makalah blok 12

Upload: anonymous-qwse0yvwf

Post on 19-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

enjoy it

TRANSCRIPT

Vesikel yang berkelompok dan multiforme pada muka menjalar ke seluruh tubuhKarolus Refan Dake

102010275F7Pendahuluan

Insidensi infeksi selalu berubah sehingga menjadi salah satu alasan mengapa studi tentang penyakit infeksi sangat menarik. Walaupun beberapa penyakit telah dapat dikendalikan dengan sanitasi yang lebih baik, hygiene, vaksin, obat-obatan, namun beberapa penyakit baru muncul dan baru diketahui memilki dasar infeksi. Di negara berkembang yang miskin sumber daya, penyakit infeksi terus mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Di negara maju, gambaran penyakit infeksi pada awal abad 21 yaitu cacar, kolera, tifus dan hingga sampai saat ini masih belium diketahui obatnya yaitu HIV. Pada kasus yang akan kita bahas nanti berkaitan dengan salah satu penyakit infeksi, diharapkan kita mampu mengerti ciri-ciri penyakit sehingga dapat menegakan diagnosis yang ada. Dengan demikian kita dapat mengetahui terapi yang sesuai bagi pasien yang menderita penyakit tersebut dengan memperhatikan kondisi pasien. Hipotesis pada kasus ini yaitu pasien di duga menderita penyakit Varisela.

Alamat korespondensi :

Mahasiswa semester 3, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No 6, Jakarta Barat 11510, No telp (021) 5694061, Fax (021) 5631731

Email : [email protected]

1) Anamnesa Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai manusia dan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta mulai membina suatu hubungan saling percaya.

Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan lingkungan yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada tempat yang dapat diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.

Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien. Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja dapat mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit , tetapi juga kelainan yang terjadi dan penyebabnya.1,2Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yang diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.

Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain :

1. Identitas pasien

Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi dan sebagainya.2. Keluhan Utama ( Presenting Symptom)

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang membawa pasien tersebut pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut.

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang berobat.

4. Riwayat penyakit dahulu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.

5. Riwayat kesehatan

Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggi badan), riwayat makanan dan imunisasi6. Riwayat keluarga

7. Riwayat Pribadi

Meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga dilakukan anamnesis gizi yang seksama, meliputi jenis makanan, kuantitas dan kualitasnya. Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, minum alkohol, termasuk penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba).

Dalam deteksi kasus anamnesis ini,yang di pertanyakan adalah :

1. Bagaimana keluhanya (sejak kapan, bagaimana pola penyebaran baik secara anastomis maupun perjalana pnyakitnya, sudah berapa lama, ada gejala tambahan seperti apakah lesi kulit tersebut terasa gatal atau nyeri, pusing, panas, flu dan lainnya)

2. Riwayat iminusasi dari anak tersebut lengkap atau tidak

3. Riwayat keluarga adakah yang menderita penyakit yang sama4. Ada atau tidak penyakit lain yang menyertai ataukah pernah menderita sebelumnya

5. Adakah konsumsi obat sejak timbul penyakit (bagaimana respon terhadap obat yang diberikan) 1,2,32) Pemeriksaan fisik

I. Umum

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.Pemeriksaan Tanda vital:a. SuhuPemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.

Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat, yaitu :

1. ketiak

2. mulut

3. anus

Nilai setandar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat, yaitu:

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5C

Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40C

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C

b. Tekanan darahTekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.

Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

c. DenyutDenyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.

d. Kecepatan pernapasanBeraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas per menit.

II. Pemeriksaan Lokal:

Lokalisasi

Terutama terdapat pada badan, sedikit pada wajah dan daerah ektremitas. Mungkin juga timbul pada mulut, pallatum mole dan faring.

Efloresensi (ruam)

Vesikel berukuran miliar sampai lentikular, disekitarnya terdapat daerah eritomatosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesikel mulai dari eritema, vesikula, pustula, skuama, hingga skiatriks (polimorf).A. Efloresensi Primer

Makula: Perubahan warna semata-mata yang berbatas tegas (sirkumskripta).Papula:Benjolan berbatas tegas yang menonjol di permukaan kulit dengan ukuran miler (seujung jarum pentul), lentikuler (sebesar biji jagung) atau kurang dari 1 cm. Bila ukurannya lebih dari 1 cm (numuler) disebut Tuber.bila ukurannya lebih dari 1 cm dan permukaannya datar disebut plakat(Plaque).

