makalah il cairan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki
dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan
ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Cairan dan elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi dari organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam
proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam proses penyembuhan
penyakit. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Disamping air dan elektrolit
cairan tubuh juga mengandung asam-basa. Dimana aktivitas sel tubuh memerlukan asam basa
yang dalam keadaan seimbang.
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus:
Seorang balita datang dibawa oleh kedua orang tuanya dengan keluhan diare sejak 12 jam yang
lalu. Selain itu balita tersebut juga mengalami muntah-muntah. Selama diare dan muntah itu
makan dan minumnya pun hanya sedikit karena setiap makan atau minum akan selalu diikuti
oleh diare atau muntah. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, suhu tubuh balita ini 38,50C, matanya
agak cowong dan turgor kulitnya menurun.
Pertanyaan:
1. Menurut pendapat saudara apakah telah terjadi gangguan keseimbangan air dan elektrolit
pada balita ini?
Pembahasan:
Ia, pada balita tersebut telah terjadi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Elektrolit
dalam cairan tubuh merupakan zat kimia aktif yang menghasilkan partikel-partikerl
bermuatan listrik yang disebut dengan ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdiri dari
kation (mengandung muatan positif) dan anion (mengandung muatan negatif). Kation utama
dalam cairan tubuh adalah natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan, anion-
anion utamanya adalah klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat, protainat.
2. Gangguan keseimbangan apa saja yang terjadi serta keluhan yang mana yang menyebabkan
gangguan tersebut?
Pembahasan:
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, balita tersebut telah mengalami gangguan
keseimbangan air dan elektrolit. Keluhan yang menyebabkan gangguan tersebut adalah diare,
muntah, dan minum yang sedikit.
Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja. Diare
terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar. Beberapa
penyabab diare dengan sekuele yang penting adalah enteritis, diare psikogenik, dan colitis
ulserativa. Dibandingkan dengan diare psikogenik (disebabkan oleh stimulasi yang
berlebihan dari system saraf parasimpatis, yang secara kuat mencetuskan motilitas maupun
sekresi mukus yang berlebihan pada kolon distal; dua efek yang bergabung bersama ini dapat
menyebabkan diare yang nyata) dan colitis ulserativa (penyakit peradangan dan ulserasi
daerah yang luas dari usus besar), penyebab yang paling mungkin adalah enteritis. Enteritis
berarti peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus
intestinalis. Pada diare infeksius umum, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada
ujung distal ileum. Di mana pun infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan
sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya meningkat
berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat agen infeksi tersapu
kea rah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan
ini ke depan. Namun, ini merupakan makanisme yang penting untuk membebaskan traktus
intestinalis dari infeksi yang mengganggu. Namun, dalam menentukan penyebab diare, pelru
pengkajian yang lebih mendalam. Perhatikan tabel berikut.
Kondisi Efek FisiologisStres emosional (ansietas) Peningkatan motilitas usus
Infeksi usus (streptokokusInflamasi mukosa usus, peningkatan sekresi lendir
atau stafilokokus snteritis) di kolonAlergi makanan Pengurangan pencernaan elemen makananIntoleransi makanan Peningkatan motilitas usus, peningkatan sekresi lendir di kolonSelang pemberian makan Hiperosmolalitas beberapa larutan enteral dapat
menyebabkan diare, karena cairan hiperosmolar
menarik cairan ke dalam saluran GIObat-obatan zat besi Iritasi mukosa ususAntibiotik Suprainfeksi memungkinkan pertumbuhan flora normal yang berlebihan, inflamasi, dan iritasi mukosa
Laksatif Peningkatan motilitas usus
Penyakit kolonInflamasi dan ulserasi dinding usus, berkurangnya
absorbsi cairan, meningkatkan motilitas ususPerubahan melalui Hilangnya fungsi reservoar lambung, absorbsi pembedahan gastrektomi yang tidak tepat karena makanan dipindahkan ke duodenum terlalu cepat
Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari
isinya. Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring, esophagus,
lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian ditransmisikan, baik oleh
serabut saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke berbagai nucleus yang tersebar di
batang otak yang semuanya bersama-sama disebut “pusat muntah.” Dari sini, impuls-impuls
motoric yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan dari pusat muntah melalui
jalur saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal bagian atas, melalui
saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma
dan otot abdomen.
