makalah gas co.docx
DESCRIPTION
Environment Engginering"Makalah Gas CO"TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karbon monoksida ( CO ) adalah gas tidak berwarna , tidak berbau , dan
hambar yang sedikit kurang padat daripada udara . Ini adalah racun bagi
manusia dan hewan ketika ditemui dalam konsentrasi yang lebih tinggi ,
meskipun juga diproduksi dalam metabolisme hewan normal dalam jumlah
rendah, dan diperkirakan memiliki beberapa fungsi biologis normal . Dalam
suasana itu, spasial bervariasi, berumur pendek , memiliki peran dalam
pembentukan tingkat ozon tanah .
Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen ,
dihubungkan dengan ikatan rangkap tiga yang terdiri dari dua ikatan kovalen
serta satu ikatan kovalen dativ . Ini adalah oxocarbon sederhana , dan
isoelektronik dengan ion sianida dan nitrogen molekul . Dalam kompleks
koordinasi ligan karbon monoksida disebut karbonil .
Karbon monoksida dihasilkan dari oksidasi parsial karbon yang
mengandung senyawa , melainkan terbentuk ketika tidak ada cukup oksigen
untuk menghasilkan karbon dioksida ( CO2 ) , seperti saat mengoperasikan
kompor atau mesin pembakaran internal dalam ruang tertutup . Dengan adanya
oksigen , termasuk konsentrasi atmosfer , karbon monoksida terbakar dengan
api biru , menghasilkan karbon dioksida . [ 1 ] Gas batubara , yang secara luas
digunakan sebelum tahun 1960-an untuk penerangan rumah tangga, memasak ,
dan pemanasan , memiliki karbon monoksida sebagai signifikan konstituen
bahan bakar. Beberapa proses dalam teknologi modern , seperti peleburan besi ,
masih menghasilkan karbon monoksida sebagai produk sampingan . [ 2 ]
Di seluruh dunia, sumber terbesar dari karbon monoksida alam asal,
karena reaksi fotokimia di troposfer yang menghasilkan sekitar 5 × 1012
kilogram per tahun . [ 3 ] sumber-sumber alam lainnya dari CO termasuk
gunung berapi , kebakaran hutan , dan bentuk lain dari pembakaran .
Dalam biologi , karbon monoksida secara alami diproduksi oleh aksi
heme oxygenase 1 dan 2 pada heme dari pemecahan hemoglobin . Proses ini
menghasilkan sejumlah carboxyhemoglobin pada orang normal, bahkan jika
mereka tidak bernapas setiap karbon monoksida . Setelah laporan pertama
bahwa karbon monoksida merupakan neurotransmitter yang normal pada tahun
1993 , [ 4 ] [ 5 ] serta salah satu dari tiga gas yang secara alami memodulasi
respon inflamasi dalam tubuh ( dua lainnya adalah oksida nitrat dan hidrogen
sulfida ) , karbon monoksida memiliki menerima banyak perhatian klinis
sebagai regulator biologis. Dalam banyak jaringan , ketiga gas dikenal untuk
bertindak sebagai anti -inflamasi , vasodilator , dan promotor pertumbuhan
neovascular [ 6 ] Uji klinis sejumlah kecil karbon monoksida sebagai obat
sedang berlangsung .
BAB IIPEMBAHASAN
A. Sifat Fisik dan Kimia
Bentuk gas, tidak berwarna, tidak berbau, tidak ada rasanya (tasteless),
sangat beracun; Berat molekul 28,01; Rumus molekul CO; Titik didih -314 F (-
192oC); Titik beku -326 F (-199oC); Titik leleh -205oC; Tekanan uap 760
mmHg @ -191oC; Kerapatan uap (udara=1) 0,968; Kerapatan 1,250 g/L @
0oC; Kelarutan dalam air 2,3% @ 20oC; Viskositas 0,01657 cP @ 0oC; Dapat
larut dalam alkohol, benzen, asam asetat, etil asetat, kloroform, larutan tembaga
klorida.
B. Sumber Gas CO
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi
sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang
berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan,
kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin 2 C8H18(g) + 17 O2(g) –>16 CO(g) + 18 H2O(g) .
Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati
60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor
yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber
tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan
pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan
paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan
bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok
dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya. Sumber
CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan
tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang
cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus.
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya
ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada
pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh
topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Penggunaan CO dari udara ambien
dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-hemoglobin (HbCO) dalam
darah yang terbentuk dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam
untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam
darah Oleh karena itu kadar CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan
sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan Data CO yang dinyatakan dalam
rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average
concentration) adalah lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan
dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda
dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons
tubuh manusia terhadap keracunan CO dari udara.
Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama
berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan
tungku masak. Kadarnya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut
bekerja, tidak memadai ventilasinya. Namun umumnya penggunaanya yang
berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO
hasil asap rokok.
Beberapa Individu juga dapat terpengaruh oleh CO karena lingkungan
kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpengaruh oleh CO termasuk
polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri
logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran.
Pengaruh Co dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat
perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan bermotor ditemukan
mencapai setinggi 600 mg/m3 dan didalam darah para pekerja bengkel tersebut
bisa mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para
petugas yang bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar
4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari bekerja.
Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1%
walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di Amerika Utara menunjukan
bahwa 45 % dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di
dalam darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui
bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya
yang normal. Produksi CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar
0,1+1% dari total HbCO dalam darah. (Yoky Edi Saputro,2009)
Karbon monoksida dapat dibuat secara komersil dengan hidrogen melalui
pembentukan uap kembali atau pembakaran sebagian hidrokarbon dengan
reaksi:
CO2 + H2 → CO + H2O
Gas ini tidak berwarna dan mempunyai titik didih -190. Dapat digunakan
sebagai bahan bakar industri melalui reaksi:
2CO(g) +O2(g)→2CO2(g)
Gas CO juga dapat trjadi sebagai hasil samping pembakaran senyawa organik
dalam ruang kurang oksigen.
C8H18 +6O2(g) → 8CO +4H2O
Secara besar-besaran dapat dibuat dengan reaksi:
C(S) + H2O → CO +H2
C. Kelompok Resiko Tertinggi
Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh CO termasuk polisi lalu
lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam, industri
bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran. Pemajanan Co
dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian.
Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan bermotor ditemukan mencapai
setinggi 600 mg/m3 dan didalam darah para pekerja bengkel tersebut bisa
mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para
petugas yang bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar
4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari bekarja
D. Standar dan Peraturan
#Batas paparan karbon monoksida: 50 ppm (55 mg/m3) OSHA TWA 35 ppm (40 mg/m3) OSHA TWA (dikosongkan oleh 58 FR 35338, 30
Juni 1993) 200 ppm (229 mg/m3) OSHA puncak (dikosongkan oleh 58 FR 35338,
30 Juni 1993) 25 ppm (29 mg/m3) ACGIH TWA 35 ppm (40 mg/m3) NIOSH direkomendasikan TWA 8 jam 200 ppm (229 mg/m3) NIOSH direkomendasikan puncak 30 ppm (33 mg/m3) DFG MAK TWA 60 mg/m3 (66 mL/m3) DFG MAK puncak 30 menit nilai rata-rata 4
kali/shift
Metode pengukuran: Kantong pengumpul gas; analisis elektrokimia; NIOSH III # S340
Baku Mutu Emisi (BME)
Keputusan Menteri LH. No.35 Th.1993
.
SK Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 167 tahun 2003 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Bergerak Kendaraan Bermotor di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN BAKU MUTU EMISI GAS
BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE
BARU KATEGORI L3
No KATEGORI PARAMETER NILAI AMBANGBATAS
Gram/km
METODA UJI
L3 < 150 cm3
COHCNox
2.00.80.15
ECE R 40UDC mode
(ColdStart)
L3 > 150 cm3
COHCNox
2.00.30.15
ECE R 40UDC+EUDCmode (Cold
start)
E. Perjalanan Gas CO Dalam Tubuh Menuju Organ Target
Ketika gas karbon monoksida terhirup, ia masuk ke paru-paru lalu masuk ke dalam molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Karbon monoksida terikat pada hemoglobin dan memiliki kecenderungan yang sama dengan oksigen.Lalu terbentuklah carboxy hemoglobin (HbCO).
Carboxy hemoglobin (HbCO) menghambat masuknya oksigen ke dalam molekul hemoglobin dan menghambat kemampuan penukaran gas dari sel darah merah. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian.
F. Efek Keracunan Gas Monoksida terhadap Kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah merah
yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan
pembentukan karboksihemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil
dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat
menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya
membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius,
bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme
otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan
CO yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang
yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal
yang parah.
Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang
pada saat terpengaruh. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat
mentolerir pengaruh CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40%
dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-
paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–
10%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem
kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan
sehat terhadap pengaruh CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang,
masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam
lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya
dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu atau
terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5%
(hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar
80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena
kemungkinan sudah terbiasa dengan kadar yang sama dari asap rokok.
Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan
sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat penyerapan oksigen
maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50%
dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-
60 menit. Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung
meningkat cepat dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih
panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6%
menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak
berbeda.
Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan
perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan menurunnya
kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO yang tinggi dapat
menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme
jantung menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah
periferal, tidak banyak didapatkan data tentang pengaruh penggunaan CO kadar
rendah terhadap sistem kardiovaskular. Hubungan yang telah diketahui tentang
merokok dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa
CO kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut
(perokok berat tidak jarang mengandung kadar HbCO sampai 15 %).
Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida
menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu
untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat
serius pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru.
Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit
jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat sulit
untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik,
terlihat jelas akan timbul pada pasien yang terkena CO dengan kadar 60 mg/m3,
yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan
janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh
(endogenous) dengan kadar yang lebih tinggi, pengaruh tambahan dari luar
dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang menyebabkan
bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa
wanita merokok melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal.
Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu
dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan dapat beradaptasi terhadap
pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan akut pada
kadar tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua,
dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja yang dapat menggangggu
pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa paling sedikit
satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen yaitu metilen khlorida (dikhlorometan),
dapat menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada metobolisme di
dalam tubuh setelah absorpsi terjadi.
Kadar CO : Waktu kontak : Dampaknya bagi
tubuh :
100 ≤ ppm
± 30 ppm
± 1000 ppm
± 1300 ppm
> 1300 ppm
sebentar
8 jam
1 jam
1 jam
1 jam
dianggap aman
menimbulkan pusing
dan mual
pusing dan kulit
berubah kemerah-
merahan
kulit jadi merah tua
dan rasa pusing yang
hebat
lebih hebat sampai
kematian
G. Tanda atau Gejala Keracunan Gas Monoksida
Keracunan gas CO atau karbon monoksida sukar didiagnosa. Gejalanya
mirip dengan flu yaitu didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi
pada kulit, berkeringat banyak, pyrexia, pernapasan meningkat, mental dullness
dan konfusion, gangguan penglihatan, konvulsi, hipotensi, myocardinal, dan
ischamea.
Kemungkinan terjadi kematian akibat sukar bernafas sangat tinggi.
Kematian terhadap kasus keracunan karbon monoksida disebabkan oleh
kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular hypoxia).
Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain.
Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel
darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida dari
pada oksigen. Sehingga jika terdapat CO dan O2, sel darah merah akan
cenderung berikatan dengan CO.
Bila terhirup, karbon monoksida akan terbentuk dengan hemoglobin (Hb)
dalam darah dan akan terbentuk karboksi haemoglobin sehingga oksigen tidak
dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih
cepat dari oksigen.
Gas ini juga dapat mengganggu aktivitas selular lainnya yaitu dengan
mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti
otak dan jantung. Gejala klinis saturasi darah oleh karbon monoksida adalah
sebagai berikut: (Marylin.D,2000)
1) Konsentrasi CO dalam darah kurang dari 20%, tidak ada gejala.
2) Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi sesak.
3) Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala, lesu, mual, nadi
dan pernapasan meningkat sedikit.
4) Konsentrasi CO dalam darah 30% hingga 40%, gejala sakit kepala
berat,kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi
gerakan.
5) Konsentrasi CO dalam darah 40% sampai 50%, gejala kebingungan
makin meningkat dan setengah sadar.
6) Konsentrasi CO dalam darah 60% hingga 70%, gejala tidak
sadar,kehilangan daya mengkontrol feses dan urin.
7) Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%, gejala koma, nadi
menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan.
H. Pertolongan Pengobatan
1) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaustfan
2) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
a.Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
b.Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
3) Lakukan evaluasi dan terapi suportif jalan nafas
4) Lakukan intubasi orotrakhea bila terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi
5) Berikan suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke wajah
Catatan : waktu paruh eliminasi COHb dalam serum bila bernafas dengan udara bebas adalah 520 menit, berubah menjadi 80 menit bila bernafas dengan oksigen 100%. Terapi oksigen sebaiknya tidak dihentikan sampai gejala hilang dan kadar COHb < 10%
(1) Lakukan monitoring : EKG (menunjukkan gambaran sinus takikardi dan perubahan segme ST)
(2) Pikirkan penggunaan natrium bikarbonat infus bila ada metabolik asidosis (pH darah arteri < 7
6) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Rutin : Darah lengkap, glukosa, ureum/creatinin/elektrolit, analisa gas darah dengan kadar COHb, EKG 12 lead
(2) Sesuai dengan kondisi pasien : foto rontgen thoraks (pada cedera inhalasi yang berat, aspirasi paru, bronkopneumonia dan edema paru)
7) Terapi antidotum
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Weaver, dkk (2002) menunjukkan bahwa 3 buah terapi oksigen hiperbarik yang dilakukan dalam 24 jam berhasil menurunkan resiko gejala sisa berupa kelainan kognitif dalam waktu 6 minggu dan 12 minggu setelah keracunan gas CO. Keuntungan dari terapi oksigen hiperbarik adalah untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh gas CO bukan menghilangkan gas tersebut.
(Penulis: Dra. Murti Hadiyani - Staf Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI)
I. Cara Pengendalian
Adanya pencegahan, yaitu pada:
Sumber Bergerak
1. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.2. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.3. Memasang filter pada knalpot.
Sumber Tidak Bergerak
1. Memasang scruber pada cerobong asap.2. Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara
berkala.3. Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO
rendah.
Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.b) Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung
CO seperti sumur tua , Goa , dll
J. Alat Perlindungan Diri
Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat.
Perlengkapan ventilasi harus tahan ledakan jika konsentrasi bahan
bersifat eksplosif. Pastikan penyesuaian dengan batas paparan yang dapat
diaplikasikan.
Proteksi mata: Untuk gas: Proteksi mata tidak diperlukan, tetapi
direkomendasikan. Untuk cairan: Gunakan kacamata pengaman yang
tahan percikan. Lensa kontak tidak boleh digunakan. Sediakan kran
pencuci mata untuk keadaan darurat (emergency eye wash fountain) serta
semprotan air deras (quick drench shower) dekat area kerja.
Pakaian: Untuk gas: Tidak diperlukan pakaian pelindung. Untuk cairan:
Gunakan pakaian pelindung yang memadai dan tahan dingin.
Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan
kimia.
Respirator: Berdasarkan rujukan dari NIOSH dan/atau OSHA
350 ppm – Setiap respirator pemasok udara.
875 ppm – Setiap respirator pemasok udara.
1200 ppm – Setiap respirator pemurni udara yang dilengkapi masker
wajah penuh dan canister yang memberikan proteksi terhadap bahan ini.
Diperlukan indikator berakhirnya masa layanan. Setiap peralatan
pernafasan serba lengkap yang dilengkapi masker wajah. Setiap respirator
pemasok udara.
Escape: Setiap respirator pemurni udara yang dilengkapi masker wajah
penuh dan canister yang memberikan proteksi terhadap bahan ini.
Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi
kehidupan dan kesehatan:
Setiap respirator pemasok udara memiliki pelindung wajah penuh yang
dioperasikan dalam suatu mode yang memerlukan tekanan atau tekanan
positif lain dikombinasikan dengan escape supply terpisah.
Setiap alat pernafasan serba lengkap yang memiliki pelindung wajah
penuh.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Karbon monoksida ( CO ) adalah gas tidak berwarna , tidak berbau , dan
hambar daripada udara . Ini adalah racun bagi manusia dan hewan ketika
ditemui dalam konsentrasi yang lebih tinggi , meskipun juga diproduksi dalam
metabolisme hewan normal dalam jumlah rendah, dan diperkirakan memiliki
beberapa fungsi biologis normal.Selain itu Gas CO ini juga dapat mengganggu
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi
sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang
berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan,
kebakaran hutan dan badai listrik alam. Terutama pada proses pembakaran
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin .
Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh CO termasuk polisi lalu
lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam, industri
bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran.
Ketentuan dan peraturan mengenai karbon monoksida yaitu: Keputusan Menteri
LH. No.35 Th.1993, SK Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 167 tahun
2003 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak Kendaraan Bermotor di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lampiran I Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Kategori L3.
Perjalanan gas CO dalam tubuh menuju organ target yaitu ketika gas
karbon monoksida terhirup, ia masuk ke paru-paru lalu masuk ke dalam
molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Karbon monoksida terikat pada
hemoglobin dan menghambat kemampuan penukaran gas dari sel darah merah.
Efek Keracunan Gas Monoksida terhadap Kesehatan adalah mulai dari sesak
nafas hingga yang lebih fatal lagi yaitu kematian.
Gejala klinis saturasi darah oleh karbon monoksida adalah sebagai
berikut: (Marylin.D,2000)
Konsentrasi CO dalam darah 50% ke bawah, gejala sakit kepala, kebingungan
gejala tidak makin meningkat dan setengah sadar, sadar, konsentrasi CO dalam
darah lebih dari 50% gejala koma, nadi menjadi tidak teratur, hingga yang ter
fatal yaitu kematian karena kegagalan pernapasan.
Pertolongan kesehatan yang dapat dilakaukan terhada orang yang keracunan
gas karbon monoksida kita harus mengatur pertukaran udara didalam ruang
seperti mengunakan exhaustfan, berikan pengobatan atau pernafasan buatan,
lalu kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat dst.
Untuk mengendalikan pencemaran udara dari gas karbon monoksida perlu dilakukan adanya pencegahan, yaitu pada:
Sumber Bergerak Sumber Tidak Bergerak Manusia
Untuk alat pelindung diri yang paling perlu adalah masker.
B. Saran
Gunakan selalu masker dalam bepergian dan bekerja untuk meminimalisir
dampak dari emisi gas buang terutama gas karbon monoksida yang dapat
mematikan baik sumber bergerak sumber maupun tak bergerak dan manusia.
.
Daftar Pustaka
http://airpollution8.wordpress.com/2013/02/23/karbon-monoksida/
http://nayhndy.wordpress.com/2011/01/18/emisi-hasil-pembakaran/
http://husnahdiahhusada.blogspot.com/2012/08/karbon-monoksida-atau-biasa-
di-sebut-co.html
http://first-treatment.blogspot.com/2012/03/pertolongan-pada-keracunan-gas-
karbon.html
http://jurnalingkungan.wordpress.com/karbon-monoksida/
http://bkv315a.blogspot.com/2012/09/makalah-karbon.html