makalah humanisme

30
Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan terdapat banyak teori tentang pembelajaran. Salah satu teori pendidikan yang diterapkan adalah humanisme. Namun tentu saja masih menimbulkan pertanyaan tentang “Apakah yang dimaksud dengan teori humanisme? dan berbagai pertanyaan lainpun akan bermunculan mengenai teori ini. Humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku, warna kulit dan sejenisnya. Ia memperlakukan dan berusaha membantu siapa pun itu manusianya. Tidak memandang ia baik atau jahat, kawan atau musuh. Humanisme merupakan pendidikan dan pembelajaran di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukkan eksistensinya dengan perspektif mereka sendiri menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi tantangan dan lebih kompetitif . Pendidikan sering kali kita harapkan sebagai “pabrik intelektual” yang dituntut agar mampu menciptakan pelaku- pelaku pembangunan yang tangguh dan handal di masa mendatang. Akibatnya, pendidikan tidak lagi diarahkan kepada hal-hal penanaman potensi kemanusiaan lainnya. Terutama yang bermuara pada sisi emosial peserta didik. Padahal, inti dari sebuah pendidikan ialah agar menjadikan manusia-manusia yang cerdas, 1 | Teori Belajar Humanisme

Upload: alfa-prianoto

Post on 27-Jun-2015

1.316 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah humanisme

Oleh BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan terdapat banyak teori tentang pembelajaran. Salah satu teori

pendidikan yang diterapkan adalah humanisme. Namun tentu saja masih menimbulkan

pertanyaan tentang “Apakah yang dimaksud dengan teori  humanisme? “ dan berbagai

pertanyaan lainpun akan bermunculan mengenai teori ini.

 Humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku, warna kulit dan

sejenisnya. Ia memperlakukan dan berusaha membantu siapa pun itu manusianya. Tidak

memandang ia baik atau jahat, kawan atau musuh. Humanisme merupakan pendidikan

dan pembelajaran di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi

peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukkan eksistensinya dengan

perspektif mereka sendiri menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan kemampuan

berpikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi

tantangan dan lebih kompetitif .

Pendidikan sering kali kita harapkan sebagai “pabrik intelektual” yang dituntut agar

mampu menciptakan pelaku-pelaku pembangunan yang tangguh dan handal di masa

mendatang. Akibatnya, pendidikan tidak lagi diarahkan kepada hal-hal penanaman potensi

kemanusiaan lainnya. Terutama yang bermuara pada sisi emosial peserta didik. Padahal,

inti dari sebuah pendidikan ialah agar menjadikan manusia-manusia yang cerdas, kreatif

dan humanis. Untuk itu, harus dicarikan sebuah konsep pendidikan yang berangkat dan

beroerientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik.

Menciptakan konsep pendidikan yang disebut dehumanisasi di negara kita tidaklah

mudah membalikkan telapak tangan. Selain pendidikan kita yang tidak pernah jelas dan

terarah sistem dan metodenya, apalagi jika kita melihat out put pendidikan itu sendiri yang

faktanya sangat mengkhawatirkan. Belum lagi jika meneropong lebih jauh atas kasus-

kasus tindak kriminal yang dilakukan oleh peserta didik. Tawuran antar pelajar, terjebak

dalam lingkaran narkoba, miras dan berbagai tindakan amoral lainnya menjadi hal yang

lumrah terjadi dalam keseharian kita.

Banyaknya persoalan yang menjadi beban pengelolaan pendidikan dan pengajaran di

neggara kita. Mulai dari beban ajar yang terlalu banyak dan padat, sampai pada

profesionalitas guru yang masih belum memadai dan penghargaan finansial terhadap para

pendidik yang masih sangat rendah. Dalam bahasan ini masalah yang terkait erat adalah

1 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 2: Makalah humanisme

standar keberhasilan belajar yang masih menekankan bidang intelektual dan sekaligus

sentralisasi standar mutu contohnya UNAS: Ujian Nasional, yang mengakibatkan

masyarakat terjerumus pada keyakinan bahwa hasil UNAS adalah satu-satunya ukuran

keberhasilan peserta didik dan juga sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan

pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai

masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada

aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.

Landasan filosofi pendidikan yang bertujuan mengembangkan dan mengharai aspek

manusia adalah landasan dan teori belajar humanisme.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar humanisme?

2. Bagaimanakah pemahaman belajar menurut teori belajar humanisme?

3. Siapa saja tokoh-tokoh yang mempelopori teori belajar humanisme?

4. Bagaimana implikasi teori belajar humanisme dalam proses belajar mengajar?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanisme.

2. Untuk mengetahui pandangan teori belajar humanisme terhadap belajar.

3. Untuk mengertahui siapa saja tokoh-tokoh yang mempelopori teori belajar

humanisme.

4. Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanisme dalam proses belajar

mengajar.

2 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 3: Makalah humanisme

BAB II

PEMBAHASAN

A.Teori Belajar Humanisme

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada

manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses

belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada

ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti

apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal

tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat

tercapai.

Teori Belajar Humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan

bagaimana manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Manusia

bertanggung jawab terhadap pilihan hidup mereka sendiri, sehingga mampu berbuat segala

hal positif untuk membangun dirinya, hal ini karena pada dasarnya manusia mempunyai

potensi untuk menjadi lebih baik asalkan mau mengaktulisasikan diri.

Dalam  teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses

belajar berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.Teori ini

berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut

pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidikan ialah membantu siswa untuk

mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri

mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi yang ada

pada dirinya.

Teori Humanisme dilihat dari adanya dua bagian pada proses belajar, yaitu :

1. Proses pemerolehan informasi

2. Personalisasi informasi ini pada individu

B. Belajar Menurut Teori Humanisme

Teori belajar humanisme ini memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh

dirinya sendiri, oleh factor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun

pengetahuan. Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak

3 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 4: Makalah humanisme

perkembangan individu. Ia mampu mengembangkan potensinya dan merasa dirinya utuh,

bermakna dan berfungsi, kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja

dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya. Teori belajar

humanisme ini yakin bahwa motivasi belajar harus datang dari dalam individu. Bahkan

aliran ini mengabaikan factor intelektual dan emosional. Menurutnya, kedua factor tersebut

tidak terlibat di dalam proses belajar.

Menurut teori ini, proses belajar yang bermakna adalah belajar yang melibatkan

pengalaman langsung, berpikir dan merasakan, atas kehendak sendiri dan melibatkan

seluruh pribadi peserta didik. Belajar yang bermakna tidak lain adalah belajar yang dapat

memenuhi kebutuhan nyata individu. menurut teori humanisme, salah satu karasteristik

yang harus ada pada guru / pendidik adalah memiliki kemampuan memotivasi belajar

peserta didiknya. Selain itu guru memiliki sikap empati, terbuka, keaslian, kekonkritan,dan

kehangatan. Sikap empati merujuk kepada sikap guru yang mampu memposisiskan dirinya

pada kerangka berpikir peserta didik sehingga guru dapat merasakan apa yang peserta

didik rasakan dan alami. Keterbukaan merujuk pada kemampuan guru untuk membuka

diri, sikap dikritik, diberi masukan, siap dinilai, dan diberi ujian. Keaslian merujuk kepada

pemampilan apa adanya dan tidak dibuat-buat. Kekonkretan merujuk pada kejelasan dalam

menyatakan sesuatu.memberi tanggung jawab sesuai dengan kemampuan peserta didik dan

realistis. Kehangatan merujuk pada jalanan komunikasi yang secara psikologis terasa

nyaman dan aman bagi peserta didik disertai ketulusan dalam memberikan pelayanan

pendidikan.

Prof. Dr. Armai Arief, MA.(Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta)

menyatakan bahwa hampir tidak kita sadari bersama saat ini, trend pendidikan yang

berkembang pada beberapa dekade terakhir ini adalah belajar untuk belajar. Bukan lagi

belajar untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi yang jauh makin komplek ke depan. Tak

heran proses pembelajaran yang ada di sekolah dapat dinilai kurang demokratis-

humanistik. Kurang adanya ruang bagi peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi guna

menunjukkan eksistensinya sendiri masing-masing. Padahal, kreativitas dan kemampuan

berpikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal awal anak agar mampu

menghadapi tantangan masa depan yang jauh lebih kompetitif.

