makalah kimia analitik i
TRANSCRIPT
MAKALAH KIMIA ANALITIK I
“GRAVIMETRI”
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Anis Dwi Lestari : F1C111033
Bambang Pamungkas : F1C111009
Irma Asrtiana : F1C111045
Reno Saputra : F1C111042
Suci Mustika Wirni : F1C111038
Widya Sulastri :FIC111008
UNIVERSITAS JAMBI
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “GRAVIMETRI”. Dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak
kekurangan atau bahkan kekeliruan dalam penyusunannya. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini,
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jambi, 5 September 2012
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Analisis Gravimetri merupakan salah materi matakuliah kimia analitik yang sangat
penting dan juga merupakan materi wajib dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh
Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin. Analisis Gravimetri
adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penambangan, yaitu suatu proses
pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan jumlah tertentu
dan dalam keadaan sempurna mungkin.
2.Tujuan
� Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk melaksanakan tugas Kimia Analitik
� Menjadi Pegangan bagi Mahasiswa Yang ingin memahami konsep
Analisis Gravimetri.
� Menjadi referensi tambahan yang menunjang keberhasilan
pembelajaran matakuliah kimia Analitik.
3.Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini,kami memperoleh kajian materi dari beberapa
sumber,yaitu studi literatur buku-buku yang terkait dengan topik dan berbagai artikel
dan internat.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. ANALISIS GRAVIMETRI Dalam analisis kuantitatif selalu memfokuskan pada jumlah atau
kuantitas dari sebuah sampel, pengukuran sampel dapat dilakukan dengan
menghitung berat zat, menghitung volume atau menghitung konsentrasi.
Gravimetri merupakan penetapan kuantitas atau jumlah sampel melalui
penghitungan berat zat. Sehingga dalam gravimetri produk harus selalu dalam
bentuk padatan (solid).
Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian
yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram,
namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan mili gram. Timbangan
yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang tinggi dan
disebut dengan neraca analitik atau analytical balance.
Dalam melakukan analisis dengan teknik gravimetric, kemudahan atau
kesukaran dari suatu zat untuk membentuk endapan dapat diketahui dengan
melihat kelarutannya atau melihat harga dari hasil kali kelarutan yaitu Ksp. Jika
harga Ksp suatu zat kecil maka kita dapat mengetahui bahwa zat tersebut sangat
mudah membentuk endapan. Ingat definisi kelarutan; kelarutan suatu zat dalam
suatu pelarut adalah jumlah zat tersebut sebanyak-banyaknya yang dapat larut
dalam pelarut pada suhu tertentu sehingga larutan tepat jenuh.
Analisis gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat
atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen
dalam keadaan murni. Gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu. Gravimetri juga merupakan suatu analisis
kimia secara kuantitatif berdasarkan proses pemisahan dan penimbangan suatu
unsur atau senyawa tertentu dalam bentuk semurni mungkin.
Dalam reaksi pembentukan endapan, dimana endapan merupakan sampel
yang akan kita analisis, maka dengan cermat kita dapat memisahkan endapan
dari dari zat-zat lain yang juga turut mengendap. Proses ini cukup sulit
dilakukan, namun cara yang paling umum adalah mengoksidasi beberapa zat
yang mungkin mengganggu sebelum reaksi pengendapan dilakukan.
Pencucian endapan merupakan tahap selanjutnya, proses pencucian
umumnya dilakukan dengan menyaring endapan, yang dilanjutkan dengan
membilasnya dengan air. Tahap akhir dari proses ini adalah memurnikan
endapan, dengan cara menguapkan zat pelarut atau air yang masih ada didalam
sampel, pemanasan atau mengeringkan dalam oven lazim dilakukan. Akhirnya
penimbangan sampel dapat dilakukan dan hasil penimbangan adalah kuantitas
sampel yang dianalisis. Analisis Gravimetric adalah suatu bentuk analisis
kuantitatif yang berupa penambangan, yaitu suatu proses pemisahan dan
penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan jumlah tertentu dan
dalam keadaan sempurna mungkin.
Secara mendasar gravimetri digolongkan menjadi empat bagian antara lain:
gravimetri fisik, thermogravimetri, analisis pengendapan gravimetri, dan
elektrodeposisi. Beberapa hal tentang gravimetri:
1. Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena
tidak memerlukan kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan
dibedakan menjadi 2 macam yaitu: waktu total dan waktu kerja.
2. Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk
memisahkan endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar
volumenya.
3. Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari
100 % jarang dapat ditandingi perolehannya.
4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik) bahkan
hampir semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.
Banyaknya komponen dari suatu analisis biasanya ditentukan melalui
hubungan massa atom, massa molekul dan berat senyawa. Contoh : penentuan
ion besi dalam suatu cuplikan. Pemisahan ion besi dilakukan dengan
mereaksikan cuplikan de NH4OH sehingga terbentuk endapan Fe(OH)3 apabila
berat cuplikan adalah A gram, berat senyawa Fe(OH)3 adalah a gram, maka
persen Fe dalam Cuplikan adalah
Metode dalam Analisis Gravimetri salah satunya metode pengendapan.
B. PENGENDAPAN
Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi,
biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat
berupa anorganik maupun organik
2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi
logam sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.
Keadaan optimum untuk pengendapan. Untuk memperoleh keadaan optimum
harus mengikuti aturan sbb:
a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.
b. Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.
c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk
stabil pada temperatur tinggi.
d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan
menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.
e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan
pengendapan ulang
Syarat- syarat endapan gravitasi.
1. Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan
kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil
mungkin.
2. Kemurnian endapan (kopresipitasi): Endapan murni adalah endapan yang
bersih, tidak mengandung, molekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya pengotor
atau kontaminan).
3. Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak keecil, halus
melainkan.
4. Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi berasal
dari analit yang hanya sedikit.
5. Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan
komponen yang dianalisa.
Macam-macam endapan
a. Endapan koloid
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(AQ)
NaCl akan mengendapkan reagent:
AgCl pembentukan endapan koloid (amorf)
b. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karen mudah
disaring dan dibersihkan.
c. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber Co
prepicitation:1) absorbi permukaan, 2) pembentukan campuran kistal, 30
mekanika.
d. Endapan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah
cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengandap tidak
dalam bentuk jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat
menghasilkan pengendap tersebut. Contoh: homogenos prepicitation tidak
digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O yang tidak dapat mengion menjadi
C2O42- tetapi harus terhidrolisa sbb:
(C2H5O)2C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + H2C2O4
Pengotoran endapan
Macam-macam pengotor yang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:
a.Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran
mengendap bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH)
sebagai pengotor Fe(OH)3.
b.Pengendapan susulan (post precipitation).
2. Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak
mengendap melainkan hanya terbawa ole endapan analat.
a.Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila
bahan pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus
molekul maupun bentuk molekul.
b.Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu
ikut terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut
dalam BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar
diseluruh kristal.
c.Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya
tarik menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada
permukaan endapan
d.Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal
tumbuh terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak
sempat dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam kristal.
Usaha mengurangi pengotor
1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang
akan mengotori
2.Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang
bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung
zat itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari molekul
yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion menjadi
butir-butir miniskus (sangat kecil).
Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain sehingg
dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar
Tahap tahap dari Metode Pengendapan
1.Tambahkan pereaksi pada cuplikan
2. Pisahkan komponen yang akan dianalisis dengan pengendapan
3. Ditapis
4. Cuci dengan Elektrolit yang mengandung ion sejenis untuk menghilangkan
kotoran-kotoran pada permukaan dan juga mencegah peptisasi.
5. Untuk mengetahui kadar kotoran setelah pencucian bisa dicari dengan rumus
keterangan: Cn = konsentrasi kotoran setelah dicuci sebanyak n kali
Co = konsentrasi kotoran sebelum dicuci
U = Volume sisa stelah endapan dikeringkan
V = Volume Cairan yang digunakan setiap pencucian
6. Panaskan
Alat yang biasanya digunakan sebagi penapis dalam analisis gravimetri adalah :
kertas Saring, Gelas Sinter, krus gooch. Alat pemanasnya adalah Oven listrik dan
tungku. Selain alat-alat diatas ada pula alat yang disebut Eksikator dengan fungsi
untuk menyimpan suatu bahan agar memiliki kadar air yang tetap.
