makalah ilmu kesehatan masyarakat

26
MAKALAH TEKNOLOGI KEBIDANAN TEPAT GUNA “MTBS” Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah “Ilmu Kesehatan Masyarakat” DISUSUN OLEH : 1. Dwi Renny Pramudita (1250013058) 2. Elvira Soniar (1250013059) 3. Faradillah (1250013060) 4. Feny Gustina Putri (1250013061) 5. Fiatul Istiqoomah A (1250013062) PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA TAHUN AJARAN 2014

Upload: fiatul-istiqoomah-adhom

Post on 28-Sep-2015

94 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

makalah ilmu kesehatan masyarakat

TRANSCRIPT

MAKALAHTEKNOLOGI KEBIDANAN TEPAT GUNA MTBSMakalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat

DISUSUN OLEH :1. Dwi Renny Pramudita(1250013058)2. Elvira Soniar(1250013059)3. Faradillah(1250013060)4. Feny Gustina Putri(1250013061)5. Fiatul Istiqoomah A(1250013062)

PRODI DIII KEBIDANANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYATAHUN AJARAN 2014

KATA PENGANTARPuja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang Teknologi Kebidanan Tepat Guna ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selalu membuka diri untuk menerima kritik, saran atau masukan-masukan yang membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Kami berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA sebagaimana tujuan kami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, 20 April 2015

Penulis

DAFTAR ISIKata pengantarDaftar isiBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Rumusan masalahC. Tujuan PenulisanBAB II PEMBAHASANA. Pengertian Teknologi Tepat GunaB. Ciri-Ciri Teknologi Tepat GunaC. Macam/Jenis Teknologi Tepat GunaD. Fungsi Teknologi Tepat GunaE. Dampak Teknologi Tepat GunaF. Penggunaan Teknologi Tepat GunaG. MTBS Dalam Teknologi Tepat GunaBAB III PENUTUPA. KesimpulanB. SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat. Sementara itu, kesehatan merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan sehingga menjadi hal yang wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai sangat rendah. Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat desa.Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam mengakses sarana kesehatan. Selain itu umumnya program ataupun teknologi kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai dengan keadaan masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah diterapkan (2) mudah dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7) adaptif terhadap perubahan lingkungan.Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi Tepat Guna, khususnya bidang kesehatan yang berkembang di masyarakat dan melihat sejauh mana teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang ditimbulkan adalah:1. Apa pengertian teknologi tepat guna?2. Apa saja ciri-ciri teknologi tepat guna?3. Apa saja manfaat dari teknologi tepat guna?4. Apa fungsi teknologi tepat guna?5. Apa dampak teknologi tepat guna?

C. Tujuan PenulisanBerdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas adalah, adapun tujuan penulisan masalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar dari teknologi tepat guna dalam praktik kebidanan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Teknologi Tepat GunaTeknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

B. Ciri-ciri Teknologi Tepat GunaSebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian TTG, dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu tempat.2. Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih baik dan optimal. 6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar (self-realiance motivated).

C. Macam/jenis teknologi tepat gunaa. Pelatiham BCLS (BCLS:Basic Cardiac Life Support for Paramedic). Pelatihan BCLS ini dapat memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan peserta untuk dapat memberikan bantuan sesuai dengan standar dasar keterampilan hidup. Pelatihan ini bisa diikuti oleh pekerja perawatan kesehatan khususnya perawat dan bidan yang bekerja di rumah sakit dan perusahaan kesehatan dan mahasiswa yang tidak bekerja untuk dapat mengobati kasus-kasus darurat penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung (Acute Miocard infark) dan aritmia lethal. Dalam pelatihan ini akan diajarkan penggunaan defibrillator eksternal otomatis, yang merupakan alat dasar dari standar internasional IAS. Pendidikan sangat di tujukan pada mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Kebidanan untuk lebih matang dalam memasuki dunia kerja dan mampu bersaing di pasar kerja.

b. Training Manajement K3 Laboraturium Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kemajuan teknologi laboratorium, Nah..disini kinta melihat bahwasanya resiko terhadap pekerja laboratorium semakin meningkat dan lebih kompleks. Pekerja atau petugas Laboratorium adalah pekerja yang sangat identik dengan terpaparmnya zat berbahaya dan bahan kimia yang beracun, korosif, mudah meledak, mudah terbakar dan terkena berbagai bahaya.

