ringkasan dan tanggapan - ham dalam transisi politik edit fix
TRANSCRIPT
Ringkasan dan Tanggapan atas Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik
Nama : Caesar Ramandha
NPM : 106761471
Hukum dan HAM (A)
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
1
RINGKASAN
HAK ASASI MANUSIA DALAM TRANSISI POLITIK
A. HAK ASASI MANUSIA
Istilah HAM muncul setelah berakhirnya perang dunia ke 2. HAM
merupakan istilah yang menggantikan istilah natural rights karena konsep
hukum alam menjadi suatu kontroversi dan frasa the rights of Man yang
muncul dianggap tidak mencakup hak-hak wanita. Asal-usul historis konsepsi
HAM dapat ditelusuri hingga ke masa Yunani dan Roma, dimana ia memiliki
kaitan yang erat dengan doktrin hukum alam dari Greek Stoicism, yang
berpendapat bahwa kekuatan kerja yang universal mencakup semua ciptaan
dan tingkah laku manusia, oleh karenanya harus dinilai berdasarkan kepada
dan sejalan dengan hukum alam.
B. Doktrin Hukum Alam dan pemikiran liberal
Sebelum sampai pada abad pertengahan doktrin-dokyrin mengenai natural
right muncul yang menekankan pada faktor kewajiban sebagaimana terpisah
dar faktor hak. Awalnya ide-ide tentang ham (natural rights) suatu kebutuhan
yang hanya bersifat umum namun mengalami perubahan sejalan dengan
adanya perubahan-prubahan dalam keyakinan. Pada periode ajaran Thomas
aquinas dan Hugo serta adanya dokumen dokumen mengenai HAM disini
bahwa telah disimpulkan bahwa orang orang telah sadar bahwa adanya hak-
hak yang tidak dapat dicabut oleh siapapun.
2
C. Generasi HAM
Vasak membagi HAM menjadi tiga generasi yaitu:
1. Generasi pertama, yang termasuk di dalamnya adalah hak-hak sipil dan
politik. Generasi ini berasal dari teori-teori kaum reformis yang
dikemukakan pada awal abad ke-17 dan ke-18. Pada generasi ini HAM
diletakkan lebih kepada terminoogi yang negatif daripada positif.
2. Generasi kedua, yang termasuk di dalamnya adalah hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya, yang berakar secara utama pada tradisi sosialis
yang membayang-bayangi di antara Saint-Simonians pada awal abad
ke-19 di Prancis.
3. Generasi ketiga, yang termasuk di dalamnya adalah hak-hak solidaritas
(solidarity rights), merupakan rekonseptualisasi dari generasi kedua
HAM dan dapat dipahami walaupan hanya sebagai suatu produk
sekalipun.
Menurut Jimly asshiddiqie pengertian konseptual HAM dalam
sejarah instrumen hukum nasional setida-tidaknya telah melampaui
tiga generasi perkembangan, yaitu :
1. Generasi pertama, dimana puncak perkembangan generasi pertama
HAM yang awalnya hanya sebuah wacana kemudian berubah
menjadi suatu dokumen internasional itu mencakup soal prinsip
integritas manusia, kebutuhan dasar manusia, dan prinang resmi.
3
2. Generasi kedua, Dalam generasi ini, konsepsi HAM mencakup
upaya menjamin pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan
ekonomi, sosial, dan kebudayaan termasuk di dalamnya hak atas
pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak untuk
menikmati ragam penemuan ilmiah, dan lain sebagainya.
3. Generasi ketiga, muncul konsepsi hak untuk pembangunan. Hak ini
mencakup hak untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa dan
hak termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari
kehidupan bangsa tersebut.
4. Generasi ke empat, berlandaskan bahwa pemikiran mengenai
konteks ham tidak hanya mengenai hubungan vertikal semata
tatapi juga saebagai hubungan secara horizontal.
D. Universalisme versus Relativisme Budaya
Menurut Tudung Mulya Lubis teori ham cenderung berlaku pada dua
spektrum yaitu pertama; yang berdasarkan atas teori hukum alam pada
salah satu ujung dan kedua; berdasarkan atas teori relativisme budaya pada
ujung spektrum satunya.
E. Transisi politik menuju demokrasi
Dimulai dengan negara-negara yang masa lalunya bersifat otoriter atau
totaliter berubah menjadi negara-negara demokrasi barungharapan adanya
masa depan yang penuh dengan pengharapan. Proses perubahan rezim ini
menurut Samuel P Huntington yang menuju demokrasi terjadi beberapa
variasi. dalam mendefinisikan visi atas masa depan tersebut kepada
penduduknya ternyata harus melalui suatu rekonsiliasi dengan warisan masa
4
lalu mereka yang berupa pelanggaran-pelanggaran HAM tinggalan rezim
otoriter sebelumnya. Meskipin tiap-tiap negara mempunyai mekanisme yang
berbeda untuk berhubungan dengan masa lalu masing-masing.