Syarat bentuk senyawa yang diendapkan
1. Kelarutannya rendah
2. Endapan mudah disaring dan dicuci
3. Endapan mudah diubah menjadi bentuk
senyawa yang dapat ditimbang
C. METODE PENGUAPAN
Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa
yang relatif mudah menguap. Yaitu dengan cara:
a. Pemanasan dalam udara atau gas tertentu
b. Penambahan pereaksi sehingga mudah menguap
c. Penambahan pereaksi sehingga tidak mudah menguap
Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben
yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya. Untuk penentuan kadar air suatu
kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa
dimaksud pada suhu 110O- 130O C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan
menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa
tidak terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti
: CaCl2, Mg(ClO4)2.
Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan
HCl berlebih, kemudian dipanaskan.gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam
larutan alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui
beratnya.
Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan larutan alkali
kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan dalam larutan
standar asam berlebih kemudian kelebihannya dititrir dengan larutan standar
basa.
Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa didestruksi dengan
H2SO4 pekat. Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya
kelebihan asam dititrir dengan larutan standar basa.
Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu diuapkan dengan
H2SO4 sampai kering. Kemudian sisanya berupa garam sulfat ditimbang. Dan
segitulah berat unsur yang dicari. Unsur-unsur lain yang mengganggu seperti Si,
dapat ditentukan dengan memanaskan cuplikan bersama H2SO4 dan HF dalam
krus platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4 yang menguap, sesuai persamaan
SiO2 + 6HF à H2SiF6 + 2H2O
H2SiF6 à SiF4 + 2HF
D. METODE ELEKTROLISIS
Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara
elektrolisis pada elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya
cermat dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
1. Hukum dasar dari elektrolisis
Hukum dasar yang digunakan dalam metode ini adalah : Hukum Faraday dan
Hukum Ohm.
Hukum Faraday I
Menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap atau terbebas
pada elektroda dengan banyaknya listrik yang diperlukan pada proses
tersebut.
W = e x Q/F W = Jumlah zat terendap/terbebaskan (gr)
Q = Jumlah listrik yang dibutuhkan (Colloumb)
e = berat ekivalen Elektrokimia
Berat Ekivalen elektrkimia adalah bilangan yang menyatakan banyaknya zat
yang terendap atau oleh listrik sebanyak 1 colloumb.
Contoh : arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua keping tembaga (Cu) yang
telah ditentukan massa tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam Kuprisulfat
(CuSO4) selama t detik. Kemudian dicuci dan dikeringkan serta ditimbang,
ternyata beratnya lebih berat dari pada sebelum dielektrolisis. Karena
adanya logam Cu yang terendapkan pada elektroda. Dimana banyaknya
logam Cu yang terendapkan bertambah setiap penambahan arus maupun
waktu. Adapun listrik yang dibutuhkan adalah : Q = i x t dengan i = arus, t =
waktu dan Q = listrik yang dibutuhkan.
Hukum Faraday II
Menyatakan Hubungan antara banyaknya zat terendap atau terbebaskan
pada elektrolisis bertahap dalam seri larutan.
Bunyi hukumnya : ”banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-
masing elektroda yang disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan
mengalir dalam seri larutan adalah sebanding dengan berat ekivalen
kimianya”
Misalnya : arus 1 amper dialirkan dalam suatu seri larutan : kupri sulfat
(CuSO4) dan perak nitrat (AgNO3) dalam waktu t, banyaknya logam Cu dan
Ag yang terendapkan pada masing-masing elektroda =
Hukum Ohm
Menyatakan hubungan antar tiga besaran listrik yaitu : tegangan (E), arus (I)
dan tahanan (R) yang memenuhi persamaan
2. Tegangan peruraian
Misalnya tegangan 0,5 Volt digunakan pada 2 buah elektroda platina halus
yang masing-masing dicelupkan dalam larutan H2SO4 1M, maka
amperemeter akan menunjukan adanya arus yang mengalir pada larutan. Jika
tegangan diperbesar maka aruspun bertambah. Sehingga pada tegangan
tertentu arus akan naik secara cepat. Pada saat ini timbul gelembung-
gelembung pada elektroda.
Tegangan peruraian adalah besarnya tegangan luar minimum yang harus
diberikan agar terjadi proses elektrolisis yang kontinyu.
Jika Arus diputus, tegangan pada voltmeter tidak berubah, tetapi semakin
lama arus makin lemah dan pada akhirnya nol. Pada saat itu sel E berfungsi
sebagai sumber arus dan tegangannya disebut tegangan Polarisasi. Dilihat
dari besarnya tegangan peruraian larutan asam dan basa dapat disimpulkan
bahwa pada proses elektrolisis larutan asam dan basa relatif sama, yaitu
terjadinya proses pembebasan gas.
