makalah kelompok 13 bencana

35
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT & BENCANA "Pengkajian Sistemik, BCP, dan Peran Perawat dalam Bencana" Oleh : Kelmpok 13 NUR AISYAH C121 12 013 NURSAKTIANI C 121 12 025 DIRGA DIJAYA MULYADI C 121 12 107 LULUIL MAKNUN C 121 12 256 MILKA MARAMBA C 121 12 269 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: dian-atma-p

Post on 21-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok 13 Bencana

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT & BENCANA

"Pengkajian Sistemik, BCP, dan Peran Perawat dalam Bencana"

Oleh :

Kelmpok 13

NUR AISYAH C121 12 013

NURSAKTIANI C 121 12 025

DIRGA DIJAYA MULYADI C 121 12 107

LULUIL MAKNUN C 121 12 256

MILKA MARAMBA C 121 12 269

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

Page 2: Makalah Kelompok 13 Bencana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang

"Pengkajian Sistemik, BCP, dan Peran Perawat dalam Bencana" Sebagai bahan materi

meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan

demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat bahwa

tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya

kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami

memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassr, 17 Februari 2015

Klp 13

Page 3: Makalah Kelompok 13 Bencana

PENDAHULUAN

Tidak ada tempat di dunia yang benar-benar bebas dari ancaman bencana. Bencana

dan nikmat karunia adalah ibarat dua sisi mata uang. Siang dan malam, senang dan

sedih,besar dan kecil, sedikit dan banyak, lunak dankeras, luar dan dalam, atas dan

bawah, gelapdan terang, kanan dan kiri, tinggi dan rendah, gaya gravitasi dan

sentrifugal , perlambatandan percepatan, kesemua tersebut adalahdua kondisi yang

memang faktanya berlainan namun ada di dunia. Bencana selalu datang sekonyong-

konyong, mendadak dan terjadi pada saat yang tidak diinginkan oleh siapapun. Bencana

sering terjadi di saat sebagian besar manusia belum melakukan persiapan

menghadapinya. Beberapa bencana yang sering terjadi antara lain adalah banjir, tanah

longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin topan, badai dan tornado,

gelombang pasang, gempa bumi, tsunami, letusan gunung, kegagalan teknologi termasuk

tabrakan beruntun, runtuhnya bangunan dan bocornya radiasi nuklir, kerusuhan sosial

(chaos), dan wabah penyakit. Ke tiga belas jenis bencana tersebut di atas pada dasarnya

dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu bencana yang terjadi karena alam dan

yang lain adalah bencana yang terjadi akibat ulah manusia sendiri. (Maulana, 2013)

Bencana yang terjadi membawa sebuah konsekuensi untuk mempengaruhi manusia

dan / atau lingkungannya. Kerentanan terhadap bencana dapat disebabkan oleh

kurangnya manajemen bencana yang tepat, dampak lingkungan, atau manusia sendiri.

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kapasitas ketahanan komunitas terhadap

bencana. Kawasan Asia berada di urutan teratas dari daftar korban akibat bencana alam.

Hampir setengah bencana di dunia terjadi di Asia membuat wilayah ini rawan bencana.

Laporan dari ESCAP juga merinci daftar negara di kawasan Asia Pasifik mengalami

bencana alam selama periode 1980-2009. Sebagai contoh, Indonesia menempati

peringkat kedua dalam daftar jumlah kematian tertinggi akibat bencana alam di Asia-

Pasifik. Selama 20 tahun terakhir, berbagai bencana alam di negara ini juga telah

menyebabkan kerugian ekonomi paling sedikit US $ 22,5 miliar. Data ini terdapat dalam

The Asia Pasifik Disaster Report 2010 yang disusun oleh The Economic and Social

Commission for Asia and the Pasifik (ESCAP) dan The UN International Strategy for

Disaster Reduction (UNISDR). Ini adalah pertama kalinya PBB menyiapkan laporan

khusus tentang bencana alam di kawasan Asia-Pasifik yang dipublikasikan pada 26

Oktober 2010. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang rentan akibat

berbagai bencana alam.(Ulum, 2013)

Page 4: Makalah Kelompok 13 Bencana

Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang

sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam terseut

serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan

timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan

kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam.

Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi

(gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir,

tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit

manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan

industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana

akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya

yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks

merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik.

Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau

perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan

secara terarah dan terpadu. Penanggulangan yang dilakukan selama ini belum didasarkan

pada langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang

tindih dan bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak tertangani.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan

bencana, mempunyai perencanaan penanggulangan bencana. Secara lebih rinci

disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. (Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana No4 Tahun 2008 , 2008)

Page 5: Makalah Kelompok 13 Bencana

PENGKAJIAN SISTEMIK (SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH BENCANA)

Sejak dini, kita perlu menyadari bahwa kita hidup di wilayah rawan bencana.

Kenyataan ini mendorong kita untuk mempersiapkan diri, keluarga, dan komunitas di

sekitar kita. Kesiapsiagaan diri diharapkan pada akhirnya mampu untuk

mengantisipasi ancaman bencana dan meminimalkan korban jiwa, korban luka,

maupun kerusakan infrastruktur. Mulai dari dalam diri sendiri, kita dapat membantu

keluarga dan komunitas untuk membangun kesiapsiagaan, maupun pada saat

menghadapi bencana dan pulih kembali pasca bencana .

Berikut beberapa jenis bencana dan cara apa yang kita harus lakukan ketika bencana

itu datang :

1. Gempa Bumi

Bencana ini bersifat tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Gempabumi

dapat menimbulkan dampak korban jiwa, luka, maupun kerusakan infrastruktur

yang sangat signifikan. Kita harus belajar dari kejadian gempabumi yang terjadi

di Yogyakarta (2006) dan Padang (2009). Mengidentifikasi potensi bahaya dan

perencanaan yang berstandar aman dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi

korban luka maupun kerusakan infrastruktur.

Ada beberapa hal dilakukan sebelum terjadi gempabumi

Kita tidak dapat mengetahui kapan gempa akan terjadi sehingga persiapan

menjadi sangat penting untuk menyelamatan jiwa, mengurangi korban luka,

maupun kerusakan infrasturktur. Ada 6 langkah untuk persiapan.

Cek potensi bahaya di rumah

Lekatkan lemari secara aman pada dinding

Tempatkan barang besar dan berat ada bagian bawah lemari

Letakkan barang pecah belah pada bagian yang lebih rendah dan di bagian

tertututp

Gantungkan barang yang berat seperti pigura foto atau cermin, jauh dari

tempat tidur, sofa, ataupun tempat di mana orang duduk

Page 6: Makalah Kelompok 13 Bencana

Pastikan lampu langit-langit terpasang dengan kuat

Perbaiki apabila terjadi kerusakan pada jaringan listrik atau gas.

Amankan pemanas air dengan terpasang dengan baik pada dinding.

Perbaiki keretakan pada langit-langit atau fondasi. Konsultasikan dengan

ahli bangunan apabila membutuhkan informasi mengenai struktur

bangunan yang kurang kuat.

Tempatkan bahan-bahan yang mudah terbakar dalam lemari tertutup dan

letakkan paling bawah.

Identifikasi tempat aman di dalam dan luar rumah

Di bawah perabot yang kuat, seperti meja dan kursi

Merapat pada dinding, seperti berdiri pada siku bangunan

Menjauh dari kaca atau cermin atau pun barang-barang berat yang

berpotensi jatuh

Di luar rumah, jauhi bangunan, pohon, dan jaringan telepon atau listrik,

atau bangunan yang mungkin runtuh

Bekali pengetahuan diri sendiri dan anggota keluarga

Memiliki daftar kontak yang dibutuhkan, seperti Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) provinsi, kabupaten, kota, TNI, Polisi, rumah

sakit, PMI, atau pun dinas pemadam kebakaran.

Bekali anak-anak bagaimana dan kapan harus menghubungi pihak-pihak

di atas, dan mencari stasiun radio untuk mencari informasi darurat

Bekali semua anggota keluarga bagaimana dan kapan harus mematikan

gas, listrik, dan air.

Siapkan dukungan logistik darurat

Lampu senter dan baterai cadangan

Radio dengan baterai

Page 7: Makalah Kelompok 13 Bencana

Perlengkapan PPPK dan panduannya

Makanan siap saji dan minuman (perhatikan masa berlakunya)

Obat-obatan khusus disesuaikan dengan kebutuhan pemakai

Uang secukupnya

Sepatu khusus

Merencanakan mekanisme komunikasi darurat

Pada kasus apabila anggota keluarga terpisah pada saat bencana,

rencanakan cara untuk mengumpulkan anggota keluarga setelah bencana.

Menanyakan kepada saudara atau teman yang berlokasi di luar area

tempat tinggal kita untuk bersedia sebagai penghubung keluarga .

Bantu komunitas untuk siap siaga

Bekerja sama dengan media lokal untuk membuat kolom khusus terkait

informasi respon darurat setelah bencana. Disebutkan juga pada kolom

tersebut nomor telepon BPBD, instansi pemerintah terkait, rumah sakit,

dan PMI.

