makalah konjungtivitis febriane

20
Pendahuluan Kelaianan pada mata merupakan jenis kelaian yang sering timbul dan seringkali dikeluhkan oleh pasien. Sebab mata merupakan organ tubuh yang sangat penting, sebab tanpa adanya mata maka segala sesuatu aktifitas akan menjadi sulit untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan perhatian khusus terhadap kesehatan mata. Kelaian-kelaian yang seringkali dikeluhkan oleh pasien yakni mata merah, mata gatal, mata berair, nyeri pada mata, serta berbagai keluhan lain yang ada. Namun pada pembahasan ini akan dibahas lebih rinci mengenai konjungtivitis, sesuai dengan kasus yang ada mengenai keluhan mata merah pada kedua mata serta adanya riwayat alergi terhadap udara panas dan debu. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respons alergi. 1-3,5,7 Pada kejadian inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak dan nyeri ditekan. Konjungtivitis viral sering di sebabkan oleh infeksi adenovirus. Konjuntivitis bakteri dan viral sangat menular. Konjungtivitis alergi terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi terhadap allergen lingkungan. Stimulasi fisik oleh benda asing di mata juga akan mengiritasi dan menginflamasi konjungtiva sehingga menyebabkan inflamasi dan nyeri. Anamnesis 2,3 Anamnesis merupakan suatu langkah awal yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai gejala, keadaan pasien, serta kemungkinan jenis penyakit yang

Upload: christinelsi

Post on 11-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lo lee gue gua

TRANSCRIPT

Page 1: makalah konjungtivitis febriane

Pendahuluan

Kelaianan pada mata merupakan jenis kelaian yang sering timbul dan seringkali dikeluhkan

oleh pasien. Sebab mata merupakan organ tubuh yang sangat penting, sebab tanpa adanya

mata maka segala sesuatu aktifitas akan menjadi sulit untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan

perhatian khusus terhadap kesehatan mata. Kelaian-kelaian yang seringkali dikeluhkan oleh

pasien yakni mata merah, mata gatal, mata berair, nyeri pada mata, serta berbagai keluhan

lain yang ada. Namun pada pembahasan ini akan dibahas lebih rinci mengenai konjungtivitis,

sesuai dengan kasus yang ada mengenai keluhan mata merah pada kedua mata serta adanya

riwayat alergi terhadap udara panas dan debu.

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi

fisik, atau respons alergi.1-3,5,7 Pada kejadian inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak

dan nyeri ditekan. Konjungtivitis viral sering di sebabkan oleh infeksi adenovirus.

Konjuntivitis bakteri dan viral sangat menular. Konjungtivitis alergi terjadi sebagai bagian

dari reaksi inflamasi terhadap allergen lingkungan. Stimulasi fisik oleh benda asing di mata

juga akan mengiritasi dan menginflamasi konjungtiva sehingga menyebabkan inflamasi dan

nyeri.

Anamnesis2,3

Anamnesis merupakan suatu langkah awal yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi sebanyak mungkin mengenai gejala, keadaan pasien, serta kemungkinan jenis

penyakit yang diderita. Pada anamnesis umumnya dilakukan dengan memberikan beberapa

pertanyaan yang dapat menyingkirkan differential diagnosis dan mengambil sebuah working

diagnosis. Pertanyaan-pertanyaan yang umumnya diajukan ke pasien atau keluarga pasien

umumnya : 2

Menanyakan identitas pasien secara lengkap

Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke dokter

Menanyakan gejala-gejala lain yang timbul bersamaan dengan keluhan utama

Menanyakan tingkat keparahan gejala yang ditimbulkan

Menanyakan obat-obatan yang telah dikonsumsi bila ada, efek yang ditimbulkan

Menanyakan apakah dulu pernah menderita penyakit serupa, atau menderita penyakit lain

seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung.