Dalam pandangan Anthony Giddens, dalam semua upaya pembaruan
politik, pertanyaan mengenai siapa subyek atau pelaku politik muncul dengan
sendirinya. Partai-partai demokrasi sosial pada awalnya muncul sebagai
gerakan-gerakan sosial pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua
puluh. Pada saat ini, selain mengalami krisis ideologis, mereka juga dikepung
oleh gerakan-gerakan sosial baru, dan terperangkap dalam situasi dimana
politik mengalami devaluasi dan pemerintah tampakya kehilangan kekuatan.
Neoliberalisme melancarkan ritik berkepanjangan mengenai peran pemerintah
dalam kehidupan sosial dan ekonomi, kritik yang tampaknya menggemakan
kecenderungan-kecenderungan dalam dunia nyata. Sudah saatnya para
demokrat sosial meluncurkan serangan balik atas pandangan-pandangan
seperti itu, yang tidak bertahan lama jika dikaji dengan seksama. Dalam
perspektif dunia kontemporer saat ini, menurut Giddens, keberadaan
pemerintah adalah untuk:
Menyediakan sarana untuk perwakilan kepentingan-kepentingan yang
beragam.
Menawarkan sebuah forum untuk rekonsiliasi kepentingan-
kepentingan yang saling bersaing ini.
Menciptakan dan melindungi ruang publik yang terbuka, dimana debat
bebas mengenai isu-isu kebijakan bisa terus dilanjutkan.
5
Menyediakan beragam hal untuk memenuhi kebutuhan warga negara,
termasuk bentuk-bentuk keamanan dan kesejahteraan kolektif.
Mengatur pasar menurut kepentingan publik, dan menjaga persaingan
pasar ketika monopoli mengancam.
Menjaga keamanan sosial melalui kontrol sarana kekerasan dan
melalui penetapan kebijakan.
Mendukung perkembangan sumber daya manusia melalui peran
utamanya dalam sistem pendidikan.
Menopang sistem hukum yang efektif.
Memainkan peran ekonomis secara langsung, sebagai pemberi kerja
dalam intervensi makro maupun mikro-ekonomi, plus penyediaan
infrastruktur.
Membudayakan masyarakat-pemerintah merefleksikan nilai dan norma
yang berlaku secara luas, tetapi juga bisa membantu membentuk nilai
dan norma tersebut, dalam sistem pendidikan dan sistem-sistem
lainnya.
Mendorong aliansi regional dan transnasional, serta meraih sasaran
global.
Dalam konteks transisi menuju demokrasi di Indonesia, diperlukan
reposisi hubungan sipil-militer dalam arti yang menyeluruh, dan tidak hanya
terbatas pada bidang politik saja.
F. HAK ASASI MANUSIA DALAM TRANSISI POLITIK
Steven biko sebagai pendiri gerakan kulit hitam dan juga pemimpin atas
kulit hitam yaitu nelson mandela ditahan . Kemudian Biko diketemukan
6
meninggal dengan mulut penuh busa dan adanya banyak bekas pukulan di
mulutnya, inilah salah satu bentuk kejahatan yang terjadi selama sistem
apartheid. Kemudian orang-orang yang melakukan pembunuhan kepada
biko mengajukan permohonan pengampunan amnesty kepada komisi dan
rekonsiliaasi asia afrika. Kemudian komisi tersebut mengajukan kekebalan
hukum kepada semua pelaku yang melakukan kejahatan. Potensi
melakukan pembebasan dari hukuman merupakan salah satu bentuk
alternatif yang ideal bagi suatu penyelesaian yang damao denga kelompok
putih, khususnya memotivasi kekuatan militer dalam melindungi
pelaksanaan pemilihan umum. Dalam putusannya komisi dan rekonsliasi
afrika selatan menyatakn menolak membrikan amnesti dengan alasan (1)
para pembunuh biko belum memberikan kesaksian yang sejujur-jujurnya
tentang kematian biko. (2) pembunuhan biko tidak terkait dengan tujuan
politik.