Kenali bersama keluarga mengenai potensi bencana yang ada di sekitar

rumah

Bekerja sama dengan BPBD, PMI, atau pihak terkait lainnya untuk

menyiapkan laporan khusus bagi masyarakat dengan mobility impairment

pada apa yang akan kita lakukan selama gempabumi

Melakukan simulasi evakuasi sederhana di rumah

Mencari informasi dari pihak terkait tentang pemutusan listrik dan air

pada saat bencana

Bekerja sama dengan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang

building code, retrofitting program, ancaman bahaya, dan rencana yang

disusun oleh keluarga pada saat keadaan darurat .

Page 8: Makalah Kelompok 13 Bencana

Apa yang dilakukan pada saat bencana

Tetap berada di tempat yang menurut Anda aman selama terjadi gempa.

Waspadai gempa susulan yang terkadang guncangannya lebih kuat. Perhatikan

langkah Anda ke tempat aman lain dan tetap berada di sekitar tempat itu sampai

guncangan berhenti dan Anda dapat keluar dengan aman .

Ketika di dalam ruangan

Merunduk hingga menyentuh lantai; cari perlindungan di bawah meja atau

perabot lain yang kuat; dan tunggu hingga guncangan berhenti. Apabila

tidak ada meja atau perabot untuk berlindung, lindungi kepala anda

dengan lengan kemudian merayap menuju ruangan.

Jauhi gelas, jendela, atau apa pun yang mungkin memjatuhi Anda.

Tetap di tempat tidur apabila terjadi gempa, lindungi kepala Anda dengan

bantal. Apabila ada kemungkinan benda berat akan menimpa Anda, segera

menuju ke sisi terdekat yang aman.

Tetap di dalam ruang hingga guncangan berhenti, dan keluarlah ketika

sudah aman. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang terluka karena

mereka berusaha untuk menuju ke lokasi yang berbeda atau berusaha ke

luar bangunan.

Waspadai segala kemungkinan yang timbul akibat arus pendek.

JANGAN menggunakan lift.

Ketika di luar ruangan

Tetaplah di luar

Jauhi dari gedung, lampu jalan, atau jaringan berkabel.

Ketika di luar, tetaplah di luar hingga guncangan berhenti. Bahaya paling

besar berada langsung di luar bangunan; pada pintu keluar, exterior

sepanjang dinding luar.

Di dalam kendaran

Page 9: Makalah Kelompok 13 Bencana

Menepi dan berhenti segera. Tetap tinggal di dalam kendaraan. Hindari

berhenti di dekat atau di bawah bangunan, pohon, jembatan, atau pun

jaringan berkabel.

Lanjutkan berkendara setelah gempa berhenti. Hindari jalan, jembatan,

atau halangan yang telah rusak akibat gempa.

Ketika terjebak di dalam reruntuhan

Jangan menyalakan api

Jangan bergerak atau apa pun yang menimbulkan debu

Tutupi mulut Anda dengan sapu tangan atau kain

Munculkan suara pada pipa atau dinding sehingga tim SAR dapat mencari

posisi Anda. Gunakan peluit apabila tersedia. Berteriak adalah jalan

terakhir yang dapat dilakukan, tapi hal ini dapat menyebabkan akan

menghirup debu .

Apa yang dilakukan setelah terjadi bencana

Siaga kemungkinan yang terjadi setelah gempa. Gelombang guncangan kedua

biasanya kurang mematikan tetapi dapat lebih kuat untuk memberikan

kerusakan tambahan hingga memperlemah struktur bangunan dan dapat terjadi

pada satu jam pertama, beberapa hari, minggu, bahwa bulan setelah gempa.

Dengarkan radio atau televisi yang bisa diakses. Perhatikan informasi terkini

terkait respon darurat.

Gunakan telpon untuk panggilan darurat

Buka laci lemari secara hati-hati. Waspadai benda-benda yang dapat menjatuhi

Anda.

Jauhi area yang hancur. Jauhi area yang hancur kecuali memang kehadiran Anda

dibutuhkan oleh pihak berwenang, seperti kepolisian, pemadam kebakaran,

atau tim SAR. Kembalilah ke rumah apabila pihak berwenang mengatakan

bahwa kondisi telah aman.

