makalah bisnis& politik, fix

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan global untuk minyak kelapa sawit melonjak sehingga dengan cepat minyak sawit sangat berkembang pesat menjadi pilihan minyak nabati untuk digunakan dalam pembuatan makanan, kosmetik dan bahan bakar nabati (biofuel). Pada perkembangannya saat ini, permintaan minyak sawit diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada 2030 dan tiga kali lipat pada tahun 2050. 1 Seiring dengan peningkaan permintaan akan Minyak Sawit, dalam laporan UNEP tahun 2007 ditemukan fakta bahwa perkebunan kelapa sawit adalah faktor utama dari perusakan hutan tropis di Malaysia dan Indonesia. 2 Perusahaan- perusahaan minyak sawit tengah melakukan pembukaan hutan besar-besaran di kawasan paling timur Papua yang tidak tersentuh dalam rangka membuat perkebunan kelapa sawit. 1 diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : FAO. 2006. World agriculture: Towards 2030/2050. Interim Report, Rome (ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0607e/a0607e00.pdf) 2 diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Nellemann C, Miles L, Kaltenborn BP, Virtue M, and Ahlenius H [Eds] (2007), The last stand of the Orangutan – State of emergency: Illegal Logging, Fire and Palm Oil in Indonesia’s National Parks, United Nations Environmental Programme (www.unep.org/grasp/docs/2007jan-laststand-of-orangutan-report.pdf) 1

Upload: melissasuryadi

Post on 30-Jun-2015

172 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bisnis& Politik, FIX

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan global untuk minyak kelapa sawit melonjak sehingga dengan cepat minyak

sawit sangat berkembang pesat menjadi pilihan minyak nabati untuk digunakan dalam

pembuatan makanan, kosmetik dan bahan bakar nabati (biofuel). Pada perkembangannya saat

ini, permintaan minyak sawit diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada 2030 dan tiga

kali lipat pada tahun 2050.1 Seiring dengan peningkaan permintaan akan Minyak Sawit,

dalam laporan UNEP tahun 2007 ditemukan fakta bahwa perkebunan kelapa sawit adalah

faktor utama dari perusakan hutan tropis di Malaysia dan Indonesia.2 Perusahaan-perusahaan

minyak sawit tengah melakukan pembukaan hutan besar-besaran di kawasan paling timur

Papua yang tidak tersentuh dalam rangka membuat perkebunan kelapa sawit.

PT Sinar Mas adalah produsen terbesar minyak sawit3, pulp dan kertas di Indonesia. Di

sektor kelapa sawit, kekuasaan grup usaha ini telah mencapai 406.000 hektar lahan

perkebunan kelapa sawit dan mengklaim diri sebagai perusahaan minyak sawit dengan lahan

simpanan yang paling luas di dunia, yang dimana salah satu lokasi lahan simpanan ini berada

di Papua. PT Sinar Mas terlibat dalam “program penanaman baru yang paling agresif” di

antara perusahaan perkebunan lainnya.4 Dilihat dari cara-cara yang sudah dilakukan dan

1 diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : FAO. 2006. World agriculture: Towards 2030/2050. Interim Report, Rome (ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0607e/a0607e00.pdf)2 diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Nellemann C, Miles L, Kaltenborn BP, Virtue M, and Ahlenius H [Eds] (2007), The last stand of the Orangutan – State of emergency: Illegal Logging, Fire and Palm Oil in Indonesia’s National Parks, United Nations Environmental Programme (www.unep.org/grasp/docs/2007jan-laststand-of-orangutan-report.pdf) 3 diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Golden Agri Resources. 2008. Golden Era for Golden Agri: Financial Results Presentation for year ended 31 December 2007, 25 February 2008 (www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended%2031%20December%202007%20FY%202007.pdf)4 diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Greenall, M. 2007. Golden Agri-Resources. BNP Paribas Corporate & Investment Banking, hal. 8.

1

Page 2: Makalah Bisnis& Politik, FIX

lokasi lahan simpanan yang berada di areal hutan tropis, sebagian besar 'ekspansi' lahan ini

akan menyebabkan deforestasi serta kandungan karbon yang semakin besar pada sejumlah

lahan gambut.

Komoditi kelapa sawit yang belakangan ini telah menjadi salah satu komoditi utama

Indonesia kemudian dipilih sebagai salah satu komoditi yang dapat dikembangkan sebagai

penyokong pembangunan ekonomi nasional. Dalam rangka itulah, berbagai perusahaan

nasional yang bergerak di bidang agro bisnis mulai melihat peluang besar atas usaha kelapa

sawit. PT Sinar Mas sebagai produsen minyak sawit terbesar di Indonesia5 adalah anggota

Konferensi untuk Kelapa Sawit Berkelanjutan atau Round Table on Sustainable Palm Oil

(RSPO), sebuah prakarsa kalangan industri yang bersifat sukarela, yang bertujuan untuk

mengembangkan sistem sertifikasi untuk produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan

berdasarkan sejumlah prinsip dan kriteria.6 Keikutsertaan dalam RSPO ini secara tidak

langsung menjadi pendorong bagi PT Sinar Mas untuk terus memperluas produksi sawit.

Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh grup usaha ini dalam industri pulp dan kertas

terbukti telah menimbulkan beberapa kerusakan lingkungan. Perusakan hutan tropis untuk

industri kelapa sawit, pulp dan kertas merupakan bencana ekologis dan menjadi kontributor

utama emisi gas rumah kaca dengan menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga yang

memberikan kontribusi akan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, setelah China dan USA.

Selama setengah abad, telah lebih dari 74 juta hektar hutan Indonesia, seluas lebih dari dua

kali ukuran negara Jerman, telah ditebang, dibakar atau rusak.

Kegiatan penebangan dan pembakaran hutan serta ekspansi perkebunan minyak kelapa

sawit PT Sinar Mas juga menjadi ancaman serius bagi hutan dan masyarakat adat di Kawasan

Lereh, Papua. PT Sinar Mas telah menyatakan akan melakukan ekspansi hingga 1,3 juta

hektar di Papua dan Kalimantan untuk perkebunan minyak kelapa sawit baru. Tetapi, pada

kenyataannya, publik tidak mengetahui bahwa PT Sinar Mas telah berencana membangun 2,8

5 Golden Agri Resources (2008) Golden Era for Golden Agri: Financial Results Presentation for year ended 31 December 2007, 25 February 2008, Slide www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended%2031%20December%202007%20FY%202007.pdf December 2007, 25 Pebuari 2008, Slide 4. Diperoleh dari www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended%2031%20December%202007%20FY%202007.pdf ; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 20.14 WIB.6 “Orangutan Survival and the Shopping Trolley” diperoleh dari http://news.bbc.co.uk/panorama/hi/front_page/newsid_8523000/8523999.stm; internet; diakses pada tanggal 16 April 2010 pukul 22.10 WIB.

2

Page 3: Makalah Bisnis& Politik, FIX

miliar hektar perkebunan sawit di Papua, yang menurut temuan Greenpeace lebih dari dua

kali lipat kepemilikan tanah PT Sinar Mas saat ini.7

Tindak tanduk pembukaan hutan demi pelaksanaan perkebunan kelapa sawit di Lereh,

Jayapura oleh PT Sinar Mas disambut baik oleh Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu,

SH, yang memiliki rencana untuk mendatangkan investasi ke Papua. Rencana pembukaan

kebun kelapa sawit oleh PT Sinar Mas direncanakan akan direalisasikan di 5 Kabupaten

Papua, yakni Kabupaten Boven Digoel, Mappi, Merauke, Sarmi dan Kabupaten Jayapura.8

Dikatakan bahwa dari pembukaan lahan kelapa sawit di areal seluas 1 juta hektar ini,

diharapkan akan menghasilkan produksi sedikitnya 130 ribu barel per hari.

Apabila perkebunan kelapa sawit oleh PT Sinar Mas telah mulai berjalan, ditargetkan

dalam jangka waktu 6 tahun mendatang, wilayah yang ditargetkan akan menjadi daerah

swasembada dan di tahun ketujuh akan melakukan ekspor. Pda tahun 2007, Gubernur

Provinsi Papua mencanangkan, baik kepada para pengusaha dan Pemerintah Daerah, terlebih

dahulu melakukan persiapan menjelang realisasi yang kemudian akan dilakukan pada tahun

2008.9 Dengan kata lain, dapat dilihat bahwa peluang atau kesempatan dalam dunia investasi,

khususnya pada subsektor perkebunan, terbuka lebar bagi para investor yang ingin turut andil

dalam percepatan pembangunan ekonomi ditanah Papua.

Secara teoritis, dengan adanya perkembangan pembangunan ekonomi dan multiplier

effect, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat sehingga menguntungkan bagi

Pemerintah Daerah serta masyarakat. Wacana ini disambut baik oleh pemerintah daerah

Papua, sehingga mereka menyambut baik investor yang hendak membangun kebun kelapa

sawit di Papua. Tetapi, satu hal paling krusial yang tidak diindahkan oleh Pemerintah Daerah

Papua ialah di hutan di daerah Lereh yang dijadikan salah satu lahan yang dibuka untuk

perkebunan kelapa sawit, juga tumbuh tanaman sagu dan nipah, yang dimana kedua

tumbuhan tersebut merupakan kebutuhan utama masyarakat Papua. Sagu adalah makanan

pokok masyarakat Papua dan nipah digunakan untuk bahan pembuat rumah mereka.

