makalah konvergensi ifrs kpd lap keu dan akuntan publik
TRANSCRIPT
1
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
BAB I
PENDAHULUAN
Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk
menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan.
Standar akuntansi yang digunakan Indonesia untuk menyusun laporan keuangan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan
telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara
berbeda-beda, ini dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politik di
masing-masing negara tersebut.
Pesatnya globalisasi semakin membawa pengaruh yang mendasar terhadap
pergerakan informasi dan aktivitas bisnis. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk
menyamakan persepsi akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar
Akuntansi Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting
Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas
negara. Multi National Corporation (MNC) beroperasi di berbagai negara dengan berbagai
macam standar pelaporan keuangan. Sementara itu dalam pengambilan keputusan
investasi, investor memerlukan informasi ekonomi dari perusahaan terkait. IFRS
(International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan
keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang ini sedang menuju ke dalam satu
standar pelaporan. Satu per satu negara di dunia saat ini mulai mengadopsi IFRS.
Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia memperoleh
pengakuan maksimal dari komunitas Internasional khususnya di mata investor global.
Dengan diadopsinya IFRS di Indonesia, maka proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas
negara akan semakin mudah. Dapat dikatakan demikian karena diterapkannya suatu
standar internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di
Indonesia. Dalam hal ini tentunya akan muncul dampak dari masuknya standar IFRS dalam
aktivitas bisnis dan profesi terkait khususnya akuntan publik di Indonesia, baik dampak
positif maupun negatif.
2
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konvergensi IFRS (2006-2012)
Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant)
yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah satunya adalah
dengan menggunakan IFRS sebagai accounting standard. Konvergensi IFRS adalah salah
satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November
2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah:
1. Strengthening Transparency and Accountability (Penguatan Transparansi dan
Akuntabilitas)
2. Enhancing Sound Regulation (Meningkatkan Bunyi Regulasi)
3. Promoting Integrity in Financial Markets (Mempromosikan Integritas di Pasar
Keuangan)
4. Reinforcing International Cooperation (Memperkuat Kerjasama Internasional)
5. Reforming International Financial Institutions (Reformasi Lembaga Keuangan
Internasional).
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS
dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan
menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut
gunakan.
2. Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember
2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan
kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu
nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
3
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
4. Referenced (konvergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya
mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri
oleh badan pembuat standar.
5. Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Indonesia menganut bentuk yang mengambil IFRS dalam tingkat Referenced
(konvergence) dalam sistem akuntansinya. Berdasarkan kronologinya, perkembangan
standar akuntansi di Indonesia dapat dibagi ke dalam lima periode penting. Periode
pertama adalah masa Pra-PAI sebelum tahun 1973 kemudian disusul penyusunan PAI
tahun 1973-1984. Periode ketiga yakni tahun 1984-1994 adalah masa berlakunya PAI 1984.
Periode keempat adalah masa mulia dilakukannya harmonisasi SAK ke IAS yakni tahun
1994-2006 di mana SAK dikembangkan dengan melihat referensi IAS maupun standar-
standar negara lain. Periode kelima adalah masa konvergensi 2006-2012.
Seiringan dengan semakin maraknya negara-negara lain seperti Australia
mengadopsi IFRS secara pernuh, maka pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta
ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target
ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam
perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi
baru mencapai standar 10 standar IFRS dari total 33 standar.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS
secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK
secara komprehensif.
Beberapa kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS antara lain adalah
minimnya sumber daya untuk mendukung anggota DSAK-IAI yang semua anggotanya
4
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
adalah paruh waktu bekerja untuk pengembangan standar pelaporan. Kendala lainnya
adalah IFRS yang sangat cepat berubah sehingga DSAK-IAI mengalami kesulitan untuk
mengejarnya. Masalah translasi bahasa juga menjadi kendala karena dalam proses
translasi tidak mudah untuk mencari padanan kata yang tepat dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia. Indonesia membutuhkan upaya tambahan dalam mengadopsi IFRS
dibandingkan dengan negara-negara yang menggunakan IFRS dalam bahasa aslinya seperti
Australia atau negara-negara Eropa. Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan
sebagai contoh bahwa dalam hidup kita memang mengalami perubahan, dan perubahan
ini terjadi akibat adanya perkembangan dari segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS,
sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang mungkin menentangnya, contoh alasannya
adalah pemahaman yang mungkin masih dirasa kurang.