Pada tahap awal dari iritasi atau distensi berlebihan gastrointestinal, antiperistaltik mulai
tejadi, sering beberapa menit sebelum muntah terjadi. Antiperistaltik berarti gerakan
peristaltic kearah atas traktus pencernaan, bukannya kea rah bawah. Hal ini dapat dimulai
sampai sejauh ileum di traktus intestinal, dan gelombang antiperistaltik bergerak mundur
naik ke usus halus dengan kecepatan 2 sampai 3 cm/detik; proses ini benar-benar dapat
mendorong sebagaian besar isi usus halus bagian bawah kembali ke duodenum dan lambung
dalam waktu 3 sampai 5 menit. Kemudian, pada saat bagian atas traktus gastrointestinal,
terutama duodenum menjadi sangat meregang. Peregangan ini menjadi factor pencetus yang
menimbulkan tindakan muntah.
Pada saat terjadinya muntah, kontrakti intrinsic kuat terjadi, baik pada duodenum maupun
pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus-lambung,
sehingga membuat muntahan mulai bergerak dari lambung ke dalam esophagus. Di sini,
Tabel 2-5 Penilaian derajat dehidrasi pada dewasa dan anak Dikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Tabel 2-5 Penilaian derajat dehidrasi pada dewasa dan anak Dikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health
Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health
Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health
Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health
Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health
Tabel 2-1 Kondisi yang Menyebabkan DiareDikutip dari Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
kerja muntah sfesifik yang melibatkan otot-otot abdomen mengambil alih dan mendorong
muntahan keluar.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat
dan seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian
dari fisiologi homeostasis. Namun, pada kasus di atas, balita yang minum sedikit air bisa
dikatakan akan memperparah kondisinya. Minum air sesungguhnya dapat mengganti cairan
yang hilang pada saat diare, namun balita tersebut tidak memenuhi kebutuhan cairannya
karena hanya dengan minum sedikit air saja langsung bereaksi muntah. Bila terlalu banyak
cairan tubuh yang hilang tanpa tergantikan oleh cairan yang sepadan, maka makanan yang
masuk ke dalam tubuh tidak tercerna dengan baik, sehingga nutrisinya tidak terdistribusi
dengan baik pula. Hal ini berarti, selain menimbulkan kekurangan cairan yang semakin
parah, minum sedikit air akan menyebabkan masalah-masalah gangguan lainnya.
3. Tanda-tanda apa saja yang Saudara lihat pada balita ini sehingga Saudara yakin balita ini
mengalami gangguan keseimbangan air dan elektrolit?
Pembahasan:
Gangguan keseimbangan cairan yang dialami oleh balita tersebut adalah dehidrasi melalui
diare dan muntah.
Jenis dehidrasi ada dua yaitu (Long 1992):
a. Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibandingkan kekurangan elektrolit
(dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler,
sehingga terjadi pemindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi
dehidrasi pada intraseluler. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka dapat
menyebabkan kematian pada sel. Contoh dehidrasi jenis ini adalah, misalnya seseorang
yang meminum air laut saat kehausan berat.
b. Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan dibandingkan kekurangan air
(dehidrasi hipertonis). Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis,
sehingga terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadinya
penumpukan cairan dalam intrasel. . Contoh dehidrasi jenis ini adalah, misalnya orang
yang kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung
elektrolit.
Dehidrasi merupakan kekurangan air dalam satu periode waktu yang dapat diganti melalui
mekanisme regulator normal. Dengan demikian, tubuh berada dalam keseimbangan air yang
negatif. Contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkan dehidrasi, misalnya diare seperti
yang dialami oleh balitas tersebut.
