makalah elektro + cover
Embed Size (px)
DESCRIPTION
elektrokimiaTRANSCRIPT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrokimia dapat didefinisikan sebagai ilmu sains yang mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan konversi energi secara kimia dan elektris. Dalam hal
ini mungkin saja penggunaan listrik untuk menghasilkan reaksi kimia, atau
penggunaan reaksi kimia untuk menghasilkan listrik.Elektrokimia merupakan
salah satu cabang sains kimia dan teknologi yang sangat penting. Ilmuwan sejak
jaman Faraday (1791-1867) telah tertarik dengan larutan elektrolit, sifat korosif
yang ditimbulkannya, serta proses-proses lain yang berhubungan dengan
perpindahan elektron dari satu substansi ke substansi lain.
Secara garis besar, sel elektrokimia dapat digolongkan menjadi Sel galvani
dan sel elektrolisis. Elektrokimia sendiri memiliki banyak manfaat dalam bidang
analisis kimia diantaranya : Eletrokoagulasi, Elektrodialisi, Elektrowining,
Elektrorefining, Elektroplating dan sebagainya. Salah satu yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah elektrowining,elektrorefining dan elektroplating.
Elektrowinning adalah proses elektrokimia yaitu proses pengendapan logam
pada kutub katoda menggunakan arus listrik yang mengalir dalam larutan
elektrolit ( hasil dari pelarutan ), hasil yang diperoleh pada kutub katoda adalah
lumpur logam emas dan perak yang disebut cake yang dapat langsung dilebur
( smelting ). Electrorefining adalah pemurnian logam menggunakan larutan
elektrolit dan arus listrik.Elektroplating merupakan salah satu cabang dari ilmu
kimia (elektrokimia) yang membahas tentang energi atau arus listrik yang
menyebabkan suatu reaksi atau perubahan kimia serta energy listrik yang di
hasilkan melalui suatu reaksi kimia, hasil reaksi – reaksi pada suhu yang amat
tinggi melalui perubahan energi listrik menjadi panas.

BAB II
ISI
II.1 Elektroplating
Tujuan utama dari elektroplating adalah memisahkan logam dasar, yang
dapat mengalami korosi pada lingkungan tempatnya digunakan,dari lingkungan
tersebut dengan menggunakan logam yang tahan terhadap kondisi lingkungan
tersebut.
Elektroplating merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia (elektrokimia)
yang membahas tentang energi atau arus listrik yang menyebabkan suatu reaksi
atau perubahan kimia serta energy listrik yang di hasilkan melalui suatu reaksi
kimia, hasil reaksi – reaksi pada suhu yang amat tinggi melalui perubahan energi
listrik menjadi panas.
Dalam elektroplating proses yang terjadi adalah melalui elektroforesis
yaitu gerakan partikel koloid dalam medan listrik dengan menghasilkan dua
elektrode (suatu penghantar yang dapat berbentuk batangan, kepingan, atau kawat
yang digunakan untuk memancarkan atau mengendalikan aliran partikel-partikel
yang bermuatan, baik dalam suatu cairan, gas, atau semi konduktor). Yang dialiri
arus kearah, koloid bermuatan negatif bergerak kearah anode, sedangkan koloid
bermuatan positif ke katode. Proses ini digunakan untuk memisahkan atau
penguraian campuran. Setelah koloid itu terpisah atau melapisi anode tersebut
sehingga terbentuk lapisan tipis yang biasanya disebut plate.
Proses elektroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi
suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan
nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta
bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi
perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami
pelapisan dibandingkan sebelumnya.