Menanyakan apakah keluarga ada yang menderita penyakit serupa

Menanyakan keadan sosio-ekonomi, lingkungan tempat tinggal

Page 2: makalah konjungtivitis febriane

Menanyakan pasien merokok atau minum alkohol atau tidak

Selain dengan anamnesis umum yang sering dan harus dilakukan kepada setiap pasien yang

datang, maka dengan kasus-kasus penyakit tertentu dibutuhkan anamnesis tambahan yang

berguna untuk memperjelas keadaan pasien tersebut. Pada kasus penyakit mata, maka

dibutuhkan beberapa anamnesis tambahan, yang merupakan keluhan-keluhan yang sering

terjadi pada pasien dengan kelainan mata, seperti :2,3

Apakah ada kelopak mata berdenyut?

Apakah ada sakit kepala?

Apakah ada bulu mata rontok/madarosis?

Apakah ada sakit mata saat pergerakan bola mata?

Apakah ada mata merah atau berair?

Apakah ada mata berlendir atau kotor atau belekan?

Apakah ada fotofobia (perasaan silau)?

Apakah ada penglihatan benda yang seolah-olah menjadi lebih kecil/mikropsia?

Apakah ada kelopak mata bengkak?

Apakah ada penglihatan gelap/penglihatan turun mendadak pada salah satu mata atau kedua

mata?

Apakah ada tampakan halo pada sumber cahaya?

Apakah ada astenopia atau kelelahan mata saat membaca?

Apakah ada buta dengan sakit pada mata?

Apakah ada buta senja atau malam?

Untuk melakukan pendiagnosaan terhadap suatu jenis penyakit maka dibutuhkan riwayat atau

keadaan pasien secara rinci, untuk itu dalam melakukan anamnesis terhadap suatu gejala

perlu ditanyakan dari awal mula keluhan, lamanya, progresivitas, faktor yang

memperberat/memperingan serta hubungannya dengan keluhan-keluhan lain.

Pemeriksaan Fisik Umum2

Tindakan pemeriksaan fisik bertujuan untuk melihat keadaan awal pasien saat datang.

Dalam pemeriksaan fisik terhadap pasien maka diperlukan perhatian khusus dalam

melakukan pemeriksaan, selain itu juga dibutuhkan ketelitian dalam memeriksa keseluruhan

berbagai tubuh pasien, sambil berusaha menanyakan keadaan pasien, agar tampak diketahui

respon dari pasien.

Pemeriksaan Fisik Mata1-3

Page 3: makalah konjungtivitis febriane

Pemeriksaan fisik mata adalah serangkaian pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui

keadaan mata secara umum. Pemeriksaan ini dikhususkan pada bagian mata. Langkah

pemeriksaan yang dilakukan yakni :1,3

Ketajaman visus, menggunakan kartu Snellen

Lapang pandang, dengan tes konfrontasi

Palpebra, dilihat apakah ada edema, warna kemerahan, lesi, arah bulu mata, dan

kemampuan palpebra untuk menutup sempurna

Apparatus lakrimalis, dilihat apakah ada pembengkakan pada daerah kelenjar

lakrimalis dan sakus lakrimalis

Konjungtiva dan sclera, dilihat warnanya dan vaskularisasinya, cari setiap nodulus

atau pembengkakan. Pada konjungtiva tarsus superior dicari kelainan seperti folikel,

membran, papil, papil raksasa, pseudomembran, sikatriks, dan simblefaron. Pada

konjungtiva tarsus inferior dicari kelainan seperti folikel, papil, sikatriks, hordeolum,

kalazion. Pada konjungtiva bulbi dilihat ada tidaknya sekret. Bila ada amati warna

sekret, kejernihan, dan volume sekret. Kemudian cari ada tidaknya injeksi

konjungtival, siliar, atau episklera, perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron,

bercak degenerasi, pinguekula, pterigium, dan pseudopterigium.

