makalah filsafat ilmu

53
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi bencana bagi kehidupan manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi. Ilmu dan teknologi 1

Upload: japar-sadiq-assaqaf

Post on 25-Jul-2015

474 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Ilmu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan

baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu

tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya

perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Ilmu atau

Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam

semua strata pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun

mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai

acuan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dianggap sebagai

hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang mendeskripsikan,

menjelaskan, memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan

dan kenyamanan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur

ilmu, yaitu untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak

mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi bencana bagi

kehidupan manusia, seperti pemanasan global dan

dehumanisasi. Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang

fundamental, karena ilmu telah mengurangi bahkan

menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa disadari

manusia telah menjadi budak ilmu dan teknologi. Oleh karena

itu, filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari

ilmu, agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan

1

Page 2: Makalah Filsafat Ilmu

manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas bahwa ilmu dan

teknologi adalah instrumen dalam mencapai kesejahteraan

bukan tujuan. Filsafat ilmu diberikan sebagai pengetahuan bagi

orang yang ingin mendalami hakikat ilmu dan kaitannya dengan

pengetahuan lainnya. Dalam masyarakat religius, ilmu

dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai

ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan.

Manusia diberi daya fikir oleh Tuhan, dan dengan daya fikir inilah

manusia menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pengaruh

agama yang kaku dan dogmatis kadang kala menghambat

perkembangan ilmu. Oleh karenanya diperlukan kecerdasan dan

kejelian dalam memahami kebenaran ilmiah dengan sistem nilai

dalam agama, agar keduanya tidak saling bertentangan.

Dalam filsafat ilmu, ilmu akan dijelaskan secara filosofis

dan akademis sehingga ilmu dan teknologi tidak tercerabut dari

nilai agama, kemanusiaan lingkungan. Dengan demikian filsafat

ilmu akan memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap

ilmu.

B. PENDEKATAN FILSAFAT DALAM MEMPEROLEH ILMU

Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi, batas antara

filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada.

Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu

2

Page 3: Makalah Filsafat Ilmu

pengetahuan. Perkembangan daya berfikir manusia yang

mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh

perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah

kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah

kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan

lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat

dan lebih praktis. Pada hal filsafat menghendaki pengetahuan

yang komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini

tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat

ditempatkan pada posisi di mana pemikiran manusia tidak

mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.

Ilmu bersifat pasteriori (kesimpulan ditarik setelah

melakukan pengujian secara berulang), sedangkan filsafat

bersifat priori (kesimpulan ditarik tanpa pengujian tetapi

pemikiran dan perenungan). Keduanya sama-sama

menggunakan aktivitas berfikir, walaupun cara berfikirnya

berbeda. Keduanya juga sama-sama mencari kebenaran.

Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat sendiri

tetapi hanya dapat doleh teori keilmuan melalui observasi

ataupun eksperimen untuk mendapatkan justifikasi. Filsafat

dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis

melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan

ilmu-ilmu. Hasil kerja filosofis dapat menjadi pembuka bagi

3

Page 4: Makalah Filsafat Ilmu

lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat disebut juga sebagai

induk ilmu (mother of science). Untuk kepentingan

perkembangan ilmu, lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu

pengetahuan yang dikenal sebagai filsafat ilmu.

BAB II

TINJAUAN TENTANG FILSAFAT

A. TINJAUAN HISTORIS

Dilihat dari pendekatan historis, ilmu filsafat dipahami melalui

sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catatan sejarah, filsafat

Barat bermula di Yunani. Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal

ketika mem pertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar

abad VI SM . Perkembangan pemikiran ini menandai usaha manusia

untuk mem pergunakan akal dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran

Yunani sebagai embrio filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak

pemikiran Barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya.

Di samping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan,

4

Page 5: Makalah Filsafat Ilmu

Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup, meskipun

memang harus diakui bahwa hubungan filsafat dan agama mengalami

pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia Barat didominasi

oleh dogmatisme gereja (agama), tetapi abad modern seakan terjadi

pembalasan terhadap agama. Peran agama di masa modern digantikan

ilmu-ilmu positif. Akibatnya, Barat mengalami kekeringan spiritualisme.

Namun selanjutnya, Barat kembali melirik kepada peranan agama agar

kehidupan m ereka kembali memiliki makna.

Secara garis besar, perkembangan sejarah filsafat dibagi dalam

lima tahap:

1. Filsafat Yunani Klasik

2. Filsafat Yunani

3. Filsafat Abad Pertengahan

4. Filsafat Modern

5. Filsafat Posmodern

1. Filsafat Yunani Klasik

Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha

menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau

secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas

yang dimiliki bangsa Yunani.

Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani

disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang

5

Page 6: Makalah Filsafat Ilmu

didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan

Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa

adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan

mereka dari agama dan politik secara bersamaan. Pada masa Yunani

kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa

agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap

permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM). Demikian juga

Phitagoras (572-500 SM) belum murni rasional.

Pada masa Yunani Klasik, pertanyaan-pertanyaan yang

berkembang adalah pertanyaan yang berhubungan alam semesta. Ini

berangkat dari kekaguman manusia terhadap hal-hal yang ada di

sekitarnya. Sebagai contoh, ketika manusia melihat segala sesuatu yang

ada di sekeliling mereka, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai segala

sesuatu itu. Begitu pun para filosof zaman Yunani klasik ini. Mereka

mempertanyakan hakikat kehidupan ini. Sebagai contoh, Thales, salah

seorang filosof yang hidup pada masa itu, mendapatkan kesimpulan

bahwa penyebab pertama kehidupan adalah air karena ia melihat adanya

kehidupan ini karena ada air.

