makalah iaida blokagung banyuwangi
DESCRIPTION
TUGAS KULIAHTRANSCRIPT
MAKALAH
PUBLIK PENDIDIKAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah :
MANAJEMEN HUMAS PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : AHMAD FARIS UTSMAN M.Pd.i
DISUSUN OLEH KELOMPOK I :
1. AGUS FAUZI2. TEGUH ARIF FIRMANSYAH3. SYAMSUDIN4. AHMAD FAIQ FAZAUDIN5. ABDUL AZIZ ALFI W6. M. NURUL HUDA
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM ( IADA)
BLOKAGUNG – BANYUWANGI
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul PUBLIK PENDIDIKAN DAN
IDENTIFIKASI MASALAH.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Banyuwangi, 16 Nopember 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Publik Pendidikan ................................. 3
2.2 Macam Macam Pendidikan .................................... 6
2.3 Identifikasi Masalah Publik Pendidikan ............... 9
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................. 17
3.2 Saran ........................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
ii
BAB I
PENDIDIKAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa negara
wajib melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan umum dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan.
Yang pada dasarnya menyangkut berbagai aspek kehidupan yang sangat
luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi
memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan dan dibutuhkan
oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun
pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam bidang pendidikan, kesehatan, jasa, dan lainnya. Kinerjan pelayanan
publik masih belum seperti yang diharapkan, sehingga masih banyak
pelayanan-pelayanan pemerintah yang belum memuaskan dan masih
harus diperbaiki. Buruknya kinerja pelayanan publik ini antara lain
dikarenakan belum dilaksanakannya transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Di Indonesia, upaya memperbaiki
pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah,
antara lain melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman
Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini
dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan
Umum. Namun pada kenyataannya masih banyak pelayanan yang belum
berjalan secara maksimal. Pelayanan publik didalam bidang pendidikan
masih belum terlaksana secara maksimal.
1
Masih banyak masalah didalam bidang pendidikan. Jika kualitas
pendidikan suatu bangsa rendah, maka akan mengakibatkan kemiskinan
dari berbagai segi. Oleh karena itu membuat makalah ini dengan judul
“Publik Pendidikan Dan Identifikasi Masalah"
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan ?
2. Macam Macam Pendidikan ?
3. Masalah Masalah Yang Di Hadapi Pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Humas Pendidikan serta menambah wawasan pembaca untuk
mempelajari masalah kependidikan.
2
BAB II
PEMABAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan menjadi hal yang sebaiknya kita juga perlu
ketahui untuk menambah wawasan kita terhadal hal yang selalu berkaitan
dengan kehidupan kita sehari – hari, karena kita selalu melewati proses
pendidikan maka oleh sebab itulah kita sebagai pelaku harus paham juga
apa pengertian pendidikan itu sendiri.
Pengertian pendidikan bukan hanya untuk di ketahui belaka
melainkan dengan memahaminya lalu berusaha untuk menjalankan
perosesnya berdasarkan apa yang memang tertuang dalam pengertian
pendidikan tersebut. Kita terlalu sering melihat berbagai kejadian nyata
yang mencoreng nama baik dari pendidikan tersebut mungkin salah satu
penyebabnya adalah dikarenakan mereka tidak menguasai nilai – nilai apa
yang di artikan dalam kata pendidikan itu sendiri.
Berkaitan dengan Pengertian Pendidikan para Ahli telah
menyampaikan pendapat mereka masing – masing tentang apa itu
penertian pendidikan, namun sebelum kependapat para Ahli kita akan
bahas tentang kata Pendidikan itu sendiri :
Kata Pendidikan berdasarkan KBI berasal dari kata ‘didik’ dan
kemudian mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini
mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari
kata “ Pedagogi “ kata dasarnya “ Paid “ yang berartikan “ Anak “ dan
Juga “ kata Ogogos “ artinya “ membimbing ”. dari beberapa kata tersebut
maka kita simpulkan kata pedagos dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang
mempelajari tentang seni mendidik Anak .
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
3
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur
pendidikan itu sendiri.