Kornea, lensa, dan pupil, dengan cahaya yang dipancarkan dari temporal dilihat

apakah ada kekeruhan (opasitas) pada lensa melalui pupil, apakah ada bayangan

berbentuk bulan sabit pada sisi medial, kemudian dilihat ukuran, bentuk dan

kesimetrisan pupil.

Gerakan ekstraokular, dengan mengikuti gerakan jari pemeriksa yang membentuk

huruf H di udara, lihat apakah ada nistagmus, lid lag, dan tanyakan apakah ada rasa

nyeri saat pergerakan.2

Pada konjungtivitis, hasil pemeriksaan fisik bisaanya ditemukan visus yang normal, hiperemi

konjungtiva bulbi, lakrimasi, eksudat, pseudoptosis akibat kelopak mata yang bengkak,

kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, psudomembran, granulasi, flikten dan adenopati

preaurikular.3

Pemeriksaan Penunjang Pada Kelainan Mata1,3,4

Pemeriksan penunjang merupakan pemeriksaan tambahan yang akan dilakukan guna untuk

membantu menegakan diagnosis yang akan diambil. Pada pemeriksaan tambahan ini

Page 4: makalah konjungtivitis febriane

umumnya membutuhkan peralatan yang digunakan untuk membantu mendapatkan hasil

pemeriksaan. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus kelaian mata :

1. Loupe dengan sentolop dan lampu celah (slitlamp)

Loupe merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda menjadi lebih besar dari

ukuran normalnya. Alat ini mempunyai kekuatan 4-6 dioptri. Dengan alat ini maka dengan

jarak tertentu pasien dapat melihat benda menjadi lebih besar dan tanpa perlu mata

berakomodasi. Selain itu, apabila benda disinari dengan sentolop maka benda yang dilihat

pasien akan lebih jelat. Hal ini digunakan sebagai pengganti slitlamp atau lampu celah.

Pemeriksaan ini akan lebih sempurna hasilnya apabila dilakukan dalam kamar pemeriksaan

yang digelapkan.

2. Tonometer

Tonometer merupakan suatu alat pemeriksaan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan

tonometri. Tonometri sendiri merupakan tindakan pemeriksaan yang berguna untuk

mengetahui tekanan intraokular. Pemeriksaan tonometri ini sebaiknya dilakukan kepada

setiap pasien yang berusia lebih dari 20 tahun dan dilakukan secara rutin sebagai sebuah

pemeriksaan fisik umum. Cara melakukan pemeriksaan ini dikenal dengan 4 macam, yakni :

Tonometer digital

Tonometer Schiotz

Tonometer aplanasi

Tonometer Mackay-Mang

3. Oftalmoskop

Oftalmoskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan oftalmoskopi.

Pemeriksaan oftalmoskopi bertujuan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.

Oftalmoskopi dibedakan menjadi oftalmoskopi langsung dan oftalmoskopi tidak langsung.

Oftalmoskopi langsung bertujuan untuk melihat daerah paling perifer sampai daerah ekuator,

tidak stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik, dan perbesaran 15 kali. Sedangkan

dengan oftalmoskopi tidak langsung akan terlihat daerah fundus okuli 8 kali diameter papil,

danpat dilihat sampai daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek

stereoskopik dan dengan perbesaran 2-4 kali. Pemeriksaan dengan oftalmoskop ini dilakukan

dalam kamar gelap.

4. Kamplimeter dan Perimeter

Kedua alat ini merupakan alat untuk pengukur dan pemetaan lapang pandang terutama pada

daerah sentral dan para sentral. Lapang pandang yang dimaksud ini merupakan bagian

ruangan yang dapat terlihat oleh satu mata dalam sikap diam dan memandang lurus ke depan.

