makalah ekonomi : koperasi syariah | eko sudarmakiyanto
DESCRIPTION
Dalam perkemabangan Industri Keuangan Syariah, Bank sudah marak, tetapi Koperasi yang notabene merupakan lembaga yang paling cocok dengan ekonomi kerakyatan masih ketinggalan dengan lembaga lain. Apa itu koperasi, seperti apa dan bagaimana prinsip dari kopeasi Syariah, dalam makalah ini dijelaskan mengenail hal tersebut.TRANSCRIPT
KOPERASI
MAKALAH EKONOMI
Disusun Oleh
EKO SUDARMAKIYANTO 1M101535
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANK BPD JATENG
SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana mengenai ekonomi syariah (lembaga keuangan syariah disingkat LKS) sedang dan
sudah marak dewasa ini. Lembaga-lembaga ekonomi yang ada mulai berbenah diri agar sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah, bahkan sudah ada yang mendahului dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1992, kemudian diikuti LKS lainnya, seperti Asuransi Syariah,
Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, Pegadaian Syariah, bahkan Multilevel Marketing
Syariah dan Hotel Syariah. Namun dibandingkan dengan LKS lainnya itu, keberadaan koperasi
yang menerapkan ‘syariah’ relatif ketinggalan gerbong kereta (sangat terlambat), padahal (1)
dengan keberadaan jumlah koperasi yang hampir ‘ribuan’ jumlahnya yang menyebar di seluruh
Indonesia dan (2) sebagian besar anggotanya beragama Islam yang menginginkan juga
keamanan secara non materi (bebas dari riba dan bunga), masih memungkinkan (berpotensi)
untuk ‘mensyariahkan koperasi’ atau mengkorvesikan ke dalam koperasi syariah tanpa harus
berusaha dari awal ataupun mendirikan koperasi syariah.
Sebagaimana lembaga ekonomi lainnya, koperasi adalah salah satu bentuk persekutuan yang
melakukan kegiatan muamalah di bidang ekonomi. Dalam koperasi juga berlaku kaidah fiqh
yang menyatakan bahwa ‘pada asalnya segala bentuk muamalah itu hukumnya boleh (mubah)
sampai ada dalil yang mengharamkannya’. Jadi koperasi boleh melakukan kegiatan apa saja di
bidang ekonomi sepanjang bukan kegiatan yang dilarang oleh syariah, seperti memproduksi dan
memperdagangkan barang-barang terlarang, transaksi-transaksi yang bersifat ribawi, spekulatif
(maysir), dan manipulatif (gharar), atau memperoleh keuntungan secara tidak sah menurut
syariah, seperti perzinaan, penipuan, dan sebagainya (Zainul Arifin, 2004:45).
Untuk itu, maka ada beberapa karakteristik, prinsip, dan tujuan ekonomi Islam (Syariah) yang
harus diketahui oleh pengurus, pengelola, badan pemeriksa, dan anggota koperasi sebelum
mendirikan atau mensyariahkan koperasinya. Apapun itu jenis usaha koperasinya, misalnya
koperasi produksi, termasuk koperasi produksi adalah koperasi serba usaha, koperasi pasar dan
sebagainya; dan koperasi konsumsi.
B. Rumusan Masalah
Dalam kelembagaan ekonomi Islam, kita sudah mengenal perbankan syariah, asuransi syariah
(tafakul), dan bahkan reksadana syariah. Tetapi masih banyak orang yang belum mengetahui
tentang koperasi syariah.
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata pelajaran
Ekonomi yang bertema Koperasi.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan untuk memperoleh data adalah mencari data melalui
internet karena lebih mudah dan banyak sumber yang dapat dijadikan referensi.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pertama mengenai pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua berisikan pembahasan materi dan bab ketiga mengenai penutup yang terdiri dari
kesimpulan. Terakhir adalah daftar pustaka.
BAB II
ISI
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan rakyat
kecil. Nilai-nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan, kekeluargaan, dan
kesejahteraan bersama.
Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalah wadah
kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Maka
tak heran jika jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah telah ada sejak abad III Hijriyah di
Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-
Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth, sebagaimana dinukil oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam
Patnership and Profit Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah
ikut dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, diantaranya dengan Sai bin Syarik di
Madinah.
Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun
mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai spirit koperasi. Pertama, kebenaran
untuk menggerakkan kepercayaan (trust). Kedua, keadilan dalam usaha bersama. Ketiga,
kebaikan dan kejujuran mencapai perbaikan. Keempat, tanggung jawab dalam individualitas dan
solidaritas. Kelima, paham yang sehat, cerdas, dan tegas. Keenam, kemauan menolong diri
sendiri serta menggerakkan keswasembadaan dan otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam
kekeluargaan.
Pemerintah dan swasta, meliputi individu maupun masyarakat, wajib mentransformasikan nilai-
nilai syari’ah dalam nilai-nilai koperasi, dengan mengadopsi 7 nilai syariah dalam bisnis yaitu :
1. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
2. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
3. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif
4. Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas
5. Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif
6. Ri’ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness
7. Mas’uliyah yang mencerminkan responsibilitas.
Usaha-usaha yang dilakukan koperasi haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
ekonomi anggotanya. Karena untuk kepentingan anggota sendiri, sudah barang tentu komoditas
atau barang yang dijual mestinya barang yang berkualitas baik dan bukan palsu atau yang
timbangannya tidak sesuai. Koperasi harus mampu menunjang ekonomi anggotanya, bukannya
malah mematikannya.
Untuk mampu menjalankan usaha-usaha seperti yang disebutkan di atas, koperasi
haruslah menjalankan mekanisme sebagai berikut :
1. Keanggotaan terbuka dan sukarela
2. Pengelolaan dilakukan secara terbuka
3. Satu orang satu suara sebagai cerminan demokrasi
4. Pembatasan bunga atas modal
5. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) sesuai dengan kontribusi dan transaksi anggota ke koperasi
6. Pendidikan anggota dilakukan terus menerus, dan
7. Membangun jaringan antarkoperasi.
Melihat paparan di atas, rasanya sebagian besar konsep dasar koperasi sudah sejalan
dengan syariah. Tinggal sedikit penajaman dan modifikasi pada beberapa aspek, sehingga
koperasi memiliki jiwa syariah secara sempurna. Penyesuaian itu, misalnya, berupa landasan
koperasi syariah yang harus sesuai Alquran dan Sunah dengan dijiwai semangat saling menolong
(ta’aawun) dan saling menguatkan (takaaful).
Koperasi syariah semestinya menegakkan prinsip-prinsip Islam seperti:
1. Meyakini bahwa kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dumiliki siapa pun secara
mutlak
2. Kebebasan muamalah diberikan kepada manusia sepanjang masih bersesuaian dengan syariah
islam
3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur bumi
4. Menjunjung tinggi keadilan dan menolak semua bentuk ribawi dan pemusatan sumber daya
ekonomi pada segelintir orang.
Karena tidak mengenal bentuk ribawi, maka bunga atas modal tidak ada dalam koperasi
syariah. Konsep bunga diganti dengan sistem bagi hasil. Demikian pula dalam hal kebersamaan
dalam koperasi syariah bukanlah diartikan sebagai demokrasi dengan satu orang satu suara.
Namun, kebersamaan harus diterjemahkan sebagai musyawarah.
Kalau dilihat dari keberadaan simpanan pokok, wajib, dan suka rela, pada dasarnya koperasi
syariah dapat didirikan atas dasar prinsip syirkah mufawadhah dan syirkatul inan. Syirkah
mufawadhah adalah perkongsian antara dua orang atau lebih, dengan masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (simpanan pokok dan wajib)yang sama. Sedangkan simpanan suka
rela tergantung pada masing-masing anggota. Bentuk-lain adalah syirkatul inan, yaitu
perkongsian dua orang atau lebih dengan kontribusi dana dari masing-masing anggota kongsi
bervariasi. Dana itu dikembangkan bersama-sama dan pembagian keuntungarmya berdasarkan
kesepakatan bersama.
Satu hal yang harus disepakati bersama, misi utama koperasi adalah mengembangkan
kesejahteraan anggota melalui investasi dan usaha-usaha lainnya. Maka dari itu, pinjaman
anggota untuk kegiatan produktif harus diutamakan. Sedangkan pinjaman untuk kegiatan
konsumtif seyogyanya sangat dibatasi.
Tujuan Koperasi Syariah
Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut
membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
Fungsi dan Peran Koperasi Syariah
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya
2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah,
professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam
3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta
5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan
kontrol terhadap koperasi secara efektif
6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja
7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota
Landasan Koperasi Syariah
1. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2. Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan
3. Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan as-sunnah dengan saling
tolong menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful).
Prinsip Ekonomi Islam dalam Koperasi Syariah
1. Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara
mutlak.
2. Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah.
3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi
4. Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber
dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.
Prinsip Syariah Islam dalam Koperasi Syariah
1. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka
2. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen (istiqomah).
3. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional
4. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota
5. Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional menurut sistem
bagi hasil
6. Jujur, amanah dan mandiri
7. Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dan sumber daya
informasi secara optimal
8. Menjalin dan menguatkan kerjasama antar anggota, antar koperasi, serta dengan dan atau
lembaga lainnya.
Usaha Koperasi Syariah
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat
(thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun
ketidakjelasan (ghoro).
Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana
tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan
ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Modal Awal Koperasi
Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di
dalam intern pendiri. Selain itu, mendirikan koperasi syariah memerlukan perencanaan yang
cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan. Adapun agar diakui keabsahannya, hendaklah
koperasi syariah disahkan oleh notaris. (Biaya pengesahan relatif tidak begitu mahal, berkisar
300 ribu rupiah).
Untuk mendirikan koperasi syariah, kita perlu memiliki modal awal. Modal Awal
koperasi bersumber dari dana usaha. Dana-dana ini dapat bersumber dari dan diusahakan oleh
koperasi syariah, misalkan dari Modal Sendiri, Modal Penyertaan dan Dana Amanah
Modal Sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, Hibah, dan
Donasi, sedangkan Modal Penyerta didapat dari Anggota, koperasi lain, bank, penerbitan
obligasi dan surat utang serta sumber lainnya yang sah. Adapun Dana Amanah dapat berupa
simpanan sukarela anggota, dana amanah perorangan atau lembaga
BAB III
PENUTUP/KESIMPULAN/RINGKASAN
Filosofi koperasi secara umum sudah mendekati konsep syariah. Namun, masih
diperlukan beberapa penajaman bahkan perubahan, agar benar-benar sesuai syariah.
Koperasi syariah berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan
sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
Perkembangan koperasi di Indonesia yang sangat tidak membahagiakan belakangan ini
justru diwarnai dengan perkembangan koperasi dengan sistem syariah. Koperasi syariah justru
berkembang ditengah ribuan koperasi di Indonesia yang terhenti usahanya. Sebab, hingga kini
ternyata sudah ada 3000 koperasi syariah di Indonesia yang mampu menghidupi 920 ribu unit
usaha kecil.
Mungkin fenomena itu menjadi sesuatu yang mencengangkan. Sebab ditengah pesimisme
masyarakat terhadap kemampuan koperasi, koperasi syariah justru mulai menunjukkan
eksistensinya, meskipun belum banyak dikenal masyarakat luas. Namun ditengah kondisi
masyarakat yang menyangsikan koperasi syariah tersebut, ada harapan besar bagi koperasi
syariah untuk tumbuh dan berkembang. Sebab cara kerja koperasi yang mengedepankan asas
kebersamaan dan keadilan, koperasi syariah menjadi unit usaha yang berprespektif. Sebab unit
usaha yang dibangun dengan sistem syariah selama ini, nampaknya mulai menjadi lirikan
masyarakat.
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan membutuhkan
pengelolaan syariah, nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan
berkembang. Sehingga manfaat berganda dari pengelolaan koperasi syariah bagi para anggota
dan pengelolanya.