makalah islam dan ilmu pengetahuan

26
Kata Pengantar Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul pandangan islam tentang ilmu pengetahuan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah ilsam dan ilmu pengetahuan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Palembang, 31 Maret 2016 Penyusun 1

Upload: ilham-tobing

Post on 09-Jul-2016

26 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala, karena berkat rahmat-Nya

kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul pandangan islam tentang ilmu pengetahuan.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah ilsam dan ilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah

ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah

ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, 31 Maret 2016

Penyusun

1

Page 2: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................................1

A. Pendahuluan........................................................................................................................................3

B. Pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan..................................................................................4

2. Ilmu Pengetahuan...............................................................................................................................6

C. Perbedan Ilmu, Pengetahuan dan Agama secara Epistimologi.............................................................7

E. Ilmu Pengetahuan dalam Islam...........................................................................................................8

F. Implikasi dalam Pendidikan...............................................................................................................12

G. Kesimpulan........................................................................................................................................14

Daftar Pustaka...........................................................................................................................................16

2

Page 3: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

A. Pendahuluan

Sejauh ini hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh pendekatan

filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk

menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah kehidupan. Akan tetapi, sebelum

sampai pada pembicaraan ilmu pengetahuan, seharusnya yang harus dibicarakan terlebih dahulu

ialah mengenai bagaimana proses berpikir manusia (thinking process) sehingga dapat

menghasilkan pengetahuan pada manusia. Pengetahuan pada manusia secara garis besar terbagi

kedalam dua bagian. Pertama, konsepsi (tassawur) yaitu pengetahuan sederhana dan kedua,

pembenaran (thasdiq) yaitu pengetahuan yang mengandung suatu penilaian . Artinya, proses

berpikir yang manusia lakukan melalui dua tahapan yang saling melengkapi yaitu; pengetahuan

yang pertama kali muncul berupa konsepsi (tassawur) atau pengetahuan sederhana dan

seterusnya manusia melalui pikirannya melakukan pembenaran (thasdhiq) atau dari pengetahuan

sederhana (tassawur) sampai kepada ilmu pengetahuan, pengetahuan sederhana itu diberi

pembenaran sesuai dengan keyakinan manusia yang diyakininya. Selanjutnya, untuk memahami

pengetahuan sebagai sesuatu yang natural (alamiah) dari sudut pandang manusia diperlukan

uraian psikologi, yaitu penjelasan atau uraian tentang proses mental yang bersifat subjektif yang

dikaitkan dengan hal-hal empirik yang bersifat objektif, dari hal itu diharapkan dapat

berpengaruh pada penguasaan manusia terhadap data konkrit sehingga dapat mendukung pada

pembenaran pengetahuan .

Pergerakan yang dialami oleh pengetahuan sederhana menuju pada pembenaran ilmu

pengetahuan sehingga menjadi ilmu pengetahuan diperlukan sebuah landasan dan proses

sehingga ilmu pengetahuan (science atau sains) dapat dibangun. Landasan dan proses

pembangunan ilmu pengetahuan itu merupakan sebuah penilaian (judgement) yang dilibatkan

pada proses pembangunan ilmu pengetahuan. Perlunya penilaian dalam pembangunan ilmu

pengetahuan alasannya adalah agar pembenaran yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan

dapat diterima sebagai pembenaran secara umum. Sampai sejauh ini, didunia akademik panutan

pembenaran ilmu pengetahuan dilandaskan pada proses berpikir secara ilmiah. Oleh karena itu,

proses berpikir di dunia ilmiah mempunyai cara-cara tersendiri sehingga dapat dijadikan

pembeda dengan proses berpikir yang ada diluar dunia ilmiah.

3

Page 4: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

B. Pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

1. Pengetahuan

Pengetahuan, kata dasarnya yaitu tahu, kemudian mendapat awalan pe dan akhiran an imbuhan

pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataanya, pengetahuan

berarti proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu yang disebut pengetauan. Jadi pnegetahuan

disini memiliki arti sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia, keberadaannya diawali

dari kecendrungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu

yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak atau kemauan itu adalah

salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapu unsur lainnya adalah akal pikiran (rasio) dan

perasaan (emotion) [1].

