makalah kel 3 pcl 09. new

29
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulisan ini adalah sebuah usaha untuk memahami hubungan konflik yang berbasis agama dengan kehidupan yang plural di Indonesia, mengingat meningkatnya kasus konflik berbasis agama di negeri ini. Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural dan multikultural. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal seperti keadaan dan letak geografis dari NKRI. Manusia Indonesia berarti menjadi manusia yang sanggup hidup dalam perbedaan dan bersikap toleran. Bersikap toleran berarti bisa menerima perbedaan dengan lapang dada, dan menghormati hak pribadi dan sosial pihak yang berbeda (The Other) menjalani kehidupan mereka. 1.2. Tujuan 1

Upload: alifah-nur-jannah

Post on 21-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

5YTGHGHG

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tulisan ini adalah sebuah usaha untuk memahami hubungan konflik yang

berbasis agama dengan kehidupan yang plural di Indonesia, mengingat

meningkatnya kasus konflik berbasis agama di negeri ini.

Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi

masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar

anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu

konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam

mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di

Indonesia.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural dan multikultural.

Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya

yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal seperti keadaan dan letak

geografis dari NKRI.

Manusia Indonesia berarti menjadi manusia yang sanggup hidup dalam

perbedaan dan bersikap toleran. Bersikap toleran berarti bisa menerima

perbedaan dengan lapang dada, dan menghormati hak pribadi dan sosial pihak

yang berbeda (The Other) menjalani kehidupan mereka.

1.2. Tujuan

1.2.1.Untuk mengetahui latar belakang konflik yang didasari oleh agama.

1.2.2.Untuk mengetahui dampak konflik agama dalam kehidupan.

1.2.3.Untuk mengetahui cara mengatasi konflik yang didasari oleh agama.

1.2.4.Untuk mengetahui hubungan Indonesia sebagai negara plural dengan

konflik yang didasari oleh agama.

1.2.5.Untuk mengetahui peran pemerintah terhadap konflik yang didasari oleh

agama.

1.2.6.Untuk mengetahui pelanggaran sila-sila Pancasila pada konflik yang

didasasari oleh agama

1

Page 2: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

1.3. Manfaat

1.3.1.Mahasiswa dapat berperan serta dalam menjaga keberagaman agama.

1.3.2.Masyarakat dapat mencegah adanya konflik yang didasari oleh agama.

1.3.3.Pemerintah dapat mencegah, meredam, dan menyelesaikan konflik yang

didasari agama.

2

Page 3: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

II. PERMASALAHAN

2.1. Apa latar belakang terjadinya konflik yang didasari oleh agama?

2.2. Apa dampak konflik agama dalam kehidupan?

2.3. Bagaimana cara mengatasi terjadinya konflik tersebut?

2.4. Bagaimana hubungan Indonesia sebagai negara plural dengan konflik yang

didasari dengan agama?

2.5. Bagaimana peran pemerintah terhadap konflik yang sering terjadi?

2.6. Bagaimana pelanggaran sila-sila pancasila pada konflik yang didasari oleh

agama?

3

Page 4: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

III. PEMBAHASAN

3.1. Latar belakang konflik yang didasari oleh agama

Agama dalam satu sisi dipandang oleh pemeluknya sebagai sumber moral

dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber konflik.

Menurut Afif Muhammad, Agama acap kali menampakkan diri sebagai

sesuatu yang berwajah ganda. Sebagaimana yang disinyalir oleh John Effendi

yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu memproklamirkan

perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan dan persaudaraan. Namun

pada waktu yang lain menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap

garang-garang menyebar konflik, bahkan tak jarang, seperti di catat dalam

sejarah, menimbulkan peperangan.

Setiap agama mempunyai pandangan yang berbeda tentang Tuhan. Namun

demikian, setiap agama menjalankan segala ajarannya berdasarkan, apa yang

dalam tiga agama monoteis disebut dengan firman Tuhan. Yang dalam

perkembangan selanjutnya firman Tuhan inilah yang membentuk sejarah

kebudayaan kita.

Tuhan dalam perkembangan selanjutnya dimonopoli dan dijadikan tameng

untuk mengakuisisi kebenaran dalam agama masing-masing. Yang dalam hal ini,

klaim “tidak ada keselamatan kecuali dalam agama kami” seolah-olah menjadi

trademark tiap-tiap agama ketika berhadapan dengan agama lain. Hingga pada

akhirnya, sangatlah sulit untuk menentukkan apakah benar ini merupakan

keinginan Tuhan melalui manusia ataukah keinginan manusia itu sendiri? Dan

dari sini mulailah timbul sikap bermusuhan dan saling membenci antar agama

dan pada akhirnya berlanjut pada konflik berdarah.

Semangat kebencian dan permusuhan yang terjadi dalam perjumpaan antar

agama seolah-olah memberikan gambaran betapa mirisnya hubungan antar

agama yang terjadi. Meskipun, disatu sisi dapat terlihat sikap militan para

pemeluk agama terhadap agamanya dan kesediaan mereka berkurban demi

membela agamanya. Akan tetapi, disisi lain semangat tersebut telah

mengkhianati misi suci agama itu sendiri, yaitu perdamaian.

4

Page 5: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

3.1.1.Claim of Truth

Karena setiap pemeluk agama mempunyai keyakinan tentang

kebenaran agamanya, maka setiap agama mempunyai truth claim, meski

ada juga orang-orang yang membantahnya.

Berikut adalah contoh dari Claim of Truth dalam agama Islam.

Secara terang dan gamblang, umat islam menyatakan bahwa agama

islamlah yang benar tidak ada agama yang benar selain islam sebagaimana

yang tertera pada surat Ali Imran ayat 3 yang berbunyi: "Innaddina 'inda

Allahi Al Islam". Yang kurang lebih diartikan: "Sesungguhnya agama yang

berada di sisi Allah hanyalah islam".  Kemudian ada ayat yang lain intinya

menjelaskan apabila ada seseorang yang beragama selain islam, maka

kelak di akherat termasuk orang yang merugi, serta pada surat Al Ikhlas

ayat 1-3 berbunyi:"Qul Huwallahu Ahad (1) Allahu As Shamad (2) Lam

Yalid wa Lam Yuulad wa Lam Yaqullahu Kufuwan Ahad

(3)"Artinya:"Katakanlah, Allah itu Esa (1) Allah tempat bergantung (2)

Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada yang

setara dengan-Nya. Sehingga secara eksplisit umat islam tidak punya

toleransi dalam masalah aqidah. Karena masalah aqidah merupakan

masalah hubungan seseorang dengan Allah, dan manusia tidak punya

kewenangan untuk mengobrak-abrik masalah ketuhanan.

Klaim kebenaran (truth claim) bahwa agamaku atau agama kami

adalah agama terbenar dan satu-satunya agama keselamatan (salvation

claim) yang sejatinya sebagai ekspresi dari keyakinan spiritual malah akan

memunculkan fanatisme agama yang negatif. Tak jarang mereka yang

melakukan hal-hal bernuansa kekerasan dalam rangka bangkit “membela

agama” jika merasa agamanya dilecehkan.

Secara sosiologis, truth claim tersebut dapat menimbulkan berbagai

konflik sosial-politik yang hingga kini masih menjadi fenomena di abad

modern ini. Sikap fanatisme itu sendiri, bukan ditandai oleh tidak adanya

kesepakatan, melainkan oleh tidak adanya penghargaan dan toleransi

terhadap teologi lainnya. Penyakit spiritual ini yang menyuburkan

kebencian tersebut sebagai buah dari sikap interaksi superior-inferior yang

membentengi diri sembari memproklamirkan agama mereka sebagai satu-

satunya agama yang dapat diterima dan satu-satunya jalan menuju

keselamatan.

5

Page 6: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

Selain karena faktor Claim of Truth sebagai penyebab utama konflik

bernuansa agama, hal-hal seperti berikut juga ikut andil dalam terjadinya

konflik.

3.1.2.Agama Dianggap Memberikan Kebenaran Absolut

Banyak orang beragama percaya bahwa jika agama itu diberikan

oleh Tuhan sang pencipta, ajaran dan doktrin mereka haruslah mutlak dan

sempurna. Mereka menganggap, bagaimana mungkin Tuhan yang

Mahakuasa mengeluarkan doktrin agama yang bukan merupakan

kebenaran mutlak. Sekali lagi, ini berarti bahwa semua keyakinan yang

berbeda harus salah apakah itu sebagian atau seluruhnya. Hasil yang tak

terelakkan dari hal ini adalah bahwa Anda melihat diri Anda sebagai lawan

terhadap orang-orang yang menganut agama lain.