2. Filsafat Yunani

Filsafat zaman Yunani ini diwakili oleh Plato dan Aristoteles. Pada

zaman ini, pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mulai berkembang.

Mereka tidak lagi hanya melihat keluar (oustside), akan tetapi juga mulai

melihat ke dalam (inside). Persoalan tentang manusia mulai

6

Page 7: Makalah Filsafat Ilmu

dipertanyakan. Misalnya, apa hakikat manusia? Dari mana manusia

berasal? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut lahirlah suatu jawaban.

Salah satunya adalah jawaban yang muncuk dari Plato bahwa hakikat

manusia itu terdiri dari tubuh dan jiwa. Secara struktur, jiwa lebih tinggi

dari tubuh. Menurut Plato, tubuh menjadi penjara jiwa. Jiwa akan bebas

ketika ia lepas dari tubuhnya. Sementara itu, Aristoteles mengatakan

hakikat manusia tidak terpisah antara tubuh dan jiwa. Tidak ada yang

lebih tinggi secara struktur. Manusia terdiri dari forma dan materi.

3. Filsafat Abad Pertengahan

Filsafat abad pertengahan lahirnya agama sebagai kekuatan baru.

Banyak filosof yang lahir dari latar belakang rohaniwan. Dengan lahirnya

agama-agama sebagai kekuatan baru, wahyu menjadi otoritas dalam

menentukan kebenaran.

Sejak gereja (agama) mendominasi, peranan akal (filsafat) menjadi

sangat kecil. Karena, gereja telah membelokkan kreatifitas akal dan

mengurangi kemampuannya. Pada saat itu, pendidikan diserahkan pada

tokoh-tokoh gereja yang dikenal dengan "The Scholastics", sehingga

periode ini disebut dengan masa skolastik. Para filosof aliran skolastik

menerima doktrin gereja sebagai dasar pandangan filosofisnya. Mereka

berupaya memberikan pembenaran apa yang telah diterima dari gereja

secara rasional.

Di antara filosof skolastik yang terkenal adalah Augustinus (354-

430). Menurutnya, di balik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini

7

Page 8: Makalah Filsafat Ilmu

pasti ada yang mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada

ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala

sesuatu diciptakan oleh Allah dari yang tidak ada (creatio ex nihilo).

Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa, dan yang terpenting

adalah cinta pada Tuhan.

Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan Santo

Anselmus (1033-1109), yaitu credo ut intelligam (saya percaya agar saya

paham). Filsafat ini jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang lebih

mendahulukan pengertian daripada iman.

4. Filsafat Modern

Masa filsafat modern diawali dengan munculnya Renaissance

sekitar abad XV dan XVI M, yang bermaksud melahirkan kembali

kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Berangkat dari keinginan lepas dari

dogma-dogma, akhirnya muncul semangat untuk kembali menggali

kekayaan filsafat Yunani klasik. Problem utama masa Renaissance,

sebagai mana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat

dengan arah yang berbeda. Era Renaissance ditandai dengan

tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan, baik sebagai

individu maupun sosial.

Di antara filosof masa Renaissance adalah Francis Bacon (1561-

1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi.

Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi

ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi

8

Page 9: Makalah Filsafat Ilmu

hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya

bergantung pada penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk

orang yang membenarkan konsep kebenaran ganda (double truth), yaitu

kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa Renaissance muncul pada era

Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat

Modern dan pelopor aliran Rasionalisme. Argumentasi yang dimajukan

bertujuan untuk melepaskan diri dari kungkungan gereja. Hal ini tampak

dalam semboyannya "cogito ergo sum "(saya berpikir maka saya ada).

Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern,

karena mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi

eksistensi setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan

kejayaannya dan mengalahkan peran agama, karena dengan rasio

manusia dapat memperoleh kebenaran. Kemudian muncul aliran

Empirisme, dengan pelopor utamanya, Thomas Hobbes (1588-1679) dan

John Locke (1632-1704). Aliran Empirisme berpendapat bahwa

pengetahuan dan pengenalan berasal dari pengalaman, baik pengalaman

batiniah maupun lahiriah. Aliran ini juga menekankan pengenalan inderawi

sebagai bentuk pengenalan yang sempurna.

Di tengah bergemanya pemikiran rasionalisme dan empirisme,

muncul gagasan baru di Inggris, yang kemudian berkembang ke Perancis

dan akhirnya ke Jerman. Masa ini dikenal dengan Aufklarung atau

Enlightenment atau masa pencerahan sekitar abad XVIII M. Pada masa

Aufklarung ini muncul keinginan manusia modern menyingkap misteri

9

Page 10: Makalah Filsafat Ilmu

dunia dengan kekuatan akal dan kebebasan berpikir. Tokoh filosof yang

yang sangat mengagungkan kekuatan akal dan dianggap sebagai Bapak

Filsafat Modern adalah Rene Descartes. Pada abad ini dirumuskan

adanya keterpisahan rasio dari agama, akal terlepas dari kungkungan

gereja, sehingga Voltaire (1694-1778) menyebutnya sebagai the age of

reason (zaman penalaran). Sebagai salah satu konsekuensinya adalah

supremasi rasio berkembang pesat yang pada gilirannya mendorong

berkembangnya filsafat dan sains. Periode filsafat modern di Barat

menunjukkan adanya pergeseran, segala bentuk dominasi gereja,

kependetaan dan anggapan bahwa kitab suci sebagai satu-satunya

sumber pengetahuan diporak-porandakan. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa abad modern merupakan era pembalasan terhadap

zaman skolastik yang didominasi gereja.