Adapun pengetahuan menurut Dr. M.J. Langeveld, ialah kesatuan subyek yang mengetahui dan

obyek yang diketahui[2]. Dimana pengetahuan tersebut terbentuk karena adanya hubungan

subyek dan obyek, sehingga jika tidak terdapat salah satu diantara kedua tersebut maka tidak bisa

dikatan sebagai pengetahuan. Subyek disini ialah manusia sebagai kesatuan berbagai macam

kesanggupan (akal, pancaindra) yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Sedangkan obyek

ialah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan tersebut.

Selain itu, Max Scheler, pengetahuan dapat dirumuskan sebagai partisipasi oleh suatu realita

dalam suatu realita yang lain, tetapi tanpa terjadinya modifikasi-modifikasi dalam kualita yang

lain. Lebih lanjut Scheler membedakan kategorikan pengetahuan, yaitu:

a. pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang biasa, yang sehari-hari.

b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistem dan metode tertentu.

c. Pengetahuan filosofis, yaitu semacam ilmu yang istimewa, yang mencoba menjawab

masalah-masalah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa.

d. Pengetahuan theologis, yaitu pengetahuan keagamaan, pengetahuan tentang agama,

pengetahuan tentang pemberitahuan dari Tuhan.

Sedangkan menurut Machlup membagi pengetahuan menjadi lima kategori utama yaitu sebagai

berikut:

4

Page 5: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

a. Pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan yang berguna untuk mengambil keputusan dan

melakukan tindakan berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan.

b. Pengetahuan intelektual, yaitu pengetahuan yang dapat memuaskan keingintahuan

intelektual.

c. Pengetahuan ringan atau hiburan yang dapat memuaskan keingintahuan non inteletual atau

untuk memenuhi kepuasan sejenak dan stimulasi emosional. Seperti berita kriminal, lawakan,

acara musik dan lain-lain.

d. Pengetahuan spiritual, yaitu pengetahuan yang dihubungkan dengan pengetahuan

keagamaan tentang Tuhan dan cara-cara untuk keselamatan jiwa.

e. Pengetahuan yang tidak diinginkan, yaitu pengetahuan yang diminati, tetapi tiba-tiba saja

diketahui tanpa disengaja[3].

Jadi Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang

dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia, dan kehidupannya.

Sedangkan ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah

dibagukan secara sitematis. Dengan demikian, pengetahuan lebih bersifat spontan, dan ilmu

pengetahuan lebih bersifat sistematis dan reflektif. Berdasarkan cakupannya pengetahuan lebih

luas daripada ilmu pegetahuan, karena pengetahuan mencakupsegala sesuatu yang diketahui

manusia tanpa tanpa perlu dibakukan secara sistematis.

Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu

serta mencakuppraktek atau kamampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup

yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis .

Kesahihan atau kevalidan suatu pengetahuan banyak bergantung pada sumber pengetahuan itu

sendiri. Ada dua sumber dalam pengetahuan yaitu sumber tradisi dan autoritas. Sumber tradisi

adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pewarisan atau transmisi dari generasi ke generasi.

Sedangkan sumber autoritas yaitu pengetahuan yang dihasilkan melalui penemuan-penemuan

baru oleh mereka yang mempunyai wewenang dan keahlian dibidangnya.

5

Page 6: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

2. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan atau science dalam bahasa latin berasal dari kata scio, scire yang berarti tahu.

Dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘alima yang juga berarti tahu. Jadi baik ilmu maupun

science secara etimologis berarti pengetahuan. Namun secara terminologis ilmu dan science

pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas[4].

