I pada 30 September 2009.

Sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 28 April 2010, pihak BTIP belum selesai menentukan prestasi deployment SSL untuk Pra Operasional II secara penuh. Data prestasi deployment yang dapat dianalisis adalah extract data CDR yang diterima sampai dengan tanggal 16 Maret 2010. Hasil analisis menunjukkan sebagai berikut: a. PT TS menyelesaikan target deployment Pra Operasional I pada 27 Januari 2010

sejumlah 20.491 SSL, yang seharusnya berakhir pada 30 September 2009. Pada tanggal 30 September 2009 PT TS baru menyelesaikan sebanyak 13.524 SSL atau

Page 108: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 18 dari 66

sejumlah 6.967 SSL terlambat dipasang. Dari 6.967 SSL tersebut, sebanyak 448 SSL berhasil diselesaikan pada periode 24 hari tambahan sebagai akibat terjadinya kondisi kahar sehingga denda hanya dikenakan terhadap 6.519 SSL dengan lama keterlambatan berkisar antara 1 s.d. 119 hari.

b. Pada Tahap Pra Operasional II PT TS seharusnya menyelesaikan deployment 3.066 SSL yang berakhir pada 31 Desember 2009. Namun sampai dengan tanggal 16 Maret 2010, PT TS hanya dapat menyelesaikan target Pra Operasional II untuk Paket I sejumlah 1.147 SSL pada 22 Februari 2010 atau terlambat berkisar antara 1 s.d. 53 hari. Untuk 3 Paket lainnya (Paket 2, Paket 3, dan Paket 6) PT TS belum dapat memenuhi target Pra Operasional II. Prestasi pekerjaan tahap Pra Operasional II yang dapat diketahui sampai dengan 16 Maret 2010 untuk Paket 2, Paket 3, dan Paket 6 berjumlah 1.398 SSL dengan keterlambatan berkisar 1 s.d. 75 hari. Sisa target Pra Operasional sejumlah 1.668 SSL belum diketahui kapan terpasang atau berapa hari terlambat sehingga denda keterlambatan belum dapat dihitung.

c. PT TS juga belum dapat memenuhi target realokasi dan tambahan SSL yang seharusnya ditargetkan tercapai pada 31 Januari 2010 dan 28 Februari 2010. Sampai dengan tanggal 16 Maret 2010, pembangunan untuk tahap realokasi baru dilakukan sebanyak 68 SSL untuk Paket I dengan keterlambatan berkisar antara 22 hari s.d. 44 hari.

Pengenaan sanksi denda keterlambatan diatur Pada PKS bab Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) yaitu sebesar 1/1000 (satu per mil) dari nilai bagian pekerjaan yang belum diselesaikan per hari. Dalam hal ini, PT TS yang telah terlambat dalam penyelesaian pekerjaan deployment harus dikenakan denda sebesar Rp30.462.589.134,66 dengan rincian: a. Pra Operasional I, sebesar Rp21.840.522.088,29 atas 6.519 SSL dengan lama

keterlambatan berkisar antara 1 s.d. 119 hari. b. Pra Operasional II, sebesar Rp8.482.308.307,28 atas 2.545 SSL (1.147 SSL +

1.398 SSL) dengan keterlambatan berkisar 1 s.d. 75 hari. c. Sebesar Rp139.758.739,08 atas 68 SSL yang merupakan bagian dari realokasi

untuk Paket I dengan keterlambatan berkisar antara 22 hari s.d. 44 hari. BPK menghitung keterlambatan untuk masing-masing SSL sampai dengan SSL terpasang. BPK belum dapat menghitung keterlambatan untuk SSL yang belum diketahui waktu terpasangnya (deployment). Rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5.

b. Paket Pekerjaan 4 dan 5 Bendahara Pengeluaran BTIP telah membayar uang muka untuk pekerjaan Paket

4 dan Paket 5 tersebut kepada PT ICP pada 24 Agustus 2009, sesuai kuitansi Nomor: 2408/01/2879 sebesar Rp16.467.632.281,00 dan Nomor: 2408/01/2880 sebesar Rp27.338.407.233,00.

Pada Periode Pra Operasional I Penyedia Jasa Wajib menyediakan infrastruktur akses telekomunikasi dan informatika perdesaan minimal 10% desa yang menjadi kewajibannya paling lambat 31 Desember 2009 (Paket 4) dan 31 Maret 2010 (Paket 5) untuk siap Uji Laik Operasi (ULO). ULO adalah pengujian teknis yang dilakukan oleh lembaga yang telah diakreditasi atau tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Postel

Page 109: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 19 dari 66

(Dirjen Postel) dengan tugas melaksanakan proses pengujian sistem secara teknis dan operasional.

Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan kedua paket tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Sampai dengan akhir pekerjaan lapangan pemeriksaan ini, 28 April 2010, diketahui

bahwa pelaksana pekerjaan belum sepenuhnya memenuhi target kewajiban Pra Operasional I yaitu pemasangan USO sebesar 10% dari seluruh desa yang ditargetkan. PT ICP telah memasang fisik SSL sebagai berikut:

Paket Total SSL sesuai PKS

Target SSL Pra Operasional I

Realisasi SSL Pra Operasional I

SSL Belum Terpenuhi Pra Operasional I

Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Paket 4 4.758 10% 476 100% 476 32% 0

Paket 5 3.015 10% 302 95% 287 39% 15 7.773 778 763 15

Namun demikian, prestasi tersebut tidak dapat diakui selesai karena sambungan telepon yang terpasang belum dapat melakukan panggilan telepon ke luar jaringan (masih intra jaringan) atau berstatus on net. Tahap Pra Operasional dinyatakan selesai jika SSL yang terpasang sudah berstatus off net yaitu dapat melakukan panggilan telepon lokal, interlokal, dan internasional.

b. PT ICP belum memenuhi persyaratan ULO oleh Dirjen Postel. PT ICP bahkan belum memenuhi Pekerjaan Persiapan ULO yaitu: 1) Belum dapat mengoperasikan layanan jasa voice teleponi (memanggil dan

dipanggil) untuk seluruh SSL; 2) Belum dapat memberikan layanan SMS (mengirim dan menerima) untuk seluruh

SSL. c. PT ICP tidak dapat memasuki tahapan selanjutnya yaitu Tahap Operasional karena PT

ICP belum memenuhi persyaratan ULO. Dengan demikian dalam penyelesaian Tahap Periode Pra Operasional I PT ICP

telah terlambat minimal 118 hari (31 Desember 2009 s.d. 28 April 2010) dan harus dikenakan denda minimal sebesar Rp3.238.634.349,00 (Rp274.460.538.027,00 X 10% X 1‰ X 118 hari) untuk Pekerjaan Paket 4, dan terlambat minimal 28 hari (31 Maret s.d 28 April 2010) dan harus dikenakan denda minimal sebesar Rp1.275.792.338,00 (Rp455.640.120.561,00 x 10% x 1‰ x 28 hari) untuk Paket 5. Total denda keterlambatan PT ICP s.d. 28 April 2010 adalah sebesar Rp4.514.426.686,00 (Rp3.238.634.349,00 + Rp1.275.792.338,00). Selain tahapan pekerjaan Pra Operasional, tujuh PKS paket pekerjaan ini juga mengatur prestasi yang harus dipenuhi dalam tahap operasional. Jangka waktu tahap pekerjaan operasional dengan masa layanan 51 bulan seharusnya sudah dimulai paling lambat 1 Oktober 2009 dan 1 Januari 2010 untuk PT TS dan 1 April 2010 untuk PT ICP. Pelaksana pekerjaan memiliki kewajiban untuk melaksanakan layanan operasional mulai tanggal-tanggal tersebut. Namun pelaksana pekerjaan belum memenuhi target tersebut secara optimal, sehingga pelaksana pekerjaan seharusnya dikenakan sanksi berupa denda harian dan denda akumulasi terhadap SSL yang berstatus tidak aktif. Sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 28 April 2010, pihak BTIP belum selesai menentukan SSL-SSL yang berstatus tidak aktif, sehingga nilai denda untuk SSL yang tidak aktif selama akumulasi tujuh hari dalam sebulan dan denda jika terjadi akumulasi SSL tidak aktif selama 21 hari dalam periode triwulanan belum dapat dihitung.

Page 110: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 20 dari 66

Sebagai upaya mengawal pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan, BTIP mengadakan: a. Tim Pengawas yang bertugas untuk memeriksa setiap proses dan/atau hasil

pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada PPK. Hasil evaluasi Tim Pengawas antara lain mencakup pembayaran prestasi pekerjaan, pengenaan denda, dan/atau pemutusan kontrak. Dirjen Postel telah membentuk Tim Pengawas Internal Ditjen Postel yang terdiri dari 55 personil berdasarkan Keputusan Dirjen Postel Nomor: 217/DIRJEN/2009 tanggal 11 September 2009.

b. Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Kontribusi Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KPU/USO) dengan total nilai Rp5.968.833.500,00 yang terbagi dalam tiga paket pekerjaan. Ketiga paket tersebut yaitu Paket 1 pada Wilayah Sumatera dan Kalimantan, Paket 2 pada Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT, dan Paket 3 Wilayah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat dan Papua. Pekerjaan Pengukuran Kinerja tersebut diadakan antara lain untuk menilai kesiapan dan mengevaluasi pelaksanaan Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

Walaupun telah dikawal oleh dua kegiatan tersebut pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Presiden RI (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Pasal 12: 1) Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip hemat, tidak

mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, serta fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah, mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.

2) Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

b. Surat Perjanjian Kerjasama (PKS) Nomor: 03/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal 4 Februari 2009, Nomor: 01/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 tanggal 16 Januari 2009, Nomor: 04/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal 4 Februari 2009, Nomor: 05/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal 4 Februari 2009, Nomor: 02/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 tanggal 16 Januari 2009, Nomor: 6/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 tanggal 16 Juli 2009 dan Nomor: 7/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 tanggal 16 Juli 2009, beserta addendum-addendumnya, yaitu pada:

1) Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) Nomor 7.2.1: Dalam hal Penyedia Jasa Terlambat dalam pemenuhan pekerjaan pada tahap pekerjaan Pra Operasional sebagaimana dimaksud dalam SSKK karena kesalahan atau kelalaian Penyedia Jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu per mil) dari nilai bagian pekerjaan yang belum diselesaikan per hari;

2) Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) Nomor 7.2.2: Pengenaan denda terhadap Status tidak Aktif Layanan:

Page 111: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 21 dari 66

• Apabila suatu SSL tidak aktif selama akumulasi tujuh hari dalam sebulan akan dikenakan denda harian dengan formula sebagai berikut: Xi =biaya sewa bulanan desa i Oi = jumlah hari system mati di desa i Σ3% x Xi x (Oi-7)

• Jika terjadi akumulasi SSL tidak aktif selama 21 hari dalam periode triwulanan maka dikenakan denda sepuluh kali dari denda bulanan rata-rata dari periode triwulanan tersebut.

Kondisi tersebut mengakibatkan: a. Tertundanya pemanfaatan Jasa Akses Telekomunikasi Perdesaan oleh masyarakat di

lokasi pelayanan. b. Pelaksana pekerjaan belum dikenakan sanksi denda keterlambatan minimal sebesar

Rp34.837.257.081,57 dari PT TS dan PT ICP, masing-masing sebesar Rp30.322.830.395,57 (Rp21.840.522.088,29 + Rp8.482.308.307,28) dan PT ICP Rp4.514.426.686,00.

Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. PT TI tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan dalam kontrak. b. PT ICP belum memiliki Perjanjian Kerjasama dengan Penyelenggara Telekomunikasi

lainnya sehingga PT ICP tidak dapat melakukan interkoneksi antar operator serta tidak dapat memberikan layanan voice teleponi dan layanan SMS pada seluruh SSL KPU/USO.

c. Tim pengawas Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Kontribusi Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KPU/USO) - belum bekerja optimal dalam mengawal pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

Kemkominfo menjelaskan adanya ketidaktercapaian target dan denda keterlambatan memang diakui, namun masih keberatan atas perhitungan dan besarnya denda. Sampai dengan tanggal 21 Mei 2010, BTIP menyatakan masih akan mengelola data tambahan dari PT TS dan meminta waktu satu minggu lagi untuk menyelesaikannya. Namun sampai dengan 15 Juni 2010, BTIP tidak menyerahkan data dimaksud kepada BPK.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar: a. Segera menagih denda keterlambatan kepada PT TS dan PT ICP dan menyetorkannya

kepada Kas Negara, copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK. b. Lebih tegas dalam menerapkan sanksi denda keterlambatan yang diatur dalam PKS.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel

Page 112: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 22 dari 66

agar Kepala BTIP: a. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada PT TS dan PT

ICP mengenai kekurangan bayar dan denda keterlambatan. b. Menerapkan sanksi denda secara tegas sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2.2 Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp1.064,97 Juta dan Kelebihan Perhitungan Nilai Amandemen Kontrak Sebesar Rp2.353,49 Juta pada Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan

Pada Tahun Anggaran 2009 BTIP Ditjen Postel Kemkominfo mengadakan tujuh paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan yang dialokasikan pada sebelas Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) di seluruh Indonesia. Dua paket diantaranya adalah: a. Paket Pekerjaan 3 Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika

Perdesaan di Blok WPUT IV meliputi Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang tergabung dalam Blok WPUT V dan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Penyediaan jasa berupa 3.797 SSL Teleponi dan 12 akses internet.

b. Paket Pekerjaan 6 Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan di Blok WPUT X meliputi Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Penyediaan jasa berupa 2.368 SSL Teleponi dan 9 akses internet.

Pelaksana Paket Pekerjaan 3 dan 6 adalah PT TS sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada 4 Februari 2009 masing-masing Nomor: 04/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009-PKS.45/LG.05/PD-00/II/2009 senilai Rp365.898.864.682,00 dan Nomor: 05/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009-PKS.46/LG.05/PD-00/II/2009 senilai Rp209.042.257.717,00.

Berdasarkan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Nomor: 64/PL-USO/PAKET-3/BTIP-BLU/KOMINFO/1/2009 tanggal 9 Januari 2009, harga penawaran PT TS untuk paket 3 dapat dinegosiasi dari sebesar Rp387.111.075.240,00 menjadi sebesar Rp365.898.864.682,00, sehingga terdapat penurunan harga sebesar Rp21.212.210.558,00. Penurunan tersebut terutama karena penurunan pada harga satuan jasa akses teleponi dari Rp1.998.448,00 menjadi sekitar Rp1.888.907,00.

Sedangkan untuk paket 6 sesuai dengan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Nomor: 64/PL-USO/PAKET-6/BTIP-BLU/KOMINFO/1/2009 tanggal 9 Januari 2009, harga penawaran PT TS dapat dinegosiasi dari sebesar Rp225.975.214.866,00 menjadi sebesar Rp209.042.257.717,00, sehingga terdapat penurunan harga sebesar Rp16.932.957.149,00. Penurunan tersebut terutama karena penurunan pada harga satuan jasa akses teleponi dari Rp1.870.421,00 menjadi sekitar Rp1.730.210,00.

Perjanjian Kerja Sama pekerjaan tersebut diamandemen dua kali pada 28 September 2009 dan 29 Desember 2009, yaitu: a. Amandemen I mengatur tata cara pembayaran yang ditentukan berdasar prestasi

pekerjaan, penambahan katagori kondisi kahar dan dokumen yang diperlukan untuk membuktikan keadaan kahar.

b. Amandemen II mengatur penambahan harga kontrak termasuk PPN dan perubahan jangka waktu pekerjaan karena ada tambahan lokasi dan realokasi.

Page 113: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 23 dari 66

Bendahara Pengeluaran BTIP telah membayar termin I kepada PT TS untuk paket 3 dan paket 6 total sebesar Rp16.130.850.273,00, masing-masing sebesar Rp7.158.440.736,00 dan Rp8.972.409.537,00 sesuai kuitansi Nomor: 967/T-119-BTIP/1109 tanggal 6 November 2009. Berdasarkan amandemen PKS ke 1, pembayaran ditentukan berdasar prestasi pekerjaan, dalam hal ini jumlah SSL yang telah terpasang sampai dengan tanggal 30 September 2009 yang merupakan akhir dari periode operasional I. Jumlah SSL terpasang yang diklaim dari pelaksana pekerjaan berdasarkan Call Detail Record (CDR) yang disampaikan PT TS kepada BTIP kemudian dievaluasi oleh pihak BTIP. Jumlah SSL terpasang yang direkonsiliasi oleh kedua belah pihak, BTIP dan TS, menjadi dasar pembayaran termin I tersebut, yaitu untuk paket 3 dan paket 6 masing-masing sebanyak 1.194 SSL (31,50%) dan 1.599 SSL (67,50%).

Sesuai dengan Amandemen II, nilai kontrak paket 3 menjadi sebesar Rp380.512.751.074,00 dari semula Rp365.898.864.682,00. Jasa layanan semula terdiri dari 3.797 SSL teleponi dan 12 akses internet diamandemen untuk mengakomodir realokasi berupa 210 SSL teleponi dan empat akses internet serta penambahan berupa 143 SSL teleponi dan sebelas akses internet.

Untuk paket 6 harga kontrak menjadi sebesar Rp230.725.525.480,00 dari semula Rp209.042.257.717,00. Jasa layanan semula terdiri dari 2.368 SSL teleponi dan sembilan akses internet diamandemen untuk mengakomodir realokasi berupa 22 SSL teleponi dan sembilan akses internet serta penambahan berupa 227 SSL teleponi dan tiga akses internet.

Hasil Pemeriksaan atas dokumen kontrak dan dokumen pembayaran menunjukkan sebagai berikut: a. Nilai total pekerjaan sudah dinyatakan dalam kontrak/PKS, tetapi dalam PKS tidak

terdapat rincian dari nilai total pekerjaan. Contohnya harga sewa jasa layanan per unit, baik dalam isi batang tubuh PKS maupun lampiran PKS. BPK berpendapat rincian harga sewa jasa layanan per unit adalah penting dan sangat dibutuhkan mengingat perhitungan pembayaran pekerjaan dan sanksi (jika nanti ada) ditetapkan berdasarkan prestasi kerja dan harga per unit (unit price).

b. Panitia Pengadaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan KPU/USO telah menjilid dokumen kontrak yang terdiri dari PKS dan dokumen pendukungnya, antara lain dokumen penawaran dari PT TS. Tetapi Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi terkait dengan PKS beserta lampirannya tidak termasuk dalam jilidan dokumen kontrak.

c. BPK mereviu perhitungan dasar pembayaran termin I dan menghitung ulang perkalian prestasi pekerjaan pelaksana yang dinyatakan valid oleh Tim BTIP dengan harga satuan yang telah disepakati oleh pihak BTIP dan PT TS. Perhitungan ulang menunjukkan terdapat kelebihan perhitungan dasar pembayaran, sehingga BTIP dalam membayar dua paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan tersebut lebih bayar sebesar Rp1.064.968.029,00. Dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah SSL

Harga Satuan (Rp) Waktu/bulan Harga Total (Rp) Selisih

Pembayaran (Rp) Dibayarkan Seharusnya Dibayarkan Seharusnya

1 2 3 4 5 6=2x3x5 7=2x4x5 8=6-7 Paket 3 1.194 1.998.448,00 1.888.907,00 3 7.158.440.736,00 6.766.064.874,00 392.375.862,00 Paket 6 1.599 1.870.421,00 1.730.210,00 3 8.972.409.537,00 8.299.817.370,00 672.592.167,00

Total 3.868.869,00 3.619.117,00 16.130.850.273,00 15.065.882.244,00 1.064.968.029,00

Page 114: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 24 dari 66

Sebagai BLU penuh BTIP dapat mengelola keuangannya sendiri. BTIP menyimpan dana yang dikelolanya dalam sejumlah deposito. Jika kelebihan bayar ini tidak terjadi, maka BTIP memiliki potensi jasa giro dari uang sebesar Rp1.064.968.029,00 yang disimpan di bank sejak tanggal pembayaran (6 November 2009) sampai uang tersebut dikembalikan oleh pelaksana pekerjaan.

d. Selain itu, BPK juga mereviu perhitungan penambahan nilai pekerjaan pada Amandemen II, yaitu harga kontrak paket 3 (termasuk PPN) menjadi Rp380.512.751.074,00 dari semula Rp365.898.864.682,00. Dengan demikian terjadi penambahan nilai kontrak paket 3 sebesar Rp14.613.886.392,00 untuk penambahan lokasi layanan 143 SSL teleponi dan sebelas akses internet. Sedangkan untuk paket 6 harga kontrak (termasuk PPN) menjadi Rp230.725.525.480,00 dari semula Rp209.042.257.717,00. Dengan demikian terjadi penambahan nilai kontrak paket 6 sebesar Rp21.683.267.763,00 untuk penambahan pekerjaan berupa 227 SSL teleponi dan tiga akses internet. Penambahan akses tersebut diperhitungkan dengan harga satuan yang telah disepakati oleh pihak BTIP dan PT TS. Perhitungan ulang menunjukkan terdapat kelebihan perhitungan sehingga nilai Amandemen II paket 3 dan paket 6 Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan lebih sebesar Rp2.353.496.286,00; dengan rincian sebagai berikut:

Paket

Tambahan Harga Kontrak

(Rp)

Waktu/bulan

Harga satuan (Rp) Penambahan TOTAL Tambahan

Harga Seharusnya (Rp)

Selisih lebih Tambahan

Harga Kontrak (Rp)

SSL Teleponi Internet SSL Teleponi Internet

1 2 3 4 5 6 7 8=3(4x6+5x7) 9=1-8 P 3 14.613.886.392 51 1.888.907,00 192.182 143 11 13.883.612.853,00 730.273.539,00 P 6 21.683.267.763 51 1.730.210,00 192.182 227 3 20.060.045.016,00 1.623.222.747,00

Total 2.353.496.286,00

Dalam SPK diatur bahwa Pihak Pertama (PPK) membentuk Tim Pengawas yang bertugas untuk memeriksa setiap proses dan/atau hasil pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada PPK. Hasil pemeriksaan mencakup juga pembayaran prestasi pekerjaan, pengenaan denda, dan/atau pemutusan kontrak. Direktur Jenderal Postel telah membentuk Tim Pengawas Internal Ditjen Postel yang terdiri dari 55 personil berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Postel Nomor: 217/DIRJEN/2009 tanggal 11 September 2009. Lingkup penugasan Tim Pengawas terutama memeriksa setiap proses dan/atau hasil pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu, melakukan pemeriksaan baik kunjungan langsung ke lapangan maupun pemeriksaan laporan-laporan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Operasional, dan mengevaluasi kewajiban atau prestasi pekerjaan Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU/USO Telekomunikasi yang ditetapkan dalam Kontrak.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa (Keppres 80 tahun 2003) Pasal 3: Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip (a) efisien berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Keppres 80 tahun 2003 Pasal 5: “Pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi

Page 115: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 25 dari 66

etika antara lain menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa”.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Kelebihan pembayaran kepada PT TS sebesar Rp1.064.968.029,00. b. Terdapat potensi kelebihan pembayaran sebesar Rp2.353.496.286,00 dari kelebihan

perhitungan nilai amandemen. c. Hilangnya potensi jasa giro dari uang sebesar Rp1.064.968.029,00 sejak tanggal

6 November 2009.

Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. Tim Pengawas tidak berfungsi secara efektif. b. Verifikasi dokumen kontrak sebagai dasar pembayaran tidak dilakukan secara

optimal dan lemahnya pengawasan atasan langsung. c. Ketidakcermatan dan kelalaian PPK dalam mengotorisasi pembayaran dan

pembuatan amandemen PKS. d. Panitia Pengadaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika

Perdesaan KPU/USO tidak mengadministrasikan dokumen kontrak dengan tertib. Kemkominfo menjelaskan adanya kelebihan bayar dan kelebihan perhitungan

dalam addendum PKS memang diakui, dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan PT TS untuk menyelesaikannya.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Segera menagih kelebihan pembayaran kepada PT TS dan menyetorkannya kepada Kas Negara dan copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK.

b. Segera memperbaiki nilai PKS dalam Amandemen PKS. c. Meningkatkan kecermatan dan ketelitian baik dalam membuat perjanjian kerja

sama/kontrak maupun dalam menyiapkan pembayaran atas tagihan. d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pembuatan perjanjian

kerja sama, amandemen dan pembayaran. e. Mengoptimalkan peran Tim Pengawas.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar Kepala BTIP: a. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada PT TS mengenai

kelebihan pembayaran. b. Mengevaluasi dan memperbaiki nilai PKS dalam amandemen PKS. c. Meningkatkan kecermatan dan ketelitian dalam membuat PKS dan amandemennya

dan menyiapkan pembayaran atas tagihan. d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian dalam membuat PKS, amandemen dan

pembayaran. e. Mengoptimalkan peran tim pengawas.

Page 116: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 26 dari 66

1.2.3 Pemanfaatan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Tidak Sepenuhnya Optimal

Pada Tahun Anggaran 2009 BTIP yang merupakan Badan Layanan Umum (BLU) Ditjen Postel Kemkominfo mengadakan Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan di seluruh Indonesia yang dialokasikan pada sebelas Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT). Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan dilaksanakan oleh dua pelaksana pekerjaan yaitu PT TS dan PT ICP. Pelaksana pekerjaan menyediakan akses teleponi dan internet di perdesaan yang ditempatkan pada tempat-tempat tertentu yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan amandemen PKS, setelah perhitungan realokasi dan penambahan, target desa yang akan dilayani jasa telekomunikasi tersebut total sebanyak 33.079 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. 131 desa diantaranya akan mendapatkan akses internet. Lokasi desa ditentukan berdasarkan Perdirjen Postel Nomor: 247/DIRJEN/2008 tanggal 10 Oktober 2008 tentang Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Beban Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KKPU) Telekomunikasi dan Perdirjen Postel Nomor: 260/DIRJEN/2009 tanggal 9 Desember 2009 tentang Perubahan atas Perdirjen Postel Nomor: 247/DIRJEN/2008 tentang Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Beban Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KKPU) Telekomunikasi.

Pada satu desa akan ditempatkan satu jasa telekomunikasi. Pada setiap lokasi akan dilengkapi dengan perangkat berupa papan penunjuk arah (dengan keterangan jarak 1 Km), plang Pusat Pelayanan Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (Pusyantip), Fix Wireless Telephone (FWT) berikut charger, Billing Display, Power Supply, Indoor Repeater, Antenna Yaggie, Antenna Vsat, dan Meja KB. Untuk setiap lokasi yang mendapatkan akses internet akan dilengkapi dengan seperangkat komputer dan pendukungnya serta modem. Selain itu, untuk lokasi yang tidak mempunyai jaringan listrik akan dilengkapi dengan solar panel.

Secara umum, PT TS mengelompokkan lokasi ke dalam enam kategori Solusi Teknik (ST) sebagai berikut: a. ST 1A, yaitu Solusi Teknik untuk wilayah pemasangan yang mendapatkan sinyal

kuat (dekat dengan BTS tertentu) dan terjangkau oleh jaringan listrik. b. ST 1B, yaitu Solusi Teknik untuk wilayah pemasangan yang mendapatkan sinyal

kuat namun tidak terjangkau oleh jaringan listrik. c. ST 2A, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan

sinyal cukup baik namun terjangkau oleh jaringan listrik. d. ST 2B, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan

sinyal cukup baik dan juga tidak terjangkau oleh jaringan listrik. e. ST 3A, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan

sinyal sama sekali namun masih terjangkau oleh jaringan listrik. f. ST 3B, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan

sinyal sama sekali dan juga tidak terjangkau oleh jaringan listrik. Hasil analisis data desa berupa extract data dari Call Detail Record (CDR)

menunjukkan kondisi sebagai berikut: a. 15 SSL ditempatkan pada lokasi yang tidak sesuai dengan lokasi yang ditentukan. b. Dua SSL ditempatkan di satu desa di dua lokasi yang berbeda.

Page 117: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 27 dari 66

BPK melakukan pemeriksaan fisik ke beberapa lokasi pemasangan SSL di Batam, Provinsi Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. BPK juga mendapatkan data dari Tim Pemeriksa Kantor Akuntan Publik (KAP) A, R, H & J, KAP yang memeriksa LK Tahun 2009 BTIP, berupa data hasil kunjungan ke Provinsi Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Kalimantan Tengah, untuk melengkapi laporan ini. Dari kunjungan tersebut, ditemukan kondisi sebagai berikut: a. Pemilihan beberapa Solusi Teknik tidak tepat

Fasilitas jasa telekomunikasi (fastel) disesuaikan dengan Solusi Teknik (ST) berdasarkan kekuatan sinyal dan ketersediaan jaringan listrik pada wilayah pemasangan. Pemilihan ST pada beberapa Fastel tidak sesuai dengan kondisi di wilayah pemasangan. Contohnya pada Pulau Tunda di Provinsi Banten, ST yang digunakan adalah 2B padahal pada lokasi tersebut tidak ada sinyal. Hal ini akan sangat berpengaruh pada mutu layanan jastel yang dihasilkan. Lokasi ini diusulkan untuk menjadi ST 3B. Sedangkan pada Kelurahan Mayasopa, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, ST yang digunakan adalah 3A padahal cukup menggunakan ST 2A. Agar perangkat 3A yang sudah terpasang tidak menjadi sia-sia, maka pada Kelurahan Mayasopa dilengkapi juga dengan fasilitas internet, namun Internet tersebut sangat jarang digunakan.

b. Rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan fastel Penempatan fasilitas telekomunikasi dan informatika perdesaan dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan masyarakat perdesaan akan kurangnya akses telekomunikasi dan informasi. Masyarakat perdesaan diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas telekomunikasi dan informatika perdesaan yang disediakan. Dari hasil kunjungan ke lokasi, diketahui bahwa masyarakat pada beberapa titik pemasangan SSL kurang memanfaatkan fasilitas teleponi yang telah disediakan karena masyarakat tidak membutuhkan fastel tersebut. Mayoritas masyarakat sudah memiliki telepon seluler dan masyarakat kurang memahami cara penggunaan fastel maupun keuntungan dari menggunakan fastel tersebut. Contohnya di Kelurahan Mayasopa, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, hampir setiap warga memiliki lebih dari satu ponsel sehingga mereka enggan menggunakan fastel teleponi yang difasilitasi oleh BTIP. Kondisi ini dibuktikan pula dengan subsidi pulsa fastel yang tidak/sedikit terpakai dan perangkat yang masih disimpan dalam box/dus.

c. Pelanggaran penggunaan fastel Pengadaan layanan jasa telekomunikasi ditujukan kepada masyarakat umum di wilayah perdesaan yang telah ditetapkan. Akses terhadap fastel harus dibuka seluas-luasnya agar setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk menggunakannya. Namun, dari kunjungan ke lokasi diketahui terdapat fastel yang dimanfaatkan oleh individu-individu tertentu untuk kepentingan pribadi, contohnya memindahkan SIM Card dari FWT ke ponsel pribadi. Dengan demikian kesempatan masyarakat secara luas untuk mengakses fastel tersebut menjadi terbatas.

d. Ketidaklengkapan/kehilangan perangkat fastel Pada beberapa lokasi yang dikunjungi, BPK mendapati fastel yang ada pada lokasi tidak lengkap, contohnya Desa Kelurahan Pabean tidak menerima billing display. Desa Banten, Serang kehilangan tiang rambu penunjuk lokasi pusyantip dan Desa Sodong di Pandeglang, Banten, kehilangan sebuah Fix Wireless Telephone (FWT)

Page 118: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 28 dari 66

dan charger. Kehilangan perangkat fastel juga terjadi di Desa Sungai Abang, Padang Pariaman, berupa fastel dan SIM card.

e. Perangkat fastel rusak Salah satu kendala yang sering ditemui adalah mudahnya baterai FWT drop karena fastel sulit mendapatkan sinyal. Kondisi tersebut didapati pada Desa Wargasara, Pulau Tunda, Serang. Selain itu, Tim juga menemukan billing display yang rusak atau tidak terbaca di Desa Pasir, Kab. Tangerang. Tim juga mendapati perangkat charger FWT rusak di Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak. Kondisi FWT rusak juga terjadi di: 1) Desa Sungai Sialang, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau. 2) Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau. 3) Desa Teluk Pulau Hilir, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau. 4) Desa Lubuk Saung, Kab. Agam, Provinsi Sumatera Barat. 5) Desa Samba Danum, Kab. Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Dari kondisi-kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan fastel masih belum optimal. Rincian lokasi yang menghadapi permasalahan tersebut di atas dapat dilihat pada lampiran 5.

