makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

24
Tugas Sistem Sensori Persepsi Dosen : Ns.NARMI,S.Kep.,M.M.Kes MAKALAH GANGGUAN SISTEM SENSORI PERSEPSI PENGLIHATAN ( KATARAK ) DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 HASKI JAFIRUDIN ABIN ASRUL NURHASMIN PURNAMA SAWALUDIN YASIR ARAFAT

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 12-Aug-2015

188 views

Category:

Environment


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

Tugas Sistem Sensori PersepsiDosen : Ns.NARMI,S.Kep.,M.M.Kes

MAKALAHGANGGUAN SISTEM SENSORI PERSEPSI PENGLIHATAN

( KATARAK )

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 1

HASKIJAFIRUDIN

ABIN ASRULNURHASMIN PURNAMA

SAWALUDINYASIR ARAFAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASSAR

T.A. 2015

Page 2: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga

sampai saat ini kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas dari mata kuliah SISTEM

PERSEPSI SENSORI. Penulisan Makalah ini merupakan tugas bagi Mahasiswa STIKES

AMANAH MAKASSAR KELAS RAHA khususnya untuk mahasiswa S1 keperawatan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada

Dosen tutor dan rekan – rekan yang telah turut serta memberikan saran maupun kritik yang sangat

bermanfaat dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

pembaca untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami berharap tugas ini bisa memberikan

manfaat bagi kita semua.

Raha, 6 april 2015

Penyusun

Page 3: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................ 1

B. TUJUAN................................................................................................................. 2

C. MANFAAT............................................................................................................. 2

D. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3

A. DEFENISI KATARAK........................................................................................... 3

B. ETIOLOGI KATARAK......................................................................................... 3

C. PATOFISIOLOGI KATARAK.............................................................................. 4

D. MANIFESTASI KLINIS........................................................................................ 5

E. KLASIFIKASI KATARAK................................................................................... 5

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................... 8

G. PENATALAKSANAAN KATARAK................................................................... 9

H. PENCEGAHAN KATARAK................................................................................ 11

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 12

A. KESIMPULAN...................................................................................................... 12

B. SARAN.................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakangKatarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.

Page 5: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

B. TujuanTujuan Umum:

1.Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui definisi penyakit Katarak. 2.Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui bagaimana jenis-jenis penyakit Katarak.

Tujuan Khusus:1.Mahasiswa dan  pembaca dapat mengetahui bagaimana gejala dan tanda-tanda penyakait Katarak.2.   Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui bagaimana penyebab penyakit Katarak.3.   Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui bagaimana pengobatan penyakit Katarak.

C. Manfaat1. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui karakteristik dari penyakit Katarak.2. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengantisipasi terjadinya penyakit Katarak.

D.    Rumusan Masalah1. Bagaimana penyakit Katarak bisa menyerang manusia ?2. Bagaimana awal terjadinya penyakit Katarak ?3. Bagaimana cara pengobatan penyakit Katarak ?

Page 6: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

BAB II

PEMBAHASAN

A.    DefinisiDefinisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,

yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.

Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas Tamsuri, 2011 : 54 ).

Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan

berkurang (Corwin, 2000).B.  Etiologi Katarak

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

1.Usia lanjut dan proses penuaan

2.Congenital atau bisa diturunkan.

3.Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.  

4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.

Page 7: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5.Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

C. Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk

kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,obat-obatan,alkohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

D.  Manifestasi KlinisGejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

Page 8: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

2.  Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari Gejala objektif biasanya meliputi:

a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.

b. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.

Gejala umum gangguan katarak meliputi: 

1.    Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2.    Gangguan penglihatan bisa berupa:

  a. Peka terhadap sinar atau cahaya.

  b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

  c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

  d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

  e. Kesulitan melihat pada malam hari

  f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata

g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

 E. Klasifikasi KatarakKatarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:

1.  Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab

Page 9: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

             Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.

2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya

3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:

              a)   Stadium awal (insipien).

Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior

Page 10: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

             b)    Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak

atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

c)    Stadium matur.

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

d) Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

4)  Katarak Intumesen.

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.

Page 11: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

5)  Katarak Brunesen.

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1.   Katarak Inti ( Nuclear )

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

2.   Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM.

3.   Katarak Subkapsular.

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

F.  Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1.  Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.

2.  Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

Page 12: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

4.Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

5.Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma

6.Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.

7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

8. EKG, kolesterol serum, lipid

9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM

10.Keratometri.

11.Pemeriksaan lampu slit.

12.A-scan ultrasound (echography).

13.Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.

14.USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

G. Penatalaksanaan katarak            Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu

dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.

            Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1.    Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.

2.    Badan silier     : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.

3.   Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.

Page 13: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi dilakukannya operasi katarak :

1.  Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.

2.   Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.

3.   Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m didapatkan hasil visus 3/60.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1.      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.

2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:

Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.

Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Page 14: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

  Farmakologi Katarak

Obat – obat katarak berupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan hanya menghambat proses bertambah matangnya katarak, tetapi tidak dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Pencegahan hdiharap kan mengonsumsi buah vit C, A dan E

H. Pencegahan Kataraka.  Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor

faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.

b.  Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi  jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.

c.   Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.

d.   Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C, A dan E.

BAB III

PENUTUP

Page 15: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

A.    KesimpulanKatarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus

cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata.Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi.

B. SaranPenulis sangat menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca

untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami berharap tugas ini bisa memberikan manfaat bagi

kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Tamsuri, 2011, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC

Page 16: Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan

Sidarta llyas, 2003, Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUIhttp://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-katarak.html, http://gexmi.blogspot.com/2012/12/makalah-katarak.html jam 18:30, http://liriyantoasy.wordpress.com/2012/02/08/makalah-katarak/