Dehidrasi sangat berbahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan yang
ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialami.
Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien. Untuk
mengetahuinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, tingkat keparahan dehidrasi
dapat dihitung dari penurunan berat badan. Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan
gejala yang ada pada klien.
Penurunan Berat Badan Akut Keparahan Defisit Cairan Tubuh2-5% Ringan5-10% Sedang10-15% Berat15-20% Fatal
Penilaian A B CLihat: keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, lunglai, atau tidak sadar*Mata Normal Cekung Sangat cekung dan keringAir mata Ada Tidak ada Tidak adaMulut dan llidah Basah Kering Sangat keringRasa haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum banyak* Malas minum atau tidak bisa minum*Periksa: turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *, ditambah Bila ada 1 tanda *, ditambah 1 atau1 atau lebih tanda lain lebih tanda lain
Aspek yang Dinilai Skor
Tabel 2-2 Penurunan berat badan sebagai indikator dehidrasiDikutip dari Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika
Tabel 2-3 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klienDikutip dari Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu / haus Gelisah, lemas,
mengantuk, syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30 x/menit 30-40 x/menit >40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120 x/menit 120-140 x/menit >140 x/menit
Hasil :
Skor 6 = tanpa dehidrasi
Skor 7-12 = dehidrasi ringan sampai sedang
Skor ≥13 = dehidrasi berat
Dehidrasi Dewasa AnakRingan 4% 4-5%Sedang 6% 5-10%Berat 8% 10-15%Shock 15-20% 15-20%
Jadi, tanda-tanda yang dapat dilihat sehingga kita dapat meyakini balita ini mengalami
gangguan keseimbangan air dan elektrolit adalah saat dilakukan pemeriksaan fisik, suhu
tubuh balita ini 38,50C (suhu tubuh di atas normal), matanya agak cowong dan turgor
kulitnya menurun yang merupakan tanda-tanda dari dehidrasi. Namun, agar mendapatkan
penanganan yang tepat, kita harus dapat menentukan derajat dehidrasi balita tersebut. Oleh
karena itu, tidak cukup dengan suhu tubuh, keadaan mata, dan turgor kulit saja, tetapi perlu
Tabel 2-4 Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO
Tabel 2-5 Penilaian derajat dehidrasi pada dewasa dan anak Dikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
dilakukan pengakajian yang lebih menyeluruh (berpedoman pada tabel penilaian derajat
dehidrasi).
4. Apa tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi gangguan tersebut?
Pembahasan:
Dalam malakukan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus dilakukan adalah pengkajian,
kemudian diikuti dengan diagnosa, perencanaan dan intervensi, serta evaluasi.
a. Pengkajian
- Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kaji manifestasi klinis melalui timbang berat badan, cek vital sign, dan kaji intake
dan output.
- Lakukan pemeriksaan fisik melalui kaji turgor kulit, hidrasi, temperature tubuh, dan
neuromuskuler irritability, kemudian auskultasi bunyi/suara nafas, serta kaji perilaku,
tingkat energy, dan tingkat kesadaran.
- Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, review nilai berat jenis urine, pH
serum, Analisis Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, dan Kreatin Urine.
b. Diagnosa
- Gangguan keseimbangan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare.
c. Perencanaan dan Intervensi
- Atur intake cairan dan elektrolit.
- Berikan terapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan instruksi dokter, dengan
memperhatikan jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, dan komplikasi dari tindakan.
- Kolaborasi pemberian obat-obatan, seperti deuretik atau kayexalate.
- Provide care, seperti perawatan kulit dan safe environment.
d. Evaluasi
- Intake dan output dalam batas keseimbangan.
- Elektrolit serum dalam batas normal.
- Vital sign dalam batas normal.
