makalah islam
DESCRIPTION
Islam historisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Innadina ‘Indallahil Islam” mungkin ayat ini tidak terlalu asing ditelinga kita. Ayat ini
selalu mengagungkan tentang agama islam. Agama pembawa rahmat.pembawa kedamaian dan
ketenangan bagi penganutnya.
Itulah agam islam dimana Rasulallah yang membawa ajaran ini sampai sekarang semakin
menunjukkan perkembangannya, baik itu dari kualitasnya maupun kuantitasnya. Agama yang
selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist yang mana keduanya menjadi fondasi utama
agama ini.
Namun seiring berjalannya waktu sebagaimana pepatah mengatakan semakin tinggi
derajat seseorang semakin besar pula angin yang menghantamnya begitu pula islam,semakin
banyak orang yang menerima islam namun semakin banyak pula orang yang meruntuhkan islam.
Bahkan terkenal dengan istilah “ISLAMOPHOBIA” sebuah problematika yang tak kunjung
selesai dan akan terus menjadi pembahasan yang menarik, apalagi di zaman globalisasi ini
muncul aliran-aliran yang mengatasnamakan islam namun melenceng dari ajaran-ajarannya,
sebut saja islam liberal atau bisa disebut Neo-Muktazilah atau ajaran yang selalu mengagung-
agungkan akal sebagai alat pencari kebenaran dan selalu menolak wahyu.
Dari semua problematika ini, karena kita sebagai Syubaanul yaum Rijalul ghad atas
penerus titah Rasulullah mempunyai tanggung jawab untuk meluruskan semua ini dan
mengembalikan orang-orang yang tersesat menuju “Shiraathal mustaqim”
Mungkin dengan makalah ini kita dapat membantu meluruskannya, karena apa yang yang
kita bahas nantinya tidak hanya akan membahas islam secara dhahirnya saja akan tetapi islam
secara historis dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.pembahasan yang nantinya akan
menghasilkan jawaban-jawaban yang komprehensif tentang islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Islam Normatif dan Islam Historis?
2. Bagaimana pengelompokan Islam Normatif & Historis?
3. Bagaimana cara membangun Universalisme Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Islam Normatif dan Pengertian Islam Historis
2. Untuk mengetahui tentang pengelompokan-pengelompokan Islam Normatif &
Historis
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menbangun Universalisme Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam Normatif dan Islam Historis
Kata Normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan,
ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
Sedangkan menurut istilah, Islam Normatif adalah islam pada dimensi sakral yang di akui
adanya realitas transendetal yang bersifat mutlak dan universal melampaui ruang dan waktu atau
sering disebut realitas ke-Tuhan-an.
Sementara kata Historis, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, historis yaitu
berkenaan dengan sejarah, bertalian atau ada hubunganya dengan masa lampau. Sedangkan
historisitas yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah, kesejarahan.
Sedangkan menurut istilah, Islam Historis adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari
kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu.
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sejarah
Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan
dengan ajaran Islam diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses
pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan
dan penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat
Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan agama dan umum, kebudayaan,
arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.
Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa islam secara Normativitas adalah
Islam ditinjau dari Wahyu Allah Swt yaitu Al-Quran dan Hadist Nabi, sementara islam secara
historitas adalah islam ditinjau dari segi sejarah, mulai sejak abad Nabi Muhammad SAW
sampai sekarang.[1]
B. Pengelompokan Islam Normatif dan Islam Historis
Ketika melakukan studi atau penelitian Islam, perlu lebih dahulu ada kejelasan islam
mana yang diteliti; Islam pada level mana. Maka penyebutan Islam normatif dan islam Historis
adalah salahsatu dari penyebutan level tersebut. Istilah yang hampir sama dengan islam Normatif
dan Islam Historis adalah Islam sebagai wahyu dan Islam sebagai produk sejarah.
Adapun Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu
Zaid mengelompokkan menjadi tiga wilayah (domain). :
1. Wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi
Muhammad yang otentik
2. Pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-qur’an
dan sunnah nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks asli
Islam, seperti tafsir dan fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan yang
terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan sebagian
masih bersifat global yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Di samping
permasalahan kehidupan selalu berkembang terus, sedangkan secara tegas
permasalahan yang timbul itu belum/tidak disinggung. Karena itulah diperbolehkan
berijtihad, meski masih harus tetap bersandar kepada kedua sumber utamanya dan
sejauh dapat memenuhi persyaratan. Dalam kelompok ini dapat di temukan empat
pokok cabang : (1) hukum/fikih, (2) teologi, (3) filsafat, (4) tasawuf. Hasil ijtihad
dalam bidang hukum muncul dalam bentuk : (1) fikih, (2) fatwa, (3) yurisprudensi
(kumpulan putusan hakim), (4) kodifikasi/unifikasi, yang muncul dalam bentuk
Undang-Undang dan komplikasi.
3. Praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam berbagai macam
dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks). Contohnya : praktek sholat
muslim di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada. Contohnya lainnya praktek
duduk miring ketika tahiyat akhir bagi muslim Indonesia, sementara muslim di tempat/
negara lain tidak melakukannya.
Sementara Abdullah Saeed menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan formulasi yang
berbeda sebagai berikut :
1. Nilai pokok/dasar/asas, kepercayaan, ideal dan institusi-institusi.
2. Penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar tersebut dapat
dilaksanakan/dipraktekkan.
3. Manifestasi atau pratek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda
antara satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah dengan wilayah
lain. Perbedaan tejadi karena perbedaan penafsiran dan perbedaan konteks dan budaya.
C. Membangun Universalisme Islam
Universalismeislam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting dan yang
terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya. Rangkaian ajaran yang meliputi berbagai bidang, seperti
hukum agama (fiqh), keimanan (tauhid), etika (akhlak, yang sering kali disempitkan oleh
masyarakat hinnga menjadi kesusilaan belaka) dan sikap hidup, menampilkan kepedulian yang
sangat besar kepada unsur-unsur utama dari kemanusiaan (Al-Insaniyah).
Salah satu ajaranyang dengan sempurna menampilkan Universalisme Islam adalah lima
buah jaminan dasar yang diberikan agama samawi terakhir ini kepada warga masyarakat baik
secara perorangan maupun sebagai kelompok. Kelima jaminan dasar itu tersebar dalam literature
hukum agama lama, yaitu jaminan dasar akan (1) keselamatan fisik warga masyarakat dari
tindakan badani di luar ketentuan hokum, (2) keselamatan agama masing-masing, tanpa ada
paksaan untuk berpindah agama, (3) keselamatan keluarga dan keturunan, (4) keselamatan harta
benda dan milik pribadi di luar prosedur hokum, dan (5) keselamatan profesi.
Secara keseluruhan, kelima jaminan dasar di atas menampilkan universalitas pandangan
hidup yang utuh dan bulat. Pemerintahan berdasarkan hokum, persamaan derajat dan tenggang
rasa terhadap perbedaan-perbedaan pandangan adalah unsure-unsur utama kemanusiaan, dan
dengan menampilkan universalitas islam. Namun, kesemua jaminan dasar itu hanya menyajikan
kerangka teoritik atau mungkin bahkan hanya moralistic belaka yang tidak berfungsi, juga tidak
didukung oleh kosmopolititanisme peradaban islam. Watak cosmopolitan dari peradaban islam
itu telah tampak sejak awal pemunculannya. Peradaban itu, yang dimulai dengan cara-cara Nabi
Muhammad SAW mengatur pengorganisasian masyarakat madinah hingga munculnya para
ensiklopedis muslim awal pada abad ketiga Hijriah memantulkan proses saling menyerap dengan
peradaban lain disekitar dunia islam waktu itu dari sisa-sisa peradaban yunani kuno yang berupa
Hellenisme hingga peradaban anak benua India. [2]
Ajaran islam tidak ditujukan kepada suatu kelompok atau bangsa tertentu, melainkan
sebagai Rahmatal lil-‘alamin, sesuai dengan misi yang diemban oleh Rasulullah SAW. Ajaran
islam diturunkan Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup bagi seluruh manusia dalam
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, hukum islam bersifat universal
untuk seluruh umat manusia di muka bumi, serta dapat diberlakukan di setiap bangsa dan
