kebun raya bogor - · pdf filetugas makalah akhir mata kuliah ekonomi wisata esl 332 kebun...
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH AKHIR
MATA KULIAH EKONOMI WISATA ESL 332
KEBUN RAYA BOGOR
OLEH :
SAPTO ADI P. (H44050580)
ABIYADUN (H44051043)
IRVAN MAULANA S. (H44052581)
EVA NURSUSANDHARI (H44053085)
MIQDAM AWWALI H. (H44054248)
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri
EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, sang Maha pemelihara
alam semesta raya dan apa yang ada di antara keduanya, yang senantiasa
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah Kebun Raya Bogor ini
berhasil diselesaikan.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan ketenangan di hati kami
2. Nabi Muhammad SAW sebagai panutan kami
3. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami
4. Ibu Pini yang membimbing kami
5. Ibu Nur (LIPI KRB) yang telah meluangkan waktunya untuk bisa kami
wawancarai
6. Nara sumber yang telah memberikan informasinya, kami ucapkan banyak
terima kasih
7. Teman-teman kelas Ekonomi Wisata yang selalu memberi dukungan agar
kami tetap semangat
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisatawan......................................................................................... 4 2.2 Ekowisata .......................................................................................... 5 2.3 Karakteristik Permintaan Wisata ....................................................... .. 7
III. ISI 3.1 Gambaran Umum Lokasi................................................................... 7 3.2 Potensi Pengembangan ...................................................................... 7 3.3 Demand dan Supply ......................................................................... 9 3.3.1 Demand .................................................................................... 9 3.3.2 Supply ...................................................................................... 12 3.4 Dampak Terhadap Lingkungan dan Masyarakat ................................ 13 3.4.1 Dampak Ekologis ..................................................................... 13 3.4.2 Dampak Sosial .......................................................................... 14 3.4.3 Dampak Ekonomi .................................................................... 14 3.5 Permasalahan dan Solusi ................................................................... 15 3.5.1 Permasalahan ............................................................................ 15 3.5.2 Solusi ....................................................................................... 15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ...................................................................................... 17 8.2 Saran ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
LAMPIRAN ................................................................................................. . 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penetapan dan pengelolaan suatu kawasan adalah salah satu cara
terpenting untuk menjamin sumberdaya alam agar dapat dilestarikan, sehingga
sumberdaya alam tersebut dapat bermanfaat secara berkelanjutan. Salah satu cara
dan alat dalam pengelolaan sumberdaya alam tersebut adalah dengan cara
konservasi ek-situ. Konservasi ek-situ adalah cara dan alat untuk melindungi
spesies tanaman, satwa liar, dan organisme mikro, serta varietas genetik di luar
habitat atau ekosistem aslinya. Pembangunan kebun raya merupakan salah satu
bentuk dari konservasi ek-situ.
Kebun Raya Bogor adalah kebun raya tertua di Indonesia yang berperan
sebagai bank plasma ek-situ yang menyediakan tempat penyimpanan bagi plasma
nutfah yang dikumpulkan dari cagar, serta berfungsi sebagai penghubung dengan
masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah. Selain itu, Kebun
Raya Bogor juga sebagai kebun raya tertua di dunia yang mampu bertahan dalam
kurun waktu yang lama, serta tetap menjalankan fungsinya sebagai kebun botani.
Dalam upaya pengembangan serta memelihara potensi sumberdaya alam, perlu
dilakukan upaya pengelolaan kawasan untuk menjamin kelestarian dan kestabilan
ekosistem di alam (Glenn F. Ross 1998).
Sejarah berdirinya Kebun Raya Bogor (KRB) bermula dari Prof. Dr.
C.G.C. Reinwart, botanis asal Jerman yang berada di Indonesia pada awal abad
ke-19. Ia bertugas melakukan penelitian tumbuhan di Hindia Belanda. Suratnya
yang disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, G.A.G.
P. Baron van der Capellen, berisi permohonan sebidang tanah untuk penelitian
manfaat berbagai tumbuhan serta tempat untuk menanam koleksi tanaman yang
bernilai ekonomi yang berasal dari kawasan Nusantara dan manca Negara, dapat
dikabulkan.
Kebun Botani yang didirikan tanggal 18 Mei 1817 oleh, Prof. Dr. C. G. L.
