bab ii diskursus humanisme a. humanisme sebagai peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/bab 2.pdf ·...

25
18 BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta Awal 1. Pengertian Humanisme Kata humanisme berasal dari bahasa Inggris, humanism, yang berarti kemanusiaan. 1 Kata humanism dan derivasinya yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah terjemahan dari kata umanista (Latin) dan umanesimo (Italia). 2 Dalam The Encyclopaedia Britannica, disebutkan bahwa kata humanism berasal dari bahasa Latin, humanus atau human dalam bahasa Inggris. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, humanisme diartikan sebagai: Pertama, paham atau aliran yang bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang baik. Kedua, aliran yang menganggap manusia sebagai obyek studi yang terpenting. Ketiga, aliran zaman Renaisans yang menjadikan sastra klasik sebagai dasar keseluruhan peradaban manusia. 3 Secara umum kata ini digunakan untuk setiap sistem pemikiran atau aksi yang memberikan perhatian utama terhadap hubungan antara manusia dengan kekuatan supranatural dan hal-hal yang abstrak. 4 1 . James Michael Weiss, “Humanism”, dalam Hans J. Hillerbrand (ed). The Oxford Encyclopedia of The Reformation, Vol.2 (New York, Oxford: Oxford University Press, 1996), 264-267. 2. Ibid. 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 361. 4. The Encyclopaedia Britannica, Vol. 13, (New York: The Encyclopaedia Britannica, Inc., 1911), 872.

Upload: others

Post on 15-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

18

BAB II

DISKURSUS HUMANISME

A. Humanisme Sebagai Peta Awal

1. Pengertian Humanisme

Kata humanisme berasal dari bahasa Inggris, humanism, yang berarti

kemanusiaan.1 Kata humanism dan derivasinya yang digunakan dalam

bahasa Inggris adalah terjemahan dari kata umanista (Latin) dan

umanesimo (Italia).2 Dalam The Encyclopaedia Britannica, disebutkan

bahwa kata humanism berasal dari bahasa Latin, humanus atau human

dalam bahasa Inggris. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

humanisme diartikan sebagai: Pertama, paham atau aliran yang bertujuan

menghidupkan rasa kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup

yang baik. Kedua, aliran yang menganggap manusia sebagai obyek studi

yang terpenting. Ketiga, aliran zaman Renaisans yang menjadikan sastra

klasik sebagai dasar keseluruhan peradaban manusia.3 Secara umum kata

ini digunakan untuk setiap sistem pemikiran atau aksi yang memberikan

perhatian utama terhadap hubungan antara manusia dengan kekuatan

supranatural dan hal-hal yang abstrak.4

1. James Michael Weiss, “Humanism”, dalam Hans J. Hillerbrand (ed). The Oxford Encyclopedia

of The Reformation, Vol.2 (New York, Oxford: Oxford University Press, 1996), 264-267. 2. Ibid. 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1994), 361. 4. The Encyclopaedia Britannica, Vol. 13, (New York: The Encyclopaedia Britannica, Inc., 1911),

872.

Page 2: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

19

Istilah humanisme baru digunakan pada zaman modern. Menurut

Remigio Sabbadini, kata itu pertama kali digunakan dalam bahasa Latin

untuk merujuk para pemikir, filsuf, ilmuwan, dan seniman yang hidup

pada masa-masa awal zaman kelahiran kembali (renaissance).5

Pengertian lain dari humanisme ialah sebuah sistem yang memusatkan

perhatian kepada kebutuhan umum manusia dan mencari jalan untuk

memecahkan permasalahan manusia yang lebih didasarkan pada akal

daripada keimanan kepada Tuhan.6

Ali Shari‟ati mendefinisikan humanisme sebagai sebuah aliran filsafat

yang menyatakan bahwa tujuan pokok yang dimilikinya ialah untuk

keselamatan dan kesempurnaan manusia. Ia memandang manusia sebagai

makhluk mulia dan memiliki prinsip-prinsip yang didasarkan atas

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok.7

Pengertian humanisme ini dipahami sesuai dengan kecenderungan dari

pemahaman masing-masing kelompok, dengan cara pandang dan

interpretasi masing-masing yang sesuai dengan paradigma mereka. Ia bisa

berkarakter dari tradisi Kristen, Yahudi, Muslim, Hindu, Budha, atau

bahkan ateis sekalipun. Dalam hal ini, seseorang yang menganut salah satu

dari hal tersebut, ia dapat menjadi humanis atau bahkan anti-humanis

5. Remigio Sabbadini, dalam Augusto Campana, “The Origin of the Word „Humanist”, Journal of

the Warburg and Courtauld Institutes, Vol. 9, (1946), 60. 6. A. S. Hornby, Oxford Learner’s Dictionary of Current English (Oxford and New York: Oxford

University Press, 1995), 582. 7. Ali Shari‟ati, Humanisme Antara Islam dan MAdzhab Barat, terj. Afif Muhammad, (Bandung:

Pustaka Hidayah, 1996), 39.

Page 3: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

20

sekaligus, tergantung bagaimana seseorang mengkaitkan keimanannya

dengan berbagai persoalan yang ada.

Namun, meskipun dipahami dengan cara yang berbeda akan tetapi

secara substantif, humanisme menempatkan harga diri manusia sebagai hal

yang mendasar dalam bentuk pengakuan yang nyata terhadap harkat dan

martabat manusia secara individual, yang akhirnya ditujukan terhadap

pengembangan dan pemberdayaan segala potensi manusia.