Nodus: Benjolan padat berbatas tegas pada permukaan kulit yang letaknya lebih dalam dari papul, sehingga tidak menonjol. Bila ukurannya lebih kecil disebut nodulus.Urtika:

Edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan

Vesikel: Gelembung berisi cairan serosa yang mempunyai atap dan dasar, dengan ukuran kurang dari 1 cm. Bila berisi pus disebut pustula dan bila berisi darah disebut vesikel hemoragik.Bula: Gelembung berisi cairan serosa, yang mempunyai atap dan dasar, dengan ukuran lebih dari 1 cm. Bila berisi pus disebut pus purulen, dan bila berisi darah disebut bula hemoragik.

Kista

: Rongga berkapsul berisi cairan atau massa lunak.1,2B. Efloresensi Sekunder

Skuama: Penglupasan lapisan korneum. Bila penglupasannya lebar seperti daun disebut eksfoliasi. Skuama yang berbentuk lingkaran (circiner) disebut colorette.

Krusta: Cairan tubuh yang mengering di atas kulit. Bila berasal dari serum, maka warnanya kuning muda; bila berasal dari darah, warnanya merah tua atau hitam; bila berasal dari pus berwarna kuning tua atau coklat; dan bila berasal dari jaringan nekrotik berwarna hijau.

Erosi: Hilangnya jaringan kulit yang tidak melampaui lapisan basal;pada permukaannya biasanya akan tampak serum

Ekskoriasi: Kehilangan jaringan kulit yang telah melewati lapisan basal; pada permukaannya tampak darah

Ulkus

: Kehilangan jaringan kulit yang dalam sehingga tampak tepi, dinding, dasar, isi.

Fisura: Belahan kulit tanpa kehilangan jaringan kulitnya.

Sikatriks: Jaringan parut dengn relief tidak normal, permukaan licin mengkilat, adneksa kulit tidak ada. Bila tampak cekung disebut sikatriks atrofik, sedangkan bila menonjol disebut sikatriks hipertrofik.

Keloid: Sikatriks hipertropik yang petumbuhannya melalui batas luka.1,3Pemeriksaan Laboratorium

Dapat dilakukan dengan percobaan Tzanck dengan menggunakan sediaan hapus yang diwarnai dengan giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel akan didapati sel datia berinti banyak. Pemeriksaan Serologi

Digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos dengan varisela. Identifikasi virus varisela zoster secara cepat diindikasikan pada kasus yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fluorescent Antibody (IFA), Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test (NT), dan Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama memberikan imunitas yang pasti pada anak.

RadiologiFoto toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.A. Etiologi

Varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela, kemudian setelah penderita sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela, dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dariu fibroblast paru embrio manusia.4 B. Epidemiologi

Varicella terdapat di seluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin. Vericella terutama mengenai anak anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada anak anak dibawah usia 10 tahun dan 5 % kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4%. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.C. Patofisiologi

Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel dan akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk menghentikan viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak, dan organ lain. Virus varisela zoster menjadi laten di sel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi primer. Reaktivasinya menyebabkan ruam vesicular terlokalisasi yang biasanya melibatkan penyebaran dermatom dari satu saraf sensoris; perubahan nekrotik ditimbulkan pada ganglia terkait, kadang-kadang meluas kedalam kornu posterior. Varisela mendatangkan imunitas humoral dan seluler yang sangat protektif terhadap infeksi ulang bergejala.Supresi imunitas seluler pada virus varisela zoster berkorelasi dengan penambahan risiko reaktivasi virus varisela zoster sebagai herpes zoster. Biasanya varisela di tularkan melalui kontak langsung atau droplet, infeksi varisela pada negara musim dingin dan awal musin semi. Di Amerika terjadi pada bulan januari sampai juni. Di Indonesia, varisela di duga sering terjadi pada pergantian musim hujan ke musim panas begitupun sebalikanya.5,6 Gambar I. Jalur penularan.D. Diagnose kerja:Cacar Air (Varisela, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.

Varicella atau cacar air. Diagnosis cacar air dilakukan secara klinis, artinya dari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan laboratorium hanya dibutuhkan pada pasien dengan gejala yang tidak khas atau kompleks, atau untuk menentukan status kekebalan terhadap VZV (Varicella Zoster Virus) pada orang-orang dengan risiko tinggi jika terinfeksi VZV.7E. Diagnose pembanding:

VariolaVariola adalah penyakit akut menular dengan gejala umum yang berat, yang disebabkan virus variola.

Patofisiologi : Terdapat perubahan khas di kulit, selaput lender dan organ tubuh. Di kulit terjadi perubahan kapiler pada lapisan korneum. Terjadi pula degenerasi sel lapisan epidermis, sehingga sel-sel membengkak dan dekat nucleus tampak badan Guarnieri yang terdiri dari badan elementer virus sebesar 2-8 mikron. Sel-sel tersebut pecah menjadi vesikel yang berserambi banyak. Terdapat cekungan di tengah-tengah vesikel (seperti bentuk umbilicus) yang merupakan tanda khas dari variola.

Penyembuhan kemudian terjadi tanpa menimbulkan bekas kecuali pada muka dengan banyak kelenjar keringat atau bila ada infeksi sekunder. Pada selaput lendir pernapasan dan pencernaan dapat terjadi kelainan seperti pada di kulit. Di hati, limpa dan sumsum tulang terjadi nekrosis dan poliferasi.

Impetigo KrustosaImpetigo krustosa (impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox) merupakan infeksi streptococcus primer yang sering berkombinasi dengan staphylococcus, ditandai dengan vesikel berdinding tipis yang diskret (tersebar), cepat menjadi pustule yang kemudian rupture.

Patofisiologi : Penyakit ini dimulai dengan macula eritematosa yang berkembang menjadi vesikel/bula dalam waktu singkat, kemudian pecah mengeluarkan secret seropurulen dan menjadi krusta kuning keemasan, menebal dan mudah lepas. Krusta dapat dilepaskan dengan cepat, meninggalkan permukaan yang halus, merah dan lembab. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Umunya tidak disertai gejala konstitusi, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi pada bagian tubuh yang lebih terbuka seperti wajah, yakni sekitar lubang hidung dan mulut, tangan, leher dan ekstremitas. Penyebaran melalui jari, handuk dan alat-alat rumah tangga yang sering digunakan. Impetigo BulosaPenyakit ini merupaka infeksi bakteri, yaitu Staphylococcus aureus. Patofisiologi:

Keadaan umum baik, tetapi dapat timbul gejala konstitusi berupa malaise dan demam. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung, atau daerah yang tidak tertutup pakaian. Terdapat pada anak, bayi dan orang dewasa. Umumnya sangat menular.

Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula hipopion. Kadang-kadang waktu pasien dating berobat, vesikel/bula telah pecah sehingga yang tampak hanya kolerat dan dasarnya yang masih eritematosa, erosi dan eksoriasis.8F. Penatalaksanaan

a. Non medika Mentosa

Pada anak imunkompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu:I. Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah

II. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

III. Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya sindroma Reye.

IV. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan.b. Medika Mentosa

Obat AntivirusI. Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan, waktu penyembuhan akan lebih singkat.II. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi di kulit muncul.III. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir.IV. Dosis antivirus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster:

Neonatus : Asiklovir 500 mg/m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari

Anak (2-12 tahun) : Asiklovir 4x20 mg/kg BB/hari/oral selama 5 hari

Pubertas dan dewasa:1. Asikovir 5x800 mg/hari/oral selama 7 hari2. Valasiklovir 3x1 gr/hari/oral selama 7 hari3. Famasiklovir 3x500 mg/hari/oral selama 7 hari.9G. Prognosis

Prognosis baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit jika perawatan teliti dan higieni dijaga. Namun, jika terdapat komplikasi dan tidak mendapatkan pengobatan secara dini dan tepat akan mengalami kematian.