Kemudian kita berlanjut pada UU tentang adanya pendidikan
tersebut, Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah
sebuah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Undang – undang inilah yang menjadi
dasar berdidirinya proses pendidikan yang ada di Negara Indonesia.
Pengertian pendidikan menurut para Ahli, sebelum kita mengambil
pendapat para filosofi pendidikan dari orang barat, maka kita mengambil
pengertian pendidikan berdasarkan apa yang di sampaikan oleh bapak
pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara, beliau telah
menjelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :
“ Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.” Ki Hajar Dewantara.
Pengertian pendidikan atau definisinya menurut pendapat para Ahli
lain yaitu :
Pengertian pendidikan menurut : Prof. Dr. M.J Langeveld :
“ Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang
masih memerlukannya”.
Prof. Zaharai Idris seorang Ahli Epistimologi juga menyampaikan
pendapatnya tentang pengertian pendidikan ialah :
4
“ Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan,
antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau
dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap
perkembangan anak seutuhnya” .
pengertian pendidikan menurut H. Horne :
“ Pendidikan adalah proses yang di lakukan terus menerus dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia” .
Pengertan pendidikan menurut Ahmad D. Marimba :
Beliau juga berpendapat bahwa Pendidikan adalah ” bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani
dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama“.
Terakhir Pengertian Pendidikan Menurut John Dewey : “ Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental
secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia” .
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh para Ahli di
atas maka kita bisa mengambil kesimpulan bawah pengertian pendidikan
ialah proses melakukan bimbingan, pembinaan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup mampu untuk
melaksanakan tugas hidupnya sendiri secara mandiri tidak terlalu
bergantung terhadap bantuan dari orang lain.
Pelaku pendidikan menurut saya selaku penulis artikel ini, bisa di
lakukan oleh siapa saja selama orang tersebut memiliki akal sehat, kita
tidak bisa membatasi hanya orang dewasa saja yang bisa memberikan
pendidikan kepada anak, karena seorang anakpun sejatinya juga bisa
memberikan pendidikan baik berupa ilmu atau pengalaman kepada orang
dewasa selama bisa di percaya secara valid.
5
Sedikit mengarah pada Kata “ Pendidik ” itu sendiri para ahli juga
membagi beberapa kategori orang yang berperan pada dunia pendidikan
sebagai berikut : Pendidik adalah orang yang memikul
pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto,
menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi: Orang Dewasa,
Orang Tua, guru, Pemimpin masyarakat, pemuka atau pemimpin agama.
Berdasarkan aturan yang berlaku untuk menjadi seorang pendidik
di perlukan karakter sebagai berikut : kematangan diri yang stabil,
memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
kematangan sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang
masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang
lain. kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh
perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan
perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara
mendidik.
Sementara di sisilain seorang pendidik yang juga sekaligus
berperan sebagai guru harus bisa memberikan hal – hal yang berkaitan
dengan pendidikan anak didiknya, diantara peran yang harus di jalankan
seorang guru atau pendidik : pemberi atau pengagas rencana, sebagai
penginisiasi, sebagai motivator bagi anak didiknya, sebagai pengamat,
pengantipasi, pengevaluasi, sebagai seorang teman sekaligus sebagai wali
orang tua anak didiknya.
2.2 Macam Macam Pendidikan
Pendidikan merupakan hak seluruh warga negara Indonesia.
Pelaksanaan pendidikan biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga
pendidikan, yang juga diatur oleh negara. Lembaga Pendidikan adalah
lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan
dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih
baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Di Indonesia terdapat
empat jenjang pendidikan yang diatur sesuai tingkat perkembangan peserta
6
didik yaitu PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan
Pendidikan Tinggi.
Pendidikan anak usia dini atau disingkat (PAUD). PAUD bertujuan
untuk membina anak-anak yang baru lahir hingga usia enam tahun dengan
memberikan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangannya. Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan
awal 9 tahun pertama masa sekolah. Jenjang pendidikan dasar dilakukan
untuk memberikan persiapan jenjang pendidikan menengah. Pendidikan
dasar dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) selama 3 tahun.
Pendidikan menengah, yang merupakan jenjang lanjutan dari
pendidikan dasar untuk mempersiapkan siswa menuju jenjang pendidikan
tinggi. Jenjang pendidikan tinggi merupakan jenjang yang mencakup
program–program pendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan
beberapa jalur, yaitu jalur pendidikan formal atau sekolah, jalur
pendidikan luar sekolah, yaitu pendidikan non formal dan informal.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah. Jalur pendidikan formal mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas, mulai pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi.
Pendidikan luar sekolah dikelompokan menjadi pendidikan non
formal dan informal. Pendidikan luar sekolah yang termasuk non formal,
adalah PAUD, TPA (Tempat Penitipan Anak), Taman Pendidikan atau
sekolah minggu. Selain itu berbagai kursus, bimbingan belajar juga
termasuk pendidikan luar sekolah non formal. Pendidikan informal adalah
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
mandiri.
Berikut macam macam pendidikan di Indonesia :
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal
7
terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal
berstatus swasta
2) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil
pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
Sasaran
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan
meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembagakursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
8
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan.
2.3 Identikasi Masalah
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak
Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan
sehingga secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih
baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kita masih
ketinggallan jauh, oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu
ditingkatkan agar bangsa kita tidak menjadi tamu terasing di Negri sendiri
terutama karena terjajah oleh budaya asing dan terpaksa menari diatas
irama gendang irang lain. Upaya untuk membangun sumber daya manusia
yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan
berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di
sebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah
internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih
menghadapi sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada
jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera diatasi karena sangat
berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, ada beberapa masalah
internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai berikut.
1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya
peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik
dengan ciri-ciri kemiskinan.
2. Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan
alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal
9
penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan
mengembangkan iptek.
3. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui
waktu standart yang sudah ditentukan.
4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan
relevansi pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran
tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. Secara empiris
kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik
disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi
oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat
mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan
demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil
dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.
5. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang
menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial,
seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja.
Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi
landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan
kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi
landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke
masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti
keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah
penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas.
Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan
erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem
pendidikan tidak hanya disebabkan oleh adanya kelemahan menejemen
pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi karena juga
menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnya efisiensi dan
efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan dan tata kehidupan
masyarakat tidak kondusif yang turut menentukan rendahnya mutu sistem
pendidikan disekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya mutu
10
peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan
untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di rumuskan secara
spesifik karena fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-
beda di seluruh wilayah Indonesia.
Sistem pendidikan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
sosial budaya dan masyarakat sebagai supra sistem. Pembanguana sistem
pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak singkron dengan
pembanguanan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan
sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai supra sistem tersebut,
dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu
menjadi sangat kompleks. Artinya suatu permasalahan intern dalam sistem
pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem
pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah
tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat
disekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih
banyak lagi faktor-faktor lainnya diluar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah
pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen dan
melibatkan banyak pihak.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia
pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yaitui:
Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua
adalah masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.
Seperti telah dikemukakan diatas, pada bagian ini akan
dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesempatan
11
nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang
dimaksud adalah:
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk
memanjakan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional
diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya manusia untuk
menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih
banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di
tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita
pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita Undang-
Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang
sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang
ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.[4]
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI pasal 10
ayat 1 menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang
sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “
ayat 2 menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat
pengakuan dari menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban
belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidika tersebut penting sekali
artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna
mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
12
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting
sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada
SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan
kemajauan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia
baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen.
Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat
pembangunan.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam
upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk
dapat berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya pemerataan
pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu
pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu
pendidikan.
Khusus pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang
berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing
maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap
jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan
kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus
menerus dengan saksama.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan
memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan faktor
kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu di berikan bekal
dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada
jenjang pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan didasarkan atas
pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak,
keperluan, tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat,
kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar tercapai keseimbangan antara
faktor minat dengan kesempatan memperoleh pendidikan, perlu diadakan
penerangan yang seluas-luasnya mengenai bidang-bidang pekerjaan dan
13
keahlian dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam pembangunan
utamanya bagi bidang-bidang yang baru dan langka.
