makalah kerangka konseptual
DESCRIPTION
kerangka konseptualTRANSCRIPT
A. Definisi Kerangka Konseptual
Menurut Deegan (2006), definisi dari kerangka konseptual adalah suatu sistem
koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan,
dimana diharapkan untuk menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten.
Definisi ini sesuai dengan pernyataan di dalam SFAC No. 8 (2010) yang disusun oleh
FASB yaitu:
“The conceptual framework is a coherent system of interrelated objectives and
fundamental that is expected to lead to consitent standard and that perscribethe nature
, function and limits of financial accounting and reporting.”
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kerangka konseptual adalah sistem
koheren dari tujuan yang saling berkaitan dan fundamental yang diharapkan dapat
mengarah pada standar yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi serta batas-
batas akuntansi keuangan dan pelaporan. Pernyataan tersebut juga tertuang di dalam
buku Accounting Theory: Research, Regulation, and Accounting Practice yang ditulis
oleh Gaffikin (2008). IASB (2010) menjelaskan secara lebih ringkas bahwa kerangka
konseptual menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan untuk pengguna eksternal. Hal ini selaras dengan pernyataan di dalam
PSAK 2015 yaitu kerangka dasar (KDPPLK) merumuskan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para eksternal.
B. Tujuan Kerangka Konseptual
Pembuatan kerangka konseptual bertujuan untuk dijadikan sebagai sebuah
pedoman dan acuan oleh sebuah konstitusi dalam bertindak untuk menetapkan sebuah
standar. Tujuan kerangka konseptual menurut FASB (2010) yaitu untuk melayani
kepentingan publik dengan menyediakan struktur dan arah untuk akuntansi keuangan
dan pelaporan dalam memfasilitasi penyediaan informasi keuangan dan yang berkaitan.
Adapun tujuan kerangka konseptual menurut IASB (2010) yang terdiri dari:
1. untuk membantu Dewan dalam pengembangan masa depan SAK dan review
SAK yang ada;
2. untuk membantu Dewan dalam mempromosikan harmonisasi peraturan,
standar akuntansi, dan prosedur yang berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan dengan menyediakan dasar untuk mengurangi jumlah perlakuan
akuntansi alternatif yang diizinkan oleh SAK;
1
3. untuk membantu penetapan standar nasional dalam mengembangkan standar
nasional;
4. untuk membantu pembuat laporan keuangan dalam menerapkan SAK dan
dalam menangani topik yang belum membentuk subjek dari IFRS;
5. untuk membantu auditor dalam menyatakan pendapat tentang apakah laporan
keuangan sudah mematuhi SAK;
6. untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan SAK; dan
7. untuk memberikan informasi tentang pendekatan dalam perumusan SAK
kepada pihak yang tertarik dengan pekerjaan IASB.
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan tujuan
kerangka dasar yang digunakan sebagai acuan untuk:
1. komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan;
4. para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan;
5. pihak lain yang tertarik dengan pekerjaan dari komite penyusun standar
akuntansi keuangan terkait informasi mengenai pendekatan penyusunan standar
akuntansi.
2
C. Komponen Kerangka Konseptual
Gambar 1: Deegan (2008), Komponen Kerangka Konseptual (berdasarkan IASC/IASB
framework)
Komponen kerangka konseptual terdiri dari definisi laporan keuangan, pengguna
laporan keuangan, tujuan umum laporan keuangan, karakteristik kualitatif laporan
keuangan, elemen laporan keuangan, dan pendekatan keuangan.
1. Definisi laporan keuangan
Laporan keuangan entitas merupakan laporan berisi informasi penting
mengenai entitas yang yang dibutuhkan oleh pengguna untuk mengetahui
bagaimana laporan suatu perusahaan. Definisi laporan keuangan yang
dijelaskan IASB (2010) adalah:
“Financial statements are prepared and presented for external users by
many entities around the world.”
Arti dari definisi laporan keuangan tersebut yaitu laporan keuangan
merupakan laporan yang disusun dan disajikan untuk pengguna eksternal oleh
banyak entitas di seluruh dunia.
