makalah biogas
DESCRIPTION
tulisan yang berkaitan dengan masalah biogasTRANSCRIPT
MAKALAH
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN
Safety Of Biogas Plants(Sistem Keamanan Dalam Pabrik Biogas)
Kelompok 9 :
Palupi (125050101111069)
Taufik Faturohman (125050101111071)
Wellinda Br Sembiring (125050101111072)
Anif Mukaromah Wati (125050101111075)
Meinar Dwi S.W (125050101111095)
Yunanda Soraya (125050101111124)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Pengelolaan limbah
peternakan yang berjudul Sistem Keamanan/keselamatan Dalam Pabrik Biogas
(Safety Of Biogas Plants).
Dengan Terselesaikannya makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini, perkenankanlah kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami.
2. Dosen Prof. Dr.Ir. M. Junus, MS yang telah memberikan materi
Pengelolaan limbah n peternakan terutama materi keamanan dalam pabrik
biogas.
3. Teman- teman kelompok C-9 yang telah bersama- sama dalam
mengerjakan makalah ini.
Kami mengetahui bahwa karena kurangnya pengetahuan dan terbatasnya
literatur yang kami miliki, maka wajar apabila makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca
yang bersifat membangun untuk perbaikan pada makalah yang selanjutnya.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini berguna dan
membawa manfaat bagi semua pihak.
Malang, 30 Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Teguh W. Widodo, et,al : Rekayasa dan Pengujian Reaktor
Biogas
Sampah organik mengandung berbagai macam zat seperti karbohidrat, protein, lemak,
mineral, vitamin, dsb. Secara alami, zat-zat tersebut mudah terdekomposisi oleh pengaruh
fisik, kimia, enzim yang dikandung oleh sampah itu sendiri dan enzim yang dikeluarkan oleh
organisma yang hidup di dalam sampah. (Wahyono,2001)
Proses dekomposisi sampah organik yang tidak terkendali umumnya berlangsung
anaerobik (tanpa oksigen). Dari proses ini timbul gas-gas seperti H2S dan CH4 yang baunya
menyengat sehingga proses ini dikenal sebagai proses pembusukan. Dari proses ini timbul
pula leachate (air lindi) yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah dan permukaan.
Sampah yang membusuk juga merupakan sumber penyakit seperti bakteri, virus, protozoa,
maupun cacing. (Irvan,2012)
Dilihat dari aspek sanitasi dan lingkungan kasus seperti di atas, sampah organik perlu
mendapatkan penanganan atau perhatian yang serius, agar keselamatan manusia dan
keamanan tempat kerja dapat berlansung secara baik dan berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pencegahan kebakaran dan ledakan dalam pabrik biogas ?
1.2.2 Bagaimana Resiko dalam pabrik pembuatan biogas ?
1.2.3 Bagaimana Sanitasi, kontrol patogen dan aspek-aspek kesehatan hewan dalam pabrik
pembuatan biogas ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pencegahan kebakaran dan ledakan dalam pabrik biogas
1.3.2 Bagaimana Resiko dalam pabrik pembuatan biogas
1.3.3 Untuk mengetahui sanitasi, kontrol patogen dan aspek-aspek kesehatan hewan dalam
pabrik pembuatan biogas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
Pengoperasian sebuah pabrik pembuatan biogas merupakan sebuah langkah dalam
mengurangi emisi gas rumah kaca, pencemaran lingkungan oleh limbah peternakan yang
mengandung mikroorganisme patogen. limbah peternakan, pertanian, industri rumah tangga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas yang akan digunakan sebagai
bahan bakar alternatif, pakan alternatif ternak, dan sebagainya. Sebagaian besar bahan baku
yang digunakan adalah limbah peternakan, baik berupa faces, urine, sisa-sisa pakan yang
telah bercampur aduk dalam tempat penampungan khusus pada peternakan.
Pengoperasian sera konstruksi pabrik biogas harus disertai alat-alat keselamatan dan
didukung dengan langkah atau program yang berhubungan dengan resiko dan bahaya yang
mengancam keselamatan manusia, hewan dan lingkungan. Dalam mengambil langkah yang
tepat dalam mengatasi masalah keselamatan untuk menghindari adanya situasi yang
berpotensial membahayakan semua pihak. Berdasarkan aspek keselamatan tersebut, maka
pihak pengelola pabrik biogas harus memenuhi jaminan keselamatan bagi manusia, hewan
dan lingkungan hidup dengan pengadaan kontrol secara preventif dalam berbagai kondisi
dalam kondisi operasi normal maupun pada saat operasi abnormal. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengontrolan secara preventif dan kontrol kerusakan terdiri atas hal
berikut.