Sebagai upaya mengawal pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan, BTIP mengadakan: a. Tim Pengawas yang bertugas untuk memeriksa setiap proses dan/atau hasil

pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada PPK. Hasil evaluasi Tim Pengawas terutama evaluasi mengenai pembayaran prestasi pekerjaan, pengenaan denda, dan/atau pemutusan kontrak. Dirjen Postel telah membentuk Tim Pengawas Internal Ditjen Postel yang terdiri dari 55 personil berdasarkan Keputusan Dirjen Postel Nomor: 217/DIRJEN/2009 tanggal 11 September 2009.

b. Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan Kontribusi Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KPU/USO) dengan total nilai Rp5.968.833.500,00 yang terdiri dari tiga paket pekerjaan. Pekerjaan Pengukuran Kinerja tersebut diadakan antara lain untuk menilai kesiapan dan mengevaluasi pelaksanaan Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

Walaupun telah dikawal oleh dua kegiatan tersebut pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: a. Pasal 3 huruf a menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus seefisien

mungkin dan diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat singkatnya dan dapat dipertanggujawabkan;

b. Pasal 3 huruf b menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus efektif sesuai dengan kebutuhaan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.

Page 119: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 29 dari 66

Kondisi tersebut mengakibatkan tujuan untuk mempercepat pemerataan penyediaan akses dan layanan telekomunikasi dan informatika perdesaan belum tercapai.

Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya perencanaan dan sosialiasi keberadaan dan penggunaan fasilitas telekomunikasi dan informatika.

Kemkominfo dhi. BTIP akan melakukan koordinasi kepada PT TS kembali

mengenai penempatan fasilitas USO. BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan menggalakkan sosialisasi kegiatan dengan cara yang efisien dan efektif.

b. Mengoptimalkan peran Tim Pengawas dan memanfaatkan hasil Pekerjaan Pendampingan seperti Pengukuran Kinerja yang telah dilaksanakan oleh pihak ketiga untuk melakukan perbaikan.

c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:

315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar Kepala BTIP: a. Mengevaluasi hasil penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika

Perdesaan, dan menyosialisasikan pemanfaatan dari Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan yang sudah tersedia.

b. Mengoptimalkan peran Tim Pengawas yang sudah dibentuk dan memanfaatkan hasil pekerjaan pendampingan dari pihak ketiga untuk melakukan perbaikan.

c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

1.2.4 Pejabat Pembuat Komitmen di Empat Direktorat Ditjen Aptel Terlalu Tinggi Memperhitungkan Biaya untuk Membayar Beberapa Pekerjaan Konsultansi Pada tahun 2009 Ditjen Aptel Kemkominfo mengadakan beberapa pekerjaan jasa

konsultansi di masing-masing direktorat. Tiga belas diantaranya dilaksanakan pada empat direktorat dengan total nilai kontrak sebesar Rp4.463.909.450,00. Pelaksanaa pekerjaan ditentukan melalui pelelangan umum. Rincian pekerjaan, nomor dan tanggal serta nilai kontrak dapat dilihat pada lampiran 7.

Hasil pemeriksaan atas ke-13 pekerjaan jasa konsultasi tersebut menunjukkan bahwa: a. Panitia Lelang/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa tidak melakukan tahap klarifikasi

dan negosiasi yang seharusnya dilakukan oleh panitia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam tahap ini panitia seharusnya mengklarifikasi dan/atau menegosiasi, antara lain, aspek-aspek biaya terutama kesesuaian rencana kerja dengan jenis

Page 120: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 30 dari 66

pengeluaran biaya, volume kegiatan dan jenis pengeluaran, serta kewajaran biaya satuan.

b. Pemeriksa mengecek harga satuan/rate dari masing-masing tenaga ahli dengan menghitung ulang rate berdasarkan gaji dan atau penghasilan yang telah diterima oleh tenaga ahli sesuai yang dilaporkan dalam SPT PPh pasal 21-nya dan diketahui terdapat kelebihan rate atas beberapa tenaga ahli. Rate maksimal yang seharusnya digunakan adalah 3,2 kali gaji dasar yang diterima tenaga ahli tetap dan 1,5 kali penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap.

c. Pemeriksa juga mengecek man month yang sebenarnya dari masing-masing tenaga ahli/pendukung, dan menemukan terdapat jumlah personil yang diajukan oleh pelaksana berlebih jika dibandingkan dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang disusun oleh panitia.

d. Pada Pekerjaan Pengembangan Standar Kebijakan Audit diketahui tenaga ahli komputer network atas nama Moe pada saat yang sama yaitu pada 29 Juni 2009 sampai dengan tanggal 19 November 2009 juga melaksanakan pekerjaan Pemetaan Interoperabilitas Sistem Informasi Inter-Departemen pada Direktotar Sistem Informasi Perangkat Lunak dan Konten Ditjen Aptel Kemkominfo pada tahun 2009 yang dilaksanakan oleh PT PIS sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK) Nomor: 32/MAP.01/SIPLK.1/06/2009 tanggal 29 Juni 2009.

BPK kemudian menghitung ulang Rincian Anggaran Biaya dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut dan perhitungan ulang BPK menunjukkan perhitungan biaya personil terlalu tinggi sebesar Rp210.684.334,65 tidak termasuk pajak 10%. Rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 8.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa BAB II.B.1.p. antara lain menyatakan Panitia/pejabat pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi kepada calon pemenang seleksi umum dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Klarifikasi dan negosiasi dilakukan oleh panitia/pejabat pengadaan dengan

pemimpin/direktur utama perusahaan konsultan atau wakil yang memperoleh kuasa penuh dari pemimpin/direktur utama perusahaan (dinyatakan dengan surat kuasa).

2) Dalam hal penilaian menggunakan metode evaluasi kualitas. Klarifikasi dan/atau negosiasi dilakukan untuk memperoleh kemantapan dan kejelasan teknis dan biaya dengan memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan dan tenaga ahli yang ditugaskan dengan mempertimbangkan pula kebutuhan perangkat/fasilitas pendukung yang proporsional guna pencapaian hasil kerja yang optimal: (a) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama

lingkup dan sasaran jasa konsultansi, cara penanganan pekerjaan dan rencana kerja, kualifikasi tenaga ahli, organisasi pelaksanaan, program alih pengetahuan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil, fasilitas penunjang.

(b) Klarifikasi dan/atau negosiasi dilakukan untuk memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan konsultan.

Page 121: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 31 dari 66

(c) Aspek-aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya, volume kegiatan dan jenis pengeluaran, biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasaran/kewajaran biaya.

(d) Klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya personil dilakukan berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan. Biaya satuan dari biaya langsung personil maksimum 3,2 (tiga koma dua) kali gaji dasar yang diterima tenaga ahli tetap dan maksimum 1,5 (satu koma lima) kali penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap.

b. Surat Perjanjian Kerja (SPK) Nomor: 32/MAP.01/SIPLK.1/06/2009 tanggal 29 Juni 2009 tentang Pekerjaan Pemetaan Interoperabilitas Sistem Informasi Inter-Departemen pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Ditjen Aptel tahun 2009 yang dilaksanakan oleh PT PIS dan Surat Pernyataan Kesediaan Untuk Ditugaskan atas nama Moe.

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran kepada 13 pelaksana

pekerjaan sebesar Rp210.684.334,65.

Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. Panitia Pengadaan Barang/Jasa kurang cermat dalam melaksanakan tugasnya,

terutama dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas biaya pekerjaan. b. Pejabat Pembuat Komitmen kurang optimal dalam melakukan pengendalian dan

pengawasan. Kemkominfo mengakui adanya kelebihan perhitungan yang mengakibatkan

kelebihan pembayaran dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan para pelaksana pekerjaan untuk menyelesaikannya.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Lebih cermat dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas biaya pekerjaan. b. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan

pengadaan barang/jasa.

Kemkominfo dhi. Ditjen Aptel telah melakukan penyetoran ke Kas Negara atas kelebihan perhitungan biaya personil tersebut. Copy bukti setor telah disampaikan kepada BPK.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:

315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Aptel agar: a. Panitia pengadaan jasa konsultasi yang terkait lebih cermat dalam melakukan

klarifikasi dan negosiasi biaya pekerjaan.

Page 122: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 32 dari 66

b. PPK yang terkait meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan pengadaan jasa konsultan.

1.2.5 Kelebihan Pembayaran pada Beberapa Kegiatan di Beberapa Satker Sebesar Rp157,26 Juta

Pada tahun 2009, Kemkominfo mengadakan beberapa pekerjaan melalui masing-masing satker. Penelusuran atas pekerjaan di masing-masing satker yang menjadi sampling pemeriksaan menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Pelaksana Pekerjaan Perbaikan Peralatan Kantor Bersifat Formalitas

Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Ternate (Loka Monitor Ternate) Ditjen Postel Kemkominfo pada tahun 2009 mengadakan tiga pekerjaan perbaikan peralatan kantor yang dilaksanakan oleh tiga pelaksana pekerjaan yang berbeda, yaitu:

No. Pelaksana No, Tanggal, dan Nilai Perjanjian Jangka Waktu SPM SP2D 1. CV HP SPK Nomor: Ku.203/B.95/LOKA-

TTE/II/2009 tanggal 12 Pebruari 2009 senilai Rp50.000.000,00.

14 hari (12/2/2009 s.d. 25/2/2009)

00019/654226/059/03/2009 tanggal 25/2/2009

331395L/062/110 tanggal 25/2/2009

2. CV AA SPK Nomor: KU.203/B.98/LOKA-TTE/II/2009 tanggal 12 Pebruari 2009 senilai Rp46.190.000,00

3. CV AI SPK Nomor: KU.203/B.452/LOKA-TTE/IX/2009 tanggal 16 September 2009 senilai Rp15.000.000,00

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Loka Monitor Ternate telah membayar lunas ketiga pelaksana pekerjaan di atas. Hasil analisis dokumen kontrak menunjukkan bahwa: 1) Proses pengadaan dilakukan dengan penunjukkan langsung yang tidak didukung

dengan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) untuk menilai kewajaran penawaran rekanan serta tidak dilakukan negosiasi untuk mendapatkan harga yang paling menguntungkan.

2) Pekerjaan Perbaikan Peralatan yang dilaksanakan oleh CV HP adalah pengkalibrasian frequency counter dan spectrum analyzer. Dokumen penerimaan dan pengeluaran barang tentang frequency counter dan spectrum analyzer menunjukkan bahwa yang mengkalibrasi kedua alat tersebut adalah PT T. Staf Loka Ternate (Ma dan Sa), yang kebetulan melakukan perjalanan dinas ke Jakarta membawa sendiri alat tersebut kepada PT T untuk dikalibrasi. BPK mengonfirmasi CV HP dan CV HP mengakui tidak melaksanakan pekerjaan tersebut dan hanya mendapatkan fee dari pemakaian nama perusahaan. Biaya untuk mengkalibrasi spectrum analyzer berdasarkan pekerjaan sejenis yang dilakukan pada Balai Monitor Jakarta dan sesuai dengan price list PT T adalah sebesar Rp3.800.000,00 per unit. Biaya yang diperlukan untuk mengkalibrasi dua peralatan tersebut hanya sebesar Rp7.600.000,00 (Rp3.800.000,00 x 2 unit). Dengan demikian terjadi kelebihan pembayaran atas SPK kepada CV HP sebesar Rp40.665.454,00.

3) Hasil pemeriksaan fisik dan konfirmasi dengan Kepala Loka Monitor Ternate dan staf mengenai Pekerjaan Perbaikan Peralatan Kantor yang dilaksanakan oleh CV AA menunjukkan terdapat penggelembungan jumlah barang yang diperbaiki senilai Rp10.570.000,00. Selain itu, untuk pekerjaan pemeliharaan genset diakui bahwa pekerjaan tersebut dilakukan sendiri oleh staf Loka Monitor Ternate. Biaya senyatanya yang dikeluarkan berupa biaya pembelian tiga buah oli kemasan empat liter senilai Rp1.200.000,00 (4 x Rp400.000,00) dan filter (saringan) oli untuk dua

Page 123: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 33 dari 66

genset senilai Rp800.000,00 (2 x Rp400.000,00). Dengan demikian, untuk sekali penggantian oli dan filter oli dibutuhkan biaya sebesar Rp2.000.000,00 atau untuk dua genset diperlukan biaya sebesar Rp4.000.000,00. Dengan memperhitungkan kondisi-kondisi di atas, BPK menghitung ulang nilai SPK dengan hasil terdapat kelebihan pembayaran kepada CV AA sebesar Rp15.028.954,55.

4) Ketika BPK mengonfirmasi Kepala Loka Monitor Ternate dan staf atas Pekerjaan Peralatan Kantor yang dilaksanakan oleh CV AI berupa pemeliharaan genset, diakui pemeliharaan genset dilakukan sendiri oleh staf Loka Monitor Ternate. Biaya senyatanya yang dikeluarkan berupa biaya pembelian oli dan filter oli untuk memelihara dua genset hanya sebesar Rp4.000.000,00. Dengan demikian terdapat kelebihan pembayaran sebesar Rp4.795.545,55. Rincian semua perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.

b. Kelebihan Perhitungan Biaya Pendidikan Program S2 Telematika ITS Balitbang SDM Sebesar Rp52,00 Juta dan Kelebihan Pembayaran Belum Disetorkan ke Kas Negara Sebesar Rp41,00 Juta

Pada TA 2009 Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Balitbang SDM) mengadakan kegiatan penyelenggaraan Pendidikan Program S2 Telematika ITS Angkatan ke-2. Kegiatan ini berdasarkan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Balitbang SDM dengan Fakultas Teknologi Industri ITS Nomor: 156/KEP/BLSDM/KOMINFO/6/2009 tanggal 24 Juni 2009 tentang Pemberian Beasiswa Pendidikan Program Magister Teknik (S2)–Telematika. Dalam PKS dinyatakan beasiswa ini diberikan kepada 25 orang mahasiswa dalam jangka waktu 16 bulan terhitung selambat-lambatnya awal September 2009 dengan biaya sebesar Rp1.025.000.000,00. Namun hasil pemeriksaan atas dokumen pembayaran menunjukkan bahwa kegiatan penyelenggaraan program S2 Telematika ITS ini hanya diberikan kepada 16 orang mahasiswa yang telah lulus seleksi dengan biaya sebesar Rp656.000.000,00 (16 orang @ Rp41.000.000,00). Balitbang SDM membayar sekaligus sesuai SP2D Nomor 267329N tanggal 17 November 2009 sebesar Rp589.328.123,00 berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor: 84/BAST/BLSDM/2009 tanggal 1 September 2009. Selanjutnya rincian biaya penyelenggaraan beasiswa yang diberikan oleh pihak penyelenggara (ITS) menunjukkan terdapat kelebihan perhitungan biaya sebesar Rp32.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

Jenis Pengeluaran Satuan Volume dalam Rincian Biaya

Volume Seharusnya

Selisih Volume

Tarif/Satuan (Rp)

Kelebihan Biaya (Rp)

Honorarium Pengelola dan Staf

Bulan 24 16 8 4.000.000,00 32.000.000,00

Selain itu, dalam rincian biaya yang diberikan juga ditemukan terdapat biaya sosialisasi beasiswa Kemkominfo ke empat lokasi dengan nilai Rp20.000.000,00 yang seharusnya tidak dibayarkan kepada pihak penyelenggara (ITS). Balitbang SDM Kemkominfo telah melaksanakan kegiatan sosialisasi dan promosi program S2 ITS dengan biaya sebesar Rp103.328.200,00. Pengeluaran tersebut berupa biaya perjalanan dinas sosialisasi dan promosi program S2 Telematika ITS sesuai SPM Nomor: 00530/LS-115/BLSDM/2009 tanggal 18 Juni 2009 dan SP2D Nomor: 056466M/019/111/2009 tanggal 22 Juni 2009. Dengan demikian terjadi perangkapan biaya sosialisasi dan promosi program S2 ITS sebesar Rp20.000.000,00 yang dibayarkan kepada pihak penyelenggara. Total kelebihan perhitungan adalah sebesar Rp52.000.000,00 (Rp32.000.000,00 + Rp20.000.000,00).

Page 124: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 34 dari 66

Selain itu, hasil klarifikasi dari pihak ITS menunjukkan bahwa satu dari 16 mahasiswa peserta program mengundurkan diri berdasarkan surat yang ditujukan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika tanggal 7 November 2009. Namun demikian Balitbang SDM tetap membayar seluruh biaya penyelenggaraan beasiswa untuk 16 orang mahasiswa sesuai SP2D Nomor 267329N tanggal 17 November 2009. Dengan demikian terdapat kelebihan pembayaran untuk satu mahasiswa sebesar Rp41.000.000,00. Pihak ITS telah mengembalikan kelebihan biaya pendidikan tersebut ke Bagian Kepegawaian Badan Litbang sesuai bukti setor pemindahbukuan ke rekening pribadi Kepala Bagian Kepegawaian Badan Litbang SDM tanggal 17 Desember 2009.

c. Kelebihan Perhitungan Biaya dalam RAB Pekerjaan Konsultansi Perencanaan dan RAB Pekerjaan Konsultansi Pengawasan Renovasi Gedung Kantor Loka Monitor Mataram Sebesar Rp18,55 Juta

Pada TA 2009 Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Mataram Ditjen Postel Kemkominfo (Loka Monitor Mataram) melaksanakan pekerjaan renovasi gedung kantor. Guna mendukung pelaksanaan pekerjaan tersebut, Loka Mataram juga melaksanakan pekerjaan konsultansi perencanaan renovasi gedung dan pekerjaan konsultansi pengawasan renovasi gedung.

Pekerjaan konsultansi perencanaan gedung kantor dilaksanakan oleh CV KASC sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor: 02.a/LOKA/MTR/ III/2009 tanggal 27 Maret 2009 senilai Rp89.500.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 50 hari kalender terhitung mulai tanggal 27 Maret 2009 sampai dengan tanggal 15 Mei 2009. Loka Mataram telah membayar lunas pekerjaan tersebut sesuai dengan SPM Nomor: 00065 tanggal 25 Juni 2009 sebesar Rp89.500.000,00 dengan SP2D Nomor: 039241M/038112 tanggal 25 Juni 2009.

Pekerjaan konsultansi pengawasan gedung kantor dilaksanakan oleh CV GTD sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor: 011/Loka/Mtr/VII/2009 tanggal 23 Juli 2009 senilai Rp59.000.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 150 hari kalender terhitung mulai tanggal 23 Juli 2009 sampai dengan tanggal 29 Desember 2009.

Hasil pemeriksaan dokumen dan konfirmasi kepada pelaksana pekerjaan atas kedua pekerjaan konsultasi menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Hasil konfirmasi dengan CV KASC menunjukkan dua dari lima tenaga ahli yang

diajukan dalam dokumen penawaran tidak bekerja pada proyek pekerjaan perencanaan. Tenaga ahli tersebut adalah BM (ahli mekanikal elektrikal) dengan harga satuan sebesar Rp9.150.000,00 dan MZ (ahli estimator) dengan harga satuan sebesar Rp6.100.000,00. Pemeriksa menghitung ulang biaya dan hasilnya menunjukkan terdapat kelebihan biaya langsung personil sebesar Rp15.250.000,00.

2) Pada RAB pekerjaan konsultasi pengawasan terdapat biaya transportasi dan operasional untuk sewa kendaraan roda empat selama lima bulan. Penelusuran lebih lanjut terhadap jadwal pemakaian fasilitas pendukung dan daftar fasilitas dan peralatan pendukung yang dimiliki oleh CV GTD dalam dokumen penawaran teknis menunjukkan bahwa lama sewa kendaraan roda empat tersebut hanya dua bulan. Dengan demikian terdapat selisih lebih atas perhitungan sewa kendaraan roda empat selama tiga bulan dengan nilai sebesar Rp3.300.000,00.

Total kelebihan perhitungan biaya dalam dua pekerjaan ini adalah sebesar Rp18.550.000,00 (Rp15.250.000,00 + Rp3.300.000,00).

Page 125: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 35 dari 66

d. Kelebihan Perhitungan dalam Kontrak Pekerjaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Balai Monitor Kupang Sebesar Rp18,73 Juta

Pada TA 2009 Balai Monitor Kupang melaksanakan pekerjaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan yang dilaksanakan oleh CV MT berdasarkan kontrak Nomor: 369/KP.004/VI/ BLM-KPG-2009 tanggal 3 Juni 2009. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 90 hari kalender sejak tanggal 3 Juni 2009 sampai dengan 31 Agustus 2009. Pekerjaan tersebut telah selesai diserahterimakan sesuai Berita Acara Serah Terima Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 497/KP.004/VIII/BLM.KPG-2009 tanggal 31 Agustus 2009 dan telah dibayar lunas sesuai SP2D terakhir Nomor: 182366M/039/111 tanggal 1 September 2009 dan SPM terakhir Nomor 00104 tanggal 1 September 2009.

Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak menunjukkan terdapat kesalahan perhitungan aritmatik pada dokumen penawaran pada beberapa item pekerjaan sebesar Rp18.734.000,00. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.

e. Pekerjaan Pengadaan PABX Loka Ternate Lebih Bayar Sebesar Rp5,45 Juta Pada tahun 2009 Loka Monitor Ternate mengadakan PABX yang dilaksanakan

oleh CV FJ dengan nilai pekerjaan sebesar Rp57.497.000,00. Pekerjaan tersebut berdasarkan Surat Perintah Kerja Nomor: KU.203/B.189a/LOKA-TTE/III/2009 tanggal 10 Maret 2009. Jangka waktu pekerjaan selama 14 hari kalender terhitung sejak tanggal 10 Maret 2009 sampai dengan 9 April 2009.

Hasil pemeriksaan fisik atas hasil pekerjaan menunjukkan bahwa terdapat beberapa pekerjaan yang tidak dilaksanakan oleh CV FJ yaitu pembongkaran plafond dan pemasangan plafond kembali karena seharusnya kabel-kabel instalasi yang dipasang didalam plafond dipasang di atas lantai keramik dan tembok gedung kantor. Pekerjaan pembongkaran plafond dan pemasangan plafon kembali berdasarkan penawaran lampiran kontrak adalah senilai Rp5.550.000,00.

f. Kelebihan Perhitungan Pembayaran atas Beberapa Kegiatan Sebesar Rp12,93 Juta

Hasil penelusuran dokumen pada Satker Loka Monitor Ternate, Loka Monitor Mataram dan Balai Monitor Batam menunjukkan kelebihan pembayaran honor/lembur sebagai berikut: 1) honor Pengelola Sistem Akuntansi Pemerintah sebesar Rp4.095.000,00 pada Loka

Monitor Mataram; 2) honor Tim Penanggungjawab Pengelola Keuangan DIPA Sebesar Rp4.161.000 dan

honor Pengelola Sistem Akuntansi Pemerintah sebesar Rp4.230.000,00 pada Loka Monitor Ternate;

3) uang lembur Sebesar Rp448.950,00. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Pasal 12 yang menyatakan bahwa belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

b. Keppres 80 tahun 2003 pada Pasal 5 berbunyi: “Pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

Page 126: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 36 dari 66

harus mematuhi etika antara lain menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.”

c. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: 64/PMK.02/2008 tanggal 24 April 2008 tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009 Pasal 1 yang menyatakan standar biaya umum adalah satuan biaya yang merupakan batas paling tinggi yang penggunaannya bersifat lintas kementrian Negara/lembaga, dan/atau lintas wilayah dan pasal 2 yang menyatakan standar biaya umum digunakan sebagai pedoman bagi kementerian Negara/lembaga dalam menyusun biaya kegiatan dalam rencana kerja dan anggaran kementrian Negara/lembaga tahun anggaran 2009, Lampiran dengan nomor 1 yakni besaran honorium penanggung jawab pengelola keuangan, dan Lampiran dengan nomor 9.4 yakni besaran honorium tim pelaksana kegiatan yang ditetapkan atas dasar Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran untuk jabatan ketua sebesar Rp275.000,00 dan jabatan anggota sebesar Rp150.000,00.

d. Dokumen Pelelangan dan dokumen kualifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan pada Bab I nomor 30.1 huruf b.2) dan c) yang berbunyi: “ Apabila terdapat kesalahan hasil pengalian antara kuantitas dengan harga satuan dan penjumlahan, maka dilakukan pembetulan dan yang mengikat adalah hasil koreksi dan apabila terdapat perbedaan antara harga satuan pada daftar kuantitas dan harga, dengan harga satuan pada analisa harga satuan yang bersangkutan, maka yang mengikat adalah harga satuan pada daftar kuantitas dan harga.

e. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa belanja atas beban anggaran negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar

Rp157.258.904,00 (Rp40.665.454,00 + Rp15.028.954,55 + Rp4.795.545,55 + Rp41.000.000,00 + Rp18.550.000,00 + Rp18.734.000,00 + Rp5.550.000,00 + Rp12.934.950,00).

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

a. Panitia pengadaan barang/jasa lalai dan tidak cermat dalam melakukan klarifikasi, negosiasi evaluasi perhitungan aritmatika.

b. PPK dan KPA kurang optimal dalam melakukan pengawasan. c. KPA dan Panitia Pengadaan Barang Loka Monitor Ternate sengaja menggunakan

nama perusahaan secara formalitas untuk pencairan anggaran. d. Kepala Loka Monitor Mataram, Kepala Loka Monitor Ternate dan Kepala Balai

Monitor Batam kurang cermat dalam menetapkan besaran honor dan tidak memperhatikan ketentuan mengenai standar biaya umum tahun 2009.

Kemkominfo mengakui adanya kelebihan perhitungan yang mengakibatkan

kelebihan pembayaran, dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan para pelaksana pekerjaan untuk menyelesaikannya, kecuali untuk kelebihan perhitungan biaya pendidikan program S2 Telematika ITS Balitbang SDM sebesar Rp52.000.000,00.

Page 127: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 37 dari 66

BPK akan menindaklanjuti temuan kelebihan perhitungan biaya pendidikan program S2 Telematika ITS Balitbang SDM sebesar Rp52.000.000,00 dalam pemeriksaan yang akan dilaksanakan pada semester berikut.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Menarik kembali kelebihan pembayaran kepada para pelaksana pekerjaan dengan total sebesar Rp157.208.904,00 dan menyetorkan ke Kas Negara serta menyampaikan copy bukti setor kepada BPK.

b. Lebih cermat dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas biaya pekerjaan. c. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan

pengadaan barang/jasa. Loka Ternate dan Badan Litbang SDM telah menindaklanjuti masalah tersebut

dengan menarik kembali kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara serta telah menyampaikan copy bukti setor ke BPK dengan bukti setor berupa: a. Kelebihan pembayaran total sebesar Rp60.489.954,00 (Rp40.665.454,00

+ Rp15.028.954,55 + Rp4.795.545,55) dengan bukti SSBP Nomor 001 tanggal 29 Maret 2010 sebesar Rp165.520.654,00 untuk keperluan pengembalian perbaikan peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.95/LOKA-TTE/II/2009, pengembalian perbaikan dan pemeliharaan peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.98/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.452/LOKA-TTE/IX/2009, pengembalian Pemeliharaan dilakukan dengan penunjukan langsung SPK Nomor: KU.203/B.110-/LOKA-TTE/II/2009 KU.203/B.68d/LOKA-TTE/II/2009 KU.203-/B.68e/LOKA-TTE/II/2009 KU.203/B.91/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.237-/LOKA-TTE/IV/2009 KU.203/B.299/-LOKA-TTE/IV/2009, pengembalian tunjangan BOPT PNBP a.n. SSP dan DR (Loka Ternate).

b. Kelebihan pembayaran total sebesar Rp13.840.091,00 (Rp4.230.000,00 + Rp4.161.000,00 + Rp5.449.090,91) dengan bukti SSBP Nomor 002 tanggal 25 Maret 2010 sebesar Rp31.837.282,00 untuk keperluan pengembalian pengadaan meubelair dilakukan dengan penunjukkan langsung sesuai SPK Nomor: KU.203/B.15/LOKA-TTE/I/2009, pengembalian kelebihan pembayaran pengadaan PABX sesuai SPK Nomor: KU.203/B.189a/LOKA-TTE/III/2009, pengembalian kelebihan pembayaran honorium pengelola sistem akuntansi pemerintah, dan pengembalian kelebihan pembayaran honorium tim penanggungjawab pengelola keuangan DIPA (Loka Ternate).

c. SSBP tanggal 21 Mei 2010 sebesar Rp41.000.000,00 untuk keperluan setor kembali belanja barang non operasional lainnya berupa biaya pendidikan program S2 SPM Nomor 1321/LS-293 tanggal 13 November 2009, SP2D Nomor 267329N/019/2009 tanggal 17 November 2009 (Badan Litbang SDM).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:

315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Kabalitbang dan

Page 128: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 38 dari 66

Dirjen Postel agar: a. Kelebihan pembayaran yang belum ditarik segera ditarik dan disetorkan ke Kas

Negara b. Panita pengadaan barang dan jasa yang terkait lebih cermat dalam melakukan

klarifikasi dan negosiasi biaya pekerjaan c. PPK yang terkait meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

1.2.6 Pejabat Pembuat Komitmen Belum Mengenakan Sanksi Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Sebesar Rp136,01 Juta Pada tahun 2009, Kemkominfo melalui satker-satker melaksanakan beberapa

pekerjaan, diantaranya adalah: No. Pekerjaan No dan Tanggal Perjanjian Nilai (Rp) Pelaksana Jangka

Waktu a. Pekerjaan Pemeliharaan

Perangkat Stasiun Monitoring RMS III & IV dan Training Aid

Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 857/DJPT.4/KOMINFO/6/2009 tanggal 17 Juni 2009, diaddendum sesuai dengan SPK Nomor: 857/DJPT.4/KOMINFO/6/2009 tanggal 17 Juni 2009 dengan nilai pekerjaan menjadi sebesar Rp1.697.300.000,00.

1.543.300.000,00 PT DI 198 hari (17/6/2009 s.d. 31/12/2009)

b. Pengadaan alat studio dan komunikasi

Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 23/SPK/BM-BTN/ALT-KOM/IX/2009 tanggal 28 September 2009

510.125.000,00 CV DP 78 hari (28/9/2009 s.d. 14/12/2009)

c. Pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan perangkat RMS

Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 21/SPK/BM-BTN/PB-RMS/IX/2009 tanggal 28 September 2009

274.725.000,00 PT LGP 78 hari ((28/9/2009 s.d 14/12/2009)

d. Pengadaan alat absensi elektronik

Surat Perjanjian Nomor: 11A/SJ.2/SP/12/2009 tanggal 10 Desember 2009

120.398.630,00 PT CS 5 hari (10/10/2009) s.d. 15/12/2009)

e. pengadaan Community Acces Point (CAP) untuk 15 lokasi Kabupaten/Kota

Surat Perjanjian Kerjasama/Kontrak (SPK) Nomor: 04/CAP/PPK/DJAT.5/KOMINFO/10/2009 tanggal 19 Oktober 2009

1.470.780.000,00 PT ERU 50 hari (19/10/2009) s.d. 18/12/2009)

Hasil pemeriksaan pada satker terkait menunjukkan Pelaksana Pekerjaan belum menyelesaikan seluruh pekerjaan atau terlambat menyelesaikan kewajibannya. Namun demikian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) telah membayar lunas pekerjaan dan tidak mengenakan sanksi denda keterlambatan. PPK membayar lunas berdasarkan pada Berita Acara Selesai Pekerjaan dari pelaksana pekerjaan kepada Panitia Penerima Barang dan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang menyatakan bahwa pekerjaan telah diterima/diselesaikan 100%. Rincian SPM dan SP2D tersebut adalah sebagai berikut:

No. Pekerjaan SPM SP2D

Nilai (Rp) Nomor Tanggal Nomor Tanggal 1. Pemeliharaan Perangkat

Stasiun Monitoring RMS III & IV dan Training Aid

01934 02441 02442

16/11/2009 11/12/2009 11/12/2009

269570N/019/111 289445N/019/111 164522O/019/111

20/11/2009 17/12/2009 23/12/2009

424.325.000,00 848.650.000,00 424.325.000,00

2. Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi

00186/654251/LS/ RM/09

14/12/2009 543643N/127/110 15/12/2009 510.125.000,00

3. Pemeliharaan dan Perbaikan Perangkat RMS

00147/654251/ LS/PNP/09 00190/654251/ LS/PNP/09

11/11/2009 14/12/2009

539500N/127/110 543644N/127/110

16/11/2009 16/12/2009

137.362.500,00

137.362.500,00

4. Pengadaan Alat Absensi Elektronik

01695/SETJEN/ KOMINFO/2009

14/12/2009 160546O/019/11 21/12/2009 120.398.630,00

5. Pengadaan Community Acces Point (CAP) untuk 15 lokasi Kabupaten/Kota

02004/PB1/DITJEN APTEL/ 2009 02056/PB1/DITJEN APTEL/ 2009

11/12/2009 15/12/2009

286852N/019/111 161466N/019/111

15/12/2009 22/12/2009

1.176.624.000,00

294.156.000,00

Page 129: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 39 dari 66

Menurut ketentuan Pasal 37 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, PPK seharusnya mengenakan denda kepada pelaksana pekerjaan sebesar 1‰ dari nilai kontrak selama hari keterlambatan. Namun Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK)/kontrak mengatur sanksi denda keterlambatan maksimal adalah sebesar 5% dari nilai kontrak. Ketentuan Sanksi Denda maksimal 5% dalam SPK tersebut tidak tepat karena dalam Keppres 80 Tahun 2003 tidak diatur mengenai denda maksimal.