Reindwardt yang kemudian dinamakan, s'Lands Plantentuinte Buitenzorg tersebut
lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor. KRB sepanjang perjalanan
sejarahnya mempunyai berbagai nama yaitu "s'Lands Plantentuin, "Syokubutzuer
"Botanical Garden of Buitenzorg, "Botanical Garden of Indonesia", Kebun Gede
dan Kebun Jodoh. Namun pada akhirnya lebih dikenal dengan nama Kebun Raya
Bogor. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di
bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang
pelaksanaannya dipimpin oleh Reindwardt sendiri, dibantu oleh Mr. James
Hooper dan W. Kent dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Inggris, di kota
Richmond. Reindwardt perintis usaha di bidang Herbarium. Waktu itu luasnya 47
hektar. Melalui perjalanan yang panjang, sekarang luas Kebun Raya Bogor 87
hektar.
Kebun Raya Bogor kini berstatus sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor yang berada di bawah Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati-
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor membawahi tiga kebun raya, yaitu UPT Balai Konservsi tumbuhan Kebun
Raya Cibodas, UPT Balai Konservasi Tmbuhan Kebun Raya Purwodadi dan UPT
Balai Koservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.
Tugas dan fungsi Kebun Raya Bogor sesuai dengan keputusan kepala LIPI
nomor; 1151/M/2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, yaitu : “melakukan
inventarisasi dan konservasi tumbuhan tropika yang memiliki nilai ilmu
pengetahuan dan nilai ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani.
Mengkaji, meneliti, dan menggali potensi untuk pemanfaatan yang
berkelanjutan”. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut Kebun Raya
Bogor melakukan aktivitas dalam bidang konservasi, penelitian, pendidikan
konservasi dan rekreasi. Fungsi utama Kebun Raya dalam bidang konservasi
tumbuhan, yang kemudian diikuti oleh bidang lainnya.
Kegiatan konservasi yang telah dilakukan oleh Kebun Raya selama ini,
antara lain eksplorasi flora nusantara ke berbagai propinsi, melakukan
inventarisasi di Ciamis, Jawa Barat atas kerjasama dengan Darwin Initiative
(Australia), inventarisasi flora di Propinsi Riau atas kerjasama dengan PT. Caltex,
melakukan pembangunan Kebun Raya di Bukit Sari (Jambi), dan sebagainya.
Penelitian yang telah dilakukan antara lain mencakup aspek-aspek dengan
berbagai disiplin ilmu, seperti Taksonomi, Fisiologi, Biosistematik, Ekologi,
Etnobotani dan Agronomi. Hasil penelitian dipublikasikan dalam seminar,
majalah, koran maupun jurnal ilmiah.
Pelayanan pendidikan konservasi bergerak dalam pelayanan pendidikan
terhadap masyarakat khususnya yang menyangkut konservasi tumbuh-tumbuhan.
Program yang dilakukan antara lain dengan program wisata flora, pendidikan
konservasi tumbuhan dan lingkungan, pemanduan dan Rute Pendidikan
Lingkungan (Repling). Dalam melaksanakan program Repling Kebun Raya
bekerjasama dengan Rimbawan Muda Indonesia (RMI).
Kebun Raya juga dinikmati sebagai tempat wisata yang menyajikan
nuansa alam di tengah kota. Agar wisatawan yang berkunjung ke Kebun Raya
Bogor dapat lebih mudah menambah pengetahuannya maka di berbagai lokasi
dipasang papan interpretasi mengenai tanaman.
1.2.Tujuan
Tujuan dari adanya makalah ini ialah untuk memberi pengetahuan
mengenai sejarah berdirinya Kebun Raya Bogor, sebagai pendidikan konservasi
terhadap mahasiswa khususnya yang menyangkut konservasi tumbuh-tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wisatawan
Menurut Burkart dan Medik (1981) dalam Ross (1998: 4-5), wisatawan
memiliki empat ciri utama. Keempat ciri ini adalah:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di
berbagai tempat tujuan
2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari – hari; karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan
penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan
3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan;
karena itu perjalanannnya bersifat sementara dan berjangka pendek
4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal
untuk menetap di temapt tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah
Menurut Cohen (1974) dalam Ross (1998:5-6) wisatawan adalah seorang
pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu
sementara saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal – hal baru dan
perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak
berulang.
Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster International
mengandung arti: suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut akan
kembali ke titik start; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk
bisnis, bersenang – senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan
dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut bisanya
terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan (Marpaung, 2002:20).
Menurut Oxford English Dictionary (1993; 190) dalam Marpaung (2002:
20: definisi dari tourist adalah orang yang melakukan perjalanan, terutama yang
melakukannya untuk rekreasi; orang yang melakukan perjalanan untuk
kesenangan dan kebudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk
melihat objek – objek wisata dengan tujuan yang sama.
World Tourism Organization (WTO) dalam Ross (1998:7) mengatakan
bahwa pengunjung internasional ialah setiap orang yang bepergian ke negara yang
lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan kunjungannya bukan untuk melakukan
pekerjaan yang dibayar di negara yang dikunjunginya dan dia tinggal di situ
selama setahun atau kurang dari setahun.
2.2. Ekowisata
Ekowisata merupakan kegitan wisata yang sementara ini dianggap sebagai
kegiatan pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2003: 2). Ekowisata mempunyai
karakteristik spesifik karena adanya kepedulian pada pelestarian lingkungan dan
pemberian manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, setiap
kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip – prinsip pengelolaan yang
berkelanjutan seperti: (1) berbasis wisata alam, (2) menekankan pada kegiatan
konservasi (3) mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (4)
berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan (5) mengakomodasi budaya
lokal (6) memberi manfaat pada ekonomi lokal. Kegiatan ekowisata secara
langsung maupun tidak langsung mengarahkan wisatawan untuk menghargai dan
mencintai alam serta budaya lokal sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan
kepedulian para wisatawan untuk turut memelihara kelestarian alam.
Wood (2002) dalam Anonim (2003:16) mendefinisikan ekowisata sebagai
kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata
alam, dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan
wisata budaya. Selain itu, ekowisata juga merupakan kegiatan wisata yang
dilakukan dalam skala kecil baik untuk pengunjung maupun pengelola wisata.
2.3. Karakteristik Permintaan Wisata
Pengkajian – pengkajian permintaan pasaran wisata telah menunjukkan
bahwa permintaan wisata ditandai dengan ciri – ciri khas tertentu, dan yang
terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kekenyalan (elasticity)
Kekenyalan berarti seberapa jauh tingkat perubahan – perubahan struktur harga
atau perubahan macam – macam keadaan ekonomi di pasaran
2. Kepekaan (sensitivity)
Pemintaan wisata sangat peka terhadap keadaan sosial politik dan terhadap
perubahan mode perjalananan
3. Peluasan (expansion)
Meskipun terjadi kegoncangan akhir – akhir ini, namun permintaan wisata terus
meningkat
4. Musim (seasonality)
Ciri khas lain dari permntaan wisata yang sangat mempengaruhi hari depan
pariwisata yaitu musim wisata atau padat dan sengganggnya kunjungan
wisatawan
(Wahab, 1989: 137 – 140)
BAB III
ISI
3.1. Gambaran Umum Lokasi
Kebun Raya Bogor (KRB) terletak di tengah-tengah kota Bogor dengan
ketinggian 260 m dpl, dengan curah hujan yang tinggi antara 3.000 – 4.300 mm
pertahun. KRB merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis
terlengkap di dunia, dibangun dengan sebuah konsep pertamanan yang indah.
Lokasi KRB sangat strategis karena mudah dijangkau dari mana saja.
Lokasinya yang dekat dengan jalan tol dapat mudah diakses oleh pengunjung dari
luar kota Bogor. Kebun Raya Bogor sebagai kebun botani tropis yang terkenal di
dunia disamping berfungsi sebagai kebun riset tanaman tropis, juga merupakan
kebun rekreasi yang cukup menyenangkan.
3.2. Potensi Pengembangan
Sebenarnya, tujuan utama dari adanya Kebun Raya Bogor adalah sebagai
pusat konservasi tumbuh-tumbuhan. Pada berdirinya KRB, Prof. Dr. C.G.C.
Reinwardt, botanis asal Jerman, menganggap eksplorasi tumbuhan dan masalah
pertanian merupakan tugasnya di Hindia Belanda. Dia memohon sebidang tanah
kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia untuk penelitian manfaat
berbagai tumbuhan serta koleksi tanaman yang bernialai ekonomi yang berasal
dari kawasan Indonesia dan yang berasal dari manca negara.