Pemeriksaan lapang pandang ini bertujuan untuk mengetahui suatu jenis penyakit atau

Page 5: makalah konjungtivitis febriane

mengetahui progresivitas suatu penyakit. Hasil pemeriksaan lapang pandangan normal yakni

90 derajat temporal, 60 derajat superior, 50 derajat nasal, 70 derajat inferior

5. Fluoresein

Fluoresein merupakan suatu bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari oleh

gelombang biru akan menghasilkan gelombang hijau. Bahan ini dipakai untuk melihat ada

tidaknya defek epitel kornea, fistel kornea atau dengan disuntikan intravena unutk dibuat foto

pembuluh darah retina

6. Uji Anel

Dominique Anel adalah ahli bedah perancis 1679-1730, yang melakukan pemeriksaan fungsi

ekresi lakrimal.1

7. Eksoftalmometer Hertel

Eksoftalmometri merupakan suatu tindapakn mengukur penonjolan bola mata dengan sebuah

alat yang bernama Hertel. Dengan alat ini maka dapat diketahui derajat penonjolan bola mata.

Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm dan beda penonjolan dari 2 mm antara kedua mata

dinyatakan sebagai mata menonjol patologis atau eksoftalmos.

8. Uji Ishihara atau buta warna3,4

Uji ini dilakukan dengan menggunakan kartu ishihara yang merupakan kartu dengan titik-titik

berwarna yang kecerahannya dan bayangannya membentuk angka, huruf atau lainnya.

9. Amsler Grid, uji kisi-kisi Amsler

Alat ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui fungsi penglihatan sentral

makula.

10. Papan Placido

Papan placido merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan permukaan

kornea. Papan placido ini merupakan sebuah papan yang mempunyai gambaran garis hitam

yang melingkar konsentris dengan lobang kecil yang terdapat pada bagian sentralnya.

11. Gonioskopi

Lensa gonioskopi merupakan suatu alat yang digunakan untuk melihat keadaan sudut bilik

mata yang dapat menimbulkan glaukoma. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada setiap kasus

kelainan mata yang dicurigai terjadinya glaukoma.

12. Uji Ultrasonografi4

Ultrasonografi merupakan tindakan pemeriksaan mata yang dipakai untuk melihat struktur

abnormal yang terjadi pada mata dengan kepadatan kekeruhan media dimana tidak

dimungkinkan untuk melihatnya dengan mata secara langsung. Cara mengetahui hasilnya

adalah dengan melihat adanya gambaran ultrasonigrafi yang telah terekam dengan adanya

pantulan getaran yang berbeda-beda. Proses kerja alat ini adalah dengan melihat dan

memotret jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang yang tidak dapat terdengar,

Page 6: makalah konjungtivitis febriane

pemeriksaan ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokuler. USG mata ini

umumnya dilakukan pada pasien yang terduga menderita katarak.

13. Elektroretinografi

Elektroretinografi merupakan suatu pemeriksaan terhadap retina dengan melihat hasil

rekaman gelombang listrik retina yang terjadi pada perubahan sinar. ERG ini berguna untuk

menilai kerusakan luas pada retina

14. Visual evoked response

Rangsangan pada mata akan menimbulkan rangsangan pada jalur penglihatan hingga korteks

oksipital. Pada pemeriksaan ini akan dilihat perbedaan besar rangsangan pada kedua mata,

sehingga akan diketahui adanya gangguan rangsangan atau penglihatan pada seseorang.

15. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan sekret mata untuk mengetahui

penyebab sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi organism bakteri atau

pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi sel. Dari pulasan Giemsa ini

didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:

Limfosit dan monosit pada infeksi virus

Leukosit PMN pada infeksi bakteri

Eosinofil dan basofil pada alergi

Sel epitel dengan badan inklusi pada sitoplasma basofil pada klamidia

Sel raksasa multinuclear pada herpes

Sel Leber – makrofag raksasa oleh trakoma1

Working diagnosis : Konjungtivitis Viral

Konjungtivitis viral merupakan suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai

jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai

infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri.1

Pasien dengan konjungtivitis viral didapat dengan gejala okular saja atau dengan infeksi

saluran napas atas yang menyertai. Konjungtivitis viral sering timbul unilateral, tetapi sering

menimbulkan mata kontralateral setelah pasien menyentuh mata yang tidak sakit tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu. Pasien mengeluhkan adanya injeksi konjungtiva, sekret dan

pruritus. Pada pemeriksaan fisik, injeksi sklera, epifora, kemosis, perdarahan subkonjungtiva

dan eritema serta edema kelopak mata juga sering terjadi, tetapi bukan merupakan temuan

yang spesifik.2

Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:

Page 7: makalah konjungtivitis febriane

1. Demam faringokonjungtiva

2. Keratokonjungtivitis epidemik

3. Konjungtivitis herpetik

4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut3

Differential Diagnosis:

Konjungtivitis Bakteri

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri: akut (termasuk hiperakut dan subakut)

dan kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung

< 14 hari. Beberapa bekteri penyebab konjungtivitis bakteri akut antara lain Streptococcus

pneumonia dan Haemophilus aegyptus. Pengobatan dengan salah satu obat antibakteri yang

tersedia biasanya menyembuhkan dalam beberapa hari. Sebaliknya konjungtivitis hiperakut

(purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoae dapat menimbulkan komplikasi mata

berat jika tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit

palpebra atau obstruksi duktus nasolakrimalis. Bakteri penyebab konjungtivitis bakteri kronik

yakni Staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata. 1

Umumnya konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran

pembuluh darah (injeksi) bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat

bangun tidur dan kadang-kadang edema palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan

melalui tangan menular ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda

yang dapat menyebarkan kuman. 1

Pengobatan dapat diberikan antibiotika tetes mata dan atau salep mata. Dosis

pemberian: bila konjungtivitis ringan: berikan 4 kali 2 tetes per hari, bila berat: 6 kali 2 tetes

per hari / lebih. Contohnya kloramfenikol, tetrasiklin, gentamisin, tobramisin, ciprofloksasin,

ofloxasin. Tetes mata memberikan efek cepat (lebih kurang 5-10 menit) sudah sampai dan

memeberi efek terapi pada daerah yang terinfeksi, sedangkan salep mata memberikan efek

setelah 2-4 jam, sehingga salep mata dapat diberikan bila menginginkan berefek yang agak

lama onsetnya, misalnya malam hari sebelum tidur. Obat tetes mata/salep mata campuran

antibiotika + steroid dapat digunakan bila tidak ada kontraindikasi. Steroid mempunyai efek

samping yang berbahaya bila digunakan secara berulang kali dan berlebihan dalam waktu

yang lama. Efek samping steroid tetes adalah katarak dan glaucoma. Pemakaian oral jangka

panjang efek samping moon face, osteoporosis, menopause dini dan sebagainya.

Kontraindikasi steroid yakni virus dan jamur.4

Konjungtivitis Alergi

Page 8: makalah konjungtivitis febriane

Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa

reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti

pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Gejala utama penyakit ini adalah radang

(merah, sakit, bengkak, panas), gatal, silau berupalang dan menahun. Tanda karakteristik

lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang bermusim yang dapat

mengganggu penglihatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel

plasma, limfosit dan basofil.3

Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan

memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul

dengan kompres air dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat

diberikan antihistamin dan steroid sistemik.3 Ada beberapa macam konjungtivitis alergi,

yakni seasonal conjungtivitis, perenial conjungtivitis, konjungtivitis vernal, konjungtivitis

atopic, konjungtivitis alergika.

Tabel Diagnosis Banding Konjungtivitis Gambaran Klinis3

Tanda Viral Bacterial Alergik

Injeksi Konjungtivitis Sedang Mencolok Ringan-sedang

Hemoragi + + -

Kemosis +/- ++ +/-

Eksudat Jarang, air Purulen atau

mukopurulen

Berserabut (lengket)

putih

Pseudomembran +/- +/- -

Papil - +/- +

Folikel + - -

Tabel Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis yang Lazim3

Klinik dan Sitologi Viral Bakteri Alergi

Gatal Minim Minim Hebat

Hiperemia Umum Umum Umum

Air mata Profuse Sedang Sedang

Eksudasi Minim Mengucur Minim

Adenopati-

preaurikular

Lazim Jarang Tidak ada

Pewarnaan Kerokan Monosit Bakteri, PMN Eosinofil

Page 9: makalah konjungtivitis febriane

dan eksudat

Sakit tenggorokan,

panas yang menyertai

Kadang Kadang Tidak pernah

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis konjungtivitis viral secara umum, yakni adanya pembengkakan, hangat,

rasa tidak nyaman pada mata yang terinfeksi. Visus mata normal, dapat terjadi unilateral

maupun bilateral. Mungkin infeksi pernapasan sedang berlangsung atau sebelumnya terpapar

dengan penderita mata mereah. Konjungtiva mengalami hiperemia difus. Kelopak mata

terlihat bengkak. Terdapat nodul pada preaurikular.5

Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:

1. Demam faringokonjungtiva

Demam faringokonjungtiva ditandai dengan demam 38,3-400C, sakit tenggorokan dan

konjungtivitis folikular pada satu atau dua mata. Folikel sangat sering mencolok pada

kedua konjungtiva dan mukosa faring. Penyakit ini bias unilateral maupun bilateral.

Mata merah sering terjadi, selain itu mungkin ada keratitis epitel superficial untuk

sementara dan sesekali terdapat sedikit kekeruhan di subepitel. Yang khas adalah

limfadenopati preaurikular (tidak nyeri tekan). Sindrom ini mungkin tidak lengkap,

hanya terdiri atas satu atau dua tanda utama (demam, faringitis, konjungtivitis).

Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa dan mudah menular

di kolam renang berklor rendah. Tidak ada pengobatan spesifik, tetapi konjungtivitis

umumnya sembuh sendiri kira-kira dalam 10 hari.1,3

2. Keratokonjungtivitis epidemik

Keratokonjungtivitis epidemik umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata

saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya, terdapat injeksi

konjungtiva, nyeri sedang, dan berair mata; dalam 5-14 hari akan diikuti oleh

fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel yang bulat. Sensasi kornea normal

dan nodus preaurikular dengan nyeri tekan yang khas. Edema palpebra, kemosis dan

hyperemia konjungtiva menandai fase akut dengan folikel dan perdarahan

konjungtiva yang sering muncul dalam 48 jam. Konjungtivitis epidemika pada orang

dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-

Page 10: makalah konjungtivitis febriane

gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media dan

diare.1,3

3. Konjungtivitis herpetic 3

Konjungtivitis herpetic dapat merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada

anak-anak yang mendapat infeksi dan pembawa virus berlangsung 2-3 minggu.

Ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi, secret mukosa, nyeri dan fotofobia ringan.

Keadaan ini disertai dengan keratitis herpes simpleks, dengan vesikel pada kornea

yang dapat membentuk gambaran dendrite. Vesikel-vesikel herpes terkadang muncul

di palpebra dan tepi palpebra disertai edema palpebra hebat, dengan pembesaran

kelenjar preaurikular disertai nyeri tekan.

4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut1,3

Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat

(5-7 hari). Gejala dan tanda yang biasa berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing,

banyak mengeluarkan air mata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan

subkonjungtiva kadang-kadang juga terjadi kemosis. Perdarahan subkonjungtiva

umumnya difus, tetapi awalnya dapat berupa bintik-bintik; mulai dari konjungtiva

bulbaris superior dan menyebar ke bawah. Kebanyakan pasien mengalami

limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epitel. Virus ini

ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh benda penular seperti

seprai, alat-alat optic yang terkontaminasi dan air. Tidak ada pengobatan yang pasti

2.5 Etiologi 1,3

Adapun etiologi konjungtivitis berdasarkan macamnya.

1. Demam faringokonjungtiva, oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7

2. Keratokonjungtivitis epidemik, oleh adenovirus tipe 8 dan 19

3. Konjungtivitis herpetik, oleh Virus Herpes Simpleks

4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut, oleh enterovirus tipe 70

2.7 Epidemiologi6

Konjungtivitis viral merupakan penyakit mata umum yang tersebar di seluruh dunia. Infeksi

virus umumnya menyebar pada keluarga, sekolah, kantor dan asrama militer. Konjungtivitis

viral terjadi sama banyak pada laki-laki dan perempuan. Konjungtivitis viral dapat

menyerang semua kelompok umur, tergantung etiologi viral spesifik. Biasanya adenovirus

Page 11: makalah konjungtivitis febriane

menginfeksi kelompok umur 20-40 tahun. HSV dan VZV biasanya menginfeksi anak-anak

dan bayi.

2.8 Penatalaksanaan7

Medika

Penatalaksanaan Konjungtivitis viral biasanya dilakukan dengan obat tetes mata dan bilasan

mata pada tahap awal. Infeksi berat yang melibatkan Virus Herpes Simpleks menggunakan

antiviral oral. Obat-obat yang termasuk Zovirax, Dendrid, Viroptic and Vira-A. Pemberian

terapi suportif-paliativ, yaitu obat untuk panas badan, pegal-pagal, roborantia (vitamin) untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.

2.9 Pencegahan4

Pencegahan kepada keluarga / masyarakat sekitar:

- Orang sakit jangan tidur bersama orang sehat

- Pisahkan alat-alat yang biasa digunakan sehari-hari

- Seluruh anggota keluarga di rumah sering mencuci tangan

- Handuk mandi orang sakit jangan ditumpuk dengan handuk orang sehat

- Istirahat yang cukup

- Jangan kompres mata dan mata tidak perlu dicuci/diguyur dengan cairan-cairan

pencuci mata.

2.10 Komplikasi7

Bila penyakit ini diabaikan dan tidak dibiarkan tidak diobati dalam waktu yang lama, maka

akan menimbulkan komplikasi seperti keratokonjungtivitis dan blepharitis. Beberapa tipe

virus dapat menginfeksi bagian yang lebih dalam mata sehingga menimbulkan keratitis atau

radang kornea sehingga menyebabkan gangguan visus bahkan jaringan parut pada kelopak

mata pada beberapa kasus.

2.11 Prognosis

Dubia at bonam.

Page 12: makalah konjungtivitis febriane

3. Penutup

Konjungtivitis merupakan radang yang terjadi pada konjungtiva mata. Pada umumnya

konjungtivitis ditandai dengan mata merah, tanpa adanya gangguan penglihatan.

Konjungtivitis disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, misalnya bakteri, virus, jamur,

maupun alergi. Konjungtivitis viral ditandai dengan mata merah, lakrimasi, edema palpebra,

limfadenopati preaurikular. Konjungtivitas viral merupakan konjungtivitis yang disebabkan

oleh virus. Penatalaksanaanya dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari, akan tetapi dapat

juga diberikan obat tetes mata maupun antiviral oral. Penggunaan kortikosteroid

dikontraindikasikan penggunaannya, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

virus.

Daftar Pustaka

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006.

h.35-6, 109-48.

Page 13: makalah konjungtivitis febriane

2. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-

8. Jakarta: EGC, 2009. h.147-57.

3. Riordan-Eva P, Whitches JP. Vaughan & asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17.

Jakarta: EGC, 2009. h.97-124.

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systematic approach. Edisi ke-7.

China: Elsevier Saunders, 2011. h.25-9.

5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2012. h.120-

37

6. Utama H. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008. h.28-9

7. Wijana N. Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-1. Jakarta: EGC, 2003.

h.41-69.

8. Greenberg, M.I. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, jilid 1. Jakarta: Erlangga; 2008.