Sanksi denda keterlambatan yang belum dipungut tersebut terjadi pada Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio Ditjen Postel (Direktorat Frekuensi), Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit Kelas II Banten (Balai Monitor Banten), Biro Kepegawaian dan Organisasi Sekretariat Jenderal, dan Direktorat Pemberdayaan Telematika Ditjen Aptel.

Hasil lebih rinci adalah sebagai berikut: a. Pemeliharaan Perangkat Stasiun Monitoring RMS III & IV dan Training Aid

pada Direktorat Frekuensi Hasil pemeriksaan atas dokumen pendukung kontrak dan hasil konfirmasi

menunjukkan bahwa: 1) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan Pemeliharaan Perangkat Stasiun Monitor RMS

III & IV dan Training Aid tanggal 31 Desember 2009 menyatakan bahwa prestasi kerja telah mencapai 100% sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) butir c. Berita acara tersebut tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya yaitu menyatakan bahwa pekerjaan selesai 100% padahal belum semua pekerjaan selesai pada tanggal tersebut, yaitu:

a) Berdasarkan laporan akhir pekerjaan, diketahui bahwa SPA Agilent E4407B S/N MY41440974 (UPT Balai Monitor Banten) diambil oleh PT DI pada 16 Oktober 2009 untuk diperbaiki dan dikalibrasi. Alat tersebut baru selesai dikalibrasi pada 22 Januari 2010 sesuai dengan sertifikat kalibrasi. Dengan demikian, pekerjaan jasa perbaikan dan kalibrasi untuk SPA Agilent E4407B S/N MY41440974 (UPT Balai Monitor Banten) baru selesai dilaksanakan pada 22 Januari 2010, sehingga penyerahannya melewati akhir penyerahan pekerjaan yaitu tanggal 31 Desember 2009, atau terlambat selama 22 hari.

b) Sampai dengan akhir pemeriksaan dan hasil konfirmasi ulang tanggal 4 Mei 2010 kepada PT DI, PT DI belum berhasil memperbaiki dan mengkalibrasi SPA Advantest R3182 S/N 130900910 (UPT Balai Monitor Banjarmasin) karena suku cadang yang dibutuhkan belum ada/belum dibeli. Walaupun PT DI belum menyelesaikan semua pekerjaan dan terlambat

menyelesaikan sebagian pekerjaan, PPK membayar lunas PT DI sesuai harga kontrak dan tidak mengenakan sanksi denda kepada PT DI. Menurut Ketentuan Pasal 37 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, PPK seharusnya mengenakan denda kepada PT DI sebesar 1‰ dari nilai kontrak minimal selama 118 hari (31 Desember 2009 s.d. 28 April 2010), yaitu sebesar Rp200.281.400,00 (1‰ x Rp1.697.300.000,00 x 118). Namun denda maksimal menurut Addendum SPK adalah sebesar 5% dari nilai kontrak yaitu sebesar Rp84.865.000,00 (5% x Rp1.697.300.000,00).

Page 130: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 40 dari 66

b. Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi pada Balai Monitor Banten Hasil pemeriksaan fisik oleh BPK pada 2 Maret 2010 menunjukkan bahwa satu

jenis barang yaitu Frequency counter (hand held) sebanyak 10 unit senilai Rp48.500.000,00 belum diterima oleh Balai Monitor Banten. Dengan demikian Berita Acara Selesai Pekerjaan Nomor: 13/BA-SP/BM-BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor: 13/BA-ST/BM-BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam hal ini PPK belum mengenakan denda keterlambatan sebesar Rp25.506.250,00 (5% x Rp510.125.000,00) sesuai dengan denda maksimal berdasarkan SPK.

c. Pemeliharaan dan Perbaikan Perangkat RMS pada Balai Monitor Banten Hasil pemeriksan fisik oleh BPK pada 3 Maret 2010 menunjukkan bahwa satu

dari empat Spectrum Analyzer (SPA) yang dikalibrasi belum dikembalikan oleh PT LGP. PT LGP memberikan penjelasan sesuai dengan surat pemberitahuan Nomor: 003/LGP/ADM/101/I/2010 tanggal 20 Januari 2010 bahwa SPA Advantest U3772 tidak dapat dikalibrasi oleh PT TI karena alat tersebut dalam kondisi rusak. Namun, Pengelola Barang Balai Monitor Banten menyatakan bahwa saat alat tersebut diambil oleh PT LGP untuk dikalibrasi, alat tersebut dalam kondisi baik sesuai dengan Berita Acara Pekerjaan Pemeliharaan. Dengan demikian Berita Acara Selesai Pekerjaan Nomor: 12/BA-SP/BM-BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 serta Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor: 12/BA-ST/BM-BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 tidak sesuai kondisi senyatanya. Walaupun PT LGP belum menyelesaikan semua pekerjaan, PPK telah membayar lunas sesuai harga kontrak dan tidak mengenakan sanksi denda kepada PT LGP. Menurut Ketentuan Pasal 37 dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, PPK mengenakan denda kepada PT LGP sebesar 1‰ dari nilai kontrak sebesar Rp274.725.000,00 minimal selama 135 hari (14 Desember 2009 s.d. 28 April 2010) yaitu sebesar Rp37.087.875,00 (1‰ x Rp274.725.000,00 x 135). Namun denda maksimal menurut Pasal 15 ayat (1) SPK adalah sebesar 5% dari nilai kontrak sebesar Rp274.725.000,00 yaitu sebesar Rp13.736.250,00 (5% x Rp274.725.000,00).

d. Pengadaan Presensi Elektronik pada Biro Kepegawaian dan Organisasi Pada TA 2009 Biro Kepegawaian dan Organisasi Setjen Kemkominfo

melaksanakan pekerjaan pengadaan alat presensi elektronik. Hasil pemeriksaan fisik oleh BPK dan hasil konfirmasi kepada pengelola atas hasil pelaksanaan pekerjaan menunjukkan bahwa: 1) Pemasangan alat yang dialokasikan di gedung lobby utama baru dilaksanakan pada

18 Februari 2010 sebanyak empat mesin absensi elektronik, sehingga terdapat keterlambatan penyelesaian pekerjaan selama 95 hari dari yang dipersyaratkan. Sesuai dengan Pasal 2 Surat perjanjian keseluruhan pekerjaan pangadaan barang/jasa absensi elektronik dilaksanakan selama lima hari kalender dan berakhir pada 15 Desember 2009.

2) Sebanyak dua unit Hub/Switch Merk D Link Type DES 100D belum dimanfaatkan untuk operasional instalasi mesin absen elektronik.

Walaupun PT CS terlambat menyelesaikan pekerjaan selama 65 hari, Pejabat Pembuat Komitmen membayar lunas sesuai harga kontrak dan tidak mengenakan sanksi denda kepada PT CS. Dalam hal ini pelaksana pekerjaan belum dikenakan denda

Page 131: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 41 dari 66

keterlambatan Rp6.019.931,50 (5% x Rp120.398.630,00) sesuai dengan denda maksimal berdasarkan SPK.

e. Pelaksana Pekerjaan Pengadaan Peralatan Community Acces Point (CAP) Belum Dikenakan Sanksi Denda Keterlambatan Sebesar Rp5,88 Juta

Pada TA 2009 Direktorat Pemberdayaan Telematika Ditjen Aptel Kemkominfo melaksanakan pengadaan Community Acces Point (CAP) untuk 15 lokasi Kabupaten/Kota. Sesuai dengan Pasal 1 SPK, lingkup pekerjaan pengadaan peralatan Community Acces Point (CAP) menyediakan barang dan jasa pada 15 lokasi pesantren atau sekolah yang ditunjuk oleh Ditjen Aptel. Barang tersebut antara lain berupa server, personal computer, dan printer. Jasa yang harus disediakan antara lain berupa asuransi dan biaya pengiriman, biaya akses internet, biaya instalasi dan supervisi.

Hasil pemeriksaan secara uji petik di Provinsi Jawa Timur khususnya di Pondok Pesantren SAQJ Kabupaten Probolinggo pada 6 Desember 2009 menunjukkan bahwa peralatan telah disampaikan dan difungsikan sebagaimana yang disyaratkan baik jumlah maupun spesifikasinya. Namun demikian PT ERU sebagai pelaksana pekerjaan hanya memberikan sebesar Rp1.500.000,00 untuk biaya akses internet. Sesuai SPK PT ERU seharusnya memberikan biaya akses internet secara tunai sebesar Rp1.700.000,00 kepada masing-masing pesantren/sekolah. Penelusuran lebih lanjut terhadap dokumen bukti penyerahan biaya akses internet menunjukkan PT ERU memberikan biaya akses internet pada lima dari 15 pesantren/sekolah hanya sebesar Rp1.500.000,00. Tim Pemeriksa menyampaikan informasi tersebut kepada pemilik program, Ditjen Aptel. Ditjen Aptel menindaklanjuti temuan pemeriksaan dengan memperingatkan PT ERU untuk menjalankan kewajibannya secara penuh, dan sampai dengan tanggal 22 Desember 2009 semua kekurangan biaya akses internet telah dibayarkan oleh pelaksana.

Dengan demikian telah terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan peralatan CAP sesuai dengan klausul SPK dan RKS selama empat hari (18 Desember s.d. 22 Desember 2009). Dalam hal ini pelaksana pekerjaan belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp5.883.120,00 (1‰ x 4 hari x Rp1.470.780.000,00).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Pasal 12 yang menyatakan antara lain belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

b. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pasal 37 bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1‰ (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.

c. SPK Nomor: 857/DJPT.4/KOMINFO/6/2009 tanggal 17 Juni 2009 dan Adendum SPK Nomor: 1300A/TU/DJPT.4/KOMINFO/9/2009 tanggal 14 September 2009;

1) Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan selama 198 hari kalender mulai tanggal ditandatanganinya SPMK tanggal 17 Juni 2009 dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II perjanjian yaitu tanggal 31 Desember 2009.

2) Pasal 10 ayat (1) Dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat menyerahkan hasil pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Perjanjian ini tepat pada waktu

Page 132: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 42 dari 66

yang telah ditentukan dalam Pasal 4 Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar 1‰ (satu per mil) dari nilai Perjanjian tersebut pada Pasal 6 Perjanjian ini, atau 1‰ dari Rp1.697.300.000,00 untuk setiap hari keterlambatan dengan maksimum denda sebesar 5% dari nilai perjanjian dan wajib segera dibayar langsung ke Kas Negara.

d. SPK Nomor: 23/SPK/BM-BTN/ALT-KOM/IX/2009 tanggal 28 September 2009 Pasal 13 tentang sanksi dan denda.

e. SPK Nomor: 21/SPK/BM-BTN/PB-RMS/IX/2009 tanggal 28 September 2009 Pasal 15 ayat (1) diatur mengenai sanksi dan denda apabila pihak kedua tidak dapat menyerahkan hasil pekerjaan seperti pada Pasal 2 perjanjian ini, tidak sesuai dengan yang terlampir dalam dokumen kontrak ini dan tidak tepat pada waktu yang telah ditentukan pada Pasal 17 perjanjian ini, maka Pihak Kedua dikenakan denda sebesar 1‰ dari nilai kontrak tersebut pada Pasal 10 perjanjian ini, atau 1‰ dari Rp274.725.000,00 yaitu sebesar Rp274.725,00 untuk setiap hari keterlambatan setinggi-tingginya 5% dan disetorkan ke Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tangerang.

f. Surat Perjanjian Nomor: 11A/SJ.2/SP/12/2009 tanggal 10 Nopember 2009 Pasal 6 tentang sanksi dan denda yang menyatakan bahwa denda kelambatan bilamana jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dilampaui, maka pihak kedua yaitu PT CS dikenakan denda sebesar 1‰ dari harga pekerjaan/nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan atau maksimal 5% dari nilai kontrak/pekerjaan.

g. SPK Nomor: 04/CAP/PPK/DJAT.5/KOMINFO/10/2009 tanggal 19 Oktober 2009 Pasal 12 poin 1 yang menyatakan bahwa bilamana jangka pelaksanaan pekerjaan dilampaui, maka pihak kedua dikenakan denda keterlambatan sebesar 1‰ dari nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan, poin 2 menyatakan jika pihak kedua melakukan kelalaian dan oleh pihak pertama telah diperingatkan secara tertulis 3 kali berturut-turut tidak diindahkan, maka pihak kedua dikenakan denda sebesar 1‰ dari nilai kontrak untuk setiap hari kelalaian.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Penerimaan sanksi denda keterlambatan total sebesar Rp136.010.551,50 (sebesar Rp84.865.000,00 dari PT DI, sebesar Rp25.506.250,00 dari CV DP, sebesar Rp13.736.250,00 dari PT LGP, sebesar Rp6.019.931,50 dari PT CS, dan sebesar Rp5.883.120,00 dari PT ERU) belum diterima negara.

b. Pekerjaan perbaikan serta kalibrasi untuk SPA Advantest R3182 S/N 130900910 belum diterima Balai Monitor Banjarmasin, jasa kalibrasi SPA Advantest U3772 dan Frequency counter (hand held) sebanyak 10 unit dengan nilai Rp48.500.000,00 belum diterima oleh Balai Monitor Banten.

c. Mengingat SPA merupakan alat bantu yang sangat penting bagi Balai Monitor dalam menjalankan tugas monitoring, kegiatan Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Banjarmasin dalam melaksanakan tupoksinya menjadi tidak optimal.

Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. Kelalaian dan ketidakcermatan Panitia Pemeriksa/Penerima Barang/Jasa dan pemilik

kegiatan, serta lemahnya pengendalian dan pengawasan Pejabat Pembuat Komitmen. b. Para pelaksana pekerjaan tidak melaksanakan tanggungjawabnya sebagaimana

mestinya.

Page 133: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 43 dari 66

Pada intinya masing-masing satker mengakui kondisi tersebut. Ditjen Postel akan meminta PT DI untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai serta menarik denda keterlambatan sebesar Rp84.865.000,00 demikian pula Balai Monitor Banten akan menarik denda dan meminta pelaksana pekerjaan menyelesaikan pekerjaan yang kurang.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar: a. Menarik denda keterlambatan total sebesar Rp136.010.551,50 kepada dua pelaksana

pekerjaan dan menyetorkan hasilnya ke Kas Negara. Copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK.

b. Meminta pelaksana pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum diselesaikannya.

c. Meningkatkan kecermatan dalam memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan dan

pembayaran pekerjaan.

Balai Monitor Banten, Biro Kepegawaian dan Organisasi, dan Ditjen Aptel telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan mengenakan sanksi denda keterlambatan dan menyetorkannya ke Kas Negara serta copy bukti setor telah disampaikan ke BPK dengan bukti setor berupa: a. SSBP Nomor 01/SSBP/BM-BTN/4/2010 tanggal 20 April 2010 sebesar Rp

Rp25.506.250,00 (Balai Monitor Banten). b. SSBP Nomor 02/SSBP/BM-BTN/5/2010 tanggal 12 Mei 2010 sebesar

Rp10.500.000,00 (Balai Monitor Banten). c. SSBP tanggal 15 April 2010 sebesar Rp6.019.931,50 untuk keperluan pendapatan

denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah pada pengadaan mesin absensi (Biro Kepegawaian dan Organisasi).

d. SSBP tanggal 5 Mei 2010 sebesar Rp5.883.120,00 untuk keperluan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan peralatan CAP untuk 15 lokasi, PT Elmara Rezki Utama (Ditjen Aptel).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:

315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada: a. Dirjen Postel agar

1) Direktur Frekuensi menarik denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp84.865.000,00 untuk disetorkan ke Kas Negara.

2) Menarik denda keterlambatan pengadaan alat studio dan komunikasi sebesar Rp25.506.250,00.

3) Menarik sanksi denda pemeliharaan dan perbaikan pernagkat RMS pada Balai Monitor Banten sebesar Rp13.736.250,00 untuk disetorkan ke Kas Negara.

4) PPK memerintahkan kepada pelaksana pekerjaan segera menyelesaikan kewajibannya.

5) Tim penerima pekerjaan lebih cermat dalam memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

Page 134: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 44 dari 66

6) PPK meningkatkan pengawasan dan pengendalian proses pelaksanaan dan pembayaran pekerjaan.

b. Sekjen agar memerintahkan Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk menarik denda keterlambatan pengadaan presensi elektronik sebesar Rp6.019.931,00.

c. Dirjen Aptel agar memerintah Direktur Pemberdayaan Telematika untuk menarik dan menyetorkan denda keterlambatan pengadaan peralatan CAP sebesar Rp5.883.120,00.

1.2.7 Pelaksanaan Beberapa Pekerjaan dan Kegiatan Tidak Sesuai Ketentuan

Komunikasi dan Informatika melalui Balai Pengkajian dan Pengembangan Komujnikasi dan Informatika (BPPKI) Jakarta, Loka Monitor Ternate dan Balai Monitor Kupang 2009 mengadakan beberapa pekerjaan pengadaan peralatan kantor, pengadaan meubelair, pemeliharaan kantor, pemeliharaan alat dan mesin dan kegiatan kerja lembur. Hasil pemeriksaan pada pekerjaan-pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Pengadaan peralatan kantor pada BPPKI Jakarta

Sesuai Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) tahun 2009 pada BPPKI Jakarta terdapat kegiatan pengadaan peralatan kantor pada program peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara yang dialokasikan pada mata anggaran 532111, belanja modal peralatan dan mesin, sebesar Rp100.000.000,00. Belanja pengadaan peralatan kantor direalisasikan melalui dua pekerjaan yaitu:

No. Kontrak Nilai (Rp) Pelaksana Nomor Tanggal 1. 142A/BPPKI/SPK/VIII/2009 7 Agustus 2009 49.295.500,00 CV CN 2. 166/SPK/BPPKI/XI/2009 10 Nopember 2009 49.800.000,00 CV FA Jumlah 99.095.500,00

Hasil pemeriksaan atas pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat

Pengadaan Barang (PPB) merealisasikan pengadaan peralatan kantor tersebut dengan memecah menjadi dua pekerjaan sehingga nilai pengadaan menjadi dibawah Rp50.000.000,00.

b. Pejabat Pengadaan Barang tidak membuat dan menyusun HPS secara benar dan profesional yang seharusnya digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran dari penawaran rekanan.

c. Hasil perbandingan harga kedua pengadaan tersebut dengan harga pembanding, menunjukkan kelebihan memperhitungkan harga total sebesar Rp9.423.500,00. Dengan demikian terdapat pemborosan sebesar Rp9.423.500,00 dengan rincian sebagai berikut:

No. Jenis Barang Jml

Harga Satuan

(Rp)

Harga Pembanding (Rp)

Selisih (Rp)

Total selisih (jumlah x

selisih) (Rp)

Harga Laba 15% PPN 10% Total Harga

1. Notebook HP Presario CQ20-412TU

2 14.015.000,00 8.900.000,00 1.335.000,00 1.023.500,00 11.258.500,00 2.756.500,00 5.513.000,00

2. Notebook Mini HP Preasrio 1013TU

2 7.205.000,00 4.150.000,00 622.500,00 477.250,00 5.249.750,00 1.955.250,00 3.910.500,00

Jumlah 9.423.500,00

Pengadaan meubelair pada Loka Monitor Ternate Sesuai POK tahun 2009 Loka Monitor Ternate mengadakan meubelair.

Pengadaan yang dialokasikan pada belanja modal peralatan dan mesin sebesar Rp59.250.000,00. Selain itu terdapat kegiatan perawatan gedung kantor yang telah

Page 135: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 45 dari 66

dialokasikan pada belanja pemeliharaan gedung kantor sebesar Rp261.138.000,00. Belanja modal peralatan dan mesin serta biaya pemeliharaan gedung kantor direalisasikan dalam beberapa pekerjaan sebagai berikut:

No. Kontrak Pekerjaan Nilai (Rp) Pelaksana Nomor Tanggal 1. KU.203/B.15j/LOKA-TTE/I/2009 16/1/2009 Pengadaan meubelair 43.000.000,00 CV MSM 2. KU.203/B.15k/LOKA-TTE/I/2009 16/1/2009 Pengadaan meubelair 16.250.000,00 CV AA Jumlah 59.250.000,00

1. KU.203/B.68.d/LOKA-TTE/II/2009 03/2/2009 Pengecatan kantor 50.000.000,00 CV BA 2. KU.203/B.110/LOKA-TTE/II/2009 18/2/2009 Pengecatan atap mess 38.000.000,00 CV BA 3. KU.203/B.68e/LOKA-TTE/II/2009 03/2/2009 Pengecatan mess operator 40.000.000,00 CV GBA 4. KU.203/B.110a/LOKA-TTE/II/2009 18/2/2009 Pengecatan atap kantor 25.000.000,00 CV GBA 5. KU.203/B.91/LOKA-TTE/II/2009 12/2/2009 Pengecatan pos jaga 32.988.000,00 CV FIU Pengecatan dan perbaikan ruang garasi Pengecatan ruang genset Pengecatan halaman kantor

6. KU.203/B.299/LOKA-TTE/IV/2009 21/3/2009 Perbaikan pintu 50.000.000,00 CV BA Perbaikan wastafel Perbaikan plafond Perbaikan kamar mandi

7. KU.203/B.237/LOKA-TTE/IV/2009 01/3/2009 Perbaikan pintu 24.300.000,00 CV GBA Perbaikan jendela Perbaikan kamar mandi Jumlah 260.288.000,00

Hasil pemeriksaan atas pekerjaan-pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1) KPA/PPK dan PPB merealisasikan belanja pemeliharaan gedung dan bangunan dengan memecah pekerjaan menjadi beberapa pekerjaan sehingga nilai pekerjaan dibawah Rp50.000.000,00. Tujuannya adalah untuk menghindari proses pelelangan.

2) PPB tidak membuat dan menyusun HPS yang seharusnya digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran dari penawaran rekanan dan tidak membuat rincian biaya pekerjaan/kegiatan didalam Surat Perjanjian Pekerjaan.

3) PPB tidak melakukan negosiasi untuk mendapatkan harga yang paling menguntungkan.

4) Pelaksana beberapa pekerjaan pemeliharaan tersebut yaitu CV AA dan CV MSM adalah dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama yaitu HSAB, SA dan FA, dan CV BA dan CV GBA adalah dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama yaitu DB, He, dan SA.

5) Analisis harga terhadap SPK Nomor: KU.203/B.15j/LOKA-TTE/I/2009 tanggal 16 Januari 2009 menunjukkan ada kemahalan harga sebesar Rp18.246.000,00 jika dibandingkan dengan harga pasar.

6) Dari dua pekerjaan pengecatan atap gedung diketahui terdapat kemahalan harga sebesar Rp13.000.000,00 jika dibandingkan dengan harga pasar.

7) Dari tiga pekerjaan pengecatan gedung terdapat nilai pekerjaan per m2 yang terendah sebesar Rp43.502,84 yaitu pada SPK Nomor: KU.203/B.68e/LOKA-TTE/II/2009. Jika harga satuan/m2 yang terendah tersebut dijadikan sebagai dasar harga satuan kedua SPK yang lain maka terdapat kelebihan perhitungan harga sebesar Rp43.069.354,68.

8) Hasil perbandingan dengan harga pasar menunjukkan kemahalan harga sebesar Rp13.140.000,00 (Rp24.300.000,00 – Rp11.160.000,00) atas pekerjaan perbaikan pintu, jendela, dan kamar mandi sesuai SPK Nomor: KU.203/B.237/LOKA-TTE/IV/2009.

Page 136: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 46 dari 66

9) Hasil pemeriksaan fisik pekerjaan perbaikan pintu, wastafel, plafond dan kamar mandi sesuai SPK Nomor: KU.203/B.299/LOKA-TTE/IV/2009 menunjukkan bahwa perbaikan hanya pada pipa wastafel 2 unit, penggantian plafond 2 kamar mandi dan bak air kamar mandi yang bocor. CV BA tidak merinci biaya untuk setiap pekerjaan perbaikan tersebut. BPK menghitung ulang biaya untuk pekerjaan perbaikan tersebut, dan hasilnya menunjukkan terdapat kelebihan perhitungan nilai pekerjaan sebesar Rp30.000.000,00.

Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Berupa Pemeliharaan Perangkat RMS I, II, III dan Fasilitas Pendukung Radio Monitoring System pada Balai Monitor Kupang

Pada TA 2009, Balai Monitor Kupang mengadakan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Berupa Pemeliharaan perangkat RMS I, II, III dan Fasilitas Pendukung Radio Monitoring System yang dilaksanakan oleh PT LGP. Sesuai dengan kontrak Nomor: 286.A/KP.004/IV/BLM-KPG.2009 tanggal 28 April 2009, pekerjaan dilaksanakan selama 60 hari kalender sejak tanggal 29 April 2009 sampai dengan 26 Juni 2009. Pekerjaan tersebut telah diserahterimakan sesuai Berita Acara Serah Terima Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 411/KP.004/VI/BLM.KPG-2009 tanggal 26 Juni 2009 dan telah dibayar lunas sesuai SP2D Nomor: 176217M/039/111 tanggal 29 Juni 2009 dan SPM Nomor: 00065/613480/BLM.53/2009.

Hasil pemeriksaan atas pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Pelaksana pekerjaan ditentukan melalui Penunjukan Langsung sesuai dengan Surat

Keputusan Kepala Balai Monitor Kupang TA 2009 Nomor: 275/KP.004/IV/BLM-KPG/2009 tentang Penetapan Pelaksana Pekerjaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Berupa Pemeliharaan Perangkat RMS I, II, III, dan Fasilitas Pendukung Radio Monitoring System Kantor Balai Monitor Klas II Kupang TA 2009.

b. Panitia pengadaan barang/jasa tidak mendokumentasikan perhitungan dan data yang mendasari penyusunanan/penetapan HPS.

Kegiatan Kerja Lembur pada BPPKI Jakarta Pada tahun 2009 BPPKI Jakarta telah melaksanakan kerja lembur yang dilakukan

setiap hari Sabtu dan Minggu selama enam bulan dengan biaya honor lembur sebesar Rp34.854.000,00. Kerja lembur adalah segala pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Pegawai Negeri Sipil pada waktu-waktu tertentu di luar waktu kerja sebagaimana telah ditetapkan bagi tiap-tiap instansi dan kantor pemerintah.

Hasil pemeriksaan secara uji petik atas bukti pertanggungjawaban keuangan menunjukkan terdapat pengeluaran biaya lembur sebesar Rp34.854.000,00 tidak didukung dengan daftar hadir kerja lembur dengan rincian sebagai berikut:

No. Bulan No. Dan tgl. SPK Lembur Personil Jumlah Uang (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Januari 2009 Februari 2009 Maret 2009 April 2009 Mei 2009 September 2009

Nomor: /BPPI-JKT/K/1/2009 Tgl. 2 Januari 2009 Nomor: /BPPI-JKT/K/2/2009 Tgl. 30 Januari 2009 Nomor: 135/BPPI-JKT/K/2009 Tgl. 28 Pebruari 2009 Nomor: 136/BPPI-JKT/K/2009 Tgl. 31 Maret 2009 Nomor: 137/BPPI-JKT/K/5/2009 Tgl. 30 April 2009 Nomor: /BPPI/K/8/2009 Tgl. 31 Agustus 2009

11 orang 11 orang 11 orang 11 orang 11 orang 11 orang

5.918.000,00

5.104.000,00

6.380.000,00

6.416.000,00

6.416.000,00

4.620.000,00

Jumlah 34.854.000,00

Page 137: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 47 dari 66

Dalam Surat Perintah Kerja Lembur yang dikeluarkan oleh Kepala BPPKI Jakarta dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan perintah kerja lembur harus dibuat daftar hadir sesuai dengan kenyataan.

Konfirmasi kepada Kepala BPPKI Jakarta menginformasikan bahwa sebagian pelaksanaan lembur tidak dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu melainkan pada hari kerja. Output atau hasil kerja lembur pada intinya merupakan hasil dari kegiatan rutin yang tidak dilaksanakan pada waktu kerja rutin. Dengan demikian pekerjaan tersebut sebenarnya tidak perlu dilemburkan karena merupakan pekerjaan rutin sehari-hari yang seharusnya dikerjakan pada jam kerja harian. Selain itu, hasil perhitungan ulang menunjukkan terdapat kelebihan bayar sebesar Rp1.076.450,00 atas pembayaran honor lembur yang dilakukan pada hari kerja/bukan hari libur. Sesuai dengan PER-41/PB/2009 tanggal 1 Oktober 2009, tentang Prosedur dan Tata Cara Permintaan serta Pembayaran Uang Lembur Bagi Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 ayat (3), pemberian uang lembur pada hari libur kerja sebesar 200% dari besarnya uang lembur pada hari kerja.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa

1) Pasal 5 tentang etika pengadaan yaitu pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika sebagai diantaranya menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

2) Pasal 13 Bagian Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri menyatakan: a) Pengguna barang/jasa wajib memiliki HPS yang dikalkulasikan secara

keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan. b) HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh pengguna

barang/jasa. c) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran

termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

3) Lampiran I poin C.1.a.(4) yang menyatakan bahwa Penunjukan Langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Keadaan tertentu, yaitu:

a) penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam; dan/atau

b) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

c) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan: (a) untuk keperluan sendiri; dan/atau (b) teknologi sederhana; dan/atau (c) resiko kecil; dan/atau

Page 138: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 48 dari 66

(d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil

2) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu: (1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah; atau

(1) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau

(2) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

(3) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya.

4) Lampiran I Bab I.A.1.a.3) a) yang menyatakan bahwa Pengguna barang/jasa dilarang: memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan;

b. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa belanja atas beban anggaran negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-41/PB/2009 tanggal 1 Oktober 2009, tentang Prosedur dan Tata Cara Permintaan serta Pembayaran Uang Lembur Bagi Pegawai Negeri Sipil: 1) BAB I Pasal 1 ayat (7) menyatakan bahwa daftar hadir lembur adalah daftar yang

memuat nama dan tanda tangan Pegawai Negeri Sipil sebagai bukti bahwa pegawai tersebut hadir dan melaksanakan kerja lembur.

2) BAB III Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa pembayaran uang lembur didasarkan pada daftar hadir lembur.