Sebagai pusat konservasi tumbuh-tumbuhan dan tempat wisata, KRB
mempunyai potensi pengembangan yang sangat besar. Potensi tersebut dapat
ditinjau dari sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun fasilitas
penunjang dan sarana prasana.
Luas KRB mencakup areal 87 hektar. Jumlah koleksinya mencapai sekitar
13.684 spesimen. Pada data bulan Januari tahun 2006, koleksi tanaman hidup
yang ada di KRB berjumlah 3.423 spesies mewakili 1.257 genus dari 222 famili.
Potensi lainnya adalah KRB memiliki koleksi anggrek yang dipelihara di kamar
kaca yang berjumlah + 7.178 spesimen. Jumlah tersebut terdiri dari 441 spesies
dari 93 genus. Selain anggrek alam, koleksi lainnya adalah polong-polongan
(Fabaceae), Pinang-pinangan (Arecaceae), talas-talasan (Araceae), dan getah-
getahan (Apocynaceae). Terdapat juga koleksi bambu yang menarik untuk dilihat
mengingat perannya yang sangat penting dalam kehidupan sosial budaya kita.
Koleksi tanaman ini sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian
lagi berasal dari mancanegara.
KRB memiliki pemandangan yang indah dan udara yang sejuk meskipun
saat cuaca di kota Bogor panas terik. Suasana yang ditawarkan KRB memiliki
daya tarik tersendiri. Berbagai macam tanaman yang indah membuat kita betah
untuk tetap berlama-lama memandangi pemandangan tersebut. Banyak turis asing
yang mengunjungi KRB. Kebanyakan dari tusis asing ini adalah dalam rangka
study dan pengamatan pada dunia tumbuh-tumbuhan. Turis lokal pun juga banyak
yang menikmati keindahan KRB untuk melepas kepenatan sejenak setelah
bekerja. Tak jarang pula anak sekolah yang setelah pulang sekolah menyempatkan
diri untuk merasakan suasana yang damai di KRB.
Pusat konservasi tumbuhan KRB berada langsung di bawah Deputi Bidang
Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI. Jumlah pegawai KRB terhitung tanggal 1 Januari
2006 sebanyak 341 orang dengan rincian 260 orang PNS, 11 orang CPNS dan 70
orang tenaga honorer. Pengadministrasian urusan kepegawaian dilakukan oleh
Subbagian Kepegawaian yang berjumlah 6 orang.
Untuk menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi, KRB memberikan
pelayanan jasa dan fasilitas ilmiah, diantaranya pelayanan jasa dan fasilitas
ilmiah, pelayanan humas dan pemanduan, penyuluhan dan ceramah, pelayanan
jasa shoting film dan fasilitas lain, pelayanan dekorasi dan penjualan tanaman,
dan bimbingan kepada mahasiswa praktik dan siswa yang melakukan pendidikan
sistem ganda. Selain itu KRB memberikan fasilitas dengan menyediakan paket
wisata bagi anak-anak sekolah dari tingkat SD, SMP, dan SMA untuk pengenalan
pendidikan konservasi.
Untuk terus mengembangkan potensinya, KRB memiliki manajemen
dalam pengelolaan koleksi tanamannya. KRB melalui bidang konservasi ek-situ,
melakukan kegiatan dimulai dari pengadaan bahan seleksi dan pembibitan,
penanaman koleksi baru, pemeliharaan koleksi yang sudah ada, reintroduksi
tanaman langka, pencatatan penambahan maupun pengurangan koleksi tanaman
di kebun, pencatatan pembuangan, dal lain – lain. Pemeliharaan koleksi tanaman
di kebun dengan cara pemupukan, pemangkasan, penyemprotan anti hama,
membersihkan gulma yang menganggu, penggemburan tanah, dl. Pemeliharan
yang lebih intensif biasanya dilakukkan kepada tanaman kritis, langka, sudah tua,
kropos dan tanaman yang sensitif terhadap perubahan lingkungan.