Sejak tahun 2009, proses konvergensi IFRS mengalami percepatan. Sepanjang
semester dua tahun 2009, DSAK-IAI menerbitkan kurang lebih 19 exposure draft PSAK dan
ISAK juga mencabut beberapa PSAK yang sudah tidak relevan. Sepanjang tahun 2010 dan
2011, DSAL-IAI secara bertahap mengadopsi IFRS.
Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 Standar, yang
meliputi:
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
5. IAS 28 Investments in associates
6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
7. IFRS 8 Operating segment
8. IAS 31 Interests in joint ventures
9. IAS 1 Presentation of financial
10. IAS 36 Impairment of assets
11. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset
12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
5
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 Standar sebagai
berikut:
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 41 Agriculture
3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 24 Related party disclosures
6. IAS 38 Intangible Asset
7. IFRS 3 Business Combination
8. IFRS 4 Insurance Contract
9. IAS 33 Earnings per share
10. IAS 19 Employee Benefits
11. IAS 34 Interim financial reporting
12. IAS 10 Events after the Reporting Period
13. IAS 11 Construction Contracts
14. IAS 18 Revenue
15. IAS 12 Income Taxes
16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa
Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar
daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat
semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun,
auditor, maupun pembaca atau pengguna lain. Sampai 1 Januari 2012, DSAK-IAI telah
menerbitkan semua IFRS/IAS kecuali IAS 41 Agriculture dan IFRS 1 First Time Adoption
International Financial Reporting Standards. DSAK-IAI belum mengabil keputusan kapan
IAS 41 akan diadopsi. IFRS 1 tidak relevan untuk diadopsi karena beberapa ketentuan
transisi PSAK telah mempertimbangkan isi ketentuan dari IFRS 1 tersebut.
6
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
Program Kerja DSAK lainnya yaitu: Mencabut PSAK yang sudah tidak relevan karena
mengadopsi IFRS; Mencabut PSAK Industri; Mereformat PSAK yang telah diadopsi dari IFRS
dan diterbitkan sebelum 2009; Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi
penggunaan istilah; Mengadopsi IFRIC dan SIC per 1 Januari 2009; Memberikan komentar
dan masukan untuk Exposure Draft dan Discussion Paper IASB; Aktif berpartisipasi dalam
berbagai pertemuan organisasi standard setter, pembuat standar regional/internasional;
serta Menjalin kerjasama lebih efektif dengan regulator, asosiasi industri dan universitas
dalam rangka konvergensi IFRS.
Adapun keterangan dari Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) Dudi M. Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan
mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui
pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base, dengan cara:
1. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri
spesifik.
2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana
merefleksikan realitas ekonomi yang ada.
3. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang
berkualitas di pasar modal internasional.
4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan.
7
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
5. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya
untuk analisis keuangan bagi para analis.
6. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”
B. Dampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan Perusahaan
International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International
Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang
memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang
jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai
kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan
para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu
diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk
memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan
standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan
disajikan dengan basis ‘true and fair‘. Hal ini memberikan dampak positif bagi pelaku bisnis
di Indonesia. Beberapa dampak lain yang terjadi dengan adanya konvergensi IFRS bagi
dunia bisnis diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan
akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan
nilai wajar.
3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet
approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan
keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment
ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
8
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini
menjadi tantangan yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi
program ini akan dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar
proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat diharapkan.
Sehubungan dengan telah diterbitkannya beberapa PSAK yang baru maupun yang
direvisi sampai dengan tanggal 31 Desember 2010 termasuk PSAK No 1 (Revisi 2009)
tentang penyajian laporan keuangan, maka Dewan Standar Profesi Institusi Akuntan Publik
Indonesia (DSP IAPI) melalui penerbitan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.77 Tanggal