3.1.3.Agama Dianggap Telah Memberikan Kebenaran Lengkap

Banyak orang beragama percaya bahwa agama mereka tidak hanya

memberikan gambaran sempurna tentang Tuhan, mereka juga percaya

bahwa itu telah lengkap. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah sempurna

dan dengan demikian doktrin yang diberikan oleh Tuhan haruslah

sempurna. Mereka juga percaya bahwa sesuatu yang sudah sempurna tidak

mungkin berubah. Oleh karena itu, agama mereka tidak akan pernah bisa

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Karena bagi mereka tidak

perlu bagi agama mereka untuk beradaptasi terhadap waktu, tetapi

waktulah yang harus beradaptasi dengan doktrin yang sempurna dan

lengkap tersebut. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa mereka harus

menolak semua perubahan dalam agama mereka. Sekali lagi inilah

yang menciptakan ketegangan dan konflik.

3.1.4.Berpikir Hitam-Putih

Banyak orang beragama percaya bahwa agama harus didefinisikan

dalam bentuk hitam dan putih. Agama mereka adalah kebenaran yang

lengkap, sementara semua agama lain yang bertentangan adalah sama

sekali salah. Mereka percaya tidak ada kemungkinan untuk kompromi,

karena Anda percaya jika Anda memberikan Iblis satu jari, ia akan

mengambil seluruh tangan Anda. Mereka tidak terbuka untuk gagasan

6

Page 7: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

bahwa mungkin ada suatu pendekatan terhadap agama yang tidak

berdasarkan pendekatan berpikir hitam dan putih.

3.1.5.Hanya Ada Satu Kemungkinan Interpretasi

Banyak orang beragama percaya bahwa hanya ada satu cara untuk

menafsirkan kitab suci agama mereka. Jelas, itu adalah interpretasi yang

dipilih oleh para pemimpin Agama mereka. Mereka percaya semua

penafsiran lainnya adalah salah dan berasal dari Iblis. Oleh karena itu,

tugas mereka adalah untuk memberantas interpretasi palsu tersebut, dan

bahkan mungkin memberantas orang-orang yang mempromosikan

interpretasi mereka.

3.1.6.Para Pemimpin Agama Seolah Mewakili Tuhan

Banyak orang beragama percaya bahwa para pemimpin agama

mereka itu adalah wakil Tuhan di Bumi. Para pemimpin mereka seolah

berbicara mewakili Tuhan dan oleh karena itu mereka tidak boleh

dipertanyakan atau dibantah. Mereka seperti menuntut ketaatan buta dan

dengan demikian siapa saja yang tidak menghormati otoritas mutlak ini

dipandang sebagai musuh.

3.1.7.Membuat Pembenaran

Beberapa orang percaya bahwa karena mereka bekerja untuk tujuan

Tuhan, adalah dapat diterima untuk melanggar hukum Tuhan yang

ditetapkan oleh agama mereka. Dengan kata lain, menjadi dapat diterima

untuk membunuh orang lain dalam nama Tuhan walaupun hampir setiap

agama mendefinisikan pembunuhan sebagai salah.

3.2. Dampak konflik agama dalam kehidupan

Dalam kehidupan masyarakat majemuk sering terjadi pertentangan antara

satu aspek dengan aspek lainnya. Sumber potensi konflik yang rentan terjadi

dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah agama, ras, dan suku bangsa.

Setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik

dampak secara langsung amupun dampak secara tidak langsung.

7

Page 8: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

3.2.1.Dampak Secara Langsung

Dampak secara langsung merupakan dampak yang secara langsung

dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik. Adapun dampak konflik

secara langsung diantaranya sebagai berikut :

Menimbulkan keretakan hubungan antara individu atau kelompok

dengan individu atau kelompok lainnya.

Adanya perubahan kepribadian seseorang seperti selalu memunculkan

rasa curiga, rasa benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan

kekerasan.

Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik berubah menjadi

tindakan kekerasan apalagi jika diikuti perusakan fasilitas umum. 

Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan.

Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi

tindakan kekerasan.

Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan

prasarana pendidikan.