Perkembangan upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus
menerus dari pelita ke pelita. Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989
tengtang sistem pendidikan nasional III tentang hak warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan
dalam pasal 7 mengenai hak telah di tegaskan sebagai berikut:
“penerimaan seorang peserta didik dalam suatu satuan pendidikan
diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku,
ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perkembangan iptek menawarkan beraneka ragam alternatif model
pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar. Dilihat
dari segi waktu belajarnya bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu,
bulan, sampai tahunan, melalui proses tatap muka sampai pada lingkungan
alam yang dapat mendung.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum
mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan
pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenagan
terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
tesebut terjun kelapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai
sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja. Lazimnya masih
dilakukan pelatihan dan pemagangan bagi calon untuk penyesuaian
dengan tuntutan persyaratan kerja dilapangan, dan berkarya.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas
keluaranya. Jika tujuan pendidikan nasioanl dijadikan kriteria, maka
pertanyaanya adalah: apakah keluaran dari sistem pendidikan menjadikan
pribadi yang bertakwa, mandiri, anggota masyarakat yang sosial yang
bertanggung jawab. Dengan kata lain keluaran ini mewujudkan diri
14
sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
dan membangun lingkungannya. Kualitas luaran seperti tersebut adalah
nurturant effect. Meskipun disadari bahwa hakikatnya produk dengan ciri-
ciri seperti itu tidak semata-mata hasil dari sistem pendidikan itu sendiri.
Yang menjadi persoalan ialah bahwa cara pengukuran mutu produk
tersebut tidak mudah. Dan pada umumnya hanya dengan mengasosiasikan
dengan hasil belajar yang sering dikenal dengan EBTA atau hasil
sipenmaru.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika tidak terjadi belajar
secara optimal akan menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hampir
dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Berarti pokok
permasalahan mutu pendidikan lebih terletah pada masalah pemprosesan
pendidikan. Selanjutnya kelancara pemprosesan pendidikan ditunjang oleh
komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan
mutu, didalam Tap MPR RI tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat
pembanguan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang
dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
khususnya untuk memacu untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu
pengetahuan alam dan matematika. Umumnya pendidikan di seluruh tanah
air pada umumnya menunjukkan daerah pedesaan lebih rendah dari daerah
perkotaan.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Pada hakikatnya masalah efisiensi adalah masalah pengelolaan
pendidikan, terutama dalam pemanfaatan dana dan sumber daya manusia.
Efesiensi artinya dengan menggunakan tenaga dan biaya sekecil-kecilnya
dapat diperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Jadi, sistem pendidikan yang
15
efesien ialah dengan tenaga dan dana yang terbatas dapat di hasilkan
sejumlah besar lulusan yang berkualitas tinggi. Oleh sebab itu,
keterpaduan pengelolaan pendidikan harus tampak diantara semua unsur
dan unit, baik antar sekolah negeri maupun swasta, pendidikan sekolah
maupun luar sekolah, antara lembaga dan unit jajaran depertemen
pendidikan dan kebudayaan.
Para ahli banyak mengatakan bahwa sistem pendidiakn sekarang
ini masih kurang efisien. Hal ini tampak dari banyaknya anak yang drop-
out, banyak anak yang belum dapat pelayanan pendidikan, banyak anak
yang tinggal kelas, dan kurang dapat pelayanan yang semestinya bagi
anak-anak yang lemah maupun yang luar biasa cerdas dan genius.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya
adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya
pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru,
rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan
kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah
mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di
Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga
manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap
untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap
zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan
mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.
3.2 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak
menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta
mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang
harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan
negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber
daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu
membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-
pendidikan
http://www.kompasiana.com/elnihandayani/masalah-pendidikan-di-indonesia-
dan-solusinya.
https://abraham4544.wordpress.com/umum/problematika-pendidikan-di-
indonesia/