II.1.1 Konsep Elektroplating
Konsep elektroplating adalah reaksi kimia yang dihasilkan oleh arus
listrik. Tenninal yang memberikan arus dalam larutan disebut dengan elektroda.
Elektroda yang mengalami proses kimia reduksi adalah katoda, sedangkan yang
mengalami proses kimia oksidasi adalah anoda. Pada kedua elektroda terjadi
proses perpindahan ion, dari katoda ke anoda bermuatan
negatif disebut dengan anion, sedangkan dari anoda ke katoda bermuatan positif
disebut dengan kation. Larutan tempat terjadinya proses ini disebut dengan
elektrolit. Konduksi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu elektronik dan
elektrolitik. Konduksi yang terjadi secara elektronik, tidak disertai baik dengan
reaksi kimia maupun perpindahan material. Sedangkan pada konduksi secara
elektrolitik disertai dengan perpindahan material dan reaksi kimia pada kedua
elektroda.
Elektroplating meletakkan dasar analitis diatas hukum Faraday yang
dicetuskan oleh Michael Faraday pada tahun 1833. Hukum tersebut menyatakan
bahwa:
1. Jumlah perubahan kimia akibat arus listrik sebanding dengan jumlah
arus yang lewat.
2. Jumlah substansi berbeda yang dibebaskan oleh sejumlah arus listrik
sebanding dengan berat kimia ekuivalennya.
Berat kimia ekuivalen dari suatu meterial adalah berat atom suatu material dibagi
dengan perubahan valensi yang terjadi pada proses elektrolisis. Jadi walaupun
suatu logam hanya memiliki satu berat atom, namun logam tersebut dapat
memiliki berat ekuivalen lebih dari satu. Bila besi sebagai elektroda menggunakan
Fe3+ Fe° maka perubahan valensinya adalah 3, sehingga berat ekuivalennya
adalah 55,85 (berat atom Fe)dibagi 3, yaitu 18,617. Satu Coulomb didefinisikan
dengan arus l ampere yang mengalir selama 1 detik (1 As) atau sama dengan
jumlah arus yang dibutuhkan untuk melapiskan 0,001118 gram perak. Untuk
melapiskan 1 gram perak dibutuhkan 107,868/0.001118 = 96483 C, dibulatkan
menjadi 96500 C. Jadi persamaan yang didapat melalui hukum Faraday adalah :
g = Iet/96500

dimana g menyatakan berat substansi yang bereaksi, I adalah arus dalam ampere,
e menyatakan berat ekuivalen, dan t adalah waktu dalam detik. Bila tegangan sel
diketahui, maka kita bisa menghitung energi yang dibutuhkan, dengan persamaan:
W = VI t
dimana W adalah energi dalam Joule, V menyatakan tegangan dalam volts, I
menyatakan arus dalam ampere, dan t adalah waktu dalam detik.
II.1.2 Dasar Elektroplating
Elektroplating didefinisikan sebagai elektrodeposisi dari sebuah lapisan
logam adheren diatas suatu elektroda dengan tujuan memberikan sifat atau
dimensi tertentu yang berbeda terhadap permukaan logam asalnya. Untuk
melakukan proses elektroplating dibutuhkan empat komponen, yaitu :
1. Rangkaian eksternal, terdiri atas : sebuah sumber arus DC, medium penyalur
arus ke bak plating, instrumentasi lain seperti ammeter, voltmeter, dan regulator
arus atau tegangan.
2. Elektroda negatif atau katoda (yang merupakan bahan yang akan dilapisi), dan
media untuk menempatkan elektroda dalam bakplating.
3. Larutan plating, umumnya berbentuk cairan.
4. Elektroda positif atau anoda (yang merupakan logam yang dilapiskan), dapat
juga berupa logam yang inert dan tidak larut.

Reaksi kimia yang terjadi pada proses electroplating seperti yang terlihat pada
Pada KATODA Pembentukan lapisan Nikel
Ni2+ (aq) + 2e →Ni (s)
Pembentukan gas Hidrogen
2H+ (aq) + 2e →H2 (g)
Reduksi oksigen terlarut
½ O2(g) + 2H + →H2O (l)
Pada ANODA
Pembentukan gas oksigen
H2O (l) →4H + (aq) + O2 (g) + 4e
Oksidasi gas Hidrogen
H2 (g) →2H+(aq) + 2e-

Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya ion-ion
logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat
permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang
bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban
tambahan bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial
listrik dan dibantu oleh reaksi-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju
permukaan katoda dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan
diri di permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami
discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan
katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material
katoda.
II.1.3 Hubungan E dengan Deret Volta
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif
ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang
lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka:
1. Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
2. Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah
mengalami oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret
tersebut, maka:
1. Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)
2. Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah
mengalami reduksi)
Umumnya, deret volta yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