Kasus:
Seorang pelari maraton mengikuti latihan persiapan untuk menghadapi pertandingan. Latihan
tersebut dilakukan selama 1,5 jam dan di bawah terik matahari sehingga banyak keringat yang
dikeluarkan.
Pertanyaan:
1. Menurut pendapat saudara apakah telah terjadi gangguan keseimbangan air dan elektrolit
pada pelari ini?
Pembahasan :
Ia, pelari tersebut telah mengalami gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Air adalah
substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen
yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273.15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic. Air (H20) merupakan komponen
utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia.
2. Gangguan keseimbangan apa yang terjadi dan apakah yang menyebabkan gangguan ini?
Pembahasan:
Gangguan keseimbangan yang terjadi adalah dehidrasi. Pengeluaran cairan dari tubuh dalam
keadaan normal sebagian besar terjadi melalui urine yang jumlahnya kurang lebih 1200
sampai 1500 ml/hari. Namun dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti dalam keadaan latihan
yang berat, kehilangan cairan yang terbesar melalui pengeluaran keringat. Sama seperti kasus
di atas, pelari maraton tersebut banyak kehilangan cairan melalui keringan akibat latihan
berat, ditambah lagi berada di bawah terik matahari, sehingga proses penguapan berlangsung
cepat. Normalnya, output dari kulit berkisar 500-600 ml/hari, namun dalam keadaan seperti
pelari di atas, output dari kulit akan lebih besar jumlahnya.
Kehilangan cairan melalui proses difusi melalui kulit dan proses evaporasi melalui saluran
pernafasan biasa disebut juga insensible water loss. Kehilangan cairan melaui proses ini tidak
dapat dirasakan mekanismenya. Berdifusinya cairan melalui kulit dibatasi oleh adanya
lapisan epithel bertanduk yang banyak mengandung cholesterol.
Pada latihan fisik yang berat kehilangan cairan tubuh melalui dua mekanisme yaitu:
a. Latihan fisik menyebabkan meningkatnya kecepatan ventilasi sehingga jumlah cairan
yang hilang melaui saluran pernafasan akan meningkat.
b. Latihan fisik menyebabkan meningkatnya produksi panas pada tubuh dengan
konsekwensi meningkatnya cairan yang hilang melalui keringat, seperti yang dialami
oleh pelari marathon tersebut.
SELF ASSESSMENT
1. Berapakah jumlah cairan tubuh pada orang dewasa?
Pembahasan:
Jumlah cairan tubuh pada orang dewasa adalah:
a. Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 - 55% Berat Badan
b. Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60% Berat Badan
c. Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
2. Apakah orang dewasa laki-laki dan perempuan memiliki jumlah cairan tubuh yang sama?
Pembahasan:
Jumlah cairan tubuh pada laki-laki dan wanita dewasa adalah berbeda. Secara umum, jumlah
cairan pada laki-laki dewasa lebih banyak daripada wanita dewasa. Hal ini dikarenakan tubuh
wanita dewasa mengandung lebih banyak lemak dibandingkan laki-laki dewasa dengan berat
badan sebanding. Sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh. Bagian tubuh wanita dewasa yang banyak mengandung lemak
adalah pinggul, paha, perut, dan lengan. Jadi, bila kita membahas kompartemen cairan tubuh
“rata-rata”, kita harus menyadari adanya factor-faktor lain yang menyebabkan perbedaan
mengenai jumlah cairan tubuh manusia, yang sifatnya bervariasi, bergantung pada umur,
jenis kelamin, dan presentase lemak tubuh.
3. Sebutkan kompartmen-kompartmen cairan tubuh!
Pembahasan:
Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen, yaitu cairan
ekstraseluler dan intraseluler. Cairan ekstraseluler dibagi dua menjadi cairan interstisial dan
plasma darah.