Terjadi perubahan kepribadian. Menyebabkan dominasi kelompok

pemenang

3.2.2.Dampak Tidak Langsung

Dampak tidak langsung merupakan dampak yang dirasakan oleh

orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik ataupun

dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung

dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Misalnya pada kasus terorisme bom di pulau Bali yaitu dimana

seseorang atau sekelompok orang yang mengatasnamakan agama

mengebom beberapa tempat di Bali yang penuh dengan turis asing

sehingga menimbulkan banyak korban. Setelah kejadian tersebut jumlah

turis yang berkunjung ke Bali menjadi lebih sedikit dari biasanya dan

secara tidak langsung akan mempegaruhi devisa pulau Bali dan

mempengaruhi devisa negara.

8

Page 9: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

3.2.3.Dampak Positif Adanya Konflik

Disamping dampak yang dapat dirasakan secara langsung maupun

tidak langsung, sebuah konflik juga memiliki sisi positif. Adapun Sisi

positif dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in group

solidarity)

Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi

berbagai situasi konflik.

Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan

norma-norma baru.

Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam

kekuatan yang seimbang. Misalnya adanya kesadaran dari pihak-pihak

yang berkonflik untuk bersatu kembali karena dirasakan bahwa konflik

yang berlarut tidak membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.

Konflik dapat Menciptakan integrasi yang harmonis.

Konflik dapat Memperkuat identitas pihak yang berkonflik.

Konflik dapat Menciptakan kelompok baru.

Konflik dapat Membuka wawasan.

Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih

belum tuntas.

Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau

kelompok.

Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali norma-norma dan

nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Selain dampak tersebut kesimpulan dari beberapa penelitian ternyata

ditemukan hasil tentang dampak konflik yaitu sebagai berikut :

Timbulnya kekompakan diantara anggota anggota kelompok yg

mempunyai konflik dengan kelompok yang lain.

Munculnya para pemimpin dari kelompok kelompok yang saling

berkonflik.

Adanya sebuah gangguan terhadap persepsi para anggota

organisasi/kelompok yang mengalami konflik.

Timbulnya ketidakmampuan untuk berpikir dan menganalisis persoalan

secara jernih.

9

Page 10: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

Konflik dapat berdampak positif dan negatif tergantung pd sifat konflik

dan pengelolaan yang dilakukan. Adapun dampak positif konflik menurut

A.J.Du Brin yaitu sebagai berikut :

Dapat menimbulkan perubahan secara konstruktif.

Segala daya dan motivasi tertuju pada pencapaian tujuan.

Merangsang inovasi,meningkatkan keeratan kelompok.

Menggantikan tujuan yang tidak relevan.

Manajemen konflik menguntungkan organisasi.

Hubungan antar pribadi dan antar kelompok mendorong kearah

peningkatan kesehatan organisasi.

Konflik dapat mengurangi ketegangan dalam bekerja

Selain dampak positif yg diharapkan muncul,konflik juga dapat berdampak

negatif terhadap aktivitas organisasi. Menurut R.J.Edelman yaitu sebagai

berikut :

Terjadinya gangguan psikologis.

Gangguan fisik.

Gangguan tingkah laku.

Timbulnya stres karena menghadapi lingkungan konflik.

Konflik terjadi dikarenakan adanya kondisi yang mendahului,dan

kondisi ini merupakan sumber munculnya konflik.munculnya berbagai

konflik merupakan dinamika dan perkembangan organisasi,karena itu

pimpinan negara perlu memahami beberapa sebab yang dapat

menimbulkan konflik dan mencermati konflik sebagai suatu kejadian yang

tidak dapat dipisahkan dari persoalan organisasi . Tugas pimpinan

mengelola konflik agar fungsional juga dimanfaatkan untuk meningkatkan

kinerja.

Pimpinan organisasi (negara) harus menyadari adanya perbedaan

jenis- jenis konflik dan memilih pendekatan yang tepat dalam pengelolaan

konflik,perlu diperhatikan hal-hal berikut ini;

Menyimak proses terjadinya konflik.

Mengetahui sebab-sebab konflik.

Membedakan jenis-jenis konflik.

Memilih pendekatan yg tepat.

10

Page 11: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

Mengatisikasi kemungkinan dampak yg merugikan organisasi atau

negara dan masyarakat dalam negara tersebut .