Anak-anak yang imunocompremise mempunyai resiko yang lebih besar untuk menjadi parah dan meninggal. Angka mortalitas pada varisela neonatus mencapai 30%. Episode ulangan varisela jarang terjadi oleh karena imunitasnya yang bertahan seumur hidup. Yang menjadi komplikasi dari varisela tersebut, antara lainnya :

a) Ensefalitis

b) Pneumonia

c) Glomerulo-nefritis

d) Karditis

e) Hepatitis

f) Keratitis & vesicular conjungtivitis

g) Orchitis

h) Perdarahan ( mukosa H. Preventif

a) Aktif

Dilakukan dengan pemberian vaksin varisela yang live attenuated. Dianjurkan agar vaksin varisela ini hanya diberikan pada penderita leukemia dan penyakit keganasan yang lainnya dan penderita dengan imunologis untuk mencegah komplikasi dan kematian bila kemudian terinfeksi oleh varisela. Pada anak sehat sebaiknya vaksinasi varisela ini tidak diberikan karena bila anak tersebut terkena penyakit ini, perjalanan penyakitnya ringan, lagipula semua virus herpes dapat menyebabkan suatu penyakit laten dan akibatnya baru nyata setelah dasawarsa setelah vaksin ini diberikan.b) Pasif

Dilakukan dengan memberikan zoster imun globulin (ZIG) dari zoster imun plasma (ZIP). ZIG adalah suatu globulin-gama dengan titer antibody yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes zoster. Pemberian ZIG sebanyak 5 ml dalam 72 jam setelah kontak dengan penderita varisela dapat mencegah penyakit ini pada anak sehat, tetapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau penyakit keganasan lainnya, pemberian ZIG tidak menyebabkan pencegahan sempurna, lagi pula diperlukan ZIG dengan titer yang tinggi dan dalam jumlah yang lebih besar.

ZIP adalah plasma yang berasal dari penderita yang baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3 ml/kgbb. Pemberian ZIP dalam 1-7 hari setelah kontak dengan penderita varisela pada anak defisiensi imunologis, leukemia, keganasan lainnya mengakibatkan menurunya insidens varisela dan merubah perjalanan penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela untuk kedua kalinya.

Pemberian globulin-gama akan menyebabkan perjalanan penyakit varisela menjadi ringan tapi tidak dapat mencegah timbulnya varisela. Dianjurkan untuk memberikan globulin-gama kepada bayi yang dilahirkan dalam waktu 4 hari setelah ibunya memperlihatkan tanda-tanda varisela, ini dapat dilaksanakan pada jam-jam pertama kehidupan bayi tersebut.10Kesimpulan Berdasarkan penjabaran saya makalah saya, dapat disimpulkan bahwa pasein menderita penyakit varisela yang disebakan oleh varicella-zoster virus (VZV).DAFTAR PUSTAKA

1. Setiyohadi,B. Anamnesis dan pemeriksaan fisik buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI ; 2006. hl 20-5.

2. Bickley, LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Jakarta : penerbit EGC ; 2008. hl 97-105.3. Welsby. Clinical history taking and examination. Jakarta : penerbit EGC ; 2009. Pg 182.4. Siregar.RS. Saripati penyakit kulit. Jakarta: EGC l 2005. hl 100-102.5. Price,SA.Wilson,LM. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC ; 2006. hl 1290-1291.

6. Widoyono. Penyakit tropis : Epidemiologi, penularan dan pemberantasannya. Jakarta : penerbit PT Gelora Aksara Pratama ; 2008. hl 92.7. Djuanda A, Hamzah M., Aisah S. Penyakit virus ilmu penyakit Kulit dan kelamin. Edisi ke V. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2010. hl 115-118.

8. Mansjoer, Arif M. Penyakit virus, kapita selekta kedokteran. Jilid kedua. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia ; 2007. hl 128-13.19. Jawetz, Melnick, Adelberg. Penyakit virus. dalam : Brooks F Geo, Butel S Janet, Ornston Nicolas, editor. Mikrobiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta : ECG ; 2010. hl 422-426.

10. Hasan, Rusepno. Varicella. Ilmu kesehatan anak. Jilid Kedua. Jakarta : FKUI ; 2007.16