1. Pencegahan terjadinya ledakan (explosion prevention)
2. Pencegahan terjadinya kebakaran (fire prevention)
3. Bahaya mekanik (mechanical dangers)
4. Suara konstruksi secara statis (sound statically construction)
5. Pencegahan kecelakaan akibat listrik (electrical safety)
6. Proteksi terhadap pencahayaan, misalkan proteksi terhadap petir (lightning protection)
7. Keselamatan termal (thermal safety)
8. Perlindungan terhadap emisi suara ( noise emissions protection)
9. Asphyxiation, pencegahan keracunan, seperti sesak nafas akibat gas hidrogen sulfida
(poisoning prevention)
10. Keselamatan yang berhubungan dengan kebersihan pabrik ( hygienic and veterinary
safety)
11. Langkah dalam mengurangi polusi udara ( avoidance of air polluting emissions)
12. Pencegahan kemungkinan terjadinya tanah longsor ( prevention of ground and surface
water leakages)
13. Langkah dalam menghindari adanya penguapan udara akibat pembuangan limbah
(avoidance of pollutants release during waste disposal)
14. Langkah pencegahan jika terjadi kebocoran tangki-tangki digester biogas baik secara
sengaja maupun tidak sengaja (flooding safety)
Berdasarkan langkah pencegahan yang telah ditetapkan dalam pabrik biogas maka
dapat menekan angka kecelakaan serta menekan angka kemungkinan terjadinya kerugian
akibat kerusakan peralatan dan kecelakaan kerja.
Secara konvensional (Warta Biru, 2012), setting layout digester yang tidak teratur
berdampak pada desain biogas tidak sesuai dan mempengaruhi aliran slurry; galian lubang
digester terlalu dalam, namun tidak diikuti oleh perubahan ketinggian untuk bagian reaktor
lainnya. Akibatnya, slurry tidak dapat mengalir ke outlet; pemadatan tidak rata ketika
penimbunan dinding digester. Akibatnya, dinding digester retak atau pecah; batu bata tidak
direndam air. Akibatnya, daya rekat batu bata berkurang atau dapat menyebapkan kebocoran;
menggunakan air payau atau rawa untuk mengaduk. Akibatnya, kualitas hasil adukan air
jelek dan untuk hasil yang lebih baik maka digunakan air sumur atau air tanah. Berdasarkan
pengolahan secara konvensial, resiko terjadinya kecelakaan kerja sangat kecil jika
dibandingkan dengan pengolahan skala besar. Kebanyakan kesalahan yang sering terjadi
cenderung kepada konstruksi digester atau bagian produksi lainnya. Operasional dan
konstruksi bangunan pabrik biogas skala kecil dan skala besar jelas sangat berbeda. Kedua
hal tersebut dibedakan atas resiko dan jenis bahaya yang dimungkinkan terjadi ketika dalan
kondisi operasi normal. Pada pabrik biogas skala kecil, resiko kecelakaan kerja sangat kecil
dikarnakan tidak membutuhkan tenaga mesin dengan kebutuhan listrik yang cukup tinggi
sehingga tidak terlalu dibutuhkan adanya kontrol peralatan secara detail dan sebaliknya.
Menurut Pietrangeli (2013), penerapan sistem keamanan dan keselamatan pada pabrik
biogas dimulai dari hal berikut.
1. Transportasi, pengantaran bahan baku dan output biogas dan pre-treatment bahan
baku termasuk limbah cair dan bahan tambahan lainnya.
2. Produksi biogas dalam digester (AD- Anaerobic Digestion).
3. Penyimpanan biogas dalam gasholder. Gasholder harus dilengkapi dengan proteksi
penutup yang kuat (proteksi dalam melawan tekanan rendah dan tekanan tinggi dalam
penampungan gas) sehingga resiko kerusakan dan keselamatan kerja dapat dicegah.
