makalah budaya kerja syariah
TRANSCRIPT
BUDAYA KERJA SYARIAHMakalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam Disiplin Ilmu
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
Rizki Apriliyandi - 434334022014083
Marya Hartanty Oktaviany – 43433402014365
Aris Trianto - 434334022014440
Citra Anggraeni - 434334022014458
Nisa Nur Aisyah - 434334022014425
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PASUNDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Budaya Kerja Syariah”
ini dengan baik meskipun ada kekurangan di dalamnya. Kami haturkan terima kasih pada
Bapak Drs. H. Dadang Wahidin, M.M. selaku Dosen mata kuliah Islam Disiplin Ilmu yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai budaya kerja syariah, dan juga bagaimana aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya.
Bandung, April 2015
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Batasan Masalah 2
1.3. Tujuan Pembahasan 2
BAB II 3
2.1. Budaya 3
2.2. Budaya Kerja 4
2.3. Syariah 5
2.4. Budaya Kerja Syariah 6
2.5. Sifat-Sifat Rasul (Uswatun Hasanah) 6
BAB III 8
3.1. Shiddiq 8
3.2. Istiqomah 9
3.3. Fathanah 10
3.4. Amanah 12
3.5. Tabligh 14
BAB IV 17
DAFTAR PUSTAKA 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak
awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah SWT, bukan sesuatu yang diminta apalagi
dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang
yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab
melayani rakyat.
Dalam menjalankan kepemimpinan yang islami, seorang pimpinan harus tegas,
paham visi misi dan tujuan organisasi, selalu melakukan musyawarah dalam
menentukan sebuah keputusan dan bersikap terbuka. Dengan demikian, maka
pemimpin tersebut memiliki kemampuan untuk memberi teladan, memberikan motivasi
kepada bawahan, menempatkan bawahan sesuai skillnya dan kemudain memberi
reward kepada bawahan.
Setelah seseorang mampu memiliki sifat pemimpin yang islami dan memiliki
kemampuan pemimpin yang islami, maka hendaknya seorang pemimpin harus dapat
memaknai jabatannya dalam organisasi, bahwa jabatan yang diemban oleh seorang
pemimpin seharusnya dijadikan sebagai peluang untuk beribadah kepada Allah,
peluang untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada orang lain,
(masyarakat), peluang untuk mensejahterakan kehidupan bersama, dan peluang untuk
meningkatkan dakwah islamiyah dalam berbagai bidang kehidupan.\
Seorang pemimpin juga harus mempunyai etos kerja yang islami, yaitu
mempunyai keterkaitan individu terhadap Allah, berusaha dengan cara yang halal,
semua elemen harus dipekerjakan secara professional dan wajar, tidak melakukan
pekerjaan yang mendurhakai Allah, dan professionalisme dalam setiap pekerjaan.
Dalam dunia bisnis saat ini, seseorang dituntut untuk memiliki sifat dan
kemampuan sebagai seorang pemimpin, karena disamping untuk memimpin perusahaan
dan anak buahnya, seseorang tersebut harus dapat mempimpin dirinya sendiri. Oleh
karena itu, seorang pemimpin harus menerapkan beberapa hal yang dapat mendukung
1
lingkungan kerja dalam perusahaanya. Hal-hal tersebut diantaranya sifat Shiddiq,
Tabligh, Amanah, Fathonah. Keempat sifat ini adalah sifat-sifat Nabi Muhammad
SAW, ditambah Istiqomah untuk menyempurnakannya. Sehingga kelima sifat ini
disebut Budaya Kerja Syariah.
1.2. Batasan Masalah
Membahas mengenai Budaya Kerja Syariah yang ditekankan pada dunia bisnis
dan kaitannya dengan sifat-sifat Naibi Muhammad SAW.
1.3. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan Budaya Kerja Syariah ini diantaranya :
1. Mengetahui sifat-sifat Nabi Muhammad SAW
2. Mengetahui implementasi sifat-sifat tersebut dalam dunia bisnis
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Adapun Pengertian menurut beberapa ahli, diantaranya adalah
a. Koentjaraningrat
Budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya
dengan belajar.
b. E.B. Taylor
Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
c. Linton
Budaya adalah : Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang
merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu
masyarakat tertentu.
d. Kluckhohn dan Kelly
3
Budaya adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang
eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai
pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.