7 Sinar Mas Berhutang Perubahan Iklim Rp 48,5 triliun per tahun Akibat Pembabatan Hutan di Sumatra yang diunduh dari http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/SM_hutangperubahaniklim pada hari Senin, 19 April 2010 pukul 22.30.8 Sinar Mas Akan Buka Lahan Kelapa Sawit 1 Juta Ha yang diunduh dari http://papua- investment.com/berita.php?ids=44&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30. 9 Investor Bidik Kebun Kelapa Sawit Dan Sagu Papua yang diunduh dari http://papua- investment.com/berita.php?ids=43&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.

3

Page 4: Makalah Bisnis& Politik, FIX

Pengrusakan hutan ini akan berdampak buruk pada masyarakat yang menggantungkan

hidupnya kepada hutan-hutan ini.

1.2 Rumusan Pertanyaan

Bagaimana relasi antara PT Sinar Mas dengan Pemerintah Daerah Papua dalam

proses pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di Lereh, Jayapura?

1.3 Landasan Teori

Teori Bisnis Sebagai Modal10

Teori ini mengatakan bahwa salah satu model bisnis yang terbentuk dalam suatu

negara bisa terjadi karena adanya tuntutan untuk menciptakan modal bagi pengembangan

wilayah negara tersebut. Modal ini, tidak semata-mata muncul karena adanya inisiatif

pemerintah untuk mengundang investasi masuk ke dalam wilayahnya, tapi juga muncul dari

tuntutan trend global liberalisme dan kapital internasional.

Trend global ini secara tidak langsung ‘memaksa’ pemerintah regional untuk lebih

terbuka pada investasi. Hal ini sering dilakukan oleh negara-negara maju kepada negara-

negara berkembang dengan dalih bahwa investasi tersebut akan membantu wilayah negara itu

untuk dapat ikut bermain dalam trend global. Dalam situasi terdesak, seringkali pemerintah

regional mengabaikan atau tidak sanggup menentukan sistem perlindungan bagi wilayahnya

sendiri. Kelalaian pemerintahan ini akan berlanjut pada kelonggaran prosedur penerimaan

investor dan pembuatan kebijakan yang fleksibel. Di satu sisi, situasi ini menguntungkan para

investor yang akan menanamkan sahamnya di suatu negara. Pasalnya, investor diuntungkan

dengan regulasi yang mudah, pajak yang rendah, dan keleluasaan untuk melakukan aktivitas

produksi tanpa aturan-aturan yang merepotkan. Pada perjalannya, biasanya situasi ini

diperkuat dengan negosiasi pengusaha dengan pemerintah setempat. Haggard

menggambarkannya dengan ‘the institutional structure of business-government relation also

plays a role.’

10 Stephen Haggard, et.al., “Theories of Business-State Relations” dalam Bussines and The State in Developing Countries, (Corneel University, 1997), hlm. 45.

4

Page 5: Makalah Bisnis& Politik, FIX

Di lain sisi, pemerintah juga mendapat keuntungan dengan ditanamkannya investasi

di negaranya. Dengan adanya dana yang disuntikkan oleh investor, maka pemerintah dapat

mengembangkan wilayahnya dan menerima berbagai keuntungan di semua bidang. Terlebih,

bila suatu negara mempunyai potensi alam yang dapat dimanfaatkan, maka negara tersebut

dapat mempunyai posisi tawar yang baik sehingga nantinya dapat mengambil lebih banyak

lagi keuntungan dari hasil negosiasi relasi bisnis pengusaha dan pemerintah.

5

Page 6: Makalah Bisnis& Politik, FIX

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Kronologi Peristiwa

Di tahun 200711, PT Sinar Mas ingin melakukan pembukaan lahan perkebunan kelapa

sawit di kabupaten Jayapura, lebih tepatnya di daerah Lereh. PT Sinar Mas melakukan

pembukaan hutan besar-besaran khususnya di wilayah Papua bagian timur.12 Hal ini

dimungkinkan karena banyaknya perusahaan-perusahaan sejenis PT Sinar Mas yang telah

memperoleh izin mengkonversi lahan seluas puluhan ribu hektar. Pernyataan tersebut

diungkapkan oleh Bustar Maitar yang merupakan aktivis Greenpeace yang menaruh perhatian

besar terhadap pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Greenpeace sendiri adalah

sebuah wadah atau LSM independen yang memberi perhatian dan melakukan berbagai riset

di bidang lingkungan hidup.

Di tahun berikutnya, PT Sinar Mas pun mulai membuka lahan di Lereh, Papua.

Mereka membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit dengan merusak hutan sagu. Seperti

yang kita ketahui bahwa sagu merupakan makanan pokok orang Papua. Dengan melakukan

perusakan terhadap hutan sagu ini tentu akan menggangu persediaan kebutuhan pokok

penduduk sekitar lahan yang hendak dijadikan perkebunan kelapa sawit. Selain itu, untuk

membuka lahan mereka harus melakukan pembakaran hutan puluhan ribu hektar yang

berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup di sekitarnya. Adanya kepulan asap

yang mengandung zat-zat berbahaya ke atmosfer yang menjadi ancaman bagi kesehatan

warga sekitar dan menggangu ekosistem atau bahkan memusnahkan berbagai habitat.

Lebih jelasnya, PT Sinar Mas tidak mungkin dapat melakukan pembukaan lahan

kelapa sawit jika tidak didukung oleh “bantuan” pemerintah daerah setempat. Bantuan yang

dimaksud beringinan dengan salah satu tujuan dari Gubernur Papua Barnabas Suebu yang

11 “Sinar Mas Akan Buka Lahan Kelapa Sawit 1 Juta Ha” diperoleh dari http://papua-investment.com/berita.php?ids=44&bahasa=I; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.45 WIB.12 “Perusahaan Minyak Sawit Rusak Hutan Papua” diperoleh dari http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/7831-perusahaan-minyak-sawit-rusak-hutan-papua; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.21 WIB.

6

Page 7: Makalah Bisnis& Politik, FIX

memang di masa kepemimpinannya menitikberatkan pada perburuan investor.13 Dengan

demikian, di bawah kepemimpinannya, ia sangat membuka peluang bagi para investor baik

itu dari dalam maupun luar negeri untuk masuk ke Papua. Tujuan utamanya untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga mampu memberdayakan

perekonomian rakyat serta meningkatkan aksesibilitas daerah. Dengan diberikannya

keleluasaan pada daerah untuk menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya alam

(SDA) di daerahnya, beberapa daerah masih menggunakan paradigma bahwa PAD adalah

faktor utama yang menentukan dalam pelaksanaan otonomi daerah.14 Hal tersebut telah

mendorong daerah untuk melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap SDA daerahnya.

Keterlibatan pemerintah disini dapat dilihat, yaitu Gubernur selaku pemberi izin dan

penetapan lahan untuk dijadikan kebun sawit. Selain itu, tentunya memerlukan persetujuan

dari bupati setempat yakni Kabupaten Jayapura. Pemberian izin menjadi lebih mudah karena

adanya keinginan untuk meningkatkan perekonomian melalui peningkatan PAD Papua.

Perlu diketahui bahwa hasil dari kelapa sawit ini dapat diolah menjadi minyak sawit

yang berdaya guna tinggi. Salah satunya sebagai bahan dasar makanan seperti cokelat,

biskuit, margarin, roti dan keripik. PT Sinar Mas yang merupakan produsen minyak sawit ini

melakukan pengeksporan ke berbagai perusahaan multinasional seperti PT Nestle. PT Nestle

merupakan perusahaan makanan dan minuman yang menjual produk-produknya ke berbagai

negara.15 Beberapa contoh produk yang dihasilkan misalnya KitKat, yang merupakan biskuit

coklat yang banyak digemari banyak orang termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya, tuntutan

akan kebutuhan minyak sawit sebagai bahan baku oleh PT Nestle kian meningkat. Hal ini

jelas meningkatkan minat perusahaan-perusahaan penghasil minyak sawit untuk terus

memperluas perkebunan kelapa sawitnya. Perluasan perkebunan sawit inilah yang menjadi

alasan utama PT Sinar Mas membuka lahan di wilayah Papua setelah sebelumnya di Riau dan

Kalimantan Barat.

Di awal tahun 2009, Greenpeace yang melakukan penelitian mengenai aktivitas-

aktivitas perusakan dan penyalahgunaan fungsi hutan dan lingkungan hidup. Eksistensi

Greenpeace pun dapat ditemui di Indonesia, mengingat negara kita yang memiliki hutan yang

13 Aryo Wisanggeni Genthong dalam Fandri Yuniarti (Ed.), Ekspedisi Tanah Papua: Laporan Jurnalistik Kompas Terasing di Pulau Sendiri, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 128.14 J.E. Hosio, Kebijakan Publik dan Desentralisasi: Esai-Esai dari Sorong, (Yogyakarta: Laksbang Yogyakarta, 2007), hlm. 87.15 “Tertangkap Basah: Bagaimana Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit oleh Nestle Memberi Dampak Kerusakan Bagi Hutan Tropis, Iklim, dan Orangutan” diperoleh dari www.greenpeace.org; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB, hlm. 5.

7

Page 8: Makalah Bisnis& Politik, FIX

begitu luas dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Menurut sejumlah fakta yang

ditemukan Greenpeace, PT Sinar Mas ini diduga melakukan perusakan hutan dan lingkungan

hidup sebagai dampak dari pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Greenpeace

mengklaim telah menemukan sejumlah titik pembakaran di areal perkebunan Sinar Mas pada

tahun 2006-2007 itu benar.16 Sinar Mas tidak memenuhi persyaratan kebijakan dan

mekanisme pencegahan kebakaran yang resmi secara hukum.17 Atas dasar temuan tersebut,

Greenpeace melakukan serangkaian aksi protes, tidak hanya di level nasional (Indonesia) saja

melainkan juga di level internasional seperti di berbagai negara di Eropa. Gencarnya aksi

protes yang dilayangkan kepada PT Sinar Mas ini telah berdampak pada kegiatan

kerjasamanya dengan PT Nestle dan perusahaan multinasional lainnya. Mereka menuntut

agar PT Nestle tidak lagi menggunakan minyak sawit yang diproduksi oleh PT Sinar Mas dan

rantai distribusinya.18 Alasan mereka tak lain karena PT Sinar Mas telah menyebabkan

kerusakan hutan yang memiliki dampak lanjutan seperti perubahan iklim, gangguan

ekosistem dan menimbulkan konflik sosial di sekitar wilayah yang dijadikan perkebunan

sawit. Kabar terakhir, di bulan Maret 2010 ini, hasil temuan Greenpeace di lapangan atas aksi

perusakan hutan yang dilakukan PT Sinar Mas ini ialah PT Nestle hendak memutuskan

kerjasama pembelian langsung dengan Sinar Mas.19

2.2 Analisis Peristiwa

Pertumbuhan permintaan kelapa sawit di dunia memang sangat potensial dan sangat

menggiurkan terutama bagi pertumbuhan ekonomi indonesia. penanaman kelapa sawit yang

meningkat tersebut, membuat perusahaan sekaligus pemerintah harus memperhatikan

beberapa aspek pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan demi menjaga ekosistem dan

keberlangsungan kehidupan suatu masyarakat. Terdapat empat unsur yang harus diperhatikan

dalam pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan20, diantaranya;

16 Ibid., hlm. 10.17 Ibid., hlm. 10.18 Marwin Azis, ”Nestle Berencana Hentikan Kontrak Sinar Mas” diperoleh dari http://beritalingkungan.com/berita/2009-12/Sinar_Mas/berita/2010-03/kontak_sinarmas/berita/2009-12/aktivitas-illegal-sinar-mas-di-hutan-kalimatan-dibeberkan/berita/2010-03/Nestle_Kitkat/ ; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.19 Leo Sunu, “Kantor Nestle Didemo "Orangutan"” diperoleh dari http://sains.kompas.com/read/2010/03/24/12165888/Kantor.Nestle.Didemo.Orangutan; internet; diakses pada tanggal 14 April 2010 pukul 21.38 WIB.

20 Charles Victor Barber, dkk., Menyelamatkan Sisas Hutan di Indonesia dan Amerika Serikat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm. 5-7.

8

Page 9: Makalah Bisnis& Politik, FIX

a. Keutuhan dan Kelanjutan Ekologi. Pengelolaan hutan harus memperhatikan aspek

perlindungan terhadap sampel habitat kehidupan hutan yang sangat penting dan sangat

berpengaruh terhadap berbagai fungsi lingkungan seperti keanekaragaman hayati, aliran

sungai dan sistem hidrologis, pemeliharaan fungsi daur ulang zat hara, perlindungan iklim

dan pemisahan serta penimbunan karbon di atmosfer. Dilihat dari kebijakan yang

dilakukan oleh Gubernur Provinsi Papua yang menyebabkan rusaknya hutan sagu di

wilayah Papua, pemberian izin pembukaan lahan yang diberikan kepada PT Sinar Mas,

jelas tidak memenuhi unsur pertama dari pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan

karena telah menyebabkan keutuhan dan kelanjutan ekologi diwilayah tersebut terganggu

bahkan rusak.

b. Penggunaan Produk dan Jasa Hutan oleh Manusia Secara Berkelanjutan dan Adil.

Artinya, pemerintah harus memberikan pembagian yang jelas terhadap fungsi hutan.

Seperti hutan yang hanya difungsikan untuk keperluan Ilmuah, pengambilan flora dan

fauna tradisional secara terbatas saja; hutan lain hanya difungsikan untuk wisata alam

yang tidak merusak; dan wilayah hutan lainnya diguarkan menjadi tudung hutan dengan

tetap menghasilkan macam-macam barang dan jasa ekonomi tanpa merugukan jasa

ekologi dan sebagainya. Pembagian fungsi hutan tersebut dilakukan dengan terlebih

dahulu menginventarisasi ciri ekologi, faktor sosial dan faktor demografi tanpa

mengganggu potensi ekonomi. Biaya perlindungan dan produksi hutan sama-sama dipikul

oleh masyarakat setempat, sektor suasta dan pemerintah. Program Gubernur Papua dalam

hal penitik beratan pada pengundangan Investor untuk masuk ke Papua memang

merupakan langkah yang mulia demi memajukan perekonomian dan kehidupan Orang

Papua. Permasalahannya adalah, ketika sebuah perusahaan terbesar di Indonesia berhasil

membuka lahan untuk perkebunan dengan mengganggu fungsi hutan lindung dan fungsi

ekosistem lain di kawasan tersebut, kebijakan yang diambil oleh Gubernur jelas sudah

melanggar unsur penggunaan produk dan jasa hutan oleh manusia secara berkelanjutan

dan adil.

c. Pengelolaan Terpadu pada Skala yang Tepat. Pengelolaan hutan harus dilakukan secara

proporsional dengan menyusun kerangka kerja yang mempertimbangkan keadaan

kehidupan sosial disekitar kawasan hutan tersebut. Dari unsur tersebut, sangat jelas

bahwa pemerintah Papua tidak memperhatikan unsur pengelolaan terpadu dalam hal

pemberian izin pembukaan lahan untuk PT Sinar Mas. Data Greenpeace yang

9

Page 10: Makalah Bisnis& Politik, FIX

menunjukkan tentang kerugian ekosistem karena pembakaran hutan yang dilakukan oleh

PT Sinar Mas, menunjukkan betapa pemerintah Papua tidak memiliki pertimbangan yang

matang dan proporsional dalam menyusun kerangka kerja bagi kelangsungan kehidupan

disekitar wilayah perkebunan tersebut.

d. Unsur yang terakhir adalah Keikutsertaan yang Adil dan Bijaksana oleh Semua Pihak

yang Berkepentingan. Dalam keputusan mengenai pengelolaan dan kebijaksanaan tentang

hutan, semua pihak yang berkepentingan memiliki kewenangan dan hak atas informasi

dan partisipasi. Segala informasi yang menyangkut keadaan hutan tersebut juga harus

dimiliki dengan komposisi akses yang sama oleh semua pihak. Dalam proses pemberian

izin pembukaan lahan, langkah apa saja yang akan dilakukan terhadap lahan tersebut,

sampai eksekusi dilakukan oleh PT Sinar Mas dalam bentuk pengerusakan tanaman sagu

serta pembakaran lahan hutan lindung di daerah Papua, sangat jelas terlihat bahwa dalam

hal ini, semua pihak yang berkepentingan terhadap hutan tersebut tidak memiliki akses

informasi yang sama terhadap apa yang akan dilakukan terhadap lahan yang telah dibeli

oleh PT Sinar Mas.

Aksi ‘mulus’ yang dilakukan oleh baik PT Sinar Mas sebagai pihak yang

berkepentingan terhadap pembukaan lahan di Papua ataupun Pemerintah Provinsi Papua,

dalam hal pemberian izin pembukaan dan pembangunan perkebunan di daerah Papua

menimbulkan pertanyaan besar. Menurut Barber, terdapat setidaknya tiga kelompok penting

yang mempunyai kepentingan terutama dalam pengambilan kebijakan kehutanan. 21 Pertama

adalah perusahaan dagang yang menguasai produksi kayu. Dalam hal ini, PT Sinar Mas

adalah perusahaan yang sangat berkepentingan sekaligus diuntungkan terhadap ‘mulus’nya

proses pembukaan lahan di Papua. Kedua adalah kapitalis birokratis dalam pemerintahan

yang membentuk hubungan bisnis yang saling menguntungkan dengan perusahaan suasta di

sektor kehutanan. Dalam hal ini, kami menilai Gubernur Papua merupakan Kapitalis

Birokratis tersebut. Dengan dalih peningkatan ekonomi dan kehidupan rakyat Papua, Pak Bas

(panggilan akrab beliau) mengundang sebanyak-banyaknya infestor masuk ke Papua.

Selanjutnya beliau ‘menjual’ tanah papua tanpa memperhatikan unsur pengelolaan kawasan

hutan yang berkelanjutan. Tindakan tersebut sungguh mencerminkan sikap opportunis

seorang birokrat.

21 Ibid., hlm. 14810

Page 11: Makalah Bisnis& Politik, FIX

Ketiga adalah anggota birokratis kehutanan itu sendiri yang mempunai wewenang

atas seluruh areal hutan tersebut. Jika membahas tentang wewenang atas seluruh areal hutan,

pihak yang paling bertanggung jawab terhadap dibukanya lahan hutan bagi tanaman sawit

tersebut adalah departemen kehutanan dibawah kuasa langsung dari menteri kehutanan RI.

Kenapa Departemen Kehutanan dan Pemerintah Pusat harus bertanggung jawab? Karena izin

pembebasan lahan tersebut dikeluarkan oleh badan itu dan ketika terjadi kesalahan prosedur

dan dampak yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat, pihak pemerintah seakan tutup

mata terhadap kejadian tersebut.

11

Page 12: Makalah Bisnis& Politik, FIX

BAB III

KESIMPULAN

Setelah melihat pemaparan mengenai pembukaan lahan kelapa sawit oleh PT Sinar

Mas, kita dapat melihat bahwa kasus ini tidaklah lepas dari relasi pemerintah dan pengusaha.

Terkait dengan Teori Bisnis Sebagai Modal, tampak bahwa perkebunan kelapa sawit adalah

salah satu kebutuhan dasar bagi banyak produk konsumsi massal di dunia, termasuk

perusahaan transnasional yang telah disebutkan di atas, Nestle. Permintaan akan ketersediaan

minyak kelapa sawit membuat PT Sinar Mas ingin meluaskan usaha perkebunan kelapa sawit

di Papua. Maksud PT Sinar Mas ini disambut baik oleh Gubernur Papua, Barnabas Suebu

yang tengah memiliki visi untuk mengadakan pengembangan wilayah Papua melalui dana

investor. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan ini akhirnya membuka

diskusi yang berujung pada dibukanya lahan hutan sagu untuk ditanami tanaman kelapa

sawit. Dengan demikian, kasus ini selaras dengan gagasan Teori Bisnis sebagai Modal

Haggard, dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Terdapat tekanan trend global / kapitalis transnasional.

Hal ini terbukti dengan visi Barnabas Suebu yang ingin memajukan Provinsi Papua melalui

suntikan dana investor. Keinginan itu digunakan oleh PT Sinar Mas untuk menawarkan

proyek berupa pembukaan lahan sagu untuk ditanami kelapa sawit yang kini tengah

mengalami peningkatan permintaan sebagai bahan baku utama produk massal. Pasarnya

bukan hanya dari perusaahaan dalam negeri, tapi juga Nestle, Cargill, dan lain sebagainya.

b. Adanya pemaksaan tuntutan akan kemajuan yang berasal dari dana investor,

sehingga pemerintah luput akan tugasnya untuk melakukan regulasi yang ketat.

Hal ini terbukti dari minimnya perhatian PT Sinar Mas dalam prosedur pembebasan lahan

dan pemusnahan tanaman sagu yang merusak lingkungan sekitarnya. Pembebasan ini juga

merebut tanah ulayat pada tahun 1991. Penduduk semula dijanjikan akan diberi truk dan uang 12

Page 13: Makalah Bisnis& Politik, FIX

sebesar Rp 11.000.000 setiap marga sebagai pengganti tanah ulayat. Selain itu, penduduk

juga akan menerima dana kompensasi sebesar 0,5 % dari nilai minyak kelapa sawit dari

perkebunan setelah mulai berproduksi. Namun, karena perjanjian tersebut hanya dilakukan

secara lisan, maka PT Sinar Mas pada akhirnya tidak memenuhi janjinya dan hanya

memberikan dana pengganti tanah ulayat sebesar Rp 500.000 per marga pada tahun 2001.22

Perlindungan seminim ini merupakan bukti bahwa proyek pembukaan lahan kelapa sawit ini

tidak memperhatikan prosedur dasar perusaahan dan tidak melindungi hak-hak rakyat.

Pelanggaran-pelanggaran semacam ini terjadi karena regulasi yang longgar.

Dengan demikian, tampak bahwa pembukaan lahan oleh PT Sinar Mas merupakan

peluang bagi pemerintah Papua dalam menerapkan Teori Bisnis Sebagai Modal. Seharusnya,

peluang kedatangan investor dapat disikapi lebih bijak oleh pemerintah Papua. Papua,

sebagai salah satu wilayah yang kuat dalam potensi sumber daya alam sesungguhnya

memiliki daya tawar yang kuat untuk memperoleh keuntungan lebih dari para investor. Maka

seharusnya Pemerintah Papua dapat mengajukan persyaratan-persyaratan yang minimal dapat

melindungi hak-hak penduduk setempat dan kelestarian hayati di lokasi tersebut.

22 ____, diperoleh dari http://gardapapua.org/index.php?option=com_content&view=article&id=36:investasi-di-papua-mengancam-kesejahteraan-masyarakat-lokal; internet; diakses pada tanggal 19 April 2010, pukul 21.00 WIB.

13

Page 14: Makalah Bisnis& Politik, FIX

Daftar Pustaka

Buku

Barber, Charles Victor dkk., Menyelamatkan Sisas Hutan di Indonesia dan Amerika Serikat, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1999).

Genthong, Aryo Wisanggeni dalam Fandri Yuniarti (Ed.), Ekspedisi Tanah Papua: Laporan Jurnalistik Kompas Terasing di Pulau Sendiri, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008).

Haggard, Stephen et.al., “Theories of Business-State Relations” dalam Bussines and The State in

Developing Countries, (Corneel University, 1997).

Hosio, J.E., Kebijakan Publik dan Desentralisasi: Esai-Esai dari Sorong, (Yogyakarta: Laksbang

Yogyakarta, 2007).

Internet

____, diperoleh dari http://gardapapua.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=36:investasi-di-papua-mengancam-kesejahteraan-masyarakat-

lokal; internet; diakses pada tanggal 19 April 2010, pukul 21.00 WIB.

Leo Sunu, “Kantor Nestle Didemo "Orangutan"” diperoleh dari http://sains.kompas.com/read/2010/03/24/12165888/Kantor.Nestle.Didemo.Orangutan; internet; diakses pada tanggal 14 April 2010 pukul 21.38 WIB.

“Tertangkap Basah: Bagaimana Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit oleh Nestle Memberi Dampak Kerusakan Bagi Hutan Tropis, Iklim, dan Orangutan” diperoleh dari www.greenpeace.org; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

Marwin Azis, ”Nestle Berencana Hentikan Kontrak Sinar Mas” diperoleh dari

http://beritalingkungan.com/berita/2009-12/Sinar_Mas/berita/2010-03/kontak_sinarmas/berita/2009-

12/aktivitas-illegal-sinar-mas-di-hutan-kalimatan-dibeberkan/berita/2010-03/Nestle_Kitkat/ ; internet;

diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

14

Page 15: Makalah Bisnis& Politik, FIX

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : FAO. 2006. World agriculture: Towards 2030/2050. Interim Report, Rome (ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0607e/a0607e00.pdf)

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Nellemann C, Miles L, Kaltenborn BP, Virtue M, and Ahlenius H [Eds] (2007), The last stand of the Orangutan – State of emergency: Illegal Logging, Fire and Palm Oil in Indonesia’s National Parks, United Nations Environmental Programme (www.unep.org/grasp/docs/2007jan-laststand-of-orangutan-report.pdf)

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Golden Agri Resources. 2008. Golden Era for Golden Agri: Financial Results Presentation for year ended 31 December 2007, 25 February 2008 (www.goldenagri.com.sg/upload/E5H/Regulatory%20Fillings/SGX2008/Golden%20Era%20for%20Golden%20Agri%20%20Financial%20Results%20Presentation%20Year%20Ended%2031%20December%202007%20FY%202007.pdf)

diperoleh dari internet Tertangkap Basah Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit Nestle.pdf yang diunduh pada Senin, 19 April 2010, pukul 22.00. Sumber asli : Greenall, M. 2007. Golden Agri-Resources. BNP Paribas Corporate & Investment Banking.

Sinar Mas Berhutang Perubahan Iklim Rp 48,5 triliun per tahun Akibat Pembabatan Hutan di Sumatra yang diunduh dari http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/press-releases/SM_hutangperubahaniklim pada hari Senin, 19 April 2010 pukul 22.30.

Sinar Mas Akan Buka Lahan Kelapa Sawit 1 Juta Ha yang diunduh dari http://papua- investment.com/berita.php?ids=44&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.

Investor Bidik Kebun Kelapa Sawit Dan Sagu Papua yang diunduh dari http://papua- investment.com/berita.php?ids=43&bahasa=I pada hari Senin, 19 April pukul 22.30.

“Tertangkap Basah: Bagaimana Eksploitasi Minyak Kelapa Sawit oleh Nestle Memberi Dampak Kerusakan Bagi Hutan Tropis, Iklim, dan Orangutan” diperoleh dari www.greenpeace.org; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

Marwin Azis, ”Nestle Berencana Hentikan Kontrak Sinar Mas” diperoleh dari http://beritalingkungan.com/berita/2009-12/Sinar_Mas/berita/2010-03/kontak_sinarmas/berita/2009-12/aktivitas-illegal-sinar-mas-di-hutan-kalimatan-dibeberkan/berita/2010-03/Nestle_Kitkat/ ; internet; diakses pada tanggal 15 April 2010 pukul 19.06 WIB.

15