2. Sejarah Humanisme

Humanisme memiliki akar sejarah yang panjang dan telah tumbuh

selama berabad-abad. Dimulai dari Sokrates yang mengarahkan

perbincangan filsafatnya pada kesadaran etik, yaitu bagaimana cara

meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk individu dan

sosial. Pandangan Sokrates ini dianggap sebagai awal perhatian

humanisme yang membentuk sejarah pemikian manusia dan kebudayaan

Eropa selanjutnya.8

Kemudian di Barat, gerakan humanisme sebagai gerakan filsafat dan

literatur dimulai pada abad ke-14 M di Italia yang selanjutnya menjalar ke

negara-negara Eropa lainnya. Gerakan humanisme ini mengalami puncak

ekspresinya pada pertangahan abad ke-15, ketika sekolah-sekolah dan

8. John Avery dan Hasan Askari, Menuju Humanisme Spiritual, terj. Afif Hutoro, (Surabaya:

Risalah Gusti, 1995), 6.

Page 4: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

21

perguruan tinggi di Eropa mewajibkan mata kuliah studia humanitas yang

terdiri dari tatabahasa, retorika, puisi, sejarah, dan filsafat moral.9

Humanisme ketika itu merupakan gerakan untuk menghidupkan ilmu-

ilmu kemanusiaan atau biasa disebut humaniora. Gerakan untuk

menghidupkan kembali karya-karya klasik, khususnya karya-karya

Yunani, yang berusaha melampaui semangat abad pertengahan yang lebih

banyak berfokus pada teologi dan metafisika.10

Karya-karya sastra yang

tak mendapatkan perhatian selama „abad kegelapan‟ itu dihidupkan dan

digeluti dengan penuh gelora. Surat-surat Cicero dan naskah-naskah pidato

yang tak pernah digubris para filsuf Kristen sebelumnya diterbitkan

kembali dan dipelajari secara serius.11

Pada zaman Yunani Kuno,

pendidikan dilakukan sebagai seni-seni bebas dan ketentuan ini hanya

dipandang layak untuk manusia karena ia berbeda dengan binatang. Para

pemikir humanis berusaha mengembalikan manusia kepada spirit

kebebasan yang pernah dimilikinya di era klasik dan musnah pada Abad

Pertengahan.

Sejarah mencatat bahwa Abad Pertengahan dianggap sebagai Abad

Kegelapan (Dark Ages) dalam sejarah perkembangan peradaban Barat

(Eropa), yang ditandai dengan dominasi gereja pada semua aspek

kehidupan. Sebelum abad ke-15, bangsa Eropa hidup dalam era kegelapan

9. Askari, Menuju Humanisme Spiritual, 7.

10. Encyclopedia of Philosophy, ed. Donald M. Borchert, (New York: Thomas Gale, 2006), 477.

11. Ibid., 479.

Page 5: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

22

Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya

diartikan sebagai „abad pertengahan‟ tapi juga dimaknai sebagai mentalitas

kolot di mana iman dan dogma menguasai manusia.12

Hal ini bertolak belakang dengan peradaban Islam yang mencapai

puncak keemasan terutama peradaban Islam yang berada di Barat, yakni di

Andalusia (Spanyol). Tidak mengherankan jika banyak kaum terpelajar

Kristen Barat yang belajar di berbagai perguruan tinggi Islam, terutama di

Cordova. Disinilah terjadinya kontak langsung antara peradaban Islam dan

Barat selain melalui Perang Salib yang berlangsung kurang lebih selama

dua abad.

Kebebasan merupakan salah satu wacana penting yang menjadi pusat

perhatian kaum humanis. Pada Abad Pertengahan, bentuk kebebasan

berseberangan dengan cara berpikir pihak gereja dan prinsip-prinsip feodal

para penguasa. Keberadaan manusia di dunia pada dasarnya untuk

melayani Tuhan. Tugas penting mereka di dunia ini adalah menyiapkan

diri sebaik-baiknya (dengan berbuat amal saleh) demi mendapatkan

kehidupan yang lebih baik di akhirat nanti. Begitu sentralnya peran Tuhan,

manusia sesungguhnya tidak memiliki pilihan. Semua nasib, masa depan,

dan peruntungan mereka sudah ditulis dan ditakdirkan sejak sebelum lahir.

Manusia juga tidak memiliki kebebasan, karena selain dikekang oleh

12

. John R. Hale, Zaman Renaisans, terj. Suwargono Wirono (Jakarta: Tiara Pustaka, 1984), 13.

Page 6: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

23

penguasa politik yang semena-mena, mereka juga diikat oleh teosentrisme

lewat kuasa agama dan para agamawan Gereja.

Humanisme menjadi sebuah solusi untuk menghadapi intimidasi dan

despotisme para pemuka gereja di Abad Pertengahan. Humanisme

bertekad mengembalikan kebebasan yang telah dibelenggu total oleh para

elit agama yang ada di gereja.

Disamping itu, humanisme menjadi sebuah bentuk protes terhadap

elitisme filsafat yang hanya peduli pada tema-tema abstrak yang tak punya

dampak langsung kepada masyarakat. Kaum humanis mengkritik para

filsuf yang cenderung abai terhadap persoalan-persoalan nyata yang

dihadapi manusia. Bagi mereka, tugas ilmuwan bukan hanya duduk manis

di menara gading, tapi juga harus memiliki semangat aktifisme. Intelektual

sejati adalah orang yang bisa menggabungkan antara kontemplasi dan aksi.

Pada awal kebangkitannya, kaum humanis berjuang untuk

menghubungkan manusia dengan Tuhan, langit dan bumi, akan tetapi pada

saat yang sama, mereka mempraktikkan ketidakadilan dengan memberikan

secara ekstrim, otoritas total terhadap diri manusia, dengan menegaskan

sentralitas manusia, bahwa manusia adalah makhluk bebas yang bisa

mengatur, mengontrol, dan menentukan nasibnya sendiri. Kaum humanis

menolak segala bentuk supernatural dan menganggapnya sebagai mitos.

Dalam pandangan mereka, manusia adalah produk evolusi alamiah, akal

pikiran tak bisa dipisah-pisahkan dari fungsi otak, dan tidak ada kelanjutan

Page 7: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

24

kesadaran setelah manusia mati. Manusia memiliki kekuatan dan potensi

untuk mengatasi persoalan-persoalannya sendiri, dengan terutama

berpegang pada akal dan metode ilmiah yang digunakan secara berani dan

bertanggung jawab.

Kaum humanis juga menolak segala bentuk determinisme dan

fatalisme. Manusia adalah makhluk bebas yang bisa memilih apa saja yang

dia suka. Manusia adalah penentu nasibnya sendiri.13

Pada 1933, sejumlah

intelektual, sarjana, dan aktivis di Amerika membuat sebuah pernyataan

bersama yang dikenal sebagai “Manifesto Kaum Humanis” (Humanist

Manifesto). Manifesto yang berisi 15 butir ini kemudian diterbitkan oleh

jurnal The New Humanist.14

Menurut Ali Shari‟ati, teori humanisme yang berkembang di barat ini

dibangun atas asas yang sama yang dimiliki oleh mitologi Yunani Kuno

yang memandang bahwa, antara langit dan bumi, alam dewa-dewa dan

alam manusia, terdapat pertentangan dan pertarungan, sampai-sampai

muncul kebencian dan kedengkian antara keduanya.15

Para dewa adalah

penguasa yang memiliki kekuatan absolut dan berlaku sewenang-wenang

terhadap manusia yang terbelenggu oleh kebodohan dan kelemahan. Di

sisi lainnya manusia selalu berusaha memberontak dari belenggu para

13

. Corliss Lamont. The Philosophy of Humanism. (New York: Humanist Press, 1997), 13-14. 14

. The New Humanist, (Vol. VI, No. 3, 1933). Pada 1973, Manifesto ini diperbaharui dan

ditambahkan beberapa butir baru yang lebih detil.

Manifesto ini diterbitkan dalam jurnal The Humanist (September/October 1973). 15

. Ali Shari‟ati, Humanisme Antara Islam dan MAdzhab Barat, terj. Afif Muhammad, (Bandung:

Pustaka Hidayah, 1996), 40.

Page 8: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

25

dewa. Untuk bisa bebas dan merdeka, manusia harus merebut kekuasaan

para dewa, dan selanjutnya menggeser tahta para dewa, sehingga mereka

bebas menentukan nasib dan kehendaknya sendiri.

3. Tipologi Humanisme

Klaim sebagai kelompok humanis dapat muncul di berbagai

kelompok, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan latar

belakang dan paradigma berpikir kelompok tersebut. Meski demikian

secara umum, humanisme dapat dikategorikan kedalam dua kelompok,

yakni humanisme yang bercorak ateis, yang menafikan unsur-unsur

supranatural dalam kehidupan atau sekuler, dan humanisme yang tetap

mengakui keberadaan Tuhan atau humanisme religius.

Humanisme sekuler, sebagaimana yang diutarakan oleh Anthony

Flew, ialah humanisme yang menolak seluruh pandangan religius dan

menegaskan bahwa manusia secara eksklusif hanya berhubungan dengan

yang ada di dunia ini. Sedangkan humanisme religius, merupakan

humanisme intelektual yang dicirikan oleh budaya dan masih

mempercayai otoritas supranatural. Renaisans termasuk kedalam

kelompok ini, khususnya Kristen dan Katolik Romawi.16

1. Humanisme Sekuler

Humanisme sekuler timbul sejak munculnya gerakan Renaisans di

Eropa, meskipun embrionya dapat ditelusuri dalam berbagai peradaban

16

. Antony Flew, A Dictionary of Philosophy, (London: Capuye Place, 1979) 142.

Page 9: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

26

umat manusia jauh sebelum itu. Seperti pada pemikiran para filosof,

ilmuwan dan penyair Yunani.

Pada abad Pertengahan, humanisme di Eropa menjadi tidak berdaya

karena dominasi gereja dalam bidang spiritual dan kehidupan duniawi

manusia begitu dominan. Akibat dari dominasi ini, manusia menjadi

kehilangan kepercayaan atas kemampuan dirinya sendiri untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya.

Humanisme sekuler mengemukakan sepuluh pokok poin sebagai

deklarasi mereka, sebagai berikut:17

1. Humanisme sekuler atau bisa juga mereka sebut Humanisme Sekuler

Demokratik punya komitmen kepada penyelidikan bebas. Penyelidikan

bebas adalah manifestasi dari pemikiran bebas. Para humanis sekuler

melawan segala macam tirani atas pikiran manusia, dari manapun

arahnya, termasuk perlawanan mereka terhadap intervensi wahyu,

ideologi dan segala macam institusi baik swasta maupun Negara. Pada

intinya mereka ingin memiliki kebebasan mutlak. Premis pokok

mereka tentang penyelidikan bebas ialah kebenaran lebih mungkin

ditentukan manakala peluang tersedia untuk pertukaran bebas dan

pendapat-pendapat yang berlawanan.

2. Humanisme sekuler percaya pada prinsip pemisahan gereja dan

Negara. Karena itu mereka berpendapat, sumpah-sumpah dan doa-doa

17

. Dikutip M. Amin Rais dan A. Syafii Ma‟arif, Orientalisme dan Humanisme Sekuler, Sebuah

Tantangan, (Yoyakarta: Salahuddin Press, !983), 31-35.

Page 10: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

27

secara agama pada lembaga-lembaga umum, politik atau pendidikan

sebagai pelanggaran terhadap prinsip ini. Alasan mereka ketika suatu

agama atau ideology telah mapan dalam suatu negara atau diberi posisi

dominan, maka pikiran-pikiran minoritas berada dalam bahaya.

3. Humanisme sekuler mempertahankan secara konsisten apa yang

mereka sebut konsepsi sempurna tentang kebebasan. Bebas bukan saja

dalam kesadaran batin, kepercayaan dan kepentingan-kepentingan

gereja, politik serta ekonomi yang berusaha menindasnya, tetapi juga

kemerdekaan dan kontrol pemerintah yang linguistik. Mereka tampil

ke depan mempertahankan hak-hak asasi manusia (HAM)

sebagaimana yang mereka definisikan.

4. Dalam bidang etik, mereka berprinsip bahwa pertimbangan-

pertimbangan etik haruslah bebas dari agama wahyu dan harus

merupakan suatu wilayah otonom serta penyelidikan bebas. Inilah

yang mereka sebut prinsip etik berdasarkan atas kecerdasan intelegensi

yang kritis. Dengan demikian, di mata mereka orang yang tidak

mendukung suatu doktrin agama bukanlah seorang yang immoral.

Mereka percaya bahwa kepentingan sentral mulai kebahagiaan

manusia adalah disini, dan kini segala prinsip moralitas yang absolut

harus ditolak karena berlawanan dengan prinsip otonomi manusia.

5. Humanisme sekuler menekankan bahwa pendidikan moral harus

diberikan pada anak-anak dan orang-orang muda dewasa, tetapi

Page 11: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

28

pendidikan tersebut harus bebas dari doktrinasi agama sampai mereka

cukup matang untuk itu.

6. Para humanis sekuler umumnya bersikap skeptis terhadap klaim-klaim

supranatural. Mereka meragukan pendapat-pendapat tradisional

tentang Tuhan dan ketuhanan. Mereka menolak ketuhanan Yesus

sebagaimana dipercaya oleh umat Kristen dan juga menolak untuk

percaya pada misi ketuhanan Nabi Musa, Nabi Muhammad dan

lainnya.

7. Mereka percaya sepenuhnya pada penggunaan metode penyelidikan

rasional, penggunaan logika dan bukti dalam pengembangan

pengetahuan dalam menguji klaim kebenaran. Dalam pada itu mereka

juga tidak begitu naïf untuk mempercayai bahwa akal dan ilmu akan

dengan mudah saja dapat menyelesaikan segala persoalan manusia,

tetapi bahwa akal dan ilmu dapat memberikan sumbangan besar bagi

pengetahuan dan manfaatnya kepada manusia.

8. Mereka percaya pada metode ilmiah, betapapun itu tidak sempurna,

karena menurut mereka metode ilmiah adalah cara yang paling dapat

dipercaya memahami manusia. Oleh sebab itu, secara prinsip mereka

menentang usaha apapun yang dilakukan untuk menyensor atau

membatasi penelitian ilmiah tanpa suatu alas an yang kuat. Disamping

itu mereka juga menentang penyalahgunaan teknologi yang merusak

lingkungan hidup manusia yang alamiah.

Page 12: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

29

9. Humanisme sekuler memprihatinkan kaum fundamentalis agama yang

telah melakukan serangan terhadap teori evolusi. Menurut mereka jika

serangan itu berhasil, maka boleh jadi akan merusak kepercayaan

orang terhadap ilmu. Namun tidak berarti mereka menyatakan bahwa

teori evolusi itu telah mencapai formulasi yang final atau telah menjadi

prinsip ilmu yang sempurna.

10. Dalam pendidikan, mereka berpendapat bahwa pendidikan haruslah

merupakan metode esensial untuk membina masyarakat yang

manusiawi, bebas dan demokratis. Mereka sangat prihatin melihat

perkembangan dan pengaruh media di Amerika Serikat yang sangat

berpengaruh atas pendidikan yang dikuasai oleh apa yang mereka

sebut “pro religious bias”. Sebagai bukti, kata mereka, ialah pendapat-

pendapat para penyebar agama, dukun-dukun agama dan penjaga-

penjaga agama berkeliaran dengan bebas sementara penyebaran

pandangan hidup sekuler tidak diberikan kesempatan untuk didengar

secara wajar. Karena itu, mereka meminta kepada direktur-direktur dan

produser-produser televisi untuk mengubah dan memperbaiki program

mereka. Mereka ingin melancarkan program jangka panjang bagi

pendidikan umum dan pencerahan dengan isi pokok tentang

keterkaitan antara pandangan hidup sekuler dengan kondisi manusia.

Sepuluh pokok pikiran yang dikemukakan para humanis sekuler

tersebut merupakan sikap reaksioner terhadap kekuasan dan dominasi

Page 13: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

30

gereja abad Pertengahan yang dianggap telah membelenggu kebebasan

manusia. Karena itu apa yang dikemukakan dalam pokok pikiran tersebut

merupakan sikap oposisi terhadap agama, dan tentu saja tidak hanya

kepada agama Kristen, akan tetapi terhadap semua agama.

Pada 1933, sejumlah intelektual, sarjana, dan aktivis di Amerika

membuat sebuah pernyataan bersama yang dikenal sebagai “Manifesto

Kaum Humanis” (Humanist Manifesto). Manifesto yang berisi 15 butir ini

kemudian diterbitkan oleh jurnal The New Humanist,.18

Humanisme adalah perjuangan untuk menegaskan sentralitas manusia,

bahwa manusia adalah makhluk bebas yang bisa mengatur, mengontrol,

dan menentukan nasibnya sendiri. Berbeda dari keyakinan abad

pertengahan yang menekankan peran Tuhan, kaum humanis menolak

segala bentuk supernatural dan menganggapnya sebagai mitos. Dalam

pandangan mereka, manusia adalah produk evolusi alamiah, akal pikiran

tak bisa dipisah-pisahkan dari fungsi otak, dan tidak ada kelanjutan

kesadaran setelah manusia mati. Manusia memiliki kekuatan dan potensi

untuk mengatasi persoalan-persoalannya sendiri, dengan terutama

berpegang pada akal dan metode ilmiah yang digunakan secara berani dan

bertanggung jawab.

18.

Pada 1973, Manifesto ini diperbaharui dan ditambahkan beberapa butir baru yang lebih detil.

Manifesto ini diterbitkan dalam jurnal The Humanist (September/October 1973).

Page 14: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

31

Kaum humanis juga menolak segala bentuk determinisme dan

fatalisme. Manusia adalah makhluk bebas yang bisa memilih apa saja yang

dia suka. Manusia adalah penentu nasibnya sendiri

2. Humanisme Religius

Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan terjadinya

globalisasi di segala bidang kehidupan termasuk didalamnya kehidupan

intelektual, terdapat kecenderungan baru di kalangan pemikir-pemikir

agama. Terutama bagi mereka yang mendapatkan pendidikan modern di

Barat untuk melihat perpaduan antara humanisme di Barat pada abad

Pertengahan. Pada masa-masa awal kemunculannya, para humanis tidak

mengingkari adanya realitas mutlak atau yang transenden (Tuhan).

Humanisme pada awal kemunculannya bertujuan untuk menyempurnakan

pandangan hidup Kristiani yang dilaksanakan dengan mengaitkan hikmah

klasik dengan wahyu dengan memberikan kepastian kepada gereja, bahwa

sifat-sifat pemikiran klasik itu tidak dapat dihilangkan.

Dalam Islam juga terdapat usaha yang sama yang dilakukan oleh para

filosof muslim yang dengan gigih ingin memadukan antara wahyu dan

akal. Tradisi seperti inilah yang ingin dihidupkan oleh para pemikir agama.

Diantara tokoh-tokoh Islam yang mewakili kecenderungan dan

memfokuskan perhatian pada humanisme religious antara lain Muhammad

Iqbal, „Ali Shari‟ati Muhammad Arkoun dan lainnya. Para pemikir

humanism religius ini menyadari bahwa apa yang dicapai oleh humanisme

Page 15: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

32

sekuler sebagaimana yang dapat disaksikan dalam peradaban modern

merupakan prestasi yang luar biasa. Tetapi dibalik kegemilangan capaian

tersebut telah melahirkan kekhawatiran baru akan kelestarian umat

manusia di muka bumi ini. Prestasi yang dicapai peradaban modern

tersebut, membawa manusia kepada kondisi yang semakin individualistik.

dan semakin terasing dengan sesamanya. Kemajuan teknologi yang

mempesona telah melahirkan keberanian serta para pengguna teknologi

yang tidak selamnya digunakan kepada hal-hal yang positif, akan tetapi

juga digunakan pada hal-hal yang justru mengancam kelestarian umat

manusia. Kegemilangan tersebut telah menggiring manusia pada jurang

keterasingan, sekuler dan kering akan nilai-nilai spiritual.

Kesadaran akan pentingnya spiritualitas pada diri manusia muncul

dalam peradaban Barat dewasa ini yang diistilahkan oleh banyak kalangan

sebagai gerakan “New Age”. Yaitu zaman yang ditandai dengan maraknya

perhatian terhadap dunia mistik spiritual.

Kepopuleran gerakan New Age dewasa ini karena telah meyakinkan

banyak kalangan mengenai cara yang paling tepat dalam menyelesaikan

berbagai persoalan individu dan social, yang merupakan bagian dari krisis

kebudayaan Barat, dan krisis epistemologi kemanusiaan tersebut akan

Page 16: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

33

selesai apabila orang-orang Barat dapat mencapai apa yang disebut dengan

kesadaran tertinggi (high consciousness).19

Para penggagas humanisme religius ingin tetap melestarikan prestasi

peradaban modern sekaligus menjinakkan capaian-capaian peradaban

tersebut dengan suatu esensi dan agama, yaitu spiritualitas. Humanisme

religius ingin menjembatani antara ekstrimisme peradaban modern yang

dihasilkan oleh humanisme sekuler dengan ekstrimisme agama yang hanya

memusatkan perhatian pada dimensi spiritualitas agama semata.

Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa humanisme religius adalah

humanisme yang didasarkan pada nilai-nilai serta paham ketuhanan atau

paham keagamaan. Penghargaan atas harkat dan martabat manusia lebih

didasarkan pada penghargaan atas petunjuk yang diberikan Tuhan melalui

tata nilai agama dan wahyu.

Humanisme religius yang kemudian berkembang sebagai paham yang

bernada keagamaan muncul dari kalangan Kristen, Katolik maupun di

kalangan Islam. Sebagai contoh, dapat dilihat penilaian positif tentang

konsep-konsep khusus dalam kemanusiaan, keadilan, bentuk sosial,

toleransi terhadap pihak lain dalam agama khususnya Islam, mempunyai

konotasi yang sangat religius. Kenyataan ganda bahwa Islam tetap

memberikan pandangan teosentrik tentang alam dan menekankan

19. Budi Munawwar Rahman, “New Age: Gagasan-gagasan Mistik Spiritual Dewasa ini” dalam

Muhammad Wahyuni Nafis (ed.), Rekonstruksi dan Renunngan Religius Islam (Jakarta:

Paramadina, 1996), 46.

Page 17: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

34

hubungan yang erat antara bidang spiritual dan material.20

Hal ini

menunjukkan bahwa pandangan alam harus berkaitan dan sejalan dengan

gagasan ketuhanan.

Hal pokok yang membedakan antara humanisme religius dan

humanisme sekuler ialah bahwa humanisme religius mengakui dan

menekankan adanya kehidupan di luar dunia ini. Penghargaan kepada

manusia tidak hanya dianggap dan terhenti sebagai makhluk penghuni

dunia saja, akan tetapi sebagai makhluk yang akan hidup setelah

kehidupan di dunia ini. Manusia menganggap dirinya sebagai makhluk dan

bagian dari ciptaan Ilahi, suatu pandangan yang tidak ditemukan dalam

humanism sekuler. Karena itu, humanisme religius mengakui keagungan

manusia sekaligus meyakini bahwa keagungan yang dimiliki manusia

adalah pemberian dari Tuhan dan harus dimanfaatkan sesuai dengan

kapasitas manusia sebagai khali>fah Allah fi al-ard}.

B. Humanisme, antara Islam dan Barat.

Ada perbedaan mendasar antara gerakan humanisme di dunia Islam

dan di Barat. Di dunia Islam, gerakan humanisme adalah konsekuensi dan

perluasan dari institusi-institusi penyebaran agama, sementara di Barat

(Eropa), humanisme justru merupakan perlawanan dari lembaga-lembaga

semacam itu.

20

. Marcel A Boisard, Humanisme dalam Islam, terj. H. M. Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1980),

33-34.

Page 18: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

35

Penggunaan kata „manusia‟ pada humanism menunjukkan karakternya

sendiri yang unik. Humanisme adalah gerakan pemberdayaan peran dan

status manusia yang sebelumnya terpinggirkan.

Humanisme adalah sebuah gerakan untuk melawan semua kondisi

keterkalahan itu. Humanisme adalah upaya untuk mendorong posisi manusia

ke pusat perhatian sambil meminggirkan peran Tuhan dan metafisika yang

sebelumnya sangat dominan. Islam tidak berangkat dari pengalaman seperti

itu. Pada awal-awal sejarahnya, Islam tidak punya persoalan dengan Tuhan

dan metafisika, seperti terjadi di Eropa. Bagi para humanis Muslim, Tuhan

dan metafisika selalu menempati posisi sentral dan berjalan seiring dengan

tema-tema pengetahuan dan obyek penelitian yang mereka geluti. Kaum

Muslim juga tak merasakan adanya peminggiran status dan peran manusia

seperti yang dialami kaum humanis di Eropa.

Selain itu, berbeda dari kaum humanis di Eropa, para sarjana Muslim

tidak punya masalah dengan posisi manusia dalam berhadapan dengan Tuhan

maupun kekuasaan. Tuhan dan kekuasaan adalah dua entitas yang selalu

akrab dengan mereka. Ateisme adalah gagasan yang asing bagi para filsuf dan

sarjana Muslim. Begitu juga, melawan pemerintah merupakan sesuatu yang

absurd yang tak pernah terbersit di benak mereka yang sebagian besar hidup

di lingkungan istana. Bagi para filsuf dan ulama ketika itu, kemajuan

pengetahuan bukan dengan cara memusuhi agama dan penguasa, tapi justru

dengan cara mendekati dan memberdayakannya.

Page 19: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

36

Mungkin karena perbedaan dalam mempersepsi posisi Tuhan dan

manusia inilah, humanisme dalam Islam berkembang dan memiliki trajektori

yang agak berbeda dari pengalaman Eropa. Kita tahu bahwa gerakan

pembudidayaan ilmu pengetahuan dalam Islam terhenti memasuki abad ke-

12, seiring dengan menangnya kecenderungan fatalis (diwakili kaum

Ash’a>riyah dan Sunnisme). Sementara di Eropa, gerakan humanisme

melahirkan pencerahan dan revolusi industri. Namun, terlepas dari perbedaan

itu, ada satu kesamaan semangat antara humanisme Islam dan Barat, yakni

upaya untuk menekankan pentingnya akal budi dan ilmu pengetahuan.

Selama gerakan humanisme berlangsung di dunia Islam (abad ke-8 hingga

12), berbagai disiplin ilmu pengetahuan baru diciptakan, lembaga-lembaga

ilmiah didirikan, dan lingkar-lingkar budaya dan seni digalakkan. Selama

rentang masa ini, kerajaan Islam begitu antusias mendatangkan ilmuwan-

ilmuwan terbaik untuk dipekerjakan di istana atau di perpustakaan-

perspustakaan kerajaan. Buku-buku asing dari Yunani dan negara lain

didatangkan dan diterjemahkan. Kehidupan akademis dan kesarjanaan

mengalami puncak yang tak pernah diulang lagi dalam sejarah kaum Muslim

yang panjang, baik sebelum maupun sesudahnya.

Manusia dalam Islam, ditempatkan dalam posisi yang amat mulia. Ia

ditempatkan sebagai khalifah di muka bumi. Al-Qur‟an, yang menjadi dasar

pokok dari ajaran-ajaran Islam.

Page 20: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

37

Humanisme Islam sebagai humanisme-religius bersumber dari ajaran

Islam. Nurcholish Madjid mencatat 13 dasar humanisme Islam yang

semuanya bertolak dari ikatan manusia terhadap suatu perjanjian primordial

dengan Tuhan yang menurut Iqbal disebut sebagai puncak realitas (the

Ultimate Reality).21

Pengakuan Allah sebagai pusat orientasi hidup manusia

dilakukan sejak awal kehidupannya. Manusia mengakui Allah sebagai

Tuhannya.22

Karena perjanjian itu, setiap manusia terlahir dalam fitrah,

kesucian asal.23

Orientasi ketuhanan itulah yang menurut Shariati harus

dimasukkan dalam jiwa hidup manusia, baik dalam tradisi, adat-istiadat dan

tata krama masyarakat untuk diaplikasikan dalam ideologi materialisme,

sosialisme, dan ekonomisme. Inilah yang membedakan konsep humanisme

Islam dengan Barat.

Konsep humanisme ini didasakan pada pandangan bahwa manusia

adalah satu-satunya makhluk yang mendapatkan Ru>h Ilahi>.24

Ruh ilahi

sebagai penyebab manusia memiliki akal yang membedakannya dari makhluk

lain. Ruh Ilahi-lah yang menyatu dengan jasad atau fisik manusia membentuk

kesatuan manusia dinyatakan sebagai puncak segala makhluk Allah yang

diciptakan oleh-Nya dalam bentuk sebaik-baiknya ciptaan.25

21

. Seperti dikutip M.M. Sharif (ed.), A History of Muslim Philosophy: With Short Accounts of

Other Disciplines and the Modern Renaissnce in Muslims Lands, (Germany: Otto Harraso witz-

Wiesbaden, 1966), jilid 2, h. 1625. 22

. Q.S. al-A‘ra>f/7: 172. 23

. Q.S. al-Ru>m/30: 30. 24

. Q.S. al-Hijr/15: 29 25

. Q.S. al-T{i>n/95: 4.

Page 21: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

38

Realitas manusia tersebut menjadi dasar pemikiran humanisme Islam

yang bersifat religius-transendental. Transendensi Tuhan dalam Islam tidak

menjauhkan rahmat dan inayah-Nya dari manusia. Tuhan dalam konsepsi

Islam itu tidak terisolir, tapi justru bisa dihubungi. Allah selalu berbuat

memenuhi kebutuhan manusia.26

Nilai kemanusiaan manusia ditentukan jiwanya, yaitu penyucian diri

sehingga tidak menuruti keinginan nafsu jahat.27

Menurut Machasin, badan

manusia sebagai tempat melaksanakan maksud jiwanya dalam kehidupan.

Jiwa manusia harus mampu membebaskan badannya untuk bisa kembali

kepada Tuhan.28

Hubungan kemanusiaan yang baik dapat terwujud manakala

manusia mampu membebaskan dirinya dari tawanan orang lain dan bisa

meniadakan perbudakan pada dirinya sendiri. Caranya adalah manusia

disuruh berperilaku seperti akhlak yang dimiliki Allah, yaitu mengamalkan

sifat-sifat-Nya yang terformulasi dalam al-asma>’ al-h}usna> (nama-nama yang

bagus).

Akhlak bukanlah sesuatu yang kita “pakaikan” pada diri kita. Akhlak

adalah sifat Allah yang kita “serap” dan kemudian mengubah kita secara

ontologis. Setiap kali kita menyerap asma (sifat) Allah, esensi kemanusiaan

kita berubah sehingga mengalami tranformasi. Penyerapan sifat Allah akan

mengantarkan manusia kepada kesucian jiwa sehingga memunculkan

26

. Q.S. al-Rahma>n/55: 29. 27

. Q.S. al-Syams/91: 9-10 28

. Machasin, ‚The Concept of Human Being in Islam‛, International Seminar on Islam and

Humanism: Universal Crisis of Humanity and the Future of Religiosity, IAIN Walisongo

Seamrang, 5-8 November 2000, 7.

Page 22: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

39

kebenaran dalam berpikir, keteguhan dalam bersikap,dan kebaikan dalam

berperilaku (akhlak).

Unsur teosentrisme dalam humanisme Islam tersebut berupaya

membentuk manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan menjadi khali>fah Alla>h

fi> al-ard sebagai bukti kemuliaan manusia. Karena kemuliaan itu, Mutahhari

menggambarkan manusia sebagai makhluk yang semi-samawi dan semi-

duniawi.29

Kemuliaan manusia dalam kajian Islam diwujudkan dengan nilai-

nilai moral yang abadi dan asli tentang fitrah kebaikan yang suci dan asas

manusia yang kreatif dan luhur.

Dengan demikian, humanisme Islam memiliki dimensi vertikal dan

dimensi horizontal. Humanisme ini bertolak dari faham teoantroposentrisme.

Dimensi vertikal (h}ablun min Alla>h) berupa hubungan baik kepada Allah

dengan cara mengabdi pada kekuasaan tertinggi untuk membangun hati

yang baik guna mencegah kesombongan. Dimensi vertikal ini mengharuskan

manusia mengabdi kepada Allah sedangkan dimensi horizontal (h}ablun min

al-na>s) berupa hubungan baik kepada sesama manusia dan alam semesta

sehingga muncul nilai keadilan, kasih sayang, dan nilai lain sebagai akhlak

mulia. Itulah sebabnya akhlak menjadi inti ajaran humanisme Islam.

Humanisme Islam adalah jalan tengah, yaitu harmonisasi antara

dimensi material dan dimensi spiritual, dimensi fisik dan psikis, dimensi

dunia dan akhirat. Melupakan kehidupan duniawi itu tidak menonjolkan

29

. Murtadha Muthahhari, Perspektif al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan

1992), 133.

Page 23: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

40

materi tetapi menghancurkan diri sehingga menjadi miskin dan bodoh. Hal ini

merupakan tindakan dehumanis. Dimensi spiritual menjadi pengendali nafsu

manusia untuk tidak berpikir, bersikap, dan berbuat yang menghancurkan

harkat dan martabat manusia. Dari sinilah ditentukan nilai-nilai humanisme

dalam Islam.

C. Nilai-Nilai Humanisme dalam Islam

Nilai-nilai kemanusiaan dalam humanisme Islam memiliki kesamaan

dengan humanisme Barat karena sumbernya memang sama. Akan tetapi

menurut Moussa, Humanisme Barat itu berutang budi terhadap prinsip

kebebasan (liberty), persaudaraan (fraternity), dan persamaan (equality)

dalam Islam.30

Lebih dari itu, Iqbal menyatakan ketiga prinsip tersebut

merupakan inti ajaran Islam. Dalam bukunya, The Reconstruction of

Religious Thought in Islam, dinyatakan bahwa intisari tauhid adalah

persamaan, solidaritas, dan kebebasan.31

Konsep tauhid berimplikasi kepada

upaya mewujudkan persamaan. Adanya persamaan itu akan menumbuhkan

solidaritas atau persaudaraan. Selanjutnya, solidaritas menuntut pemberian

kebebasan kepada manusia dalam hidupnya. Kebebasan, persudaraan, dan

persamaan inilah yang menjadi nilai humanisme Islam.

Nilai-nilai humanisme dalam Islam dapat ditemukan sejak awal

datangnya Islam, tepatnya ketika Nabi Muhammad mengeluarkan Piagam

30

. Muhammad Youseef Moussa, Islam and Humanity’s Need of It, (Cairo: The Supreme Council

for Islamic Affairs, 1379 H), 55. 31

. Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Lahore: Asyraf

Publication, 1971), 154.

Page 24: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

41

Madinah. Dalam deklarasi Madinah melalui Piagam Madinah yang terdiri 47

point merupakan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) bagi negara

Islam yang pertama didirikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman

perilaku sosial, keagamaan, serta perlindungan semua anggota komunitas

yang hidup bersama-sama di Madinah.32

Adapun ajaran pokok dalam Piagam Madinah itu adalah: Pertama,

interaksi secara baik dengan sesama, baik pemeluk Islam maupun non

Muslim. Kedua, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.

Ketiga, membela mereka yang teraniaya. Keempat, saling menasihati. Dan

kelima menghormati kebebasan beragama. Satu dasar itu yang telah

diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara

untuk masyarakat majemuk di Madinah. Tentunya kehidupan Madinah yang

sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia tersebut, terlampau modern

untuk ukuran zaman itu.

Nilai-nilai humanisme yang lebih spesifik lagi dapat ditemukan dalam

sebuah deklarasi yang dihasilkan dalam sebuah konferensi Islam ke-19 yang

diadakan di Cairo.33

Deklarasi Kairo tentang Hak-hak Asasi Manusia (The

Cairo Declaration on Human Rights in Islam) ini memuat ketentuan HAM

yakni Hak Persamaan dan Kebebasan. Hak Hidup. Hak Perlindungan Diri.

Hak Kehormatan Pribadi. Hak Keluarga. Hak Keseteraan Wanita dan Pria.

32

. Husein Haikal, Si>rah Nabawiyyah, (Kairo: Maktabah al-‘Arabiyyah, 1960), 57. 33

. The Nineteenth Islamic Conference of Foreign Ministers (Session of Peace, Interdependence

and Development), held in Cairo, Arab Republic of Egypt, from 9-14 Muharram 1411H (31 July

to 5 August 1990)

Page 25: BAB II DISKURSUS HUMANISME A. Humanisme Sebagai Peta …digilib.uinsby.ac.id/1220/5/Bab 2.pdf · Istilah „medieval‟ yang digunakan untuk merujuk zaman itu tak hanya diartikan

42

Hak Anak dari Orangtua. Hak Mendapatkan Pendidikan. Hak Kebebasan

Beragama. Hak Kebebasan Mencari Suaka. Hak Memperoleh Pekerjaan. Hak

Memperoleh Perlakuan yang Sama. Hak Kepemilikan. Dan Hak Tahanan.

Dari gambaran di atas baik deklarasi Madinah maupun deklarasi

Cairo, betapa besarnya perhatian Islam terhadap HAM yang dimulai sejak

Islam ada sehingga Islam tidak membeda-bedakan latar belakang agama,

suku, budaya, strata sosial dan sebagainya.