makalah imunisasi

14
MAKALAH PENGORGANISASIAN & PENGEMBANGAN MASYARAKAT IMUNISASI DOSEN PENGAMPU : EKA HARIANI, S.K.M. ALEXSIUS DASMSUKI (141510764) PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK KAMPUS SINTANG 2016

Upload: burntmelons

Post on 08-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah kesehatan imunisasi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Imunisasi

MAKALAH

PENGORGANISASIAN & PENGEMBANGAN MASYARAKAT

IMUNISASI

DOSEN PENGAMPU : EKA HARIANI, S.K.M.

ALEXSIUS DASMSUKI (141510764)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

KAMPUS SINTANG

2016

Page 2: Makalah Imunisasi

BAB 1

PENDAHULUAN

Imunisasi merupakan suatu proses dimana seseorang dibuat “imun” atau resisten terhadap

suatu penyakit infeksi secara sengaja, secara tipikal dengan vaksinasi. Imunisasi terbukti mampu

mengontrol dan mengeliminasi penyakit-penyakit infeksius yang mengancam jiwa. Diperkirakan 2

sampai 3 juta kematian akibat penyakit infeksi setiap tahunnya dapat dicegah dengan imunisasi

(WHO). Imunisasi menjadi salah satu investasi kesehatan yang paling cost-effective, yang dapat

diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan menjadi kebijakan nasional melalui

program imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit

yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, campak,

tetanus, polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan

masyarakat (population immunity). Hal ini sangat penting mengingat Indonesia merupakan negara

berkembang dengan insiden penyakit infeksi yang tinggi.

Konsil Kedokteran Indonesia dalam buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Konsil

Kedokteran Indonesia, 2012) menjelaskan bahwa salah satu area kompetensi seorang dokter adalah:

”Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan strategi pencegahan

primer yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan masyarakat.” Imunisasi

merupakan salah satu bentuk pencegahan primer. Oleh sebab itu, sudah seharusnya seorang dokter

mampu melakukan imunisasi terutama pada anak.

Page 3: Makalah Imunisasi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas)

pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Imunisasi merupakan upaya pencegahan

primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian,

angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun

akan berkurang.1

2.2 Manfaat Imunisasi

Manfaat dari pemeberian imunisasi adalah sebagai berikut : 2

Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan

cacat atau kematian.

Untuk orangtua : mencegah kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

Mendorong pembentukan keluarga yang nyaman karena orangtua dapat yakin anak-

anaknya terhindar dari penyakit.

Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan generasi yang sehat untuk

melanjutkan pembangunan negara.

2.3 Imunisasi Dasar

Lima Imunisasi Dasar Lengkap (L-I-L) merupakan program Departemen Kesehatan RI yang

mencakup imunisasi terhadap 5 (lima) penyakit yang sering menyerang anak-anak dan dapat

menyebabkan kecacatan maupun kematian. Lima imunisasi dasar ini diberikan sesuai jadwal dan

harus selesai saat anak berumur <1 tahun (bayi).

1. Vaksin BCG

Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan.

Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C

Dosis : 0.05 ml

Kemasan : ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)

Masa kadaluarsa : satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)

Page 4: Makalah Imunisasi

Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam

Efek samping : jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat

yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat

Indikasi kontra : tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux

positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.

2. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri

tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah

dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam

bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin

tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang

telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal,

kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari

kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.

Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C

Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 minggu

Kemasan : Vial 5 ml

Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)

Reaksi imunisasi : demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari

Efek samping : Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada

tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat,

seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.

Indikasi kontra : Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam

kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita

penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan

bukan merupakan kotraindikasi yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan

dokter.

3. Vaksin Poliomielitis

Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio tipe I,

II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa

diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan

(sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di

Indonesia.

Page 5: Makalah Imunisasi

Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C

Dosis : 2 tetes mulut

Kemasan : vial, disertai pipet tetes

Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C

Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan

Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio

sebenarnya.

Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

4. Vaksin Campak

Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi

dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi

dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR.

Penyimpanan : Freezer, suhu -20º C

Dosis : setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml

Kemasan : vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml

(aquadest)

Masa kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)

Reaksi imunisasi : biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan sedikit

bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,

atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.

Efek samping : sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada

hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah

penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.

Kontra Indikasi : sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat,

gangguan kekebalan, penyakit keganasan.

5. Vaksin Hepatitis B

Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara

suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut

dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil

dengan aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan

sampai berumur beberapa bulan setelah lahir. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang

mungkin disertai rasa panas atau pembengkakan akan menghilang dalam 2 hari.

Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian

Page 6: Makalah Imunisasi

Kemasan : HB PID

Efek samping : selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti

Indikasi kontra : anak yang sakit berat.

Vaksin DPT/ HB (COMBO)

Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang

inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg

murni dan bersifat non infectious.

Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali

Kemasan : Vial 5 ml

Efek samping : gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam, pembengkakan dan

kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,

iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi

bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari

Kontra indikasi : gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan

pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap

komponen vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang

2.4 Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi terbaru yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun

2014 adalah sebagai berikut 4 :

Page 7: Makalah Imunisasi

Keterangan:

Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.

1. Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului

pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis

B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis

B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.

2. Vaksin Polio. Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0).

Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV

atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.

3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan.

Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat

diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur

lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus vaksin Td, di-booster setiap 10 tahun.

5. Vaksin Campak. Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD kelas 1

(program BIAS).

6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2

kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu

dosis ulangan 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis

terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.

7. Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus

pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14

minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus

monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24

minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis

ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu

(interval minimal 4 minggu).

8. Vaksin Varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik

pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun,

perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

9. Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap

tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari 9

tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis

0,25 mL.

Page 8: Makalah Imunisasi

10. Vaksin Human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun.

Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen

dengan interval 0, 2, 6 bulan.

Page 9: Makalah Imunisasi

BAB 3

KESIMPULAN

Imunisasi merupakan bagian yang penting dalam tahap kehidupan seorang anak karena

berfungsi sebagai pencegahan primer terhadap penyakit infeksi. Dalam imunisasi aktif atau

vaksinasi, sistem imunitas tubuh dirangsang untuk mengenali dan memproduksi antibodi terhadap

suatu bakteri atau virus penyebab penyakit tertentu sehingga tubuh memiliki pertahanan yang lebih

baik jika sewaktu-waktu terinfeksi. Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua dan petugas

kesehatan untuk memastikan seorang anak mendapatkan imunisasi sesuai jadwalnya.

Page 10: Makalah Imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Depkes RI. Jakarta. 2005

Wati, L. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Anak Usia 12-23

Bulan di Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2007 [online]. Available from :

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126060-S-5608-Faktor-faktor%20yang-HA.pdf. 2009

Probandari, A.N., Handayani, S., Laksono, N.J.D.N. Modul Field Lab Keterampilan Imunisasi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret [online]. Available from :

http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Imunisasi.pdf . 2013

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi IDAI 2014 [online]. Available from

http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html