3.3. Cara mengatasi konflik yang didasari oleh agama

Cara menyelesaikan konflik salah satunya yaitu penyelesaian konflik

secara persuasif.

Penyelesaian konflik secara persuasif

Cara persuasif menggunakan cara perundingan dan musyawarah untuk

mencari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik, baik antara pihak-pihak

yang berkonflik saja, maupun melalui pihak ketiga yang bertindak sebagai

mediator atau juru damai. Mereka yang terlibat konflik melakukan tukar pikiran

dan argumentasi untuk menunjukkan posisi mereka masing-masing dengan

tujuan untuk meyakinkan pihak lain bahwa pendapat merekalah yang benar.

Musyawarah diharapkan dapat membawa penyelesaian konflik dengan

terjadinya perubahan pandangan salah satu atau semua pihak yang terlibat

sehingga perbedaan-perbedaan diantara mereka dapat dihilangkan. Perubahan

pandangan ini dimaksudkan tentang bagaimana penilaian masing-masing pihak

yang seharusnya tentang kebebasan beragama dan saling toleransi satu sama

lain. Dengan menjelaskan pendapat masing-masing diharapkan pihak lain

dalam konflik itu menyadari bahwa ada pendapat lain yang lebih baik yang perlu

dianut dengan membuang sebagian atau semua pendapat mereka sendiri.

Perubahan pendapat yang terjadi dilakukan secara atas dasar kesadaran sendiri,

bukan karena paksaan pihak lain. Perubahan itu terjadi karena terbentuknya

keyakinan bahwa ada pendapat yang lebih baik yang layak dianut sehingga

terbentu titik temu dengan pendapat pihak lain tadi. Selain itu kesepakatan akan

kebebasan beragama juga harus ditanamkan pada pihak yang berkonflik tersebut

sehingga apa yang menjadi tujuan bersama tidak menjadi beban bagi beberapa

pihak dan tidak mencampurkan dengan urusan keyakinan (agama).

Ada beberapa model langkah lain yang pernah digunakan akan tetapi tidak

semuanya seperti yang diinginkan semua pihak, antaralain:

Pertama model yang dulu dominan digunakan pada masa Orde Baru dan

juga juga masih diterapkan pada masa Reformasi terutama dalam konteks

konflik horizontal. Paling tidak ada 3 hal yang memungkinkan praktik ini

terus dilakukan: pertama, karena masyarakat kita belajar dari rezim otoriter

11

Page 12: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

mengenai penggunaan kekuatan/kekuasaan untuk menyelesaikan problem

sosial,kedua,  jurang yang lebar antara model penanganan berbasis kekuatan

dan hak, dan yang ketiga,pendidikan kita yang lebih menekankan

ketundukan dan kepatuhan kepada yang lebih berkuasa/berpengaruh, bukan

berpikir kritis. Model penanganan ini tidak menyelesaikan masalah karena

akar persoalannya tidak tersentuh.

Kedua, pendekatan berbasis hak melalui proses hukum di pengadilan (right-

based approach). Penyelesaian persoalan melalui pendekatan ini

menggunakan proses pengadilan yaitu mencari pelanggarnya, mengadili,

dan memenjarakannya. Untuk itu dibutuhkan instumen perangkat hukum

yang disepakati bersama, seperti UU, peraturan, konvensi kebijakan,

kontrak, adat istiadat, dan lain-lain. Model ini lebih banyak digunakan oleh

para pegiat hak asasi manusia di era reformasi karena dianggap lebih baik

dan lebih memberikan jaminan keadilan. Namun pendekatan ini memiliki

sisi negatif karena dalam prosesnya dapat memperburuk relasi sosial;

adanya yang menang dan kalah (logika win-lose) menjadikan relasi tidak

setara. Model ini juga membutuhkan waktu lama dan kemungkinan ada

kendala eksekusi. Model ini pun tidak menyelesaikan masalah. Pengalaman

Indonesia menunjukkan, pendekatan hak ini memberi risiko adanya politik

penyeimbang, di mana jika dari satu kelompok ada yang ditahan, maka dari

kelompok lain pun harus diperlakukan demikian. Risiko lainnya, pendekatan

ini dapat menjadi delusi dan simbolik karena menjadi kelanjutan pendekatan

berbasis kekuatan.

Ketiga, pendekatan berbasis kepentingan atau interest-based approach,

yang saat ini sedang diupayakan sebagai model penanganan alternatif dalam

menyelesaikan konflik keberagaman di Indonesia. Dalam model ini,

kewenangan paling besar ada di tangan pihak-pihak yang bertikai. Mereka

sendiri yang menentukan model penyelesaian yang terbaik bagi mereka.

Pendekatan ini lebih menjanjikan karena mengandaikan pihak yang

berkonflik pada posisi setara, saling peduli dan mengakomodasi. Disamping

itu model ini juga nirkekerasan, nirdominasi, nirdiskriminasi. Walaupun

pendekatan ini belum menjadi arus utama dalam penanganan konflik agama

di Indoensia, akan tetapi perlu terus diupayakan, dan model ini sebenarnya

pernah dilakukan.

12

Page 13: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

3.4. Hubungan Indonesia sebagai negara plural dengan konflik yang didasari

oleh agama

3.5. Peran pemerintah terhadap konflik yang didasari oleh agama

3.5.1.Membentuk kader pemeliharaan kerukunan dan perdamaian (peace making

dan peace keeping)

Dalam menjaga kerukunan beragama dan mencegah konflik

beragama, pemerintah telah melakukan beberapa usaha, seperti : kajian

tentang penyadaran atau pendampingan (Peace Making) terdiri atas

beberapa subkegiatan yang berjalan secara bertahap, serta melaksanakan

kegiatan pengembangan wawasan multikultural bersama tokoh-tokoh

agama tingkat pusat dan daerah. Tahap-tahap kegiatan tersebut yaitu:

Pertama, menyusun buku panduan yang berisi tentang bagaimana

caranya masyarakat memahami, mencegah, menangani, dan

menyelesaikan konflik agama.

Kedua, melakukan ujicoba untuk melihat apakah buku panduan tersebut

cukup memenuhi keinginan di atas.

Ketiga, setelah mengalami penyempurnaan, diadakan pelatihan bagi

para tokoh muda lintas agama di berbagai tempat, yang materinya

diambilkan dari buku panduan yang telah dibuat.

Keempat, dalam pelatihan para tokoh muda lintas agama diajarkan

kemampuan teori dan praktiknya dalam memahami, mencegah,

menangani, dan menyelesaikan konflik agama yang terjadi di

daerahnya.

Kelima, setelah dilatih, para tokoh muda lintas agama itu juga

diharapkan dapat melakukan kegiatan-kegiatan atau program untuk

kedamaian sosial di daerahnya.

Kongres Forum Kerukunan Umat Beragama merupakan salah satu

bentuk usaha dalam menjaga keberagaman beragama. Pada Kongres

Forum Kerukunan Umat Beragama ke III merumuskan peran yang

berkaitan dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawab Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan FKUB sebagai berikut:

Pertama, menegaskan tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah

Daerah dalam menjalankan urusan wajib, yaitu menyelenggarakan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, melindungi

13

Page 14: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional

termasuk kerukunan umat beragama serta keutuhan NKRI.

Kedua, Pemerintah dan Pemerintah Daerah meningkatkan peran FKUB

sebagai mitra di dalam membangun dan memelihara kerukunan umat

beragama, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pemecahan

problem keadilan dan kesejahteraan di dalam kehidupan masyarakat.

Ketiga, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan kewajiban

secara konsisten memberikan fasilitas dukungan anggaran melalui

APBN/APBD untuk pelaksanaan tugas pokok FKUB

Akar masalah konflik antar umat beragama sebenarnya dapat

diidentifikasi, namun solusinya tidak sampai kepada penuntasan akar

masalah. Diskusi atau didialog akar masalah dapat dilakukan pada FKUB.

Warga masyarakat juga dapat menyampaikan aspirasi terkait dengan

hubungan antar umat beragama kepada FKUB, sehingga persaingan dan

permusuhan tidak berkembang dalam forum-forum yang sakral seperti

khutbah, ceramah, dan ibadat. Melalui pemberdayaan FKUB secara

bertanggungjawab dapat membuat suasana relasi sosial yang baik di

tengah masyarakat, sehingga dapat menciptakan kerukunan umat beragama

yang akan membawa bangsa Indonesia mencapai cita-cita dan tujuan

nasionalnya.

3.6. Pelanggaran sila-sila pancasila pada konflik yang didasari oleh agama

3.6.1.Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama “ Ketuhanan yang Maha Esa” yakni bermakna bahwa

bangsa Indonesia memiliki kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Tentunya kepercayaan dan ketaqwaan tersebut sesuai

dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Konsekuensinya adalah

Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun

walaupun berbeda keyakinan karena agama seharusnya bukanlah paksaan,

agama adalah urusan pribadi antara manusia dengan Tuhan.

Sila pertama, negara wajib:

Menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa diskriminasi untuk

beribadah menurut agama dan kepercayaannya dengan menciptakan

suasana yang baik.

Memajukan toleransi dan kerukunan agama

14

Page 15: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

Contoh Pelanggaran terhadap Sila Pertama:

Pada saat peristiwa Monas, pihak FPI tidak menerima dan mengamalkan

pandangan sila pertama yang mengajarkan toleransi dan kerukunan

beragama, seolah-olah yang berbeda dari mereka harus dibasmi. Hal ini

bisa dilihat dari sikap FPI yang menyerang para aktivis Aliansi

Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang

memang mempromosikan koeksis, toleransi, serta kebebasan beragama

dan berkeyakinan bagi seluruh warga negara Indonesia yang memang

sudah sepatutnya diterapkan sesuai makna dari sila pertama pancasila,

pandangan yang amat berbeda dari fanatisme sempit yang dianut oleh

pihak FPI.

3.6.2.Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :

Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk

Tuhan.

Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.

Menghargai hak setiap warga dan menolak rasialisme.

Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.

Contoh Pelanggaran terhadap sila kedua:

Terlihat dalam aksi kekerasan FPI dalam kasus ini (sebenarnya

masih amat banyak track record tindak kekerasan FPI), tindak kekerasan

seperti itu merupakan pelanggaran terhadap hak individu untuk memeluk

agama dan berkeyakinan seperti halnya yang tertuang dalam UUD 1945

Pasal 28 E ayat 2, dimana setiap orang berhak atas kebebasan meyakini

kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Tindakan anggota FPI yang berteriak-teriak, membakar properti

berupa mobil, dan mengejar menggunakan tongkat bambu dan serta-merta

memukuli anggota AKKBB yang berasal dari berbagai kelompok

masyarakat seperti Ahmadiyah dan Aliansi Pluralitas Keagamaan hingga

terluka adalah tindakan yang biadab, sama sekali tidak dapat disebut

tindakan manusia yang beradab. Tidak ada ubahnya seperti perilaku hewan

dan bangsa barbar.

15

Page 16: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

3.6.3.Sila Ketiga : Persatuan Indonesia

Sila ketiga “Persatuan Indonesia “ bermakna bahwa setiap

masyarakat menempatkan diri serta berperilaku sebagai kesatuan

Indonesia, bukan sebagai golongan berbeda-beda. Menjadikan kesatuan,

persatuan serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas

kepentingan pribadi dan golongan. Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Hal ini

dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai

tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan

kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal

terhadap sesama warga negara. Namun dalam beberapa kasus sangat

terlihat bahwa masyarakat Indonesia masih lebih mengutamakan

kepentingan golongan, bukan kepentingan bersama sebagai kesatuan

Indonesia.

Contoh Pelanggaran terhadap Sila Ketiga:

Penyerangan Jemaat Gereja HKBP Pondok Indah oleh FPI. Sila

ketiga Pancasila ikut diruntuhkan juga dalam tragedi ini, Persatuan

Indonesia. Segenap rakyat Indonesia sebagai bangsa yang plural dan kaya

akan perbedaan hendaknya mampu menjaga persatuan dan kebhineka

tunggal ika-an NKRI. Tidak dengan membuatnya terpecah belah antar

agama seperti ini. Yang kedua konflik yang terjadi di Mataram akibat lebih

mengutamakan kepentingan golongannya sendiri.

3.6.4.Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Sila keempat “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan / perwakilan” bermakna bahwa sebagai

masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban

yang sama dalam menggunakan hak-haknya maka perlu menyadari dan

selalu mengutamakan kepentingan bersama.

Jadi pada intinya,pancasila sila keempat yaitu “Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”

mengajarkan kepada kita untuk menentukan sebuah pilihan melalui cara

musyawarah. Segala keputusan-keputusan yang diambil dalam

musyawarah harus dilandasi oleh pancasila dan konflik-konflik yang

16

Page 17: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

terjadi dalam musyawarah harus di hadapi dengan asas kekeluargaan tidak

dengan cara semena-mena,main hakim sendiri,egoisme,primordialisme

karena hal tersebut sangat tidak mencerminkan sifat luhur bangsa kita.

Contoh Pelanggaran terhadap Sila Keempat:

Dapat terlihat ketika FPI melakukan aksi main hakim sendiri dan

bertindak semena-mena terhadap para aktivis Aliansi Kebangsaan dan

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Jika memang FPI

tidak setuju dengan acara tersebut mengapa tidak dibicarakan secara baik-

baik saja? Alih-alih berunding, FPI ini malah melakukan tindak kekerasan.

3.6.5.Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

bermakna bahwa keadilan tidak hanya untuk golongan tertentu saja, namun

keadilan diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan

apapun. Dalam sila ini masyarakat Indonesia harus menyadari hak dan

kewajiban dari setiap manusia, sehingga bisa berperilaku adil terhadap

seluruh rakyat. Yang harus memiliki sikap adil,tidak hanya para pemimpin

atau penegak hukum, namun seluruh rakyat Indonesia harus paham dan

mampu berperilaku seadil mungkin.

Contoh Pelanggaran terhadap Sila Kelima:

Amuk Massa di Ketapang, Hal ini dikaitkan dengan ikut

menanggungnya warga yang tidak terlibat karena dirasa tidak adil jika

yang tidak ikut melakukan tapi justru ikut merugi akibat ulah para pelaku

kerusuhan. Apalagi awal permasalahannya terjadi akibat adanya isu

tentang masjid yang dibakar oleh warga Ambon, yang belum 100% benar

hal itu benar-benar dilakukan. Dan juga konflik Mataram, dalam kasus

diatas demi mendapatkan keadilan untuk golonganya rela dan tega

merenggut keadilan bagi golongan lain.

17

Page 18: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa salah satub penyebab utama konflik agama yang terjadi di Indonesia adalah

plularisme yang tidak diikuti dan didasari dengan rasa toleransi dan konsep Bhinneka

Tunggal Ika. Sehingga dari konflik-konflik tersebut terjadi pelanggaran terhadap

semua sila-sila yang ada di Pancasila seperti pada beberapa kasus yang disebabkan

oleh FPI yang melanggar sila pertama hingga sila keempat yang menyerang kegiatan

umat beragama lain dengan cara kekerasan yang tidak beradab dan juga tidak

menunjukkan rasa persatuan karena hanya mementingkan kepentingan golongannya

sendiri dan menyelesaikan masalah tanpa musyawarah untuk mencapai mufakat yang

sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia. Hal ini juga berimbas pada pelanggaran

sila kelima yang dikaitkan dengan kerugian yang ditanggung warga yang tidak

terlibat konflik sehingga dirasa tidak adil jika yang tidak ikut melakukan tetapi justru

ikut merugi akibat ulah pelaku konflik.

18

Page 19: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

V. SARAN

Demi menjadikan Indonesia sebagai Negara yang plural dan harmonis,

landasan untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara mestinya harus berbasis

pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun masyarakat Indonesia berada

berbeda-beda dalam berbagai hal (suku, ras, agama, golongan) tetapi mereka tetap

ada dalam satu kemajemukan sebagai warga Negara Indonesia.

Dengan adanya keanekaragaman yang memberi warna dalam kehidupan,

maka warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk

senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan

yang indah melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sehingga pelanggaran

terhadapnilai-nilai Pancasila dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.

19

Page 20: Makalah Kel 3 Pcl 09. New

DAFTAR PUSTAKA

Marzali, Amri, dkk. 2003. Konflik Komunal di Indonesia saat ini. Jakarta:

Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS) Universiteit

Leiden.

http://crcs.ugm.ac.id/article/874/The-Alternative-Model-of-Religious-Conflict-

Management-in-Indonesia.html (on-line) diakses 28 September 2013

(Bekerja sama dengan Pusat Bahasa dan Budaya Universias Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta)

Armstrong, Karen, Sejarah Tuhan, (Bandung: Mizan, 2007), P.25

http://pandidikan.blogspot.com/2010/06/agama-sebagai-faktor-konflik-di.html

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

20