C. Tokoh – tokoh teori belajar humanistik

4 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 5: Makalah humanisme

Adapun tokoh – tokoh yang mempelopori psikologi humanistik yang digunakan

sebagai teori belajar humanisme sebagai berikut :

a)    Abraham Maslow

Di kenal sebagai pelopor aliran humanistik.Maslow percaya bahwa manusia

bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di

kenal adalah teori tentangHierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan

bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat

hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia

miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah

keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya.

Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah

sampai yang tinggi. Adapun hirarki – hirarki tersebut adalah :

Kebutuhan fisiologis atau dasar

Kebutuhan akan aman dan tenteram

Kebutuhan akan dicintai dan disayangi

Kebutuhan untuk dihargai

Kebutuhan untuk aktualisasi diri

b)    Arthur Combs

Bersama dengan Donald Syngg ( 1904 – 1967 ) mereka mencurahkan banyak

perhatian pada dunia pendidikan. Meaning( makna atau arti ) konsep sering yang di

gunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan

materi yang tidak di sukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu guru

harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa

tersebut, sehingga apabila merubah perilakunya, seorang guru harus berusaha merubah

keyakinan atau pandangan siswa yang ada.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi

bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana

mestinya.Padahal arti tidak menyatu pada materi pelajaran itu.Sehingga yang terpenting

adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi kepribadiannya dari materi

pelajaran tersebut dan menghubungkan dalam kehidupan. Combs memberikan persepsi diri

dan dunia seseorang seperti dua lingkaran ( kecil dan besar ).

5 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 6: Makalah humanisme

Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri

Lingkaran besar adalah persepsi dunia.

c)    Carl Rogers

Seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai

dan tanpa prasangka dalam membantu mengatasi masalah – masalah kehidupannya.

Menurutnya hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru

memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu :

Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak

harus belajar tentang hal – hal yang tidak ada artinya.

Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian

bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan dan

ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru

sebagai bahan yang bermakna bagi siswa.

Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom to learn, ia menunjukan sejumlah prinsip – prinsip yang

terpenting adalah :

Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami

Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud – maksud tersendiri.

Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri

di anggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

Belajar yang bermakna di peroleh siswa dengan melakukanya.

Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut

bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang

fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975

mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu

empati, penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

Merespon perasaan siswa

Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang

Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

Menghargai siswa

6 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 7: Makalah humanisme

Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa ( penjelasan untuk memantapkan

kebutuhan segera dari siswa )

Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,

meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi

akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi

tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan

sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih

tinggi.

Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme? Orang

balajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,

mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang

apakah proses belajarnya berhasil.

d)   Bloom dan Krathwohl

Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai

( dipelajari ) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut.

1. Kognitif

Kognitif terdiri dari tiga tingkatan:

a. Pengetahuan ( mengingat, menghafal );

b. Pemahaman ( menginterpretasikan );

c. Aplikasi ( menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah );

d. Analisis ( menjabarkan suatu konsep );

e. Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);

f. Evaluasi ( membandingkan ide, nilai, metode, dsb ).

2. Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

a. Peniruan ( menirukan gerak );

b. Penggunaan ( menggunakan konsep untuk melakukan gerak );

c. Ketepatan ( melakukan gerak dengan benar );

d. Perangkaian ( melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar );

e. Naturalisasi ( melakukan gerak secara wajar ).

3. Afektif

7 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 8: Makalah humanisme

Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

a. Pengenalan ( ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu );

b. Merespon ( aktif berpartisipasi );

c. Penghargaan ( menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu);

d. Pengorganisasian ( menghubung - hubungkan nilai-nilai yang dipercayai );

e. Pengalaman ( menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup ).

e)    Kolb

Sementara itu, Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu:

1. Pengalaman konkret;

Pada tahap ini seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu

kejadian.Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian

tersebut.Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus

terjadi seperti itu.

2. Pengalaman aktif dan reflektif;

Siswa lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu,

serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.

3. Konseptualisasi;

Siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal

yang pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk

membuat aturan-aturan umum ( generalisasi ) dari berbagai contoh kejadian

yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang

sama.

4. Eksperimentasi aktif

Siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.