3) BAB IV Pasal 11 menyatakan bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2009.

d. Surat Perintah Kerja Lembur Kepala BPPKI Jakarta Nomor: 137/BPPI_JKT/K/5/2009 menyatakan dalam pelaksanaan perintah ini harus dibuat daftar hadir sesuai dengan kenyataan.

Kondisi tersebut mengakibatkan para satker tidak mempunyai dasar untuk

menilai kewajaran penawaran guna mendapatkan harga yang paling menguntungkan bagi negara dan mengakibatkan pemborosan biaya pengadaan sebesar Rp126.878.854,68 dan pemborosan atas biaya lembur pada BPPKI Jakarta sebesar Rp34.854.000,00, serta kelebihan pembayaran honor lembur sebesar Rp1.076.450,00.

Kondisi tersebut terjadi karena: a. KPA dan PPB memecah pengadaan menjadi beberapa paket pekerjaan sehingga tidak

terjadi pelelangan. b. Kelalaian panitia pengadaan barang dan jasa dalam melakukan pekerjaan

pemeliharaan peralatan dan lemahnya pengendalian/pengawasan PPK. c. Kurangnya pengawasan dan pengendalian Kepala BPPKI Jakarta.

Page 139: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 49 dari 66

d. Bendahara pengeluaran pada BPPKI Jakarta kurang memahami peraturan mengenai lembur tersebut.

Para Kepala Satker kecuali Kepala Satker BPPKI Jakarta pada intinya mengakui

kondisi tersebut dan akan memperbaiki di waktu yang akan datang. BPK akan menindaklanjuti temuan kegiatan kerja lembur pada BPPKI Jakarta

dalam pemeriksaan yang akan dilaksanakan pada semester berikut. BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam mengevaluasi harga serta memedomani Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa secara lebih tegas.

b. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

c. Menarik kelebihan uang lembur dan menyetorkannya kepada Kas Negara sebesar Rp1.076.450,00.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:

315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada: a. Dirjen Postel agar:

1) Panita pengadaan agar meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam mengevaluasi harag sesuai Keppres Nomor 80 Tahun 2003

2) Panitia pengadaan barang dan jasa meningkatkan pengawasan dan pengendalian proses pelaksanaan barang dan jasa.

b. Kabalitbang agar: 1) Panita pengadaan meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam

mengevaluasi harga sesuai Keppres Nomor 80 Tahun 2003 2) BPPKI Jakarta menarik kelebihan pembayaran honor lembur sebesar

Rp1.076.450,00 dan menyetorkannya ke Kas Negara.

1.2.8 Bendahara Pengeluaran pada Empat Satker Ditjen Postel Belum Memotong Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target Sebesar Rp66,29 Juta dan Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Sebesar Rp36,16 Juta dari Pelanggaran Aturan Jam Kerja Pegawai LRA Kemkominfo TA 2009 melaporkan realisasi Belanja Barang sebesar

Rp813.983.906.684,00. Senilai Rp437.431.520.787,00 diantaranya merupakan realisasi Belanja Barang Eselon I Ditjen Postel. Realisasi tersebut termasuk realisasi beberapa tunjangan yang ada di lingkungan Ditjen Postel. Dua tunjangan diantaranya adalah Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target (BOPT) dan Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi PNBP (Tunjangan Intensifikasi) dengan total anggaran masing-masing sebesar Rp73.308.962.000,00 dan Rp38.932.166.000,00 untuk seluruh pegawai Ditjen Postel di 35 satker, baik pusat maupun daerah. Tunjangan BOPT dan Intensifikasi PNBP tersebut diberikan dalam rangka untuk lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan

Page 140: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 50 dari 66

tugas kedinasan yang bersifat segera dan atau bersifat khusus serta sebagai upaya meningkatkan motivasi dan gairah kerja di lingkungan Ditjen Postel. Penelusuran lebih lanjut atas kedua tunjangan tersebut menunjukkan sebagai berikut: a. Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target (BOPT) PNBP

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi (SK Dirjen Postel) Nomor: 30/DIRJEN/2009 tanggal 4 Februari 2009 tentang pemberian BOPT PNBP, kepada masing-masing pejabat dan pegawai diberikan tunjangan BOPT setiap bulan yang besarnya adalah sebagai berikut: 1) Pejabat Struktural berkisar antara Rp 5.000.000,00 s.d. Rp 6.470.588,00,

Pegawai Non Struktural berkisar antara Rp 2.647.059,00 s.d. Rp 4.411.765,00. 2) Biaya operasional tersebut sudah termasuk pajak sebesar 15%. Pengaturan pemberian biaya operasional bagi pegawai Ditjen Postel adalah: 1) Pegawai yang setiap kali terlambat datang atau pulang cepat tanpa alasan yang

jelas dan masuk akal dikenakan potongan tunjangan BOPT sebesar 2,5% per hari dari jumlah tunjangan yang diterima setiap bulan.

2) Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah setiap harinya dikenakan potongan tunjangan BOPT PNBP sebesar 4% dari tunjangan yang diterima setiap bulannya. Besarnya potongan tunjangan BOPT PNBP bagi pegawai yang sering tidak masuk kerja maksimal 50% dari tunjangan yang diterima setiap bulan.

3) Pegawai yang setiap kali terlambat masuk kerja dan tidak mengikuti apel dan senam kesegaran jasmani dan olah raga lainnya tanpa alasan yang sah (mangkir), kepadanya dikenakan potongan BOPT PNBP sebesar 5% dari tunjangan yang diterima setiap bulan.

Pemeriksa memverifikasi secara uji petik dokumen daftar hadir dan mencocokkannya dengan Daftar Tunjangan yang dibayarkan kepada pegawai Ditjen Postel pada Satker Kantor Pusat, Satker Balai Monitor Surabaya, Satker Balai Monitor Banten dan Satker Loka Monitor Ternate. Hasilnya menunjukkan bahwa: 1) Kantor Pusat Ditjen Postel

Sesuai dengan dokumen daftar hadir pegawai Satker Kantor Pusat dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2009, beberapa pegawai terlambat datang atau pulang cepat tanpa alasan yang jelas dan masuk akal serta tidak masuk kerja/tidak menandatangani daftar hadir kerja tanpa dilengkapi keterangan/alasan yang sah. Namun demikian kepada pegawai-pegawai yang melanggar aturan jam kerja tersebut tidak dikenakan pemotongan tunjangan sesuai ketentuan yang berlaku. Bendahara Pengeluaran seharusnya mengenakan potongan tunjangan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 sebesar Rp14.110.012,00 dengan rincian sebagai berikut: No. Bulan Jumlah Pemotongan yang

Seharusnya Dikenakan (Rp) 1. Oktober 3,595.006,00 2. November 3,465.003,00 3. Desember 7.050,003,00

Jumlah 14.110.012,00

2) Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Banten Sesuai dengan dokumen daftar hadir pegawai bulan Januari s.d. Oktober 2009 pada Balai Monitor Surabaya dan bulan September s.d. Desember 2009 pada Balai Monitor Banten, diketahui beberapa pegawai terlambat masuk kerja dan atau pulang cepat; dan/atau tidak masuk kerja dengan keterangan izin namun

Page 141: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 51 dari 66

tidak didukung dengan surat izin, sehingga termasuk dalam kategori tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah. Namun kepada pegawai-pegawai yang melanggar aturan jam kerja tidak dikenakan pemotongan tunjangan sesuai ketentuan yang berlaku. Nilai potongan tunjangan yang seharusnya dikenakan oleh Bendahara Pengeluaran Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Banten adalah masing-masing sebesar Rp13.752.500,00 dan Rp28.555.018,00 dengan rincian sebagai berikut:

No. Bulan Balai Monitor Surabaya (Rp)

Balai Monitor Banten (Rp)

1. Januari 1.057.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 2. Februari 1.812.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 3. Maret 1.706.250,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 4. April 673.750,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 5. Mei 1.302.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 6. Juni 1.126.250,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 7. Juli 1.521.250,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 8. Agustus 1.382.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi) 9. September 928.750,00 5.331.505,00 10. Oktober 2.241.250,00 5.233.504,00 11. November (Tidak dilakukan verifikasi) 8.985.004,00 12. Desember (Tidak dilakukan verifikasi) 9.005.005,00

Jumlah 13.752.500,00 28.555.018,00

3) Loka Monitor Ternate Hasil verifikasi atas dokumen daftar hadir pegawai dan daftar pembayaran tunjangan pegawai pada Loka Monitor Ternate menunjukkan bahwa dua orang pegawai pada satker tersebut seharusnya dikenakan potongan BOPT dengan total nilai sebesar Rp9.880.000,00, masing-masing sebesar Rp9.750.000,00 dan Rp130.000,00. Pemotongan ini terkait dengan mangkirnya (tidak masuk kerja) dua pegawai yang bersangkutan setelah kembali dari menjalankan tugas dinas luar.

b. Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi PNBP Berdasarkan SK Dirjen Postel Nomor: 35A/DIRJEN/2009 tanggal 9 Februari 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Operasional Intensifikasi PNBP bagi para pegawai di lingkungan Ditjen Postel, kepada masing-masing pegawai diberikan tunjangan setiap bulan yang besarnya berkisar antara Rp1.647.159,00 s.d. Rp2.480.000,00 per bulan. Biaya operasional tersebut sudah termasuk pajak sebesar 15%. Tunjangan Intensifikasi PNBP tersebut tidak diberikan kepada PNS Non eselon yang tidak hadir tanpa alasan yang sah dengan besaran potongan per hari adalah besaran operasional intensifikasi PNBP per bulan dibagi 22 hari, PNS Non eselon yang mengikuti pendidikan dan dibebastugaskan dari tugas kedinasan dan PNS Non eselon yang ditempatkan/diperbantukan pada instansi lain di luar Kemkominfo. BPK memverifikasi dokumen daftar hadir pegawai dan membandingkannya dengan bukti pertanggung jawaban atas pembayaran tunjangan Satker Kantor Pusat, Satker Balai Monitor Surabaya, Satker Balai Monitor Banten dan Satker Loka Monitor Ternate. Hasil verifikasi menunjukkan masing-masing Bendahara Pengeluaran Satker tidak memotong tunjangan pegawai-pegawai yang melanggar aturan jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu: 1) pegawai tidak masuk kerja atau tidak menandatangani daftar hadir tanpa alasan

yang sah;

Page 142: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 52 dari 66

2) pegawai terlambat masuk kerja dan pulang lebih cepat; 3) pegawai tidak masuk kerja dengan keterangan izin tanpa didukung dengan surat

izin sehingga termasuk kategori tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah. Nilai potongan tunjangan yang seharusnya dikenakan pada empat satker adalah sebesar Rp36.155.005,32, dengan rincian sebagai berikut: 1) Kantor Pusat Ditjen Postel

Nilai potongan tunjangan dari bulan Oktober s.d. Desember 2009 yang seharusnya dikenakan adalah sebesar Rp6.026.136,00, yaitu: No. Bulan Jumlah Pemotongan yang

Seharusnya Dikenakan (Rp) 1. Oktober 2,091.409,00 2. November 2,182,182,00 3. Desember 1,752,545,00 Jumlah 6.026.136,00

2) Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Banten Nilai potongan tunjangan yang seharusnya dilakukan oleh Balai Monitor Banten pada bulan September s.d. Desember 2009 dan Balai Monitor Surabaya pada Januari s.d. Oktober 2009 adalah sebesar Rp25.382.824,00 dan Rp4.746.045,32 dengan rincian sebagai berikut:

No. Bulan

Potongan yang seharusnya dilakukan

Balai Monitor Surabaya (Rp)

Potongan yang seharusnya

dilakukan Balai Monitor Banten (Rp)

1. Januari 166.909,09 - 2. Februari 562.227,25 - 3. Maret 594.272,71 - 4. April 83.454,55 - 5. Mei 486.090,89 - 6. Juni 569.545,44 - 7. Juli 753.863,61 - 8. Agustus 594.272,71 - 9. September 434.681,81 5.393.943,00

10. Oktober 500.727,27 6.135.762,00 11. Nopember - 7.051.483,00 12. Desember - 6.801.636,00

Jumlah 4.746.045,32 25.382.824,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. SK Dirjen Postel Nomor: 30/DIRJEN/2009 tanggal 4 Februari 2009 tentang

pemberian Biaya Operasional Pencapaian Target Penerimaan Negara Bukan Pajak. b. SK Dirjen Postel Nomor: 35A/DIRJEN/2009 tanggal 9 Februari 2009 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Operasional Intensifikasi Penerimaan Negara Bukan Pajak bagi para pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran tunjangan BOPT PNBP

sebesar Rp66.297.530,00 (Rp14.110.012,00 + Rp13.752.500,00 + Rp28.555.018,00 + Rp9.880.000,00) dan Tunjangan Intensifikasi PNBP sebesar Rp36.155.005,32 (Rp6.026.136,00 + Rp25.382.824,00 + Rp4.746.045,32).

Page 143: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 53 dari 66

Kondisi tersebut disebabkan: a. Bendahara Pengeluaran dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada masing-masing

satker kurang tegas dalam mengenakan sanksi pemotongan tunjangan. b. Kurangnya pengawasan oleh Kepala Satker terkait. c. Ditjen Postel mengakui bahwa disiplin kerja para pegawai kurang optimal.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar: a. Menarik kelebihan pembayaran tunjangan BOPT PNBP sebesar Rp66.297.530,00

dan Tunjangan Intensifikasi PNBP sebesar Rp36.155.005,32. b. Mengenakan sanksi pemotongan tunjangan pegawai-pegawai yang melanggar aturan

jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku. c. Meningkatkan pengawasan terhadap disiplin kerja para pegawai.

Balai Monitor Surabaya dan Loka Ternate telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan menarik kembali kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara serta copy bukti setor telah disampaikan ke BPK dengan bukti setor berupa: a. SSBP Nomor 02/XII/2009 tanggal 28 Desember 2009 untuk keperluan pengembalian

kelebihan BOPT TA 2009 sebesar Rp13.752.500,00 (Balai Monitor Surabaya). b. SSBP Nomor 03/XII/2009 tanggal 28 Desember 2009 untuk keperluan pengembalian

kelebihan biaya intensifikasi TA 2009 sebesar Rp4.746.045,32 (Balai Monitor Surabaya).

c. Kelebihan pembayaran total sebesar Rp9.880.000,00 dengan bukti setor Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) nomor 001 tanggal 29 Maret 2010 sebesar Rp165.520.654,00 untuk keperluan pengembalian perbaikan peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.95/LOKA-TTE/II/2009, pengembalian perbaikan dan pemeliharaan peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.98/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.452/LOKA-TTE/IX/2009, pengembalian pemeliharaan dilakukan dengan penunjukan langsung SPK Nomor: KU.203/B.110/LOKA-TTE/II/2009 KU.203/B.68d/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.68e/LOKA-TTE/II/2009 KU.203/-B.91/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.237-/LOKA-TTE/IV/2009 KU.203/B.299/-LOKA-TTE/IV/2009, pengembalian tunjangan BOPT PNBP a.n. SSP dan DR(Loka Ternate).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:

315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar: a. Bendahara Pengeluaran pada empat satker terkait menarik kelebihan pembayaran

tunjangan BOPT PNBP sebesar Rp42.665.030,00 dan tunjangan intensifikasi PNBP sebesar Rp31.408.960,00 dan menyetorkannya ke Kas Negara.

b. Bendahara Pengeluaran mengenakan sanksi pemotongan tunjangan bagi pegawai yang melanggar aturan jam kerja sesuai ketentuan.

c. Para Direktur dan sekretaris Ditjen Postel agar meningkatkan pengawasan terhadap disiplin kerja para pegawai di lingkungan satuan kerja masing-masing.

Page 144: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 54 dari 66

1.2.9 Bukti Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas Pegawai pada Enam Satker Kemkominfo Tidak Menggambarkan Kondisi Senyatanya Dalam rangka pemeriksaan LK Kemkominfo Tahun 2009, BPK menganalisis

secara uji petik bukti pertanggungjawaban perjalanan dinas pegawai pada enam satker Kemkominfo yaitu Inspektorat Jenderal (Itjen), Badan Informasi Publik (BIP), Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal (Rocan), Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP), Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) dan Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya (BPPKI Surabaya). Perjalanan dinas dibiayai dari anggaran belanja barang. Pada Tahun Anggaran 2009 realisasi belanja barang pada Kemkominfo adalah sebesar Rp813.973.669.854,00, diantaranya direalisasikan sebesar Rp123.630.983.700,00 pada BTIP, sebesar Rp11.486.239.440,00 pada Itjen, sebesar Rp78.394.107.058,00 pada Setjen, sebesar Rp60.593.209.471,00 pada BIP, sebesar Rp8.192.883.265,00 pada BBPPT, dan sebesar Rp1.612.247.337,00 pada BPPKI Surabaya. Hasil pemeriksaan dokumen atas bukti pertanggungjawaban perjalanan dinas dan hasil konfirmasi kepada maskapai penerbangan serta klarifikasi kepada pelaksana perjalanan dinas menunjukkan sebagai berikut:

a. Indikasi Perjalanan Dinas Pada Kemkominfo yang Tidak Dilaksanakan Sesuai Bukti Pertanggungjawabannya pada BTIP, Itjen, Setjen, BIP, dan BBPPT 1) Hasil konfirmasi kepada pimpinan maskapai penerbangan GI, menunjukkan

terdapat perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan dengan menggunakan maskapai sesuai tiket yang dilampirkan sebagai bukti pertanggungjawaban perjalanan dinas. Pengeluaran untuk perjalanan dinas tersebut berupa biaya tiket pesawat, airport tax, transport lokal, akomodasi dan uang harian total sebesar Rp1.371.305.704,00 yaitu pada Itjen sebesar Rp763.014.300,00, pada BIP sebesar Rp48.930.904,00, pada Biro Perencanaan sebesar Rp68.804.000,00, pada BTIP sebesar Rp365.086.400,00, dan pada BBPPT sebesar Rp125.097.100,00. Namun Pengelola Kegiatan menanggapi kondisi tersebut dengan menyatakan bahwa: a) Perjalanan dinas dilakukan dengan menggunakan maskapai lain yaitu LA

dan SA maupun menggunakan Kereta Api. Pihak pengelola kegiatan mengajukan tiket yang diakui sebagai tiket sesungguhnya yang digunakan untuk perjalanan dengan total Rp430.854.950,00. Perbandingan harga tiket (termasuk airport tax) GI dengan tiket lain yang diajukan oleh pengelola kegiatan adalah sebagai berikut:

No. Satker Harga Tiket GI (Rp)

Harga Tiket Lain (Rp) Selisih (Rp)

1. Itjen 381.308.500,00 243.303.600,00 138.004.900,00 2. BIP 18.710.600,00 10.747.300,00 7.963.300,00 3. Biro Perencanaan 34.018.000,00 32.032.000,00 1.986.000,00 4. BTIP 182.537.300,00 105.349.850,00 77.187.450,00 5. BBPPT 73.827.100,00 39.422.200,00 34.404.900,00

Total 690.401.500,00 430.854.950,00 259.546.550,00

Tiket yang diakui pihak pengelola kegiatan tersebut belum dikonfirmasi ke maskapai penerbangan terkait.

Page 145: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 55 dari 66

b) Perjalanan dinas benar dilakukan namun dengan perubahan hari (contohnya pulang lebih cepat), sehingga terdapat selisih biaya yang sebenarnya dikeluarkan (selain tiket) dengan bukti pertanggungjawaban sebagai berikut:

No. Satker Nilai SPJ selain tiket yang dibayarkan (Rp)

Nilai SPJ selain tiket yang dilaksanakan

(Rp) Selisih (Rp)

1. Itjen 65.135.000,00 45.760.000,00 19.375.000,00 2. BIP 2.421.001,00 1.610.500,00 810.501,00 3. BBPPT 2.540.000,00 2.410.000,00 130.000,00

Total 70.096.001,00 49.780.500,00 20.315.501,00

c) Hasil klarifikasi dengan pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas menunjukkan terdapat biaya perjalanan dinas pada Itjen sebesar Rp54.008.500,00 yang memang tidak dilaksanakan.

2) Hasil konfirmasi dengan pimpinan maskapai penerbangan BA dan MA menunjukkan terdapat perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan dengan menggunakan maskapai sesuai tiket yang dilampirkan sebagai bukti pertanggungjawaban perjalanan dinas. Pengeluaran untuk perjalanan dinas tersebut berupa tiket pesawat, airport tax, transport lokal, akomodasi dan uang harian total sebesar Rp107.269.000,00, yaitu pada Itjen sebesar Rp103.999.000,00 dan Biro Perencanaan sebesar Rp3.270.000,00. Pengelola kegiatan menanggapi kondisi tersebut dengan menyatakan bahwa: a) Perjalanan dinas dilakukan dengan menggunakan maskapai lain yaitu LA

dan GI, serta ada juga yang menggunakan MA namun terdapat selisih harga tiket. Pihak pengelola kegiatan mengajukan tiket yang diakui sebagai tiket sesungguhnya yang digunakan untuk perjalanan senilai Rp50.941.400,00. Selisih harga tiket (termasuk airport tax) yang digunakan sebagai bukti pertanggungjawaban dengan harga tiket yang sesungguhnya digunakan adalah sebagai berikut:

No. Satker Harga Tiket BA dan MA (Rp)

Harga Tiket Lain (Rp) Selisih (Rp)

1. Itjen 61.555.000,00 49.261.400,00 12.293.600,00 2. Biro Perencanaan 1.680.000,00 1.680.000,00 -

Total 63.235.000,00 50.941.400,00 12.293.600,00

Tiket yang diakui pihak pengelola kegiatan tersebut belum dikonfirmasi ke maskapai penerbangan terkait.

b) Perjalanan dinas benar dilakukan namun dengan perubahan hari (contohnya pulang lebih cepat), sehingga terdapat selisih biaya yang sebenarnya dikeluarkan (selain tiket) dengan bukti pertanggungjawaban. Hal ini terjadi pada Itjen dengan selisih sebesar Rp2.400.000,00 (yang dibayarkan Rp4.870.000,00 – yang memang dilaksanakan sebesar Rp2.470.000,00).

c) Hasil klarifikasi dengan pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas menunjukkan terdapat biaya perjalanan dinas pada Itjen sebesar Rp8.044.000,00 yang memang tidak dilaksanakan.

3) Dari konfirmasi atau tanggapan pihak pengelola kegiatan diketahui bahwa dari pertanggungjawaban perjalanan dinas yang tidak sesuai senyatanya tersebut, terdapat biaya perjalanan dinas yang memang tidak digunakan untuk perjalanan dinas melainkan untuk membiayai kegiatan lain sebesar Rp75.962.901,00, yaitu: a) Pada BTIP, perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan sebesar

Rp55.659.600,00. Pihak BTIP menyatakan secara lisan bahwa pengeluaran

Page 146: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 56 dari 66

tersebut digunakan untuk kegiatan yang bersifat keagamaan (Qurban) dan batuan untuk orang sakit dan melahirkan.

b) Pada Biro Perencanaan, perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan sebesar Rp8.796.000,00. PPK Biro Perencanaan menyatakan bahwa pengeluaran tersebut digunakan untuk biaya transport dan makan staf Biro Perencanaan yang melaksanakan pekerjaan lembur maupun kerja di hari Sabtu dan Minggu untuk pekerjaan yang sangat mendesak.

c) Pada BIP, perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan sebesar Rp11.507.301,00. PPK Pusat Informasi Perekonomian BIP menyatakan bahwa pengeluaran tersebut digunakan untuk bantuan pegawai yang terkena musibah dan tali kasih kepada pegawai yang pensiun.

4) Selain dari hasil konfirmasi kepada pimpinan Maskapai Penerbangan, hasil konfirmasi kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bendaharawan pengeluaran Itjen menunjukkan terdapat pertangungjawaban perjalanan dinas yang sebenarnya tidak dilaksanakan sebesar Rp236.974.500,00. Pertanggungjawaban tersebut berupa tiket pesawat, airport tax, transport lokal, akomodasi dan uang harian. Dari pengeluaran sebesar Rp236.974.500,00, KPA menyatakan telah menggunakan sebesar Rp227.000.000,00 untuk membiayai pengeluaran yang tidak didukung dengan APBN Tahun 2009, antara lain berupa pembayaran THR kepada seluruh pegawai Itjen, kegiatan yang bersifat keagamaan (Natal dan Qurban), kegiatan perayaan hari besar nasional (17 Agustus), pengadaan alat musik, dan bantuan untuk orang sakit/meninggal.

b. Biaya Perjalanan Dinas Sebesar Rp68,21 Juta dalam Rangka Pengumpulan Data Penelitian Tidak Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPPKI Surabaya

Pada tahun 2009 BPPKI Surabaya mengadakan beberapa penelitian yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala BPPKI Surabaya, diantaranya adalah lima penelitian sebagai berikut: 1) Surat Keputusan Nomor: 21/BPPKI.SBY/SK/8/2009 tanggal 1 Agustus 2009

Penelitian Tingkat Praktisi Penyiaran terhadap Pelaksanaan Penerapan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

2) Surat Keputusan Nomor: 17/BPPKI.SBY/SK/3/2009 tanggal 2 Maret 2009 tentang Penelitian Percepatan Informasi Publik di Daerah Pedesaan.

3) Surat Keputusan Nomor: 13/BPPKI.SBY/SK/1/2009 tanggal 2 Januari 2009 tentang Penelitian Sarana dan Prasarana Telekomunikasi dalam Percepatan Akses Informasi ke Pedesaan.

4) Surat Keputusan Nomor: 18/BPPKI.SBY/SK/TU/6/2009 tanggal 1 Juni 2009 tentang Penelitiaan Penggunaan Personal Komputer di lingkungan PNS di Wilayah Kerja BPPKI Surabaya (Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat).

5) Surat Keputusan Nomor: 18/BPPKI.SBY/SK/TU/8/2009 tanggal 1 Agustus 2009 tentang Penelitian dan Pengembangan Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Penggunaan Legal Sofware.

Dalam Surat Keputusan telah ditetapkan susunan Tim Pelaksana Penelitian yaitu: Penanggung Jawab, Konsultan, Peneliti Utama, Peneliti, Sekretariat dan Pembantu Peneliti. Guna kelancaran penelitian, Tim Pelaksana Penelitian mengumpulkan data ke daerah sesuai dengan penugasannya. Tim pelaksana diberikan biaya perjalanan dinas dengan Surat Perintah Tugas (SPT) oleh Kepala BPPKI Surabaya.

Page 147: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 57 dari 66

Hasil pemeriksaan dokumen atas pertanggungjawaban keuangan dalam rangka pengumpulan data ke daerah menunjukkan terdapat perjalanan dinas yang dilakukan oleh beberapa personil/peneliti/pembantu peneliti yang tidak tercantum dalam Surat Keputusan Kepala BPPKI Surabaya. Biaya perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data penelitian kepada personil yang tidak berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPPKI Surabaya total sebesar Rp68.210.000,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara: 1) Pasal 12 ayat (1) menetapkan bahwa pelaksanaan anggaran belanja negara

didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: a) hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang

disyaratkan; b) efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, serta

fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah. 2) Pasal 12 ayat (2) menetapkan bahwa belanja atas beban anggaran negara

dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

3) Pasal 33 ayat (1) menetapkan bahwa pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaan perjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggi dan penting dengan mengurangi frekuensi, jumlah orang dan lamanya perjalanan.

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 45/PMK.05/2007 tanggal 25 April 2007 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap: - Pasal 7 menetapkan bahwa Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Negeri Tidak Tetap dilarang menerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali atau lebih) untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama.

- Pasal 20 ayat (3) menyatakan bahwa Pejabat yang berwenang dan Pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perjalanan dinas dimaksud.

c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: Per-21/PB/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap: - Pasal 19 ayat (3) menyatakan bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transport

pegawai, antara lain terdiri dari tiket pesawat dilampiri boarding pass dan airport tax.

- Pasal 21 ayat menyatakan: 1) Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang telah melakukan

perjalanan dinas menyampaikan seluruh bukti pengeluaran asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

2) Pejabat Pembuat Komitmen melakukan perhitungan rampung seluruh bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang bersangkutan dan disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.

Page 148: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 58 dari 66

3) Apabila terdapat kelebihan pembayaran, Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinas mengembalikan kelebihan.

Kondisi tersebut mengakibatkan: a. Pengeluaran biaya perjalanan dinas tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar

Rp356.608.151,00 (Rp259.546.550,00 + Rp20.315.501,00 + Rp54.008.500,00 + Rp12.293.600,00 + Rp2.400.000,00 + Rp8.044.000,00).

b. Pengeluaran biaya perjalanan dinas dipertanggungjawabkan tidak sesuai ketentuan sebesar Rp312.937.401,00 (Rp236.974.500,00 + Rp75.962.901,00).

c. Pemborosan atas biaya penelitian BPPKI Surabaya sebesar Rp68.210.000,00.

Kondisi tersebut disebabkan: a. Kelalaian dan kebijaksanaan pelaksana kegiatan untuk tidak melaksanakan perjalanan

dinas sesuai SPPD. b. Pengawasan dan pengendalian oleh Kuasa Pengguna Anggaran kurang optimal. c. Bendahara Pengeluaran dan Kepala BPPKI Surabaya tidak menaati ketentuan dalam

memverifikasi bukti pembayaran yang diajukan tim peneliti. Kemkominfo menanggapi sebagai berikut: a. BTIP akan berupaya meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap

administrasi perjalanan dinas. Kelebihan biaya perjalanan dinas tersebut akan disetor ke Kas Negara.

b. BIP mengakui dan telah menindaklanjuti kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas.

c. Itjen mengakui kondisi tersebut dan masa mendatang akan melakukan pengawasan dan pengendalian sebagaimana ketentuan yang berlaku.

d. BBPPT menyatakan mengakui dan masa mendatang akan melakukan perjalanan dinas sesuai prosedur yang berlaku. Selisih biaya perjalanan dinas akan disetorkan ke Kas Negara.

e. Biro Perencanaan mengakui dan telah menindaklanjuti kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas.

f. BPPKI Surabaya menyatakan kondisi tersebut terjadi bukan faktor kesengajaan melainkan kelalaian dan kurang memperhatikan SK yang telah diterbitkan.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar: a. Memberikan sanksi kepegawaian kepada pejabat/pegawai yang lalai dalam

mempertanggungjawabkan biaya perjalanan dinas. b. Mengkonfirmasi maskapai penerbangan atas tiket perjalanan yang diajukan satker

sebagai tiket yang diakui benar-benar digunakan dalam perjalanan, dan menarik kembali kelebihan pembayaran biaya perjalanan (at cost) kemudian menyetorkannya ke Kas Negara. Copy bukti setor agar disampaikan ke BPK.

c. Mempertanggungjawabkan pengeluaran perjalanan dinas yang sebenarnya tidak dilaksanakan namun untuk membiayai pengeluaran yang tidak didukung dengan APBN Tahun 2009

d. Meningkatkan kecermatan dan ketaatan dalam memverifikasi bukti pembayaran yang diajukan oleh pelaksana kegiatan.

e. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian KPA.

Page 149: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 59 dari 66

BIP dan Biro Perencanaan telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan menarik kembali kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara serta copy bukti setor telah disampaikan ke BPK dengan bukti setor berupa: a. SSBP tanggal 8 Juni 2010 sebesar Rp20.281.102,00 untuk keperluan penerimaan

kembali belanja lainnya RM Tahun Anggaran yang Lalu (BIP). b. SSBP tanggal 14 Juni 2010 sebesar Rp10.782.000,00 untuk keperluan penerimaan

kembali belanja lainnya RM Tahun Anggaran yang Lalu (Biro Perencanaan). Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Irjen, Dirjen Postel, Kepala BIP, Kepala Balitbang, dan Kepala Biro Perencanaan agar: a. Memberikan sanksi kepegawaian kepada pejabat/pegawai yang lalai dalam

mempertanggungjawabkan biaya perjalanan dinas b. Mengkonfirmasikan maskapai penerbangan atas tiket perjalanan yang diajukan

satker sebagai tiket yang diakui benar-benar digunakan dalam perjalanan, dan menarik kembali kelebihan pembayaran biaya perjalanan (at cost) kemudian menyetorkannya ke Kas Negara. Copy bukti setor agar disampaikan ke BPK

c. Mempertanggungjawabkan pengeluaran perjalanan dinas yang sebenarnya tidak dilaksanakan namun untuk membiayai pengeluaran yang tidak didukung dengan APBN Tahun 2009

d. PPK meningkatkan kecermatan dan ketaatan dalam memverifikasi bukti pembayaran yang diajukan oleh pelaksana kegiatan

e. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian. BTIP telah menindaklanjuti dengan menyetorkan ke Kas Negara sebesar Rp132.847.050,00 sesuai dengan SSBP tanggal 23 Juni 2010 untuk keperluan pengembalian belanja perjalanan tahun anggaran yang lalu.

