makalah kloning dalam perspektif biologi dan islam
DESCRIPTION
kloningTRANSCRIPT
MAKALAH AL – ISLAM III
“ KLONING DALAM PERSPEKTIF BIOLOGI DAN ISLAM ”
OLEH:
TRI GOVAL PUTRA YURIS
VINA GITA UTARI
NANDA RISKI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
TA. 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang, di Negara–Negara maju dan berkembang bioteknologi
berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai
macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan
pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk
memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan. Selain itu Hal–hal yang mendorong perkembangan bioteknologi ini adalah
untuk meningkatkan mutu baik itu dalam bidang pangan, medis, maupun bidang kehidupan
lainnya. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu
organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada
organisme tersebut. Salah satu penerapan bidang bioteknologi yang sering dibicarakan
orang yaitu Kloning.
Islam merupakan jalan hidup yang harus diikuti oleh seluruh umat Islam untuk
merealisasikan seluruh kehendak Tuhan di muka bumi. Oleh karena itu,segala aktivitas
umat Islam harus didasarkan pada prinsip syariat Islam yang asasi, yaitu dengan Al-Qur’an
dan Hadist. Kedua asas tersebut diyakini akan tetap mampu menjawab segala tantangan
zaman hingga hari kiamat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
salah satu bukti bahwa Al-Qur’an dan Hadist, sebagai sumber utama hukum Islam, perlu
diinterpretasi ulang agar tetap mampu memberikan respon terhadap problematika
kehidupan yang dihadapi umat Islam saat ini. Kloning yang merupakan salah satu wacana
ilmu pengetahuan mutakhir yang sulit dirujuk secara langsung kepada Al-Qur’an dan
Hadist.Konsekuensinya, para fuqaha diharuskan mencari referensi alternatif untuk
menjawabpersoalan tersebut. Dengan menggunakan berbagai referensi yang cukup
variatif,merekapun memberikan jawaban yang saling berbeda antara satu dengan yang
lainnya,bahkan tidak jarang penuh dengan nuansa spekulatif.Terkait dengan masalah
kloning, Islam tidak boleh berdiam diri dan bersikap statis. Penerapan tekhnologi biologi ini
memang pada mulanya hanya menyentuh ranah pengetahuan ilmiah belaka karena ia
dihasilkan melalui proses (scienceexploration). Tetapi secara langsung maupun tidak
langsung, kloning dapat sajamemporak-porandakan sendi-sendi ajaran agama dan etika
universal. Pada tataran ini kloning tidak saja berada pada ranah ilmu pengetahuan, tetapi
lebih jauh dari itu ia telah melakukan loncatan yang cukup jauh terhadap disiplin ilmu lain
seperti etika, social,ekonomi, gender, dan juga ilmu agama.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang bisa penulis
angkat yaitu:
1 Bagaimana definisi dan sejarah kloning?
2 Apa saja jenis – jenis kloning?
3 Bagaimana perspektif kloning dalam ilmu biologi ?
4 Bagaimana perspektif kloning dalam islam ?
5 Apa saja manfaat dilakukannya kloning ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui sejarah dan definisi kloning
2. Untuk mengetahui jenis – jenis kloning
3. Untuk mengetahui perspektif kloning dalam ilmu biologi
4. Untuk mengetahui perspektif kloning dalam islam
5. Untuk mengetahui manfaat dilakukannya kloning
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Sejarah dan Definisi Kloning
Definisi
Kloning berasal dari kata ‘Clone” yang diturunkan dari bahasa Yunani “Klon” yang
artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Secara definisi, Kloning
adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetic sama persis
(identik). Sedangkan istilah klon adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuh-
tumbuhan yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan berasal dari satu induk yang
sama. Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai susunan dan jumlah gen yang sama
dan kemungkinan besar fenotipnya juga sama. Cloning didasarkan pada prinsip bahwa
setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan totipotensi yang artinya setiap sel
mempunyai kemampuan untuk menjadi individu.
Sejarah Kloning
Kata kloning, dari kata Inggris clone, pertama kali diusulkan oleh Herbert Webber
pada tahun 1903 untuk mengistilahkan sekelompok makhluk hidup yang dilahirkan tanpa
proses seksual dari satu induk. Kloning sebagai prosedur perbanyakan non-seksual telah
sukses dilakukan sejak tahun 1952 oleh Briggs dan King, dan disempurnakan di Oxford oleh
Sir John Gurdon tahun 1962-1966.
Kloning dapat berupa klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat
genetiknya, semua berasal dari satu sel, dan klon gen atau molecular, yaitu sekelompok
salinan gen yang bersifat identik yang direplikasi dari satu gen yang dimasukkan ke dalam
sel inang.
1. Kloning sel
Kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk hidup dengan
menggunakan bahan genetis dari sel makhluk itu sendiri.
1997 Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Edinburgh, Inggris,
mengklon domba dari sel epitel ambing (sel payudara) seekor domba lainnya.Wilmut
pertama mengambil sel epitel ambing seekor domba jenis Finn Dorset berumur enam tahun
yang sedang hamil. Kemudian sel ambing itu dikultur dalam cawan petri dengan sumber
makanan yang terbatas. Karena kelaparan sel itu berhenti berkembang atau mematikan
aktivitas gennya.Sementara itu mereka juga mengambil sel telur yang belum dibuahi dari
seekor domba betina jenis Blackface. Inti sel telur yang bisa membelah menjadi domba
dewasa setelah dibuahi itu kemudian diambil, sekarang sel telur itu kosong, hanya berisi
organela dan plasma sel saja.
Selanjutnya dua sel itu didekatkan satu dengan lainya. Kejutan aliran listrik
membuat kedua sel itu bergabung seperti dua gelembung sabun. Kejutan aliran listrik kedua
meniru energi alami yang muncul ketika telur dibuahi oleh sperma, sehingga sel telur
dengan inti baru itu merasa telah dibuahi. Kejutan aliran listrik itu telah mengubah sel telur
dengan inti baru itu seakan-akan menjadi sel embrio. Kurang lebih enam hari kemudian, sel
embrio bohongan itu disuntikkan ke dalam rahim seekor domba betina Blackface lainnya
yang kemudian mengandung. Setelah mengandung selama 148 hari induk domba titipan ini
melahirkan Dolly, seekor domba lucu seberat 6,6 kilogram yang secara genetis persis
dengan domba jenis Finn Dorset pemilik inti sel ambing.
2. Sel Eukariotik
Secara taksonomi eukariotik dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-
masing hewan (animalia), tumbuhan (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang terdiri
atas alga dan protozoa. Salah satu ciri sel eukariotik adalah adanya organel-organel
subseluler dengan fungsi-fungsi metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap organel ini
terbungkus dalam suatu membran. Sel eukariotik pada umumnya lebih besar daripada sel
prokariotik. Diameternya berkisar dari 10 hingga 100 µm. Seperti halnya sel prokariotik, sel
eukariotik diselimuti oleh membran plasma. Pada tumbuhan dan kebanyakan fungi serta
protista terdapat juga dinding sel yang kuat di sebelah luar membran plasma. Di dalam
sitoplasma sel eukariotik selain terdapat organel dan ribosom, juga dijumpai adanya
serabut-serabut protein yang disebut sitoskeleton. Serabut-serabut yang terutama
berfungsi untuk mengatur bentuk dan pergerakan sel ini terdiri atas mikrotubul (tersusun
dari tubulin) dan mikrofilamen (tersusun dari aktin).
2.2Jenis – Jenis Kloning
Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa
fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang sama
dan kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama. Berdasarkan pengertian diatas,
terdapat beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain :
1. Kloning DNA Rekombinan
Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid suatu sel bakteri.
DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi (memperbanyak diri) dan diturunkan pada sel
anak pada waktu sel tersebut membelah. Gen asing ini tetap melakukan fungsi seperti sel
asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri. Pembentukan DNA rekombinan ini disebut
juga rekayasa genetika. Perekayasaan genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan
hanya menghilangkan, menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang basa
nukleotida penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan enzim
untuk memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang disisipkan itu ke
plasmid.
Beberapa jenis bakteri mempunyai sejumlah molekul DNA melingkar yang
ukurannya kecil sekali, hanya mengandung beberapa ribu pasang basa, selain mempunyai
kromosom utama dengan 4 juta pasang basa. Kromosom mini ini dinamakan juga plasmid.
Plasmid dapat bereplikasi secara otonom. Plasmid ini merupakan elemen genetis yang tidak
berhubungan dengan kromosom utama dan mengandung gen-gen yang resisten terhadap
antibiotik, antara lain yaitu antibiotik tetrasiklin dan ampisilin). Keresistenan terhadap
antibiotik memerlukan sejumlah enzim yang secara kimiawi dapat menetralisir antibiotik
tersebut.
Dengan menempatkan gen pada plasmid, masing-masing gen ada dalam salinan
(copy) sejumlah plasmid tertentu yang dinamakan episom. Plasmid ini mampu bergerak
mendekati dan menjauhi elemen kromosom utama. Hal ini menunjukkan bahwa plasmid
memiliki elemen-elemen genetis yang bergerak, yang dilakukan melalui fusi secara bebas
dari dua unit DNA replikasi (replikon). Plasmid dapat diintegrasikan (dimasukkan) ke dalam
kromosom bakteri dan dapat dipindahkan dari satu sel bakteri ke bakteri yang lain melalui
transformasi, jika kromosom sel-sel tersebut merupakan pasangannya.
Transformasi adalah pemindahan satu sifat mikroba melalui bagian DNA tertentu dari
mikroba. Oleh karena DNA plasmid sangat kecil daripada fragmen DNA kromosom, maka
dapat dengan mudah dipisahkan dan dimurnikan. Di dalam laboratorium, jika plasmid
dicampurkan dengan bakteri, dengan adanya ion Ca++, DNA plasmid tersedot ke dalam sel
bakteri, sehingga bakteri mengandung plasmid yang tersedot tersebut. Sel bakteri
mempunyai satu bentuk plasmid. Kenyataannya bahwa enzim Eco Ri menghasilkan
potongan ujung khusus yang kohesif yang selanjutnya merupakan metode praktis untuk
kloning fragmen DNA. Cara yang penting adalah memasukkan suatu fragmen DNA yang
telah dipotong dengan enzim restriksi Eco Ri ke dalam plasmid hibrid yang dapat digunakan
untuk mempengaruhi bakteri. Masing-masing sel bakteri memperoleh satu sel plasmid
rekombinan yang mengandung fragmen DNA asing yang dimasukkan.
Penggunaan antibiotik secara ekstensif dan penyalahgunaan antibiotik dalam
pengobatan manusia dan hewan ternak menyebabkan strain bakteri alami menjadi resisten
terhadap kebanyakan antibiotik yang bersifat umum. Biasanya keresistenan ini tergantung
pada respon (tanggapan) plasmid bakteri yang mempunyai enzim khusus yang dapat
menguraikan antibiotik. Jika digunakan plasmid yang resisten antibiotik bersama-sama
dengan sel bakteri yang plasmidnya sensitive terhadap antibiotik, dengan memasukkan
plasmid resisten terhadap antibiotik yang mengandung gen rekombinan, plasmid ini dapat
dideteksi dengan mudah. Plasmid pbR 322 adalah salah satu contoh plasmid yang
mengandung gen resisten terhadap dua jenis antibiotik yaitu ampisilin dan tetrasiklin. Selain
itu tempat untuk enzim restriksi bekerja berada di antara gen-gen yang resisten terhadap
antibiotik tersebut (lihat Gambar 2). Dengan demikian, jika sepotong DNA asing
dikombinasikan ke dalam satu atau lebih gen resisten antibiotik, gen tersebut tidak akan
aktif. Hal ini berarti bahwa keberhasilan pemotongan DNA asing ke dalam satu gen resisten
antibiotik dengan mudah dideteksi. Potensi genetis untuk resisten tersebut dieleminir. Jika
plasmid dimasukkan ke dalam sel bakteri (hos), bakteri akan memperoleh keresistenan
khusus yang kedua karena gen tersebut masih utuh..
Plasmid yang membawa gen resisten antibiotik itu tersebar luas di alam dan plasmid
tersebut dimutasikan agar tidak dapat bergerak secara spontan dari satu sel ke sel yang
lain. Dengan menggunakan strain bakteri tertentu, percobaan dengan menggunakan
plasmid yang resisten obat sangat berguna tanpa menimbulkan resiko yang berarti. Plasmid
yang pertama kali dipakai sebagai vektor untuk rekombinan DNA adalah plasmid dari sel
bakteri Escherichia coli. Plasmid ragi Saccharomyces cerevisiae, dan plasmid bakteri
Bacillus subtilis dan virus saat ini juga digunakan sebagai vektor untuk rekombinan DNA.
Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang diinginkan atau DNA
sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut. DNA plasmid vektor harus dimurnikan dan
dipotong dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke
molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang
sama. Reaksi pemotongan dan penggabungan harus dipantau dengan menggunakan
elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus ditransformasikan ke E. coli atau ke vektor
lainnya.