Dalam dunia matematika misalnya, siswa tidak hanya memahami “ asal-usul”

sebuah rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk

memecahkan suatu masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya.

f)    Honey dan Mumford

Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford menggolongkan siswa menjadi

empat tipe, yakni:

1. Aktivis

2. Ciri dari siswa ini adalah suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru

dan cenderung berpikiran terbuka serta mudah diajak berdialog.Namun, siswa

8 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 9: Makalah humanisme

seperti ini biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu.Dalam belajar mereka

menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru,

seperti brainstorming atau problem solving.Akan tetapi mereka cepat merasa

bosan dengan hal-hal yang perlu waktu lama dalam implementasi.

3. Reflektor

4. Siswa tipe ini cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah sehingga dalam

mengambil keputusan mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik

buruknya.

5. Teoris

6. Siswa tipe ini biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai

pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.Berpikir rasional adalah sangat

penting.Dan mereka cenderung sangat skeptis dan tidak suka hal-hal yang

spekulatif.

7. Pragmatis

8. Siswa pada tipe ini menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala

hal. Bagi mereka teori memang penting, tapi tidak akan berguna jika tidak

dipraktikkan.

g) Habermas

Menurutnya belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dari lingkungan maupun

dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini Habermas membagi belajar menjadi tiga

bagian, yaitu:

1. Belajar teknis ( technical learning )

2. Dalam belajar teknis siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam

sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara

mempelajari ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

3. Belajar praktis ( practical learning )

4. Pada belajar ini siswa juga belajar berinteraksi, tetapi yang lebih dipentingkan

adalah interaksi dia dengan orang-orang di sekelilingnya.

5. Belajar emansipatoris ( emancipatory learning)

6. Pada belajar ini siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik

mungkin tentang perubahan ( transformasi ) kultural dari suatu lingkungan. Inilah

tujuan pendidikan yang paling tinggi.

9 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 10: Makalah humanisme

Psikologi humanistik dan pengajaran di dalam bagian ini berisi tentang bagaimana para

psikolog humanistik berupaya menggabungkan keterampilan dan informasi kognitif

dengan segi efektif , nilai – nilai,  dan perilaku antar pribadi. Sehubungan dengan itu akan

di bicarakan tiga macam program :

a. Confluent education

Adalah proses pendidikan yang memadukan atau mempertemukan pengalaman

–  pengalaman efektif dengan belajar kognitif di dalam kelas. Sebagai contoh  guru

bahasa indonesia memberikan tugas pada para siswa untuk membaca sebuah novel,

katakanlah misalnya tentang “keberanian” sebuah novel perang. Melalui tugas itu

siswa diharapkan memahami isi bacaan tersebut dengan sebaik – sebaiknya tetapi

juga memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih baik dengan jalan membahas

pengertian mereka sendiri mengenai keberanian dan perasaan takut. Untuk

keperluan itu tugas tersebut di lengkapi dengan tugas – tugas yang berkaitan, antara

lain :

1. Mewawancarai orang – orang yang tahu tentang perang.

2. Mendengarkan musik perang, menuliskan pikiran – pikiran dan perasaan

yang timbul secara bebas, kemudian menghayatinya dalam kelompok –

kelompok kecil.

3. Memperdebatkan apakah perang itu dapat dihindari ataukah tidak.

4. Membandingkan perang saudara dengan sajak – sajak perang.

b. Open Education

Adalah proses pendidikan terbuka, Menurut Walberg dan Thomas (1972), open

education itu memiliki delapan kriteria :

1. Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan yang di

perlukan untuk belajar tersedia

2. Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat artinya menggunakan

bahan buatan siswa : guru menangani masalah – masalah tingkah laku

dengan jalan berkomunikasi secara pribadi dengan siswa yang bersangkutan

saja.

3. Mendiagnosis peristiwa – peristiwa belajar , artinya siswa – siswa

memeriksa pekerjaan mereka sendiri.

4. Pengajaran, artinya pengajaran individual ; tidak ada tes ataupun buku kerja.

10 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 11: Makalah humanisme

5. Penilaian, artinya guru membuat penilaian secara individual : hanya sedikit

sekali di adakan test formal.

6. Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional, artinya guru

menggunakan bantuan orang lain, guru bekerja dengan teman – teman

sekerjanya.

7. Persepsi guru sendiri, artinya guru berusaha mengamati semua siswa untuk

memantau kegiatan mereka.

8. Asumsi tentang para siswa dan proses belajar, artinya suasana kelas hangat

dan ramah, sehingga para siswa asyik melakukan sesuatu.

Meskipun pendidikan terbuka itu memberikan kesempatan pada para siswa untuk

bergerak secara bebas di sekitar ruangan dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri,

namun bimbingan guru tetap di perlukan. Kira-kira perlu di catat bahwa open education ini

lebih efektif dari pada pendidikan tradisional dalam hal meningkatkan hal belajar yang

bersifat efektif, kerja sama, kreatifitas, dll.

c. Cooperative learning

Belajar cooperative merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan

berprestasi siswa. Menurut Slavin (1980) cooperative memiliki tiga karakterisik sebagai

berikut :

1. Siswa belajar dalam tim – tim yang kecil (4-6 orang anggota) komposisi ini

tetap selama berminggu – minggu.

2. Siswa di dorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang

bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.

3. Siswa diberi imbalan atau hadiah bagi yang berprestasi.

Adapun teknik dalam belajar cooperative learning itu ada empat macam :

1. Team game tournament (TGT); dalam teknik ini siswa –siswa yang

kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda di satukan dalam team (4 orang).

Setelah itu guru menyajikan soal dan team lalu mengerjakan, saling

mengajukan pertanyaan dan belajar bersama se team untuk menghadapi

tournament yang biasanya di selenggarakan seminggu sekali.

2. Teams– achievement divisions; teknik ini juga menggunakan team (4 orang)

tetapi kegiatan tournament  di ganti dengan bertanya selama lima belas

menit. Skor – skor pertanyaan menjadi skor team.

11 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 12: Makalah humanisme

3. Jigsaw, dalam teknik ini siswa di masukan dalam tim –tim kecil yang

bersifat heterogen. Bahan pelajaran di bagikan kepada anggota anggota

team. Kemudian siswa tersebut mempelajari bahan pelajaran yang sama

dengan team lain kemudian mereka kembali ke kelompoknya masing –

masing dan menjelaskan apa yang telah dipelajari dari kelompok lain

tersebut kepada kelompoknya.

4. Group investigation adalah teknik di mana para siswa bekerja di dalam

kelompok – kelompok kecil yang menangani berbagai macam proyek kelas.

Setiap kelompok membagi tugas tersebut menjadi sub topik – sub topik,

kemudian setiap anggota kelompok melakukan penelitian yang di perlukan

untuk mencapai tujuan kelompok, setelah itu kelompok mengajukan hasil

penelitiannya kepada kelas. Dalam metode ini hadiah atau point tidak di

berikan.

          Menurut cooperative learning itu pada umumnya mempunyai efek yang positif

terhadap prestasi akademik.Keberhasilan cooperative learning ini juga tergantung dengan

kemampuan siswa berinteraksi di dalam kelompok.

D. Implikasi Teori Belajar Humanisme

Guru sebagai fasilitator Psikologi, paham humanistik memberi perhatian atas guru

sebagai fasilitator, berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan

berbagai kualitas si fasilitator. Ini merupakan ikthisar yang sangat singkat dari beberapa

petunjuk.

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi

kelompok, atau pengalaman kelas.

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan

perorangan didalam kelas, dan juga tujuan-tujuan kelompok ang bersifat umum.

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan

tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong yang

tersembunyi didalam belajar yang bermakna tadi.

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar ang paling

luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan

mereka.

12 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 13: Makalah humanisme

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat

dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Didalam menaggapi ungkapan-ungkapan dalam kelompok kelas, dan menerima

baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk

menaggapi dengan cara ang sesuai, baik bagi individu maupun kelompok.

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat

berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota

kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti

siswa yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaan dan juga

pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu

andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya

perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.

10. Didalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk

mengenali dan menerima keterbatasanna sendiri

Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator. Fasilitator baik dalam

aspek kognitif, afektif, psikomotorik, maupun konatif. Seorang pendidik hendaknya mampu

membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar-mandiri (self-directed learning).