3.3. Demand dan Supply Kebun Raya Bogor
3.3.1. Demand
Morley (1990) dalam Ross (1998: 8-9) menyatakan bahwa permintaan
akan pariwisata tergantung pada ciri – ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur,
motivasi, dan watak. Ciri – ciri masing – masing akan mempengaruhi
kecenderungan orang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk
bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalannya. Permintaan juga dikatakan
ditentukan oleh sifat – sifat dan ciri – ciri tempat tujuan perjalanan. Permintaan
juga dikatakan ditentukan oleh sifat – sifat dan ciri – ciri tempat tujuan perjalanan,
daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan menasarkan tempat tujuan
wisata. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau
menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara
tidak langsung melalui faktor – faktor yang penting bagi wisatawan, seperti
keamanan. Morley yakin faktor – faktor sosial juga dapat mempengaruhi
permintaan, seperti misalnya sikap penduduk setempat pada wisatawan dan minat
yang dibangkitkan oleh budaya setempat.
Kebun Raya Bogor adalah salah satu tempat wisata yang sangat terkenal di
kalangan wisata, baik wisata domestik maupun wisata asing. Selain itu, Kebun
Raya Bogor sudah dikenal oleh kalangan masyarakat biasa yang ada di Indonesia,
lebih-lebih masyarakat yang hidup di daerah Jabodetabek yang penuh dengan
kesibukan dan kondisi polusi udara semakin puruk.
Sebagai tempat wisata yang mengandung atau menyimpan banyak
kandungan udara segar dan pemandangan keindahan alam yang pesona, Kebun
Raya Bogor dapat menyediakan kebutuhan udara segar atau sebagai tempat
reflesing bagi masyarakat yang membutuhkan udara segar dan yang melihat
keindahan alam yang penuh dengan tumbuhan dan pepohonan yang rindang,sejuk
dan menarik. Kondisi alam yang semakin panas dan tidak mendukung untuk
melakukan kegiatan yang lebih menyegarkan, maka sampai sekarang permintaan
terhadapa Kebun Raya Bogor datang dari berbagai pihak dan kalangan
masyarakat domestik maupun asing. Beberapa bentuk permintaan kebun raya
bogor sebagai tempat yang memiliki dan mengandung keindahan alam yang sejuk
dapat, penuh pesona serta dapat memberikan kesegaran pada pengunjung dan
lingkungan sekitar, antara lain sebaagi berikut:
Permintaan Kebun Raya Bogor dari tahun ke tahun sudah menjadi hal
yang lumrah sebagai tempat wisata yang terkenal, yaitu dimana setiap
periode liburan atau hari libur seperti hari minggu, sabtu, hari libur
perayaan agama, hari libur tahun baru, dan hari libur sekolah atau kerja,
Kebun Raya Bogor sangat dipadati oleh pengunjung baik pengunjung dari
Bogor, Jakarta, Tangerang, luar kota yang jauh maupun pengunjung yang
berasal dari wisaatawan asing.
Sejak berdirinya, Kebun Raya Bogor respon positif oleh masyarakat
setempat, yaitu masyarakat Jabodetabek. Kondisi ini menunjukan bahwa
permintaan terhadap Kebun Raya Bogor banyak datang dari elemen
masyarakat setempat.
Selain itu seiring berjalannya waktu, Kebun Raya Bogor direspon positif
juga oleh elemen masyarakat yang ada di daerah jawa, sumatera,
Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, dan lain sebagainya daerah yang ada di
Indonesia, sehingga kondisi Kebun Raya Bogor pada saat itu sangat
dipadati oleh wisatawan domestik. Respon ini menunjukan bahwa
permintaan terhadap Kebun Raya Bogor sudah meluas ke berbagai daerah
yang ada di Indonesia.
Sebagai tempat wisata yang menyediakan lingkungan yang segar dan
panorama lingkungan yang bersih, permintaan kebun raya bogor banyak
datang berbagai kelompok keluarga yang ingin menikmati udara segar.
selain itu, permintaan datang juga dari berbagai inbahtansi yang ada di
daerah jabodetabek bahkan datang dari daerah lainnya seperti Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera, dan lain sebagainya.
Sebagai tempat wisata yang menyediakan jasa pendidikan lingkungan,
permintaan Kebun Raya Bogor sangat sering dikunjungi oleh kalangan
pelajar atau berbagai taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang datang
dari Jakarta, Tangerang, Depok, maupun dari daerah Bogor itu sendiri.
Namun yang menjadi tujuan pendidikan konservasi untuk lakangan pelajar
adalah pelajar yang masih TK dan SD. Sedangkan kalangan pelajar yang
sekolah menengah sangat sedikit.