21 Maret 2011 telah melakukan penyesuaian sebagai berikut:
1. Mencabut Pernyataan Standar Auditing (PSA) tertentu yang sudah tidak relevan.
2. Melakukan pemutakhiran atas penggunaan frasa dan istilah tertentu yag terdapat
dalam seluruh PSA, beserta interprestasi lampiran dan contoh yang terdapat di
dalamnya (secara kolektif disebut sebagai Standar Auditing). Pemutakhiran frasa
dan istilah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Frasa “prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia” berubah menjadi
“Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia”
b. Frasa “generally acceptes accounting standards in Indonesia” berubah
menjadi “Indonesia Financial Accounting Standards”
c. Istilah aktiva berubah menjadi aset
d. Istilah kewajiban berubah menjadi liabilitas
e. Istilah neraca berubah menjadi laporan posisi keuangan (neraca)
f. Istilah laporan laba rugi berubah menjadi laporan laba rugi komprehensif
PSA No.77 ini berlaku efektif untuk penugasan yang terkait dengan periode tahun
buku dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Kerangka Dasar Penyusunan
Laporan Keuangan Berdasar IFRS:
1. Elemen Laporan Keuangan
a. Neraca
b. Laporan Laba Komperhensif
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
9
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
f. Laporan Posisi Keuangan pada Periode Komparatif
2. Basis Pengukuran
a. Biaya Perolehan
b. Biaya Kini
c. Nilai Realisasi dan Penyelesaian
d. Nilai Sekarang
Meskipun masih muncul pro dan kontra, penerapan IFRS ini akan berdampak
positif. Bagi para emiten di Bursa Efek Jakarta (BEI), dengan menggunakan standar
pelaporan internasional itu, para stakeholder akan lebih mudah untuk mengambil
keputusan.
1. Laporan keuangan Perusahaan akan semakin mudah dipahami lantaran
mengungkapkan detail informasi secara jelas dan transparan.
2. Dengan adanya transparansi tingkat akuntabilitas dan kepercayaan kepada
manajemen akan meningkat.
3. Laporan keuangan yang disampaikan perusahaan mencerminkan nilai wajarnya.
Di tengah interaksi pelaku ekonomi global yang nyaris tanpa batas, penerapan IFRS
juga akan memperbanyak peluang kepada para emiten untuk menarik investor global.
Dengan standar akuntansi yang sama, investor asing tentunya akan lebih mudah untuk
membandingkan perusahaan di Indonesia dengan perusahaan sejenis di belahan dunia
lain.
Dampak negatif penerapan IFRS di Indonesia, seperti yang diketahui perekonomian
Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan. Akan tetapi semakin ke depan perekonomian
Indonesia akan mengarah pada kapitalis. Tidak bisa dipungkiri lagi kebudayaan negara
barat (negara capital) dapat mempengaruhi seluruh pola hidup dan pola pikir masyarakat
Indonesia dari kehidupan sehari-hari hingga permasalahan ekonomi.
UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, “Perekonomian disusun atas usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Disini secara jelas nampak bahwa Indonesia
menjadikan asas kekeluargaan sebagai pondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam
pasal 33 ayat 2 yang berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
10
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, dan dilanjutkan pada
pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.”
Akan tetapi dengan kemunculan IFRS tersebut dapat menyebabkan publik
menginginkan keterbukaan yang amat sangat di dalam dunia investasi. Terutama
keterbukaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut tentu
berseberangan dengan UUD 1945 pasal 33. Terlebih lagi dengan adanya Undang-Undang
Penanaman modal di tahun 2007 lalu maka semakin terlihat jelas bahwa ada indikasi untuk
mengalihkan tanggung jawab pemerintah ke penguasa modal (kapitalis).
Hubungannya dengan IFRS adalah keseragaman global menjadikan masyarakat
mudah berburuk sangka bahwa pemegang kebijakan akuntansi di Indonesia adalah
kapitalisme dan mengesampingkan asas perekonomian Indonesia yang terlihat jelas di
Undang-Undang Dasar. Sehingga pada akhirnya akan memunculkan indikasi miring bahwa
Indonesia semakin dekat dengan sistem kapitalisme dan memudahkan investor asing untuk
mengeruk kekayaan di Indonesia.
Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis industri,
jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang dimiliki, dan juga pilihan kebijakan
akuntansi. Adanya perubahan besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi
dan bisnis perusahaan, namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan
prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan
cukup banyak. Tetapi di balik semua perubahan dan dampak yang mungkin terjadi, tidak
dapat dipungkiri dengan adanya IFRS maka dapat memajukan perekonomian global di
Indonesia sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.