Ia juga hendaknya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi

diri. Galileo menegaskan bahwa “sebenarnya kita tidak dapat mengajarkan apapun, kita

hanya dapat membantu peserta didik untuk menemukan dirinya dan mengaktualisasikan

dirinya”. Setiap pribadi manusia memiliki ldquo, (mutiara talenta yang tersembunyi di

dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah membantu peserta didik untuk

menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin.

Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun seseorang yang

menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan

dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuhkembangkan dirinya

menjadi pribadi dewasa dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada

siswa atau pendidikan bagi siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi & ldquo;

dunia & idquo;, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu

peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan

kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered teaching). Ciri utama

13 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 14: Makalah humanisme

pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati, menghargai

dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat

diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana

relasi dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya,

mengembangkan dirinya dan kemudian mem - ldquo; fungsi & idquo; -kan dirinya di

dalam masyarakat secara optimal.

Tujuan sejati dari pendidikan adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik

secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu

menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini

dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanis serta

mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income

generating skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan

pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam

bidang intelektual, emosi/perasaan (EQ), afeksi maupun keterampilan yang berguna untuk

hidup praktis.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda (N.

Driyarkara). Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan

berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin & ldquo; penuh &

idquo; sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang

bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat membutuhkan pribadi-

pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus

memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian,

namun tetap humanis.

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan

psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya.

Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.

Pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan

pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.

Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka

hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai

sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang

memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan

manusia kurang humanis atau manusiawi. Dari titik pandang sosio-anthropologis,

14 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 15: Makalah humanisme

kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu

berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif

untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan

kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda.

Saat ini model pendidikan yang dibutuhkan adalah model pendidikan yang demokratis,

partisipatif, dan humanis: adanya suasana saling menghargai, adanya kebebasan

berpendapat/berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta

didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan kemampuan hidup bersama dengan teman

yang mempunyai pandangan berbeda. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran dan

pendidikan seyogianya merupakan sebuah paradigma pembelajaran yang sedari tingkat

filosofis, strategi, pendekatan proses dan teknologi pembelajarannya menuju ke arah

pembebasan anak didik dengan segala eksistensinya. Dengan demikian, baru anak didik

bisa bebas mewujudkan keseluruhan potensi dirinya.

Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik, artinya kurikulum,

administrasi, kegiatan ekstrakurikuler maupun kokurikulernya, sistem pengelolaannya

harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan peserta didik, bukan demi

kepentingan guru, sekolah atau lembaga lain. Pendidikan yang hanya memusatkan pada

kepentingan kebutuhan kerja secara sempit harus dikembalikan kepada kepentingan

pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Seperti misalnya

kemampuan bernalar, berpikir aktif-positif, kreatif, menemukan alternatif dan prosesnya

menjadi pribadi yang utuh (process of becoming). Peserta didik hendaknya benar-benar

dikembalikan sebagai subyek (dan juga obyek) pendidikan dan bukannya obyek semata-

mata.

Pembudayaan nilai kreativitas, otonomi/kemandirian, dan relevansi pendidikan

merupakan kunci rekulturasi. UNESCO merekomendasikan pembaharuan pendidikan dan

pembelajaran yang amat menunjang proses ini, pada lima konsep pokok paradigma

pembelajaran dan pendidikan, yaitu:

1. Learning to know

Guru hendaknya mampu menjadi fasilitator bagi peserta didiknya. Information

supplier (ceramah, putar pita kaset) sudah tidak jamannya lagi. Peserta didik

dimotivasi sehingga timbul kebutuhan dari dirinya sendiri untuk memperoleh

informasi, keterampilan hidup (income generating skills), dan sikap tertentu yang

ingin dikuasainya.

15 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 16: Makalah humanisme

2. Learning to do

Peserta didik dilatih untuk secara sadar mampu melakukan suatu perbuatan atau

tindakan produktif dalam ranah pengetahuan, perasaan dan penghendakan. Peserta

didik dilatih untuk aktif-positif daripada aktif-negatif. Pengajaran yang hanya

menekankan aspek intelektual saja sudah usang.