Page 150: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 60 dari 66

1.3 ASET

1.3.1 Penatausahaan Barang Milik Negara Tidak Tertib dan Pemanfaatan Barang Milik Negara Tidak Optimal

a. Penatausahaan Barang Milik Negara Balai Monitor Banten Tidak Optimal Balai Monitor Banten Ditjen Postel Kemkominfo pada tahun 2009 melaksanakan

beberapa pekerjaan belanja modal untuk menunjang kegiatan operasional, diantaranya berupa:

No. Pekerjaan Nomor dan Tanggal Perjanjian Nilai (Rp) 1. Pengadaan AC SPK Nomor: 09/SPK/B.M-BTN/UPS/6/2009

tanggal 11 Juni 2009 29.425.000,00

2. Pengadaan alat sound sistem

SPK Nomor: 15/SPK/BM-BTN/DJPT/VIII/2009 tanggal 24 Agustus 2009

29.150.000,00

3. Pengadaan meubelair SPK Nomor: 31/SPK/BM-BTN/MEUBEL/X/2009 tanggal 26 Oktober 2009

153.000.000,00

4. Pengadaan UPS dan mesin ketik elektronik

SPK Nomor: 48/SPK/BM-BTN/UPS/XI/2009 tanggal 6 Nopember 2009

21.417.000,00

5. Pengadaan alat studio dan komunikasi

SPK Nomor: 23/SPK/BM-BTN/ALT-KOM/IX/2009 tanggal 28 September 2009

510.125.000,00

6. Pengadaan laptop dan OS Original

SPK Nomor: 02/SPK/BM-BTN/DJPT/3//2009 tanggal 18 Maret 2009

43.285.000,00

7. Pengadaan perangkat LAN

SPK Nomor: 29/SPK/BM-BTN/PR LAN/X/2009 tanggal 22 Oktober 2009

76.037.500,00

Hasil pemeriksaan fisik atas keberadaan peralatan hasil pengadaan di atas menunjukkan bahwa: 1) Barang-barang dan peralatan hasil pengadaan tujuh pekerjaan tersebut diatas belum

diberi nomor inventaris. 2) Pekerjaan pengadaan perangkat LAN belum dimanfaatkan karena server belum

terpasang.

b. Rumah Negara Golongan III Tipe C Senilai Rp198,92 Juta Belum Dimanfaatkan Secara Optimal di Loka Monitor Mataram

Salah satu aset yang dimiliki oleh Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Mataram Ditjen Postel Kemkominfo (Loka Monitor Mataram) adalah satu unit rumah negara golongan III tipe C yang dibangun diatas lahan seluas 200 m2 pada tahun 2007 dengan nilai sebesar Rp82.500.000,00. Pada tahun 2009 Loka Mataram mengembangkan bangunan rumah negara golongan III tipe C berupa pembangunan prasarana dan sarana lingkungan gedung berupa pembuatan pagar keliling, dapur, atap polycarbonet, pemasangan paving block dan urugan tanah. Pembangunan tersebut dilaksanakan oleh CV CP yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerja Nomor: 09/Loka/MTR/VII/2009 tanggal 23 Juli 2009 dengan nilai pekerjaan sebesar Rp89.000.000,00 dengan jangka waktu pekerjaan selama 60 hari kalender terhitung dari tanggal 23 Juli 2009 sampai dengan 23 September 2009 melalui addendum kontrak Nomor: 12/Loka/MTR/IX/2009 tanggal 11 September 2009 terdapat penambahan lingkup pekerjaan meliputi pemasukan daya listrik (PLN), pemasukan air (PDAM), dan pengecatan tembok lama dengan nilai tambahan sebesar Rp8.880.000,00, dengan waktu pelaksanaan sampai dengan 15 Oktober 2009. Dengan adanya addendum tersebut maka nilai keseluruhan pengembangan rumah Negara golongan III tipe C menjadi sebesar Rp97.880.000,00.

Hasil pemeriksaan fisik BPK atas hasil pekerjaan tersebut pada 16 Desember 2009 menunjukkan semua pekerjaan telah dilaksanakan sesuai kontrak. Namun demikian

Page 151: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 61 dari 66

rumah dinas Kepala Loka Monitor Mataram tersebut dalam keadaan kosong, tidak ditempati/dipergunakan oleh Kepala Loka Monitor Mataram.

c. Pengerjaan Pengadaan Penguatan Media Center Daerah pada Provinsi Jawa Timur dan Maluku Utara Belum Dimanfaatkan

Sekretariat BIP Kemkominfo pada tahun 2009 mengadakan pekerjaan penguatan sarana media center untuk daerah. Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh PT KTT yang tertuang dalam Surat Perjanjian/Kontrak (SPK) Nomor: 11/Kontrak/PPK-BIP/KOMINFO/5/2009 tanggal 18 Mei 2009 senilai Rp4.592.014.900,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 30 hari kalender terhitung mulai ditetapkannya SPK tanggal 18 Mei 2009 sampai dengan tanggal 18 Juni 2009. Pekerjaan tersebut telah dibayar sesuai dengan:

No. SP2D Nilai (Rp) Nomor Tanggal 1. 053512M 12/6/2009 1.836.805.960,00 2. 650754M 5/8/2009 1.377.604.470,00 3. 258123N 28/10/2009 1.377.604.470,00

Jumlah 4.592.014.900,00 Jangka waktu penyelesaian pekerjaan dirubah paling akhir sampai dengan tanggal

16 September 2009 sesuai dengan addendum SPK Nomor: 13/Addendum/PPK-BIP/KOMINFO/6/2009 tanggal 16 Juni 2009 dikarenakan surat hibah dari Departemen Keuangan belum dikeluarkan.

Sesuai dengan Pasal 1 SPK, pekerjaan pengadaan penguatan sarana media center untuk daerah yaitu 10 Provinsi dan 25 Kabupaten/Kota yang meliputi pengadaan personal computer, printer Monochrome Laser, Switch VPN Router, scanner, Unit Power Supply 600 VA, peralatan jaringan local (external modem, kabel UTP cat 6, RJ 45), Plasma Vision 46”, server, rack server, pengiriman, pemasangan, instalasi dan konfigurasi, pelatihan (training), perawatan dilokasi, transportasi, dan akomodasi.

Hasil pemeriksaan secara uji petik pada Dinas Komunikasi dan Informatika di Provinsi Jawa Timur, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa: 1) Sampai dengan 11 Desember 2009 Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah

Provinsi Jawa Timur belum memanfaatkan peralatan media center. Kondisi barang printer, scanner dan peralatan jaringan lokal masih dalam keadaan utuh belum pernah dibuka atau masih dalam keadaan disegel. Hal tersebut dikarenakan pada saat dilakukan pemasangan jaringan oleh oleh pelaksana, gedung Dinas Komunikasi dan Informatika masih dalam tahap direnovasi.

2) Sampai dengan 9 Maret 2010 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Maluku Utara belum memanfaatkan peralatan media center. Kondisi barang printer, scanner dan peralatan jaringan lokal masih dalam keadaan utuh belum pernah dibuka. Hal tersebut dikarenakan pada saat pemasangan jaringan oleh pelaksana, gedung Pemerintah Daerah Maluku Utara pindah dari Kota Ternate ke Kota Sofifi pulau Halmahera.

Page 152: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 62 dari 66

d. Billboard Iklan Layanan Masyarakat Hasil Pengadaan Balai Monitor Banten Hilang

Balai Monitor Banten pada TA 2009 melaksanakan pengadaan berupa:

No. Pekerjaan Nomor dan Tanggal Perjanjian Pelaksana Jangka

waktu

Berita Acara Serah Terima

Pelaksanaan Pekerjaan

SP2D SPM

1. Pemasangan Iklan Layanan Masyarakat Melalui Billboard

Kontrak Nomor: 08/SPK/BM-BTN/BILL/7/2009 tanggal 6 Juli 2009

PT RJP 60 hari (6/7/2009-3/9/2009)

02/BAST/BM-BTN/BILL/9/2009 tanggal 3 September 2009

709281K/127/110 tanggal 17 September 2009

00120/654251/LS/PNP/09 tanggal 14 September 2009.

Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak menunjukkan bahwa pihak kedua (rekanan) menyerahkan hasil pekerjaan kepada pihak pertama yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dengan melampirkan laporan pelaksanaan pekerjaan dan foto hasil pekerjaan, surat izin lokasi selama 1 tahun, pajak reklame selama 1 tahun, jaminan bongkar selama 1 tahun, dan izin-izin lainnya yang diperlukan.

Hasil pemeriksaan dokumen menunjukkan: 1) Dari tujuh lokasi pemasangan, hanya tiga lokasi (titik) pemasangan yang memiliki

surat izin dari pemda, yaitu lokasi Jl. Raya Pelabuhan Merak, Jl. Trip Jamaksari – Serang, dan Jl. A.Yani – Labuan (Arah Carita).

2) Hanya ada satu tanda lunas pajak reklame, yaitu dari Dinas Tata Kota Pemerintah Kota Cilegon.

3) Tidak ada lampiran jaminan bongkar atas tujuh lokasi tersebut selama 1 tahun. Hasil cek fisik di lapangan bersama panitia penerima barang tanggal 3 Maret

2010 atas 3 (tiga) lokasi pemasangan billboard menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Pada lokasi pemasangan Pertigaan Balaraja, BPK tidak menemukan papan

reklame/billboard. Pihak Balai Monitor menyatakan bahwa di lokasi tersebut ada pekerjaan pelebaran jalan sehingga billboard dicabut sementara, namun pihak Balai Monitor Banten tidak memiliki surat pemberitahuan dari Pemda setempat. Selain itu pada saat pemeriksaan fisik tanggal 3 Maret 2010 pekerjaan pelebaran jalan telah selesai, namun fisik barang (billboard) tetap tidak ditemukan.

2) Pada lokasi pemasangan di Citra Raya, Jl. Raya Serang Tangerang, BPK tidak menemukan papan reklame/billboard.

3) Pada lokasi pemasangan Jl. Raya Serpong, BPK menemukan papan reklame/billboard ada dan terpasang dengan baik.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah. 1) Pasal 32 ayat (1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna

barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya, ayat (2) Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum.

2) Pasal 35 ayat (1) Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya.

3) Pasal 67 ayat (1) Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara/daerah ke dalam Daftar Barang

Page 153: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 63 dari 66

Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 59/PMK.06/2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada lampiran IV angka III Tugas dan Fungsi Unit Akuntansi Barang Milik Negara angka 3.1.2 Petugas Akuntansi BMN melaksanakan kegiatan antara lain memberi tanda registrasi pada BMN.

c. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pasal 3 Prinsip Dasar Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

d. Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 08/SPK/BM-BTN/BILL/7/2009 tanggal 6 Juli 2009 Pasal 11 tentang serah terima hasil pekerjaan yang menyatakan bahwa pihak kedua menyerahkan hasil pekerjaan kepada pihak pertama dengan Laporan Pelaksanaan Pekerjaan, sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan dibuatkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dengan melampirkan laporan pelaksanaan pekerjaan dan foto hasil pekerjaan pemasangan iklan layanan masyarakat melalui billboard, surat izin lokasi selama 1 tahun, pajak reklame selama 1 tahun, jaminan bongkar selama 1 tahun, dan izin-izin lainnya yang diperlukan dari instansi yang berwenang sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengendalian dan pengamanan Barang Milik

Negara pada Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Kupang tidak optimal, tujuan pembangunan rumah negara golongan III tipe C pada Loka Mataram senilai Rp198.925.000,00 (Rp82.500.000,00 + Rp97.880.000,00 + Rp11.195.000,00 + Rp7.350.000,00) tidak tercapai, tujuan pengadaan media center oleh BIP tidak tercapai, dan hasil pengadaan Balai Monitor Banten berupa papan reklame/billboard tidak dapat memberikan manfaat karena hilang.

Kondisi tersebut disebabkan pengelola barang pada Balai Monitor Banten dan

Balai Monitor Kupang belum optimal dalam melaksanakan tugasnya, perencanaan pada Loka Monitor Mataram tidak sesuai dengan kebutuhan, perencanaan pengadaan media center oleh BIP kurang matang, dan kurangnya perhatian pihak Balai Monitor Banten atas pekerjaan yang telah dilakukan yang masih memiliki masa manfaat selama 1 tahun.

Para Kepala Satker pada intinya mengakui kondisi tersebut dan akan

memperbaiki di waktu yang akan datang. BPK merekomendasikan Menkominfo agar:

a. Meningkatkan ketertiban penatausahaan dan pemanfaatan Barang Milik Negara. b. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses perencanaan.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor: 315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan

Page 154: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 64 dari 66

rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada: a. Dirjen Postel agar Kepala Balmon Banten menertibkan penatausahaan Barang Milik

Negara berupa Iklan Layanan Masyarakat/Billboard dan memberiikan nomor inventaris barang serta memanfaatkan server yang belum terpasang.

b. Loka Mataram mengoptimalkan pemanfaatan rumah Negara golongan III tipe C Rp198.925.000,00.

c. Kepala BIP agar melaporkan pemanfaatan media center pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Maluku Utara.

d. Dirjen Postel dan Kepala BIP lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan proses perencanaan.

Page 155: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 65 dari 66

BAB 2 HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN

ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN

TAHUN 2004–2008 Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009, BPK memantau tindak lanjut Kemkominfo terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Kemkominfo Tahun 2004–2008. Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung jawab Pemerintah/Kemkominfo dan DPR. Pemantauan atas tindak lanjut Kemkominfo terhadap temuan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

No. LHP Tahun Jumlah Temuan

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Sesuai Belum Sesuai /

Selesai Belum

Ditindaklanjuti 1 Tahun 2008 9 5 4 - 2 Tahun 2007 8 7 1 - 3 Tahun 2006 2 2 - - 4 Tahun 2005 4 4 - - 5 Tahun 2004 2 - 2 -

Total 25 18 7 - Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 10.

Kemkominfo telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara lain mengenai: 1. Perencanaan anggaran memperhatikan klasifikasi belanja. 2. Penyetoran sisa kas bendahara pengeluaran ke Kas Negara. 3. Pelaksanaan ketentuan pengelolaan BMN dan melakukan inventarisasi dan

memutakhirkan Daftar Barang Ruangan. 4. Peningkatan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan dan selanjutnya menarik dan

menyetorkan kerugian negara ke Kas Negara, copy bukti supaya disampaikan ke BPK.

5. Penyetoran kerugian negara sebesar Rp138.464.151,00 kepada Kas Negara dan menegur secara tertulis PPK agar lebih cermat dalam melakukan klarifikasi penawaran serta lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

6. Pengajuan Memo Penyesuaian oleh Kepala BTIP untuk dapat membukukan transaksi yang mempengaruhi neraca yang berasal dari transaksi tahun 2006 dan 2007 sesuai dengan masa penyusunan laporan keuangan agar dapat dikonsolidasikan pada Laporan Keuangan Depkominfo tahun 2008.

7. Penarikan dan penyetoran kelebihan perhitungan ke Kas Negara. 8. Penagihan atas kekurangan pekerjaan, memberikan teguran kepada konsultan

pengawas pekerjaan dan melakukan pengawasan yang lebih optimal di masa yang akan datang.

9. Penagihan denda dan penyetoran ke Kas Negara mengenai keterlambatan pengadaan AC sebesar Rp6.863.379,55.

10. Penyelesaian pengurusan IMB dan penutupan asuransi. 11. Penarikan dan penyetoran kelebihan pembayaran honor yang diterima ke Kas Negara.

Page 156: LK Kemkominfo 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 66 dari 66

12. Pemberian teguran tertulis kepada Bendahara penerima yang lalai melakukan kewajiban penyetoran atas PNBP.

13. Perencanaan anggaran oleh Satker Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri sesuai mata anggaran yang telah ditetapkan.

14. Pengiriman tagihan BHP Frek oleh Ditjen Postel kepada TVRI setiap tahun tanpa memandang apakah tagihan tersebut dapat terbayar atau tidak.

15. Pemberian teguran tertulis oleh Sekjen Depkominfo kepada Bendahara Pengeluaran yang lalai melakukan kewajiban penyetoran penerimaan pajak.

16. Pembukuan piutang dan PNBP oleh Ditjen Postel secara lengkap dan memadai dan melaporkan piutang PNBP sesuai dengan pembukuan yang dibuatnya dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Depkominfo.

17. Penyelesaian barang-barang yang tidak ditemukan. Depkominfo selanjutnya melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak Departemen Keuangan.

Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut adalah: 1. Penyerahan peralatan dan mesin kepada pihak lain sebesar Rp19.983,26 juta belum

ada persetujuan Menteri Keuangan. 2. Tanah seluas 60 m2 di Manado belum bersertifikat dan tanah seluas 1265 m2 di

Banjarmasin bersertifikat bukan atas nama Depkominfo. 3. Peralatan dan mesin yang kondisinya rusak berat dan sudah tidak memiliki nilai

manfaat belum diusulkan penghapusannya kepada Menteri Keuangan. 4. Internet galeri BPPKI Manado senilai Rp275,64 juta belum dimanfaatkan. 5. Balai Monitor Makassar membeli tanah senilai Rp2.048,00 juta yang status

kepemilikan tanahnya tidak atas nama penjual. 6. Sebidang tanah seluas 17.320 m2 yang dibeli Deppen tahun 1964 senilai Rp53,59 juta

di Jl. Medan Belawan Km 7,9 Medan belum dicatat sebagai Aset Depkominfo (dhi. Lembaga Informasi Nasional) dan masih bersengketa dengan Pihak Ketiga.

7. Sebidang tanah seluas 1.750 m2 dengan harga perolehan senilai Rp15,00 juta milik Depkominfo di Jl. Raya Pasar Minggu Jakarta Selatan, kepemilikan hak atas tanahnya masih diakui oleh Pihak Ketiga.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Page 157: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 1 - Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT MT Tahun 2009 beserta Sanksi Denda Keterlambatan untuk Tahun Buku 2008 dan 2009

PT MT

NO. URAIAN TAHUN BUKU 2008 (Rp)

TAHUN BUKU 2009 (Rp)

I. UNSUR PENDAPATAN A Jasa Telekomunikasi

1. Percakapan 665.091.691.093,00 331.497.481.493,00 2. Pesan Singkat (SMS) 116.908.570.746,00 82.864.044.347,00 3. Data 27.205.100.783,00 32.142.671.135,00 4. Abonemen 3.234.761.804,00 4.227.600.509,00 5. Lain-lain 7.924.718.482,00 13.966.572.308,00 Sub Jumlah 820.364.842.908,00 464.698.369.792,00

B Jasa Interkoneksi 1. Domestik 87.353.980.804,00 59.420.069.264,00 2. Jelajah Internasional 18.805.950.953,00 13.259.889.160,00

Sub Jumlah 106.159.931.757,00 72.679.958.424,00 Jumlah 926.524.774.665,00 537.378.328.216,00

Potongan harga -31.588.967.762,00 -32.886.384.440,00 II. Jumlah Pendapatan Kotor 894.935.806.903,00 504.491.943.776,00 III. UNSUR PENGURANG PENDAPATAN

Beban Interkoneksi -163.105.159.887,00 -135.523.234.952,00 Pendapatan Lain-lain: Rent Transmisi -6.552.141.087,00 -9.872.787.748,00 Rent Space and Tower -1.007.555.150,00 -3.823.509.488,00 Jumlah Pengurang Pendapatan -170.664.856.124,00 -149.219.532.188,00

IV. Dasar Pengenaan BHP Tel dan KKPU 724.270.950.779,00 355.272.411.588,00

V. A Kewajiban BHP Tel 2009 (1%) = 1% x IV (telah dibayar pada 25 Februari 2010)

7.242.709.508,00

V. B Kewajiban BHP Tel 2010 (0,5%) = 0,5% x IV

1.776.362.058,00

VI. A Sanksi Denda Keterlambatan BHP Tel 1.593.396.092,00

2% x V.A x 11 bulan (1 April 2009 – 25 Februari 2010 = 11

bulan)

VI. B Sanksi Denda Keterlambatan BHP Tel minimal 1 bulan

35.527.241,00

2% x V.B x 1 bulan (31 Maret 2010 - 28 April 2010 = 1 bulan)

VII. A Kewajiban KKPU/USO (0,75%) = 0,75% x IV

5.432.032.131,00

VII. B Kewajiban KKPU/USO (1,25%) =1,25% x IV

4.440.905.145,00

VIII. Sanksi Denda Keterlambatan KKPU 1.412.328.354,00

2% x VII.A x 13 bulan (1 April 2009 – 28 April 2010 = 13 bulan)

VIII. Sanksi Denda Keterlambatan KKPU Minimal 1 bulan

88.818.103,00

2% x VII.B x 1 bulan (31 Maret 2010 - 28 April 2010 = 1 bulan)

IX. JUMLAH YANG HARUS DIBAYAR 8.437.756.577,00 6.341.612.547,00 (V + VI + VII + VIII)

Page 158: LK Kemkominfo 2009

Catatan: Piutang yang tak tertagih dapat menjadi pengurang pendapatan. Namun demikian nilai piutang tak tertagih tersebut harus dibuktikan dengan dokumen pendukung sesuai ketentuan. Jika PT MT bisa membuktikan memiliki piutang tak tertagih, nilai tersebut dapat mengurangi pendapatan yang menjadi dasar penggenaan BHP Tel dan KPPU USO.

Page 159: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 2 - Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT TS Tahun 2007 dan Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT BT Tahun Buku 2008 dan Tahun Buku 2009

a. PT TS

(dalam rupiah) Pendapatan 38.799.427.571.306,00 Beban Interkoneksi (2.128.793.062.372,00) Penghapusan Piutang berdasarkan Mutasi Piutang (82.497.075.213,00) Pendapatan Kena BHP 36.588.137.433.72,001 Kewajiban Terutang: BHP Telekomunikasi 1% = (1% x 36.588.137.433.721) 365.881.374.337,00 KKPU 0,75% = (0,75% x 36.588.137.433.721) 274.411.030.753,00 Pembayaran BHP Tel 2007 365.689.029.509,00 Pembayaran KKPU 2007 274.266.772.131,00 Kurang Bayar BHP Tel 2007 = (365.881.374.337-365.689.029.509) 192.344.828,00 Kurang Bayar KKPU 2007 = (274.411.030.753 - 274.266.772.131) 144.258.622,00 Denda keterlambatan BHP Tel (2% x 24 bulan Maksimum) 92.325.518,00 Denda keterlambatan KKPU (2% x 24 bulan Maksimum) 69.244.139,00 Jumlah Kurang Bayar tahun buku 2007 498.173.106,00

b. PT BT

Tahun Buku 2008

(Rp) Tahun Buku 2009

(Rp) Pendapatan 2.202.292.036.246,00 2.742.577.398.252,00 Penghapusan Piutang Ragu-ragu (23.388.713.945,00) (16.275.383.378,00) Pendapatan Kena BHP 2.178.903.322.301,00 2.726.302.014.874,00 Kewajiban Terutang BHP Telekomunikasi 1% (2008) 21.789.033.223,00 KKPU 0,75% (2008) 16.341.774.917,00 BHP Telekomunikasi 0,5% (2009) 13.631.510.074,00 KKPU 1,25% (2009) 34.078.775.186,00 Pembayaran BHP Telekomunikasi Tanggal 14-08-2008 9.267.525.783,00 Tanggal 24-12-2008 6.150.078.811,00 Tanggal 2-4-2009 6.371.428.629,00 Tanggal 24-08-2009 6.623.067.657,00 Tanggal 12-04-2010 7.008.442.417,00 Total Pembayaran BHP Telekomunikasi 21.789.033.223,00 13.631.510.074,00 Pembayaran KKPU Tanggal 21-5-2008 3.287.542.985,00 Tanggal 14-8-2008 3.663.101.352,00 Tanggal 12-11-2008 4.612.559.108,00 Tanggal 2-4-2009 4.778.571.472,00 Tanggal 9-06-2009 8.181.323.001,00 Tanggal 24-08-2009 8.376.346.143,00 Tanggal 1-12-2009 8.503.232.064,00 Tanggal 12-04-2010 9.017.873.978,00 Total Pembayaran KKPU 16.341.774.917,00 34.078.775.186,00 Denda Keterlambatan Pembayaran BHP Telekomunikasi (1 bulan x 2% x Rp6.371.428.629,00) 127.428.573,00 Denda Keterlambatan Pembayaran KKPU (1 bulan x 2% x Rp4.778.571.472,00) 95.571.429,00 Denda Keterlambatan Pembayaran BHP Telekomunikasi (1 bulan x 2% x Rp7.008.442.417,00) 140.168.848,00 Denda Keterlambatan Pembayaran KKPU (1 bulan x 2% x Rp9.017.873.978,00) 180.357.480,00 Total Denda Keterlambatan 223.000.002,00 320.526.328,00

Page 160: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 3 - Denda Keterlambatan Pembayaran Perpanjangan ISR di Tahun 2009 sebanyak 136 SPP dari 151 SPP

No. Nomor Aplikasi Nilai SPP (Rp) Jatuh Tempo

Tanggal pembayaran

Terlambat (bulan)

Denda Keterlambatan

(Rp)1 00290072008 3.242.347.630,00 04/09/2009 10/11/2009 2 130.990.844,00 2 9537041 227.595.675,00 18/07/2009 10/11/2009 4 18.761.203,00 3 9542591 105.487.390,00 30/03/2009 10/11/2009 8 18.107.900,00 4 00128082007 1.070.697.260,00 31/08/2009 02/11/2009 2 43.256.169,00 5 00509072007 482.065.668,00 14/08/2009 30/10/2009 3 29.506.275,00 6 00103032008 153.674.135,00 01/04/2009 17/11/2009 8 26.379.607,00 7 00036082008 446.104.164,00 20/08/2009 02/11/2009 2 18.022.608,00 8 00129082007 417.755.822,00 31/08/2009 02/11/2009 2 16.877.335,00 9 00045092008 741.137.660,00 16/09/2009 02/11/2009 1 14.822.753,00 10 00460072006 359.406.970,00 02/09/2009 02/11/2009 2 14.520.042,00 11 00265082008 316.577.322,00 10/09/2009 02/11/2009 2 12.789.724,00 12 00146082007 295.433.510,00 31/08/2009 02/11/2009 2 11.935.514,00 13 00043092008 553.884.805,00 16/09/2009 02/11/2009 1 11.077.696,00 14 00050122006 53.871.498,00 15/01/2009 19/11/2009 10 11.772.310,00 15 00495072007 172.269.146,00 14/08/2009 02/11/2009 3 10.544.250,00 16 3352003 198.018.742,00 01-12-2008 10-02-2009 3 11.881.125,00 17 00110072008 618.410.198,00 22/08/2009 08/09/2009 1 12.368.204,00 18 00049032007 1.043.290.755,00 09/04/2009 07/05/2009 1 20.865.815,00 19 9561951 391.409.909,00 27/01/2009 19/03/2009 2 15.656.396,00 20 00272032007 16.294.424.954,00 03/04/2009 27/04/2009 1 325.888.499,00 21 00103072008 4.558.324.377,00 23/07/2009 20/10/2009 3 279.005.918,00 22 00021082008 9.150.820.457,00 20/08/2009 25/08/2009 1 183.016.409,00 23 00219022008 8.983.253.664,00 10/03/2009 27/04/2009 1 179.665.073,00 24 00224022008 8.910.950.423,00 10/03/2009 27/04/2009 1 178.219.008,00 25 00222082008 4.264.831.302,00 01/09/2009 23/10/2009 2 172.299.185,00 26 00048062006 8.105.510.565,00 14/06/2009 19/06/2009 1 162.110.211,00 27 00251072008 8.019.044.366,00 11/08/2009 13/08/2009 1 160.380.887,00 28 00017082008 7.590.549.763,00 20/08/2009 25/08/2009 1 151.810.995,00 29 00026082008 6.551.542.778,00 20/08/2009 25/08/2009 1 131.030.856,00 30 00287032007 5.724.549.734,00 11/04/2009 27/04/2009 1 114.490.995,00 31 00285032007 5.667.179.803,00 11/04/2009 27/04/2009 1 113.343.596,00 32 00170102008 5.114.888.992,00 30/10/2009 25/11/2009 1 102.297.780,00 33 00253072008 4.927.363.794,00 11/08/2009 14/08/2009 1 98.547.276,00 34 00096082007 4.755.967.734,00 29/08/2009 09/09/2009 1 95.119.355,00 35 00199022008 592.322.604,00 10/03/2009 20/10/2009 8 101.677.732,00 36 00105032008 562.727.832,00 27/03/2009 28/10/2009 8 96.597.511,00 37 00283032007 4.324.264.088,00 11/04/2009 27/04/2009 1 86.485.282,00 38 00098082007 4.054.569.482,00 29/08/2009 09/09/2009 1 81.091.390,00 39 00234082007 1.815.253.032,00 11/09/2009 20/10/2009 2 73.336.222,00 40 00047032008 449.458.192,00 24/03/2009 28/10/2009 8 77.153.715,00 41 00098072008 1.034.166.527,00 23/07/2009 20/10/2009 3 63.299.265,00 42 00235082007 1.407.518.432,00 11/09/2009 20/10/2009 2 56.863.745,00 43 00095032008 351.595.983,00 24/03/2009 28/10/2009 8 60.354.749,00 44 00047092008 1.295.293.996,00 10/09/2009 28/10/2009 2 52.329.877,00 45 00036092008 1.200.546.668,00 10/09/2009 28/10/2009 2 48.502.085,00

Page 161: LK Kemkominfo 2009

No. Nomor Aplikasi Nilai SPP (Rp) Jatuh Tempo

Tanggal pembayaran

Terlambat (bulan)