3
Measurement basis and techniquesRecognition criteria
Elements of financial statements
Qualitative characteristics of financial statements
Underlying assumptions
Objectives of financial statements
Definition of users of accounts and their information needs
Definition of the reporting entity
Definition of financial reporting
2. Definisi entitas pelaporan
Menurut FASB (2010) tentang The Reporting Entity, mendefinisikan
entitas pelaporan sebagai daerah yang dibatasi oleh kegiatan ekonomi yang
informasi keuangannya memiliki potensi untuk bermanfaat terhadap investor,
debitur, dan kreditur yang ada maupun yang potensial, yang tidak dapat secara
langsung memperoleh informasi yang mereka butuhkan dalam membuat
keputusan tentang menyediakan sumber daya untuk entitas dan dalam menilai
apakah manajemen dan dewan perusahaan telah membuat penggunaan yang
efisien dan efektif dari sumber daya yang disediakan.
3. Pengguna laporan keuangan
Pengguna laporan keuangan utama (primary user) menurut IASB (2010)
dan FASB (2010) sama yaitu terdiri dari investor yang ada dan potensial,
lenders, serta kreditur lain. Selain itu, menurut IASB (2010) ada pengguna
laporan keuangan lain yaitu manajemen pelaporan entitas, regulator, dan
masyarakat. Pengguna laporan keuangan lain yang dijelaskan FASB (2010) di
antaranya adalah karyawan, manajemen, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan
masyarakat. Gaffikin (2008) menguraikan pernyataan SAC 2 bahwa ada
kategori kelompok pengguna yang terdiri dari penyedia sumber daya, penerima
barang dan jasa, pihak yang melakukan review atau pengawasan fungsi,
manajemen, dan badan-badan yang mengatur. Pengguna laporan keuangan
yang dijelaskan IAI (2015) dalam KDPPLK meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
4. Tujuan umum laporan keuangan
Tujuan umum laporan keuangan yaitu agar pihak eksternal dapat
mengakses kinerja manajemen perusahaan untuk memastikan bahwa sumber
daya yang dipercayakan kepada manajemen sudah digunakan sesuai ketentuan.
Selain itu, laporan keuangan juga bertujuan untuk memudahkan penggunanya
dalam mengambil keputusan. Tujuan tersebut diperkuat dengan penjelasan
IASB (2010) dan FASB (2010) yaitu:
“The objective of general purpose financial reporting is to provide
financial information about the reporting entity that is useful to existing and
potential investors, lenders, and other creditors in making decisions about
providing resources to the entity. Those decisions involve buying, selling, or
4
holding equity and debt instruments and providing or settling loans and other
forms of credit.”
Pernyataan tersebut berarti bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi keuangan mengenai pelaporan entitas yang bermanfaat
bagi investor potensial, lenders, dan kreditur lain dalam membuat keputusan
tentang penyediaan sumber daya entitas. Keputusan tersebut mencakup
pembelian, penjualan, atau holding equity, dan instrumen utang serta
penyediaan atau penetapan pinjaman dan bentuk lain dari piutang. IAI (2015)
menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
5. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
Menurut IASB (2010), karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
jenis informasi yang paling berguna bagi pengguna laporan keuangan
(investor, lenders, dan kreditur lain) dalam pengambilan keputusan yang
didasarkan pada informasi yang tersedia dalam laporan keuangan.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan yang dijelaskan di dalam Conceptual
Framework for Financial Reporting 2010 terdiri dari:
a.) Karakteristik kualitatif fundamental
1.) Relevan
Informasi keuangan yang relevan adalah informasi yang dapat
membuat perbedaan dalam keputusan yang dibuat oleh pengguna
laporan keuangan. Informasi keuangan mampu membuat
keputusan berbeda jika memiliki nilai prediktif, nilai konfirmasi,
ataupun keduanya. Informasi keuangan mempunyai nilai prediktif
bila dapat digunakan sebagai masukan kepada pengguna untuk
memprediksi pengeluaran di masa mendatang. Sedangkan
informasi keuangan mempunyai nilai konfirmasi bila menyediakan
umpan balik mengenai evaluasi sebelumnya.
2.) Material
Materialitas merupakan aspek-aspek spesifik dari relevansi
berdasarkan sifat, besarnya, atau kedua item tersebut di mana
informasinya berkaitan dengan konteks laporan keuangan entitas
5
individu. Informasi yang material berarti informasi yang dapat
mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan yang dibuat
berdasarkan informasi keuangan. Menurut Deegan (2006),
pertimbangan materialitas memberikan dasar untuk membatasi
jumlah informasi yang diberikan ke tingkat yang dipahami
pengguna laporan keuangan, sehingga materialitas bisa menjadi
masalah ketika digunakan sebagai pembenaran atas kegagalan
pengungkapan beberapa informasi yang mungkin dianggap
berpotensi membahayakan entitas pelapor.