c. Cara Penerapan dan Pendekatan Ergonomis Ergonomi dapat dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Hal ini berlaku baiik dalam industry maupun sektor informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat di tentukan pekerjaan apa yang sesuai bagi tenaga kerja tau konstruksi alat seperti apa yang layak di gunakan agar mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktifitas.Penerapan ergonomi dapat di lakukan melalui dua pendekatan yaitu:1. Pendekatan kuratif Pendekatan ini di lakukan pada suatu proses yang sudah atau yang sedang berlangsung. Kegiatan berupa interfensi, modifikasi atau perbaikan dari proses yang telah berjalan. sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaanya terkait dengan tenaga kerja dan proses kerja yang sedang berlagsung.2. Pendekatan konseptual Pendekatan ini di kenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien jika di alakukan pada saat perencanaan. Jika terkait dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi telah di tetapkan penerapanya bersama-sama dengan kejian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Pendekatan holistik ini kenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna d. ISO baru / IEC standar pada penilaian resiko melengkapi peralatan manajement resikoDua baru-baru ini diterbitkan standar ISO pada manajemen risiko baru saja bergabung dengan ketiga teknik penilaian risiko. Bersama-sama, mereka menyediakan organisasi dari semua jenis dengan peralatan yang lengkap untuk mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan mereka. ISO / IEC 31010:2009

e. Kinerja OHSAS 18001. Standar OHSAS 18001 adalah alat untuk mengelola tantangan yang dihadapi bisnis dari semua ukuran dan sektor: tingginya tingkat kecelakaan dan penyakit kerja, kehilangan hari kerja, absensi, denda, biaya perawatan medis dan kompensasi pekerja Implementasinya sehingga memiliki efek meningkatkan lingkungan kerja, mengurangi absensi dan peningkatan produktivitas kerja.

D. Fungsi Teknologi Tepat GunaSebagai mana fungsi dari teknologi tepat guna adalah:1. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.2. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.4. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit.

E.Dampak Teknologi Tepat Guna 1. Dampak positif sebagai berikut:a. Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan efektif.b. Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidanan akan lebih sederhana dan mudah2. Dampak negatif sebagai berikut :a. Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup yang memerlukan maka itu akan sia-sia. Contoh penggunaan USG di daerah pedalaman, disana tidak orang yang mengelolanya dan tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat disana.b. Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan berdampak buruk terhadap pasien. Contoh : penggunaan USG pada pasien dengan cara-cara yang tidak tepat.c. Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli akan menimbulkan resiko terhadap pasien.F. Penggunaan Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan1. Fetal Doppleradalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, alat ini adalah sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, sangat disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai deteksi harian, selain aman juga mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat terjangakau untuk dimiliki

2. Fetal doppler Sunrayadalah salah satu jenis dan merk doppler yang digunakan untuk mengetahui denyut jantung janin dalam kandungan, fetal doppler ini sangat praktis digunakan baik secara pribadi atau digunakan oleh kalangan paramedic

3. Staturmeteradalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat sederhana pada disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan orang tersebut.

4. Eye Protector Photo Therapyadalah alat bantu yang digunakan untuk melindungi bagian mata bayi pada saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang menggunakan media sinar agar tidak menggangu pengelihatan bayi yang akan diperiksa.

5. Alat Pengukur Panjang Bayiadalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.

6. Breast Pumpbiasa digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI tidak terbuang dengan percuma, sehingga bayi tetap bisa mendapatkan ASI dari bundanya.

7. Lingkar Lengan Ibu Hamiladalah tanda yang digunakan untuk mempermudah menidentifikasi bayi dan bundanya, pada umumnya dipakaikkan pada bayi dan bundanya di rumah sakit bersalin.

8. Pengukur Panjang bayi (Calipher)adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dengan ketepatan pengukuran yang tinggi, karena skala yang digunakan pada alat ini lebih detail, sehingga setiap inchi pertumbuhan bayi dapat diketahui.

9. Reflek Hammer / Reflek Patelasejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki

10. Umbilical Cord Clem Nylonadalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan

11. Tourniquetadalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada pengambilan darah, pada umumnya dilingkarkan pada lengan tangan saat akan dilakukan pengambilan darah, agar darah bisa lebih mudah untuk di ambil

G. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)Manajemen terpadu balita sakit adalah suatu manajemen untuk balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, di laksanakan secara terpadu, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status iminisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang di berikan.Suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita.Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:

a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).

b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

d. Konseling pada keluarga balita Konseling yang dapat diberikan adalah :1. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita2. Pemberian makanan bayi3.Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.4. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita5. Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanAdanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi Tepat Guna, khususnya bidang kesehatan yang berkembang di masyarakat dan melihat sejauh mana teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.MTBS Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

B. Kritik dan SaranPenulis sadar akan kekurangan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

Syafruddin,dkk, 2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan.CV.Transinfo media : Jakarta

Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 tahun 7, April 2008 http://jirzizaidan.wordpress.com/kebidanan/

World Health Assembeley XXI; National and Global SURVEILENS of communicable Disease, Geneva:WHO, 1968

http://www.slemankab.go.id/file/lakip/13Meningkatnya-derajat-kesehatan-masy.pdfWahidayat,iskandar .2007.Buku kuliah 1 ilmu kesehatan anak.bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia. JakartaMuslihatun,nur wafi.2010.asuhan neonatus bayi dan balita.Yogyakarta