5. Filsafat Posmodern

Filsafat posmodern ditandai dengan keinginan untuk mendobrak

sifat-sifat filsafat modern yang mengagungkan keuniversalitasan,

kebenaran tunggal, dan kebebasnilaian. Karena itu, filsafat posmodern

sangat mengagungkan nilai-nilai relativitas dan mininarasi, berbeda

dengan filsafat modern yang mengagungkan narasi-narasi besar. Filsafat

posmodern cenderung lebih beragam dalam hal pemikirian.

Pada awal abad XX, di Inggris dan Amerika muncul aliran

Pragmatisme yang dipelopori oleh William James (1842-1910).

Sebenarnya, Pragmatisme awalnya diperkenalkan oleh C.S. Pierce (1839-

10

Page 11: Makalah Filsafat Ilmu

1914). Menurutnya, kepercayaan menghasilkan kebiasaan, dan berbagai

kepercayaan dapat dibedakan dengan membandingkan kebiasaan yang

dihasilkan. Oleh karena itu, kepercayaan adalah aturan bertindak. William

James berpendapat bahwa teori adalah alat untuk memecahkan masalah

dalam pengalaman hidup manusia. Karena itu, teori dianggap benar, jika

teori berfungsi bagi kehidupan manusia. Sedangkan agama, menurutnya,

mempunyai arti sebagai perasaan (feelings), tindakan (acts) dan

pengalaman individu manusia ketika mencoba memahami hubungan dan

posisinya dihadapan apa yang mereka anggap suci. Dengan demikian,

keagamaan bersifat unik dan membuat individu menyadari bahwa dunia

merupakan bagian dari sistem spiritual yang dengan sendirinya memberi

nilai bagi atau kepadanya.

Agak berbeda dengan William James, tokoh Pragmatisme lainnya,

John Dewey (1859-1952) menyatakan bahwa tugas filsafat yang

terpenting adalah memberikan pengarahan pada perbuatan manusia

dalam praktek hidup yang harus berpijak pada pengalaman.

Pada saat yang bersamaan, juga berkembang aliran Fenomenologi

di Jerman yang dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938).

Menurutnya, untuk mendapatkan pengetahuan yang benar ialah dengan

menggunakan intuisi langsung, karena dapat dijadikan kriteria terakhir

dalam filsafat. Baginya, Fenomenologi sebenarnya merupakan teori

tentang fenomena; ia mem pelajari apa yang tampak atau yang

menampakkan diri.

11

Page 12: Makalah Filsafat Ilmu

Pada abad tersebut juga lahir aliran Eksistensialisme yang dirintis

oleh Soren Kierkegaard (1813-1855). Tokoh terpenting dalam aliran ini

adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) yang berpandangan atheistik.

Menurutnya, Tuhan tidak ada, atau sekurang-kurangnya manusia bukan

ciptaan Tuhan. Eksistensi manusia mendahului esensinya; manusia bebas

menentukan semuanya untuk dirinya dan untuk seluruh manusia.

Ciri-ciri Filsafat Yunani

1. pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seputar pertanyaan

hakikat kehidupan

2. pertanyaan tentang asal-usul alam (Heraklitos: api, Thales: air)

3. pertanyaan asal-usul manusia (Aristoteles, dualisme jiwa dan

tubuh: Plato)

4. berkembang konsep kebenaran (konsep relativitas: Protagoras,

konsep objektivitas; Socrates)

Ciri-ciriFilsafat Abad Pertengahan

1. filsafat pada abad pertengahan bercampur dengan keyakinan agama

2. Tuhan dijadikan sebagai pijakan dalam setiap penjelajahan filsafat

3. Implikasinya terlihat pada kurang berkembangnya rasio

4. Filsafat yang dikembangkan adalah filsafat ketuhanan

5. Tokoh-tokoh: Thomas Acquinas dan Santo Agustinus

12

Page 13: Makalah Filsafat Ilmu

Ciri-ciri Filsafat Pencerahan

1. filsafat pencerahan dinilai dari keinginan kembali menggali dari

khasanah filsafat Yunani

2. masa ini ditandai pula dengan penemuan-penemuan baru dalam

bidang ilmu pengetahuan manusia

3. peradaban Islam membantu filsafat Barat dalam penggalian khasanah

filsafat Yunani klasik

4. manusia memiliki kebebasan untuk berpikir

Ciri-ciri Filsafat modern

1. sebagai konsekuensi dari berkembangnya pemikiran manusia,

pemikiran manusia mulai merambah ke seluruh aspek kehidupan

manusia

2. berkembangnya ilmu pengetahuan dengan pesat

3. perkembangan ilmu didukung pula oleh revolusi industri di Inggris

4. pada masa ini beberapa filosof yang sangat dikenal di dunia filsafat

adalah filosof Descartes, John Locke, dan Immanuel Kant

Ciri-ciri Filsafat Posmodern

1. sebagai reaksi dari berkembangnya pemikiran filsafat modern

2. pemikiran posmodern mengkritisi logosentrisme filsafat modern yang

berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen utama

3. filsafat posmodern berkembang dalam dua jalur :

13

Page 14: Makalah Filsafat Ilmu

- filsafat holistik

- filsafat dekonstruksi

C. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia atau

philosophos. Philos atau philein berarti teman atau cinta, dan

shopiashopos kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.

Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari

segala ilmu pengetahuan. Kata filsafat dalam bahasa Indonesia

memiliki padanan kata falsafah (Arab), philosophie (Prancis,

Belanda dan Jerman), serta philosophy (Inggris). Dengan

demikian filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana

(menjadi kata sifat) bisa berarti teman kebijaksanaan

(katabenda) atau induk dari segala ilmu pengetahuan.

Phytagoras (572-497 SM) ditahbiskan sebagai orang pertama

yang memakai kata philosopia yang berarti pecinta

kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan itu sendiri. Plato(427-

347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan yang

berminat mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialektika.

Aristoteles (382–322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai

pengetahuan tentang kebenaran. Al-Farabi (870–950)

mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam

maujud dan hakekat alam yang sebenarnya. Descartes (1590–

14

Page 15: Makalah Filsafat Ilmu

1650) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu

pengetahuan tentang tuhan, alam dan manusia. Immanuel

Kant (1724–1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu

pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala

pengetahuan. Menurut Kant ada empat hal yang dikaji dalam

filsafat yaitu: apa yang dapat manusia ketahui? (metafisika),

apa yang seharusnya diketahui manusia? (etika), sampai

dimana harapan manusia? ( agama) dan apakah manusia itu?

(antropologi). Merriam-Webster dalam kamusnya filsafat

adalah literally the love of wisdom, in the actual usage,

the science that investigates the most general facts and

prinsciplesof reality and human nature and conduct:

logic, ethics, aesthetics and the theory of knowledge.

BAB III

KAJIAN TEMATIK FILSAFAT

A. TEMATIK FILSAFAT

Dalam pendekatan tematik, filsafat dibagi ke dalam tiga bagian

besar, yaitu ontologi (metafisika), epistemologi, dan aksiologi.

1. ontologi/metafisika : bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu,

baik yang tampak secara fisik (fenomena) atau sesuatu yang berada

15

Page 16: Makalah Filsafat Ilmu

di balik realitas (noumena). Dalam kajian filsafat, segala sesuatu itu

dikenal dengan “ada” (things). Dalam bidang ini termasuk juga filsafat

manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.

2. epistemologi : bidang filsafat yang mempelajari bagaimana cara

manusia mengetahui sesuatu atau “ada” tersebut. Beberapa bidang

yang termasuk ke dalam epistemologi adalah filsafat ilmu, metodologi,

dan logika.

3. aksiologi : bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai.

Misalnya, sejauh manakah nilai-nilai yang terkandung dalam

pengetahuan tersebut. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika.

Cabang-cabang ilmu filsafat ini berkembang seiring dengan

perkembangan pemikiran filsafat. Misalnya, logika dikembangkan oleh

Aristoteles. Sementara itu, epistemologi dikembangkan oleh Immanuel

Kant ketika ia mempertanyakan sejauh mana akal dapat mengetahui

tentang yang ada dan sejauh mana akal memiliki kevalidan ketika

mempersepsi sesuatu.

Dari bidang ontologi, akan dikenal pandangan materialisme Karl

Marx berdasarkan pada pemikirannya bahwa segala sesuatu yang ada ini

bersifat materi. Dapat dikatakan bahwa Karl Marx menolak kajian

metafisika dan lebih mengakui ontologi. Sebagai catatan, kecenderungan

penolakan terhadap metafisika ini sebenarnya memang berkembang

pesat pada era filsafat modern.

Dari bidang epistemologi, akan diketahui paham-paham seperti

16

Page 17: Makalah Filsafat Ilmu

rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme memandang bahwa sumber

ilmu pengetahuan itu berasal dari akal, sedangkan empirisme

memandang sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari pengalaman.

Berikut ini diberikan penjelasan tentang pengalaman, pengetahuan, dan

ilmu pengetahuan.

Ciri-ciri Pengalaman, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan:

Pengalaman:

- Berhubungan dengan realitas yang dialami manusia lewat pancaindra

Pengalaman bersifat sangat subjektif, karena : Objek tetap, subjek

berbeda Objek berubah, subjek tetap Objek berubah, subjek berbeda

Pengetahuan:

- Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan

sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true

belief). Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang

diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu

hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai.

Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan

pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan

merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar.

Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik

yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan

demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti

perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang

17

Page 18: Makalah Filsafat Ilmu

mampu menangkap alam dan kehidupannya serta

mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.

- Adanya “sensation” (kesadaran, peristiwa mental) setelah mengindra

realitas (pembeda dengan hewan)

- Proses mental yang melalui akal budi (berpikir) menjadikan

pengalaman menjadi pengetahuan. (contoh: ilmu tentang kerokan,

obat kumis kucing)

Ilmu pengetahuan:

- Pengalaman (pengetahuan) yang telah diolah secara kritis lewat akal

budi menjadi ilmu pengetahuan karena memiliki:

1) paradigma

2) teori

3) metodologi

B. ALIRAN FILSAFAT

Dalam bidang teori pengetahuan, terdapat tiga cara pandangan

yang dominan dalam bidang filsafat. Ketiga cara pandang tersebut adalah

rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. Berikut ini dijelaskan ketiga

pandangan tersebut serta ciri-cirinya.