Denda Keterlambatan

(Rp)46 00025082008 2.400.856.048,00 20/08/2009 25/08/2009 1 48.017.121,00 47 00038092008 1.154.978.466,00 10/09/2009 23/10/2009 2 46.661.130,00 48 00386112008 2.016.539.287,00 13/11/2009 19/11/2009 1 40.330.786,00 49 00198022008 1.757.398.130,00 10/03/2009 27/04/2009 1 35.147.963,00 50 00233082007 730.194.837,00 11/09/2009 28/10/2009 2 29.499.871,00 51 00094082007 1.440.704.383,00 29/08/2009 09/09/2009 1 28.814.088,00 52 00106032008 205.303.050,00 01/04/2009 28/10/2009 7 30.525.621,00 53 00097082007 1.384.151.536,00 29/08/2009 09/09/2009 1 27.683.031,00 54 00093082007 1.241.190.098,00 29/08/2009 09/09/2009 1 24.823.802,00 55 00099082007 814.285.893,00 29/08/2009 09/09/2009 1 16.285.718,00 56 00281032007 629.667.196,00 11/04/2009 27/04/2009 1 12.593.344,00 57 00259072008 595.376.990,00 11/08/2009 13/08/2009 1 11.907.540,00 58 00096032008 83.685.685,00 01/04/2009 28/10/2009 7 12.442.862,00 59 00197082007 280.974.799,00 11/09/2009 28/10/2009 2 11.351.382,00 60 00048062007 5.286.698.606,00 13/06/2009 07/08/2009 2 213.582.624,00 61 00158082007 4.154.617.566,00 07/09/2009 10/09/2009 1 83.092.351,00 62 00464122007 584.196.540,00 03/01/2009 14/07/2009 7 86.603.653,00 63 00466122007 528.827.646,00 03/01/2009 14/07/2009 7 78.395.544,00 64 00384122007 523.831.992,00 03/01/2009 14/07/2009 7 77.654.968,00 65 00420122007 467.357.232,00 03/01/2009 14/07/2009 7 69.282.922,00 66 9548881 3.046.766.233,00 02/11/2009 06/11/2009 1 60.935.325,00 67 00497122007 428.372.317,00 08/01/2009 14/07/2009 7 63.503.641,00 68 00488092006 2.766.092.362,00 03/10/2009 08/10/2009 1 55.321.847,00 69 00469122007 390.425.244,00 03/01/2009 17/07/2009 7 57.878.214,00 70 00029022008 679.368.155,00 21/02/2009 27/05/2009 4 56.001.784,00 71 00381122007 293.648.334,00 03/01/2009 14/07/2009 7 43.531.614,00 72 00001042008 508.472.172,00 10/04/2009 17/07/2009 4 41.914.459,00 73 00462122007 247.386.052,00 03/01/2009 10/07/2009 7 36.673.507,00 74 00463122007 233.186.850,00 03/01/2009 10/07/2009 7 34.568.560,00 75 00341122007 232.292.322,00 03/01/2009 10/07/2009 7 34.435.951,00 76 00470122007 212.753.178,00 03/01/2009 10/07/2009 7 31.539.390,00 77 00317112007 204.789.396,00 03/01/2009 14/07/2009 7 30.358.806,00 78 00096102007 1.344.709.074,00 22/11/2009 03/12/2009 1 26.894.181,00 79 00382122007 161.309.315,00 03/01/2009 10/07/2009 7 23.913.144,00 80 9560671 146.528.538,00 06/01/2009 10/07/2009 7 21.721.982,00 81 00343122007 145.523.574,00 03/01/2009 10/07/2009 7 21.573.002,00 82 04593102007 987.562.530,00 22/11/2009 26/11/2009 1 19.751.251,00 83 04560102007 976.640.664,00 21/11/2009 25/11/2009 1 19.532.813,00 84 9560681 159.127.566,00 17/01/2009 10/07/2009 6 20.007.021,00 85 00187092007 938.726.208,00 02/10/2009 08/10/2009 1 18.774.524,00 86 00189092007 934.578.088,00 05/10/2009 08/10/2009 1 18.691.562,00 87 00181112007 877.839.750,00 03/12/2009 07/12/2009 1 17.556.795,00 88 00084112007 862.490.064,00 21/11/2009 25/11/2009 1 17.249.801,00 89 00136102007 855.527.667,00 02/11/2009 04/11/2009 1 17.110.553,00 90 00189052008 411.486.630,00 04/06/2009 30/07/2009 2 16.624.060,00 91 00126102008 570.226.035,00 27/10/2009 02/11/2009 1 11.404.521,00 92 00569112008 549.844.160,00 03/12/2009 07/12/2009 1 10.996.883,00 93 00072112007 548.842.671,00 23/11/2009 26/11/2009 1 10.976.853,00

Page 162: LK Kemkominfo 2009

No. Nomor Aplikasi Nilai SPP (Rp) Jatuh Tempo

Tanggal pembayaran

Terlambat (bulan)

Denda Keterlambatan

(Rp)94 00183112006 536.070.400,00 06/12/2009 07/12/2009 1 10.721.408,00 95 00140092007 530.998.500,00 02/10/2009 08/10/2009 1 10.619.970,00 96 00380122007 173.710.902,00 03/01/2009 28/03/2009 3 10.422.654,00 97 00238092008 516.487.593,00 25/09/2009 20/10/2009 1 10.329.752,00 98 00381122007 293.648.334,00 03-01-2009 14-07-2009 7 43.531.614,00 99 00001042008 508.472.172,00 10-04-2009 17-07-2009 4 41.914.459,00

100 9523191 141.522.742,00 11-11-2008 11-06-2009 7 20.677.129,00 101 00038062007 289.415.568,00 13-06-2008 31-03-2009 10 57.883.114,00 102 00029012008 2.311.110.159,00 09/01/2009 27/03/2009 3 138.666.610,00 103 00493112008 4.901.896.068,00 28/11/2009 16/12/2009 1 98.037.921,00 104 00030012008 499.412.260,00 09/01/2009 27/03/2009 3 29.964.736,00 105 00128062008 137.621.035,00 04/07/2009 30/10/2009 4 11.344.399,00 106 00077032007 1.555.046.064,00 02-06-2008 09-02-2009 9 279.908.292,00 107 00225052007 63.191.660,00 08-06-2008 28-01-2009 8 10.110.666,00 108 4425003 1.794.283.920,00 02/06/2009 16/06/2009 1 35.885.678,00 109 4425032 809.833.280,00 07/01/2009 21/01/2009 1 16.196.666,00 110 4425018 282.299.785,00 07-01-2009 17-03-2009 3 16.937.987,00 111 9555741 1.815.452.259,00 14/08/2009 02/09/2009 1 36.309.045,00 112 00261052007 729.736.222,00 29/05/2009 21/07/2009 1 14.594.724,00 113 00001112007 344.233.472,00 03-12-2008 06-03-2009 2 13.769.339,00 114 00002112007 328.513.444,00 28-11-2008 06-03-2009 2 13.140.538,00 115 4425015 1.221.154.926,00 07/01/2009 22/01/2009 1 24.423.099,00 116 4425014 1.036.311.255,00 08/01/2009 22/01/2009 1 20.726.225,00 117 4425006 726.806.192,00 07/01/2009 22/01/2009 1 14.536.124,00 118 00478122007 7.801.950.621,00 03/01/2009 19/08/2009 8 1.335.763.509,00 119 00158112006 15.064.421.237,00 21/11/2009 17/12/2009 1 301.288.425,00 120 00264072008 8.327.656.329,00 11/08/2009 19/08/2009 1 166.553.127,00 121 00101012007 747.545.370,00 01/02/2009 19/08/2009 7 111.149.282,00 122 00266072008 4.964.130.454,00 11/08/2009 19/08/2009 1 99.282.609,00 123 00017042008 2.831.626.665,00 10/04/2009 20/04/2009 1 56.632.533,00 124 00265072008 2.556.811.185,00 11/08/2009 19/08/2009 1 51.136.224,00 125 00022042008 1.857.725.135,00 10/04/2009 20/04/2009 1 37.154.503,00 126 00160012008 259.582.727,00 01/02/2009 19/08/2009 7 38.596.231,00 127 00068022008 270.704.888,00 21/02/2009 19/08/2009 6 34.152.784,00 128 00089102007 1.592.975.331,00 20/11/2009 17/12/2009 1 31.859.507,00 129 00016042008 1.550.188.509,00 10/04/2009 20/04/2009 1 31.003.770,00 130 00021042008 1.326.209.453,00 10/04/2009 20/04/2009 1 26.524.189,00 131 00190072008 962.423.541,00 11/08/2009 19/08/2009 1 19.248.471,00 132 9546811 908.704.217,00 08/04/2009 20/04/2009 1 18.174.084,00 133 00160032008 540.896.889,00 07/04/2009 20/04/2009 1 10.817.938,00 134 00247062008 528.685.580,00 04/07/2009 27/07/2009 1 10.573.712,00 135 00012112006 519.140.250,00 27/11/2009 03/12/2009 1 10.382.805,00 136 00200072008 515.569.115,00 11/08/2009 19/08/2009 1 10.311.382,00

8.900.448.982,44

Page 163: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 4 - Rincian Lokasi, Jumlah SSL. Jangka Waktu Pelaksanaan, Target Pekerjaan, Nomor dan Tanggal serta Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada Tujuh Paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan

Paket

Wilayah Pelayanan Universal

Telekomunikasi (WPUT)

Nomor & Tanggal PKS Fasilitas Teleponi

(SSL)

Akses Internet Nilai Kontrak Pelaksana Tahapan Waktu

Pelaksanaan

Target Pra Operasional

% Jumlah SSL

1 WPUT I: 1. Provinsi NAD 2. Provinsi Sumut 3. Provinsi Sumbar

Nomor: 03/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 Tanggal 4 Februari 2009

8.115 9 Rp553.598.298.243,00 PT TS Pra operasional I s.d. 30 Sept.

2009 85% 6.898

Pra operasional II s.d. 31 Des. 2009 15% 1.217

Operasional I 1 Okt. 2009 – 31 Des. 2013 - -

Operasional II 1 Jan. 2010 – 31 Mar. 2014 - -

2 WPUT II: 1. Provinsi Jambi 2. Provinsi Riau 3. Provinsi Kep.

Riau 4. Provinsi Kep.

Babel WPUT III: 1. Provinsi

Bengkulu 2. Provinsi Sumsel 3. Provinsi

Lampung.

Nomor: 01/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 Tanggal 16 Januari 2009

5.197 24 Rp333.070.219.110,00 PT TS Pra operasional I s.d. 30 Sept.

2009 80% 4.158

Pra operasional II s.d. 31 Des. 2009 20% 1.039

Operasional I 1 Okt. 2009 – 31 Des. 2013 - -

Operasional II 1 Jan. 2010 – 31 Mar. 2014 - -

3 WPUT IV: 1. Provinsi Kalbar 2. Provinsi Kalteng WPUT V: 1. Provinsi Kaltim 2. Provinsi Kalsel

Nomor: 04/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 Tanggal 4 Februari 2009

3.797 12 Rp365.898.864.682,00 PT TS Pra operasional I s.d. 30 Sept. 2009 75% 2.848

Pra operasional II s.d. 31 Des. 2009 25% 949

Operasional I 1 Okt. 2009 – 31 Des. 2013 - -

Operasional II 1 Jan. 2010 – 31 Mar. 2014 - -

Page 164: LK Kemkominfo 2009

Paket

Wilayah Pelayanan Universal

Telekomunikasi (WPUT)

Nomor & Tanggal PKS Fasilitas Teleponi

(SSL)

Akses Internet Nilai Kontrak Pelaksana Tahapan Waktu

Pelaksanaan

Target Pra Operasional

% Jumlah SSL

4 WPUT VI: 1. Provinsi Sulut 2. Provinsi

Gorontalo 3. Provinsi Sulteng WPUT VII: 1. Provinsi Sulbar 2. Provinsi Sulsel 3. Provinsi Sultra WPUT IX: 1. Provinsi Maluku 2. Provinsi Maluku

Utara

Nomor: 6/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 Tanggal 16 Juli 2009

4.758 24 Rp274.460.538.027,00 PT ICP Pra operasional I s.d. 31 Des.

2009 10% 476

Pra operasional II s.d. 31 Mar. 2011 90% 4.282

Operasional I 1 Apr. 2010 – 30 Jun. 2014 - -

Operasional II 1 Apr. 2011 – 30 Jun. 2015 - -

5 WPUT VIII: 1. Provinsi Papua 2. Provinsi Irian

Jaya Barat

Nomor: 7/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 Tanggal 16 Juli 2009

3.015 7 Rp455.640.120.561,00 PT ICP Pra operasional I s.d. 31 Mar. 2010 10% 301

Pra operasional II s.d. 30 Sept. 2011 90% 2.714

Operasional I 1 Jul. 2010 – 30 Sept .2014 - -

Operasional II 1 Okt. 2011 – 30 Des. 2015 - -

6 WPUT X: 1. Provinsi Bali 2. Provinsi NTB 3. Provinsi NTT

Nomor: 05/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal 4 Februari 2009

2.368 9 Rp209.042.257.717,00 PT TS Pra operasional I s.d. 30 Sept. 2009 85% 2.013

Pra operasional II s.d. 31 Des. 2009 15% 355

Operasional I 1 Okt. 2009 – 31 Des. 2013 - -

Operasional II 1 Jan. 2010 – 31 Mar. 2014 - -

7 WPUT XI: 1. Provinsi Banten

Nomor: 02/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009

4.574 15 Rp201.070.814.184,00 PT TS Pra operasional s.d. 30 Sept. 2009 100% 4.574

Page 165: LK Kemkominfo 2009

Paket

Wilayah Pelayanan Universal

Telekomunikasi (WPUT)

Nomor & Tanggal PKS Fasilitas Teleponi

(SSL)

Akses Internet Nilai Kontrak Pelaksana Tahapan Waktu

Pelaksanaan

Target Pra Operasional

% Jumlah SSL

2. Provinsi Jabar 3. Provinsi Jateng 4. Provinsi DIY 5. Provinsi Jatim

tanggal 16 Januari 2009

Operasional 1 Okt. 2009 – 31 Des. 2013 - -

Total 31.644 100 Rp2.392.781.112.524,00 31.644

Page 166: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 5Perhitungan Denda Keterlambatan

Sampai dengan 16 Maret 2010

Pelaksana Pekerjaan: PT TS

No. Paket Provinsi Nilai Bagian Kontrak (Rp)

Total Denda (Rp)

Pra Operasional I Pra Operasional II (s.d. 16 Maret 2010)

Realokasi (s.d. 16 Maret 2010)

1 Paket 1 (85, 15)

NAD

68.208.267,00 7.851.726.447,44 1.603.167.107,57 139.758.739,08 2 Sumut

3 Sumbar

4

Paket 2 (80, 20)

Jambi

64.039.119,00 5.293.601.654,78 4.838.155.440,45 -

5 Babel

6 Riau

7 Kepri

8 Bengkulu

9 Sumsel

10 Lampung

11

Paket 3 (75, 25)

Kalbar

96.334.257,00 5.646.343.471,28 1.654.829.866,75 - 12 Kalteng

13 Kaltim

14 Kalsel

15 Paket 6 (85, 15)

Bali

88.240.710,00 2.768.022.831,99 525.914.631,60 - 16 NTB

17 NTT

18

Paket 7

Banten

43.927.371,00 280.827.682,80 - -

19 Jabar

20 Jateng

21 DIY

22 Jatim

DENDA PER TAHAP 21.840.522.088,29 8.482.308.307,28 139.758.739,08

TOTAL DENDA 30.462.589.134,66

Contoh: Salah satu SSL pada Paket 1 dipasang pada 3 Desember 2009. SSL ini seharusnya selesai pada tahap Pra Operasional I yang berakhir pada 30 September 2009. Sehingga SSL tersebut terlambat selama 64 hari (30 September 2009 sampai dengan 3 Desember 2009) Perhitungan denda atas keterlambatan pemasangan SSL tersebut adalah: 1/1000 (satu per mil) dari nilai bagian pekerjaan yang belum diselesaikan per hari. Denda 1 hari keterlambatan = 1/1000 x (Rp1.337.417,00 x 51) x 1 = Rp68.208,27 Denda 64 hari keterlambatan = Rp68.208,27 x 64 = Rp4.365.329,09 Dengan menggunakan formula yang sama, pemeriksa menghitung denda keterlambatan untuk tiap-tiap SSL, yaitu: a. Pra Operasional I, sebanyak 6.519 SSL dengan lama keterlambatan berkisar antara 1 s.d. 119 hari. b. Pra Operasional II, sebanyak 2.545 SSL dengan keterlambatan berkisar 1 s.d. 75 hari. c. Sebanyak 68 SSL yang merupakan bagian dari realokasi untuk Paket I dengan keterlambatan

berkisar antara 22 hari s.d. 44 hari.

Page 167: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 6 Pemanfaatan USO

a. Penempatan Beberapa ST Tidak Tepat

No. Lokasi Kondisi Lokasi ST Terpasang

ST Seharusnya Keterangan

1 Kel. Mayasopa, Kota Singkawang, Kalbar

Sinyal ada namun lemah

ST 3A

ST2A

Lokasi dilengkapi dengan fasilitas internet agar perangkat 3A yang terpasang tidak sia-sia

2 Desa Wargasara, Pulau Tunda, Kab. Serang, Banten

Sinyal tidak ada

ST2B

ST3B

3 Desa Kujangsari, Kab. Lebak, Banten

Sinyal lemah

ST1A

ST2A

4 Kel. Pabean, Kota Cilegon, Banten

Sinyal lemah ST1A

ST2A

5 Desa Sodong, Kab. Pandeglang, Banten

Sinyal lemah ST1A

ST2A

6 Desa Teluk Pulau Hulu, Kab. Rokan Hilir, Riau

Sinyal kuat ST3A

ST1A

7 Desa Lubuk Sahung, Kab. Seluma, Bengkulu

Sinyal kuat ST2A

ST1A

8 Desa Selali, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu

Sinyal kuat ST2A

ST1A

9 Desa Pal 100, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu

Sinyal kuat ST3A

ST1A

b. Rendahnya Minat Masyarakat Untuk Memanfaatkan Fastel

No. Lokasi Pemanfaatan Keterangan 1 Desa Sebandul, Kab.

Bengkayang, Kalbar Rendah 5 orang/minggu

2 Kel. Mayasopa, Kota Singkawang, Kalbar

Sangat rendah 5 orang sejak 6 bulan terpasang

3 Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak, Kalbar

Sangat rendah 1 orang/minggu

4 Kel. Pabean, Kota Cilegon, Banten

Rendah 2-3 orang/minggu. Pulsa belum pernah habis

5 Kel. Bagendung, Kota Cilegon, Banten

Tidak ada Tidak pernah digunakan sejak terpasang. Pengelola mengusulkan untuk dipindahkan ke lokasi lain

6 Desa Labuhan Tangga Kecil, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

7 Desa Bantaian, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

8 Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

9 Desa Teluk Pulau Hilir, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

10 Desa Teluk Pulau Hulu, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

11 Desa Melayu Tengah, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

12 Desa Batu Hampar, Kab. Rokan Hilir, Riau

Rendah -

13 Desa Sungai Abang, Kab. Padang Pariaman, Sumbar

Rendah -

14 Desa Matua Mudiak, Kab. Agam, Rendah -

Page 168: LK Kemkominfo 2009

Sumbar 15 Desa Lubuk Sahung, Kab.

Seluma, Bengkulu Rendah -

16 Desa Lunjuk, Kab. Seluma, Bengkulu

Rendah -

17 Desa Renah Panjang, Kab. Seluma, Bengkulu

Rendah -

18 Desa Tanggo Raso, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu

Rendah -

19 Desa Gunung Sakti, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu

Rendah -

20 Desa Jeranglah Tinggi, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu

Rendah -

21 Desa Kembang Ayun, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu

Rendah -

22 Desa Pal 100, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu

Rendah -

23 Desa Samba Danum, Kab. Katingan, Kalteng

Rendah -

24 Desa Rantau Asem, Kab. Katingan, Kalteng

Rendah -

c. Pelanggaran Penggunaan Fastel

No. Lokasi Kondisi 1 Desa Kayuarang, Kab. Seluma, Bengkulu SIM Card digunakan untuk Ponsel Kepala Desa 2 Desa Selali, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu SIM Card digunakan untuk Ponsel Kepala Desa 3 Desa Bantaian, Kab. Rokan Hilir, Riau SIM Card terpasang di ponsel 4 Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Riau SIM Card terpasang di ponsel

d. Ketidaklengkapan/Kehilangan Perangkat Fastel

No. Lokasi Perangkat yang

Hilang/Tidak Lengkap

Keterangan

1 Desa Tanjung Keracut, Kab. Sambas, Kalbar Indoor Repeater Belum terpasang 2 Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak, Kalbar Plang Pusyantip Tidak terpasang 3 Desa Banten, Kab. Serang, Banten Tiang Rambu Hilang 4 Kel. Pabean, Kota Cilegon, Banten Billing Display Tidak terpasang karena

kehabisan persediaan 5 Desa Sodong, Kab. Pandeglang, Banten FWT berikut Charger Hilang pada 30 Januari

2010. Pada saat tim berkunjung, sudah dilaporkan kepada Kepala Desa namun belum dilaporkan kepada Polsek. Pihak T dan Subkontraktor telah mengetahui perihal ini

6 Desa Sungai Abang, Kab. Padang Pariaman, Sumbar

FWT Hilang

e. Perangkat Fastel Rusak No. Lokasi Perangkat yang

Rusak Keterangan

1 Desa Wargasara, Pulau Tunda, Kab. Serang, Banten

Baterai FWT Mudah drop (kemungkinan karena terus menerus mencari sinyal)

2 Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak, Kalbar Charger FWT Rusak 3 Desa Pasir, Kab. Tangerang, Banten Billing Display Rusak, seringkali tidak jelas

terbaca

Page 169: LK Kemkominfo 2009

4 Kel. Kulaba, Kota Ternate, Maluku Utara Baterai FWT Drop 5 Desa Sungai Sialang, Kab. Rokan Hilir, Riau FWT Rusak 6 Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Riau FWT Rusak 7 Desa Teluk Pulau Hilir, Kab. Rokan Hilir, Riau FWT Rusak 8 Desa Lubuk Saung, Kab. Agam, Sumbar FWT Rusak 9 Desa Lunjuk, Kab. Seluma, Sumbar LCD FWT Rusak

10 Desa Kembang Ayun, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu

LCD FWT Rusak

11 Desa Samba Danum, Kab. Katingan, Kalteng FWT Rusak

Page 170: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 7 – Rincian Pekerjaan, Nomor dan Tanggal, serta Nilai Kontrak Jasa Konsultan pada Ditjen Aptel

No. Pekerjaan Jasa Konsultan

Nomor & Tanggal SPK

Jangka Waktu (hari)

Pelaksana Nilai (Rp)

No & Tgl SPM No & Tgl SP2D

A. Direktorat e-Business – Ditjen Aptel

1. Pengembangan dan Implementasi Aplikasi e-Health

04/PPK-e-Health/ EBIZ/7/2009 Tgl. 31 Juli 2009

120 CV ESI 440.275.000 - 011157/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 29/09/2009

- 01829/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 08/12/2009

- 249142N/019/111 Tgl. 02/10/2009

- 282435N/019/111 Tgl. 10/12/2009

2. Pembuatan Aplikasi Sistem Pelayanan Badan Pengawas Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (BP2SE)

03/PPK-BPSE/ EBIZ/7/2009 Tgl. 31 Juli 2009

120 PT SI 462.000.000 - 01323/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 26/10/2009

- 01799/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 03/12/2009

- 258182N/019/111 Tgl. 28/10/2009

- 278955N/019/111 Tgl. 07/12/2009

3. Pembuatan Prototype E-IKM

05/PPK-IKM/EBIZ/ 5/2009 Tgl. 26 Mei 2009

90 CV WRC 250.965.000 - 00803/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 05/08/2009

- 01129/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 15/09/2009

- 653973N/019/111 Tgl. 11/08/2009

- 247526N/019/111 Tgl. 24/09/2009

4. Model Implementasi Blue Print E-Bussines

04/PPK-LPZ/EBIZ/4/2009 Tgl. 27 April 2009

150 CV WRC 371.525.000 - 00804/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 05/08/2009

- 01181/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 02/10/2009

- 653943N/019/111 Tgl. 13/08/2009

- 250459N/019/111 Tgl. 07/10/2009

5. Pengadaan Model Implementasi Blue Print E-Business

05/PPK-POS/EBIZ/6/2009 Tgl. 16 Juni 2009

150 PT Mc 368.922.400 - 01116/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 15/09/2009

- 01656/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 26/11/2009

- 247469N/019/111 Tgl. 17/09/2009

- 275184N/019/111 Tgl. 02/12/2009

B. Direktorat SAAT – Ditjen Aptel

1. Pengembangan Standar Kebijakan Audit

32B/Audit/SAAT/DJAT.6/ KOMINFO/09/2009 Tgl. 10 September 2009

PT DIC 341.991.100 - 01733/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 01/12/2009

- 02076/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 16/12/2009

- 278964N/019/111 Tgl. 07/12/2009

- 161431O/019/111 Tgl. 22/12/2009

2. Pengembangan Standard dan Audit e-Gov

32A/e-Gov/SAAT/DJAT.6/ KOMINFO/09/2009 Tgl. 10 September 2009

PT NCR 343.992.550 - 01731/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 01/12/2009

- 02075/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 16/12/2009

- 277638N/019/111 Tgl. 04/12/2009

- 161430O/019/111 Tgl. 22/12/2009

3. Pengembangan Standard E-Health

32C/E-Health/SAAT/ DJAT.6/KOMINFO/9/2009 Tgl. 10 September 2009

PT EIT 307.102.400 - 01732/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 01/12/2009

- 02077/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 16/12/2009

- 277639N/019/111 Tgl. 04/12/2009

- 161432O/019/111 Tgl. 22/12/2009

C. Direktorat e-Government – Ditjen Aptel

1. Aplikasi Sistem Single Sign On

17/SSO/eGOV/6/2009 Tgl. 23 Juni 2009

120 PT PKI 360.360.000 02064/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 15/12/2009

161492O/019/111 Tgl. 22/12/2009

Page 171: LK Kemkominfo 2009

No. Pekerjaan Jasa Konsultan

Nomor & Tanggal SPK

Jangka Waktu (hari)

Pelaksana Nilai (Rp)

No & Tgl SPM No & Tgl SP2D

2. Penyusunan Rencana Induk e-Government

18/TOMOHON-ulang/ eGOV/8/2009

60 PT ATM 99.726.000 - 01769/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 03/12/2009

- 01770/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 03/12/2009

- 278871N/019/111 Tgl. 07/12/2009

- 278872N/019/111 Tgl. 07/12/2009

3. Layanan Keamanan Sistem Informasi untuk Instansi Pemerintah

17/KSI/eGOV/8/2009 Tgl. 05 Agustus 2009

120 PT PTi 718.300.000 01981/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 11/12/2009

286862O/019/111 Tgl. 15/12/2009

D. Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten

1. Pengadaan Pustaka Pemrograman Bahasa Nusaptel

16/NUSAPTEL.02/ SIPLK.3/05/2009 Tgl. 06 Mei 2009

45 CV RL 257.400.000 00846/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 14/08/2009

655481M/019/111 Tgl. 19/08/2009

2. Penyusunan Peta Jalan Teknologi dan Tata Kelola Transaksi Elektronik

25/TE/01/SIPLK.5/2009 Tgl. 14 September 2009

90 CV AI 141.350.000 - 01505/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 12/11/2009

- 01857/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 09/12/2009

- 02067/PB1/DITJEN APTEL/2009 Tgl. 15/12/2009

- 266303N/019/111 Tgl. 16/11/2009

- 282311N/019/111 Tgl. 10/12/2009

- 161493O/019/111 Tgl. 22/12/2009

Page 172: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 8 - Rincian Perhitungan Ulang Kontrak Jasa Konsultan pada Ditjen Aptel

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah A. Direktorat e-Business - Ditjen Aptel

1. Pekerjaan Pengembangan dan Implementasi Aplikasi e-Health

Biaya Langsung Personil Tenaga Ahli

1 Project Manager IP 1 orang 4 9.000.000,00 36.000.000,00 4 9.000.000,00 36.000.000,00 2 System Analist MD

P 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00

3 Ahli Sistem Informasi Kesehatan

FH 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 3.750.000,00 15.000.000,00

4 Ahli WebDesigner AB 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00 5 Ahli Programer YP 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00 6 Ahli Programer SK 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00 7 Ahli Database EF 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00 8 Ahli Komunikasi dan

Jaringan Data Su 1 orang 3 7.500.000,00 22.500.000,00 3 7.500.000,00 22.500.000,00

9 Ahli Implementary (uji software)

SW 1 orang 3 7.500.000,00 22.500.000,00 3 6.400.000,00 19.200.000,00

10 Ahli Implementary (uji software)

IM 1 orang 3 7.500.000,00 22.500.000,00 3 7.500.000,00 22.500.000,00

Jumlah 283.500.000,00 265.200.000,00 Tenaga Pendukung

1 Sekretaris Proyek 1 orang 3 1.500.000,00 4.500.000,00 3 1.500.000,00 4.500.000,00 2 Staf Administrasi 1 orang 3 1.250.000,00 3.750.000,00 3 1.250.000,00 3.750.000,00 3 Operator Komputer 2 orang 3 1.250.000,00 7.500.000,00 6 1.250.000,00 7.500.000,00

Jumlah 15.750.000,00 15.750.000,00 Biaya Langsung Non Personil

1 Biaya Transportasi dan Akomodasi

Nusa Tenggara Barat (Mataram) (2 kali, 3 orang, 4 hari)

1 Paket 45.000.000,00 45.000.000,00 1 45.000.000,00 45.000.000,00

DI Yogyakarta (Bantul) (2 kali, 3 orang, 4 hari)

1 Paket 20.000.000,00 20.000.000,00 1 20.000.000,00 20.000.000,00

2 Biaya Komunikasi (telepon, fax, internet)

1 Paket 12.000.000,00 12.000.000,00 1 12.000.000,00 12.000.000,00

3 Biaya Laporan pendahuluan 10 Eksp 100.000,00 1.000.000,00 10 100.000,00 1.000.000,00 4 Biaya Laporan Antara 10 Eksp 150.000,00 1.500.000,00 10 150.000,00 1.500.000,00 5 Biaya Laporan Akhir 10 Eksp 200.000,00 2.000.000,00 10 200.000,00 2.000.000,00

6 Biaya Buku Panduan e-health + CD (instalasi, administrator, operator)

150 Eksp 50.000,00 7.500.000,00 150 50.000,00 7.500.000,00

7 Biaya Dokumentasi system + CD

5 Eksp 50.000,00 250.000,00 5 50.000,00 250.000,00

8 Biaya pelatihan 1 Paket 10.000.000,00 10.000.000,00 1 10.000.000,00 10.000.000,00 9 Materi Pelatihan (2 Dinkes &

10 Puskesmas) 70 Eksp 25.000,00 1.750.000,00 70 25.000,00 1.750.000,00

Jumlah 101.000.000,00 101.000.000,00 Total Biaya 400.250.000,00 381.950.000,00 PPN 10% 40.025.000,00 38.195.000,00 Nilai Kontrak (yang

dibayarkan) 440.275.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

420.145.000,00

Kelebihan Pembayaran

20.130.000,00

2 Pekerjaan Pembuatan Aplikasi Sistem Pelayanan Badan Pengawas Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (BP2SE) Pembayaran Umum

1 Laporan Pendahuluan 10 Eks 85.000,00 850.000,00 10 85.000,00 850.000,00 2 Laporan Akhir 10 Eks 85.000,00 850.000,00 10 85.000,00 850.000,00

Page 173: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah Jumlah 1.700.000,00 1.700.000,00 Pembayaran Pekerjaan Utama Tenaga Ahli

1 Project Manager B3 1 orang 4 8.000.000,00 32.000.000,00 4 8.000.000,00 32.000.000,00 2 IT Security Specialist

/Software Architecture

BH 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 AS 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 An 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00

3 IT Security Consultan

IH 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 TA 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 Ri 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00

4 Programer EJ 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 NB 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00

5 Web Developer SPU 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 SR 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 CY 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00

6 Database Specialit MT 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00 Jumlah 344.000.000,00 344.000.000,00 Tenaga Pendukung

1 Operator 4 orang 4 2.500.000,00 40.000.000,00 4 2.500.000,00 10.000.000,00 2 Sekretaris 1 orang 4 2.500.000,00 10.000.000,00 4 2.500.000,00 10.000.000,00

Jumlah 50.000.000,00 20.000.000,00 Pembayaran Hasil Pendukung

1 Biaya Laporan Pendahuluan 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00 2 Biaya Laporan akhir 10 Eks 350.000,00 3.500.000,00 10 350.000,00 3.500.000,00 3 User Manual 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00 4 Dokumentasi Teknis 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00 5 CD Source Code 10 CD 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00 6 Materi Pelatihan 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00 7 Instalasi Uji Coba dan

Pelatihan 1 Paket 7.500.000,00 7.500.000,00 1 7.500.000,00 7.500.000,00

Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00 Total 421.700.000,00 391.700.000,00 PPN 10% 42.170.000,00 39.170.000,00 Perhitungan RAB 463.870.000,00 Nilai Kontrak (yang

dibayarkan) 462.000.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

430.870.000,00

Kelebihan Pembayaran

31.130.000,00

3. Pekerjaan Pembuatan Prototype E-

IKM

Pembayaran Utama Tenaga Ahli

1 Project Manager IMS 1 orang 3 6.000.000,00 18.000.000,00 3 3.840.000,00 11.520.000,00 2 Ahli System Analist CT 1 orang 3 5.500.000,00 16.500.000,00 3 3.591.492,00 10.774.476,00 3 Ahli