Page 10: Makalah Kelompok 13 Bencana

Bantu korban luka atau yang terjebak. Ingat untuk selalu membantu tetangga atau

siapa pun yang membutuhkan pertolongan khusus seperti anak-anak, orang

tua, atau orang cacat. Berikan pertolongan pertama secara tepat. Jangan

pindahkan korban yang terluka serius untuk menghindari luka yang lebih

parah. Carilah bantuan kepada tim medis yang lebih ahli.

Bersihkan cairan yang berbahaya. Tinggalkan lokasi yang berbau cairan

berbahaya seperti gas atau cairan kimia.

Periksa beberapa peralatan.

Periksa apabila terjadi kebocoran gas. Jika tercium bau gas, segera buka

jendela dan segera keluar bangunan.

Periksa kerusakan listrik. Apabila ditemukan jaringan kabel yang rusak

dan tercium bau panas listrik, segera matikan listrik.

Periksa kerusakan tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa. Apabila

terjadi kerusakan pada tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa,

hindari penggunaan toilet dan panggil tukang di bidangnya. Hubungi

instansi yang berwenang untuk antispasi pencemaran air yang lebih luas.

2. Tsunami

Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air

bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi, dan

jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan

dapat mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter.

Tsunami sangat berpotensi bahaya meskipun tsunami ini tidak terlalu merusak

garis pantai. Gempa yang disebabkan pergerakan dasar laut atau pergeseran

lempeng yang paling sering menimbulkan tsunami. Pada tahun 2006 Indonesia

mengalami tsunami dahsyat setelah gempabumi berskala 8.9 SR terjadi di sekitar

Aceh. Area yang memiliki risiko tinggi jika gempa bumi besar atau tanah longsor

terjadi dekat pantai gelombang pertama dalam seri bisa mencapai pantai dalam

beberapa menit, bahkan sebelum peringatan dikeluarkan. Area berada pada risiko

yang lebih besar jika berlokasi kurang dari 25 meter di atas permukaan laut dan

dalam beberapa meter dari garis pantai.

Page 11: Makalah Kelompok 13 Bencana

Hal-hal yang dilakukan sebelum dan pada saat terjadi tsunami

Nyalakan radio untuk mengetahui apakah tsunami terjadi setelah adanya

gempabumi di sekitar wilayah pantai.

Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara

waktu.

Jauhi pantai. Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami.

Apabila Anda dapat melihat gelombang, anda berada terlalu dekat. Segera

menjauh.

Waspada- apabila terjadi air surut, jauhi pinggir pantai. Ini merupakan salah

satu peringatan tsunami dan harus diperhatikan.

Hal-hal yang dilakukan setelah terjadi tsunami

Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak

berwenang.

Jauhi reruntuhan di dalam air. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keamanan

perahu penyelamat dan orang-orang di sekitar.

Utamakan keselamatan dan bukan barang-barang Anda.

3. Banjir

Banjir adalah bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Bencana yang

disebabkan oleh faktor hidrometeorologi ini selalu meningkat setiap tahunnya.

Meskipun terkadang tidak menimbulkan banyak korban jiwa, bencana ini tetap

saja merusak infrastruktur dan mengganggu stablitas perekonomian masyarakat

secara signifikan.

Karakteristik banjir sangat beragam. Banjir dapat disebabkan karena curah

hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi serapan tanah yang cukup. Atau dapat

terjadi dalam bentuk rob atau bandang. Oleh karena itu, kita harus siap untuk

mengantisipasi setiap jenis bencana banjir.

Hal-hal yang dilakukan sebelum terjadi banjir

Page 12: Makalah Kelompok 13 Bencana

Perhatikan ketinggian rumah Anda dari bangunan yang rawan banjir.

Tinggikan panel listrik

Hubungi pihak berwenang apabila akan dibangun dinding penghalang di sekitar

wilayah Anda.

Hal-hal yang dilakukan pada saat terjadi bencana

Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda:

Simak informasi dari radio mengenai informasi banjir

Waspada terhadap banjir yang akan melanda. Apabila terjadi banjir

bandang, beranjak segera ke tempat yang lebih tinggi; jangan menunggu

instruksi terkait arahan beranjak.

Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat

lain yang tergenang air. Banjir bandang dapat terjadi di tempat ini dengan

atau tanpa peringatan pada saat hujan biasa atau deras.

Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi:

Amankan rumah Anda. Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot

di luar rumah. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang

lebih tinggi di dalam rumah.

Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang.

Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh

peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas air.

Apabila Anda harus meninggalkan rumah:

Jangan berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat

mengakibatkan Anda jatuh. Apabila Anda harus berjalan di air,

berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak. Gunakan tongkat atau

sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda berpijak.

Page 13: Makalah Kelompok 13 Bencana

Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik,

abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini

tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.

4. Tanah Longsor

Tanah longsor seringkali dipicu oleh curah hujan tinggi dan terjadi selama

beberapa hari. Struktur tanah yang labil sangat mudah mengalami longsor hingga

mengakibatkan bencana khususnya bagi masyarakat yang berada di posisi lebih

rendah. Tanah longsor juga dapat dipicu oleh getaran gempa hingga merontokkan

struktur tanah di atas .

Anda dan masyarakat di pegunungan atau perbukitan harus memperhatikan

tempat sekeliling Anda tinggal dan berkonsultasi dengan ahli terkait dengan

kondisi tempat tinggal Anda .

Hal-hal yang dilakukan sebelum terjadi tanah longsor

Waspada terhadap curah hujan yang tinggi

Persiapkan dukungan logistik

Makanan siap saji dan minuman

Lampu senter dan baterai cadangan

Uang tunai secukupnya

Obat-obatan khusus sesuai pemakai

Simak informasi dari radio mengenai informasi hujan dan kemungkinan tanah

longsor.

Apabila pihak berwenang menginstruksikan untuk evakuasi, segera lakukan hal

tersebut.

Hal-hal yang dilakukan pada saat terjadi tanah longsor

Apabila Anda di dalam rumah dan terdengar suara gemuruh, segera ke luar cari

tempat lapang dan tanpa penghalang

Page 14: Makalah Kelompok 13 Bencana

Apabila Anda di luar, cari tempat yang lapang dan perhatikan sisi tebih atau

tanah yang mengalami longsor .

Hal-hal yang dilakukan sesudah terjadi tanah longsor

Jangan segera kembali ke rumah Anda, perhatikan apakah longsor susulan masih

akan terjadi.

Apabila Anda diminta untuk membantu proses evakuasi, gunakan sepatu khusus

dan peralatan yang menjamin keselamatan Anda.

Perhatikan kondisi tanah sebagai pijakan yang kokoh bagi langkah Anda.

Apabila harus menghadapi reruntuhan bangunan untuk menyelamatkan korban,

pastikan tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk atau menunggu pihak

berwenang untuk melakukan evakuasi korban .

Kelompok Rentan

Memahami secara utuh batasan tentang bencana dan fokus konseptual

penanggulangan bencana adalah manusia yang potensial sebagai korban, maka dua

hal mendasar yang perlu menjadi fokus utama adalah mengenali kelompokrentan

(vulnerable group) dan meningkatkan kapasita masyarakat sebagai subjek

penyelengaraan penanggulangan bencana.

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) mausia atau masyarakat yang

menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi

bencana untuk mencega, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak

bahaya tertentu. Kerentananini mencakupkerentanan fisik, ekonomi, social,

danperilaku yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.

Dalam Undang-undang Penanggulangan Bencana Pasal 55 dan penjelasan Pasal

26 Ayat 1, disebutkan bahwa masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat

yang membutuhkan bantuan karena keadaan yang di sandangnya di antaranya

diantaranya bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, penyandang cacat, dan

lanjut usia. Secara umum, kerentanan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat

dikelompokkan menjadi berikut ini:

Kerentanan Fisik

Page 15: Makalah Kelompok 13 Bencana

Kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya

tertentu, misalnya kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat di dekat bantaran

sungai.

Kerentanan Ekonomi

Kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam pengalokasian sumber

daya untuk pencegahan dan mitigasi serta penanggulangan bencana. Pada

umumnya, masyarakat miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya

karena tidak punya kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya

pencegahan atau mitigasi bencana.

Kerentanan Sosial

Kondisi sosial masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan tentang

ancaman bahaya dan risiko bencana, serta tingkat kesehatan yang rendah juga

berpotensi meningkatkat kerentanan.

Kerentanan Lingkungan

Keadaan lingkungan di sekitar masyarakat tinggal. Misalnya, masyarakat yang

tinggal di lereng bukit atau lereng pegunungan rentan terhadap ancaman bencana

tanah longsor, sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah sulit air akan rentan

terhadap bencana kekeringan.