Ada juga kompartemen cairan lainnya dalam jumlah kecil yang disebut sebagai cairan
transleluler. Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga synovia, peritoneum,
pericardium, dan intraocular, serta cairan serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya
dianggap jenis cairan ekstrasel khusus, walaupun dalam beberapa kasus, komposisinya dapat
sangat berbeda dengan komposisi plasma atau cairan interstisial. Cairan transelular
seluruhnya berjumlah sekitar 1 sampai 2 liter.
Rata-rata orang memiliki jumlah tubuh 60 persen berat badan. Presentase ini dapat berubah,
tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan
seseorang, presentase total cairan tubuh terhadap berat badan berangsur-angsur turun. Hal
tersebut adalah sebagian akibat dari penuaan yang biasanya berhubungan dengan
peningkatan presentase lemak tubuh, sehingga mengurangi presentase cairan dalam tubuh.
a. Kompartemen Cairan Intrasel
Sekitar 28 dari 42 liter cairan tubuh ada di dalam 75 triliun sel dan secara keseluruhan
disebut cair intrasel. Jadi, cairan intrasel merupakan 40 persen dari berat badan total pada
orang “rata-rata.” Cairan masing-masing sel mengandung campurannya tersendiri dengan
berbagai zat, namun konsentrasi zat-zat ini mirip dengan satu sel dengan sel lainnya.
Sebenarnya, komposisi cairan sel sangat mirip, bahkan pada hewan yang berbeda, mulai
dari mikroorganisme paling primitive sampai manusia. Oleh sebab itu, cairan intrasel dari
seluruh sel yang berbeda-beda dianggap sabagai satu kompartemen cairan yang besar.
b. Kompartemen Cairan Ekstrasel
Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstrasel. Cairan ini
merupakan 20 persen dari berat badan, atau sekitar 14 liter pada orang dewasa normal
dengan berat badan 70 kilogram. Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstrasel adalah
cairan interstisial dan plasma. Plasma adalah bagian darah yang tidak mengandung sel;
plasma terus-menerus menukar zat dengan cairan interstisial melalui pori-pori membran
kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permeable untuk hampir semua zat terlarut dalam
cairan ekstrasel, kecuali protein. Oleh karena itu, cairan ekstrasel secara konstan terus
bercampur, sehingga plasma dan cairan interstisial mempunyai komposisi yang hampir
sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma. Sekitar
15% berat tubuh merupakan cairan interstitial. Cairan intravaskuler terdiri dari plasma,
bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang
mengandung suspense leukosit, eritrosit dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat
tubuh.
4. Kation apa yang terbanyak terdapat di cairan intrasel, di plasma dan anion apa yang
terbanyak terdapat di plasma?
Pembahasan:
Konstituen penting dalam cairan intasel
Cairan intrasel dipisahkan dari cairan ekstrasel oleh membrane sel yang sangat permeable
terhadap air, tetapi tidak permeable terhadap sebagian besar elektrolit dalam tubuh. Cairan
Tubuh100%
Tubuh100%
Cairan60% (100)
Cairan60% (100)
Intraseluler40% (60)
Intraseluler40% (60)
Intravaskuler5% (10)
Intravaskuler5% (10)
Ekstraseluler20% (40)
Ekstraseluler20% (40)
Jaringan40%
Jaringan40%
Interstisial15% (30)
Interstisial15% (30)
Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health
intrasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida, dan hampir tidak ada ion
kalsium. Malah cairan ini mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat, ditambah
magnesium dan sulfat dalam jumlah yang sedang, semua ion-ion ini memiliki konsentrasi
yang rendah di cairan ekstrasel. Sel juga mengandung sejumlah besar protein dalam plasma.
Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi ion cairan intrestisial
Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi cairan interstisial, karena keduanya hanya
dipisahkan oleh membrane kapiler yang sangat permeable. Perbedaan paling utama antara
kedua kompartemen ini adalah konsentrasi protein dalam plasma yang lebih tinggi; karena
kapiler mempunyai permeabililitas yang rendah terhadap protein plasma, hanya sejumlah
protein yang masuk ke dalam ruang intrestisial di kebanyakan jaringan.
Karena efek Donan, konsentrasi ion bermuatan positif (kation) sedikit lebih besar (sekitar 2
persen) dalam plasma daripada cairan interstisial. Protein plasma mempunyai muatan akhir
negative dan, karenanya, cenderung mengikat kation, seperti ion natrium dan kaliu, sehingga
sejumlah besar kation ini tertahan di dalam plasma bersama dengan protein plasma.
Sebaliknya, konsentrasi ion bermuatan negative (anion) dalam cairan interstisial cenderung
lebih tinggi dibandingan dengan plasma, karena muatan negative protein plasma akan
menolak anion yang bermuatan nagatif. Namun, untuk tujuan praktis, konsentrasi ion dalam
cairan interstisial dan plasma dianggap serupa.
Cairan ekstrasel, yang meliputi plasma dan cairan interstisium, mengandung sejumlah besar
ion natrium dan klorida, serta ion bikarbonat dalam jumlah yang cukup besar, namun cairan
ekstrasel hanya sedikit mengandung ion kalium, kalsium, magnesium, fosfat, dan asam
organic.
Komposisi cairan ekstrasel diatur dengan cermat oleh berbagai mekanisme, khususnya oleh
ginjal. Hal ini memungkinkan sel untuk terus terendam dalam cairan yang mengandung
konsentrasi elektrolit dan zat nutrisi yang sesuai untuk fungsi sel yang optimal.
a. Pengaturan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat
dari saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan,
saluran pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal,
jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga
konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi
natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air.
Jumlah normal 135-148 mEq/L.
b. Pengaturan kalium.
Kalium merupakan kation intrasel utama, yang mengatur ekstabilitas (rangsangan)
neuromuscular dan kontraksi otot. Sumber kalium terdapat pada gandum utuh, daging,
polong-polongan, buah-buahan, dan sayur-mayur. Kalium dibutuhkan untuk
pembentukan glikogen, sintesis protein, dan upaya memperbaiki keseimbangan asam-
basa. Nilai laboratorium normal kalium serum adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L. Kalium
membantu pengaturan keseimbangan asam-basa karena ion kalium dapat ditukar dengan
ion Hidrogen (H+). Kalium terutama diatur oleh ginjal. Suatu kondisi yang menurunkan
haluaran urine akan menurunkan ekskresi kalium. Seiring dengan peningkatan sekresi
aldosteron, kalium yang disekresikan melalui urine akan lebih banyak sehingga kadar
kalium serum menurun. Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium
dengan ion natrium di tubulus ginjal. Apabila natrium dipertahankan, kalium akan
disekresi.
c. Pengaturan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan
fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi
usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan
disimpan dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin
yang dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah
maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada
tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan
untuk menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
d. Pengaturan magnesium.
Magnesium merupakan kation terpenting kedua dalam cairan intrasel dan sangat penting
untuk aktivitas enzim, neurokimia, dan eksibilitas otot. Nilai laboratorium normal
magnesium serum adalah 1,5 sampai 2,5 mEq/L. Magnesium terutama disekresi melalui
mekanisme ginjal. Perubahan kadar magnesium sering dihubungkan dengan penyakit
yang serius dan menghasilkan gejala-gejala yang mencerminkan adanya perubahan
fungsi neuromuscular dan kardiovaskular.
e. Pengaturan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa,
berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah.
Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon
aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
f. Pengaturan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi
utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal.
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.
g. Pengaturan Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan kalsium
mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi. Fosfat juga meningkatkan kerja
neuromuscular normal, berpartisipasi dalam metabolism karbohidrat, dan membantu
pengaturan asam-basa. Nilai laboratorium normal fosfat serum adalah 2,5 sampai 4,5
mg/100 ml. Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormone paratiroid, dan vitamin
D teraktivasi. Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran gastrointestinal. Kalsium
dan fosfat berbanding terbalik secara proporsional, jika salah satunya meningkat, maka
yang lainnya akan menurun.