Microfinance/Keuangan

EW 1 orang 1 4.500.000,00 4.500.000,00 1 1.796.328,75 1.796.328,75

4 Ahli Programer IF 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.666.666,67 7.333.333,34 5 Ahli Programer AJ 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.200.000,00 6.400.000,00 6 Ahli Database TRN 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 4.500.000,00 9.000.000,00 7 Ahli Database ER

M 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 4.500.000,00 9.000.000,00

8 Ahli Networking TYP 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.866.666,67 7.733.333,34 9 Ahli Networking AN 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.840.000,00 7.680.000,00 Jumlah 93.000.000,00 71.237.471,43

Pendukung 1 Sekretaris SN 1 orang 3 1.750.000,00 5.250.000,00 3 1.750.000,00 5.250.000,00 2 Operator Komputer MS 1 orang 2 1.750.000,00 3.500.000,00 2 1.750.000,00 3.500.000,00 Jumlah 8.750.000,00 8.750.000,00 Pembayaran Umum 1 Laporan Pendahuluan 10 eksp 25.000,00 250.000,00 10 25.000,00 250.000,00 2 Laporan Akhir 10 eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00 3 ATK 3 bulan 375.000,00 1.125.000,00 3 375000 1.125.000 4 Perangkat kerja 3 bulan 2.500.000,00 7.500.000,00 3 2.500.000,00 7.500.000,00

Page 174: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah 5 Telekomunikasi 3 bulan 1.000.000,00 3.000.000,00 3 1.000.000,00 3.000.000,00 6 Internet 3 bulan 1.000.000,00 3.000.000,00 3 1.000.000,00 3.000.000,00 Jumlah 15.375.000,00 15.375.000,00 Pembayaran Hasil dan Pendukung 1 Dokumentasi Aplikasi Soft

dan Hardcopy 10 paket 75.000,00 750.000,00 10 75.000,00 750.000,00

2 Petunjuk Penggunaan Admin dan User

10 eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00

3 Source Code (Bentuk Electronic)

10 paket 27.500,00 275.000,00 10 27.500,00 275.000,00

4 Materi Pelatihan 10 paket 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00 5 Perangkat kerja 1 paket 97.000.000,00 97.000.000,00 1 97.000.000,00 97.000.000,00 6 Transportasi dan akomodasi

untuk uji coba, pelatihan dan evaluasi

1 paket 12.000.000,00 12.000.000,00 1 12.000.000,00 12.000.000,00

Jumlah 111.025.000,00 111.025.000,00 Total Biaya 228.150.000,00 206.387.471,43 PPN 10% 22.815.000,00 20.638.747,14 Nilai Kontrak (yang

dibayarkan) 250.965.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

227.026.218,57

Kelebihan Pembayaran 23.938.781,43 4 Pekerjaan Model Implementasi Blue Print E Bussines Pembayaran Utama Tenaga Ahli 1 Project Manager BA 1 orang 5 6.000.000,00 30.000.000,00 5 3.840.000,00 19.200.000,00 2 Ahli System Analist FH 1 orang 5 5.500.000,00 27.500.000,00 5 3.520.000,00 17.600.000,00 3 Ahli System Analist t DM 1 orang 5 5.500.000,00 27.500.000,00 5 5.500.000,00 27.500.000,00 4 Ahli

Microfinance/Keuangan

HM 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 4.500.000,00 18.000.000,00

5 Ahli Programer RO 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 4.500.000,00 18.000.000,00 6 Ahli Programer EH 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 3.200.000,00 12.800.000,00 7 Ahli Database DAS 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 4.500.000,00 18.000.000,00 8 Ahli Database AS 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 3.520.000,00 14.080.000,00 9 Ahli Networking NS 1 orang 2,5 4.500.000,00 11.250.000,00 2,5 3.200.000,00 8.000.000,00 10 Ahli Networking HS 1 orang 2,5 4.500.000,00 11.250.000,00 2,5 3.840.000,00 9.600.000,00 Jumlah 197.500.000,00 162.780.000,00 Pendukung 1 Staf Administrasi 1 orang 5 1.750.000,00 8.750.000,00 5 1.750.000,00 8.750.000,00 Jumlah 8.750.000,00 8.750.000,00 Pemabayaran Umum 1 Laporan

Pendahuluan 10 Eksp 25.000,00 250.000,00 10 25.000,00 250.000,00

2 Laporan Akhir 10 Eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00 3 ATK 5 bulan 350.000,00 1.750.000,00 5 350.000 1.750.000 4 Perangkat kerja 5 bulan 2.500.000,00 12.500.000,00 5 2.500.000,00 12.500.000,00 5 Telekomunikasi 5 bulan 1.000.000,00 5.000.000,00 5 1.000.000,00 5.000.000,00 6 Internet 5 bulan 1.000.000,00 5.000.000,00 5 1.000.000,00 5.000.000,00 Jumlah 25.000.000,00 25.000.000,00 Pembayaran Hasil dan Pendukung 1 Dokumentasi

Aplikasi Soft dan Hardcopy

10 paket 75.000,00 750.000,00 10 75.000,00 750.000,00

2 Petunjuk Penggunaan Admin dan User

10 Eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00

3 Source Code (Bentuk Electronic)

10 paket 25.000,00 250.000,00 10 25.000,00 250.000,00

4 Materi Pelatihan 10 paket 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00 5 Perangkat kerja 1 paket 92.500.000,00 92.500.000,00 1 92.500.000,00 92.500.000,00 6 Transportasi dan

akomodasi untuk uji coba. pelatihan dan

1 paket 12.000.000,00 12.000.000,00 1 12.000.000,00 12.000.000,00

Page 175: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah evaluasi

Jumlah 106.500.000,00 106.500.000,00 Total Biaya 337.750.000,00 303.030.000,00 PPN 10% 33.775.000,00 30.303.000,00 Nilai Kontrak (yang

dibayarkan) 371.525.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

333.333.000,00

Kelebihan Pembayaran 38.192.000,00 5 Pekerjaan Pengadaan Model Implementasi Blue Print E Bussines Pembayaran Umum 1 Laporan

Pendahuluan 10 Eks 100.000,00 1.000.000,00 10 100.000,00 1.000.000,00

2 Laporan Akhir 10 Eks 200.000,00 2.000.000,00 10 200.000,00 2.000.000,00 Jumlah 3.000.000,00 3.000.000,00 Pembayaran Pekerjaan Utama

Tenaga Ahli 1 Project Manager TRT 1 orang 5 8.500.000,00 42.500.000,00 5 8.500.000,00 42.500.000,00 2 Ahli Sistem Analisis

dan retail FT 1 orang 5 7.500.000,00 37.500.000,00 5 7.500.000,00 37.500.000,00

3 Ahli Programer 4 orang 5 6.750.000,00 135.000.000,00 DEP 5 6.750.000,00 33.750.000,00 GL 5 6.750.000,00 33.750.000,00 CR 5 6.246.000,00 31.230.000,00 YA 5 6.750.000,00 33.750.000,00 4 Ahli Database TIP 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 5.250.000,00 21.000.000,00 5 Ahli Networking BL 1 orang 3 2.500.000,00 7.500.000,00 3 2.500.000,00 7.500.000,00 Tenaga Pendukung 1 Sekretaris Proyek 1 org 2 .250.000,00 4.500.000,00 2 2.250.000,00 4.500.000,00 Jumlah 253.000.000,00 245.480.000,00 Pembayaran Hasil Pendukung 1 Dokumentasi

Aplikasi Soft dan Hardcopy

10 paket 100.000,00 1.000.000,00 10 100.000,00 1.000.000,00

2 Petunjuk Penggunaan Admin dan user/materi pelatihan

10 paket 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00

3 Source Code (bentuk electronic)

10 paket 5.000,00 50.000,00 10 5.000,00 50.000,00

4 Perangkat pendukung

1 paket 5.834.000,00 75.834.000,00 1 75.834.000,00 75.834.000,00

5 Transportasi dan akomodasi untuk uji coba . pelatihan dan evaluasi

1 paket 2.000.000,00 2.000.000,00 1 2.000.000,00 2.000.000,00

Jumlah 79.384.000,00 79.384.000,00 Total 335.384.000,00 27.864.000,00 PPN 10% 33.538.400,00 32.786.400,00 Nilai Kontrak (yang

dibayarkan) 368.922.400,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

360.650.400,00

Kelebihan Pembayaran

8.272.000,00

B. Direktorat SAAT - Ditjen Aptel 1. Pengembangan Standar Kebijakan Audit

Biaya Personil Tenaga Ahli 1 Ahli IT/Ketua Tim TZS 1 org 3 10.000.000,00 30.000.000,00 3 10.000.000,00 30.000.000,00 2 Ahli Audit GG 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00

Page 176: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah 3 Ahli Audit HS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00 4 Ahli Hukum KRS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00 5 Ahli Komputer

Network MOE

1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 - 8.000.000,00 -

6 Ahli Komputer Network

AHS 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00

7 Ahli Kebijakan Publik

HS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00

8 Ahli Kebijakan Publik

HOS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00

9 Manajemen Informatika

EG 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00

10 Manajemen Informatika

JO 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00

Jumlah 253.500.000,00 229.500.000,00 Biaya Personil Lainnya 1 Staf Adm 2 orang 3 1.635.000,00 9.810.000,00 3 1.635.000,00 9.810.000,00 2 Sekretaris 2 orang 3 1.798.500,00 10.791.000,00 3 1.798.500,00 10.791.000,00 3 Operator Komputer 2 orang 3 1.800.000,00 10.800.000,00 3 1.800.000,00 10.800.000,00 Jumlah 31.401.000,00 31.401.000,00 Biaya Bahan A Dokumen Laporan 1 Lap Pendahuluan 15 eks 100.000,00 1.500.000,00 15 100.000,00 1.500.000,00 2 Lap Kemajuan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 15 200.000,00 3.000.000,00 3 Konsep Lap Akhir 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 15 200.000,00 3.000.000,00 4 Laporan Akhir 20 eks 300.000,00 6.000.000,00 20 300.000,00 6.000.000,00 B Konsinyering 1 Forum Diskusi 20 3.500.000,00 3.500.000,00 3.500.000,00 3.500.000,00 2 Seminar 50 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00 Total 310.901.000,00 286.901.000,00 PPN 31.090.100,00 28.690.100,00 Nilai Kontrak (yang

dibayarkan) 341.991.100,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

315.591.100,00

Kelebihan Pembayaran

26.400.000,00

2. Pengembangan Standar Audit e-Gov

Biaya Langsung Personil

1 Ahli Standar/Ketua Tim

FHT 1 orang 3 10.000.000,00 30.000.000,00 3 10.000.000,00 30.000.000,00

2 Ahli Standar e gov LSI 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 Ahli Sistem

informasi IS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00

4 Ahli Audit SI MS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00 5 Ahli Keamanan SI AS 1 orang 3 4.905.000,00 14.715.000,00 3 4.905.000,00 14.715.000,00 6 Ahli Analisa SI NK 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00 7 Ahli Analisa SI RS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00 8 Ahli Kebijakan

Publik AS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00

9 Ahli Jaringan Informatika

H2R 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 6.375.000,00 19.125.000,00

10 Ahli Hukum Telematika

HY 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00

Jumlah 260.715.000,00 252.840.000,00 Tenaga Pendukung 1 Staf Administrasi 2 orang 3 1.635.000,00 9.810.000,00 6 1.635.000,00 9.810.000,00 2 Sekretaris 1 orang 3 1.798.500,00 5.395.500,00 3 1.798.500,00 5.395.500,00 3 Operator Komputer 2 orang 3 1.800.000,00 10.800.000,00 6 1.800.000,00 10.800.000,00 Jumlah 26.005.500,00 26.005.500,00 Biaya Langsung Non

Personil

A Dokumen Laporan 1 Laporan 15 eks 100.000,00 1.500.000,00 100.000,00 1.500.000,00

Page 177: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah pendahuluan

3 Laporan Kemajuan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00 4 Konsep Laporan

Akhir 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00

5 Laporan Akhir 20 eks 300.000,00 6.000.000,00 300.000,00 6.000.000,00 B Konsinyering 1 Forum Diskusi 1 2.500.000,00 2.500.000,00 1 2.500.000,00 2.500.000,00 2 Seminar 1 10.000.000,00 10.000.000,00 1 10.000.000,00 10.000.000,00 Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00 Total 312.720.500,00 304.845.500,00 PPN 10% 31.272.050,00 30.484.550,00 Nilai Kontrak yang

Dibayarkan 343.992.550,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

335.330.050,00

Kelebihan Pembayaran

8.662.500,00

3. Pengembangan Standard e-Health

Biaya Personil Tenaga Ahli 1 Ketua Tim AA 1 orang 3 9.728.000,00 29.184.000,00 3 7.040.000,00 21.120.000,00 2 Ahli Teknologi

Informasi AMS

1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 6.400.000,00 19.200.000,00

3 Ahli Kebijakan Publik

IJW 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00

4 Ahli Kebijakan Publik

TS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 7.040.000,00 21.120.000,00

5 Ahli e Health PA 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00 6 Ahli e Health HW 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00 7 Ahli Komputer

Network AA 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 6.400.000,00 19.200.000,00

8 Ahli Database GH 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00 Jumlah 215.184.000,00 176.640.000,00 Biaya Personil

Lainnya

1 Staf Adm 2 orang 3 1.000.000,00 6.000.000,00 6 1.000.000,00 6.000.000,00 2 Sekretaris 2 orang 3 1.000.000,00 6.000.000,00 6 1.000.000,00 6.000.000,00 3 Operator Komputer 2 orang 3 1.000.000,00 6.000.000,00 6 1.000.000,00 6.000.000,00 Jumlah 18.000.000,00 18.000.000,00 Biaya Bahan A. Dokumen

Laporan

1 Lap Pendahuluan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00 2 Lap Kemajuan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00 3 Konsep Lap Akhir 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00 4 Laporan Akhir 20 eks 200.000,00 4.000.000,00 200.000,00 4.000.000,00 B. Konsinyering 1 Forum Diskusi 20 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00 2 Seminar 50 21.000.000,00 21.000.000,00 21.000.000,00 21.000.000,00 Jumlah 46.000.000,00 46.000.000,00 Total 279.184.000,00 240.640.000,00 PPN 27.918.400,00 24.064.000,00 Nilai Kontrak yang

Dibayarkan 307.102.400,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

264.704.000,00

Kelebihan Pembayaran

42.398.400,00

C. Direktorat e-Government - Ditjen Aptel

1. Pekerjaan Aplikasi Sistem Single Sign On Pembayaran Umum 1 Ketua Tim MA 1 orang 4 10.000.000 40.000.000 4 10.000.000 40.000.000 2 Security Enginer ML 1 orang 4 8.000.000 32.000.000 4 7.500.000 30.000.000

Page 178: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah 3 System

Administrator BS 1 orang 4 8.000.000,00 32.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00

4 System Analis Yo 1 orang 4 8.000.000,00 32.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,005 Programer AP 1 orang 4 7.000.000,00 28.000.000,00 4 7.000.000,00

28.000.000,00 6 Programer RK 1 orang 4 7.000.000,00 28.000.000,00 4 7.000.000,00 28.000.000,00 7 Programer Bur 1 orang 4 7.000.000,00 28.000.000,00 4 7.000.000,00 28.000.000,00 Biaya Langsung Non personil Biaya rapat dan

Evaluasi 1 1 9.000.000,00 9.000.000,00 1 9.000.000,00 9.000.000,00

Biaya fotocopy 1 1 2.000.000,00 2.000.000,00 1 2.000.000,00 2.000.000,00 Total 231.000.000,00 225.000.000,00 PPN 23.100.000,00 22.500.000,00 Nilai Kontrak yang

Dibayarkan 254.100.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

247.500.000,00

Kelebihan Pembayaran

6.600.000,00

2. Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk e-Goverment Sebesar Rp5.375.370.00. Biaya Langsung Personil Tenaga Ahli 1 Ketua Tim/Sistem

Analis SU 1 orang 2 6.000.000,00 12.000.000,00 2 5.250.000,00 10.500.000,00

2 Ahli Sistem Informasi

GPL 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 4.375.000,00 8.750.000,00

3 Ahli Database W 1 orang 2 4.125.000,00 8.250.000,00 2 4.125.000,00 8.250.000,00

4 Ahli Jaringan SOE 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 3.181.650,00 6.363.300,00 5 Ahli Perangkat

Lunak ATA 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 4.375.000,00 8.750.000,00

6 Ahli Statistik MF 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 4.375.000,00 8.750.000,00 Jumlah 55.250.000,00 51.363.300,00 Pendukung 1 Dokumentator KA

R 1 orang 2 2.000.000,00 4.000.000,00 2 2.000.000,00 4.000.000,00

2 Sekretaris DR 1 orang 2 2.500.000,00 5.000.000,00 2 2.500.000,00 5.000.000,00 Jumlah 9.000.000,00 9.000.000,00 Biaya Langsung Non Personil Biaya Kantor 1 Biaya Komunikasi 1 ls 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00 2 Biaya Peralatan

Kantor (ATK) 1 ls 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00

3 Biaya Kantor Lainnya

1 ls 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00

Biaya Perjalanan Dinas 1 Biaya Tiket (Jakarta

- Manado pp) 1 orang 4 2.000.000,00 8.000.000,00 4 2.000.000,00 8.000.000,00

2 Uang Harian 3 1 orang 4 250.000,00 3.000.000,00 12 250.000,00 3.000.000,00 3 Biaya Penginapan 3 1 orang 4 250.000,00 3.000.000,00 12 250.000,00 3.000.000,00 4 Biaya Perjalanan

Darat 1 1 orang 4 300.000,00 1.200.000,00 4 300.000,00 1.200.000,00

5 Biaya Perjalanan Dinas Lainnya

3 1 orang 4 80.000,00 960.000,00 12 80.000,00 960.000,00

Biaya Laporan 1 Laporan

Pendahuluan 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00

2 Laporan Antara 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00 3 Laporan Akhir 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00 4 Laporan

Penyelanggaraan Workshop/Sosialisasi

10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00

Biaya Lainnya 3 10 175.000,00 5.250.000,00 30 175.000,00 5.250.000,00 Jumlah 26.410.000,00 26.410.000,00 Total Biaya 90.660.000,00 86.773.300,00 PPN 10% 9.066.000,00 8.677.330,00

Page 179: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah Nilai Kontrak (Hasil

Klarifikasi dan Negosiasi)

99.726.000,00

Nilai kontrak Hasil Perhitungan Ulang

95.450.630,00

Kelebihan Bayar 4.275.370,00 D. Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten 1. Pengadaan Pustaka Pemrograman Bahasa Nusaptel Biaya Langsung Personil 1 Team Leader (SH) 1 orang 2 9.000.000,00 18.000.000,00 2 9.000.000,00 18.000.000,00 2 Ahli Sistem Analisis (SP,

MF, WL, YDP) 4 orang 2 7.500.000,00 60.000.000,00 8 7.360.000,00 58.880.000,00

3 Ahli Programer (AR, AN, DM, HT, NS, MJ, SN, SS, TAM, TP)

10 orang 2 5.500.000,00 110.000.000,00 20 5.440.000,00 108.800.000,00

Tenaga Pendukung 1 Sekretaris/Adm 2 orang 2 2.000.000,00 8.000.000,00 4 2.000.000,00 8.000.000,00 2 Software tester (Data

Entry) 2 orang 2 3.000.000,00 12.000.000,00 4 3.000.000,00 12.000.000,00

Jumlah 208.000.000,00 205.680.000,00 Biaya Langsung Non Personil 1 Biaya Kantor ATK dan bahan

computer 1 Pkt 2 2.500.000,00 5.000.000,00 2 2.500.000,00 5.000.000,00

Komunikasi (Telp. HP. Internet)

1 Pkt 2 3.000.000,00 6.000.000,00 2 3.000.000,00 6.000.000,00

2 Penyusunan Laporan dam user manual

Laporan akhir 10 Buku 200.000,00 2.000.000,00 10 200.000,00 2.000.000,00 user manual 10 buku 150.000,00 1.500.000,00 10 150.000,00 1.500.000,00 pembuatan CD

dengan cover 1 pkt 3.500.000,00 3.500.000,00 1 3.500.000,00 3.500.000,00

3 Presentasi dan training (plus sewa komputer)

10 org 800.000,00 8.000.000,00 10 800.000,00 8.000.000,00

Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00 Total Biaya 234.000.000,00 231.680.000,00 PPN 10% 23.400.000,00 23.168.000,00 Nilai Kontrak (tanpa

kalrifikasi dan negosiasi)

257.400.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

254.848.000,00

Kelebihan Pembayaran

2.552.000,00

2. Pekerjaan Penyusunan Peta Jalan Teknologi dan Tata Kelola Transaksi Elektronik Kondisi

Biaya Langsung Personil 1 Manajer Proyek (FH) 1 orang 3 7.750.000,00 23.250.000,00 3 7.750.000,00 23.250.000,00 2 Ahli Keuangan

Perbankan (Sr) 1 orang 3 7.750.000,00 23.250.000,00 3 7.750.000,00 23.250.000,00

3 Ahli Analisa Sistem (BIH)

1 orang 3 7.750.000,00 23.250.000,00 3 7.750.000,00 23.250.000,00

4 Ahli Sistem Informasi (RB)

1 orang 3 6.200.000,00 18.600.000,00 3 6.200.000,00 18.600.000,00

5 Ahli Manajemen Sistem (TA)

1 orang 3 6.200.000,00 18.600.000,00 3 4.825.671,75 14.477.015,25

Tenaga Pendukung 1 Staf Administrasi

(NAP) 1 orang 3 2.300.000,00 6.900.000,00 3 2.300.000,00 6.900.000,00

Jumlah 113.850.000,00 109.727.015,25 Biaya Langsung Non Personil 1 Biaya Kantor Biaya sewa kantor 3 1.000.000,00 3.000.000,00 3 1.000.000,00 3.000.000,00 Biaya pemeliharaan 3 250.000,00 750.000,00 3 250.000,00 750.000,00

Page 180: LK Kemkominfo 2009

No Tenaga Ahli/Pendukung Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)

Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah kantor

Biaya komunikasi 1 Pkt 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00 Biaya peralatan

kantor 1 pkt 250.000,00 250.000,00 1 250.000,00 250.000,00

Biaya kantor lainnya 1 pkt 250.000,00 250.000,00 1 250.000,00 250.000,00 2 Biaya Perjalanan

Dinas

Biaya Tiket 6 lokasi 500.000,00 3.000.000,00 6 500.000,00 3.000.000,00 Biaya perjalanan

Dinas lainnya 1 pkt 2.450.000,00 2.450.000,00 1 2.450.000,00 2.450.000,00

3 Biaya laporan - Laporan

pendahuluan 5 buku 100.000,00 500.000,00 5 100.000,00 500.000,00

Laporan antara 5 buku 150.000,00 750.000,00 5 150.000,00 750.000,00 laporan akhir 5 buku 200.000,00 1.000.000,00 5 200.000,00 1.000.000,00 Laporan

penyelenggaraan seminar

5 buku 200.000,00 1.000.000,00 5 - -

Biaya laporan lainnya

1 pkt 700.000,00 700.000,00 1 - -

Jumlah 14.650.000,00 12.950.000,00 Total Biaya 128.500.000,00 122.677.015,25 PPN 10% 12.850.000,00 12.267.701,53 Nilai Kontrak

(setelah klarifikasi dan negosiasi)

141.350.000,00

Nilai Kontrak Hasil Perhitungan Ulang

134.944.716,78

Kelebihan Pembayaran

6.405.283,22

Page 181: LK Kemkominfo 2009

Lampiran 9 - Rincian Kelebihan Pehitungan pada Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Kantor bersifat Formalitas dan Kontrak Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Balai Monitor Kupang

a. Pelaksana Pekerjaan Perbaikan dan Pemeliharaan Peralatan Kantor Bersifat Formalitas

Kelebihan pembayaran pekerjaan perbaikan peralatan kantor oleh CV HP

Nilai SPK………………………………………………… Rp50.000.000,00 PPN 10% dari nilai SPK ………………………………… Rp4.545.454,55 PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ……………… Rp2.045.454,55 Pembayaran yang diterima setelah PPN dan PPh ………… Rp45.454.545,45 Biaya sesungguhnya pekerjaan kalibrasi dua alat ………… Rp7.600.000,00 PPN 10% dari nilai SPK ………………………………….. Rp690.909,09 Biaya kalibrasi setelah PPN ……………………………… Rp6.909.090,91 PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ……………… Rp310.909,09 Kelebihan setor PPh……………………………………… Rp1.734.545,45 Pengembalian (Rp50.000.000,00-Rp7.600.000,00) ……… Rp42.400.000,00 Kelebihan setor PPh (Rp2.045.454,55- Rp310.909,09) … Rp1.734.545,45 Nilai SPK yang harus dikembalikan (Rp42.400.000,00- Rp1.734.545,45) Rp40.665.454,55

Mark up nilai pekerjaan pemeliharaan genset Nilai SPK…………………………………………………… Rp46.190.000,00 PPN 10% dari nilai SPK …………………………………… Rp4.199.090,91 PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ………………... Rp1.889.590,91 Pembayaran yang diterima setelah PPN dan PPh …………. Rp41.990.909,09 Kelebihan setor PPh………………………………………... Rp641.045,45 Pengembalian (Rp46.190.000,00-Rp30.520.000,00) ……… Rp15.670.000,00 Kelebihan setor PPh (Rp1.889.590,91-Rp1.248.545,45)…... Rp641.045,45 Nilai SPK yang harus dikembalikan (Rp14.570.000,00-Rp596.045,45)…. Rp15.028.954,55

Kelebihan pembayaran pemeliharaan genset Nilai SPK…………………………………………………… Rp15.000.000,00 PPN 10% dari nilai SPK …………………………………… Rp1.363.636,36 PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ………………... Rp613.636,36 Pembayaran yang diterima setelah PPN dan PPh …………. Rp13.636.363,64 Biaya sesungguhnya pekerjaan (Rp15.000.000,00-Rp5.000.000,00) …………………………………………… Rp10.000.000,00 PPN 10% dari nilai SPK …………………………………… Rp909.090,91 Biaya kalibrasi setelah PPN ……………………………….. Rp9.090.909,09 PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ………………... Rp409.090,91 Kelebihan setor PPh………………………………………... Rp204.545,45 Pengembalian (Rp15.000.000,00-Rp10.000.000,00) ……… Rp5.000.000,00 Kelebihan setor PPh (Rp613.636,36-Rp204.545,45) ……… Rp204.545,45 Nilai SPK yang harus dikembalikan (Rp5.000.000,00-Rp204.545,45) Rp4.795.454,55

Page 182: LK Kemkominfo 2009

d. Kesalahan Aritmatik Berupa Kelebihan Perhitungan dalam Kontrak Pekerjaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Balai Monitor Kupang Sebesar Rp18,73 Juta

Perhitungan aritmatik pada dokumen penawaran pada beberapa item pekerjaan sebagai berikut:

No. Jenis Kegiatan Vol. Sat Harga Satuan

Jumlah Penawaran

(Rp)

Koreksi Aritmatika

(Rp) 1 2 3 4 5 6=(3x5) 7=(3x5)

I Perawatan Jalan Setapak dan Duct Kabel 5900 M1

1 Bongkar jalan setapak yang rusak 100,00 M2 5.000,00 500.000,00 500.000,00 2 Bongkar duck kabel yang rusak 15,00 M2 5.000,00 75.000,00 75.000,00 3 Pasangan batu karang 1pc : 4psr 5,00 M3 429.895,00 2.149.475,00 2.149.475,00 4 Urugan batu karang dan sirtu+pemadatan 28,24 M3 11.375,00 3.145.230,00 3.145.230,00 5 Cor bibir duct kabel yang rusak 12,00 M2 392.000,00 4.704.000,00 4.704.000,00 6 Ganti duct kabel yang rusak 15,00 M2 300.000,00 4.500.000,00 4.500.000,00 7 Pasang duct kabel yang baru 15,00 M2 5.000,00 75.000,00 75.000,00 Sub Jumlah 33.723.802,00 15.148.705,00

PPN 10% 3.372.380,00 1.514.871,00 Total 37.096.182,00 16.663.576,00 Pembulatan 35.398.000,00 16.663.000,00 Selisih (6-7) 18.735.000,00 II Pemeliharaan Rumah Dinas Pejabat 220 m2

1 Urugan Rumah Dinas type 70 55,50 M3 111.375,00 6.180.756,00 6.181.313,00 2 Cap kilat papan list plank lama 15,00 M2 19.980,00 299.700,00 299.700,00 3 Cat kilap kayu kusen dan bingkai jendela 48,00 M2 19.980,00 959.040,00 959.040,00 4 Pengecatan dinding tembik lama 200,00 M2 9.739,00 1.947.800,00 1.947.800,00 5 Pengecatan bidang plafon lama 200,00 M2 9.739,00 1.947.800,00 1.947.800,00

Sub Jumlah 11.335.096,00 11.335.653,00 PPN 10% 1.133.510,00 1.133.565,00 Total 12.468.605,00 12.469.218,00 Pembulatan 12.468.000,00 12.469.000,00 Selisih (6-7) (1.000,00)

Total Selisih Perhitungan Aritmatik Penawaran = 18.735.000,00 + (1.000,00) 18.734.000,00

Page 183: LK Kemkominfo 2009

LAMPIRAN 10 PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL PEMERIKSAAN KEPATUHAN

TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMKOMINFO

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Tahun 2008

1 Pengelompokan belanja pada saat penganggaran tidak sesuai dengan karakteristik belanja sebesar Rp2.520,76 juta

Rp2.520.759.224,00 BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar dalam merencanakan anggaran pada masing-masing satker memperhatikan klasifikasi belanja dalam menyusun anggaran.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/ 6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen untuk menginstruksikan kepada masing-masing satker tersebut agar dalam merencanakan anggaran memperhatikan klasifikasi belanja dalam menyusun anggaran.

2. Surat Sekditjen Postel Nomor: 182A/DJPT.1/KOMINFO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada para direktur, para Ka unit Pelaksana Teknis di lingkungan Ditjen Postel agar dalam merencanakan anggaran memperhatikan klasifikasi belanja guna menyusun anggaran dan meningkatkan pembinaan serta pengawasan atas pelaksanaan setiap kegiatan.

3. Memo dinas Ses Balitbang SDM Nomor: 422A/BLSDM. 1/KOMINFO/7/2009 tanggal 2 Juli 2009 kepada Kepala STMM “MMTC” Yogyakarta

Page 184: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti para kepala BBPPKI, Kepala BPPKI perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI.

2 Bendahara pengeluaran pada beberapa satker belum melaksanakan pembukuan secara tertib dan sisa kas sebesar Rp12,73 juta belum disetor ke Kas Negara

Rp12.734.329,00 BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya menegur bendahara pengeluaran masing-masing satker yang lalai melaksanakan tugas dan kewajibannya dan meningkatkan pengawasan dari Kuasa Pengguna Anggaran serta Kepala Balai Monitor Manado segera menyetorkan sisa kas sebesar Rp12.734.329,00 kepada Kas Negara dan bukti setor disampaikan kepada BPK.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO/ 6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen agar menegur Bendahara Pengeluaran masing-masing satker yang lalai melaksanakan tugas dan kewajibannya dan meningkatkan pengawasan dari KPA serta Kabalmon Manado segera menyetorkan sisa kas sebesar Rp12.734.329,00 kepada Kas negara dan bukti setor disampaikan ke BPK.

2. Memo dinas Sekjen Nomor: 553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal 29 Juni 2009 kepada Bendahara Pengeluaran masing-masing satker yang lalai melaksanakan tugas dan kewajibannya dan meningkatkan pengawasan dari KPA serta Kabalmon Manado segera menyetorkan sisa kas sebesar Rp12.734.329,00 kepada Kas Negara dan bukti setor disampaikan ke BPK.

3. Memo dinas Sekditjen postel Nomor: 182/DJPT.1/-KOMINFO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada KaBalmon

Page 185: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Manado untuk menanggapi temuan BPK dan menegur untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan.