1. Rasionalisme

o Rasionalisme dicetuskan oleh Rene Descartes (1596-1650),

seorang filosof dari Peran.

18

Page 19: Makalah Filsafat Ilmu

o Menurut Descartes, rasio adalah satu-satunya sumber

pengetahuan.

o Kesan-kesan indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya diatasi

oleh kemampuan yang dimiliki rasio.

o Pemikiran Descartes yang terkenal adalah cogito ergosum “saya

berpikir, karena itu saya ada”.

o Mengunakan upaya ilmiah dengan “metode skeptis”.

o Rasionalisme memiliki dampak penting bagi ilmu pengetahuan

karena menjadi dasar berpikir logis dan munculnya sistem

pemikiran yang menitikberatkan pada akal.

o Dalam penelitian menggunakan metode deduksi.

2. Empirisme

- Empirisme adalah paham pemikiran yang menyatakan bahwa

pengetahuan hanya didapatkan dari pengalaman empiris, bukan

semata-mata dari rasio

- Filosof-filosof Inggris memiliki paham empirisme, di antaranya

David Hume (1711-1776), John Locke (1632-1704), dan Goerge

Berkeley (1685-1753)

- Francis Bacon mengatakan empirisme adalah pengamatan--

pengamatan partikular lalu membentuk kesimpulan umum

- John Locke menganggap bahwa rasio manusia mula-mula harus

dianggap “as a white paper” yang artinya pada saat lahir manusia

19

Page 20: Makalah Filsafat Ilmu

belum memiliki pengetahuan apa-apa

- Dalam penelitian m enggunakan m etode induksi

3. Kritisisme

- Aliran ini diperkenalkan oleh Immanuel Kant (1724-1804)

- Aliran ini merupakan sintesis antara rasionalisme dan empirisme

- Menurut Immanuel Kant, rasio dan Empiri adalah sama-sama

sumber pengetahuan, yaitu kesan-kesan empiri dikonstruksikan

oleh rasio melalui kategori-kategori sehingga menjadi pengetahuan

- Immanuel Kant juga mempertanyakan sejauh mana akal dapat

mengetahui tentang yang ada dan sejauh mana akal memiliki

kevalidan ketika mempersepsi sesuatu sehingga pemikirannya ini

menjadi landasan perkembangan epistemologi

C. PANDANGAN FILSAFAT TENTANG ETIKA DAN MORAL

1. ETIKA

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata

‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos

mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,

kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.

Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya

istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat

20

Page 21: Makalah Filsafat Ilmu

moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu

ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan

(K.Bertens, 2000).

Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti

sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus.

Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata

secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang

dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam

Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia

yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta,

sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai :

“ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata

‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000),

mempunyai arti :

1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak);

2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam

Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu

etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru

21

Page 22: Makalah Filsafat Ilmu

memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah

kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus”

maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam

Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud

dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu

melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan

atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia

yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau

urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada

arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :

1. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama

Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika

di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai.

Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan

maupun pada taraf sosial.

2. kumpulan asas atau nilai moral.

Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik

3. ilmu tentang yang baik atau buruk.

22

Page 23: Makalah Filsafat Ilmu

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis

(asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang

begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa

disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan

metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

Pemikiran beberapa filosof mengenai etika adalah sebagai berikut.

a. Aristoteles (384-322 SM ):

dalam setiap kegiatan, manusia mengejar suatu tujuan,

sedangkan tujuan tertinggi manusia adalah mencapai

kebahagiaan.

kebahagiaan haruslah memiliki tujuan pada dirinya sendiri dan

bukan tujuan instrumental

Tujuan akhir (kebahagiaan) dicapai manusia apabila

menggunakan fungsi khas manusia sebagai manusia, yaitu

melalui akal budi (rasio).

Manusia dianggap baik dalam arti moral jika selalu mengadakan

pilihan-pilihan rasional yang tepat dalam perbuatan-perbuatan

moralnya.

b. Thomas Aquinas :

Mengombinasikan etika kebahagiaan Aristoteles dengan etika

teonom yaitu menekankan kewajiban taat pada kehendak Tuhan.

Menggunakan prinsip transendensi.

Kebahagiaan manusia dicapai melalui pengembangan diri dengan

23

Page 24: Makalah Filsafat Ilmu

berpijak pada hukum Tuhan yang mutlak.

c. Immanuel Kant (1724-1804) :

Etika Kant menekankan pada kewajiban. Etika kewajiban

memandang bahwa perbuatan baik dinilai berdasarkan kehendak

baik, bukan berdasarkan terealisasinya suatu tujuan.

Etika kewajiban melahirkan konsep yang sangat sentral pada etika

modern : OTONOMI MORAL

Moral otonom : manusia harus otonom dalam mengikuti suatu

hukum moral, bukan semata-mata karena menyesuaikan diri

dengan konvensi sosial.

Contoh etika yang bertentangan dengan otonomi moral :

- Menikahi wanita karena kekayaannya (bukan karena m

encintainya)

- Membagikan sembako untuk kepentingan agar dipilih (bukan

karena untuk berbagi)

ETIKA KEWAJIBAN

Etika kewajiban dikembangkan oleh Immanuel Kant (1724-1804)

Kant menekankan bahwa moralitas menyangkut baik-buruknya

manusia sebagai manusia.

Moralitas juga mengenai yang baik pada dirinya sendiri, di mana yang

baik pada dirinya sendiri adalah kehendak baik, bukan perbuatan

lahiriah.

Perbuatan secara moral baik apabila mewadahi kehendak baik

24

Page 25: Makalah Filsafat Ilmu

sebagai realitas batin.

Kehendak baik adalah kehendak yang mau melakukan apa yang

menjadi kewajibannya murni demi kewajiban itu sendiri.

Etika Kant menuntut ditolaknya tindakan moral yang dilakukan demi

suatu tujuan maupun demi pelampiasan dorongan hati.

Formulasikant tentang perintah moral:

1. Imperatif hipotetis

perintah moral yang menyuruh kita melakukan suatu tindakan atas

dasar pengandaian bahwa kita mau mencapai tujuan tertentu.

Contoh : - berhenti makan gula supaya tidak terkena diabetes

- berhenti melanggar lampu lalu lintas supaya tidak ditilang

polisi

2. Imperatif kategoris

perintah yang berlaku mutlak tanpa terkecuali karena apa yang

diperintahkan olehnya merupakan kewajiban pada dirinya sendiri,

tidak bergantung pada suatu tujuan selanjutnya.

ETIKA HEGEL

Etika Hegel (1770-1831) menganut prinsip dialektika.

Modus dialektika adalah tesis-antitesis-sentesis

Etika di dalam pandangan Hegel seperti perkembangan sejarah

yang berlangsung secara dialektis.

25

Page 26: Makalah Filsafat Ilmu

TESIS = Moralitas umum yang ada di masyarakat. Warga bertindak

atas aturan-aturan yang berada didalam masyarakat yang akhirnya

diakui menjadi adat istiadat. Hegel mencontohkan pada masa

Yunani Kuno.

ANTITESIS = pemberontakan terhadap istiadat. Ini dicontohkan

Hegel lewat pemberontakan moral Socrates. Socrates

mempertanyakan semua yang selama ini biasa dianggap

masyarakat sebagaisesuatu yang baik. Lahirlah prinsip kebebasan

berpikir pada individu.

SINTESIS = kebebasan individu merupakan hal yang terlalu

abstrak untuk dijadikan landasan bagi satu masyarakat. Kebebasan

abstrak dapat menjadi teror (Revolusi Perancis). Lahirlah sebuah

masyarakat organis yang merupakan suatu masyarakat yang

rasional. Di dalam masyarakat organis, individu bertindak otonom

dengan mengikuti struktur-struktur sosial yang ada. Hal ini dapat

terjadi karena struktur sosial yang ada tidak bertentangan,

melainkan mewadahi otonomi individu.

2. MORALIITAS

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’

yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing

mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.

26

Page 27: Makalah Filsafat Ilmu

Bila dibandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis,

kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-

sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti

kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’

adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’

dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita

mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral,

maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan

norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita

mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut

berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada

dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara

tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan

atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau

keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan

itu kita dapat mengatakan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik

atau buruk.

27

Page 28: Makalah Filsafat Ilmu

Suatu ajaran tentang seni hidup;suatu ajaran yang ingin mengajak

manusia untuk hidup bermutu (tidak asal hidup) demi tercapainya

kebahagiaan.

Moralitas terbagi dua, yaitu:

1. Moralitas objektif : memandang perbuatan semata sebagai suatu

perbuatan yang telah dikerjakan, terlepas dari pengaruh sukarela pihak

pelaku. Contoh: membunuh (perbuatan pembunuhan itu yang dinilai

sebagai perbuatan yang tidak bermoral)

2. Moralitas subjektif : moralitas yang memandang sebagai suatu

perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan pelaku

sebagai seorang individu (ada konsep hati nurani). Contoh: Apakah A

menolong karena hati nuraninya memang memerintahkan hal itu atau

karena ingin mendapatkan imbalan?

Dalam cara pandang yang lain,m oralitasjuga terbagidua,yaitu:

1. Moralitas ekstrinsik:

Moralitas ekstrinsik memandang perbuatan sebagai suatu yang

diperintahkan atau dilarang oleh seseorang yang berkuasa atau oleh

hukum positif, baik oleh manusia maupun Tuhan.

M oralitas (perbuatan baik dan buruk) bersumber pada:

a. Kebiasaan manusia:

Friedrich Nietszche: pada mulanya tidak ada hal yang baik dan

yang buruk. Yang ada hanyalah yang kuat dan lemah. Yang

28

Page 29: Makalah Filsafat Ilmu

kuat kemudian menciptakan perintah dan larangan. Misalnya:

perempuan bersifat ramah dan lembut. August Comte:

kebiasaan moral itu muncul dari kebiasaan sosial dan terus

berubah bersama perbuatan-perbuatan yang terdapat dalam

masyarakat.

b. hukum -hukum negara:

Jean Jacques Rousseau: Sebelum manusia membuat kelompok

dan menjadi masyarakat politik (negara), tidak terdapat hal yang

baik dan buruk. Dari sanalah kemudian terjadi kontrak sosial.

c. agama

para filosof abad pertengahan berpendapat bahwa semua sifat

baik dan buruk karena diperintahkan atau dilarang Tuhan,bukan

karena terkandung kebaikan atau keburukan di dalam

perbuatan tersebut.

2. Moralitas intrinsik

Moralitas intrinsik memandang perbuatan menurut hakikatnya bebas

lepas dari setiap bentuk hukum positif.