Lithium-Kalium-Barium-Calsium-Natrium-Magnesium-Aluminium-
Mangan-Zinc-Cerium-Cadmium-Cobalt-Nickel-Stanum-Plumbum-
(Hidrogen)-Cuprum-Hydrargyrum-Argentum-Platina-Aurum
singkatnya
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
II.1.4 Perhitungan massa yang dihasilkan
Pengendapan 1 gr berat ekuivalen, memerlukan 1 Faraday (96.500
Coulomb)
H = T. 1000. F/C
Dimana, H = waktu pelapisan (jam)
T = tebal lapisan (in)
F = Faktor rapat arus
C = rapat arus (A/in^2)
F= Rapat arus (A/in^2) untuk mengendapkan lapisan setebal 1/1000 in ( pada
efisiensi katoda normal)
II.2 Elektrorefining
Electrorefining adalah pemurnian logam menggunakan larutan elektrolit
dan arus listrik. Misalkan, pada proses pemurnian tembaga digunakan logam
tembaga tidak murni sebagai anoda dan kuprisulfat sebagai larutan garamnya.
Saat dialirkan arus dari anoda ke katoda, partikel tembaga pada anoda larut ke
dalam larutan meninggalkan logam tidak murni dan menempel pada katoda
berupa tembaga murni. Proses ini berlangsung lama hingga kandungan tembaga
pada anoda habis dan terbentuk logam tembaga murni pada katoda.
Electrorefining dapa tmemisahkan logam berat seperti plutonium,
cesium,strontium dan dari sebagian yang kurang beracun uranium. Banyak system

electroextraction juga tersedia untuk menghilangkan racun (dan kadang-kadang
berharga) logam dari aliran limbah industri.Kebanyakan logam terjadi di alam
dalam bentuk yang teroksidasi ( bijih ) dan dengandemikian harus dikurangi
menjadi bentuk logam mereka. Bijih dibubarkan mengikutibeberapa
preprocessing pada elektrolit berair atau dalam garam cair dan solusi yang
dihasilkan adalah elektrolisis . Logam diendapkan pada katoda (baik dalam bentuk
padatatau dalam bentuk cair ) , sedangkan reaksi anodik biasanya evolusi oksigen
Beberapa logam secara alami hadir sebagai sulfida logam; ini termasuk tembaga,
timah ,molibdenum , kadmium , nikel , perak , kobalt , dan seng . Selain itu, emas
dan platinum kelompok logam yang terkait dengan bijih sulfida logam dasar .
Kebanyakan sulfide logam atau garamnya , elektrik konduktif dan ini
memungkinkan reaksi redokselektrokimia untuk secara efisien terjadi dalam
keadaan cair atau dalam larutan air .Beberapa logam , seperti nikel
tidak electrolyze keluar namun tetap dalam larutan elektrolit . Ini kemudian
dikurangi dengan reaksi kimia untuk memperbaiki logam.Logam lain ,
yang selama pengolahan logam target telah berkurang tetapi tidak disimpan di
katoda , tenggelam ke dasar dari sel elektrolit , di mana mereka membentuk zat
disebut sebagai anoda lumpur atau anode slime . Logam dalam lumpur ini
dapatdihilangkan dengan metode pyrorefining standar.Karena tingkat deposisi
logam berhubungan dengan luas permukaan yang tersedia ,menjaga katoda benar
bekerja adalah penting. Dua jenis katoda ada, plat datar dan reticulated katoda ,
masing-masing dengan keuntungan sendiri . Katoda plat datar dapatdibersihkan
dan digunakan kembali , dan logam berlapis pulih . Katoda reticulated memiliki
laju deposisi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan katoda plat datar .
Namun ,mereka tidak dapat digunakan kembali dan harus dikirim untuk didaur
ulang . Atau ,katoda starter logam pra - halus dapat digunakan , yang menjadi
bagian integral darilogam jadi siap bergulir atau pengolahan lebih lanjut.
Metode electrorefining (pemurnian elektrik) digunakan untuk memurnikannya
lebih lanjut. Misalnya logam tembaga mentah, dicetak menjadi lempeng, yang
digunakan sebagai anoda dalam sel elektrolisis yang mengandung larutan CuSO4

dalam H2SO4. Lembaran tipis tembaga murni digunakan sebagai katoda, dan
tembaga yang larut pada anoda diendapkan dalam bentuk yang lebih murni pada
katoda, sampai mempunyai kemurnian 99,97 % tembaga. Hasil lembaran tembaga
murni pada katoda kemudian diproses lanjut, dan diantaranya digunakan sebagai
serbuk tembaga.
II.3 Elektrowining
Elektrowining adalah Proses pengendapan logam pada kutub katoda
menggunakan arus listrik yang mengalir dalam larutan elektrolit ( hasil dari
pelarutan ), hasil yang diperoleh pada kutub katoda adalah lumpur logam emas
dan perak yang disebut cake yang dapat langsung dilebur. cara terbaru dan paling
efesien digunakan dalam ekstraksi emas dan perak yang terdapat di air
kaya / PLS ( Pregnant Liquid Solution ) yang melibatkan penggunaan larutan
alkali sianida sebagai larutan elektrolit dengan prinsip elektrolisis ( reaksi redoks )
dalam suatu sel.
Pada proses electrowinning akan melepaskan gas H+ membuat pH
menjadi turun sehingga berisiko mengasilkan gas HCN. Gas ini sangat berbahaya
dan bersifat korosif terhadap anoda, untuk itu larutan alkali sianida harus dijaga
pada pH 12,5. Parameter suatu proses electrowinning dapat dikatakn selesai
apabila telah sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengendapnya logam
berharga yang diinginkan di katoda dengan kadar yang tinggi. Untuk mengetahui
berapa lama suatu proses electrowinning berlangsung hingga mencapai kadar
endapan logam berharga yang diinginkan, maka dapat dihitung berdasarkan
Hukum Faraday.
II.3.1 Hukum Faraday I
Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding lurus dengan
jumlah listrik yang mengalir melalui larutan,
dengan :