5. Kehilangan air melalui kulit dan pernafasan disebut dengan…
Pembahasan:
Kehilangan air melalui kulit dan pernapasan disebut dengan Insensible Water Loss (IWL),
yaitu pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui kulit dan
paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300 ml. Keadaan demam dan aktivitas
meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan produksi cairan
pada kulit dan pernapasan
6. Sebutkan beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya dehidrasi hipernatremik!
Pembahasan:
Hipernatremik adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari
konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan air
yang ekstrem atau kelebihan natrium total. Apabila penyebab hipernatremia adalah
peningkatan sekresi aldosteron, maka natrium dipertahankan dan kalium disekresi. Ketika
terjadi hipernatremia, tubuh berupaya mempertahankan sebanyak mungkin melalui
reabsorpsi air di ginjal. Tekanan osmotic interstitial meningkat dan cairan berpindah dari sel
ke dalam cairan ekstrasel sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan mengganggu sebagian
besar proses fisiologis selular. Penyebab hipernatremia yaitu :
a. Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat
b. Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic
c. Sekresi aldosteron yang berlebihan
7. Sebutkan beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya dehidrasi hiponatremik!
Pembahasan:
Hiponatremik adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium didalam darah lebih
rendah dari normal, yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total
air. Biasanya hiponatremia menyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan ekstrasel.
Hiponatremia yang disebabkan oleh kehilangan natrium, dapat menyebabkan kolaps pada
pembuluh darah dan syok. Hiponatremia berat pada kadar natrium serum 120mEq/L dapat
menyebabkan perubahan neurologis dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan
menyebabkan perubahan neurologis yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyebab hiponatremia yaitu:
a. Penyakit ginjal
b. Insufiensi adrenal
c. Kehilangan melalui gastrointestinal
d. Pengeluaran keringat meningkat
e. Penggunaan diuretic (terutama yang disertai dengan diet rendah natrium)
f. Gangguan pompa natrium-kalium disertai penurunan kalium sel dan natrium serum
g. Asidosis metabolic, merupakan dimana terjadi peningkatan pH plasma akibat
peningkatan basa bikarbonat atau menurunnya konsentrasi hydrogen. Penyebabnya
adalah penggunaan obat bikarbonat,terapi diuretic,muntah yang berkepanjangan
(keluarnya HCl), penggunaan antacid. Hasil analisa gas darah: pH meningkat,
meningkat, dan normal.
8. Keadaan yang bagaimanakah yang dapat menyebabkan retensi air dan natrium dalam tubuh?
Pembahasan:
a. Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh. Keadaan ini sering dijumpai pada praktek klinik sehari-hari yang
terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor yang mengontrol perpindahan
cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik system kapiler yang menyebabkan
retensi natrium dan air.
b. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler.
Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari
ruang intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema. Penurunan volume
plasma atau volume sirkulasi efektif merupakan stimulasi timbulnya retensi air dan
natrium renal. Retensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha kompensasi tubuh untuk
menjaga agar volume dan tekanan intravaskuler tetap normal. Retensi cairan selanjutnya
mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan demikian menurunkan tekanan onkotik
plasma yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang interstitial.
c. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung
iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium
pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan
hipertrofi.
9. Sebutkan keadaan klinik yang menyebabkan pseudohiponatremia!
Pembahasan:
Bila jumlah enzim dalam tubuh terlalu kecil dan besar maka akan menonaktifkan fungsi
tubuh normal dan tugas sistem. Pseudohyponatremia adalah keadaan dimana konsentrasi
natrium menjadi tingkat rendah karena beberapa alasan seperti peningkatan lipid plasma dan
lipid protein yang tinggi dalam darah jika tidak ada penurunan Na ekstraseluler yang nyata
yang dihubungkan dengan air. Beberapa studi menunjukkan bahwa pseudohyponatremia
dapat dideteksi dengan mengukur jumlah sodium yang dimiliki dalam tubuh. Faktor lain
yang mempengaruhi yaitu memiliki kadar kolesterol tinggi dalam darah. gejala yang dialami
jika memiliki kadar natrium yang rendah dalam darah yaitu kram otot, kejang otot, sakit
kepala, pusing dan lain-lain.