Jadi, bisa diartikan bahwa budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
2.2. Budaya Kerja
Budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam
suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,
pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
Menurut Sjafrie Mangkuprawira budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi,
perilaku dan keyakinan yang dianut oleh tiap individu karyawan dan kelompok
karyawan tentang makna kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai tujuan
organsiasi dan individual.
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM
yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai
tantangan di masa yang akan datang.
Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1. meningkatkan jiwa gotong royong
2. meningkatkan kebersamaan
3. saling terbuka satu sama lain
4. meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. meningkatkan rasa kekeluargaan
6. membangun komunikasi yang lebih baik
7. meningkatkan produktivitas kerja
8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.
4
2.3. Syariah
Ada beberapa definisi syariah yang diungkapkan oleh para pakar, memang
berbeda-beda karena istilahnya yang sulit untuk dimaknai secara lugas. Berikut ini
adalah beberapa pengertian syariah menurut para ahli.
a. Imam Al-Quthurbi
Syariah adalah agama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-
Nya yang terdiri atas berbagai hukum dan ketentuan.
b. Ar-Razi
Syariah yang berasal dari syara'a bisa bermakna nahaja(menempuh), awdhaha
(menjelaskan) dan bayyan-al masilik (menunjukkan jalan).
c. Muhammad Ali A-Sayis
Syariah adalah jalan yang lurus.
d. Al-Jurjani
Syariah adalah mazhab dan jalan yang lurus.
e. Syekh Mahmud Syaltut
Syariah adalah hukum-hukum dan tata aturan yang disyariatkan oleh Allah bagi
hamba-Nya untuk diikuti.
f. Faruq Nabhan
Syariah adalah segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-
Nya.
g. Manna Al-Qaththan
Syariah adalah segala ketentuan yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya, baik
menyangkut aqidah, ibadah, akhlak, maupun muamalat.
Dari beberapa pengertian syariah menurut para ahli di atas, kita bisa
menyimpulkan secara sederhana bahwa syariah adalah segala macam aturan yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia, baik yang berkaitan dengan hukum pokok
maupun hukum cabang yang berasal dari Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW.
Syariah atau syariat Islam akan tetap sama dalam segi hukum dan penerapannya, tetapi
5
bisa diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat ini. Hal
tersebut dikarenakan petunjuk-petunjuk yang dibawa dalam hukum syariat tersebut bisa
membawa manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mematuhi
segala syariah Islam tidak akan ada ruginya. Hati dan iman kita akan semakin tebal dan
tenang, menjalani hidup juga akan menjadi lebih baik, penuh berkah, dan pastinya
mendapat rahmat dari Allah SWT.
2.4. Budaya Kerja Syariah
Berdasarkan dua poin sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Budaya Kerja
Syariah adalah suatu falsafah dengan didasari pada Al-Qur’an dan hadits Nabi
Muhammad SAW sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong
yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku,
cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
Budaya Kerja Syariah diadaptasi dari keempat sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu
Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah yang sering disebut juga Uswatun Hasanah.
Kemudian ditambahkan sifat Istiqomah untuk melengkapinya.
2.5. Sifat-Sifat Rasul (Uswatun Hasanah)
Secara terminologi, kata al – uswah berarti orang yang ditiru, bentuk jamaknya
adalah usan . Sedangkan hasanah berarti baik. Dengan demikian uswatun hasanah
adalah contoh yang baik, kebaikan yang ditiru, contoh indentifikasi, suri tauladan atau
keteladanan.
Definisi uswatun hasanah dalam Al –Qur’an dijelaskan dalam QS. Al-
Mumtahanah : 4 dan 6
6
“ Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan
orang – orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata pada kaum mereka :
“sesungguhnya kami berlepas diri daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama – lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja, kecuali perkataan
Ibrahim kepada bapaknya , “sesungguhnya aku kan memohonkan ampunan bagi kamu
dan tiada dapat menolak sedikitpun dari siksaan Allah’’, Ibrahim Ibrahim berkata : “ ya
tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah
kami kembali(: 4)”
“ Sesungguhnya pada mereka itu ( Ibrahim dan umatnya ) ada teladan yang baik
baginya, yaitu bagi orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari
kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha
Kaya lagi Maha Terpuji (:6)”
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Shiddiq
Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta
perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang
disengaja antara ucapan dan perbuatan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan orang-
orang yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddia dan menciptakan
lingkungan yang shiddiq. Perhatikan firman-Nya,
Artinya : "Hai orang-orangyang beriman bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah: 119).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda,
"Hendaklah kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan.
Dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam surga. Seseorang yang selalu berusaha
untuk jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kamu
sekalian kidzb (dusta), karena dusta itu akan mengantarkan kepada kejahatan. Dan
kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka. Seseorang yang selalu berdusta akan
dicatat oleh Allah sebagai pendusta." (HR Bukhari).
Dalam dunia kerja dan usaha, kejujuran ditampilkan dalam bentuk kesungguhan
dan ketepatan (mujahadah dan itqan), baik ketepatan waktu, janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi) untuk kemudian
diperbaiki secara terus menerus, serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu
(baik pada diri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra kerja).
8
Begitu pula seorang pemimpin senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam
sepanjang kepemimpinannya, benar dalam mengambil keputusan-keputusan dalam
perusahaan yang bersifat strategis. Keputusan strategis tersebut menyangkut visi/misi,
dalam menyusun rencana dan sasaran secara objektif, serta efektif dan efisien dalam
implementasi dan operasionalisasinya di lapangan. Pemimpin berlaku jujur, baik
kepada company (pemegang saham), customer (nasabah), competitor (pesaing),
maupun kepada people (karyawannya sendiri), sehingga bisnis ini benar-benar
dijalankan dengan prinsip-prinsip kebenaran dan kejujuran.
Sifat shiddiq bagi seorang pemasar haruslah menjiwai seluruh perilakunya dalam
melakukan pemasaran. Ia akan senantiasa shidiq dalam berhubungan dengan
pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian dengan
mitra bisnisnya. Ia senantiasa mengedepankan kebenaran informasi yang diberikan dan
jujur dalam menjelaskan keunggulan produk-produk yang dimilikinya. Sekiranya dalam
produk yang dipasarkan terdapat kelemahan atau cacat, maka ia menyampaikan secara
jujur kelemahan atau cacat dalam produknya kepada calon pembeli.
Misal, seorang pedagang buah-buahan hendaknya tidak mengurangi timbangan
dagangannya, sehingga pelanggannya merugi. Seorang pemasar perbankan harus
menerangkan resiko kepada calon nasabah dalam mengambil kredit di bank. Seorang
pimpinan perusahaan akan membagi keuntungan perusahaan kepada pemegang saham
sesuai dengan perjanjian.
Inilah bisnis syariah yang diwarnai oleh sifat shiddiq-nya Nabi Muhammad
SAW, sebagaimana beliau juga mencontohkan hal yang sama ketika melakukan
perdagangan.
3.2. Istiqomah
Istiqamah artinya konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik meskipun
menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan
dengan keteguhan, kesabaran, serta keuletan, sehingga menghasilkan sesuatu yang
optimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus
menerus. Misalnya interaksi yang kuat dengan Allah dalam bentuk sholat, zikir,
membaca Al Qur’an, dan lain-lain. Semua proses itu akan menumbuh-kembangkan
9
suatu sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasikan
dengan baik.
Orang dan lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan
ketenangan sekaligus mendapatkan solusi serta jalan keluar dari persoalan yang ada.
Firman Allah dalam surat Fushilat: 30-31.
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah
kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta.” (Fushilat : 30-31)
Seorang pengusaha kecil yang istiqomah akan mendapat kesuksesan nantinya,
dikarenakan sikap yang teguh dan sabar menghadapi rintangan dalam proses menuju
kesuksesan tersebut. Begitupun karyawan atau pegawai, jika seorang karyawan biasa
mempunyai sikap yang istiqomah bukan tidak mungkin akan menjadi seorang manajer,
karena karyawan tersebut akan menunjukkan konsistensinya dalam bekerja di
perusahaannya.
3.3. Fathanah
Fathanah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala
hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan
kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan
inovatif hanya mungkin dimiliki ketika seorang selalu berusaha untuk menambah
10
berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi, baik yang berhubungan dengan
pekerjaannya maupun perusahaan secara umum. Sifat fathanah (perpaduan antara alim
dan hafidz) telah mengantarkan Nabi Yusuf a.s. dan timnya berhasil membangun
kembali Negeri Mesir.
Artinya : "Berkata Yusuf, Jadikanlah aku bendaharawan Negara (Mesir).
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan." (Yusuf:
55)
Sifat fathanah pulalah yang mengantarkan Nabi Muhammad saw. (sebelum
menjadi nabi) mendapat keberhasilan dalam kegiatan perdagangan. (Riwayat Imam
Bukhari)
Sifat fathanah dapat dipandang sebagai strategi hidup setiap Muslim. Seorang
Muslim harus mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-Nya untuk
mencapai Sang Kholiq. Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan
pada manusia adalah akal (intelektualitas). Allah dalam Al-Quran selalu menyindir
orang-orang yang menolak seruan untuk kembali (tobat) kepada-Nya dengan kalimat
"Apakah kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak menggunakan akalmu? Allah
menciptakan siang dan malam, menjadikan gunung-gunung, tanaman-tanaman yang
berbeda sebagai tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir." Allah SWT. Berfirman
:
Artinya : "Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sunqai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-
buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya
11
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan" (AI-Ra'd : 3).
Implikasi ekonomi sifat fathanah dalam bisnis adalah segala sesuatu aktivitas
dalam manajemen suatu perusahaan harus dengan kecerdasan. Yakni dengan
mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan.
Sebagai contoh, seorang pemasar harus memiliki product knowledge atau
pengetahuan tentang produk yang dipasarkannya, sehingga dia tahu kelebihan apa yang
perlu ditonjolkan dan dijelaskan untuk menarik minat pelanggannya. Contoh lainnya
adalah Seorang manajer yang mengerti akan tugas pokoknya di perusahaan akan
memiliki kinerja yang baik dibanding mereka yang tidak, karena dengan mengerti tugas
pokok maka setiap pekerjaan akan dilakukan secara fokus.
Memiliki sifat jujur, benar, dan bertanggung jawab saja tidak cukup dalam
mengelola bisnis secara profesional. Para pelaku bisnis syariah juga harus memiliki
sifat fathanah, yaitu sifat cerdas, cerdik, dan bijaksana, agar usahanya bisa lebih efektif
dan efisien serta mampu menganalisis situasi persaingan (competitive setting) dan
perubahan-perubahan (changes) di masa yang akan datang.
3.4. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel. Amanah bisa
juga bermakna keinginan untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Seorang
pebisnis haruslah memiliki sifat amanah, karena Allah menyebutkan sifat orang-orang
mukmin yang beruntung adalah yang dapat memelihara amanat yang diberikan
kepadanya. Allah Swt. Berfirman:
Artinya : "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janji janjinya"
(AI-Mu'minun : 8).
Konsekuensi amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya, baik
sedikit ataupun banyak, tidak mengambil lebih banyak daripada yang ia miliki, dan
tidak mengurangi hak orang lain, baik itu berupa hasil penjualan, fee, jasa atau upah
buruh.
12
Amanah juga berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban yang diberikan kepadanya. Amanah dapat ditampilkan dalam bentuk :
keterbukaan, kejujuran, dan pelayanan yang optimal kepada nasabah. Allah SWT.
berfirman,
Artinya : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat" ( An-Nisa' : 58 ).
Rasulullah Saw. bersabda, "Bahwa amanah akan menarik rezeki, dan sebaliknya
khianat akan mengakibatkan kefakiran"(HR AI-Dailami).
Sifat amanah ini akan membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh
tanggung jawab pada setiap individu Muslim. Kumpulan individu dengan kredibilitas
yang tinggi akan melahirkan masyarakat yang kuat, karena dilandasi oleh saling
percaya antar anggotanya.
Dalam dunia bisnis dapat diambil contoh adanya kerja sama antara dua
perusahaan, perusahaan yang amanah akan memegang teguh pada perjanjian yang telah
disetujui kedua belah pihak sebelumnya. Apabila salah satu pihak ada yang melanggar
perjanjian, maka perjanjian tersebut batal. Dalam dunia bisnis kepercayaan itu mahal.
Praktik perdagangan yang Islami, mengenal adanya istilah "perdagangan atas
dasar amanah". Adanya salah satu pihak yang khianat atas amanah yang dipercayakan
kepadanya bisa mengakibatkan pembatalan akad perjanjian. Misalnya, pihak pengelola
13
ternyata menggunakan dana tersebut untuk memperkaya diri sendiri, atau untuk bisnis
yang diharamkan Allah SWT. Karena itu, Rasulullah SAW. Mengatakan:
"Allah azza wa jalla berfirman: 'Aku adalah pihak ketiga dari kedua belah pihak
yang berserikat selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya. Jika
salah satu dari keduanya telah mengkhianati temannya, Aku berlepas diri dari
keduanya" (HR Abu Dawud).
Dalam riwayat lain disebutkan,
"Tangan Allah menyertai kedua orang berserikat selama salah satu dari keduanya
tidak mengkhianati yang lain. Apabila salah satu dari keduanya telah mengkhianati
temannya, Dia mengangkat kembali tangan-Nya dari keduanya" (H R AI-Duruquthni).
3.5. Tabligh
Sifat tabliqh artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang memiliki sifat
tabligh, akan menyampaikan sesuatu dengan benar (berbobot) dan dengan tutur kata
yang tepat (bi al-hikmah). Seorang pemimpin dalam dunia bisnis haruslah menjadi
seseorang yang mampu mengkomunikasikan visi dan misinya dengan benar kepada
karyawan dan stakeholder lainnya.
Seorang pemasar harus mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan
produknya dengan jujur dan tidak berbohong dan menipu pelanggan. Dia harus menjadi
seorang komunikator yang baik yang bisa berbicara benar dan bi al-hikmah (bijaksana
dan tepat sasaran) kepada mitra bisnisnya. Kalimat-kalimat yang keluar dari ucapannya
"terasa berat" dan berbobot. AI-Quran menyebutnya dengan istilah qaulan sadidan
(pembicaraan yang benar dan berbobot) . Allah berfirman,
14
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar (qaulan sadidan), niscaya Allah memperbaiki bagimu
amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah
dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yanq besar"
( AI-Ahzab : 70-71).
Dalam ayat yang lain disebutkan,
Artinya : ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. ( An-Nisa' : 9).
Alangkah mulianya jika dalam mengelola bisnis kita memiliki pemimpin,
karyawan, atau pemasar yang bisa dipercaya karena kesalehan dan kejujurannya, yang
di cintai karena kepribadian dan kecerdasannya, sehingga bisa menjadi panutan bagi
siapa saja yang berinteraksi dengannya. Kata-katanya selalu menjadi rujukan dan
didengarkan karena mengandung kebenaran dan memiliki makna yang dalam.
Antisipasinya jauh ke depan, menjangkau masa yang akan dilalui suatu bisnis. Seorang
pebisnis Islami selain harus memiliki gagasan-gagasan segar, ia juga harus mampu
mengkomunikasikan gagasan-gagasannya secara tepat dan mudah dipahami oleh siapa
pun yang mendengarkan.
15
Misalkan seorang salesman yang mempunyai product knowledge yang baik,
apabila tidak bisa memaparkan dan menjelaskan produknya kepada pelanggan dengan
baik, maka hal itu tidaklah efektif. Berbeda dengan salesman yang cakap dalam
menjelaskan produknya kepada pelanggan, pastilah penjualan produknya akan lebih
efektif.
Contoh lainnya adalah ketika seseorang ditunjuk sebagai delegasi sebuah
perusahaan untuk bertemu dengan klien untuk membahas kerja sama. Apabila orang
yang ditunjuk tersebut kurang mampu memaparkan kelebihan perusahaannya, maka
akan sedikit kemungkinan kerja sama tersebut berhasil.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang meliputi : shiddiq, amanah, fathonah, dan
tabligh bersifat universal. Artinya sifat-sifat ini tidak hanya sebatas diterapkan di bidang
dakwah tetapi juga dapat diterapkan di bidang kehidupan lainnya, termasuk di bidang bisnis
syariah. Penerapan sifat-sifat tersebut dalam bisnis syariah biasanya disempurnakan dengan
sifat istiqomah. Empat sifat Nabi SAW dalam perspektif syariah dapat menjadi key success
factors (KSF) dalam mengelola suatu bisnis, agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang
tinggi. Sifat – sifat ini sudah sangat dikenal di kalangan ulama, tapi masih jarang
diimplementasikan khususnya dalam dunia bisnis.
Dalam dunia bisnis implementasi sifat-sifat ini dapat memberikan perubahan yang baik,
baik pada individu yang terikat dalam bisnis tersebut maupun perusahaan. Hal ini berlaku
juga apabila sifat-sifat ini diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://berbagiidedanpikiran.blogspot.com/2011/12/penerapan-sifat-sifat-nabi-saw-
dalam.html
Hafidudhin, Didin & Hendri Tanjung, 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktik.
Jakarta. Gema Insani
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://www.lintasberita.web.id/pengertian-budaya-menurut-para-ahli/
Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM,
http://id.wikimedia.org/wiki/budaya kerja
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-
manfaat-penerapannya-pada-lingkungan-sekitar.html
Mangkuprawira,Sjafrie, Juni 2007 . Budaya Kerja. Internet – Rona Wajah
http://dilihatya.com/1646/pengertian-syariah-menurut-para-ahli
18