A.3.3. Reaksi Elektroda
Elektroda Pt dan C
Pada katoda terjadi proses Reduksi dan pada Anoda terjadi proses Oksidasi.
a.Proses Reduksi pada Katoda
Jika Larutan mengandung
a.1. Ion logam alkali, alkali tanah, Al3+,Mn2+, didalam larutan ion-ion
tersebut tidak dapat tereduksi. Sehingga palrtlah yang akan mengalami
reduksi.
2 H2O + 2 e- à 2 OH- + H2
a.2. Asam, ion H+ dari asam tersebut akan tereduksi menjadi gas H2
2 H+ + 2 e- à H2
a.3. ion logam lain selain poin a.1, dimana ion tersebut akan tereduksi
menjadi logam bebasnya.
Zn++ + 2e- + à Zn
Ag+ + e- à Ag
b.Proses Oksidasi pada Anoda
Apabila larutan mengandung :
b.1. ion halida, akan tereduksi menjadi halogen
2 Hal- à Hal2 + 2 e-
b.2. ion OH- dari suatu basa, teroksidasi menjadi okisigen.
4 OH- à 2 H2O + O2 + 4 e-
b.3. Anion lain selain halogen dan OH-, ion tersebut tidak teroksidasi
sehingga pelarutnya yang teroksidasi.
Elektroda selain Pt dan C
Logam lainnya yang biasa digunakan sebagai elektroda adalah : Cu, Zn, Fe, Au
dan lain-lain. Perbedaan dengan elektroda Pt dan Cu yaitu hanya pada reaksi
Anodanya sedang katodanya relatif sama. Dimana anodanya teroksidasi
menjadi ionnya. Contoh: elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Zn.
Reaksi anodanya : Zn à Zn2+ + 2 e-
Contoh menentukan tegangan peruraian
K dalam larutan molar ZnBr2, dicelupkan elektroda Pt yang halus.dan
diberikan beda potensial sehingga terjadi proses elektrolisis. Dimana pada
katoda berlangsung proses : Zn2+ + 2 e- à Zn dan pada anoda : 2 Br- Br2 + 2
e-
Potensial pada katoda (25OC) adalah.
3. Tegangan kelebihan
Pada kenyataannya besarnya tegangan peruraian tergantung pada jenis
elektroda yang digunakan dan biasanya ebih tinggi dari yang dihitung dengan
rumus diatas. Perbedaan besarnya tegangan tersebut yang disebut tegangan
kelebihan. Dengan adanya tegngan tersebut maka tegangan peruraian
menjadi :
dengan Eekat = tegangan kelebihan pada katoda, dan
Eeand = tegangan kelebihan pada anoda.
Besarnya tegangan kelebihan baik pada katoda mapun anoda merupakan
fungsi dari :
Jenis dan sifat fisik logam dari elektroda
Sifat fisik zat yang terendap atau terbebas, jika logam tegangan kelebihannya
kecil dan jika gas relatif lebih besar
Kerapatan arus yang digunakan
Perubahan konsentrasi larutan
E. KESALAHAN DALAM ANALISIS GRAVIMETRI
1. Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri
adalah pembentukan endapan, pemurnian(pencucian), pemanasan atau
pemijaran dan penimbangan
2. Pada pembentukan endapan kadang mengandung zat lain yang juga
membentuk endapandengan pereaksi yang digunakan, sehingga diperoleh
hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi
dengan kelarutan zatdalam pelarut yang digunakan.
3. Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian bukanhanya
zat pengotor sajayang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga ikut larut,meskipun
kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan penggunaan pencuciharus
sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapatdiabaikan, artinya
masih lebih kecil dari pada sensitivitas timbangan yangdigunakan
4. Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang
tidak sempurna atau sifat zatyang diendapkan yang mudah menguap (volatil).
5. Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah
tereduksioleh karbon bila disaringdengan kertas saring seperti perak klorida,
sehinggaharus disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori)
dapat juga terjadikelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga
komposisi zat tidak tentu
6. Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan
mengalami penyerapan air atau gaskarbondioksida selama pendinginan
sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini
dihindari dengan alat penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator yang
cukup baik selama pendinginan,