Mohammad Hatta mengartikan ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang teratur tentang

pekerjaan umum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut

kedudukannya tampak dari luar, maupun bangunannya dari dalam[5]. R.B.S. Fudyartanta,

seorang sarjana psikologi mengartikan ilmu pengetahuan susunan yang sistematis daripada

kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai sesuatu obyek atau masalah yang diperoleh dari

pemikiran yang runtut.[6]

Sedangkan menurut Karl Pearson pengarang karya Grammar of Science, ilmu pengetahuan ialah

lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang tentang fakta pengalaman dengan

istilah yang sederhana). Selain itu, Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag mengartiakan ilmu

pengetahuan yaitu yang empiris, rasional, umum dan bersusun, yang keempatnya serentak.

Dari keterangan-keterangan para ahli tentang ilmu pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa ilmu

pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu yaitu sistematis,

rasional, empiris, umum dan komulatif (bersusun timbun) serta lukisan dan keterangan yang

lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang distudinya dalam ruang dan waktu sejauh

jangkauan pemikiran dan pengindraan manusia.

Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh dua obyek yaitu obyek materia dan obyek forma.

Obyek materia ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu.

Sedangkan obyek forma ialah obyek metria yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan

ilmu yang satu dari ilmu yang lainnya, jika berobyek materia yang sama[7].

6

Page 7: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

C. Perbedan Ilmu, Pengetahuan dan Agama secara Epistimologi.

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan tentang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan

ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai kenyataan,

struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya

(alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pikiran manusia yang

dibantu pengindraannya, yang kebenarannya diujin secara empiris, reset dan eksperimental.

Sedangkan agama yaitu suatu tata keimanan atau tata keyakinan atas adanya sesuatu yang

mutlak di luar manusia dan sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan

alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan. Berdasarkan

sumbernya, agama dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu agama samawi dan agama budaya.

Adapun agama samawi yaitu agama berasala dari wahyu, agama langit, sedangkan agama

budaya yaitu agama bumi, agama filsafat.

Ditinjau dari perbedaan antara keduanya yaitu ilmu pengetahuan dan agama yaitu:

1. Ditinjau dari sumbernya, ilmu pengetahuan bersumber dari ra’yu yaitu akal, budi, rasio

manusia. Sedangkan agama bersumber dari wahyu dari Allah.

2. Ditinjau dari cara mencari kebenaran, ilmu pengetahuan mencari kebenarannya dengan

jalan penyelidikan, pengalaman, dan percobaan sebagai batu ujian. Sedangkan agama mencari

kebenarannya dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban) tentang masalah asasi kepada

Kitab Suci, kodifikasi Firman Ilahi untuk manusia di bumi.

3. Ditinjau dari kebenarannya, ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif dan bersifat nisbi

atau relatif. Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu

yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha Sempurna, yaitu Allah

swt[8].

4. Ilmu pengetahuan dimulai dari sikap sanksi atau tidak percaya, dimana keraguan ialah

syarat mutlak yang pertama bagi ilmu pengetahuan. Sedangkan agama dimulai dengan sikap

percaya dan iman.

Namun dibalik perbedaan terdapat juga kesamaan antara ilmu pengetahuan dan agama bertujuan

yang sama yaitu berbicara tentang kebenaran. Selain itu, ilmu pengetahuan dan agama dengan

7

Page 8: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

metodenya dan karakteristiknya masing-masing, memberikan jawaban atas segala persoalan

asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam maupun tentang manusia ataupun tentang

Tuhan

E. Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak diragukan lagi. Banyak

argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Nabi saw. yang

mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al-Qur`an mengandung banyak rasionalisasi,

bahkan menempati bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson (seorang penulis Marxis)

ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164. Menurutnya, dalam al-

Qur`an kata ‘aqala (mengandung pengertian menghubungkan sebagian pikiran dengan sebagian

yang lain dengan mengajukan bukti-bukti yang nyata sebagai argumentasi yang harus dipahami

secara rasional) disebut berulang kali, tidak kurang dari lima puluh kali dan sebanyak tiga belas

kali berupa bentuk pertanyaan sebagai protes yang mengarah pada kajian ilmiyah, seperti

“Apakah kamu tidak berakal?". Seandainya meneliti kata-kata lainnya: nazhara (menganalisa),

tafakkara (memikirkan), faqiha (memahami), ‘alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti,

argumentasi), lubb (intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya akan menemukan banyak

sekali nilai-nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-Qur`an[10].

Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil, hujjah atau argumen)

sebagai hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur`an mengisyaratkan mengenai hal ini. Setiap kali

Allah menerangkan fakta-fakta penciptaan, lalu diiringi dengan pernyataan

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat

Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang

penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini

8

Page 9: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran/3:

190-191)[11].

Karena itu, ada beberapa definisi al-‘ilmu yang disodorkan para ulama sebagaimana

dikemukakan Syarief ‘Ali bin Muhammad al-Jarjani, yaitu: “keyakinan yang pasti sesuai dengan

kenyataan”, “sampainya gambaran sesuatu terhadap akal”, “hilangnya keraguan setelah

diketahui”, “hilangnya kebodohan”, “merasa cukup setelah tahu”. Dikatakan pula “sebagai sifat

yang mendalam yang dapat mengetahui perkara yang universal dan farsial” atau “sampainya jiwa

kepada sesuatu makna yang diketahui”. Adapula yang memberikan definisi dengan “ilmu adalah

istilah untuk menyebutkan terjadinya kesinambungan yang khusus antara subjek yang berpikir

dan objek yang dipikirkan”. Juga (pengertian yang lebih ringkas) “mengetahui sifat persifat”.

Disebut Ilmu al-Yaqin, adalah pengetahuan yang berdasarkan dalil dengan gambaran berupa

perkara yang meyakinkan[12].

Karena itu cara pandang seseorang terhadap ‘sesuatu’ itu, merupakan pandangan hidupnya

(worldview). Dan lahirnya ilmu dalam Islam didahului oleh adanya tradisi intelektual yang tidak

lepas dari kandungan al-Qur`an dan penjelasannya dari Nabi. Jadi, jika kelahiran ilmu dalam

Islam dibagi secara periodik, menurut Hamid Fahmi Zarkasy urutannya sebagai berikut: 1)

Turunnya wahyu dan lahirnya pandangan hidup Islam, 2) Adanya struktur ilmu pengetahuan

dalam al-Qur`an dan al-Hadits, 3) Lahirnya tradisi keilmuan Islam, dan 4) Lahirnya disiplin

ilmu-ilmu Islam[13].

Selain itu dalam al Qur'an seperti dalam surat al Mujadalah ayat 11 telah banyak membecirakan

tentang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dalam Islam Artinya: Hai orang-orang

beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan[14].

Menurut al Maraghi ayat tersebut memberikan isyarat tentang kewajiban memperdalam ilmu

agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajirinya di dalam suatu

negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan kadar yang

9

Page 10: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka sehingga tidak dibiarkan mereka

tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang

yang beriman.[15]

Sebagaimana dituturkan Syed Naquib al-Attas. Menurutnya, untuk membangun peradaban Islam,

mau tidak mau harus dilakukan melalui proses pendidikan yang disebutnya sebagai ‘ta’dîb’ yang

tujuannya membentuk manusia beradab. Jika konsep adab ini diterapkan dalam masyarakat,

maka akan terbentuklah satu peradaban. Seorang dapat menjadi manusia beradab, jika memiliki

ilmu (knowledge) yang benar. Karena itulah, suatu pendidikan Islam harus dapat mengantarkan

anak didiknya kepada tujuan ilmu yang utama, yakni membentuk manusia yang beradab.

Pendidikan ini harus dibangun di atas konsep yang benar. Pendidikan akan gagal mewujudkan

tujuannya, jika dibangun di atas konsep ilmu yang salah, yakni ilmu yang tidak mengantarkan

kepada ketakwaan dan kebahagiaan[16].