Negara, sebagaimana Firman Allah yang artinya :
” Tiada kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. Al-Anbiya’ <21>: 107)
Seluruh ajaran islam, baik akidah, syariah maupun akhlak, bertujuan membebaskan
manusia dari berbagai belenggu penyakit mental-spiritual dan stagnasi berpikir, serta mengatur
tingkah laku perbuatan manusia secara tertib agar tidak terjerunus ke lembah kehinaan dan
keterbelakangan, sehingga tercapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun
di akhirat. Sinkronitas dan integritas dari ketiga aspek tersebut, terlihat dalam universalisme dan
universalitas islam dengan misinya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia.[3]
Atas dasar itulah, muncul dictum islam sebagai agama yang sempurna. Kesempurnaannya
terlihat dalam ajaran-ajarannya yang bersifat universal dam fleksibel serta mengharuskan
terciptanya keseimbangan hidup antara duniawi dan ukhrawi, jasmani dan rohani. Sebab,
kehidupan duniawi yang baik harus dijadikan media untuk mencapai kehidupan rohani yang
baik. Sebaliknya, kehidupan rohani yang baik harus dijadikan media untuk memenuhi kehidupan
jasmani yang baik, legal, dan halal serta di bawah Ridha Allah. Oleh karena itu, islam
merupakan kekuatan hidup yang dinamis, juga merupakan suatu kode yang sesuai dan
berdampingan dengan tabiat alam, dan merupakan kode yang meliputi segala aspek kehidupan
insani.[4]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam Normatif adalah islam pada dimensi sakral yang di akui adanya realitas
transendetal yang bersifat mutlak dan universal melampaui ruang dan waktu atau sering disebut
realitas ke-Tuhan-an.
Islam Historis adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan
manusia yang berada dalam ruang dan waktu.
Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid
mengelompokkan menjadi tiga wilayah (domain). :
1. wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi
Muhammad yang otentik
2. Pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-qur’an dan
sunnah nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam,
seperti tafsir dan fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan yang terdapat
di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan sebagian masih bersifat
global yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut.
3. Praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam berbagai macam dan
bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks)..
Sementara Abdullah Saeed menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan formulasi yang
berbeda sebagai berikut :
1. Nilai pokok/dasar/asas, kepercayaan, ideal dan institusi-institusi.
2. Penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar tersebut dapat
dilaksanakan/dipraktekkan.
3. Manifestasi atau pratek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda antara
satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah dengan wilayah lain.
Perbedaan tejadi karena perbedaan penafsiran dan perbedaan konteks dan budaya.
Universalismeislam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting dan yang
terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya. Salah satu ajaran yang dengan sempurna menampilkan
Universalisme Islam adalah lima buah jaminan dasar yang diberikan agama samawi terakhir ini
kepada warga masyarakat baik secara perorangan maupun sebagai kelompok. Kelima jaminan
dasar itu tersebar dalam literature hukum agama lama, yaitu jaminan dasar akan (1) keselamatan
fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hokum, (2) keselamatan agama
masing-masing, tanpa ada paksaan untuk berpindah agama, (3) keselamatan keluarga dan
keturunan, (4) keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hokum, dan (5)
keselamatan profesi.
B. SARAN
Setelah kita mengetahui tentang perbedaan Islam Normatif & Historis, alangkah
indahnya jika kita merenungi islam yang sesungguhnya, karena islam adalah agama kedamaian
yang selalu membawa ketenangan bagi pengikutnya. Dan pahala yang besar jika kita
mengaplikasikan studi-studi islam dalam kehidupan sehari-hari serta berharap bisa meneruskan
dakwah Rasulullah. Dan dalam diri kita pasti akan selalu ingat bahwa kita Syubbanul yaum
Rijalul ghad.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon Dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Http://gusri.heck.in/universalisme-islam-dan-kosmopolitanisme.xhtml
http://jawigo.blogspot.com/2010/10/normativitas-dan-historisitas-dalam.html. Makalah-
Ibnu.blogspot.com
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2010