3. Learning to live together

Adalah tanggapan nyata terhadap arus deras spesialisme dan individualisme. Nilai

baru seperti kompetisi, efisiensi, keefektifan, kecepatan, telah diterapkan secara

keliru dalam dunia pendidikan. Sebagai misal, sebenarnya kompetisi hanya akan

bersifat adil kalau berada dalam paying kooperatif dan didasarkan pada kesamaan

kemampuan, kesempatan, lingkup, sarana, tanpa itu semua hanyalah merupakan

kompetisi yang akan mengakibatkan yang “kalah” akan selalu “kalah”. Sekolah

sebagai suatu masyarakat mini seharusnya mengajarkan “cooperatif learning”,

kerjasama dan bersama-sama, dan bukannya pertandingan intelektualistik semata-

mata, yang hanya akan menjadikan manusia pandai tetapi termakan oleh

kepandaiannya sendiri dan juga membodohi orang lain. Sekolah menjadi suatu

paguyuban penuh kekeluargaan dan mengembangkan daya cipta, rasa dan karsa,

atau aspek-aspek kemanusiaan manusia.

4. Learning to be

Dihayati dan dikembangkan untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Setiap

peserta didik memiliki harga diri berdasarkan diri yang senyatanya. Peserta didik

dikondisikan dalam suasana yang dipercaya, dihargai, dan dihormati sebagai

pribadi yang unik, merdeka, berkemampuan, adanya kebebasan untuk

mengekspresikan diri, sehingga terus menerus dapat menemukan jati dirinya.

Subyek didik diberikan suasana dan sistem yang kondusif untuk menjadi dirinya

sendiri.

5. Learning throughout life

Yaitu bahwa pembelajaran tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.

Pembelajaran dan pendidikan berlangsung seumur hidup. Pelaku pendidikan

formal hendaknya berorientasi pada proses dan bukan pada hasil atau produk

semata.

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanisme

16 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 17: Makalah humanisme

Kelebihan Teori Belajar Humanisme

1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat

pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap

fenomena sosial.

2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,

berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas

kemauan sendiri.

3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang

lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi

hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Kekurangan Teori Belajar Humanisme

1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses

belajar.

2. Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses

belajar

BAB III

17 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 18: Makalah humanisme

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Teori belajar humanisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa tujuan belajar

adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar berhasil jika si pelajar telah

memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Tujuan utama para pendidikan ialah

membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu

untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu

mewujudkan potensi yang ada pada dirinya.

2. Belajar menurut paham Humanisme adalah proses belajar yang bermakna adalah belajar

yang melibatkan pengalaman langsung, berpikir dan merasakan, atas kehendak sendiri dan

melibatkan seluruh pribadi peserta didik. Belajar yang bermakna tidak lain adalah belajar

yang dapat memenuhi kebutuhan nyata individu.

3. Implikasi pembelajaran humnisme adala adanya sistem pendidikan yang hendaknya

berpusat pada peserta didik, artinya kurikulum, administrasi, kegiatan ekstrakurikuler

maupun kokurikulernya, sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi

kepentingan peserta didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga lain.

3.2 Saran

Kami menyarankan dan berharap pemerintah mengusahakan pembaharuan dalam

institusi pendidikan di negara Indonesia, harus dicarikan sebuah konsep pendidikan yang

beroerientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik. Pendidikan

dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek

individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat

manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek

kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

18 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e

Page 19: Makalah humanisme

Annonimus. 2008. Teori Humanistik. (online)http://apadefinisinya.blogspot.com

/2008/05/teori-humanistik.html.Diakses pada tanggal 6 September 2013.

Baharuddin, dan Makin, Moh. 2007. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori dan Aplikasi

dalam Dunia Pendidikan). Ar-Ruzz Media :Yogyakarta.

Haqiqi. 2007. Teori Humanisme. (online) http://haqiqie.wordpress.com/humanisme-dalam-

pikiranku-apakah-itu. Diakses pada tanggal 6 September 2013.

Karwono, dan Mularsih, Heni. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan

Sumber Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.

Riyanto. 2007. Pendidikan yang Humanis. (online) http://www.sfeduresearch.org. Diakses

pada tanggal 6 September 2013.

19 | T e o r i B e l a j a r H u m a n i s m e