Dalam pandangan Syed Naquib al-Attas, ilmu pengetahuan Barat-modern yang diproyeksikan

melalui pandangan-hidupnya, dibangun di atas visi intelektual dan psikologi budaya dan

peradaban Barat. Menurutnya, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat: 1)

akal diandalkan untuk membimbing manusia, 2) bersikap dualistik terhadap realitas dan

kebenaran, 3) menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup secular, 4)

membela doktrin humanisme, 5) menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang

dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan[17].

Menyadari krisis ilmu pengetahuan dalam budaya dan peradaban Barat, Naquib al-Attas

menyimpulkan ilmu yang berkembang di Barat tidak semestinya harus ditetapkan di dunia

Muslim. Ilmu bisa dijadikan alat yang sangat halus dan tajam bagi menyebarluaskan cara dan

pandangan hidup sesuatu kebudayaan. Sebabnya, ilmu bukan bebas-nilai (value-free), tetapi sarat

nilai (value laden)[18].

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut yaitu:

1. Al Qur'an sangat mendorong dikembangkannya ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat dari

banyaknya ayat al Qur'an yang menyuruh manusia agar menggunakan akal pikiran dan segenap

potensi yang dimilikinya untuk memperhatikan segala ciptaan Allah SWT.

10

Page 11: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

2. Dorongan al Qur'an terhadap pengembangan ilmu pengetahuan tersebut terlihat pula dari

banyaknya ayat al Qur'an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pujian dan kedudukan yang

tinggi bagi orang-orang yang berilmu serta pahala bagi yang menuntut ilmu.

3. Sungguhpun banyak temuan dibidang ilmu pengetahuan yang sejalan dengan kebenaran

ayat-ayat al Qur'an, namun al Qur'an bukanlah buku tentang ilmu pengetahuan. Al Qur'an tidak

mencakup cabang ilmu pengetahuan.

4. Bahwa temuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan patut dihargai. Namun tidak

sepatutnya membawa dirinya menjadi sombong dibandingkan dengan kebenaran al Qur'an.

Temuan manusia tersebut terbatas dan tidak selamanya benar, sedangkan al Qur'an bersifat

mutlak dan berlaku sepanjang zaman.

5. Al Qur'an adalah kitab yang berisi petunjuk termasuk petunjuk dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, yaitu agar ilmu pengetahuan dikembangkan untuk tujuan peningkatan ibadah,

akidah, dan akhlak yang mulia.

6. Kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan harus ditujukan

untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Hal ini akan terjadi manakala tujuan

dari pengembangan ilmu pengetahuan tersebut tidak dilepaskan dari dasar peningkatan ibadah,

akidah, dan akhlak tersebut.

7. Sebagai kitab petunjuk al Qur'an tidak hanya mendorong manusia agar mengembangkan

ilmu pengetahuan, melainkan juga memberikan dasar bidang dan ruang lingkup ilmu

pengetahuan, cara menemukan dan mengembangkannya, tujuan penggunaanya, serta sifat dari

ilmu pengetahuan itu sendiri.

8. Al Qur'an tidak hanya menjelaskan tentang sumber ilmu (ontologi), melainkan juga tentang

cara mengembangkan ilmu (epistemologi) dan manfaat ilmu (aksiologi).

Dalam Islam sumber ilmu itu pada garis besarnya ada dua yaitu ilmu yang bersumber pada

wahyu (al Qur'an) yang menghasikan ilmu naqli, seperti ilmu-ilmu agama ilmu tafsir, hadis,

fikih, tauhid, tasawuf dan sejarah. Dan ilmu yang bersumber pada alam melalui penalaran yang

menghasilkan ilmu aqli seperti filsafat, ilmu sosial, teknik, biologi, sejarah, dan lain-lain. Ilmu

naqli dihasilkan dengan cara memikirkan secara mendalam (berijtihad) dengan metode tertentu

11

Page 12: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

dan persayaratan tertentu. Sedangkan ilmu aqli dihasilkan melalui penelitian kuantitatif dan

penelitian kualitatif. Ilmu-ilmu tersebut harus diabadikan untuk beribadah kepada Allah dalam

arti yang seluas-luasnya.[19]