Selain dari kalangan pelajar, Kebun Raya Bogor sebagai tempat konservasi
yang bersifat eksitu banyak dikunjungi oleh mahasiswa yang akan peneliti
tentang pertumbuhan tanaman atau tumbuhan langka.
Kegiatan mahasiswa tidak hanya dari aspek analisis konservasi,
permintaan Kebun Raya Bogor juga untuk kebutuhan mahasiswa yang
mengamati tentang aspek ekomoni, sosial, dal ekologi tentang adanya
Kebun Raya Bogor di tengah masyarakat Bogor.
Kebun Raya Bogor menyimpan banyak kandungan udara segar yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang penuh dengan kesibukan ditengah
kota yang banyak mengandung polusi udara dan polusi suara, maka
kondisi ini sangat mempengaruhi peningkatan manfaat penggunaan Kebun
Raya Bogor untuk memperoleh lingkungan bersih.
Kebun Raya Bogor banyak dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa,
masyarakat setempat bahkan pendatang baru dari daerah sekitar yang
datang dengan senganja maupun daerah jauh yang ingin bersantai,
menghilangkan stress, dan ingin mencari ketenangan.
Keberadaan Kebun Raya Bogor di Negara Indonesia tercinta tidak hanya
dikenal oleh wisatawan domestik saja, tetapi nama baik Kebun Raya
Bogor sebagai tempat wisata yang menyediakan jasa konservasi, jasa
pendidikan ingkungan, dan mengandung sejuta kesegaran udara bahkan
pemandangan alami juga kesegaran udara, sudah dikenal juga oleh
kalangan wisatawan asing. Citra Kebun Raya Bogor sampai sekarang
masih disambut positif oleh kalangan wisatawan asing, hal ini terbukti
sampai sekarang setiap harinya Kebun Raya Bogor masih dipadati oleh
wisatawan asing.
3.3.2 Supply Kebun Raya Bogor
Sesuai dengan tujuan didirikannya, Kebun Raya Bogor adalah tempat
wisata yang selalu mengutamakan konservasi dan pendidikan wisata. Sejak
berdirinya sampai sekarang, Kebun Raya Bogor dengan tujuannya yang menarik
dan memiliki daya tarik yang sangat potensial untuk mengundang wisata, tidak
menutup kemungkinan untuk dipublikasikan dan ditawarkan kepada seluruh
masyarakat baik wisata domestik maupun untuk wisata asing yang sangat senang
menikmati alam segar.
Kegiatan konservasi dan pendidikan konservasi Kebun Raya Bogor
membuka peluang untuk melakukan ataupun meningkatkan usaha penawaran
kepada masyarakat. Sejauh ini usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola
Kebun Raya Bogor adalah melakukan penawaran antara lain :
Pada umumnya pihak pengelola melakukan penawaran kepada seluruh
masyarakat Indonesia dan khususnya masyarakat daerah Jabodetabek.
Supply Kebun Raya Bogor dilakukan keberbagai instansi pemerintahan,
misalnya seperti kehutanan, pertanian, perindustrian, pendidikan, dan lain
sebagainya.
Supply Kebun Raya Bogor dilakukan ke berbagai sekolah yang ada di
Jabodetabek bahkan di luar daerah Jabodetabek, misalnya Jawa, Bali,
sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan lain sebagainya.
Pada awal pembentukannya, supply Kebun Raya Bogor dilakukan pada
masyarakat yang hidup dengan penuh kesibukan atau yang memerlukan
reflesing untuk melihat pemandangan alam yang segar, misal masyarakat
yang tinggal di kota besar seperti Jakarta.
Pada kondisi sekarang juga, target supply Kebun Raya Bogor masih
seperti yang dulu, yaitu untuk masyarakat sangat butuh dengan kondisi
udara segar.
Pada dunia pendidikan, supply Kebun Raya Bogor lebih diperuntukan
pada pendidikan dunia anak-anak yang masih TK, SD dan SMP. Target
supply ini dilakukan sesuai dengan tujuan didirikannya kebun raya bogor
untuk memberikan layanan pendidikan konservasi, sehingga mulai kecil
anak-anak memilki kepdulian kepada alam sekitar dan tetap menjaga
kelestariannya.
Selain itu pada dunia pendidikan, Kebun Raya Bogor juga ditawarkan
kepada mahasiswa atau pun kepada peneliti yang mengamati tentang
kelestarian alam. Kegiatan ini memberikan agar mahasiswa dan peneliti
mengetahui lebih jauh tentang konservasi tumbuhanan di Indonesia. Selain
itu dapat mempromosikan tentang keberadaan Kebun Raya Bogor atau pun
kegiatan Kebun Raya Bogor kepada elemen pelajar atau pun peneliti
lainnya.
Selain untuk keperluan wisata domestik, Kebun Raya Bogor juga
ditawarkan kepada wisata asing, baik wisata asing yang melakukan
rekreasi maupun wisata asing melakukan penelitian tentang kelestarian
tanaman atau konservasi tumbuhan.
3.4. Dampak Terhadap Lingkungan dan Masyarakat Sekitar
KRB mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar. KRB memiliki dampak positif yang lebih besar dari pada dampak
negatifnya, bahkan dampak negatifnya kecil sekali.
3.4.1 Dampak Ekologis
Adanya KRB dapat menjadi penyeimbang ekologis. Tumbuh-tumbuhan
yang ada di KRB menjadi pemasok oksigen di kota Bogor. Tanpa adanya KRB,
polusi di kota Bogor akan semakin tak terkendali. Apabila kita melintasi area di
sekitar KRB, kita akan dapat merasakan udara yang sejuk. KRB dapat menjadi
pengendali polusi yang ada di kota bogor akibat kendaraan bermotor yang
mengeluarkan emisi. Salah satu fungsi dari KRB adalah sebagai hutan kota.
KRB juga merupakan pusat konservasi yang dapat menyelamatkan
tanaman-tanaman yang langka dan mungkin hampir punah. KRB melakukan
pengawetan secara selektif dari sumber-sumber ini untuk dipergunakan dalam
perkembagnan dan pembangunan jangka panjang. Ditinjau dari segi kegiatan
penelitian, KRB turut menggali informasi-informasi yang masih tersembunyi
tentang daya guna sumber nabati kita, yang tentunya disediakan dalam rangka
pembangunan dan perkembangan bangsa untuk masa kini dan masa yang akan
dating.
3.4.2 Dampak Sosial
Masyarakat di sekitar area KRB merasakan manfaat yang besar. Selain
menyediakan pemandangan yang indah, KRB juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitarnya. Kebanyakan dari mereka berdagang souvenir-souvenir
dan makanan khas Bogor yang ditawarkan kepada pengunjung KRB. Masyarakat
juga banyak yang berjualan hasil bumi seperti talas, pisang, dan bermacam-
macam jenis sayur dan buah-buahan di sekitar KRB. Hal itu menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan karena belum lengkap rasanya jika wisatawan pulang
tidak membawa makanan khas Bogor.
Selain itu, banyak juga masyarakat yang menawarkan jasa transportasi
ramah lingkungan, yaitu delman. Sepanjang jalan di samping KRB, masyarakat
memarkirkan delmannya dengan berjejer. Hal itu menjadi pelengkap suasana
dalam berkeliling kota Bogor.
3.4.3. Dampak Ekonomi
Sebagai obyek pariwisata, KRB juga menghasilkan devisa bagi Negara.
Wisatawan asing yang berkunjung ke KRB juga yang semakin bertambah.
Sehingga KRB secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi
kepada pembangunan jangka panjang.
KRB dapat menciptakan efek multiplier yang cukup besar. Kegiatan
perdagangan yang dilakukan masyarakat sekitar KRB dapat menarik perhatian
wisatawan terhadap barang yang ditawarkan sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat akan menjadi lebih sejahtera.
Setidaknya, dengan adanya KRB akan menciptakan pertumbuhan ekonomi
di wilayah sekitarnya. Harga tanah akan meningkat dan menciptakan suatu
pengembangan diwilayah tersebut.
3.5. Permasalahan dan Solusi
3.5.1. Permasalahan
Secara finansial, KRB tidak mempunyai permasalahan. Karena sebagai
salah satu instansi pemerintah, dana pengelolaan KRB sebagian besar diperoleh
dari pemerintah melalui APBN. Sumber pendapatan lain yaitu dari hasil penjualan
karcis masuk KRB, dana-dana yang dihasilkan dari kerja sama dan bantuan dari
pihak luar. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin,
biaya pemeliharaan, pembagnunan prasaran fisik, penelitian, publikasi,
dokumentasi, pelayanan umum, perjalanan dinas, dll.