e.i.t e.i.t
W = -------- atau W = -----------
F 96.500
W = massa zat yang dihasilkan
e = massa ekivalen
i = arus yang mengalir ( Ampere)
Hukum Faraday II : Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada
masing-masing elektroda oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan
sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.
Rumus:
m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (gram)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi
II.3.2 Proses elektrowinning seng (Zn)
Proses elektrowinning seng (Zn) merupakan proses untuk mengekstraksi
secara elektrolisis Zn dari larutan sulfat encer hasil leaching yang dilakukan
dengan cara memberikan arus listrik sehingga terjadi dekomposisi seng sulfat
(ZnSO4) Secara termodinamika, potensial reaksi elektroda dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Nernst, yaitu :
E = Eo + RT/nF (ln aoksidasi/areduksi)
Aspek termodinamika reaksi juga dapat diketahui dengan menggunakan
diagram pourbaix Zn untuk memprediksi proses elektrowinning Zn sehingga
dapat diketahui reaksi-reaksi apa saja yang dapat berlangsung selama
elektrowinning Zn. Secara kinetika, reaksi yang terjadi disebabkan oleh faktor
polarisasi aktivasi, polarisasi konsentrasi, polarisasi tahanan dan polarisasi akibat
pengaruh ion-ion pengotor dan zat organik pada permukaan elektroda.

II.3.3 Berdasarkan termodinamika, potensial reversibel Zn2+/Zn lebih rendah
daripada potensial reversibel H+/H2 yaitu :
EZn2+/Zn = - 0,763 + 0,0295 log (aZn2+) pada 25oC
EH+/H2 = - 0,0591 pH pada 25oC, 1 atm.
Maka seluruh hidrogen akan tereduksi pada potensial di mana pengendapan Zn
berlangsung kemudian dapat mengakibatkan penurunan efisiensi arus yang
digunakan. Oleh karena itu kecepatan reaksi reduksi hidrogen harus dibatasi, yaitu
dengan menggunakan katoda awal (starting cathode) yang memiliki hidrogen
overpotensial yang tinggi misalnya katoda aluminium sehingga pada potensial
pengendapan Zn, reduksi ion hidrogen belum berlangsung. Endapan Zn sendiri
memiliki hidrogen overpotensial yang cukup besar sehingga proses pengendapan
Zn dapat berlangsung secara kontinyu dengan efisiensi yang tinggi setelah satu
lapisan endapan Zn terbentuk pada permukaan katoda aluminium. Pada umumnya
logam lain memiliki hidrogen overpotensial yang lebih rendah sehingga apabila
digunakan sebagai katoda dapat menurunkan efisiensi arus. Oleh karena itu
digunakan logam aluminium sebagai katoda untuk proses elektrowinning Zn.
II.3.4 Pengaruh Penambahan Konsentrasi Logam Seng (Zn) Pada
Proses Electrowinning Logam Kobal (Co)
Kobal (Co) merupakan logam yang banyak ditemukan bersama logam
Seng (Zn) dalam pertambangan. Pengambilan logam kobal terbukti cukup sulit
dalam proses elektrolisis. Proses electrowinning Co perlu dikaji lebih dalam
karena agar didapatkan kadar logam yang murni pada proses pemisahan
keduanya. Penelitian ini dilakukan dengan metode elektrolisis potensial tetap pada
potensial 2,3 volt dengan elektrolit HCl. Elektroda yang digunakan adalah karbon
grafit. Penelitian ini dilakukan variasi penambahan Zn 2+ 105, 110, 115, dan 120
mgL -1 pada 100 mL Co 2+ 1100 mgL -1 Hasil penelitian menunjukan adanya
pengaruh penambahan Zn 2+ terhadap elektrowinning Co 2+ berupa perubahan
overvoltage (E) dari 0,106 volt menjadi 0,666; 0,646; 0,706; dan 0,546 volt pada

