hukum investasi langsung
TRANSCRIPT
BAHAN KULIAH
HUKUM INVESTASI LANGSUNG (Direct Investment)
Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.HumStaf Pengajar Fakultas Hukum USUJl. Bunga Asoka Gg. Andalas No. 1 Asam Kumbang, MedanCellphone : 0813 622 60213, 77729765E-mail : [email protected]
PENGERTIAN INVESTASI LANGSUNG (Direct Investment)
PENGERTIAN INVESTASI LANGSUNG (Direct Investment)
Direct Investment
Kegiatan menanamkan modal Melakukan kegiatan usaha di daerah tujuan investasi Membentuk badan usaha Investor bertanggungjawab langsung atas kegiatan usaha
Selalu dibedakan dengan portofolio investment
o Membeli efek melalui pasar modalo Investor tidak turut menjalankan kegiatan usahao Investor tidak bertanggungjawab secara langsung atas
kegiatan usaha
Direct Investment
Kegiatan menanamkan modal Melakukan kegiatan usaha di daerah tujuan investasi Membentuk badan usaha Investor bertanggungjawab langsung atas kegiatan usaha
Selalu dibedakan dengan portofolio investment
o Membeli efek melalui pasar modalo Investor tidak turut menjalankan kegiatan usahao Investor tidak bertanggungjawab secara langsung atas
kegiatan usaha
MOTIVASI INVESTASI (ASING) LANGSUNG KE SUATU NEGARA
(Perspektif Investor)
MOTIVASI INVESTASI (ASING) LANGSUNG KE SUATU NEGARA
(Perspektif Investor)Kemudahan perolehan bahan bakuTenaga kerja yang murahMenemukan pasar baru (mengamankan komoditi ekspor, dan akses terhadap pasar konsumen yang lebih besar)Memanfaatkan kemudahan pajak, dan tarif Menghindari negatif list di negara asalRoyalti dari alih teknologiPenjualan bahan baku dan suku cadang Memanfaatkan insentif investasiMemanfaatkan status khusus negara-negara tertentu dalam perdagangan internasional
Kemudahan perolehan bahan bakuTenaga kerja yang murahMenemukan pasar baru (mengamankan komoditi ekspor, dan akses terhadap pasar konsumen yang lebih besar)Memanfaatkan kemudahan pajak, dan tarif Menghindari negatif list di negara asalRoyalti dari alih teknologiPenjualan bahan baku dan suku cadang Memanfaatkan insentif investasiMemanfaatkan status khusus negara-negara tertentu dalam perdagangan internasional
MOTIVASI MENGUNDANG INVESTOR(Perspektif Host Country)
MOTIVASI MENGUNDANG INVESTOR(Perspektif Host Country)
Mendapatkan devisaMenciptakan lapangan kerjaMendorong berkembanganya industri non migas yang berorientasi eksporMengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisaAlih teknologiSkill dan kemampuan menejemenLink ke pasar internasionalPembangunan daerah-daerah tertinggalMempercepat pembangunan infrastruktur investasidll
Mendapatkan devisaMenciptakan lapangan kerjaMendorong berkembanganya industri non migas yang berorientasi eksporMengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisaAlih teknologiSkill dan kemampuan menejemenLink ke pasar internasionalPembangunan daerah-daerah tertinggalMempercepat pembangunan infrastruktur investasidll
SYARAT-SYARAT MENARIK INVESTORSYARAT-SYARAT MENARIK INVESTOR
KONTROVERSI PENGATURAN INVESTASI LANGSUNG (ASING)
(Perspektif Host Country)
KONTROVERSI PENGATURAN INVESTASI LANGSUNG (ASING)
(Perspektif Host Country)
KEBIJAKAN PROTEKSI LIBERALISASI
KEPENTINGAN HOST COUNTRY
KEPENTINGAN HOME COUNTRY
KEPENTINGAN HOST COUNTRY KEPENTINGAN MNC
PRINSIP-PRINSIP HUKUM DALAM PENGATURAN DIRECT INVESTMENTPRINSIP-PRINSIP HUKUM DALAM PENGATURAN DIRECT INVESTMENT
Perlakuan samaPembatasan Bidang Usaha Persyaratan penyertaan saham pihak asingAlih teknologiPengutamaan tenaga kerja domestik Divestasi Performance requirementInsentive investasi Good Corporate GovernanceNasionalisasi dengan kompensasi Penyelesaian sengketa
Perlakuan samaPembatasan Bidang Usaha Persyaratan penyertaan saham pihak asingAlih teknologiPengutamaan tenaga kerja domestik Divestasi Performance requirementInsentive investasi Good Corporate GovernanceNasionalisasi dengan kompensasi Penyelesaian sengketa
1. Perlakuan Sama [1]
Setiap investor diperlakukan sama Tidak membedakan negara asal (home country) Prinsip ini berkembang dari prinsip perdagangan internasional (most favoured nations dan national treatment)Investor dari negara-negara yang terikat dengan perjanjian bilateral, regional dan multilateral umumnya diberi perlakuan khususPerlakuan khusus tidak boleh menyebabkan persyaratan bagi investor dari negara lain lebih buruk dari kondisi sebelumnya
1. Perlakuan Sama [2]
perlakuan sama berlaku pada tahap post establishment stage atau brown investment fieldBerlaku prinsip positive list sesuai komitemen yang diberikan oleh negara home countryPerhatikan Pasal 6 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
(1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.
2. Pembatasan bidang usaha
Umumnya host country membatasi dan memberikan syarat terhadap suatu bidang usaha yang bisa ditanami modal asing.
Daftar negatif investasi (negative list)
Bentuk pembatasan :a. Tertutup sama sekali untuk kegiatan investasi asing b. Terbuka dengan syarat joint enterprise (pembatasan
komposisi pemilikan saham)c. Terbuka dengan syarat khusus (kemitraan, syarat
ketenagakerjaan, dll)
Disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan suatu negara
3. Persyaratan komposisi penyertaan saham
Berlaku untuk bidang usaha yang diwajibkan dalam bentuk kerjasama modal (joint enterprise).
Komposisi pemilikan saham dibatasi dalam persentase tertentu, misalnya 45 %, 49%, 40%, dst.
Umumnya terhadap sektor usaha yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
Memberikan kesempatan berpartisipasi kepada investor domestik
4. Persyaratan alih teknologi (1)
Memanfaatkan kehadiran investor untuk mengembangkan teknologi domestik.
Teknologi diperhitungkan sebagai modal dan diberikan fasilitas.
Proses ini pada umumnya gagal pada kebanyakan negara-negara berkembang
Faktor penyebab, antara lain : 1. Perangkat hukum kurang mendukung2. Kurang memahami kontrak alih teknologi yang dibuat sangat rumit3. Investor lokal tidak terlalu peduli dengan investasi teknologi karena
biaya mahal dan resiko tinggi4. Investor asing pada dasarnya tidak sepenuh hati mengalihkan
teknologi yang dimilikinya.
4. Persyaratan alih teknologi (2)
Kendala Alih Teknologi
KENDALA EKSTERNAL
Sistem internasional lebih banyak menguntungkan negara maju
Bargaining position NSB yang lemahTidak adanya full disclosure dari pemilik teknologi
Birokrasi pemerintah yang berbelit-belit
KENDALA INTERNAL
Lemahnya kepastian hukum, tidak adanya jaminan keamanan dan kenyamanan bagi investor
Kualitas SDM masih rendahJumlah modal yang tersedia masih minim sedangkan biaya
untuk mendapatkan teknologi cukup tinggiKurangnya skill dan knowledge
Kurangnya dukungan teknologi pendukung pada tingkat lokal/ nasional
Menejemen organisasi dan pemasaran yang lemahPerbedaan sistem sosial dan budaya
Etos kerja yang rendahKurangnya dukung sistem pendidikan dan lembaga-lembaga
pendidikan.
5. Pengutamaan tenaga kerja domestik
Kepentingan host country untuk membuka lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran.
Mengutamakan penggunaan tenaga kerja dalam negeri (warga negara sendiri)
Tenaga kerja asing diperbolehkan untuk jabatan yang belum diisi atau pekerjaan yang belum bisa dilakukan oleh tenaga kerja domestik.
Membatasi penggunaan tenaga kerja asing untuk jabatan tertentu dalam waktu tertentu.
Free personal movement yang dibatasi dengan specific of commitment
6. Divestasi
Banyak negara yang mengatur waktu secara tegas waktu pengalihan saham asing kepada mitra
domestik.
Ditentukan waktu pengalihan dan besarnya saham yang dialihkan (misalnya 15 tahun setelah
produksi komersial sebesar 30 %, dan seterusnya).
Konsekwensi dari paradigma modal asing sebagai faktor pelengkap
Di Indonesia saat ini divestasi diserahkan kepada kesepakatan para pihak (umumnya diatur dalam
Joint Venture Agreement)
Beberapa permasalahan dalam divestasi
Perangkat hukum tidak lengkap
Pada waktu untuk divestasi, mitra domestik tidak
memiliki uang untuk membeli saham dari divestasi
Perusahaan rugi saat tercapainya waktu divestasi
7. Performance requirement (1)
Pada awal tahun 1980-an banyak negara menerapkan performance requirement sebagai persyaratan investasi.
Diterapkan untuk mengembangkan industri domestik dan mengamankan neraca pembayaran.
Pada tahun 1995 berdasarkan Agreement on Trade Related Investment Measures ,WTO melarang sejumlah bentuk performance requirement.
Performance requirement yang dilarang WTOa. Local content requirementb. Trade balancing policyc. Foreign exchange limitationd. Export limitation
7. Performance requirement (2)
Alasan pelarangan karena kebijakan tersebut mendistorsi perdagangan internasional
Menimbulkan perlakuan diskriminatif terhadap produk impor
Bertentangan dengan Article III dan XI GATT tentang National Treatment dan General Prohibition on Quantitative restriction.
Indonesia pernah diajukan ke DSB WTO atas kasus Mobil Nasional karena menerapkan kebijakan LCR yang dihubungkan dengan insentif investasi
8. Insentif Investasi
Banyak diterapkan negara-negara untuk menarik minat investor
Kemudahan pajak , kewajiban finansial lainnya dan hak-hak atas tanah.
Tidak boleh dikaitkan dengan performance requirement.
Perhatikan Pasal 18 s/d 24 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
8. Good Corporate Governance
Banyak negara yang mewajibkan perusahaan investasi asing menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
Prinsip dasar GCG a. Fairness (kewajaran)b. Discolsure dan transparencyc. Accountability d. Responsibility
9. Nasionalisasi dan Kompensasi
Bentuk kebijakan yang paling ditakuti investor
Demi kepentingan negara, asset-asset perusahaan investasi asing dapat dinasionalisasi (diambilalih) menjadi milik negara.
Tidak mudah melakukan nasionalisasi
Umumnya menggunakan Undang-undang
Disertai dengan kompensasi kepada pemilik perusahaan yang dinasionalisasi.
Ganti rugi ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Sengketa ketidaksepakatan gantirugi diajukan ke arbitrase internasional (ICSID)
10 Penyelesaian sengketa
Berbagai cara menyelesaikan sengketa investasi (litigasi dan non-litigasi)
Di Indonesia :
1. Pemerintah – PMDN
MusyawarahArbitase sesuai kesepakatanPengadilan jika arbitrase gagal
2. Pemerintah – PMA
MusyawarahArbitase internasional
Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum