makalah hukum investasi

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebangkitan atau kemajuan ekonomi sebuah bangsa rupanya tidak terlepas dari adanya semangat nasionalisme-patriotisme. Kebangkitan ekonomi beberapa negara yang dahulunya dikategorikan sebagai negara berkembang dan saat ini dimasukan dalam kategori sebagai kekuatan ekonomi baru dunia, seperti India, China, Korea Selatan, Venezuela, Argentina, Iran dan masih banyak lagi negara berkembang lainya, tidak terlepas dari perjuangan dalam merestrukturasi maupun merevitalisasi internal negara mereka yang selalu mengedepankan jargon for the sake of national interest “Nasionalisme”. Sayangnya, semangat nasionalisme ini hampir memudar, terutama dikalangan anak muda dan segelintir ekonom muda Indonesia pasca gerakan reformasi 1998. Berbicara tentang nasionalisme dianggap kuno, usang, out of dated. Bahkan tak jarang kita mendengar sejumlah ekonom muda 1

Upload: dede-yudha

Post on 24-Nov-2015

178 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Makalah Hukum Investasi Sederhana

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebangkitan atau kemajuan ekonomi sebuah bangsa rupanya tidak terlepas dari adanya semangat nasionalisme-patriotisme. Kebangkitan ekonomi beberapa negara yang dahulunya dikategorikan sebagai negara berkembang dan saat ini dimasukan dalam kategori sebagai kekuatan ekonomi baru dunia,seperti India, China, Korea Selatan, Venezuela, Argentina, Iran dan masih banyak lagi negara berkembang lainya, tidak terlepas dari perjuangan dalam merestrukturasi maupun merevitalisasi internal negara mereka yang selalu mengedepankan jargonfor the sake of national interestNasionalisme.

Sayangnya, semangat nasionalisme ini hampir memudar, terutama dikalangan anak muda dan segelintir ekonom muda Indonesia pasca gerakan reformasi 1998. Berbicara tentang nasionalisme dianggap kuno, usang,out of dated. Bahkan tak jarang kita mendengar sejumlah ekonom muda yang sesumbar sebagai libertarian dengan congkak menepuk dada sambil membacakan tuah:...nasionalisme telah kuno, telah lewat, masukkan saja ke dalam saku kalian...,lantas memproklamasikan keyakinanya akan dongeng-dongeng cinderella tentangThe end of nation statesdan tentangThe borderless world.Padahal, nasionalisme Indonesia yang terwujudkan dalam demokrasi politik dan demokrasi ekonomi (Pancasila) sesungguhnya sangatlah modern, berdimensi partisipatori dan sekaligus emansipatori. Artinya pembangunan nasional dengan landasan nasionalisme terejawantahkan dalam bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yaitu yang kita kenal sebagai sosio-nasionalisme Indonesia.

Indonesia sebagai negara berkembang, walaupun dalam beberapa tahun ini mengalami peningkatan ekonomi, walaupun secara makro, pertumbuhan ekonomi baik, tetapi disatu sisi pertumbuhan ekonomi ini tidak bisa serta merta mengangkat tarap ekomoni rakyat pada umumnya, hal ini karena peningkatan ekonomi mikro yang bisa dikatakan stagnan.

Tujuan bernegara suatu bangsa adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya.Untuk mencapai kemakmuran itu salah satu cara adalah dengan mewujudkan tingkat produktivitas yang tinggi yang terus meningkat di seluruh bidang ekonomi.

Indonesia termasuk salah satu negara berkembang. Seperti juga negara berkembang lainnya, Indonesia menghadapi masalah ekonomi yang sama. Kemiskinan terjadi di mana-mana, jumlah pengangguran meningkat, tingkat kecerdasan masyarakat masih rendah, dan distribusi pendapatan tidak merata.Di kota besar seperti Jakarta, keadaan seperti ini sudah menjadi pemandangan umum. Banyak orang yang hidup kurang beruntung terpaksa hidup sebagai pemulung sampah. Oleh karena pendapatan yang diperoleh sangat rendah, anaknya tidak dapat disekolahkan sehingga tingkat kecerdasan anak tersebut tidak berkembang. Hal ini juga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang tajam antara orang yang berpenghasilan tinggi dan orang yang berpenghasilan rendah. Adapun masalah-masalah yang hadir di Negara berkembang adalah :a. KemiskinanKemiskinan merupakan perwujudan keadaan serta kekurangan. Setiap negara memilik ukuran batas kemiskinan yang berbeda dengan negara lain. Pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius dalam menanggulangi masalah kemiskinan yang dialami masyarakat. Dari tahun ke tahun pemerintah terus berupaya menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin dengan berbagai cara, antara lain subsidi silang. Subsidi silang yang dilakukan pemerintah yaitu dengan menetapkan harga BBM untuk minyak tanah lebih rendah daripada bensin. Subsidi untuk bensin sedikit demi sedikit dikurangi dan nantinya dihilangkan sama sekali. Subsidi untuk minyak tanah masih dipertahankan agar masyarakat berpenghasilan rendah mampu membeli minyak tanah.

b. KeterbelakanganMasalah keterbelakangan sangat berhubungan dengan masalah kualitas sumber daya manusia. Disamping itu, masalah keterlebakangan sangat erat hubungannya dengan rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan kesehatan, kurang terpeliharanya fasilatas-fasilitas umum, dan rendahnya disiplin masyarakat.

c. PengangguranMasalah lain yang dihadapi negara berkembang dalam pembangunan ekonomi adalah masalah keterbatasan lapangan pekerjaan. Masalah pengangguran timbul karena ada ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini biasa terjadi karena negara yang bersangkutan sedang mengalami masa transisi perubahan struktur ekonomi dari negara agraris menjadi negara industry. Akibatnya angkatan

kerja yang tersedia berada di sector agraris, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia menuntut keahlian di sector industry.

d. Kekurangan ModalKekurangan modal adalah satu cirri setiap negara yang sedang mengalami proses pembangunan ekonomi. Kekurangan modal tidak hanya menghambat percepatan pembangunan, tetapi juga menyebabkan kesukaran negara tersebut keluar dari kemiskinan.

Perkembangan zaman dan modernisasi perekonomian memerlukan modal yang besar. Negara berkembang mengalami kesulitan yang sama, yaitu kekurangan modal. Hal ini disebabkan tingkat tabungan dan tingkat pembentukan modal yang rendah.

Masalah yang terakhir ini adalah masalah yang tidak kalah penting, Untuk mengatasi kekurangan modal, pemerintah menarik investor, baik dari dalam maupun luar negeri. Misalnya BUMN menawarkan saham kepada investor agar bersedia bekerjasama. Dengan meningkatkan investasi, diharapkan tabungan permintahan juga meningkat. Jika tabungan pemerintah meningkat, modal yang dikumpulkan pun akan lebih banyak.

Demi menarik investor asing, maka negara melakukan segala upaya, di antaranya adalah regulasi yang mendukung iklim Investari, khususnya investasi asing, yang porsi modalnya lebih besar. Hal yang dilakukan oleh pemerintah melalui regulasi tidak menjadi masalah, ketika memang proporsional, dengan tidak mengorbankan nilai-nilai kebangsaan dan kedaulatan untuk mencapainya.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang menjadi payung dari dunia investasi di Indonesia, dalam Undang-undang tersebut, ada beberapah hal yang menggelitik nilai Nasionalisme Kebangsaan, dengan dalih investasi dalam pembangunan negara. dimana dengan maksud menarik investasi khusuunya investasi dari luar, beberapa Pasal dari Undang-undang tersebut dianggap terlalu memberikan keleluasaan yang justru dianggap sebagi nilai merendahkan martabat bangsa Indonesia sendiri.

Denga alasan tersebut diatas maka pemakalah akan mengambil judul makalah ini dengan judul UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM PERSPEKTIF NILAI NASIONALISME INDONESIA DAN PRINSIF EKONOMI KERAKYATAN

B. Identifikasi Masalah1. Bagaimanakah konsef Nasionalisme dalam bidang Ekonomi?

2. Bagaimanakah kelemahan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal tinjauan Nilai Nasionalisme dan Prinsif Ekonomi Kerakyatan terhadap?BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsef Nasionalisme dalam Bidang Eonomi

a.1.Definisi Nasionalisme

Secara etimologis, katanationberakar dari kata Bahasa Latinnatio. Katanatiosendiri memiliki akar katanasci, yang dalam penggunaan klasiknya cendrung memiliki makna negatif (peyoratif). Ini karena katanascidigunakan masyarakat Romawi Kuno untuk menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar atau yang tidak tahu adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi. Padanan dengan bahasa Indonesia sekarang adalahtidak beradab, kampungan, kedaerahan, dan sejenisnya. Katanatiodari Bahasa Latin ini kemudian diadopsi oleh bahasa-bahasa turunan Latin seperti Perancis yang menerjemahkannya sebagaination, yang artinyabangsa atau tanah air. Juga Bahasa Italia yang memakai katanascereyang artinya tanah kelahiran. Bahasa Inggris pun menggunakan katanationuntuk menyebutsekelompok orang yang dikenal atau diidentifikasi sebagai entitas berdasarkan aspek sejarah, bahasa, atau etnis yang dimiliki oleh mereka(The Grolier International Dictionary: 1992).Pengertian ini jelas mengalami perubahan karena katanasiondan nasionalisme diadopsi dan dipakai secara positif untuk menggambarkansemangat kebangsaan suatu kelompok masyarakat tertentu. Di bawah pengaruh semangat pencerahan (enlightenment), kata nasionalisme tidak lagi bermakna negatif atau peyoratif seperti digunakan dalam masyarakat Romawi Kuno. Sejak abad pencerahan (zaman pencerahan atau zaman Fajar Budi berlangsung selama abad 1718),kata ini mulai dipakai secara positif untuk menunjukkankesatuan kulturaldankedaulatan politikdari suatu bangsa.

SedangkanKi Bagoes Hadikoesoemo atau Tuan Munandarlebih menekankan pada "persatuan antara orang dan tempat"Menurut Guibernaubangsa adalah negara kebangsaan memiliki unsur-unsur penting pengikat, yaitu: psikologi (sekelompok manusia yang memiliki kesadaran bersama untuk membentuk satu kesatuan masyarakat adanya kehendak untuk hidup bersama), kebudayaan (merasa menjadi satu bagian dari suatu kebudayaan bersama), teritorial (batas wilayah atau tanah air), sejarah dan masa depan (merasa memiliki sejarah dan perjuangan masa depan yang sama), dan politik (memiliki hak untuk menjalankan pemerintahan sendiri).

Menurut Rawinkyaitu Bangsa adalah Sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah dan memunyai keterikatan dengan wilayah tersebut. Dengan batas teritori tertentu dan terletak dalam geografis tertentu.Nasionalisme juga berarti satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.a.2. Nasionalisme di Bidang Ekonomi

Sistem ekonomi bangsa Indonesia merujuk dan mengamalkan sistem ekonomi yang tercantum dalam pasal 33 UUD 1945. Mungkin kemajuannya agak lamban, tetapi mempunyai fondasi yang kuat karena masyarakatnya dipersiapkan.

Pada umumnya negara-negara baru yang berhasil, memulai pembangunan dengan memilih sistem sosialis. Setelah masyarakatnya disiapkan pendidikannya, kepakarannya, kemantapan budayanya dan sebagainya, baru secara bertahap melangkah ke sistem yang lebih terbuka dan kompetitif. Sebagai contoh, China, dan India, keduanya adalah negara yang berpenduduk sangar besar. Mereka mulai membangun sumberdaya manusia, budaya, kemandirian dan character building.

Akan tetapi, Indonesia memulai pembangunan, langsung memilih sistem kapitalis. Pada hal, prinsip dasar dalam sistem kapitalis ialah persaingan bebas (free fight competition). sementara, mayoritas masyarakat Indonesia, sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk bersaing karena pendidikan rendah, tidak mempunyai kepakaran, dan tidak pernah dipersiapkan.

Dalam pembangunan ekonomi, mereka dilepas untuk bersaing bebas dengan pengusaha Cina dan asing. Akibatnya, pembangunan ekonomi di masa Orde Baru walaupun mengalami berbagai kemajuan yang menggembirakan, tetapi hanya bersifat semu dan sangat rapuh, karena yang menikmati hasil pembangunan ekonomi hanya sekelompok kecil dari bangsa Indonesia, mayoritas dari bangsa ini tetap hidup miskin, kurang pendidikan dan terkebelakang.

Melihat dari acuan dasar ekonomi di Indonesia, yaitu Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, bahwa ekonomi kerakyatanlah yang menjadi corong dari ekonomi yang berlandasakan nilai nasionalisme yang baik.

Kita perlu membedakan antara ekonomi rakyat, ekonomi kapitalis liberal, ekonomi sosialis komunis, ekonomi kerakyatan, dan ekonomi pemerintah. Terminologi ekonomi rakyat hanya untuk membedakan ekonomi pemerintah atau ekonomi publik. Ekonomi rakyat atau ekonomi barang private adalah ekonomi positif, yang menjelaskan bagaimana unit-unit produksi mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang private dan jasa private dan mendistribusikan barang dan jasa dimaksud pada konsumen, sehingga diperoleh ketuntungan yang maksimal bagi produsen, biaya yang minimal bagi produsen, dan utility yang maksimal bagi konsumen.

Tata Ekonomi rakyat yang tidak mempermasalahkan keadilan baik pada proses produksi maupun pada proses distribusi, ini dalam terminologi politik ekonomi disebut sebagai ekonomi kapitalis liberal. Dalam ekonomi kapitalis liberal, tidak dipermasalahkan, apakah aset ekonomi hanya dimiliki oleh puluhan orang atau jutaan orang. ekonomi kapitalis liberal juga tidak mempermasalahkan, pakah barang dan jasa private hanya dinikmati oleh sedikit warga negara atau dinikmati oleh sebanyak-banyaknya warga negara. Oleh sebab itu dalam ekonomi kapitalis liberal terbentuk dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat pekerja yang hidupnya hanya dari upah menjual tenaga kerja dan ada masyarakat pemilik modal yang jumlahnya sedikit tetapi memiliki aset ekonomi nasional. Dalam tata ekonomi kapitalis liberal, diyakini bahwa keadilan dan kesejahteraan masyarakat dapat tercipta melalui mekanisme pasar. Ada invisible hand yang akan menciptakan keadilan dan pemerataan. Invisible hand ini adalah kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum yang ada dalam pasar. Oleh sebab itu tidak diperlukan intervensi pemerintah dalam perekonomian barang private. Tugas pemerintah hanyalah bagaimana menjamin mekanisme pasar berjalan dan menyediakan barang dan jasa publik.

Tujuan yang akan dicapai dari penguatan ekonomi kerakyatan adalah untuk melaksanakan amanat konstitusi, khususnya mengenai: (1) perwujudan tata ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan yang menjamin keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia (pasal 33 ayat 1), (2) perwujudan konsep Trisakti (berdikari di bidang ekonomi, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian di bidang kebudayaan), (3) perwujudan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup rakyat banyak dikuasai negara (pasal 33 ayat 2), dan (4) perwujudan amanat bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2). Adapun tujuan khusus yang akan dicapai adalah untuk:

1. Membangun Indonesia yang berdikiari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan

3. Mendorong pemerataan pendapatan rakyat

4. Meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional

Jadi nilai Nasionalisme dalam bidang Ekonomi adalah, diman bahwa sistem ekonomi ini harus berpijak pada aturan dasar bangsa Indonesia, yang bertujuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan nilai keadilan sosial.B. Kelemahan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman ModalTujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.Dengan mendasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.Dalam perkembangannya, kesemua peraturan perundang-undangan tersebut di atas telah digantikan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 nampak jelas bahwa pada dasarnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 memberikan kemudahan-kemudahan yang condong berlebihan kepada investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.Secara gamblang memang terkesan adanya upaya untuk menarik minat investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia, dengan segala cara, namun tanpa disadari kondisi tersebut akan menjadikan bangsa Indonesia bagaikan dalam penjajahan yang kedua. Disadari atau tidak, dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada penanam modal asing sebagaimana telah diuraikan, akan menjadikan bangsa Indonesia semakin kalah bersaing di negerinya sendiri. Bangsa Indonesia akan menjadi pembantu di rumahnya sendiri.Hal tersebut sangat mungkin terjadi, logikanya dengan pembatasan-pembatasan yang ada pada Undang-Undang PMA lama saja bangsa Indonesia sudah sangat ketat dalam bersaing apalagi dengan diberikannya fasilitas-fasilitas empuk. Banyak dijumpai kasus-kasus yang menunjukkan sangat dominannya pengaruh asing dalam bisnis di Indonesia, hal ini tentunya akan menjadi lebih parah lagi apabila Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tetap diberlakukan.Sebenarnya, strategi untuk menarik investasi masuk ke Indonesia tidak perlu mengobral semurah-murahnya kekayaan alam. Apabila mencermati yang terjadi dalam praktek, kurangnya minat investastor asing untuk menanamkan modal Indonesia lebih condong disebabkan karena faktor-faktor birokrasi yang njelimet, belum lagi adanya aparat pemerintah yang mata duitan, misalnya birokrasi perizinan baik ijin lokasi, IMB, amdal, ijin lingkungan, domisili, dan lain sebagainya, banyak dijumpai adanya birokrasi yang berbelit-belit dan aparat yang seakan-akan minta jatah.Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, menurut penulis hanyalah akan memperparah keadaan, memang diakui penerbitan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut dalam waktu sekejap akan banyak mengundang investor, namun dalam jangka panjangnya para investor tersebut akan menguasai obyek-obyek vital perekonomian Indonesia sedangkan bangsa Indonesia tidak hanya sekedar menjadi pembantu di rumahnya sendiri tetapi akan menjadi pengemis di rumahnya sendiri.Kelemahan dari undang-undang ini dapat dilihat dari :a. Beberapa ketentuan tidak aplikatif karena tidak ada sinkronisasi dengan peraturan perundangan lainnya, misalnya ketentuan tentang jangka waktu yang diberikan menyangkut hak-hak atas tanah;. Kelemahan ini dapat dibuktikan dengan adanya putusan MK RI yang membatalkan sebagian Pasal dalam Undang Nomor 25 Tahun 2007 mengenai hak-hak atas tanah.Mahkamah Konsitusi (MK) menyatakan bahwa sebagian ketentuan Pasal 22 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) bertentangan dengan konstitusi. Hal tersebut disampaikan dalam sidang pengucapan putusan perkara 21-22/PUU-V/2007.

b. Terkesan hanya pro kepada investor asing dan tidak memberikan perlindungan yang memadai kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri.Hal ini dapat dilihat dari fasilitas yang diberikan negara terhadap penanam modal, yang lebih terkesan sebagi unbaran dan bujuk rayu kepada investor supaya menannamkan modalnya di indonesia, yang justru mengenyampingkan nilai harga diri bangsa.c. Menunjukkan kemunduran dibandingkan dengan UU sebelumnya terutama menyangkut aspek-aspek tertentu seperti: alih teknologi, penggunaan tenaga kerja asing, kewajiban divestasi, dll.

Demikianlah dampak-dampak dari adanya kemudahan-kemudahan dan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada penanam modal asing sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.Dengan melihat pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal tidaklah sejalan kengan nilai-nilai Nasionalisme Ekonomi kerakyatan, yang di usung oleh Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Undang-undang ini justru menggiring kepada nilai-nilai kapitalisme, yang jauh dari karakter dan bangsa Indonesia.BAB III

KESIMPULAN

Pengertian Nasionalisme mengalami perubahan karena katanasiondan nasionalisme diadopsi dan dipakai secara positif untuk menggambarkansemangat kebangsaan suatu kelompok masyarakat tertentu.Nasionalisme juga berarti satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy).Nasionalisme dalam bidang ekonomi memiliki arti bahwa segala aktivitas bidang ekonomi yang dilakukan bangsa ini, baik regulasi maupun kebijakan yang yang lahir darinya, harus memiliki ruh Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 sebagi pondasi dalm membangun ekonomi bangsa.Strategi untuk menarik investasi masuk ke Indonesia tidak perlu mengobral semurah-murahnya kekayaan alam. Apabila mencermati yang terjadi dalam praktek, kurangnya minat investastor asing untuk menanamkan modal Indonesia lebih condong disebabkan karena faktor-faktor birokrasi yang njelimet, sehingga mengumbar kemudahan dalam menarik investor sebagimana yang tertuang dalam Undang-undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal tidak diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Gautama, Sudargo, Hukum Dagang Dan Arbitrase Internasional, PT. citra aditya bakti, 1991,Kansil, C.S.T.,Drs., SH, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika. Jakarta 1973.Purwosutjipto, H.M..N., SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta 2007.Mardi Yatmo Hutomo,Makalah Konsef Ekonomi Kerakyatan,Makalah 2007

I.B. Rahmadi Supancana, Implementasi UU PM: Prospek dan Tantangannya. Makalah 2008

www.detik.com

17

16

6

1

Mardi Yatmo Hutomo,Makalah Konsef Ekonomi Kerakyatan,hal.4 HYPERLINK "http://www.bappenas.go.id/" http://www.bappenas.go.id

Ibid, hal.3

HYPERLINK "http://www.detik.com" www.detik.com diunggah pada 12.23 selasa 7 Februari 2012

I.B. Rahmadi Supancana, Implementasi UU PM: Prospek dan Tantangannya. Makalah 2008

2