Rekayasa genetik dengan menggunakan plasmid bakteri E. coli dapat dilakukan
sebagai berikut.
1. Menentukan gen yang diinginkan untuk disisipkan, misalnya gen pengkode hormone
insulin dari sel-sel pankreas manusia atau gen pengkode hormone pertumbuhan dari
kelenjar pituitari. Kromosom sel-sel pankreas dikeluarkan dengan memecah membran
plasma. Membran plasma ini dipecah dengan diberi kejutan listrik atau dengan
pemberian zat kimia yaitu polietilen glikol atau kalsium klorida (CaCl2), sehingga
kromosom dapat keluar dari sel pankreas.
2. Kromosom yang diinginkan tadi dipotong dengan menggunakan enzim restriksi
endonuklease untuk melepaskan bagian DNA yang diinginkan, kemudian memurnikan
DNA tersebut. Elektroforesis dapat juga digunakan untuk persiapan memurnikan
fragmen DNA tertentu, selain digunakan untuk menganalisis.
3. Mengektraksi plasmid dari sel bakteri. Plasmid dipisahkan dari sel dengan cara
memecah dinding sel bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan deterjen
atau dengan enzim lisozim, kemudian dilisis dengan natrium hidroksida (NaOH) dan
larutan dedosil sulfat. DNA kromosom akan menggumpal dan dinetralisir dengan
natrium asetat. DNA plasmid ini akan menggumpal membentuk jaring-jaring dan dengan
mudah mengendap. Untuk memisahkan DNA ini dilakukan sentrifugasi.
4. Cairan yang mengandung plasmid ini dijenuhkan dengan pengendapan etanol. DNA
plasmid yang dimurnikan dengan filtrasi gel. Plasmid yang berbentuk lingkaran itu
dipotong dengan enzim restriksi endonuklease yaitu enzim yang sama digunakan untuk
memotong DNA pankreas. Enzim ini memecah ikatan fosfodiester pada molekul DNA.
Endonuklease memecah asam nukleat pada posisi internal, sedangkan enzim
eksonuklase memecah molekul DNA dari ujung molekulnya.
5. Kemudian pemasangan gen pengkode yang diinginkan tadi ke dalam plasmid dengan
menggunakan enzim ligase yang fungsinya menggabungkan ikatan fosfodiester antara
fragmen ujung-ujung yang terpotong tadi. Proses penyambungan tersebut disebut ligasi.
Karena enzim yang digunakan untuk memotong DNA sel pankreas dan plasmid sama
jenisnya, akan menghasilkan ujung-ujung yang lengket yang sama strukturnya,
sehingga penyambungannya akan menyatu sempurna. Suhu optimum untuk ligasi
adalah 37oC, tetapi ikatannya tidak stabil. Ligasi akan berhasil jika dilakukan pada suhu
4o-150oC.
6. Plasmid yang telah disisipi gen pengkode yang diinginkan itu dimasukkan ke dalam sel
bakteri coli dengan cara tranformasi. Transformasi dilakukan dengan memasukkan
bakteri E. coli ke dalam larutan CaCl2 sehingga terbentuk lubang-lubang sementara,
sehingga plasmid dapat masuk ke dalam sel bakteri. Diharapkan bakteri yang telah
disisipi gen tersebut mewarisi sifat gen baru, sehingga bakteri yang telah disisipi dengan
gen pengkode insulin dapatm memproduksi insulin.
7. Langkah selanjutnya adalah mengembangbiakkan bakteri hasil rekayasa dalam tabung
fermentasi yang berisi medium untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri E.
coli untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak. Insulin yang terbentuk
kemudian dipisahkan dari senyawa yang lain.
2. Kloning Kesehatan (Terapeutic Cloning)
Kloning terapeutik bagian dari terapi sel punca yang bertujuan untuk menghindari
adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien pada saat dilakukan terapi. Kloning
terapeutik dilakukan dengan sel induk, dimaksudkan untuk tujuan terapeutik (penyembuhan)
dan riset medis, bukan untuk menciptakan manusia baru. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan teknologi SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer). Sel punca memiliki potensi
yang sangat menjanjikan untuk terapi berbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan
baru untuk mengobatinya. Sampai saat ini, ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi
dengan penggunaan sel punca, di antaranya adalah:
1. Penyakit autoimun,
2. Penyakit degeneratif, contoh stroke, Parkinson, Alzhimer.
3. Penyakit kanker, contoh leukemia.
Sel punca embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai
macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, dan sebagainya.
Oleh karena itu, sel punca embrionik dapat digunakan untuk transplantasi jaringan yang
rusak. Selain itu, sel punca embrionik memiliki tingkat imunogenisitas yang rendah selama
belum mengalami diferensiasi. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya graft versus
host disease (GVHD) adalah dengan menggunakan sel punca embrionik dengan sel somatik
yang bersumber dari pasien itu sendiri sehingga tidak akan ada penolakan lagi terhadap
sistem imunnya. Dengan menggunakan teknologi SCNT, sel punca embrionik yang
dihasilkan akan identik dengan induknya (dalam hal ini adalah pasien itu sendiri). Hal itu
mengakibatkan tidak akan adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien apabila
dilakukan transplantasi.
Secara teoritis, teknik SCNT memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan karena
dapat dipergunakan untuk transplantasi berbagai organ dan jaringan pada manusia. Secara
singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada manusia Pertama mengambil
biopsi sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel somatik tersebut ditransfer ke dalam sel
telur donor yang telah dikeluarkan intinya (unfertilized enucleated oocyte). Sel telur hasil
manipulasi dikultur sampai ke tahapan tertentu dan setelah mengalami berbagai proses
akan didapatkan sel punca embrionik. Sel punca embrionik ini diarahkan perkembangannya
menjadi suatu jaringan atau organ tertentu yang akan dapat digunakan untuk transplantasi
jaringan atau organ dan tidak akan mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri
(immunologically compatible transplant). Dengan menggunakan bantuan mikroskop,
pergerakan sel telur ditahan dengan holding pipette. Kemudian, DNA dari sel somatik pasien
(yang berada di dalam injection pipette) diintroduksikan ke dalam sel telur enucleated. Sel
telur hasil manipulasi dikultur secara in vitro menjadi blastosit selama 5-6 hari. Lalu, inner
cell mass diisolasi dan dikultur di cawan petri sehingga akan berkembang menjadi sel punca
embrionik yang memiliki profil imunologi yang sama dengan pasien.
3. Kloning Reproduksi (Reproductive Cloning)
Kloning reproduktif pertama kali dilakukan oleh seorang Ilmuan Inggris, John
Gurdon. Beliau berhasil melakukan kloning pada katak. Kemudian para peneliti dengan
antusias melakukan percobaan lain pada mamalia. Sampai dengan tahun 1996 tepatnya 5
Juli, Ian Wilmut dan para peneliti yang lain dari Roslin Institute di Edinburg (Skotlandia)
berhasil menciptakan biri-biri yang diberi nama Dolly, akan tetapi penelitian ini dikatakan
belum berhasil karena Dolly yang seharusnya dapat mencapai umur 11 tahun ternyata
hanya dapat mencapai umur 6 tahun. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Dolly
mengalami penuaan dini, menderita penyakit radang sendi, dan infeksi paru kronis.
Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu baru atau teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan yang
sama dengan menggunakan teknik SCNT. Genetika individu klon tidak seluruhnya memiliki
kesamaan dengan sang induk, persamaan genetika individu klon dengan induknya hanya
terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom. Individu klon juga memiliki material
genetik lainnya yang berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma. Teknologi kloning
reproduktif dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka
ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju keberhasilan teknologi ini
sangatlah rendah seperti pada contoh yaitu Domba Dolly merupakan contoh kloning
reproduktif yang satu-satunya klon yang berhasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan.
Pada kloning reproduktif ini sel donor yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan
ke enucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio konstruksi secara kimiawi atau
mekanik mengakibatkan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap blastosit.
Kemudian, embrio dimplantasikan ke dalam rahim untuk dilahirkan secara normal. Berbeda
pada kloning kesehatan yang setelah embrio mencapai tahapan blastosit, embrio dikultur
secara in vitro untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk kegunaan terapeutik
atau kesehatan.
Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi jumlahnya cukup banyak, di
antaranya adalah domba, sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit. Sementara itu, tingkat
keberhasilan kloning masih rendah pada hewan anjing, ayam, kuda, dan primata. Masalah
yang kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah biaya dan efisiensinya. Penelitian
dalam kloning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan tingkat kegagalannya
tinggi. Di samping tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon cenderung mengalami
masalah defisiensi sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor,
dan kelainan-kelainan lainnya. Penyebab timbulnya berbagai masalah di atas adalah
adanya kesalahan saat pemrograman material genetik (reprogramming) dari sel donor.
Kesalahan pengkopian DNA dari sel donor atau yang lebih dikenal dengan sebutan genomic
imprinting akan mengakibatkan terjadinya perkembangan embrio yang abnormal. Berbagai
contoh abnormalitas yang terjadi pada klon mencit adalah obesitas, pembesaran plasenta
(placentomegally), kematian pada usia dini. Parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur
keberhasilan dalam SCNT adalah kemampuan sitoplasma pada sel telur untuk
mereprogram inti dari sel donor dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah
terjadinya perubahan-perubahan secara epigenetik selama dalam perkembangannya. Dari
semua penelitian yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian kecil saja dari embrio
hasil rekonstruksi (menggunakan sel somatik dewasa atau fetal) yang berkembang menjadi
individu muda yang sehat.
2.3Perspektif kloning dalam ilmu biologi
Kloning pada tumbuhan
Sampai hari ini, diketahui sudah cukup banyak DNA hewan dan tumbuhan yang sudah
dikloning. Secara singkat kloning pada sel tumbuhan (baik dari akar, batang, dan daun) bisa
dilakukan dengan cara memotong organ tumbuhan yang di-inginkan. Lalu kita mencari
eksplan, mengambil selnya dan memindahkan ke media berisi nutrisi agar cepat tumbuh.
Eksplan ini akan menggumpal menjadi gumpalan yang bernama kalus. Kalus adalah cikal
bakal akar, batang, dan daun. Kalus kemudian ditanam di media tanah dan akan menjadi
sebuah tanaman baru.
Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu teknik untuk
mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada
nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali.
Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah teori
bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama
dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua adalah teori totipotensi
sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel yang memiliki potensi genetik mampu
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu tanaman lengkap.
Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi tumbuhannya,
yaitu :
1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio
somatiknya
2. Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor varietas, umur,
dan jenis kelaminnya. Bagian yang sering menjadi ekspan adalah pucuk muda,
kotiledon, embrio, dan sebagainya.
3. Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam
anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
4. Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
zat ini adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam
kultur tertentu.
5. Lingkungan Tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi
temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran
wadah kultur.
Kloning Pada hewan
Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan dibentuk dari
satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara genetika membentuk individu
baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah duplikat yang persis sama baik
dari segi sifat dan penampilannya seperti induknya, dikarenakan adanya kesamaan DNA.
Di alam, sebenernya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada beberapa jenis
organisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar dalam satu telur juga
merupakan apa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan bioteknologi sekarang ini,
bukan mustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai kloning pada hewan.
Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak berhasil
selama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh ilmuwan pada saat
mereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di tubuh katak dewasa.
Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak dewasa.
Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan mulai
melakukan penelitian terhadap kloning hewan mamalia. Tapi sekali lagi, hewan-hewan
tersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang.
Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi adalah seekor domba
yang dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian Wilmut dan kawan-kawanya di Skotlandia
pada tahun 1997. Tapi tidak sama dengan uji coba kloning sebelumnya yang menggunakan
sel embrio, kloning dolly menggunakan sel dari domba dewasa. Karena sel domba dewasa
ini dianggap sudah tua, maka, dolly pun jadi berumur pendek, walau tidak sependek hewan
lain hasil kloningan dengan menggunakan sel embrio.
Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak hewan seperti tikus, kucing,
kuda, babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel embrio maupun sel non-embrio, tergantung
dari tujuan pengkloningan tersebut. Jika, diharapkan hewan hasil kloning yang bisa
bereproduksi, maka digunakanlah sel non-embrio, sedangkan jika diharapkan hewan kloning
yang tidak harus bisa bereproduksi, maka digunakan sel embrio.
Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus DNA dari suatu sel
embrio kemudian ditanamkan dalam sel telur yang sebelumnya intinya sudah dihilangkan.
Kadang-kadang proses ini distimulasi oleh manusia menggunakan alat dan bahan-bahan
kimia. Sel telur yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh sel
hewan inangnya dan membentuk sifat yang identik.
Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa bereproduksi sebagai
bahan pangan. Namun baru-baru ini, diberitakan bahwa hewan hasil kloning, tidak layak
untuk dikonsumsi sebagai makanan manusia walau belum ada bukti pasti mengenai hal
tersebut. Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih terus dilakukan.
Kloning Pada Manusia
Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
1 Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel
tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2 Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan dari
sel.
3 Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.
4 Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
5 Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari
kedua) menjadi sel embrio.
6 Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima)
dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
7 Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel
stem donor.
Eve bayi perempuan hasil cloning pertama didunia kini berusia 5 tahun, sehat dan
kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran kota Bahama.
Foto: Eve Pada Masa-Masa Di Kloning
Era manusia super mungkin bakal segera terwujud. Dunia tidak akan kekurangan
stok manusia-manusia super genius sekelas Albert Einsten atau atlet handal
sekelas Carl Lewis atauaktris sensual Jennifer Lopez. Manusia-manusia super itu
bakalan tetap lestari di muka bumi. 100% sama persis, yang beda hanya
generasinya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran telah
menghilangkan ketidakniscayaan itu. Melalui teknologi kloning, siapapun bisa
diduplikasi.Klaim Clonaid, perusahaan Bioteknologi di Bahama, yang sukses
menghasilkan manusia kloning pertama di dunia dengan lahirnya Eve, 26 Desember
2002 lalu makin mendekatkan pada impian tersebut. Walaupun ini masih sebuah
awal.
Clonaid adalah sebuah perusahaan yang didirikan sekte keagamaan Raelians tahun
1997. Mereka mempercayai kehidupan di bumi diciptakan mahluk angkasa luar
melalui rekayasa genetika. Eve merupakan bayi pertama yang lahir dari 10
implantasi yang dilakukan Clonaid tahun 2002. Dari 10 implan, lima gagal. Empat
bayi kloning lainnya akan dilahirkan tahun ini, bahkan bayi kloning kedua akan lahir
minggu ini.
Clonaid berencana mengimplantasi 20 klon manusia Januari ini. Pada saat
bersamaan, para ahli independen akan diundang untuk melihat prosesnya sehingga
bisa menyaksikan bagaimana contoh kloning, pertumbuhan embryo dan
implantansinya.
Soal kekhawatiran banyak pihak tentang ketidaksempurnaan hasil kloning pada
binatang yang dijadikan model pada kloning manusia, Broisselier menandaskan,
kedua prosedur itu tidak bisa dibandingkan. Masalah yang timbul pada kloning
binatang merupakan hasil dari prosedur khusus yang digunakan ilmuwan untuk
mereproduksi binatang. Jadi bukan pada proses kloningnya.
"Kami orang-orang serius dan bertanggungjawab karena ini berhubungan dengan
masalah kemanusiaan. Kami memberikan hak dan pilihan pada orang tua untuk
memilih anak-anak sesuai gen mereka. Jika dalam proses kloning, peneliti Clonaid
mendeteksi adanya abnormalitas, janin akan digugurkan," katanya.
Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan. Sebelumnya para ilmuwan bersiap
menerima kelahiran bayi kloning pertama 'karya' dokter ahli kesuburan Italia, Dr.
Severino Antinori, awal Januari 2003. Menurut Antinori saat ini ada dua wanita lain
yang juga sedang mengandung bayi hasil kloning, dengan usia kandungan 27 dan
28 minggu. Namun ia menolak bertanggungjawab atas proses pengklonan terhadap
kedua wanita tersebut, walaupun ia bertindak sebagai penasehat.
Antinori adalah ahli kesuburan yang piawai. Ia telah mendeklarasikan
keberhasilannya mengklon babi dan primata dan berhasil menerobos prosedur
fertilitas konvensional dengan membuat seorang wanita hamil pada usia 62 tahun
pada 1994. Kebanyakan ilmuwan setuju, reproduksi manusia dengan cara kloning
memang memungkinkan. Namun mereka menekankan, eksperimen seperti itu tidak
bisa dipertanggungjawabkan karena tingginya resiko kematian dan gangguan pasca
kelahiran. "Upaya mengkloning manusia adalah tindakan tidak bertanggungjawab
dan menjijikkan serta mengabaikan banyaknya bukti ilmiah dari 7 spesies mamalia
yang sejauh ini sudah dikloning," kata Rudolf Jaenisch, ahli kloning dari
Massachusetts Institute of Technology.
Ilmuwan Roslin's Institute, Ian Wilmut yang berperan dalam kelahiran Dolly
menegaskan, kloning pada manusia amat mengejutkan karena jumlah kegagalan
yang tinggi dan kematian pada bayi yang baru lahir. Kloning pada binatang
menunjukkan adanya kelemahan. Dolly, mamalia pertama yang berhasil dikloning
terbukti menderita arthritis pada usianya yang masih muda.
Domba betina ini dikloning dengan teknik kloning transfer inti sel somatik (sel
tubuh). DNA Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang
kemudian difusikan dengan sel 'mammary' (sel kelenjar susu). Sel yang telah
bergabung berkembang menjadi embryo yang kemudian ditanamkan pada biri-biri
pengganti.
Walau dikatakan berhasil, prosedur kloning ini tidaklah sempurna. Diperlukan 227
percobaan sebelum akhirnya tercipta Dolly. Kloning pada manusia lebih rumit
dengan resiko yang besar dan sangat potensial terjadi kesalahan. Para ilmuwan
khawatir, penggunaan teknik ini pada manusia akan 'memunculkan' malformasi.
National Bioethics Advisory Commission mengemukakan, penggunaan binatang
guna memahami proses-proses biologi seperti dalam kasus Dolly, memberikan
harapan besar bagi kemajuan dunia medis di masa depan. Namun tidak ada
pembenaran untuk riset dengan tujuan menghasilkan anak manusia melalui teknik
ini.
Para ilmuwan juga amat risau dengan risiko medik dan ketidakpastian yang
berhubungan dengan kloning manusia. Salah satu kekhawatirannya adalah jika
seorang bayi di klon, maka kromosomnya akan cocok dengan usia donor. Misalnya
seorang anak hasil kloning yang berusia 5 tahun akan tampak seperti berumur 10
karena mendapat kromosom dari donor berusia 5 tahun , dengan disertai risiko
penyakit jantung dan kanker.
Resiko buruk juga mengintai para wanita yang memutuskan mengandung bayi
kloning. Menurut ahli perkembangan embryo pada mamalia, Prof. Richard Gardner,
para wanita tersebut beresiko terkena satu jenis kanker yang tidak biasa dan unik
pada manusia, yang menyerang rahim, yaitu choriocarcinoma.
Mengacu pada berbagai resiko ini banyak negara melarang dilakukannya riset-riset
kloning pada manusia. Presiden AS kala itu Bill Clinton mengeluarkan rekomendasi
moratorium atau penghentian riset kloning manusia selama 5 tahun. Hampir semua
agama juga melarang teknologi kloning pada manusia. Namun selain memiliki sisi
gelap, penelitian kloning pada manusia sebenarnya memberikan harapan bagi masa
depan dunia kedokteran. Teknik kloning memungkinkan dokter mengidentifikasi
penyebab keguguran spontan, memberikan pemahaman pertumbuhan cepat sel
kanker, penggunaan sel stem untuk meregenerasi jaringan syaraf, kemajuan dalam
penelitian masalah penuaan, genetika dan pengobatan.