- Yang dipandang adalah apakah suatu perbuatan itu baik atau

buruk pada hakikatnya, bukan apakah aturan telah memerintahkan

atau melarangnya.

- Ada perbuatan-perbuatan yang pada hakikatnya memiliki kebaikan

intrinsik sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi oleh negara, adat

istiadat, ataupun agama.

29

Page 30: Makalah Filsafat Ilmu

- Misalnya: pembunuhan, pencurian, dan penipuan adalah perbuatan

yang tercela.

30

Page 31: Makalah Filsafat Ilmu

BAB IV

FILSAFAT ILMU

A. FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu adalah cabang epistemologi yang menelaah secara

sistematis sifat dasar ilmu, metode-metode, konsep-konsepnya,

praanggapan-praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari

cabang pengetahuan. Filsafat Ilmu sebagai bagian dari Epistemologi

(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat

ilmu (pengtahuan ilmiah). Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima,

ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan

mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science,

dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan)

atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani

adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa

Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang

tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu

yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu

di bidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998)

Filsafat ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek

material adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang

telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Objek formal adalah hakikat

(esensi) ilmu pengetahuan; problem-problem mendasar ilmu pengetahuan

31

Page 32: Makalah Filsafat Ilmu

seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya.

Landasan ontologis pengembangan ilmu adalah titik tolak

pengembangan ilmu yang didasarkan atas landasan filosofis yang dimiliki

seorang ilmuwan. Landasan filosofis itu terbagi dua aliran besar, yaitu:

1. materialisme: suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa

tidak ada hal yang nyata selain materi.

2. spiritualisme: suatu pandangan metafisika yang menganggap

kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisidan mendasari

seluruh alam. Pengembangan ilmu berdasarkan pada materialisme

cenderung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang

ilmunya sebagai induk bagi ilmu-ilmu lain. dalam perkembangan

ilmu modern, aliran ini disuarakan oleh Positivisme.

Spiritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan

menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak

pengembangan bidang-bidang ilmu lain. Jadi, landasan ontologis ilmu

pengetahuan sangat bergantung pada cara pandang (landasan filosofis)

ilmuwan terhadap realitas. Jika realitas yang dimaksud adalah materi,

maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Jika realitas yang dipandang

adalah spirit, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora.

Dalam bidang filsafat ilmu, ada dua aliran besar yang terus

mencoba saling mengukuhkan dominasinya, yaitu positivisme dan

pascapositivisme. Di bawah ini akan dipaparkan kedua aliran tersebut.

32

Page 33: Makalah Filsafat Ilmu

1. Positivisme

Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh Saint Simon dan

dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Ia menyatakan bahwa

pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu

teologis, metafisik, dan positif. Pengetahuan positif merupakan puncak

pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah.

Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh

dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam

kenyataan. Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke

dalam agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini terbukti dengan

didirikannya Positive Societies di berbagai tempat yang memuja

kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya

dari aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta

yang bersifat materi, yang dikenal dengan Materialisme. Tokoh aliran

Materialisme adalah Feurbach (1804-1872). Ia menyatakan bahwa

kepercayaan manusia kepada Allah sebenarnya berasal dari keinginan

manusia yang merasa tidak bahagia. Lalu, manusia mencipta Wujud yang

dapat dijadikan tumpuan harapan yaitu Tuhan, sehingga Feurbach

menyatakan teologi harus diganti dengan antropologi. Tokoh lain aliran

Materialisme adalah Karl Marx (1820-1883) yang menentang segala

bentuk spiritualisme. Ia bersama Friederich Engels (1820-1895)

membangun pemikiran komunisme pada tahun 1848 dengan manifesto

komunisme. Karl Marx memandang bahwa manusia itu bebas, tidak

33

Page 34: Makalah Filsafat Ilmu

terikat dengan yang transendental. Kehidupan manusia ditentukan oleh

materi. Agama sebagai proyeksi kehendak manusia, bukan berasal dari

dunia ghaib.

Posistivisme menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh

ilmu-ilmu alam dan humaniora untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan

yang benar. Kemunculan Positivisme tidak bisa dilepaskan dari iklim

kultural yang memungkinkan berkembangnya gerakan untuk menerapkan

cara kerja ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

Iklim kultural tersebut ditimbulkan oleh revolusi industri di Inggris abad ke-

18 yang menimbulkan optimisme terhadap keberhasilan teknologi industri.

Karena itu, Positivisme mengistirahatkan filsafat dari kerja spekulatifnya.

Untuk memenuhi kriteria tersebut, ilmu-ilmu harus memiliki dunia

positivistik sebagai berikut:

1) Objektif : teori-teori tentang semesta harus bebas nilai.

2) Fenomenalisme : ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta

yang teramati. Substansi metafisis yang diandaikan berada di

belakang gejala-gejala penampakan disingkirkan.

3) Reduksionalisme : semesta direduksi menjadi fakta-fakta keras

yang dapat diamati.

4) Naturalisme : alam semesta adalah objek-objek yang bergerak

secara mekanis seperti bekerjanya jam .

Dari beberapa kriteria di atas, tampak bahwa positivisme

34

Page 35: Makalah Filsafat Ilmu

mengabaikan kerja filsafat yang spekulatif dan juga metafisis. Selain itu,

positivisme melembagakan dunia objektivistiknya dalam suatu doktrin

yang disebut doktrin kesatuan pengetahuan. Pengertian doktrin

Pengetahuan adalah seluruh pengetahuan menyatakan bahwa seluruh

pengetahuan baik alam maupun manusia harus berada di bawah

paradigma positivistik. Positivisme menjadi dogma karena menuntut

semua bentuk pengetahuan manusia mengikuti doktrin kesatuan

pengetahuan apabila ingin disebut absah.