F. Implikasi dalam Pendidikan

Pemahaman terhadap ayat-ayat al Qur'an dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu

pengetahuan tersebut amat erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Keterkaitan ini dapat

dilihat dari hal-hal sebagai berikut:[22]

1. Tujuan dari pendidikan adalah mengubah sikap mental dan perilaku tertentu yang dalam

konteks Islam adalah agar menjadi sorang muslim yang terbina seluruh potensi dirinya sehingga

dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka beribadah kepada Allah, namun

dalam proses menuju ke arah tersebut diperlukan adanya upaya pengajaran. Dengan kata lain

pengajaran adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Bahwa dalam kegiatan pengajaran tersebut, seorang guru mau tidak mau harus

mengajarkan ilmu pengetahuan, karena dalam ilmu pengetahuan itulah akan dijumpai berbagai

informasi, teori, rumus, konsep-konsep dan sebagainya yang diperlukan untuk untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Dari proses pengajaran yang demikian akan terciptanya

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman.

3. Bahwa melalui pendidikan diharapkan pula lahir manusia yang kreatif, sanggup berfikir

sendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, sanggup mengadakan penelitian, penemuan

dan seterusnya. Sikap yang demikian itu sangat dianjurkan dalam al Qur'an.

4. Bahwa dalam pelaksanaan pendidikan harus mempertimbangkan prinsip pengembangan

ilmu pengetahuan sesuai dengan petunjuk al Qur'an. Yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan

yang ditujukan bukan semata-mata untuk pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri,

melainkan untuk membawa manusia semakin mampu menangkap hikmah di balik ilmu

pengetahuan, yaitu rahasia keagungan Allah SWT. Maka ilmu pengetahuan tersebut akan

memperkokoh akidah, meningkatkan ibadah, dan akhlak mulia.

12

Page 13: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

5. Pengajaran berbagai ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan yang sesuai dengan ajaran

al Qur'an, akan menjauhkan manusia dari sikap takabur, sekuler, dan ateistik, sebagaimana yang

dijumpai pada pengembangan ilmu pengetahuan di Barat.

6. Pendidikan harus mampu mendorong anak didik agar mencitai ilmu pengetahuan, yang

terlihat dari ciptaannya semangat dan etos keilmuan yang tinggi, memelihara, menambah dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, bersedia mengajarkan ilmu pengetahuan

yang dimilikinya itu untuk kepetingan dirinya, agama, bangsa, dan negara.

13

Page 14: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

G. Kesimpulan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang

dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia, dan kehidupannya.

Sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu

yaitu sistematis, rasional, empiris, umum dan komulatif (bersusun timbun) serta lukisan dan

keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang distudinya dalam ruang dan

waktu sejauh jangkauan pemikiran dan pengindraan manusia. Ditinjau dari perbedaan antara

keduanya yaitu ilmu pengetahuan dan agama yaitu:

1. Ditinjau dari sumbernya, ilmu pengetahuan bersumber dari ra’yu yaitu akal, budi, rasio

manusia. Sedangkan agama bersumber dari wahyu dari Allah.

2. Ditinjau dari cara mencari kebenaran, ilmu pengetahuan mencari kebenarannya dengan

jalan penyelidikan, pengalaman, dan percobaan sebagai batu ujian. Sedangkan agama mencari

kebenarannya dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban) tentang masalah asasi kepada

Kitab Suci, kodifikasi Firman Ilahi untuk manusia di bumi.

3. Ditinjau dari kebenarannya, ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif dan bersifat nisbi

atau relatif. Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu

yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha Sempurna, yaitu Allah

swt.

4. Ilmu pengetahuan dimulai dari sikap sanksi atau tidak percaya, dimana keraguan ialah

syarat mutlak yang pertama bagi ilmu pengetahuan. Sedangkan agama dimulai dengan sikap

percaya dan iman.

14

Page 15: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak diragukan lagi. Banyak

argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Nabi saw. yang

mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al-Qur`an mengandung banyak rasionalisasi,

bahkan menempati bagian terbesar.