Bertolak dari manfaat dan mudlaratnya teknologi kloning ini, agamawan, ahli politik,
ahli hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan mengenai aturan
pemakaian teknologi kloning. Sebab ditangan ilmuwan 'hitam', kloning bisa menjadi
malapetaka. Seorang anggota kelompok Raelian, Brigitte Boisselier mengatakan,
bukti ilmiah akan diajukan segera, jika saya tidak mengajukan bukti ilmiah, pasti
Anda mengatakan saya telah mengarang cerita. Jadi satu-satunya cara adalah kami
akang mengundang seorang pakar independen ke tempat orang tua bayi itu. Di
sana ia bisa mengambil contoh sel dari bayi dan ibunya, untuk kemudian
membandingkannya. Jadi, Anda akan mendapatkan bukti.
Raelian sejauh ini dikenal sebagai sekte agama yang percaya bahwa kehidupan di
luar angkasa telah menciptakan kehidupan di bumi. Kelompok yang mendapat
pengakuan resmi pemerintah negara bagian Quebec, Kanada, sebagai gerakan
agama di tahun 1990-an ini mengklaim memiliki 55 ribu anggota di berbagai penjuru
dunia, termsuk Amerika. Kelompok ini memilki sebuah taman yang terbuka untuk
umum bernama UFOland, dekat Montreal.
KLONING terhadap manusia (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan
Barat dalam memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan
pesat -- yang telah melampaui seluruh ramalan manusia. Betapa tidak, cara ini
dianggap sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat,
rupawan, ataupun untuk memperbanyak keturunan tanpa membutuhkan proses
perkembangbiakan konvensional. Revolusi Kloning Manusia ini semakin
memantapkan dominasi sains Barat terhadap kehidupan manusia, termasuk kaum
Muslim.
Apalagi, efek berikutnya dari perkembangan revolusi ini yaitu penggunaan dan
pemanfaatannya akan selalu didasarkan pada ideologi tertentu. Bagi kaum Muslim
sendiri, meskipun eksperimen ilmiah dan sains itu bersifat universal, dalam aspek
penggunaannya harus terlebih dulu disesuaikan dengan pandangan hidup kaum
Muslim.
Persoalan yang pertama adalah terkait dengan kontroversi adanya "intervensi
penciptaan" yang dilakukan manusia terhadap "tugas penciptaan" yang semestinya
dilakukan oleh Allah SWT. Dan persoalan yang kedua adalah bagaimana posisi
syariat menghadapi kontroversi pengkloningan ini. Apakah syariat mengharamkan
atau justru sebaliknya menghalalkan?
2.4 Kloning dalam perspektif Islam
Hukum kloning dalam pandangan Islam sangat jelas, yang diambil dari dalil-dalil
qiyas dan itjihat. Karena belakangan ini telah berkembang satu teknologi baru yang mampu
menduplikasi makhluk hidup dengan sama persis, teknologi ini dikenal dengan nama
teknologi kloning. Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan,
maupun manusia. Kloning telah berhasil dilakukan pada tanaman sebagaimana pada hewan
belakangan ini, kendatipun belum berhasil dilakukan pada manusia. Tujuan kloning pada
tanaman dan hewan pada dasarnya adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan
hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan mencari obat alami bagi banyak penyakit
manusia–terutama penyakit-penyakit kronis–guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang
dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia.
Upaya memperbaiki kualitas tanaman dan hewan dan meningkatkan
produktivitasnya tersebut menurut syara’ tidak apa-apa untuk dilakukan dan termasuk
aktivitas yang mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan tanaman dan hewan dalam
proses kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia–
terutama yang kronis–adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah
(mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-
obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Oleh karena itu, dibolehkan
memanfaatkan proses kloning untuk memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi
produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda,
dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk mempertinggi
produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari
obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis. Oleh karena
itu tidak salah jika Majma' al-Buhûts al-Islâmiyyah yang berpusat di Kairo Mesir
mengeluarkan fatwa akan bolehnya memanfaatkan teknologi kloning terhadap tumbuh-
tumbuhan atau hewan asalkan memiliki daya guna (bermanfaat) bagi kehidupan manusia.
Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan untuk
kesejahteraan manusia. Apalagi jika kita memanfaatkan proses kloning ini untuk jelas-jelas
untuk memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk
memperbaiki kualitas hewan. Selain itu juga dibolehkan memanfaatkan proses kloning
untuk mempertinggi produktivi¬tas hewan-hewan tersebut dan mengembangbiakannya,
ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit
yang kronis.
Adapun kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil inti selnya
(nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita–yang telah
dihilangkan inti selnya–dengan suatu metode yang mirip dengan proses pembuahan atau
inseminasi buatan. Dengan metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan
cara mengambil inti sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang
diambil dari seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan
arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah proses penggabungan ini terjadi,
sel telur yang telah bercampur dengan inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim seorang
perempuan, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi, dan berubah
menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara
alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan induknya, yakni orang yang
menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur perempuan.
Melihat fakta kloning manusia secara menyeluruh, syari’at Islam mengharamkan
kloning terhadap manusia, dengan argumentasi sebagai berikut:
Pertama, anak-anak produk proses kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami
(percampuran antara sel sperma dan sel telur). Padahal, cara alami inilah yang telah
ditetapkan oleh syariat sebagai sunatullah menghasilkan anak-anak dan keturunannya.
Allah SWT berfirman:
�نث�ى ( و�األ �ر� الذ�ك �ن� ي و�ج� الز� خ�ل�ق� �ه� ن� �م�ن�ى) (٤٥و�أ ت �ذ�ا إ $ط�ف�ة ن )٤٦م�ن
“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan
dari air mani apabila dipancarkan.” (QS an-Najm, 53: 45-46)
Dalam ayat lain dinyatakan pula,
�م�ن�ى ( ي �ي) م�ن م*ن �ط�ف�ة+ ن �ك� ي �م� ل� ف�س�و�ى) (٣٧أ ف�خ�ل�ق� �ق�ة+ ع�ل �ان� ك �م� )٣٨ث
“Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu
menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu Allah
menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan.” (QS al-Qiyâmah, 75: 37-38).
Kedua, anak-anak produk kloning dari perempuan-tanpa adanya laki-laki-tidak akan
mempunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses pemindahan sel
telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan
pemilik sel telur, tidak pula akan memunyai ibu sebab rahim perempuan yang menjadi
tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung (mediator). Oleh karena
itu, kondisi ini sesungguhnya telah bertentangan dengan firman Allah SWT:.
�م� �قاك ت� أ �ه� الل �د� ن ع� �م� م�ك �ر� ك
� أ �ن� إ ف�وا �عار� �ت ل �ل� ق�بائ و� + ع�وبا ش� �م� �ناك ج�ع�ل و� �ثى ن� أ و� �ر ذ�ك م�ن� �م� �ق�ناك ل خ� �ا �ن إ �اس� الن $ه�ا ي
� أ يا
Hير� ب خ� Hيم� ع�ل �ه� الل �ن� إ
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS al-Hujurât, 49: 13)
Juga bertentangan dengan firman-Nya yang lain,
�م� �ك �ي ع�ل �س� �ي و�ل �م� �يك و�م�و�ال الد*ين� ف�ي �م� �ك �خ�و�ان ف�إ �اءه�م� آب �م�وا �ع�ل ت �م� ل �ن ف�إ �ه� الل ع�ند� �ق�س�ط� أ ه�و� �ه�م� �ائ آلب اد�ع�وه�م�
ح�يم+ا ر� ا غ�ف�ور+ �ه� الل �ان� و�ك �م� �ك �وب ق�ل �ع�م�د�ت� ت م�ا �ك�ن و�ل �ه� ب �م ت� �خ�ط�أ أ ف�يم�ا Hاح� ن ج�
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka;
Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka,
maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu
[Maula-maula ialah: seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan atau seorang yang
telah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah]
dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada
dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS al-Ahzâb. 33: 5).
Ketiga, kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal
Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Siapa saja yang
menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan
(loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat
dan seluruh manusia.” (H.R. Ibnu Majah) Diriwayatkan pula dari Abu ‘Utsman An Nahri r.a.
yang berkata, “Aku mendengar Sa’ad dan Abu Bakrah masing-masing berkata, ‘Kedua
telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda Muhammad s.a.w., “siapa
saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia
tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga baginya haram.” (H.R. Ibnu Majah)
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya tatkala turun ayat li’an dia
mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada
suatu kaum nasab (seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan
mendapat apapun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga.
Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat
(kemiripan)nya, maka Allah akan akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan
perbuatannya itu dihadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat)”
(H.R. Ad-Darimi).
Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia unggul dalam hal
kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan-jelas mengharuskan seleksi terhadap
orang-orang yang akan dikloning, tanpa memperhatikan apakah mereka suami-isteri atau
bukan, sudah menikah atau belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil dari perempuan atau laki-
laki yang terpilih. Semua ini akan mengacaukan, menghilangkan dan membuat bercampur
aduk nasab.
Keempat, memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah (baca:
mengacaukan) pelaksanaan banyak hukum-hukum syara’ seperti hukum tentang
perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan
anak, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan banyak lagi. Di samping itu, kloning
akan mencampur-adukkan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah yang telah
diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Konsekuensi kloning ini
akan menjungkirbalikkan struktur kehidupan masyarakat.
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum
islam dan tidak boleh dilahsanakan. ALLAH SWT berfirman mengenai perkataan iblis
terkutuk, yang mengatakan : ”...dan akan aku (iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan
ALLAH), lalu benar-benar mereka mengubahnya.” (QS.An Nisaa’ : 119).
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam kajian
literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya,
rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut
beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:
�ق�ر$ … و�ن �م� �ك ل *ن� �ي �ب �ن ل �ق�ة ل م�خ� �ر� و�غ�ي �ق�ة ل م�خ� م�ض�غ�ة م�ن� �م� ث �ق�ة ع�ل م�ن� �م� ث �ط�ف�ة ن م�ن� �م� ث اب �ر� ت م�ن� �م� �اك �ق�ن ل خ� �ا �ن ف�إ : الحج … ( اء� �ش� ن م�ا � ح�ام ر�
� �أل ا )5ف�ي .
“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut
menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia mencegah tindakan-
tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat kematian,
semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap
sebagai perbuatan yang melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah atas
kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai Pencipta?
Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada pernyataan al-Qur’an bahwa Allah SWT
telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi ‘Isa As. tanpa ayah,
sebagai berikut:
: عمران ( ال �ون� �ك ف�ي �ن� ك �ه� ل ق�ال� �م� ث اب �ر� ت م�ن� �ق�ه� ل خ� ء�اد�م� �ل� �م�ث ك الله� �د� ن ع� ع�يس�ى �ل� م�ث �ن� )59إ .
“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:
�ا �ي الد$ن ف�ي و�ج�يه+ا �م� ي م�ر� �ن� اب ع�يس�ى يح� �م�س� ال م�ه� اس� �ه� م�ن �م�ة �ل �ك ب ك� ر� �ش* �ب ي الله� �ن� إ �م� ي �ام�ر� ي �ة� �ك �ئ �م�ال ال ق�ال�ت� �ذ� إ . . �م� و�ل Hد� و�ل ل�ي �ون� �ك ي �ى ن
� أ ب* ر� ق�ال�ت� �ح�ين� الص�ال و�م�ن� + �ه�ال و�ك �م�ه�د� ال ف�ي �اس� الن *م� �ل �ك و�ي �ين� ب �م�ق�ر� ال و�م�ن� ة� خ�ر� و�اآل� : عمران ( ال �ون� �ك ف�ي �ن� ك �ه� ل �ق�ول� ي �م�ا �ن ف�إ ا م�ر+
� أ ق�ض�ى �ذ�ا إ اء� �ش� ي م�ا �خ�ل�ق� ي الله� �ذ�ل�ك� ك ق�ال� Hر �ش� ب �ي ن �م�س�س� -45ي 47( .
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 45-47).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu terjadi
menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di alam
semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-
pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan ‘Isa
As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak
Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama
sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-
bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah
benda ciptaan Allah SWT.
2.5Manfaat Kloning
Secara garis besar kloning bermanfaat:
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya
reproduksi-embriologi dan diferensiasi. Dengan pengembangan ilu pengetahuan baru di
bidang bioteknologi akan membuka peluang lebar bagi peneliti untuk menemukan cara
baru lagi untuk memecahkan masalah-masalah yangberujung pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa
tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing
dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka
anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut
dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini
ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya
akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.
3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi
Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit
genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak
mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan
terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon
blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor,
maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum
dikembangkan menjadi blastosit.
Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ atau
jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak. Mengingat fakta bahwa
sel dapat dimanipulasi untuk meniru jenis sel lain, ini dapat memberikan cara baru untuk
mengobati penyakit seperti kanker dan Alzheimer. Kloning juga menawarkan harapan
kepada orang yang membutuhkan transplantasi organ. Orang-orang yang
membutuhkan transplantasi organ untuk bertahan hidup akibat suatu penyakit sering
menunggu bertahun-tahun untuk donor mendapatkan donor yang cocok. Dengan
teknologi kloning maka pasien tidak perlu menunggu lama untuk donor transplantasi
organ tersebut.
4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis
infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia
merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan
ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF tidak
dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak dapat
memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma, IVF
tidak akan membantu.
Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai
pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur.
Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah
memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.
5. Melestarikan Spesies Langka
Meskipun upaya terbaik dari konservasionis di seluruh dunia, beberapa spesies yang
hampir punah. Kloning Dolly sukses merupakan langkah pertama dalam melindungi
satwa langka. Contoh lainnya adalah hasil cloning yang melahirkan Noah, hewan gaur
(spesies dari Asia Tenggara yang mirip bison), yang merepresentasikan percobaan
pertama yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengkloning hewan yang terancam
punah. Para ilmuwan di Amerika berharap bisa mengambil langkah besar dalam upaya
melindungi spesies yang terancam punah dengan melahirkan kloningan gaur di sebuah
peternakan di Iowa.
6. Meningkatkan pasokan makanan
Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan lebih
tahan terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih. Hal yang sama bisa terjadi
pada ternak serta di mana penyakit seperti penyakit kaki dan ulut bisa menjadi
eradicated. Kloning karena itu bisa secara efektif memecahkan masalah pangan dunia
dan meminimalkan atau mungkin kelaparan.
Efek Negatif Kloning
Jika kloning pada tanaman bertujuan menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat-
sifat identik dengan induknya maka kloning pada tanaman akan menghasilkan individu
baru yang sama dengan sifat induknya. Hal ini hal ini akan menurunkan
keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan. Tentu hal ini akan menurunkan
keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan. Akibatnya, keanekaragaman
tumbuhan yang merupakan sumber daya alam hayati pun akan semakin menurun.
Demikian juga kloning pada hewan, akan menurunkan keanekaragaman hewan.
Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam sintasan dan
adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi
gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies
yang memiliki derajat keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan
memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat
sedikit variasi cendering memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen
dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan
menghadapi permasalahan yang ditemui
Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena akibat yang
ditimbulkan seperti contohnya: resiko kesehatan terhadap individu hasil kloning.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kloning manusia dapat disalahgunakan untuk
menciptakan spesies atau ras baru dengahn tujuan yang bertentangan dengan nilai
kemanusiaan. Lagipula, kloning pada mamalia belum sepenuhnya sempurna. Dapat
dilihat dari domba Dolly yang menderita berbagai penyakit dan berumur pendek..
Setelah hidup hanya 6 tahun (umur domba biasanya mencapai 11-12 tahun), Dolly mati
muda disebabkan penyakit paru-paru yang biasanya menyerang domba-domba yang
lanjut usia. Dolly juga mengidap penyakit arthritis, mengerasnya sendi-sendi dan engsel
tulang, lagi-lagi penyakit yang biasa ditemukan pada domba yang sudah mulai uzur.
Penelitian sesudah kematiannya, menunjukkan bahwa Dolly memiliki telomer yang lebih
pendek daripada domba normal seusianya. Telomer adalah bagian yang melindungi
ujung-ujung kromosom (bundelan rantai DNA) yang memendek setiap kali sebuah sel
membelah, atau boleh dikatakan setiap saat individu itu bertumbuh. Individu hasil
kloning sel-selnya diperoleh dari induknya. Ini berarti umur sel-sel hasil kloning pun
sama dengan umur sel-sel induknya. Oleh karena itu, individu hasil kloning pun akan
memiliki umur sama dengan induknya. Dolly dikloning dari domba yang berusia 6 tahun
dan hasil penelitian ini seolah-olah menunjukkan bahwa tubuh Dolly sudah berumur 6
tahun pada saat dilahirkan
Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun induknya. Klon atau
individu hasil cloning akan diangggap sebagai kopian dari individu lain yang dianggap
sebagai induknya karena memiliki sifat yang sama dengan induknya. Sehinggga terjadi
kekacauan apakah status klon tersebut adalah anak atau merupakan kembaran dari
individu aslinya.
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Adapun simpulan yang dapat penulis sampaikan yaitu :
1. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetic
sama persis (identik). Kloning pertama kali dicetuskan oleh Herbert Webber pada tahun
1903.
2. Terdapat beberapa jenis kloning yaitu, Kloning DNA Rekombinan, Kloning Kesehatan
(Terapeutic Cloning), Kloning Reproduksi (Reproductive Cloning).
3. Kloning memiliki beberapa manfaat yaitu, Untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, Untuk tujuan diagnostik dan
terapi , Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan,
Melestarikan Spesies Langka, Meningkatkan pasokan makanan. Namun ada juga
beberapa efek negative dari kloning ini.
4. Pemanfaatan teknologi kloning terhadap manusia perlu ditinjau ulang dari berbagai
aspek baik itu aspek agama, moral, etika, ekonomi sosial dan budaya. Banyak dampak
yang akan ditimbulkan jika proses kloning pada manusia dilakukan.
3.2Saran
Adapun saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yaitu apabila
dilakukan kloning ini hendaknya dilakukan dengan tujuan yang benar – benar baik dan
dapat dipertanggung jawabkan. Pro dan kontra terhadap kloning manusia perlu disikapi
secara bijak dan menindaklanjuti dampak yang akan terjadi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://2.bp.blogspot.com/_uBe-sla_wwc/TGkLCCT-DSI/AAAAAAAAAAw/HolNNXjo52o/s1600/kkn.jpg
http://abraham4544.wordpress.com/umum/hukum-kloning-dalam-perspektif-agama-islam/
http://argakencana.blogspot.com/2010/01/inilah-manusia-hasil-kloning-pertama-di.html
http://fitrianowelis.blogspot.com/2013/09/makalah-kloning.html
http://kamaluddyn.blogspot.com/2013/03/hukum-kloning.html
http://menarikansebuahpena.blogspot.com/2013/01/makalah-kloning-pada-manusia.html
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/hukum-kloning-menurut-agama-islam.html
http://systemofuniverse.blogspot.com/2012/04/kloning.html
http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68880-This%20is%20Me-Kloning%20dalam%20Agama%20Islam.html
http://www.e-jurnal.com/2013/09/hukum-kloning-dalam-pandangan-islam.html