4. Balai Monitor Manado telah menyetorkan sisa kas sebesar Rp12.734.329,00 ke Kas Negara, sesuai setoran I tanggal 8 Mei 2009 sebesar Rp11.860.000,00 dan setoran II tanggal 8 Mei 2009 sebesar Rp874.329,00. (terlampir).

3 Penyerahan peralatan dan mesin kepada pihak lain sebesar Rp19.983,26 juta belum ada persetujuan Menteri Keuangan

Rp19.983.262.155,00 BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya segera memproses usulan kepada Menteri Keuangan untuk menghibahkan peralatan dan mesin yang telah diserahkan kepada pihak lain.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen agar segera memproses usulan kepada Menkeu RI untuk menghibahkan peralatan dan mesin yang telah diserahkan kepada pihak lain.

2. Surat Setjen Kominfo Nomor:26/SJ/KOMINFO/1/2009 tanggal 14 Januari 2009 kepada Menkeu tentang permohonan persetujuan hibah MCAP Aptel.

3. Menteri Keuangan telah mengeluarkan persetujuan hibah BMN dengan Surat nomor S.150/MK.6/2009 tanggal 12 Juni 2009 (MCAP Aptel).

4. Surat Setjen Kominfo Nomor: 32/SJ/KOMINFO/1/2009

Page 186: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti tanggal 15 Januari 2009 kepada Menkeu tentang permohonan persetujuan hibah MCAP Aptel.

5. Menteri Keuangan telah mengeluarkan persetujuan hibah BMN dengan surat Nomor: S.177/MK.6/2009 tanggal 30 Juni 2009 (MCAP Aptel)

6. Surat Kepala Biro keuangan Depkominfo Nomor: 854/SJ.3/KOMINFO/9/2009 tanggal 28 September 2007 tentang permohonan persetujuan hibah sarana komunikasi dan kendaraan operasional BIP.

7. Menteri Keuangan telah mengeluarkan persetujuan hibah BMN dengan surat Nomor: S-156/MK.6/2009 tanggal 22 Juni 2009 (sarana komunikasi dan kendaraan operasional BIP).

8. Surat Sekjen Depkominfo Nomor: 65/SJ/KOMINFO/1 /2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang permohonan persetujuan hibah paket personal computer. Sampai saat ini masih menunggu persetujuan dari Menkeu.

4 Tanah seluas 60 m2 di Manado belum bersertifikat dan tanah seluas 1265 m2 di

Rp730.100.822,00 BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar Sekjen

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009

Page 187: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Banjarmasin bersertifikat bukan atas nama Depkominfo

Depkominfo segera menyelesaikan proses pengurusan sertifikat tanah sesuai prosedur yang berlaku dan mengupayakan penyelesaian masalah tanah di Banjarm asin.

kepada Setjen agar segera menyelesaikan proses pengurusan sertifikat tanah dimaksud sesuai prosedur yang berlaku dan mengupayakan penyelesaian masalah tanah di BPPKI Banjarmasin.

2. Nota Dinas Plt. Kepala Biro Keuangan Nomor: 790/SJ.3/ KOMINFO/9/2009 perihal status tanah BPPKI Banjarmasin.

3. Surat BPPKI Banjarmasin tanggal 10 September 2009 kepada BPN Banjarmasin perihal status tanah Banjarmasin, untuk memberikan pendapat hukum atas lahan tanah tersebut guna dijadikan dasar penghapusbukuan di daftar inventaris Depkominfo.

4. Pengurusan sertifikat tanah saat ini dalam proses dan telah berkoordinasi dengan BPN Manado sesuai dengan prosedur yang berlaku, berdasarkan Surat Tugas Nomor: 48/BPPKI-MDO/KP. 07/III/2009 tanggal 3 Maret 2009.

5. Surat dari BPN Nomor: 633/118/300-63.71/X/2009 kepada BPPKI Banjarmasin, jawaban atas surat tgl 10 Sept

Page 188: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 2009 bahwa secara hulum tanah tersebut merupakan aset Pemprov Kalsel. Disarankan agar menyelesaikan masalah status tanah tsb secara musyawarah mufakat antara kedua belah pihak.

6. Surat Sekjen Depkominfo kepada DJKN Depkeu Nomor: 872/SJ/KOMINFO/ 10/2009 tanggal 20 Oktober 2009 perihal mohon pendapat hukum atas status tanah kantor BPPKI Banjarmasin.

5 Peralatan dan mesin yang kondisinya rusak berat dan sudah tidak memiliki nilai manfaat belum diusulkan penghapusannya kepada Menteri Keuangan

Rp165.009.204,00 BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya segera memproses usulan penghapusan kepada Menteri Keuangan.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen agar segera memproses usulan penghapusannya kepada Menteri Keuangan RI.

2. Surat SekDitjen Postel Nomor: 182/DJPT.1/KOMIN FO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada Kabalmon Manado untuk menanggapi temuan BPK dan menegur untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan.

3. Surat Kabalmon Manado Nomor: B.001/195/02/TU/-2008 tanggal 23 Juni 2008 perihal usulan penghapusan BMN Tahun 2008.

Page 189: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 4. Surat Dirjen Postel Nomor:

210/DJPT.1/KOMINFO/8/2009 tentang tindak lanjut temuan BPK pada Ditjen Postel.

5. Memo dinas Ses Balitbang SDM Nomor: 422A/BLSDM-1/KOMINFO/7/2009 tanggal 2 Juli 2009 kepada Kepala STMM “MMTC” Yogyakarta para kepala BBPPKI, Kepala BPPKI perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI.

6 Penatausahaan barang-barang inventaris milik negara di beberapa satker Depkominfo belum optimal

Rp1.723.839.000,00 BPK menyarankan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya memerintahkan secara tertulis masing-masing Kepala satker supaya melaksanakan ketentuan mengenai pengelolaan Barang Milik Negara dan segera melakukan penomoran terhadap barang inventaris yang ada dan memutakhirkan Daftar Barang Ruangan.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen agar memerintahkan secara tertulis masing-masing Kasatker supaya melaksanakan ketentuan mengenai pengelolaan Barang Milik Negara dan segera melakukan penomoran terhadap barang inventaris yang ada dan memutakhirkan Daftar Barang Ruangan.

2. Memo dinas Sekjen Nomor: 553A/SJ/Kominfo/6/2009 kepada masing-masing Kasatker supaya melaksana-kan ketentuan mengenai pengelolaan Barang Milik Negara dan segera melakukan penomoran terhadap barang inventaris yang ada dan

Page 190: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti memutakhirkan Daftar Barang Ruangan.

3. Memo dinas Ses Balitbang SDM Nomor: 422A/BLSDM-1/KOMINFO/7/2009 tanggal 2 Juli 2009 kepada Kepala STMM “MMTC” Yogyakarta Para kepala BBPPKI, Kepala BPPKI perihal tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI.

4. Surat KaBPPKI Banjarmasin Nomor: 276/BPPKI.BJM/IX-/2009 tanggal 10 September 2009 bahwa pada dasarnya BMN tersebut sudah diberi nomor inventaris dan sudah dimasukkan dalam DBR (terlampir).

7 Pembayaran atas pekerjaan perbaikan sarana monitoring frekuensi radio tidak dilaksanakan sebesar Rp23,33 juta

Rp23.326.600,00 BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya menegur secara tertulis Kepala Balai Monitor Manado untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan dan selanjutnya menarik dan menyetorkan kerugian negara ke Kas Negara, copy bukti supaya disampaikan ke BPK.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen supaya menegur secara tertulis KaBalmon Manado untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan dan selanjutnya menarik dan menyetorkan kerugian negara ke Kas Negara.

2. Memo dinas Sekjen Nomor: 553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal 29 Juni 2009 kepada KaBalmon Manado untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan dan selanjutnya menarik serta

Page 191: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti menyetorkan kerugian negara ke Kas Negara.

3. Memo dinas Sekditjen Postel Nomor: 182/DJPT.1/KOMIN FO/5/2009 tanggal 7 Mei 2009 kepada Kabalmon Manado untuk menanggapi temuan BPK dan menegur untuk meningkatkan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan.

4. Balai Monitor Manado telah menyetorkan sebesar Rp23.326.600,00 ke Kas Negara, sesuai bukti setoran I tanggal 18 Juni 2009 sebesar Rp15.000.000,00 dan bukti setoran II tanggal 17 Juli 2009 sebesar Rp8.330.000,00.

8 Perhitungan biaya tenaga ahli pekerjaan konsultan pada Ditjen Postel lebih tinggi sebesar Rp138,46 juta dari yang ditetapkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rp138.464.151,00 BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Dirjen Postel Depkominfo supaya menyetorkan kerugian negara sebesar Rp138.464.151,00 kepada Kas Negara dan menegur secara tertulis PPK agar lebih cermat dalam melakukan klarifikasi penawaran serta lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Dirjen Postel supaya menyetorkan kerugian negara sebesar Rp138.464.151,00 kepada kas Negara dan menegur secara tertulis PPK agar lebih cermat dalam melakukan klarifikasi penawaran serta lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

2. Nota dinas Dirjen Postel Nomor: 253/DJPT.1/KOMIN FO/6/2009 tanggal 18 Juni

Page 192: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 2009 kepada PPK (terlampir) agar lebih cermat dalam melakukan klarifikasi penawaran serta lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

3. Ditjen Postel telah menyetorkan lunas sebesar Rp138.464.151,00 ke Kas Negara (terlampir), sesuai bukti setoran I tanggal 25 Mei 2009 sebesar Rp17.592.276,00, setoran II tanggal 26 Mei 2009 sebesar Rp22.009.375,00, setoran III tanggal 27 Mei 2009 sebesar Rp30.000.000,00, dan setoran IV tanggal 30 Juni 2009 sebesar Rp68.862.500,00.

9 Internet galeri BPPKI Manado Senilai Rp275,64 juta belum dimanfaatkan

Rp275.635.000,00 BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika agar menginstruksikan kepada Sekjen Depkominfo supaya memerintahkan secara tertulis kepada Kepala BPPKI Manado agar memantau pengajuan daya listrik sampai tersedianya daya listrik yang mencukupi untuk penggunaan internet galeri serta memanfaatkan internet galeri secara optimal.

1. Memo dinas Menkominfo Nomor: 330A/M/KOMINFO /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Setjen agar memerintahkan secara tertulis KaBPPKI Manado agar memantau pengajuan daya listrik sampai tersedianya daya listrik yang mencukupi untuk penggunaan internet galeri serta memanfaatkan internet galeri secara optimal.

2. Memo dinas Sekjen Nomor: 553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal 29 Juni 2009 kepada KaBPPKI Manado agar memantau pengajuan daya

Page 193: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti listrik sampai tersedianya daya listrik yang mencukupi untuk penggunaan internet galeri serta memanfaatkan internet galeri secara optimal.

3. Surat teguran Kepala Balitbang SDM Nomor: 183/BLSDM/KOMINFO/7/ 2009 kepada KaBPPKI Manado agar segera menambah daya listrik guna mencukupi penggunaan dan pemanfaatan internet galeri secara optimal.

4. Surat KaBPPKI Manado Nomor: 338/BPPKI-MDO/ PK.06/IX/2009 tanggal 3 September 2009 kepada KaBalitbang SDM telah mengirimkan surat pada PLN untuk menambah daya listrik hingga 16.000 watt dan revisi DIPA 2009 namun ditolak oleh Dirjen Perben Nomor: S-518/WPB.27/BD.03/2009. Penggunaan sarana galeri internet tetap digunakan pada jam-jam tertentu diluar jam kantor dengan surat Nomor: 80A/BPPKI-MDO/HM.03/ IV/2009 tanggal 30 Maret 2009.

Tahun 2007

1 Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Balai

Rp1.662.882.081.535,00 BPK menyarankan agar Menteri Komunikasi dan

Memo Penyesuaian telah diterbitkan oleh KPPN II tgl. 01-

Page 194: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Telekomunikasi dan Informasi Perdesaan Tahun 2007 Belum Dikonsolidasikan ke dalam Laporan Keuangan Departemen Komunikasi dan Informatika

Informatika (Menkominfo) menginstruksikan kepada Kepala BTIP untuk mengajukan Memo Penyesuaian untuk dapat membukukan transaksi yang mempengaruhi neraca yang berasal dari transaksi tahun 2006 dan 2007 sesuai dengan masa penyusunan laporan keuangan agar dapat dikonsolidasikan pada Laporan Keuangan Depkominfo tahun 2008.

7-2008 dan SPM telah disahkan oleh KPPN Jakarta II tgl 17 Oktober 2008 dan telah diterbitkan SP2D Pengesahan.

2 Balmon Makassar Membeli Tanah Senilai Rp2.048,00 Juta yang Status Kepemilikan Tanahnya Tidak atas Nama Penjual

Rp2.048.000.000,00 BPK menyarankan agar Menkominfo menginstruksikan kepada Dirjen Postel untuk memproses penyelesaian masalah tanah dan memberikan sanksi kepada pihak yang terkait dengan pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. Telah disetor ke Kas Negara sebesar Rp874.800.000,00 dengan rincian:

a. setoran 1, 14 Februari 2008 sebesar Rp48.000.000,00;

b. setoran 2, 28 April 2008 sebesar Rp403.800.000,00;

c. setoran 3, 31 Juli 2008 sebesar Rp200.000.000,00;

d. setoran 4, 21 Oktober 2008 sebesar Rp103.000.000,00;

e. setoran 5, 18 November 2008 sebesar Rp120.000.000,00.

2. Kepala Balai Monitor dengan Bendahara Pengeluaran telah dikenakan sanksi penurunan pangkat satu tingkat.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain Ditjen

Page 195: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Postel secara terus menerus dan semaksimal mungkin akan melakukan penagihan.

3 Terdapat Kelebihan Perhitungan Sebesar Rp72,63 Juta atas Pekerjaan Jasa Konsultan pada Balmon Jogjakarta, BPPI Jogjakarta dan MMTC Jogjakarta

Rp72.626.855,86 BPK menyarankan agar Menkominfo menginstruksikan kepada para Kepala Satker yang bersangkutan untuk menarik dan menyetorkan kelebihan perhitungan ke Kas Negara dan memberi teguran tertulis kepada panitia lelang terkait.

1. Balai Monitor Yogya telah menyetor Rp6.987.399,09 + Rp10.866.205,70 + Rp11.476.016,49 + Rp19.097.791,42 = Rp48.427.412,70.

2. BPPI Yogya telah menyetor Rp. 9.798.000 + Rp5.400.000 = Rp15.198.000,00.

3. MMTC telah menyetor Rp9.450.000,00.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain Kepala Balai Monitor telah menerbitkan surat teguran kepada panitia lelang dengan surat Nomor: UM 0017/4/ BM/2008 tanggal 23 April 2008.

4 Terjadi Kelebihan Bayar pada Pekerjaan Pengadaan Gorden Kantor Senilai Rp10,78 Juta

Rp10.781.000,00 BPK menyarankan agar Menkominfo melalui Kepala Balitbang SDM dan Dirjen Postel menginstruksikan kepada Kepala Satker BPPI Makassar dan Balai Monitor Makassar untuk memperhatikan agar tidak mengulangi permasalahan yang sama dan kepada BPPI Makassar untuk segera menagih kepada rekanan atas kurang pekerjaan dan

1. Telah disetor ke Kas Negara sebesar Rp10.781.090,00 dengan rincian: a. Balai Monitor Makassar

sebesar Rp7.769.090,00 sesuai dengan SSPB tanggal 6 Mei 2008;

b. BPPI Makassar sebesar Rp3.012.000,00 sesuai dengan SSBP Nomor:4/SSBP/2008 tanggal 8 April 2008 sebesar Rp1.000.000,00, SSPB Nomor: 04/SSBP/

Page 196: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti segera disetor ke Kas Negara.

PEN/2008 tanggal 5 Mei 2008 sebesar Rp1.000.000,00 dan SSPB Nomor: 7/SSBP/2008 tanggal 27 Juni 2008 sebesar Rp1.012.000,00.

2. Memo dinas Nomor: 549A/SJ/ Kominfo/7/2008 tanggal 14 Juli 2008 dari Sekjen kepada Kepala Badan Litbang untuk menegur peneliti.

3. Memo dinas Nomor: 537A/SJ/ Kominfo/7/2008 tanggal 10 Juli 2008 dari Sekjen kepada Dirjen Postel untuk menyetor kelebihan pembayaran dan memperhatikan agar permasalahan tersebut tidak terulang lagi.

5 Kelebihan Pembayaran atas Pelaksanaan Pekerjaan Fisik Pembangunan Rumah Dinas dan Pemeliharaan Sarana Sebesar Rp19,41 Juta

Rp19.414.054,80 BPK menyarankan agar Menkominfo melalui Dirjen Postel menginstruksikan kepada Kepala Satker Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Makassar untuk segera menagih kepada masing-masing rekanan untuk menyetorkan ke Kas Negara atas kekurangan pekerjaan, memberikan teguran kepada konsultan pengawas pekerjaan dan melakukan pengawasan

Telah disetor ke Kas Negara oleh: 1. Balai Monitor Surabaya:

Rp8.006.373,44 dan Rp9.500.000,00.

2. Balai Monitor Makassar: Rp1.907.681,00.

Page 197: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti yang lebih optimal di masa yang akan datang.

6 Terdapat Keterlambatan dalam Pengadaan AC pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya dan Denda Keterlambatan Sebesar Rp6,86 Juta Belum Dikenakan

Rp6.863.379,55 BPK menyarankan agar Menkominfo melalui Dirjen Postel menginstruksikan kepada Kepala Satker Balai Monitor Surabaya untuk segera menagih denda keterlambatan pengadaan AC sebesar Rp6.863.379,55 dan segera menyetorkan ke Kas Negara.

Telah disetor ke Kas Negara Rp6.863.379,55 dengan SSBP Nomor: 003/IV/2008 tanggal 24 April 2008 dan copy bukti setor telah disampaikan ke BPK.

7 Pekerjaan Relokasi Radio Monitoring System III (RMS III) Tidak Didukung Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Tidak Ditutup Asuransi Kerugian Pekerjaan Konstruksi

BPK menyarankan agar Menkominfo melalui Dirjen Postel menginstruksikan kepada Kepala Satker Balai Monitor Surabaya untuk memerintahkan kepada rekanan agar segera menyelesaikan pengurusan IMB dan selanjutnya melakukan penutupan asuransi.

IMB telah diterbitkan oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman Pemda Surabaya.

8 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengkajian yang Overlap pada BPPI Makassar Mengakibatkan Kelebihan Bayar Sebesar Rp13.,39 Juta

Rp13.391.304,35 BPK menyarankan agar Menkominfo melalui Kepala Balitbang SDM menginstruksikan kepada Kepala Satker BPPI Makassar untuk memberi teguran tertulis kepada yang bersangkutan dan untuk segera menyetorkan kelebihan pembayaran honor yang diterima ke kas Negara.

1. Telah disetor ke Kas Negara tgl 5 Mei 2008 Rp3.000.000,00 (Nomor SSBP: 05/SSBP/PEN/2008).

2. Telah disetor ke Kas Negara tgl. 27 Juni 2008 sebesar Rp10.090.000,00 (Nomor SSBP: 06/SSBP/PEN/2008).

Page 198: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Tahun 2006

1. Bendahara Penerima MMTC Terlambat Menyetorkan Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara

BPK menyarankan agar Sekjen Depkominfo memberikan teguran tertulis kepada Bendahara penerima yang lalai melakukan kewajiban penyetoran atas PNBP.

Sekjen telah mengirim Surat Teguran Nomor: 236/SJ/Komin-fo/3/2008 tentang keterlambatan Penyetoran PNBP.

2. Realisasi Pengadaan Alat Tulis Kantor Sebesar Rp18,80 Juta Digunakan Untuk Pembelian Aset Tetap

Rp18.801.200,00 BPK RI menyarankan agar satker Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri dalam merencanakan anggaran sesuai mata anggaran yang telah ditetapkan.

Biro Hukum dan KLN telah mengirim surat kepada Sekjen tentang Tindak Lanjut Audit BPK bahwa dimasa yang akan datang sesuai dengan RKA-KL dan DIPA.

Tahun 2005

1 Terdapat Potensi Piutang Tak Tertagih pada Ditjen Postel Depkominfo

BPK menyarankan agar Ditjen Postel tetap mengirimkan tagihan BHP Frek kepada TVRI setiap tahun tanpa memandang apakah tagihan tersebut dapat terbayar atau tidak.

Telah dilakukan penyetoran tunggakan BHP Frekuensi a.n. TVRI periode 1991 s.d. 2005 sebesar Rp177.096.208.244,00.

2 Bendahara Pengeluaran Ditjen Aptel Terlambat Menyetorkan Penerimaan Pajak ke Kas Negara

BPK menyarankan agar Sekjen Depkominfo melakukan teguran tertulis kepada Bendahara Pengeluaran yang lalai melakukan kewajiban penyetoran penerimaan pajak.

Telah dibuat Surat Laporan kepada ybs. dengan Memo Dinas Sekjen Nomor: 242.A.SJ/-Kominfo/4/2008.

3 Laporan Keuangan BPK menyarankan agar: Telah diterbitkan Peraturan

Page 199: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Depkominfo Tahun 2005 Belum Menggambarkan Nilai PNBP dan Piutang PNBP yang Sebenarnya

1. Ditjen Postel menyelenggarakan pembukuan piutang dan PNBP secara lengkap dan memadai;

2. Ditjen Postel melaporkan piutang PNBP sesuai dengan pembukuan yang dibuatnya dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Depkominfo.

Dirjen Pos dan Telekomunikasi Nomor: 134/DIRJEN/2008 tentang SOP Pencatatan dan Pembukuan Piutang PNBP di lingkungan Ditjen Postel.

4 Terdapat Potensi Kerugian atas Hilangnya Aset Depkominfo Tahun 2005 Senilai Total Rp1.885,70 Juta

Rp1.885.700.934,00 BPK menyarankan agar pihak Depkominfo menyelesaikan terhadap barang-barang yang tidak ditemukan. Depkominfo selanjutnya melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak Departemen Keuangan.

1. Telah dikirimkan Surat kepada DJKN Nomor: 749/ SJ/Kominfo/10/ 2008 tgl 8 Oktober 2008 tentang Usulan Penghapusan BMN.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009: 2. Keputusan Menkominfo RI

Nomor: 38/KEP/M.KOMINFO/2/2009 tanggal 04 Februari 2009 tentang Penghapusan Barang Milik Negara Eks Departemen Penerangan yang Tidak Ditemukan pada Departemen Komunikasi dan Informatika RI sebanyak 1.101 unit senilai Rp1.885.700.943,00.

3. SK Menteri Keuangan Nomor: S-255/MK.6/2008 tanggal 24 Desember 2008 perihal Persetujuan Penghapusan BMN Eks.

Page 200: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Departemen Penerangan pada Departemen Komunikasi dan Informatika sebanyak 1.101 unit senilai Rp1.885.700.934,00.

Tahun 2004

1 Sebidang Tanah Seluas 17.320 m2 yang Dibeli Deppen Tahun 1964 Senilai Rp53,59 Juta di Jl. Medan belawan Km 7,9 Medan Belum Dicatat sebagai Aset Departemen Komunikasi dan Informatika (dhi. Lembaga Informasi Nasional) dan Masih Bersengketa dengan Pihak Ketiga

Rp53.589.000,00 BPK menyarankan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Komunikasi dan Informatika agar: 1. memerintahkan

Kepala Biro Umum dhi. Kabag Perlengkapan untuk mencatat tanah tersebut sebagai aset Departemen Komunikasi dan Informatika;

2. memerintahkan kepada Kepala Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri untuk segera menyelesaikan kasus yang belum ada hasil putusan Peninjauan Kembali (PK) dan Mahkamah Agung;

3. memerintahkan kepada kepala Biro Umum untuk meningkatkan

1. Tanah seluas 17.320 m2 telah dicatat dan dibukukan dalam Laporan BMN Depkominfo.

2. Perkara gugatan Sdr. AFN kepada Menteri Penerangan sudah sampai pada tingkat Kasasi Nomor: 2182 K/Pdt/2003 tanggal 28 April 2005 (bukan PK), dimana amarnya menetapkan gugatan penggugat ditolak (Deppen dimenangkan), namun tidak ditetapkan tanah sengketa milik Deppen.

3. Perkara TUN Medan gugatan Sdr. AFN kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan dan Departemen Kominfo tentang Sertifikat Hak Pakai Nomor 1 Tahun 1995 atas nama Deppen, Putusan TUN Medan tanggal 9 Januari 2008 dan Putusan PT TUN Medan tanggal 8 Mei 2008 telah mengabulkan gugatan penggugat (Departemen

Page 201: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti pengawasan atas pengelolaan Barang Milik Negara.

kominfo dikalahkan) atas putusan PT TUN Medan tersebut telah diajukan Kasasi ke Mahkamah Agung tanggal 16 Juni 2008 dan upaya menyampaikan surat Menteri Kominfo kepada Ketua MA untuk Mohon Prioritas Pemeriksaan Perkara (Nomor: 201/M.KOMINFO/8/2008 tanggal 22 Agustus 2008) sehingga posisi kasus TUN menunggu putusan Kasasi.

4. Karena Putusan Kasasi Perkara perdata (butir 1) masih belum lengkap untuk dilakukan eksekusi, maka dilakukan upaya untuk memperbaiki putusan dengan mengajukan gugatan perdata oleh Departemen Kominfo kepada Sdr. AFN melalui PN Medan, namun Putusan PN Medan menyatakan gugatan Departemen Kominfo tidak diterima karena menyangkut Sertifikat Hak Pakai Nomor 1 Tahun 1995 sehingga harus menunggu Putusan TUN (butir 2) mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas Putusan tersebut telah dilakukan upaya Banding ke PT M sehingga posisinya menunggu Putusan Banding PT M.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain:

Page 202: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 1.Perkara TUN Medan, tanggal

28 April 2009: Panitera PTUN Medan memberitahukan tentang isi Putusan MA tertanggal 3 Desember 2008 Nomor: 260K/TUN/2008 yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan dan Pemohon Kasasi II Menteri Kominfo;

membatalkan Putusan PT TUN Medan tanggal 8 Mei 2008 Nomor: 29/BDG/2008/ PT.TUN-Mdn yang menguatkan putusan PTUN Medan tanggal 9 Januari 2008 Nomor: 53/G.TUN/2007/ PTUN- MDN;

menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Page 203: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti 2. Perkara Perdata di PN Medan

bahwa dalam penanganannya masih menggunakan pengacara yang lama yang merupakan pekerjaan lanjutan untuk Tahun Anggaran 2009, yaitu dari Kantor Hukum di Medan, MS & Rekan yang melakukan pekerjaan pemantauan putusan Pengadilan Tinggi Medan dan melaksanakan upaya-upaya hukum lainnya. Sesuai Pemberitahuan dari PN Medan yang diterima tanggal 20 Februari 2009 telah disampaikan tentang isi Putusan PT Medan Nomor: 397/PDT/2008/PN.MDN tertanggal 19 Desember 2008 Nomor: 412/Pdt.G/2007/ PN.M, yang amar putusannya berbunyi:

menerima permohonan banding dari Kuasa Hukum Penggugat/Pembanding;

menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 19 Maret 2008 Nomor: 412/Pdt.G/ 2007/PN-Mdn yang dimohonkan banding.

3. Selanjutnya dengan posisi pihak Depkominfo yang dikalahkan, maka telah

Page 204: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti dilakukan upaya Kasasi melalui Kuasa Hukum Mangiring Sihombing, S.H. & Rekan dan selanjutnya telah diajukan Memori Kasasi melalui PN Medan tertanggal 10 Maret 2009 sehingga posisi saat ini adalah menunggu Putusan Kasasi Mahkamah Agung.

4. Nota Dinas dari Sekretaris Jenderal Depkominfo Nomor: 476/SJ/KOMINFO/6/2009 tanggal 10 Juni 2009 perihal Meningkatkan Pengawasan atas Pengelolaan BMN khususnya sebidang tanah di Jl. Medan Merdeka Belawan yang bersengketa dengan pihak ketiga.

Perkembangan s.d. Semester II Tahun 2009: Telah diajukan Tambahan Memori Kasasi kepada PN Medan tertanggal 15 Juni 2009. Posisi sampai dengan saat ini masih menunggu Putusan Kasasi Mahkamah Agung.

2 Sebidang Tanah Seluas 1.750 m2 Dengan Harga Perolehan Senilai Rp15,00 Juta Milik Departemen Komunikasi Dan Informatika di Jl. Raya Pasar Minggu Jakarta Selatan, Kepemilikan Hak

Rp15.000.000,00 BPK menyarankan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Komunikasi dan Informatika agar memerintahkan kepada Kepala Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri untuk segera

1. Karena ada informasi di lokasi tanah Para Ahli Waris Alm. A bin H.S akan menjual tanah sengketa, maka telah dilakukan gugatan perdata oleh Departemen Kominfo kepada para Ahli Waris Alm. A bin H. S melalui PN

Page 205: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti atas Tanahnya Masih Diakui oleh Pihak Ketiga

menyelesaikan kasus tersebut melalui jalur hukum sampai diperoleh kepastian hukum pihak mana yang menjadi pemilik atas tanah tersebut.

Jakarta Selatan , Putusan PN Jakarta Selatan, Nomor: 1071/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Sel. tanggal 11 Maret 2008 mengabulkan gugatan Penggugat menyatakan jual beli Penggugat dengan Alm. H. A bin H. S adalah sah.

2. Mengingat yang mengaku membeli tanah tersebut ada tiga pihak yaitu S dan Ny. AD, (termasuk Deppen) maka posisinya masih menunggu apakah ada upaya banding atau tidak keberatan dari pihak-pihak tersebut.

Perkembangan s.d. Semester I Tahun 2009 antara lain: Dari hasil pemantauan, tidak terdapat upaya banding dari pihak Tergugat (para Ahli Waris Alm. A bin H. S). Demikian juga tidak terdapat keberatan dari pihak-pihak lain. Untuk itu akan segera dilakukan penyampaian surat dari Depkominfo kepada Ketua Peradilan Negeri Jakarta Selatan untuk mengajukan Permohonan Penetapan Eksekusi atas Putusan PN.Jakarta Selatan Nomor: 1071/Pdt.G/2007/ PN.Jkt.Sel tgl 11 Maret 2008 kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sesuai Surat Kepala Biro Hukum dan KLN

Page 206: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti Depkominfo Nomor: 597/SJ.4/ KOMINFO/6/2009 tanggal 30 Juni 2009. Perkembangan s.d. Semester II Tahun 2009, antara lain: 1. Surat Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan Nomor:W10-U3/5028/Hk.02.04.VIII.2009 tanggal 18 Agustus 2009 sebagai jawaban dari surat Sekjen Depkominfo Nomor: 597/SJ.4/KOMINFO/6/2009 tgl 30 Juni 2009 perihal permohonan penetapan eksekusi atas Putusan PN Jakarta Selatan Nomor: 1071/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Sel. yang menyatakan bahwa putusan PN tersebut yang diputus dengan verstek ternyata tidak ada dictum/amar Putusan yang dapat dieksekusi, oleh karena itu Putusan tersebut bersifat declaratoir, sehingga putusan tersebut hanya mengandung pernyataan hukum saja tanpa disertai dengan penghukuman, oleh karena itu permohonan eksekusi atas dasar putusan tersebut tidak dapat dikabulkan.

2. Nota Dinas Kepala Biro Hukum dan KLN kepada Sekjen Depkominfo Nomor: 777/SJ.4/KOMINFO/8/2009

Page 207: LK Kemkominfo 2009

No.

Temuan BPK

Nilai Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-

lanjuti tanggal 19 Agustus 2009 yang isinya menyarankan Sekjen untuk dapat menugaskan Kepala Biro Umum untuk melaksanakan penguasaan, pengosongan, pengamanan, pemagaran, pemasangan papan nama di lokasi tanah Depkominfo Jl. Raya Pasar Minggu RT 001/07 Kelurahana Duren Tiga, Jaksel tersebut.