tiap-tiap variasi. Nilai efisiensi arus cenderung meningkat pada tiap-tiap variasi
yaitu 8,39%; 12,51%; 21,40%; dan 121%. Hasil reduksi Co 2+ mengalami
peningkatan berturut-turut 1,8%; 2,5%; 4,36%; dan 24,72%, sedangkan reduksi
Zn 2+ cenderung menurun berturut-turut 62,82%; 56,36%; 19,13%; 10% pada
tiap-tiap variasi. Warna larutan berubah dari merah muda menjadi oranye
kekuningan.
II.3.5 Pengaruh Seng (Zn) Terhadap Reduksi Kobal (Co)
Proses elektrolisis kobal dengan penambahan Seng dilakukan pada (E Co
2+/Co) 2,30 Volt. Larutan kobal 1.1gL-1 di elektrolisis dengan variasi
penambahan Zn 105,110,115, dan 120mgL-1. Hasil kurva potensial dan arus pada
tiap-tiap konsentrasi Zn yang ditambahkan. Penentuan hasil reduksi kobal dengan
penambahan seng pada berbagai konsentrasi dilakukan dengan metode AAS
(Atomic Adsorbsion Spectrofotometry). metode AAS dipilih karena konsentrasi
Co dan Zn pada larutan cukup kecil.

II.3.6 Penambahan konsentrasi Zn 2+ pada proses electrowinning Co 2+
menunjukan pengaruh sebagai berikut:
1. Perubahan overvoltage (E) pada larutan Co 2+ dari 0,106 volt berturut-turut
menjadi 0,666; 0,646; 0,706; dan 0,546 volt pada tiap-tiap variasi penambahan
konsentrasi Zn 2+
2. Efisiensi arus yang diperoleh cenderung meningkat berturut-turut 8,93%;
12,51%; 21,40%; dan 121% pada tiap-tiap variasi penambahan konsentrasi Zn 2+
3. Reduksi Co2+ cenderung meningkat berturut-turut 1,8%; 2,5%; 4,36%; dan
24,72%, sedangkan reduksi Zn 2+//Zn cenderung menurun berturut-turut 62,85%;
56,36%; 19,13%; dan 10% pada tiap-tiap variasi penambahan konsentrasi Zn 2+

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan
(reaksi) kimia dengan kerja listrik, yang biasanya melibatkan sel elektrokimia
yang menerapkan prinsip reaksi redoks dalam aplikasinya.Ada berbagai aplikasi
elektrokimia dalam bidang analisis kimia diantaranya elektroplating,
elektrorefining dan elektrowining.
Elektroplating merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia (elektrokimia)
yang membahas tentang energi atau arus listrik yang menyebabkan suatu reaksi
atau perubahan kimia serta energy listrik yang di hasilkan melalui suatu reaksi
kimia, hasil reaksi – reaksi pada suhu yang amat tinggi melalui perubahan energi
listrik menjadi panas. Electrorefining adalah pemurnian logam menggunakan
larutan elektrolit dan arus listrik.
Elektrowinning adalah proses elektrokimia yaitu proses pengendapan
logam pada kutub katoda menggunakan arus listrik yang mengalir dalam larutan
elektrolit ( hasil dari pelarutan ), hasil yang diperoleh pada kutub katoda adalah
lumpur logam emas dan perak yang disebut cake yang dapat langsung dilebur
( smelting ).

Daftar Pustaka
Derek C.Price and William G.Davenport.(1981), “Physico Chemical Properties of
Copper Electrorefining and Electrowining Electrolytec”, American Society
for Metal and Volume 12B.
Graham, 1987 “ Electroplating Engineering Hand book”, New York
Mohler, J.B., 1969 “ Electroplating and Related Processes”, Chemical Publishing
Co., Inc., New York.
Potter, E.C.,1956 “ Electrochemistry, Principles and Aplication”, Cleaven Hume
Press Ltd., London.

MAKALAH ELEKTROKIMIA
“ELEKTROPLATING, ELEKTROWINING, DAN
ELEKTROREFINING”
Di susun oleh :
KELOMPOK 6
1. Ratna Dewi M (24030111130023)
2. Suyanti (24030113120043)
3. Arofah Nuraini (24030113140091)
4. Desriana Chrisyanti (240301131)
5. Weny Enjelika D (240301131)
6. Atiatul manna (240301131200)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015