Kesiapan pelaku industri juga perlu diperhatikan. Ketidaksiapan industri keuangan
khususnya perbankan dalam mengadopsi standar akuntansi instrumen keuangan PSAK 50
dan PSAK 55 membuat banyak pihak meragukan apakah Indonesia siap dalam mengadopsi
IFRS. PSAK 50 dan PSAK 55 adalah standar akuntansi instrumen keuangan yang diadopsi
dari IAS 32 dan IAS 39 yang sedianya berlaku efektif mulai 1 Januari 2010 akibat desakan
dari pelaku industri yang belum siap menerapkannya kala itu.
11
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
Namun terlepas dari segala kendala yang mengahadang, DSAK-IAI semakin
mengukuhkan niatnya untuk mengadopsi IFRS karena memang IFRS memiliki banyak
kelebihan diantaranya:
1. IFRS dihasilkan oleh suatu lembaga internasional yang independen sehingga
pengaruh kekuatan politik dalam penyusutan standar dapat minimal.
2. Proses pembuatan IFRS lebih kompreherensif melalui riset yang mendalam.
Komentar untuk discussion paper maupun exposure draft keluaran IASB datang dari
seluruh dunia sehingga standar yang dihasilkan lebih mencerminkan kebutuhan
global daripada kebutuhan suatu negara tertentu.
3. IFRS adalah standar yang berbasis prinsip (principle based) sehingga pengaturannya
lebih sederhana dibandingkan dengan standar pelaporan keluaran Amerika Serikat
yang lebih terperinci dan rumit.
4. IFRS mensyaratkan pengungkapan informasi (disclousure) yang lebih detail dan
terrperinci sehingga membantu pengguna laporan keuangan mendapatkan
informasi yang relevan.
5. IFRS semakin diterima oleh banyak negara, terlebih setelah terbukti standar
akuntansi Amerika Serikat tidak mampu membentengi skandal-skandal perusahaan
besar seperti kasus Enron dan Worldcom.
Harmonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar
perusahaan secara sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional (IFRS),
walaupun sekarang memang untuk perusahaan terbuka untuk publik (perusahaan listing)
telah diwajibkan menggunakan IFRS. Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara
keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan
untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan
lainnya.
Usaha-usaha standar internasional ini dilakukan secara sukarela, saat standar
internasional tidak berbeda dengan standar nasional, maka tidak akan ada masalah, yang
menjadi masalah, apabila standar internasional berbeda dengan standar nasional. Bila hal
ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standar nasional (rujukan pertama).
12
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
C. Dampak Konvergensi IFRS pada Profesi Akuntan Publik
Bukan hanya penyusun laporan keuangan yang harus berbenah, kesiapan profesi
akuntan atau profesi lain seperti aktuaris dan jasa penilai juga menjadi sorotan. Mulai dari
berlakunya PSAK 24 Imbalan Kerja tahun 2004 yang menganjurkan jasa aktuaris
independen, standar baru ini cukup mengagetkan profesi aktuaris pada saat itu yang iba-
tiba saja kebanjiran pelanggan. Profesi lainnya seperti jasa penilai properti juga terkena
dampak dari peningkatan penggunaan nilai wajar dalam standar akuntansi meneani aset
tetap dan properti investasi yang dikeluarkan tahun 2008.
Dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan
professional judgment dari auditor, sehingga auditor juga dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan integritasnya. Dalam rules-based system, akuntan dapat
memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga mengurangi ketidakpastian dan
menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara mekanis. Dalam
principles-based system, akuntan akan membuat sejumlah estimasi yang harus dia
pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak judgement professional. Dengan
membandingkan tiga standar, Benneth et al (2006) menyimpulkan bahwa principles-based
mensyaratkan judgement profesional baik pada level transaksi maupun pada level laporan
keuangan. Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak
pada tipe dan jumlah skill profesional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor.
Pengadopsian IFRS menuntut akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman
mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara
tepat dalam pembuatan keputusan serta memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum
membuat judgement. Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis
dan legal dalam implementasi standar. Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang
luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu dinilai
kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut memiliki kemampuan
menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting Standard Committee
13
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
(2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan klien.