2. Pascapositivisme

Pascapositivisme adalah aliran yang menentang pemikiran

positivisme. Pascapositivisme terbagi dalam beberapa kelompok, di

antaranya antipositivisme yang dikembangkan oleh Karl Popper dan

Thomas Kuhn serta teori kritis oleh Mazhab Frank Furt.

Thomas Kuhn menaruh minat pada prinsip-prinsip kebenaran

tunggal yang dianut Positivisme. Dalam pandangan Kuhn, kebenaran

tunggal atau kebenaran yang objektif itu tidak ada. Yang ada adalah

kebenaran yang merupakan kesepakatan suatu komunitas akedemis yang

menjunjungnya secara terus menerus. Menurut Kuhn, positivisme adalah

suatu paradigma ilmu pengetahuan yang terus bertahan karena didukung

dan dipertahankan oleh kalangan komunitas ilmu yang kuat.

Konsep utama Thomas Kuhn adalah paradigma. Secara umum,

paradigma adalah kerangka konseptual untuk mengklasifikasi dan

35

Page 36: Makalah Filsafat Ilmu

menerangkan objek-objek fisikal. Secara sederhana, paradigma dapat

diartikan sebagai cara pandang terhadap sesuatu objek (semesta) yang

akan mem pengaruhinya dalam tindak selanjutnya.

Menurut Thomas Kuhn, paradigma menjadi kerangka konseptual

dalam mempersepsi semesta. Artinya tidak ada observasi peneliti yang

netral. Semuanya dibentuk oleh kerangka konseptual yang digunakan.

Begitu pula dengan ilmuwan. Ilmuwan selalu bekerja di bawah payung

paradigma yang akan memuat asumi dan metodologi tersendiri. Dengan

begitu, kebenaran ilmu tidaklah satu, melainkan plural. Hanya saja

kebenaran itu akhirnya ditentukan oleh sekelompok kalangan ilmiah. Ada

unsur perebutan pengaruh dalam menentukan kebenaran yang dianggap

kebenaran yang lebih valid.

Di samping itu, ada pula pemikiran pascapositisme dari Mazhab

Frankfurt. Mereka menamakan pemikiran mereka dengan teori kritis.

Mazhab Frankfurt adalah sekelompok ilmuwan yang mendirikan sebuah

institut sosial yang menaruh minat pada persoalan-persoalan sosial

masyarakat.

Tokoh Mazhab Frankfurt adalah Max Hokheimer, Jurgen Habermas,

Herbert Marcuse dan Adorno. Titik tolak kritik Mazhab Frankfurt adalah

pada kebebasnilaian ilmu pengetahuan dalam arti bahwa ilmu

pengetahuan tidak memihak pada siapapun kecuali untuk perkembangan

ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dengan cara pandang seperti itu, menurut Mazhab Frankfurt, hal itu

36

Page 37: Makalah Filsafat Ilmu

hanya menjadikan ilmu sosial/ilmuwan sebagai pengabdi kemapanan dan

kehilangan daya kritisnya.

Dengan hanya mengabdikan pada ilmu pengetahuan, Positivisme

dianggap menutup mata terhadap dampak dari ilmu pengetahuan itu

sendiri (misalnya pencemaran lingkungan, pemanasan global).

Mazhab Frankfurt juga melayangkan kritik terhadap Max Weber,

yang menyatakan bahwa ilmuwan hanya boleh

memetakan/mendeskripsikan tanpa boleh melakukan penilaian. Menurut

Habermas, dalam ilmu pengetahuan, kepentingan tidak bisa dilepaskan

(Knowledge and Human Interest). Kepentingan itu selalu ada. Termasuk

ketika Positivisme hanya mementingkan pada perkembangan ilmu

pengetahuan.

3. Konstruktivisme

- Pandangan konstruktivis memandang bahwa semesta adalah hasil

konstruksi sosial

- Konstruktivisme menganut paham antifondasional : tidak ada satu

fondasi atau satu metode ilmiah yang terpercaya dan mantap bagi

dunia ilmu pengetahuan

- Dengan paham ini, konstruktivis memandang segala sesuatu

bersifat relatif

- Pendekatan yang dilakukan adalah multiperspektif, karena tidak

ada legitimasi yang kuat terhadap satu pandangan yang bisa

37

Page 38: Makalah Filsafat Ilmu

mengatasnam akan pandangan yang lain

- Kaum postmodern dapat dimasukkan ke dalam paham ini

Ikhtisar:

Karakteristik ilmu filsafat:

1. Spekulatif : tidak pasti, dapat terus diperbaharui

2. Radikal : sampai ke akar-akarnya

3. Universal : menyeluruh, tidak parsial

Ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah :

1. Metodis : ada langkah-langkah yang ketat dan sistematis

2. Universalitas : berlaku pada seluruh ruang dan waktu

3. Objektivitas : difokuskan pada objek ilmu pengatahuan dan tidak

terdistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif

4. Intersubjektif : kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat pribadi

melainkan harus disepakati oleh suatu komunitas ilmiah

5. bersifat logis (memiliki dasar pembenaran sehingga dapat diverifikasi)

38