Menurut Bronkhorst, jika masyarakat ditanya apakah para pelaku
kejahatan serius atau pelanggaran HAM berat seharusnya dihukum, maka 99
persen akan menjawab “ya”. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang
memiliki peraturan-peraturan hukum pidana. Dan tentu saja yang lebih nyata
adalah bahwa sebenarnya hukum internasional sudah mengandung beberapa
peraturan khusus yang berkaitan dengan upaya penuntutan dan pemberian
hukuman. Ada persetujuan yang meluas di kalangan para ahli dan organisasi-
organisasi HAM bahwa kewajiban untuk melakukan penuntutan secara
alamiah didasarkan pada putusan-putusan yang ada dalam hukum
internasional.
7
Dalam praktek perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan HAM secara
samar-samar terus berlangsung. Ada yang bersikap “outward looking” dan ada
yang bersikap “inward looking”. Di Indonesia ada sebagaian masyarakat yang
bersikap “outward looking” berpendapat bahwa semua ketentuan dari badan-
badan internasional bersifat mengikat dan harus dilaksanakan. Kelompok yang
bersikap “inward looking” berpendirian bahwa keputusan-keputusan
internasional memang perlu dihormati dan dilaksanakan, sebab konsep
“kedaulatan negara” yang selama ini dianut oleh masyarakat luas, telah sedikit
banyak digerogoti oleh berkembangnya peran PBB dan fenomena globalisasi,
terutama globalisasi ekonomi. Akan tetapi diyakini pula bahwa di negeri-
negeri yang lemah ekonominya, disamping memenuhi hak-hak politik, fokus
utama perlu ditujukan pada pelaksanaan hak asasi pembangunan. Hal itu
krusial untuk terselenggaranya suatu pemerintahan yang berfungsi dan efektif.
Sebab itulah yang merupakan prasyarat untuk berdirinya suatu negara
demokrasi yang terkonsolidasi.
G. PENGALAMAN BEBERAPA NEGARA
1. Beberapa negara Amerika Latin:
a. Beberapa Karakteristik Transisi politik di Amerika Latin dan
Eropa selatan
Transisi yang terjadi pada masa transisi politik amerika latin memliki
karakteristik tersendiri dibanding dengan negara-negara yang lain,
misalnya dibandingkan dengan eropa selatan dimana faktor
8
internasional lebih menguntungkan eropa selatan dimana perbedaaan
dan pertentangan tersebut menjadi sebuah prediksi yang lebih optimis
prihal prospek penegakan demokratis dan lebih jauh lagi kondisi
demokrasi di eropa selatan dibanding di amerika latin.
b. Beberapa rezim otoriterisme birokratis atau tradisional
Sebutan rezim otoriterisme birokrasi atau tradisional adalah sebutan
untuk rezim negara amerika latin saat masa pra transisi politik yang
memiliki unsur patrimonialis dan sultanis dalam beberapa kasus, ini
merupakan rezim yang paling rentang terhadap transformasi
revoluisoner contohnya adalah rezim zamora
c. Peru sebagai suatu negara otoriterisme “populis”
Di peru meskipun peran sentral yang dimainkan oleh angkatan
bersenjata atau kalangan militernya membedakan kasus peru dari
bentuk populis amerika latin yang lebih tua dan tipikal, dimana peran
peran sentral dimainkan oleh gerakan politik sipil yang digerakan oleh
para pemimpinnya yang sangat dipersonalisasikan yang merupakan
bentuk tradisional kediktatoran militernya.
d. Perbdaan dengan rezim birokratik otoriter
Orientasi anti oligarkis dalam kebijakan peru yang pada dasarnya
berniat untuk secara cepat memperluas industri dan peran ekonomi
negara dan ketiadaan hasrat untuk menyingkirkan secara paksa sektor
9
rakyat, melainkan untuk menggiatkan dan merangkum secara politis
berbagai golongan sistem tersebut
e. Beberapa kasus lain
Kasus lain dapat dilihat di chile yang tergolong birokrtik otoriter yang
bertujuan pada liberalisasi dan berdiri sendiri tanpa terpengaruh
oposisi yang menunjukkkan bahwa ia telah melewati titik yang tak
memungkinkan untuk melangkah mundur berkenaan dengan
pemantapan kembali kekuasaan birokratik otoriter. Dan di meksiko
dimana terdapat perbedaan yang relatif dalam konteks kecilnya peran
angkatan bersenjata dalam struktur kekuasaannya dan dukungan yang
signifikan dari rakyat karena resiko tergolong rezim yang berasal dari
gerakan rakyat yang revolusioner yang berbeda dengn unsur dukungan
kelas dominan terhadap kudeta yang mencetuskan rezim birokrasi
otoriter.
Beberapa negar non amerika latin, seperti yunani pada tanggal 21
april 1967, suatu kelompok perwira militer kelas menengah yang
disebut junta telah mengambil alih pemerintahan perdana dari perdana
menteri george papendreou yang menjamin untuk memegang
kekuasaan secara sementara dengan dalih mengontrol komunis,
menghindari korupsi dan mengembalikan yunani ke arah demokrasi.
Di spanyol pada tahun 1939 Jendral fansisco franco muncul
sebagai pemenang dalam perang sipil spanyol dengan memerintah
secara totaliter dengan tujuan untuk memberikan pengarahan-
pengarahan kepada masyarakat. Namun pada tahun 1980-an rezim ini
10
diganti dengan rezim demokrasi yang berbeda dengan rezim
sebelumnya.
Tanggapan Atas
Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik
Hak asasi manusai awalnya adalah dikenal dengan nama right of man,
namun hal tersebut mengalami perdebatan karena penfsiran dari kata tersebut
11
hanya berlaku bagi laki-laki, namun dengan seiring berjalannya waktu dan
pendapat-pendapat dari para ahli kemudian nama tersebut berubah menjadi human
rights, karena nama human rights dianggap sebagai kata yang lebih umum dan
dapat mewakili setiap lapisan manusia. Hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki sejak lahir dimana hak tersebut melekat dengan sendirinya tanpa proses
apapun. Apabila dilihat dari sisi transisi politik, awalnya muncul ketika
begesernya paham rezim otoriter ke rezim yang demokrasi seperti yang dilakukan
oleh negara-negara eropa, yang merasa bahwa perlu adanya suatu perubahan dari
sistem ini menuju ke sistem yang lebih baik. Demokrasi adalah sistem yang
berlandaskan atas sistem kedaulatan rakyat, yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Jadi sistem demokrasi adalah sitem dimana pemegang kekuasaan
tertinggi adalah rakyat. Negara-negara yang menggunakan sistem demokrasi
antara lain yunani, chile, argentina, brasil, afrika selatan dan lain sebagainya.
Munculnya demokrasi memanglah tidak lepas dari sistem otoriter yang berlaku
sebelumnya, yang kemudian begerak demi menuju suatu sitem yang lebih baik.
Selain hal-hal tersebut diatas pasca transisi dari rezim yang otoriter dan beralih
kepada rezim demokrasi, diperkenalkan juga adanya kebijakan baru untuk
menyelesaikan maslah dari rezim yang berlaku sebelumnya, penyelesaian dengan
mendahulukan segala bentuk upaya pertanggung jawaban dari rezim terdahulu.
Perubahan sistem hukum dari orde baru menuju negara yang demokratis,
tetapi justru tidak memihak kepada rakyat, namun justru lebih menjurus kepada
kapitalis, memang benar ketika kekuasaan pada tahun 1998 runtuh beberapa
oknum pejabat diadili karena atas beberpa pelanggaran, baik pelanggaran dalam
bidang HAM, korupsi dan lain sebagainya, namun setelah berlaih transisi kepada
12
pemerintahan yang demokrasi namun masalah-masalh mengenai pelanggaran atas
hak asasi manusia, tindak pidana korupsi dan juga penyalahgunaan wewenang pun
masih terjadi. Negara yang demokrasi dimana lebih berpihak kepada rakyatnya
justru lebih mengalami ketergantungan dari negara lain, mulai dari bahan-bahan
pangan yang impor, tekstil dan lain sebagainya, yang justru malah mengecilkan
para pihak pengusaha dalam negeri.
Kembali kepada permaasalahan hak asasi manusia. Ham merupakan nilai
standar manusia yang harus dipenuhi oleh manusia dalam menunjang kehidupan
dan perkembangan hidupnya. Telah banyak instrumen-instrumen ham yang
berlaku secara universal yang berlaku disemua negara. Ham semakin berkembang
bukan hanya sekedar untuk menghormati atas hak-hak seseorang tetapi juga
sebagai hak-hak yang inheren.
Apabila kita melihat masa transisi dari masa orde baru ke dalam masa
demokrasi, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi, dimana bekas-bekas masa
orde baru memanglah tidak teralalu memandang ham. Pada awalnya penegakan
ham pada awal masa demokrasi memanglah sulit karena bisa dilihat dari ketidak
tahuan akan Hak asasi manusia secara menyeluruh dan juga masih jarangnya
aktifis-aktifis ham yang ada pada saat itu. Apabila kita melihat hak asasi yang
berlaku di indonesia masih banyak perdebatan yang terjadi didalamnya. Menurut
ajaran relativisme bahwa hukum tidak akan berlaku secara efektif apabila
masyarakt menentangnya karena tidak sesuai dengan norma dan tradisi yang
berkembang dalam masyarakatnya. Ini juga sama dengan halnya mengenai hak
asasi manusia yang berlaku di indonesia dimana ada beberapa unsur yang berbeda
13
dengan norma dan adat yang berlaku di indonesia. Sedangkan dalam ajaran
universalisme cenderung menerapkan teori positivisme dimana sebuah hukum
diperlukan untuk mengatur sebuah kehidupan masyarakat. Jika dilihat dari
deskripsinya secara implisit ada konflik yang signifikan antara praktik-praktik
negara yang masih dipengaruhi oleh unsur budaya dan tradisi lokal dengan prinsip
universalisme atas HAM. Disinilah peran negara beitu sangat penting karena
implementasi hak asasi manusia sangat bergantung kepada kepatuhan hukum
suatu negara terhadap instrumen-instrumen internasional mengenai hak asasi
manusia. Praktik-praktik yang berasal dari lokalitas budaya tradisi ataupun agama
bisa saja diterpakan dalam implementasi HAM selama praktik tersebut tidak
melanggar inti daripada Hak Asasi Manusia. Mengenai masalah ham yang diatur
didalam hukum indonesia banyak sekali perdebatan mengenai Ham yang muncul
di indonesia mulai dari masalah atas kebebasan pribadi dan juga masalah atas
memeluk agama, dimana isu ini adalah isu yang sering muncul di indonesia.
sebagaiamana diketahui bahwa HAM atas kebebasan pribadi adalah hak yang
sifatnya adalah fundamental, dimana hak tersebut tidaklah dapat dikurangi oleh
siapaun, apapun dan juga kapanpun. Tapi masalah muncul ketika seseorang
melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari moral dan juga adat-istiadat,
kebiasaan yang berlaku di indonesia dengan mengatas namakan hak atas
kebebasan pribadi. Disinilah hukum berperan dalam memcahkan masalah yang
timbul atas masalah-masalah tersebut. Hukum mengatur agar seseorang tidak
melanggar HAM orang lain dengan menggunakan HAM atas kebebasan pribadi.
Mengenai hukum atas kebebasan pribadipun memliki batasan-batasan yang agar
tidak melanggar atas peraturan-peraturan yang berlaku di indonesia, seperti yang
14
telah diatur dalam uu no 39 tahun 2009 tentang Hak Asasi Manusia. Kemudian
mengenai hak atas kebebasan beragama, diindonesia sendiri saya masih
merasakan atas masih besernya perdebatan mengenai kebebasan memeluk agama
ini. Karena secara tidak langsung indonesia hanya mengakui 5 agama yang
berlaku di indonesia. dalam pasal 22 ayat 2 UU no 39 tahun 1999 dikatakan
bahwa negara menjamin atas setiap orang untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya sehingga secara
tidaklangsung bahwa negara haruslah melindungi atas setiap kegiatan agama yang
dilakukan oleh seseorang berdasarkan kepercayaannya.
Berkaitan dengan hubungan HAM dengan konsep negara dan hukum,
yang perlu diperhatikan disini adalah penerapan di indonesia sendiri yaitu realitas,
sosial, politik dan kultur yang melintangi menuju kepada negara yang demokrasi
dan juga perlindungan atas hak asasi manusia tetapi juga tidaklah bertentangan
dengan maoral ketimuran indonesia dan juga, sehingga tidak membuat kita
mundur untuk menciptakan suatu negara yang demokratis dan menjunjung nilai
hak asasi manusia. Seperti yang dikatakan Lev gagasan negara hukum demokratis
itu terdiri dari sumber dukungan sosialnya, yakni realitas kemajukan bangsa
indonesia.
Pada dasarnya konsep hak asasi manusia masihlah menjadi perdebatan
diseluruh dunia. Karena disetiap negara ataupun daerah diseluruh dunia memiliki
pemahaman yang berbeda-beda atas konsep hak asasi manusia itu sendiri yang
kadang masih bersinggungan satu sama lain. Oleh karena itu manusia pada
dasarnya dilindungi oleh hak asasi manusia, dimana hak tersebut melakat dengan
15
sendirinya memperjuangkan agar hak-hak yang dimiliki tersebut dilindungi oleh
pemerintah agar terpenuhi segala kebutuhan untuk bertahan hidup merupakan hal
yang sangan signifikan dan haruslah diperjuangkan oleh umat manusia
berdasarkan atas keyakinan hak asasi manusia, tetapi tidak melanggar atas hukum
yang berlaku. Dimana hukum itu diperlukan agar hak asasi manusia itu
terlindungi dan tidak adanya penegakkan ham tetapi melanggar hak asasi daripada
orang lain.
16