Kerentanan masyarakat dalam menghadapi bencana juga bergantung pada

potensi ancaman bencana itu sendiri. Dalam hal ini, semua ancaman bahaya dapat

dipetakan sesuai jenis kerentanan yang akan dihadapi oleh masyarakat, misalnya

bencana letusan gunung api, ancaman bahayanya mencakup materiel yang

menimbulkan awan panas, materiel letusan yang terbawa angin yang

mengakibatkan hujan abu, longsoran materiel pada musim hujan (lahar

dingin)yang seluruhnya mempunyai ancaman tersendiri dan menimbulkan

kerentanan khusus bagi kelompok masyarakat tertentu. Hujan abu, misalnya

potensial mengakibatkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagi anak

sampai radius 25 km bahkan lebih. Artinya, dalam konsepsi penanggulangan

bencana, pemetaan ancaman bahaya (hazard) harus melihat potensi bahaya utama

(main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard) yang secara

keseluruhan akan berpengaruh pada potensi kerentanan masyarakat dalam

menghadapi bencana.

Permasalah dalam Penanggulangan Bencana

Page 16: Makalah Kelompok 13 Bencana

Secara umum, masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah di daerah

memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut ini:

Kekurangannya pemahaman terhadap karakteristik bahaya (hazard)

Sikap atau perilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA

(vulnerability)

Kurangnya informasi atau peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.

Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.

Ketikan bahaya dan ketentraman tadi dipicu dengan adanya fenomena alam

maupun buatan manusia , maka timbul masalah beruntun, meluputikorban jiwa dan

lika, pengungsi, kerusakan infrastruktur, dan terputusnya pelayanan public. Sebagian

besar masalah ini pada akhirnya merupakan masalah social dan masalah kesehatan.

Berikut ini merupakan akibat-akibat bencana yang dapat muncul baik langsung

mapun tidak langsung terhadap bidang kesehatan.

Korban jiwa, luka, dan sakit (berkaitan dengan angka kematian dan kesakitan)

Adanya pengungsi yang pada umumnya akan menjadi rentan dan beresiko

mengalami kurang gizi, tertular penyakit, dan menderita stress.

Kerusakan lingkungan sehingga kondisi menjadi darurat dan menyebabkan

keterbatasan air dan sanitasi serta menjadi tempat perindukan vector penyakit.

Sringkali tidak diatasi segera, maka derajat kesehatan semakin menurun semakin

menurun dan berpotensi menyebabkan terjadinya KLB.

Penyakit-penyakit yang sering kali diderita para pengungsi di Indonesia tidak

lepas dari kondisi kedaruratan lingkungan, antara lain meliputi diare, ISPA, campak,

dan maralia. WHO mengidentifikasi empat penyakit tersebut sebagai The Big Four.

Kejadian penyakit spesifik seringkali muncul sesuai dengan karakteristik bencana

yang terjadi.

Dengan melihat faktor resiko yang terjadi akibat bencana, maka penanggulangan

bencana sektor kesehatan busa dibagi menjadi aspek medis dan aspek kesehatan

masyarakat. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan merupakan salah satu

bagian dari aspek kesehatan masyarakat. Berikut ini merupakan ruang lingkup bidang

pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan terutama pada saat tanggap

darurat dan pasca-bencana.

Page 17: Makalah Kelompok 13 Bencana

Sanitasi darurat. Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih

dan jamban-jamban, kualitas tempat pengungsian, serta pengaturan limbah sesuai

standar. Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan

risiko penularan penyakit.

Pengendalian vektor. Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka

kemungkinan terdapat nyamuk dan vektor lain sdisekitar pengungsi. Ini termasuk

adanya timbunan sampah dan genangan air yang memungkinkan terjadinya

perindukan vektor. Maka kegiatan pengendalian vektor terbatas sangat

diperlukan, baik dalam bentuk spraying maupun fogging, larvadising, maupun

manipulasi lingkungan.

Pengendalian penyakit. Bila dari laporan pos-pos kesehatan diketahui terdapat

peningkatan kasus penyakit, terutama yang berpotensi KLB, maka dilakukan

pengendalian melalui intensifikasi penatalaksanaan kasus serta penanggulangan

faktor resikonya. Penyakit yang memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.

Imunisasi terbatas. Pengungsi pada umumnya rentan terhadap penyakit,

terutama orang tua, ibu hamil, bayi, dan balita. Bagi balita perlu imunisasi

campak biladalam catatan program daerah tersebut belum mendapatkan crash

program campak. Jenis imunisasi lain mungkin diperlukan sesuai dengan

kebutuhan setempat seperti yang dilakukan untuk mencegah kolera bagi

sukarelawan di Aceh pada tahun 2005 dan imunisasi tetanus toksoid (TT) bagi

sukarelawan di DIY dan Jateng pada tahun 2006.

Survelans epidemiologi. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi

epidemiologipenyakit potensi KLB dan faktor resiko. Atas informasi inilah maka

dapat ditentukan pengendalian penyakit, pengendalian vektor, dan pemberian

imunisasi. Informasi epidemiologi yang harus diperoleh melalui kegiatan

surveilans epidemiologi adalah:

Reaksi sosial

Penyakit menular

Perpindahan penduduk

Pengaruh cuaca

Makanan dan gizi

Persediaan air dan sanitasi

Page 18: Makalah Kelompok 13 Bencana

Kesehatan jiwa

Kerusakan infrastruktur kesehatan.

BUSINESS CONTUINITY PLAN (BCP)

Pengertian

Business Continuity Planning (BCP), merupakan keadaan dimana kondisi

bisnis harus dapat terus berjalan pasca terjadinya bencana. BCP dikaitkan dengan

bagaimana posisi suatu organisasi dalam merencanakan dan membuat rencana

kerja untuk mengantisipasi kondisi organisasi tersebut saat terjadinya bencana dan

memastikan bisnis dapat berjalan minimal organisasi masih dapat memberikan

layanannya setelah pasca bencana terjadi. Pada dasarnya BCP di rancang pada

posisi pencegahan (preventive) , dimana bencana dapat timbul sewaktu-waktu

sehingga proses bisnis akan terhambat.

Langkah Penerapan BCP

Menurut standar CISSP (Certified Information System Security Proffesional),

proses BCP meliputi 4 fase, yaitu :

Penetapan Ruang lingkup dan perencanaan

Penetapan Business Impact Assessment (BIA)

Pengembangan Business Continuity Plan

Persetujuan rencana dan implementasi

Fase 1. Penetapan Ruang Lingkup dan Perencanaan

Pada fase ini kebutuhan akan ruang lingkup dari kondisi BCP direncanakan

dimana semua elemen-elemen yang diperlukan seperti penanggung jawab

pelaksana tindak saat bencana terjadi, area kritis yang perlu dilindungi dan perlu

tetap berjalan setelah keadaan bencana terjadi didefnisikan pada fase ini, selain hal

tersebut dana yang dibutuhkan pada saat bencana dan pasca bencana perlu

direncanakan dan di definisikan. Beberapa area kritis yang perlu di definisikan

pada tahap ini meliputi :

Page 19: Makalah Kelompok 13 Bencana

Kebutuhan Jaringan LAN, WAN dan komputer server

Kebutuhan komunikasi data dan telekomunikasi

Kebutuhan workstation dan ruang kerja sementara pasca bencana

Kebutuhan aplikasi, perangkat lunak dan data (backup)

Kebutuhan akan media dan record penyimpanan data

Kebutuhan sumber daya yang akan bertugas pasca bencana serta proses produksi

dari organisasi

Hal yang penting untuk di ketahui. Lindungi sumber daya manusia sebagai aset

paling berharga merupakan suatu hal yang pertama untuk di proteksi terlebih

dahulu. Pembentukan komite BCP pada organisasi merupakan hal yang penting

dalam menetapan BCP. Definisikan tugas dan ruang lingkup tugas dari komite

BCP tersebut saat terjadinya bencana, komite tersebut merupakan task force yang

akan bertugas meringankan kondisi saat bencana berlangsung dan mempersiapkan

action plan setelah bencana terjadi. Pada fase ini pendefinisian dan pemilihan

asuransi perlu ditetapkan.

Fase 2. Penetapan Business Impact Assessment (BIA)

The purpose of a BIA is to create a document to be used to help understand

what impact a disruptive event would have on the business. The impact might be

financial (quantitative) or operational (qualitative, such as the inability to respond

to customer complaints). A vulnerability assessment is often part of the BIA

process. BIA has three primary goals: Criticality Prioritization. Every critical

business unit process must be identified and prioritized, and the impact of a

disruptive event must be evaluated. Obviously, non-time-critical business

processes will require a lower priority rating for recovery than time-critical

business processes. Downtime Estimation. The BIA is used to help estimate the

Maximum Tolerable Downtime (MTD) that the business can tolerate and still

remain

Fase ini merupakan fase untuk membuat suatu dokumentasi yang digunakan

untuk membantu staf task force saat bencana berlangsung. Dampak atas bencana

Page 20: Makalah Kelompok 13 Bencana

pada dasarnya dikategorikan dalam 2 bentuk yaitu dampak yang berhubungan

dengan nilai uang (bersifat kuantitatif) serta dampak yang berhubungan dengan

operasional (kualitatif), analisa dampak tersebut di definisikan dan di buat

panduannya, dimana penaksiran atas kelemahan yang muncul saat terjadinya

bencana merupakan bagian dari BIA itu sendiri. BIA memiliki 3 tujuan utama,

yaitu :

Criticality Prioritized

Setiap proses bisnis yang bersifat kritis perlu di identifikasikan dan di

klasifikasikan berdasarkan skala prioritas tertentu, dampak yang terjadi saat

kegiatan bisnis berhentipun perlu di evaluasi. Proses bisnis yang bersifat non

time critical di definisikan dalam skala prioritas yang lebih kecil saat proses

recovery dari kegiatan di skalanya dengan jelas.

Downtime Estimation

Pada prinsipnya BIA dibuat untuk membantu memperkirakan

Toleransi Maksimum Terhentinya Kegiatan (Maximum Tolerable Downtime |

MTD), yaitu kondisi dimana berapa lama maksimum yang dibutuhkan oleh

organisasi dalam proses pemulihan dirinya. Semakin lama periode terhentinya

kegiatan bisnis maka semakin kritis organisasi tersebut dalam memulihkan

diri. Tahapan ini perlu di rencanakan lama waktu downtime kegiatan bisnis

dari suatu organisasi sehingga waktu pulih dari keadaan bencana dapat

diperkirakan dan analisa atas kerugian kesempatan (opportunity loss profit)

dapat dikurangi.

Kebutuhan Sumber Daya

Kebutuhan sumber daya saat proses bencana berlangsung perlu di

definisikan pada tahap ini, dimana kondisi yang cukup rumit bakal terjadi

sehingga alokasi sumber daya yang tepat merupakan hal yang perlu di

perhatikan.

Pada prinsipnya secara umum BIA membutuhkan 4 langkah dalam

proses pembentukan dokumentasinya, yaitu :

Mengumpulkan kebutuhan materi yang akan dinilai

Page 21: Makalah Kelompok 13 Bencana

Menyelenggarakan prakiraan atas kelemahan yang ada saat bencana

terjadi

Menganalisa informasi yang telah terkumpul

Mendokumentasikan hasil penilaian dan mengemasnya dalam bentuk

rekomendasi yang diperlukan saat terjadinya bencana

PERAN PERAWAT DALAM BENDACA MELIPUTI PRE INTRA DAN PASCA

BENCANA

Fase Preimpact (sebelum), merupakan warning phase , tahap awal dari bencana.

Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase

inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga

masyarakat.

Peran Perawat

Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam

penanggulangan bencana untuk setiap fasenya.

Perawat ikut serta dalam berbagai dinas pemerintahan , organisasi lingkungan,

palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam

memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman

bencana kepada masyarakat.

Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan

kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal

berikut:

Usaha pertolongan diri sendiri ( pada masyarakat tersebut)

Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota

keluarga yang lain.

Pembekalan informasi tentang bagaimana menyiapkan dan membawa

persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.

Perawat juga dapat memberikan alamat atau nomor telfon darurat, seperti

pemadam kebakaran, rumah sakit dan ambulance.

Page 22: Makalah Kelompok 13 Bencana

Memberi informasi tenpat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko

bencana.

Memberikan informasi mengenai peralatan yang disediakan .

Fase Impact (Saat) merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat

dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase

impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat

dilakukan.

Peran Perawat

Bertindak cepat

Don't promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,

dengan maksud memberikan harapan yang besar bagi para korban.

Berkonsentrasi penuh terhadap tindakan yang dilakukan.

Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership)

Untuk jangka yang panjang, mendiskusikan dan merancang master plan of

revitalizing dengan pihak yang terkait, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan

pertama.

Fase Postimpact (Setelah) merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan

dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada

fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban

akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-

menawar, depresi hingga penerimaan.

Peran Perawat

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial dan

psikologis tertentu.

Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-

trumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria

utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut

mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun

peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan menunjukkan

gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan

konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.

Page 23: Makalah Kelompok 13 Bencana

Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama

dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca

gawat daruratserta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan

sehat dan aman.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik

dalam Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No4 Tahun 2008 . (2008).

Page 24: Makalah Kelompok 13 Bencana

Maulana, I. T. (2013). Penanggulangan Bencana DBD Dengan Cara Reka Ulang Bak Air

Bangunan. Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, 47-57.

Terwujudnya penanggulangan bencana secara cepat, tepat, terencana, terkoordinasi dan

terpadu. (n.d.). Retrieved from BPBN Kabupaten Pacitan:

http:/bpbd.pacitankab.go.id/siaga-bencana/

Ulum, M. C. (2013). Governance dan Capacity Building dalam Manajemen Bencana Banjir

di Indonesia. Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 4, 1-4.