Etika penggunaan ilmu pengetahuan, dimana pengetahuan merupakan kebenaran ilmiah,

sehingga dalam penerapan dibidang teknologi ilmu tersebut harus dapat berfungsi sebagai

kelangsuangan hidup manusia. Selain itu, manusia sebagai subyek ilmu pengetahuan harus

bersikap adil baik adil terhadap makhluk lain, adil terhadap manusia maupun adil terhadap diri

sendiri.

15

Page 16: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

Daftar Pustaka

Armas, Adnin, Seminar Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus Sains Islam,

“Krisis Epistemologis dan Islamisasi Ilmu”, 2006

Fahmi Zarkasy, Hamid, Seminar Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus Sains

Islam, “Pandangan Hidup sebagai Asas Epistemologi Islam”.

Fudyartanta, R.B.S., Epistimologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta:Cipta

Karya Abadi, 1970

Harsojo, Apakah Ilmu dan Ilmu Gabungan tentang Tingkah Laku Manusia, Bandung: Remaja

Rosdakrya, 1972

Http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/diakse pada tanggal 01-11-2011

Http://pusdiklat-dewandakwah.com/Akses pada tanggal 27-09-2011

Langeveld, M.J., Menuju ke Pemikiran Filsafat, terj. G.J. Claessen, Jakarta: Bumi Aksara, 1955

Nata, Abudin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002.

Pudjawijatna, I.R., Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: Pustaka Setia, 1967

Qaradhawi, Yusuf, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, terj. Al-Dîn fî ‘Ashr al-‘Ilm oleh

Ghazali Mukri, Jakarta: Gunung Agung 2003

Saifuddin, Ansori Endang, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu, 1987

S. Praja, Juhaya, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, Jakarta: Teraju, 2002

Suhartono, Suparlan , Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011

16

Page 17: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

[1]Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hal. 49

[2] M.J. Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, terj. G.J. Claessen, (Jakarta: Bumi, 1955),

hal. 29

[3] Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, (Jakarta: Teraju, 2002) hal. 2

[4] Endang Saifuddin Ansori, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hal. 47

[5] Muhammad Hatta, hal. 12

[6] R.B.S. Fudyartanta, Epistimologi: Intisari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:Cipta

Karya Abadi, 1970), hal. 11

[7] I.R Pudjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Pustaka Setia, 1967) hal. 29-

30.

[8] “agama bermula dengan percaya”, tulis Mohammad Hatta, “Ia menerima suatu kebenaran

dengan tak mau dibantah lagi, kebenarannya bersifat absolut. Sungguhpun kebenaran itu

terbatas, bagi orang yang percaya saja, sifat absolut itu tetap padanya”

[9] Harsojo, Apakah Ilmu dan Ilmu Gabungan tentang Tingkah Laku Manusia, (Bandung,

Remaja Rosdakrya, 1972), hal. 10

[10] Yusuf Qaradhawi, Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam, terj. Al-Dîn fî ‘Ashr al-‘Ilm

oleh Ghazali Mukri, (Jakarta: Gunung Agung 2003) hal. 11

[11] Al Qur'an dan terjemahan, Departemen Agama

[12] Http://pusdiklat-dewandakwah.com/Akses pada tanggal 27-09-2011

[13] Hamid Fahmi Zarkasy, Seminar Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus

Sains Islam, “Pandangan Hidup sebagai Asas Epistemologi Islam”, 2006: hal. 8.

17

Page 18: Makalah Islam Dan Ilmu Pengetahuan

[14] Al Qur'an dan Terjemahan,

[15]Abudin Nata, Tafsir Ayat ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 159

[16] http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/diakse pada tanggal 01-11-2011

[17] Ibid, hal. 5

[18] Adnin Armas, Seminar Pandangan Hidup dan Epistemologi Islam: Studi Kasus Sains Islam,

“Krisis Epistemologis dan Islamisasi Ilmu”, 2006: 20.

[19] Ibid, hal. 168

[20] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, hal. 169-170

18