Pengadopsian IFRS juga memerlukan peran efektif corporate governance.
Permasalahan mengenai rule-based dan principle-based, termasuk adopsi IFRS,
membuka berbagai peluang riset. Nelson (2003) mereview beberapa bukti empiris dan
menunjukkan bahwa penambahan aturan dapat mempengaruhi presisi suatu standar,
namun juga meningkatkan kompleksitasnya sehingga berpengaruh terhadap perilaku
partisipan dalam proses pelaporan keuangan. Peluang riset berkaitan dampak
pengadopsian IFRS terhadap profesi akuntansi terutama diakibatkan oleh sifat standar
yang memerlukan lebih banyak judgement. Riset judgement bukan riset yang mudah
dilakukan karena merupakan proses kognitif seseorang dalam membuat keputusan. Riset
judgement memerlukan metode riset spesifik seperti survey dan eksperimen. Riset
mengenai dampak pengadopsian IFRS terhadap profesi akuntansi, terutama judgement,
belum banyak dilakukan. Penelitian yang menguji mengenai efek rule-based versus
principle-based telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Psaros & Trotman (2004) menguji
dampak tipe standar terhadap judgement konsolidasi oleh penyusun laporan keuangan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan judgment konsolidasi antara
subyek pada kondisi standar yang rule-based dan concepts-based.
Mengarah kepada profesi akuntan publik, dijelaskan dalam Undang - Undang no. 5
tahun 2011 menjelaskan bahwa jasa akuntan publik merupakan jasa yang digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi dan berpengaruh secara luas dalam era globalisasi yang
memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien
serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Dalam UU
tersebut juga dijelaskan bahwa Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa
utamanya adalah jasa asuransi dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik
sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan.
Profesi Akuntan Publik memiliki yang peranan yang besar dalam mendukung
perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu
informasi dalam bidang keuangan. Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama
dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan
suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk
14
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab
Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau
informasi keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangan
tersebut merupakan tanggung jawab manajemen.
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan
untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik
di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang
Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.
Dalam pengungkapan, penyajian, dan pelaporan akuntansi, seorang akuntan
dituntut lebih transparan dengan berpedoman dengan standar pelaporan yang diakui
secara nasional dan internasional, oleh karena itu IFRS adalah standar pelaporan akuntansi
yang terbaru dan memberikan:
a. Pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
dikenal secara internasional.
b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar
modal secara global.
d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management (manajemen laba).
Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini
menjadi tantangan yang cukup berat bagi akuntan publik untuk sedari dini mengantisipai
implementasi program konvergensi IFRS. Konvergensi IFRS 2012 adalah kesiapan praktisi
akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya
seperti aktuaris dan penilai. Akuntan Publik harus segera mengupdate pengetahuannya
dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS.
Disebutkan bahwa tantangan konvergensi IFRS adalah kesiapan praktisi akuntan
manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti
15
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
aktuaris dan penilai. Akuntan Publik diharapkan dapat segera mengupdate
pengetahuannya sehubungan dengan perubahan SAK, mengupdate SPAP dan
menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Akuntan Manajemen/Perusahaan
dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang
bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap analysis dan
menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk
optimalisasi sumber daya.
Akuntan Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses
konvergensi IFRS untuk mengupdate pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan
silabus serta melakukan berbagai penelitian yang terkait serta Memberikan
input/komentar terhadap ED dan Discussion Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupun
IASB.
Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan
pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi
terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti penilai dan aktuaris.
Asosiasi Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan
perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai
isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan
input/komentar kepada DSAK IAI.
Tantangan Akuntan Publik dalam Menghadapi Era IFRS
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bertekad untuk sudah mulai menghadapi berbagai
tantangan semenjak pertama kali diberlakukannya IFRS yaitu pada tahun 2012 bagi
kalangan akuntansi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyak hal yang perlu diubah dari
prinsip yang saat ini berlaku ke dalam IFRS. Beberapa hal tersebut seperti:
1. Penggunaan Fair-value Basis dalam penilaian aset, baik aset tetap, saham, obligasi
dan lain-lain, sementara sampai dengan saat ini penggunaan harga perolehan masih
menjadi basic mind akuntansi Indonesia.
2. Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca, Rugi-Laba
dan Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Catatan atas Laporan keuangan). Dalam draft
16
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
usulan IFRS menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan
Ekuitas, Cashflow, Catatan atas Laporan keuangan, dan Neraca Komparatif).
Penyajian Neraca dalam IFRS tidak lagi didasarkan pada susunan Aset, Kewajiban
dan Ekuitas, tapi dengan urutan Aset dan Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan,
Perpajakan dan Ekuitas. Laporan Cashflow tidak disajikan berdasarkan kegiatan
Operasional, Investasi dan Pendanaan, melainkan berdasarkan Cashflow Usaha
(Operasional dan investasi), Cashflow perpajakan dan Cashflow penghentian usaha.
3. Perpajakan perusahaan, terutama terkait pajak atas koreksi laba-rugi atas
penerapan IFRS maupun atas revaluasi aktiva berdasarkan fair-value basis
Dengan melihat perbedaan tersebut, bisa dikatakan Akutansi Publik Indonesia
memerlukan dorongan akademisi untuk mengupdate bahan ajar yang merefleksikan
perubahan dunia yang riil dalam lingkungan bisnis agar dapat merefleksikan
perkembangan baru seperti meningkatnya penggunaan IFRS. Tantangan tersebut akan
lebih terasa pada tahun 2015, yaitu pada saat diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) semua Akuntansi Publik ASEAN dapat bekerja di seluruh negara ASEAN, sehingga
meningkatnya persaingan bagi Akuntansi Publik di Indonesia terutama bagi Akuntansi
Publik Asing yang lebih mampu menggunakan IFRS dibandingkan Akuntansi Publik
Indonesia.
17
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
BAB III
KESIMPULAN
Konvergesi IFRS sebagai salah satu upaya Indonesia di bidang ilmu ekonomi
akuntansi dalam menghadapi arus globalisasi yang terus berkembang. Tanpa daya upaya
yang bersatu padu dari berbagai pihak Indonesia tidak akan mampu mencapai ini.
Kehadiran IFRS memberikan dampak yang cukup signifikan dalam dunia bisnis, baik
dampak positif dan negatif. Namun dilihat manfaat dan kerugiannya, konvergensi IFRS di
pandang lebih memberikan dampak positif terhadap perekonomian di Indonesia, hal itulah
yang membuat DSAK hingga saat ini telah hampir menerapkan konvergensi IFRS secara
penuh sejak 2012 lalu dan perusahaan-perusahaan dengan kriteria tertentu diwajibkan
untuk menerapkan standar dengan konvergensi IFRS tersebut.
Tantangan yang nyata bagi profesi Akuntan Publik dalam negeri adalah tuntutan
untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme serta pengetahuannya
tentang standar yang ditetapkan oleh IFRS agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa
dan mengemban kepercayaan publik dan dapat bertahan serta bersaing dengan Akuntan
Publik Asing ditengah persaingan global di masa yang akan datang. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam standar akuntansi sebelumnya dengan sekarang, ditambah lagi dengan
IFRS yang kemungkinan besar akan terus berkembang, maka seorang profesional akuntan
publik harus bersifat agresif dan dinamis mengahadapi pergerakan standar internasional.
18
Pelaporan dan Akuntansi KeuanganDampak Konvergensi IFRS pada Laporan Keuangan & Profesi Akuntan Publik
Oleh: M. Berri Waldy C4C113006
DAFTAR PUSTAKA
Juan, Ng Eng. 2012. Panduan Praktis: Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS. Jakata:
Salemba Empat.
http://ikaismarino.blogspot.com/2013/12/etika-profesi-akuntansi_5835.html
http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?id=92
http://juprilumbantoruan.blogspot.com/2013/11/ifrs-dan-akuntansi-internasional.html
http://lindasarlinda.blogspot.com/2013/11/uu-no-5-dalam-menghadapi-ifrs.html
http://yulikahonosusanti22.blogspot.com/2013/11/review-jurnal-tentang-undang-
undang.html
http://danielanugrah10.wordpress.com/2013/11/30/uu-tentang-kode-etik-akuntan-dalam-
menghadapi-era-ifrs/
http://andrianihere.blogspot.com/