10. Sebutkan beberapa keadaan yang menyebabkan terjadinya retensi kalium dalam tubuh!
Pembahasan:
a. Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga
perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan
dengan hati-hati.
b. Penurunan hormon aldosteron menyebabkan pengeluaran natrium, klorida dan air serta
retensi kalium. Sebagai akibat dari gangguan elektrolit ini terjadi dehidrasi,
hemokonsentrasi dan asidosis.
11. Sebutkan beberapa keadaan yang menyebabkan terjadinya kekurangan kalium dalam tubuh!
Pembahasan:
Hipokalemia, merupakan suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersikulasi di dalam
cairan ekstrasel tidak adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi konduksi
jantung dengan menyebabkan ketidakteraturan yang berbahaya bagi jantung. Karena rentang
normal kalium terlalu pendek, maka toleransi terhadap terjadinya fluktuasi dalam kadar
kalium serum juga kecil. Hipokalemia dapat diakobatkan dari beberapa kondisi yaitu:
a. Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium
b. Diare, muntah, atau kehilangan cairan lain melalui saluran gastrointestinal
c. Alkalosis
d. Sindrom Cushing atau tumor yang dapat memproduksi hormone adrenal
e. Poliuria
f. Pengeluaran keringat yang berlebihan
g. Penggunaan cairan IV-bebas kalium secara berlebihan.
BAB III
KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain: umur, kondisi lemak tubuh, dan jenis kelamin. Cairan tubuh terbagi atas 2
kompartemen yaitu: Cairan Intraseluler dan Cairan Ekstraseluler. Elektrolit adalah substansi ion-
ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Ion-ion positif disebut kation dan ion-ion
negatif disebut anion. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium.
Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
Setelah membahas semua yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa betapa pentingnya cairan dan elektrolit untuk tubuh kita. Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas dari cairan tersebut.
Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolalitas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan caiaran. Dalam hal ini
ginjal merupakan osmoreseptor yang selalu memantau osmolalitas dan mengaktifkan
osmoreseptor yang ada pada hipotalamus yang akan dilanjutkan penghantaran rangsangan ini ke
neuron hypothalamus yang mensintesis vasopressin yang akan dilepaskan oleh hipofisis posterior
kedalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya didalam duktus koligen. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai
dengan kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut. Ginjal juga berperan dalam mempertahan kan keseimbangan asam basa dengan megatur
keluaran ion hydrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan.Selain ginjal yang turut
berperan dalam keseimbangan asam basa adalah paru-paru.
Dalam tubuh, sering terjadi gangguan akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang terjadi secara
bersamaan namun dapat juga terjadi gangguan akibat kekurangan atau ketidak seimbangan dari
salah satunya ataupun kekurangan air murni meskipun jarang terjadi. Tubuh dapat kehilangan
cairan bukan hanya dalam keadaan sakit tetapi bisa kehilangan cairan dalam keadaan tubuh
sehat, namun kehilangan cairan ini dalam batas-batas normal dan masih dapat ditoleransi serta
sesuai dengan jumlah cairan yang masuk,cairan yang dibutuhkan dan cairan yang dikeluarkan
oleh tubuh.
Kehilangan caiaran yang mengakibatkan kekurangan air dan elektrolit yang biasa disebut dengan
dehidrasi tidak sama dengan hipovolemi yang berarti berkurangnya cairan intravaskuler.Namun
dehidrasi merupakan salah satu akibat lanjutan dari hipovolemi.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM
Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika
Taylor, C.M., dan Ralph, S.S. 2010. Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi
Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State
University – Center for Veterinary Health