3.) Penyajian secara jujur
Informasi yang disajikan secara jujur harus memenuhi
karakteristik lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan. Informasi
yang lengkap yaitu mencakup semua informasi yang diperlukan
bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami fenomena yang
digambarkan. Informasi yang netral berarti tanpa bias dalam
pemilihan atau penyajian informasi keuangan. Bebas dari
kesalahan berarti tidak ada kesalahan atau kelalaian dalam dalam
deskripsi fenomena dan proses yang digunakan dalam
menghasilkan informasi yang dilaporkan. Deegan (2006)
memberikan penjelasan terkait netralitas dalam kinerja perusahaan,
dimana apabila yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan
keuangan dipengaruhi oleh kepentingan pribadinya, maka akan
berdampak pada pemilihan metode akuntansi yang mengarah pada
hasil yang bisa menguntungkan bagi kekayaan pribadi mereka
sendiri. Selain itu, standar akuntansi dan kerangka konseptual yang
dikembangkan melalui konsultasi publik dapat dianggap
mengandung unsur politik sehingga mengakibatkan satu kelompok
memperoleh dampak yang lebih besar.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk mengaplikasikan
karakteristik kualitatif fundamental, yaitu:
1.) Mengidentifikasi fenomena ekonomi yang berpotensi untuk
menjadi berguna bagi pengguna informasi keuangan laporan
entitas.
6
2.) Mengidentifikasi jenis informasi yang relevan dengan fenomena
yang ada.
3.) Menentukan apakah informasi yang tersedia sudah disajikan
secara wajar.
b.) Karakteristik kualitatif tambahan
1.) Dapat dibandingkan (Comparability)
Comparability adalah karakteristik kualitatif yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan untuk mengidentifikasi dan
memahami kesamaan serta perbedaan antar item. Hal ini menjadi
penting karena informasi tentang entitas akan menjadi lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan informasi yang sama
tentang entitas lain atau dengan informasi yang sama tentang
entitas sejenis dengan periode maupun tanggal yang bebeda.
2.) Dapat diverifikasi (Verifiability)
Proses verifikasi membantu meyakinkan pengguna bahwa
informasi sudah mewakili fenomena ekonomi. Verifikasi dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Verifikasi
langsung berarti memverifikasi jumlah atau representasi lain
melalui pengamatan langsung, misalnya dengan menghitung uang
tunai. Verifikasi tidak langsung berarti memeriksa input untuk
model, rumus, atau teknik lain dan menghitung ulang output
menggunakan metodologi yang sama. Contohnya adalah
memverifikasi jumlah tercatat persediaan dengan memeriksa input
(jumlah dan biaya) dan menghitung ulang persediaan akhir dengan
menggunakan asumsi arus biaya yang sama (misalnya
menggunakan FIFO).
3.) Ketepatan waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu berarti memiliki informasi yang tersedia untuk
pengambilan keputusan dalam waktu yang ditentukan untuk
mempengaruhi keputusan pengguna.
4.) Dapat dipahami (Understandability)
Laporan keuangan akan lebih mudah dipahami apabila dapat
mengklasifikasikan, mengkarakteristikan, dan menyajikan
7
informasi yang jelas serta ringkas. Laporan keuangan juga tidak
boleh memuat peristiwa yang rumit agar lebih mudah dimengerti.
Deegan (2006) menambahkan bahwa hal ini tidak berarti bahwa
informasi yang kompleks dan relevan dengan pengambilan
keputusan ekonomi harus dihilangkan dari laporan keuangan
hanya karena mungkin tidak dipahami oleh beberapa pengguna,
melainkan karena kerangka konseptual dikembangkan untuk
memandu pembuat standar akuntansi dalam pengaturan akuntansi,
sehingga karakter kualitatif dapat dipahami dilihat sebagai
persyaratan untuk pembuat standar dalam memastikan bahwa
standar akuntansi yang mereka kembangkan sudah menghasilkan
pengungkapan akuntansi yang dapat dimengerti.
Menurut Gaffikin (2008), karakteristik kualitatif laporan keuangan hanya
terdiri dari dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.
Sedangkan Deegan (2006) hanya menjabarkan empat karakteristik kualitatif
utama yaitu keandalan (reliability), relevansi, dapat dipahami, dan dapat
dibandingkan. Menurutnya, tampak bahwa kerangka IASB memberikan
keunggulan yang lebih besar untuk keandalan dan relevansi daripada dapat
dipahami dan dapat dibandingkan.
Karakteristik kualitatif yang dijelaskan oleh IAI (2015) terdiri dari dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan. Berikut ini adalah
penjabaran dari keempat karakteristik kualitatif tersebut:
1.) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna.
Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi.
2.) Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi
keputusan ekonomik pengguna dengan membantu mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Di dalam kualitas
relevan terdapat kualitas materialitas.
8
3.) Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Dalam kualitas
keandalan terdapat kualitas penyajian jujur, substansi mengungguli
bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, dan kelengkapan.
4.) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
6. Unsur – Unsur Laporan Keuangan
7. Asumsi – Asumsi pada Laporan Keuangan
8. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Menurut IASB (2010), pengakuan adalah proses menggabungkan item yang
memenuhi definisi elemen dan memenuhi kriteria pengakuan ke dalam neraca
atau laporan laba rugi. Hal ini melibatkan penggambaran item dalam kata-kata
dan dengan unit moneter, serta masuknya jumlah tersebut dalam neraca atau
laporan laba rugi total. Item yang memenuhi kriteria pengakuan harus diakui
dalam neraca atau laporan laba rugi. Kegagalan untuk mengenali item tersebut
tidak diperbaiki dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan
ataupun dengan catatan penjelasan. Sedangkan dalam SFAC no 5, pengakuan
adalah proses formal mencatat atau memasukkan item ke dalam laporan
keuangan suatu entitas sebagai aset, kewajiban, pendapatan, beban, atau
sejenisnya. Pengertian yang berbeda juga dikemukakan oleh IAI (2015) yang
mendefinisikan pengakuan sebagai proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan ke dalam neraca atau
laporan laba rugi.
Kriteria pengakuan menurut Deegan (2008), IASB (2010) dan IAI (2015):
a. besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke atau dari entitas; dan
9
b. item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal
(reliability).
Kriteria dasar pengakuan menurut SFAC no 5:
a. Terdefinisi: item tersebut memenuhi definisi dari elemen-elemen laporan
keuangan
b. Dapat diukur: memiliki atribut yang relevan dan dapat diukur dengan
keandalan yang mencukupi
c. Relevan: informasi tentang item tersebut dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan.
d. Dapat diandalkan: informasi disajikan secara jujur, terverifikasi, dan netral
Dalam menilai apakah suatu item memenuhi kriteria tersebut dan
memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan, hal yang perlu
dipertimbangkan adalah materialitas item tersebut. Keterkaitan antara unsur-
unsur menunjukan bahwa item yang memenuhi kriteria definisi dan
pengakuan untuk unsur tertentu, misalnya, aset, otomatis memerlukan
pengakuan unsur lain, misalnya, pendapatan atau kewajiban.
Berikut adalah jenis-jenis pengakuan pada unsur laporan keuangan:
a. Pengakuan Aset
Berdasarkan IASB (2010), suatu aset diakui di neraca apabila
kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke
entitas dan aset memiliki biaya atau nilai bahwa dapat diukur dengan
andal. Aset tidak diakui dalam neraca ketika pengeluaran telah terjadi
karena dianggap mustahil bahwa manfaat ekonomi akan mengalir ke
entitas melampaui periode akuntansi saat ini. Sebaliknya hasil transaksi
tersebut dalam pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
b. Pengakuan Liabilitas
Liabilitas diakui di neraca apabila ada kemungkinan bahwa arus
keluarnya sumber daya memiliki manfaat ekonomi akan terjadi karena
penyelesaian kewajiban kini dan jumlah penyelesaian dapat diukur dengan
andal. Dalam prakteknya, kewajiban di bawah kontrak yang sama-sama
10
secara proporsional belum terjadi (misalnya, kewajiban untuk persediaan
yang dipesan tetapi belum diterima) pada umumnya tidak diakui sebagai
kewajiban dalam laporan keuangan. Namun, apabila kewajiban tersebut
dapat memenuhi definisi kewajiban dan memenuhi kriteria pengakuan
dalam kondisi tertentu, mungkin memenuhi syarat untuk pengakuan.
Dalam keadaan seperti itu, pengakuan kewajiban memerlukan pengakuan
aset atau biaya terkait.
c. Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi ketika adanya
peningkatan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah timbul dan dapat diukur
dengan andal. Hal ini berarti, pada dasarnya, bahwa pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau
penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aset yang timbul dari
penjualan barang atau jasa atau penurunan kewajiban yang timbul dari
pelepasan hutang).
Prosedur biasanya diadopsi dalam praktek untuk mengakui
pendapatan, misalnya, persyaratan bahwa pendapatan harus diperoleh,
adalah aplikasi dari kriteria pengakuan dalam Kerangka Konseptual ini.
Prosedur tersebut umumnya diarahkan pada membatasi pengakuan sebagai
pendapatan untuk barang-barang yang dapat diukur dengan andal dan
memiliki tingkat kepastian yang memadai.
d. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
timbulnya peningkatan kewajiban yang dapat diukur dengan andal. Hal ini
berarti, pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
kewajiban atau penurunan aset (misalnya, akrual hak karyawan atau
penyusutan peralatan). Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu
11
yang diperoleh. Proses ini disebut dengan pengaitan biaya dengan
pendapatan.
9. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Menurut IASB (2010), pengukuran adalah proses penentuan jumlah
moneter di mana unsur-unsur dari laporan keuangan harus diakui dan dicatat di
neraca dan laporan laba rugi. Hal ini melibatkan pemilihan dasar tertentu
pengukuran.
Macam-macam dasar pengukuran menurut IASB (2010) dan IAI (2015)
adalah sebagai berikut:
a. Biaya historis (historical cost). Aset dicatat sebesar jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan yang diberikan
untuk mendapatkan aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat
sebesar jumlah yang diterima dalam pertukaran untuk kewajiban, atau
dalam beberapa keadaan (misalnya, pajak penghasilan), di sejumlah kas
atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam kondisi normal bisnis.
b. Biaya kini (current cost). Aset dinilai sebesar kas atau setara kas yang
harus dibayar jika aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Liabilitas dinyatakan pada jumlah kas atau setara kas yang tidak
didiskontokan yang akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
saat ini.
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset
dinyatakan sebesar kas atau setara kas yang dapat diperoleh saat ini
dengan menjual aset dalam pelepasan normal. Liabilitas disajikan
sebesar nilai penyelesaian mereka; yaitu, jumlah yang tidak
didiskontokan atas kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi liabilitas dalam kondisi normal bisnis.
d. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam kegiatan normal bisnis.
Liabilitas dicatat sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
12
menyelesaikan kewajiban dalam kegiatan normal bisnis. Pada SFAC no
7 disebutkan juga bahwa tujuan dari menggunakan nilai sekarang dalam
pengukuran akuntansi adalah untuk menangkap, sejauh mungkin,
perbedaan ekonomi antara set estimasi arus kas masa depan. Tanpa nilai
sekarang, aliran uang tunai $ 1.000 hari ini dan arus kas $ 1.000 pada 10
tahun kemudian tampil sama. Karena nilai sekarang membedakan antara
arus kas yang mungkin tampak mirip, pengukuran berdasarkan nilai
sekarang dari estimasi arus kas masa depan memberikan informasi yang
lebih relevan daripada pengukuran berdasarkan jumlah tidak didiskonto
dari arus kas.
Dalam SFAC no 5, selain ke empat dasar pengakuan yang telah
disebutkan diatas, juga terdapat satu (1) jenis dasar pengakuan lainnya yaitu
nilai pasar kini (current market value). Beberapa investasi surat berharga
dilaporkan pada nilai pasar kini, yaitu sejumlah kas atau setara kas, yang dapat
diperoleh dengan menjual aset pada likuidasi normal. Nilai pasar kini juga
digunakan secara umum untuk aset yang diharapkan dijual pada harga yang
lebih rendah daripada nilai tercatatnya.
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam
penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan
dengan dasar pengukuran yang lain.
10. Kendala Biaya (Cost Constraint)
Berdasarkan pada IASB (2010), biaya merupakan kendala yang dapat
menyebar luar pada informasi yang dapat disediakan oleh laporan keuangan.
Pelaporan informasi keuangan membutuhkan biaya dan besarnya biaya yang
dikeluarkan diharapkan sebanding dengan manfaat yang dihasilkan.
Penyedia informasi keuangan menghabiskan tenaga terbesar untuk
mengumpulkan, memproses, memverifikasi, dan menyebarluaskan informasi
keuangan, tetapi penguna akhirnya menanggung biaya-biaya dalam bentuk
pengurangan pengembalian. Pengguna informasi keuangan juga mengeluarkan
biaya untuk menganalisis dan mengintepretasikan informasi yang disediakan.
13
Pelaporan informasi keuangan yang relevan dan disajikan secara jujur
dimaksudkan untuk membantu pengguna untuk membuat keputusan dengan
lebih percaya diri. Investor, debitur dan kreditur juga menerima manfaatnya
dengan terciptanya keputusan yang berlandaskan informasi. Tetapi, tidaklah
memungkinkan apabila laporan keuangan umum menyediakan semua
informasi yang dianggap relevan oleh pengguna.
14