Permasalahan yang timbul justru dari adanya pengunjung. Pengunjung
yang datang pada hari libur biasanya lebih banyak dibandingkan dengan hari
kerja. Pengunjung berpotensi untuk merusak dan mengotori tempat di KRB. Itu
terlihat adanya sampah yang berserakan baik di jalan maupun di saluran air.
Selain itu juga terdapat bangku yang dicorat-coret oleh pengunjung. Akan tetapi,
secara keseluruhan KRB masih cukup bersih dan indah.
Volume kendaraan bermotor seperti mobil yang meningkat ketika hari
libur juga menimbulkan permasalahan. Emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor membuat KRB menjadi sumpek dan polusi. Tentunya keadaan tersebut
menyebabkan wisatawan merasa tidak nyaman.
Permasalahan lain yang timbul adalah kemacetan yang terjadi ketika hari
libur di sekitar pintu masuk KRB. Hal ini sangat merugikan dan menghambat
transportasi masyarakat yang melewati jalan tersebut. Selain itu, banyak
pedagang di sekitar KRB yang terlihat semrawut sehingga tidak enak dipandang
dan terkesan kotor.
3.5.2. Solusi
Solusi dari permasalahan tersebut adalah perlu adanya pengawasan yang
ketat sehingga hal-hal yang menimbulkan kerusakan dapat dicegah. Selain itu
perlu adanya sanksi tegas bagi yang melanggar yaitu berupa denda dan
peringatan. Dan bagi wisatawan yang telah mentaati peraturan dapat diberikan
insentif misalnya dengan pemberian stiker dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan
agar KRB tetap bersih, indah, dan nyaman mengingat tujuan utama dari KRB
adalah untuk konservasi tumbuh-tumbuhan.
Perlu adanya pembatasan masuknya kendaraan bermotor ketika hari libur
dengan menaikkan harga tiket masuk atau membatasi kuota masuknya kendaraan
bermotor secara langsung. Alternatif lain adalah dengan menyediakan area parkir
untuk kendaraan bermotor sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan
KRB dengan berjalan kaki.
Permasalahan kemacetan dapat diselesaikan dengan adanya pengaturan
lalu lintas yang baik agar kendaraan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuka pintu masuk KRB yang lain
sehingga kendaraan tidak menumpuk di pintu utama KRB. Perlu adanya
kesadaran bagi pengguna jalan dalam mematuhi peraturan lalu lintas.
Penertiban pedagang kaki lima perlu dilakukan agar daerah di sekitar KRB
tidak terkesan jorok dan semrawut. Pedagang kaki lima perlu dibuatkan tempat
khusus untuk berdagang yang letaknya dekat dengan KRB. Untuk itu perlu
adanya kerjasama yang baik antara masyarakat (pedagang), pihak KRB dan
Pemerintah Daerah Kota Bogor.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat wisata yang sangat menarik
untuk dikunjungi. KRB bertujuan sebagai pusat konservasi tumbuhan-tumbuhan
dari bermacam-macam wilayah. KRB merupakan tempat wisata yang berbasiskan
ilmu pengetahuan sehingga memiliki nilai lebih dibandingkan dengan tempat
wisata pada umumnya.
KRB mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangannya
karena ditunjang dengan fasilitas dan pengelolaan yang sangat baik. KRB sebagai
pusat konservasi tumbuh-tumbuhan terlengkap di Indonesia bahkan di
mancanegara dapat menjadi salah satu tempat wisata bagi Indonesia.
4.2. Saran
KRB sebagai pusat konservasi tumbuh-tumbuhan terlengkap di Indonesia
bahkan di dunia harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap.
Promosi juga sangat penting, baik promosi di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Hal ini dilakukan untuk menanamkan semangat untuk menjaga dan melestarikan
keragaman alam hayati.
KRB sebagai salah satu penyumbang devisa bagi Negara, harus
mendapatkan perhatian serius. Menarik wisatawan asing untuk datang ke KRB
merupakan salah satu strategi dalam memasarkan pariwisata Indonesia. Selain itu
juga dengan menarik wisatawan domestik yang berada di luar kota Bogor, seperti
di daerah-daerah luar Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Fletcher, Gilbert, Shepherd, Wanhill. 1998. Tourism: Principles and
Practice. Second Edition. England: PearsonEducation Ltd.
Glenn F. Ross. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Wahab, Salah. 1989. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita