makalah fix menciptakan komunikasi yang efektif dalam pembelajaran
DESCRIPTION
jbjbbTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pratikno (1987) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Pengertian tersebut mengidentifikasikan kepada kita
bahwa yang termasuk unsur-unsur komunikasi adalah komunikator, pesan, media,
komunikan, dan efek. Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung
amat efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun diantara para pelajar
sendiri sebab mekanismenya memungkinkan sipelajar terbiasa mengemukakan
pendapat secara argumentat if dan mengkaji dirinya, apakah yang telah
diketahuinya itu benar atau tidak. Agar jalannya komunikasi berkualitas, maka
diperlukan suatu pendekatan komunikasi yaitu; pendekatan secara ontologis (apa
itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya
komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu
dilaksanakan).
Hal – hal penting yang perlu diperhatikan saat proses informasi untuk
komunikasi dalam pembelajaran, antara lain (Wardani, 2005):
1) Hal yang akan disampaikan sampai kepada penerima tanpa ada pembiasan isi
(subject = outcome)
2) Hal yang akan disampaikan setingkat dengan kemampuan siswa dalam
menelaah (tingkat intelegensi siswa, pengalaman-pengalaman yang pernah
didapat)
3) Siswa terikat secara aktif dalam proses belajar dengan cara menghubungkan
apa yang mereka dapat sebelumnya dengan hal baru yang akan disampaikan
4) Siswa diminta menunjukkan kemajuan sehingga pencapaiannya dapat
dianalisis, umpan balik mendapat respon sehingga terlihat jelas sukses dalam
usahanya
5) Siswa diberi waktu luang yang cukup untuk berlatih dengan kondisi beragam
untuk meyakinkan proses retensi dan tranfer yang sedang terjadi.
2
Perkembangan pesat terjadi di dunia teknologi, bermacam-macam
teknologi telah diciptakan untuk tujuan mempermudah urusan manusia yang
semakin hari semakin komplek saja. Perkembangan seperti ini terutama terjadi
pada dunia teknologi komunikasi. Tanpa disadari bagi mereka yang kurang
tanggap perkembangan ini tak pelak mereka akan ket inggalan semakin jauh saja.
Terlepas dari semua perkembangan teknologi komunikasi yang dari hari ke hari
semakin menggila,tidak salah bila kita berusaha mereview apa hakekat dari
komunikasi. (Sardiman, 2005). Tinjauan ini akan sangat berharga bagi kita untuk
membangun pemahaman yang lebih utuh tentang komunikasi kita semua tentunya
tidak akan bisa membayangkan bagaimana kehidupan ini tanpa adanya
komunikasi. Bagaimana kehidupan ini akan berlangsung dan berkembang tanpa
adanya interaksi dari para penghuninya. Penyusun akan mengulas tentang apa
sebenarnya komunikasi itu, apa saja unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk
terjadinya sebuah komunikasi dan peranannya yang dimiliki oleh komunikasi
terhadap proses pembelajaran manusia terhadap lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan rumusan masalah makalah ini:
1) Bagaimana definisi dari komunikasi?
2) Bagaimana konsep komunikasi?
3) Bagaimana proses dari komunikasi?
4) Apakah tujuan komunikasi dalam pembelajaran?
5) Bagaimana pembelajaran digunakan sebagai proses komunikasi?
6) Bagaimana komunikasi yang efektif dalam pembelajaran?
7) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam proses
pembelajaran?
1.3. Tujuan
Berikut ini tujuan ditulisnya makalah ini:
1) Mengetahui definisi dari komunikasi.
2) Mengetahui konsep komunikasi.
3) Mengetahui proses dari komunikasi?
3
4) Mengetahui tujuan komunikasi dalam pembelajaran.
5) Mengetahui makna pembelajaran digunakan sebagai proses komunikasi.
6) Mengetahui komunikasi yang efektif dalam pembelajaran.
7) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam proses
pembelajaran.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari
bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang
merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama (Mulyana, 2005).
Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui
media (Effendy, 2005). Pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan
mudah dipahami, tetapi dalam pelaksanaannya sangat sulit dipahami, terlebih lagi
bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi yang berbeda, atau di dalam
komunikasi berjalan satu arah misalnya dalam media massa, tentunya untuk
membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan. Pengertian
komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah penyampaian
informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol
kata, angka, grafik dan lain-lain. Sedangkan menurut Onong U. Effendy (1984),
komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia.
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu
proses penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi,
keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat
menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media
tertentu. Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society dalam Effendy (2005), mengatakan bahwa cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?
5
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
1) Komunikator ( communicator, source, sender )
2) Pesan ( message )
3) Media ( channel, media )
4) Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient )
5) Efek (effect, impact, influence)
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
2.2. Konsep Komunikasi
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah rancangan,
ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa yang kongkret, yaitu satu
istilah dapat mengandung dua pengertian yang berbeda. Sedangkan komunikasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami (Jannah, 2013).
Dari pemahaman diatas, maka konsep komunikasi disini adalah sebuah
rancangan dan atau sebuah ide yang disusun agar sebuah proses penyampaian
pesan kepada orang lain dapat terorganisir dan bisa langsung memahami pesan
tersebut serta memberikan feedback yang baik (Jannah, 2013).
Dalam konsep komunikasi, seorang komunikator disini berperan sangat
penting. Karena seorang Komunikator itu harus mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik supaya seorang komunikan dapat menangkap pesan secara
cepat dan tepat. Selain itu, seorang komunikator yang handal adalah komunikator
yang mempunyai banyak pengetahuan. Dalam hal ini, adalah pengetahuan tentang
pesan yang ia sampaikan. Disini, bukan berarti seorang komunikator adalah orang
yang harus tau segalanya, tapi mengerti dan faham tentang apa-apa yang sudah ia
sampaikan kepada komunikan (Jannah, 2013).
Pada akhirnya, konsep komunikasi menurut saya adalah suatu proses
perencanaan atau suatu strategi yang dilakukan dalam proses komunikasi. Dalam
6
hal ini adalah proses penyampaian pesannyadan jenis jenis penyampaian pesan
dalam proses komunikasi itu sendiri.
2.3. Proses Komunikasi
Philip Kot ler dalam bukunya, Market ing Management, berdasarkan
paradigma Harold Lasswell menampilkan model proses komunikasi. Unsur-unsur
dalam proses komunikasi ini meliputi (Lasswell, 1972):
(1) Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
(2) Encoding: Penyandaian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang.
(3) Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
(4) Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan.
(5) Decoding: Penguraian sandi, yakni proses di mana komunikan menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
(6) Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
(7) Response: Tanggapan, seperangkat reaksi dari komunikan setelah diterpa
pesan.
(8) Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator.
(9) Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai
akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam
komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang akan
dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil
menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan biasanya
mengurai sandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media
yang efisien dalam mencapai khlayak sasaran. Proses komunikasi pada
hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
7
(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan,
informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawat iran, kemarahan, keberanian dan
sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain
tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan
perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang
menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu disadari atau tidak disadari.
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan
perasaan yang disadari, sebaiknya komunikasi akan gagal jika sewaktu
menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Pikiran bersama perasaan yang
akan disampaikan kepada orang lain itu oleh Walter Lippman dinamakan picture
in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut Bewustseinsinhalte. Yang
menjadi permasalahan adalah bagaimana caranya agar ”gambaran dalam benak”
dan ”isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan
dilakukan oleh komunikan. Mengenai persoalan tersebut dapat dijelaskan dengan
penelaahan terhadap prosesnya. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap,
yakni secara primer dan secara sekunder (Lestari, 2003).
1) Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam
komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu ”menerjemahkan”
pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk idea, informasi atau
opini; baik mengenai hal yang kongkrit maupun yang abstrak; bukan saja tentang
hal atau perist iwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga yang terjadi
pada waktu yang lalu dan masa mendatang. Adalah berkat kemampuan bahasa,
maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh
Aristoteles, Plato dan Sokrates; dapat menjadi manusia yang beradab dan
8
berbudaya dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, dekade,
bahkan abad yang akan datang.
2) Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator
menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikan
karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relat if jauh atau
jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan
lainnya adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Pada
umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat yang dinakamakan media
komuniksi itu adalah media kedua sebagai diterangkan di atas. Jarang sekali orang
menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa
sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan
yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message) yang tampak tak dapat
dipisahkan. Tidak sepert i media dalam bentuk surat, telephon, radio dan lainnya
yang jelas tidak selalu digunakan. Tampaknya orang seolah-olah tak mungkin
berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa
surat, telepon, televisi atau lainnya.
2.4. Tujuan Komunikasi dalam Pembelajaran
Menurut Pratikno (1987) tujuan komunikasi dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar
Pada permulaan pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang
pengetahuan yang akan diperolehmya atau ketrampilan yang akan dipelajarinya.
Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa yang harus
dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran
dan tingkat kesulitan yang diharapkan. Untuk pembelajaran dalam kawasan
perilaku psikomotor atau kognitif, media visual khususnya yang menampilkan
gerak dapat mempertunjukkan kinerja (performance) yang harus dipelajari siswa.
9
Dengan demikian dapat menjadi model perilaku yang diharapkan dapat
dipertunjukkannya pada akhir pembelajaran.
2) Memotivasi siswa
Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah memotivasi
siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin pembelajaran tidak menghasilkan belajar.
Usaha untuk memotivasi siswa seringkali dilakukan dengan menggambarkan
sejelas mangkin keadaan di masa depan, dimana siswa perlu menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Jika siswa menjadi yakin tentang relevansi
pembelajaran dengan kebutuhannya di masa depan, ia akan termotivasi mengikuti
pembelajaran. Media yang sesuai untuk menggambarkan keadaan masa depan
adalah media yang dapat menunjukkan sesuatu atau menceritakan (tell) hal
aersebut. Bila teknik bermain peran digunakan (seperti lawak atau drama),
pengalaman yang dirasakan siswa akan lebih kuat. Film juga seringkali diproduksi
dan digunakan untuk tujuan motivasi dengan cara yang lebih alami.
3) Menyajikan informasi
Dalam sistem pembelajaran yang besar yang terdiri dari beberapa
kelompok tantangan kurikulum yang sama, media seperti film dan televisi dapat
digunakan untuk menyajikan informasi. Guru kelas bebas dari tugas
mempersiapkan dan menyajikan pelajaran, ia dapat menggunakan energinya
kepada fungsi-fungsi yang lain seperti merencanakan kegiatan siswa,
mendiagnosa masalah siswa, memberikan konseling secara individual. Ada tiga
jenis variasi penyajian informasi:
(1) penyajian dasar (basic), membawa siswa kepada pengenalan pertama terhadap
materi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kegiatan siswa
atau review oleh guru kelas.
(2) penyajian pelengkap (supplementary), setelah penyajian dasar dilakukan oleh
guru kelas, media digunakan untuk membawa sumber-sumber tambahan ke
dalarn kelas, melakukan apa yang tidak dapat dilakukan di kelas dengan cara
apapun.
(3) penyajian pengayaan (enrichment), merupakan informasi yang tidak
merupakan bagian dari tujuan pembelajaran, didiadakan karena memiliki nilai
motivasi dan dapat mencapai perubahan sikap dalam diri siswa.
10
4) Merangsang diskusi
Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali disebut sebagai
papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang relatif singkat kepada
sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi. Format media biasanya
menyajikan masalah atau pertanyaan, seringkali melalui drama atau contoh
pengalaman manusia yang spesifik. Penyajian dibiarkan terbuka (open-end), tidak
ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau
jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan
pemimpin atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang
pemikiran, membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan
memberikan fokus diskusi.
5) Mengarahkan kegiatan siswa
Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari metode pembelajaran
yang disebut metode kinerja (performance) atau metode penerapan (application).
Penekanan dari metode ini adalah pada kegiatan melakukan (doing). Media dapat
digunakan secara singkat atau sebentar – sebentar untuk mengajak siswa mulai
dan berhenti. Dengan kata lain program media digunakan untuk mengarahkan
siswa dilakukan kegiatan langkah demi langkah (step-by-step). Penyajian
bervariasi, mulai dari pembelajaran sederhana untuk kegiatan siswa, seperti tugas
pekerjaan rumah sampai pengarahan langkah demi langkah untuk percobaan
laboratorium yang kompleks. Permainan merupakan metode pembelajaran yang
sangat disukai khususnya bagi siswa sekolah menengah, memiliki nilai
motivasional yang tinggi, melibatkan siswa lebih baik daripada metode
pembelajaran yang lain.
6) Pelaksanakan latihan dan ulangan
Dalam belajar ketrampilan, apakah itu bersifat kognitif atau psikomotor
pengulangan respon-respon dianggap sangat penting untuk kemajuan kecepatan
dan tingkat kemahiran. Istilah “drill” digunakan untuk jenis respon yang lebih
sederhana seperti menterjemahkan kata-kata asing atau mengucapkan kata-kata
asing. “practice” biasanya berhubungan dengan kegiatan yang lebih kompleks
yang membutuhkan koordinasi dari beberapa ketrampilan dan biasanya
merupakan penerapan pengetahuan, misalnya latihan olah raga tim atau
11
individual, memecahkan berbagai bentuk masalah. Penyajian latihan adalah
proses mekanis murni dan dapat dilakukan dengan sabar dan tak kenal lelah oleh
media komunikasi, khususnya oleh media yang dikelola komputer. Laboratorium
bahasa juga salah satu contoh media yang digunakan untuk pengulangan dan
latihan.
7) Menguatkan belajar
Penguatan seringkali disamakan dengan motivasi, atau digolongkan dalam
motivasi. Penguatan adalah kepuasan yang dihasilkan dari belajar, dimana
cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan tingkah laku yang
diharapkan, setelah diberikan stimulus. Penguatan paling efektif diberikan
beberapa saat setelah respon diberikan. Karena itu harus terintegrasi dengan
fungsi rnedia yang membangkitkan respon siswa, seperti fungsi 3,4,5,6,8. Jenis
penguatan yang umum digunakan adalah pengetahuan tentang hasil (knowledge of
results). Suatu program media menyajikan pertanyaan kepada siswa, kemudian
siswa menyusun jawabannya atau memilih dari beberapa kemungkinan jawaban.
Setelah siswa menentukan jawabannya, ia sangat termotivasi untuk segera
mengetahui jawaban yang benar. Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya benar,
maka ia dikuatkan. Bahkan jika siswa tahu jawabannya salah, namun jika
ditunjukkan seberapa dekat jawabannya mendekati kebenaran, maka hal tersebut
juga merupakan penguatan. Media apapun yang dapat digunakan untuk
menyajikan informasi juga mampu menyajikan pertanyaan dan merangsang siswa
untuk menjawab. Media apapun yang mampu melakukan fungsi ini, ia juga
dirancang untuk memberikan jawaban benar terhadap pertanyaan kognitif, segera
setelah siswa diberi kesempatan menjawab, sehingga dimungkinkan untuk
membandingkan dan memperoleh pengetahuan tentang hasil sesegera mungkin.
8) Memberikan pengalaman simulasi
Simulator adalah alat untuk menciptakan lingkungan buatan yang secara
realistis dapat merangsang siswa dan bereaksi terhadap responnya sendiri,
sehingga dapat melatih perilaku kompleks yang membutuhkan lingkungan
khusus. Contoh yng sering ditemui adalah simulator mobil yang digunakan untuk
latihan mengendarai mobil dan simulator pesawat yang digunakan untuk pelatihan
pilot. Instruktur biasanya menjadi bagian dari sistem, memberikan penilaian
12
segera dan menyelipkan kerusakan pada sistem untuk memberikan siswa latihan
mengatasi masalah. Media komunikasi seringkali memegang peranan penting
dalam simulasi, mulai dari mengolah respon/informasi yang diberikan siswa,
sampai kepada memberikan informasi tentang pencapaian siswa dalam sistem
simulasi. Pada beberapa kasus pelatihan dengan simulator, seperti peralatan
terbang, informasi/respon yang diberikan siswa dimasukkan dengan gerakan,
tekanan, tombol dan sebagainya. Keluaran dapat berupa pertunjukan dengan alat
tertentu atau sensasi gerakan (kinestetic sensations) berupa gerakan pesawat.
Simulator tidak terbatas pada sistem yang konkrit dan lengkap seperti simulasi
pesawat atau mobil, tetapi dapat diaplikasikan pada sistem yang lebih abstrak
seperti ekonomi nasional dari negara kuno, pembiayaan sistem sekolah atau fungsi
kedutaan dalam membantu negara kecil seperti Afrika. program komputer dapat
memungkinkan simulasi sistem yang kompleks, sipenerima masukan dari siswa,
menghitung hasil dan menginformasikan kepada siswa melalui media komunikasi
tentang perubahan yang dilakukan dalam sistem. Jenis lain dari simulasi adalah
permainan (game), mensimulasikan sistem yang kompetitif dengan dua atau lebih
siswa atau kelompok belajar berinteraksi satu sama lain. Karena sangat mirip
dengan simulator yang dapat merefleksikan kenyataan, permainan dapat
mengembangkan respon yang siap ditransfer ke dunia yang sebenarnya. Bermain
peran (role playing) juga meruapakan bagian dari teknik simulasi yang dapat
digunakan untuk mengajarkan ketrampilan tentang hubungan antar manusia.
Media, biasanya film, video digunakan untuk merekam suatu pertemuan antara
siswa dan seseorang yang mensimulasikan kehidupan nyata, atau orang yang telah
dilatih untuk berinteraksi dengan siswa. Misalnya simulasi perang untuk melatih
teknik interogasi, pelamar pekerjaan, siswa atau pasien psikiatri untuk melatih
teknik interview/wawancara, dan sebagainya.
2.5. Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi,dimana
guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan.
pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi /materi pelajaran yang dituangkan ke
13
dalam symbol-simbol komunikasi baik verbal(kata-kata dan tulisan )maupun
nonverbal(gerak tubuh dan isyarat).
Dalam setiap kegiatan komunikasi terdapat dua macam kegiatan yaitu
“encoding” dan “decoding”. Encoding adalah kegiatan yang berkaitan dengan
pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam kegiatan komunikasi
oleh komunikator (oleh guru dalam kegiatan pembelajaran). Menurut (Sudjana,
2010) terdapat dua persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan kegiatan
“encoding” ini yaitu :
1) dapat mengungkapkan pesan yang akan disampaikan ; dan
2) sesuai dengan medan pengalaman audience atau penerima, sehingga
memudahkan penerima didalam menerima isi pesan yang disampaikan.
Salah satu kemampuan profesional seorang guru adalah kemampuan
melakukan kegiatan “encoding” dengan tepat, sehingga murid-murid memperoleh
kemudahan di dalam menerima dan mengerti materi/bahan pelajaran yang
merupakan pesan pembelajaran yang disampaikan guru kepada murid.
Sedang kegiatan “decoding” adalah kegiatan dalam komunikasi yang
dilaksanakan oleh penerima (audience, murid), dimana penerima berusaha
menangkap makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang oleh
sumber melalui kegiatan encoding di atas. Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa kagiatan “decoding” ini sangat ditentukan oleh keadaan medan
pengalaman penerima sendiri. Keberhasilan penerima di dalam proses “decoding”
ini sangat ditentukan oleh kepiawaian sumber di dalam proses “encoding” yang
dilakukan, yaitu di dalam memahami latar belakang pengalaman, kemampuan,
kecerdasan, minat dan lain-lain dari penerima. Adalah sama sekali keliru apabila
di dalam proses komunikasi sumber melakukan proses “encoding” berdasarkan
pada kemauan dan pertimbangan pribadi tanpa memperhatikan hal-hal yang
terdapat pada diri penerima seperti yang sudah disebutkan di atas, yang dalam hal
ini terutama adalah medan pengalaman mereka.
14
2.6. Komunikasi yang Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi dalam pembelajaran dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar
pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara
pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat
tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang
kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang
sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam
mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini (Bahanan, 1979). Untuk menyamakan makna antara
guru/dosen dan siswa ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian:
1) Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran diusahakan dalam kondisi
ideal/baik
(1) Pesan (message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur secara
jelas, menarik dan sesuai dengan tingkat intelegensi siswa.
(2) Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang
digunakan, mampu menyandikan dengan jelas, mampu menyampaikan
tanpa pembiasan dan menarik perhatian serta mampu membangkitkan
motivasi diri dan siswa dalam proses interaksi dan transaksi komunikasi
(3) Penerima/siswa harus dalam kondisi yang baik/sehat untuk tercapainya
prasyarat pembelajaran yang baik.
(4) Lingkungan (setting) mampu mendukung penuh proses komunikasi
misalnya pencahayaan, kenyamanan ruang dan sebagainya.
(5) Materi/media software dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan
isi/pesan).
(6) Alat (device) tidak rusak sehingga tidak membiaskan arti (audiovisual).
Media yang menarik (dapat dilihat dan didengar) akan memudahkan siswa
dalam retensi dan pengingatan kembali pesan yang pernah didapat.
15
(7) Teknik/prosedur penggunaan semua komponen pembelajaran harus
memiliki instruksi jelas dan terprogram dalam pengelolaan
2) Proses encoding dan decoding tidak mengalami pembiasan arti/makna
3) Penganalogian harus dilakukan untuk membantu membangkitkan pengertian
baru dengan pengertian lama yang pernah mereka dapat
4) Meminimalisasi tingkat gangguan (barrier/noise) dalam proses komunikasi
mulai dari proses penyandian sumber (semantical), proses penyimbolan dalam
software dan hardware (mechanical) dan proses penafsiran penerima
(psychological).
5) Feedback dan respons harus ditingkatkan intensitasnya untuk mengukur
efektifitas dan efisiensi ketercapaian.
6) Pengulangan (repetition) harus dilakukan secara kontinyu maupun progresif.
7) Evaluasi proses dan hasil harus dilakukan untuk melihat kekurangan dan
perbaikan
8) Aspek pendukung dalam komunikasi; fisik, psikologi, sosial dan waktu harus
dan diselaraskan dengan kondisi komunikasi yang sedang berlangsung agar
tidak menghambat proses komunikasi pembelajaran
Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu
syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif. Jadi bila kita ingin menjadi guru
yang efektif, marilah kita bersama-sama memperbaiki kemampuan kita
berkomunikasi kepada siswa-siswa kita pada setiap pembelajaran yang kita
laksanakan. Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang
efektif, yaitu:
1) Penggunaan terminologi yang tepat
2) Presentasi yang sinambung dan runtut
3) Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan
4) Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran
5) Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku
komunikasi nonverbal (Effendy, 2006).
Menurut Fajar (2009), dalam komunikasi yang efektif, terdapat lima hal yang
perlu diperhatikan:
16
1) Respect, sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
kita sampaikan.
Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan
penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Pahami bahwa
seorang pendidik harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa
hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus
mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap
harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi
dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai tim.
Menurut Dale Carnegie dalam bukunya “How to Win Friends and
Influence People”, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar
dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan
yang jujur dan tulus. Seorang psikolog yang sangat terkenal William James
juga mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam dari sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai”. Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan
(bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus
dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak
terperikan dan tak tergoyahkan. Berikan sebuah penghargaan yang tulus
kepada masing–masing siswa. Siswa dapat membedakan antara perlakuan
yang tulus dan tidak tulus. Berikan penghargaan maka Anda sebagai seorang
pendidik akan dihargai oleh siswa. Berikan penghargaan maka proses belajar
mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
2) Emphaty, kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain.
Demikian halnya dengan bentuk komunikasi di dunia pendidikan. Kita
perlu saling memahami dan mengerti keberadaan, perilaku, dan keinginan dari
siswa. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa
17
respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi
sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu
mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi
atau penolakan dari penerima.
3) Audible, dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, berarti pesan yang
kita sampaikan bisa diterima dengan baik oleh penerima pesan.
4) Clarity, kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti
keterbukaan dan transparansi.
Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak
ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa
percaya (trust) dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul
sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan
antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Perjelas maksud Anda dalam
mengajar sesuatu, sampaikan secara sistematis dan teratur, gunakan alat bantu
peraga jika memang diperlukan. Semakin siswa merasakan mendapat banyak
ilmu dari Anda, maka siswa akan semakin terpacu untuk terus menghadiri dan
memperhatikan pelajaran yang Anda sampaikan. Dengan cara seperti ini siswa
tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi
akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
5) Humble, dengan menghargai orang lain, mau mendengar, menerima kritik,
tidak sombong, dan tidak memandang rendah orang lain.
Menurut Effendy (2006), berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator
dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan,
atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi
dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat, yaitu:
1) menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
2) menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
3) pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak
komunikan
18
4) pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
5) pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Proses
Pembelajaran
1) Penguasaan Bahasa
Kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan sarana dasar
komunikasi. Baik komunikator maupun audience (penerima informasi) harus
menguasai bahasa yang digunakan dalam suatu proses komunikasi agar pesan
yang disampaikan bisa dimegerti dan mendapatkan respon sesuai yang
diharapkan.
2) Sarana Komunikasi
Sarana yang dimaksud di sini adalah suatu alat penunjang dalam
berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.
3) Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir (kecerdasan) pelaku komunikasi baik
komunikator maupun audience sangat mempengaruhi kelancaran komunikasi.
Jika intelektualitas si pemberi pesan lebih tinggi dari pada penerima pesan,
maka si pemberi pesan harus berusaha menjelaskan. Untuk itu diperlukan
kemampuan berpikir yang baik agar proses komunikasi bisa menjadi lebih
baik dan efektif serta mengena pada tujuan yang diharapkan.
4) Lingkungan yang Baik
Lingkungan yang baik juga menjadi salah satu factor penunjang dalam
berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan di suatu lingkungan yang tenang
bisa lebih dipahami dengan baik dibandingkan dengan komunikasi yang
dilakukan di tempat bising/berisik. Komunikasi di lingkungan kampus
Perguruan Tinggi tentu saja berbeda dengan komunikasi yang dilakukan di
pasar.
5) Keadaan fisik baik pemberi informasi maupun si penerima informasi
6) Keadaan psikologi si penerima maupun si pemberi informasi
Salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut, yaitu agar
penyampaian pesan pembelajaran dilakukan dengan lebih konkrit dan jelas, selain
19
dengan memilih lambang verbal yang berada di daerah pengalaman murid,
misalnya dengan menggunakan alat peraga dan media pembelajaran, seperti chart,
diagram, grafik (visual symbols), gambar diam (still pictures), model dan “real
objects”, film , pita/kaset video, VCD, DVD, dan sebagainya (Effendy, 2006).
20
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1) Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang dapat berupa
pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya melalui simbol
atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang
dilakukan dengan media-media tertentu.
2) Konsep komunikasi merupakan sebuah rancangan dan atau sebuah ide
yang disusun agar sebuah proses penyampaian pesan kepada orang lain
dapat terorganisir dan bisa langsung memahami pesan tersebut serta
memberikan feedback yang baik.
3) Proses dari komunikasi terdiri atas Encoding, Message, Media, Decoding,
Receiver, Response, Feedback, Noise. Sedangkan adapula yang membagi
proses komunikasi menjadi proses komunikasi primer dan sekunder.
4) Tujuan komunikasi dalam pembelajaran yaitu memberikan pengetahuan
tentang tujuan belajar, memotivasi siswa, menyajikan informasi,
merancang diskusi, mengarahkan kegiatan siswa, pelaksanaan latihan dan
ulangan, dan menguatkan belajar.
5) Pembelajaran hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana guru berperan
sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan.
6) Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran terjadi jika pesan yang
dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta
menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif
dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi
antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
7) Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam proses pembelajaran
adalah Penguasaan Bahasa, Sarana Komunikasi, Kemampuan Berpikir,
Lingkungan yang Baik, Keadaan fisik baik pemberi informasi maupun si
penerima informasi dan Keadaan psikologi si penerima maupun si pemberi
informasi.
21
3.2. Saran
Berikut merupakan saran dari penyusunan makalah ini:
1) Bagi penyusun : Penyusun dapat menjadikan makalah ini sebagai jem-batan
untuk mengembangkan lagi pokok bahasan komunikasi di kemudian hari.
2) Bagi Guru : Guru dapat membangun komunikasi dengan cara-cara yang
menarik dan membantu melancarkan pembelajaran.
3) Bagi Siswa : Siswa dapat membuat komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran sehari-hari.
22
DAFTAR RUJUKAN
Bahanan, Hasan. 1979. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya: Papyrus.
Effendy. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Effendy. Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya.
Efendy. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: Graha Ilmu.
Jannah, Laila Nuril. 2013. Artikel Teori Komunikasi tentang Konsep Komunikasi.
(online) (http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/23/konsep-komunikasi-
648875.html) diakses tanggal 3 November 2014
Lasswell, Harold D. 1972.The structure and function of communication in society
dalam Wilbur Schramm, ed. Mass communication. Urbana Chicago:
University of Illinois Press.
Lestari G, Endang dan Maliki, MA. 2003. Komunikasi yang Efektif. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.
Mulyana, Deddy, 2000. Ilnu komunikasi (Suatu Pengantar), Jakarta : Rosdakarya.
Pratikno, R. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
Sardiman AM. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Press.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar Dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Prospect
Wardani, IGAK. 2005. Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar
Mengajar. Jakarta: Pau-Dikti Diknas.
23
KRITERIA PENILAIAN MAKALAHMATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GASAL 2014-2015
No. Elemen SkorMaks
Penilaian
I. Identitas Makalah1 Judul makalah 42 Keperluan ditulisnya makalah 23 Nama penulis makalah 24 Tempat dan waktu penulisan makalah 2
II. Sistematika Makalah5 Makalah terorganisasi dengan baik dan lengkap:
Ada Kata Pengantar dan Daftar Isi/Tabel/Gambar 5 Pendahuluan berisi: latar belakang penulisan makalah, masalah 5 beserta batasannya, dan tujuan penulisan makalah Bagian inti berisi paparan topik-topik bahasan 5 Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran 5 Memuat daftar rujukan/pustaka dan lampiran (jika ada) 5
III. Bagian Teks Utama Makalah6 Latar Belakang memaparkan::
Hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah (secara teoritis maupun praktis), 10
Masalah yang memerlukan pemecahan/penjelasan/pendeskrip- sian /penegasan, 5 Tujuan penulisan makalah 5
7 Topik-topik Bahasan pada bagian inti: Relevan dengan masalah yang dipaparkan pada bagian penda- huluan (isi dan kuantitas) 10 Beragam konsep dieksplor dari banyak sumber (> 5 sumber bu- ku atau artikel) 10 Gambar/diagram/foto yang disertakan sesuai dengan pembahasan 5
8 Penutup memaparkan: Kesimpulan atau penegasan atau ringkasan pembahasan 10 Saran/rekomendasi sehubungan dengan masalah yang dibahas 5
IV. Lain-Lain9 Ketepatan waktu mengumpulkan makalah 5
J u m l a h S k o r M a k s i m a l 100
Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2003)