4. Penyimpanan digestate.
5. Biogas cleaning (desulfurisasi, filtrasi, dan dehumidifikasi).
6. Kombinasi antar daya produksi dan panas yang digunakan dalam operasi.
Perlindungan akan terjadinya ledakan harus dipastikan tidak akan terjadi dan
dibutuhkan tombol darurat (emergency flare). Ketika gas menguap dari digester, gas
tersebut akan mudah menguap, gas yang bermassa rendah sehingga dengan mudah
menguap adalah metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), sedikit hidrogen sulfida (H2S)
dan beberapa persen gas lainya.
2.2Resiko Dalam Pembuatan Biogas Dalam Pabrik Biogas
2.2.1 Resiko Ledakan Dan Kebakaran
Dalam beberapa kondisi, biogas yang berkombinasi dengan udara dapat
menyebapkan ledakan. Bahaya terhadap kebakaran dan ledakan khususnya pada bagian
digester dan penampungan gas (gas reservoirs). Digester merupakan tempat pemeraman
bahan baku yang dibantu oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang akan
dialirkan ke tempat penampungan gas (gas reservoir). Aktifitas mikroorganisme dalam
digester menghasilkan panas dan gas seperti CH4, CO2, H2S, CO, dan H. Gas yang
memiliki peluang tinggi meledak (range explosion) adalah CH4, H2S, CO, dan H.
Berdasarkan hal tersebut, tidakan keselamatan harus diterapkan dan selama tahap operasi
normal maupun abnormal dalam pabrik biogas. Berikut adalah komponem dari beberapa
jenis gas dangan peluang ledak ( range explosion) yang berbeda-beda.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa biogas memiliki temperatur
pembakaran sekitar 700 C serta diikuti dengan peluang ledak yang cukup tinggi jika⁰
dibandingkan dengan gas yang lain. Berikut ini adalah komponem biogas ditinjau
berdasarkan TLV (Threshold Limit Value2).
Hidrogen sulfida (H2S), CO, dan H merupakan gas dengan peluang ledak yang
tertinggi dan digolongkan dalam kategori berbahaya. Di negara-negara Eropa, langkah
keselamatan ditetapkan dalam European Directive 1999/92/EC, dan bahaya ledakan
dikategorikan dalam beberapa zona berdasarkan frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi
ledakan.
1. Zona 0, lokasi ledakan yang berada dalam bagian inti sebuah pabrik biogas. Ledakan
yang terjadi dapat berakibat fatal karena akan mengakibatkan kerusakan dan tingkat
kecelakaan yang tinggi terhadap tenaga kerja dimana berlangsung pada periode
ledakan yang panjang. Misalkan, ledakan terjadi dalam digester pada ruang yang
padat sehingga tidak ada sirkulasi panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
2. Zona 1, lokasi yang terdiri atas atmosfer yang rawan ledakan (terdiri atas campuran
gas dan substansi yang mudah meledak). Kondisi ini sewaktu-waktu dapat terjadi
dalam kondisi operasi normal dan berlangsung pada periode ledakan pendek. Zona ini
tidak terlalu berbahaya seperti pada zona 0, zona 1 tidak terlalu mengakibatkan
kerusakan yang fatal dan kecelakaan pada zona ini dapat segera ditanggulangi.
3. Zona 2, lokasi yang terdiri atas atmosfer yang rawan ledakan (terdiri atas campuran
gas dan substansi yang mudah meledak). Kondisi ini jarang terjadi dan tidak terjadi
dalam kondisi operasi normal. Zona tersebut berada diluar lingkungan pabrik pakan,
sehingga dimungkinkan ledakan atau kebakaran diakibatkan oleh kejadian alam,
misalkan bagian terluar dari pabrik biogas tersambar petir / kilat (lightning).
Tidak hanya kasus ledakan akibat gas pada bagian inti saja yang menjadi permasalahan,
tetapi bahaya ledakan dan kasus kebakaran dapat disebapkan oleh api yang menyala
akibat adanya kesalahan pada devisi listrik atau sambaran petir.
2.2.2. Resiko Keracunan Dan Sesak Nafas
Jika biogas yang dihirup dalam konsentrasi yang cukup tinggi, dapat
menyebabkan keracunan ataugejala sesak napas dan bahkan kematian. Terutama dengan
adanya hidrogen sulfida (H2S) dalam biogas non-desulphurised bisa sangat beracun,
bahkan dalam konsentrasi rendah.
Dalam ruang tertutup, dengan elevasi rendah (misalnya gudang, kamar bawah
tanah dll) sesak napas mungkindisebabkan oleh perpindahan oksigen oleh biogas. Biogas
lebih ringan dari udara, dengan relatif kepadatan sekitar 1,2 kg per Nm ³, tetapi memiliki
kecenderungan untuk memisahkan menjadi senyawa tersebut. Karbon dioksida, yang
lebih berat, (D = 1,85 kg / m³) tenggelam ke daerah yang lebih rendah sementara metana,
yang lebih ringan, (D = 0,72 kg / m³) naik ke atmosfer. Untuk alasan ini, di ditutup
ruang, tindakan pencegahan harus diambil dalam rangka untuk memberikan ventilasi
yang cukup. Lebih Lanjut, peralatan keselamatan harus dipakai (misalnya perangkat
peringatan gas, bernapas perlindungan dll) selama bekerja di daerah yang berpotensi
berbahaya.
Pencemaran udara akibat penggunaan biogas tidak hanya berdampak pada
lingkungan secara global, seperti yang disebabkan oleh efek rumah kaca, tetapi juga
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Zat pencemar yang dihasilkan dari
pembakaran atau penggunaan energi fosil antara lain karbon monoksida (CO), oksida
nitrogen (NOx), oksida belerang (SOx), senyawa hidrokarbon (HC), timbal (Pb) da
partikulat debu. Masing-masing zat pencemar, baik dalam bentuk gas maupun partikel
debu mempunyai dampak kesehatan yang berbeda-beda. Pencemar udara berupa partikel
debu biasanya menyebabkan gangguan pada pernapasan seperti bronchitis kronis,
emfisema, asma bronchial, dan bahkan kanker paru-paru. Sementara zat pencemar udara
seperti karbon monoksida (CO) dapat mengakibatkan pusing, gangguan jantung, sesak
napas dan bahkan kematian; oksida nitrogen (NOx) dapat mengakibatkaniritasi mata,
tenggorokan gatal atau batuk, asma dan juga kanker paru; oksidasulphur (SOx) dapat
menyebabkan tenggorokan gatal atau batuk; sementara hidrokarbon (HC) dapat
menimbulkan pusing, iritasi mata, tenggorokan gatal, dan bahkan memicu asma dan
kanker paru. Selain zat-zat pencemar di atas, zat pencemar yang tak kalah berbahayanya
adalah timbal (Pb) atau yang lebih dikenal dengan timbal (timah hitam). Timbal ini
adalah zat pencemar yang terutama dihasilkan dari gas buangan kendaraan bermotor
yang menggunakan bensin bertimbal sebagai zat aditif pada bahan bakarnya. Dari segi
teknis timbal sendiri berdampak positif karena berfungsi untuk meningkatkan angka
oktan pada bensin, gar mesin kendaraan tidak ngelitik atau knocking. Dampak-dampak
utama pada kesehatan yang diakibatkan pemaparan timbal pada anak-anak antara lain,
kerusakan pada pertumbuhan syarafnya, mengakibatkan menurunnya tingkat intelejensia
(IQ), meningkatnya perilaku agresif, menurunnya kemampuan belajar, meningkatnya
resiko kurang pendengaran, dan meningkatnya resiko kegagalan dalam sekolah.
Sementara pada orang dewasa pemaparan timbal dapat mengakibatkan meningkatnya
tekanan darah, yang kemudian dapat menyebabkanmeluasnya penyakit yang disebabkan
oleh hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan hingga kematian dini. Pada ibu hamil,
pemaparan timbal sebelum dan selama hamil berdampak sangat serius baik bagi tubuh si
ibu hamil maupun pada perkembangan janin, dan bahkan dapat mengakibatkan
keguguran.
Masalah lain yang diakibatkan oleh pencemaran udara adalah deposisiasam, yaitu
proses terendapkannya hujan ataupun debu yang mengandung asam sulfat ataupun asam
nitrat. Fenomena desposisi asam ini terjadi ketika sulfur dioksida dan nitrogen oksida
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil atau meletusnya gunung berapi di
suatu wilayah, kemudian melayang jauh di bawa angin dan lalu di wilayah lain akan
bercampur dengan titik-titik air yang terdapat di atmosfer maupun partikel debu sebelum
akhirnya jatuh kembali ke tanah. Deposisi asam ini tentunya berdampak buruk terhadap
kesehatan manusia, karena udara yang mengandung asam sulfat akan berbahaya terutama
pada paruparu, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Selain itu tentunya deposisi asam
akan mengkontaminasi tanah dan juga air tanah, air sungai, serta air danau. Karenanya
selain berdampak pada manusia, deposisi asam juga membahayakan keberlangsungan
hidup pepohonan, ladang, dan tumbuh-tumbuhan karenameningkatkan kadar keasaman
tanah yang dapat membahayakan akar tanaman yang akan menurunkan tingkat imunitas
tanaman terhadap hama penyakit. Selain itu deposisi asam juga dapat merusak gedung-
gedung, patung dan monumen yang tentunya akan membahayakan keberadaan
peninggalan-peninggalan kebudayaan nenek moyang kita, seperti prasasti, candi dan juga
bangunan bersejarah lainnya (Lanang, 2005).
2.3. Bagaimana Sanitasi, Kontrol Patogen Dan Aspek-Aspek Kesehatan Hewan Dalam
Pabrik Pembuatan Biogas
2.3.1 Aspek Higienis Pabrik Biogas
Secara alami pabrik biogas terdapat pada hewan ternak, hewan ternak
menginspirasi pembuatan pabrik biogas skala besar, pabrik biogas skala besar
memanfaatkan limbah padat dan cair hewan ternak selain limbah ternak juga dapat
memanfaatkan limbah pertanian, limbah organik industri.
Limbah hewan dan asal manusia, digunakan sebagai bahan baku AD,
mengandung berbagai patogenbakteri, parasit dan virus. Spesies patogen yang secara
teratur hadir pada kotoran hewan, lumpur dan limbah rumah tangga adalah bakteri
(misalnya Salmonella, Enterobacter, Clostridium, Listeria), parasit (misalnya Ascaris,
Trichostrongylidae, Coccidae), virus dan jamur. Isi pencernaan di tempat pemotongan
hewan dan limbah pengolahan ikan, limbah lumpur dan sampah organikmeningkatkan
keragaman patogen sepertipenyebaran pada tanah dan bisa masukmelalui hewan dan
rantai makanan manusia.
Pemanfaatan digestate sebagai pupuk berarti aplikasi pada bidang beberapa
individupeternakan, dengan resiko penyebaran patogen dari sebuah peternakan yang
lain.Produksi Biogas dari hasil pencernaan pada kotoran hewan dan biogenik limbah
serta biogas dan pemanfaatan digestate mungkin tidak menghasilkan rute baru patogen
dan penyakit transmisi antara hewan, manusia dan lingkungan. Hal ini dapat dicegah
denganmenerapkan standar langkah-langkah keselamatan hewan.
Proses yang terjadi dalam pembentukan biogas :
1. Merupakan proses dekomposisi bahan organik secara anaerobik.
2. Tanpa keberadaan oksigen.
3. Bahan organik didekomposisi oleh mikroorganisme menghasilkan CO2, H2O dan CH4
(biogas).
Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hyangiene beserta prakteknya
yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif
di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif
pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan
yang setinggi- tingginya.
Efektif mengendalikan patogen dapat dilakukan melalui penerapan langkah-
langkah sanitasi yang terdaftardi bawah ini:
· Kontrol kesehatan ternak.Tidak ada kotoran kandang dan lumpur harus dipasok dari
setiapternak dengan masalah kesehatan.
· Kontrol Bahan baku. Jenis biomassa dengan resiko tinggi kontaminasi patogen
harusdikecualikan dari Anaerobik Digestion.
· Pisahkan pra-sanitasi.Kategoribahan baku tertentu adalah wajib, seperti yang
ditetapkan olehPeraturan Eropa EC 1774/20023. Tergantung pada kategori bahan baku,
Peraturan membutuhkan pasteurisasi yang baik (di 70oC selama satu jam), atau tekanan
sterilisasi (Di 133oC minimal selama setidaknya 20 menit dan tekanan uap mutlak
minimal 3bar).
· Controlled sanitasi. Dalam kasus kategori bahan baku yang menurut EC Peraturan
1774/2002, tidak memerlukan pra-sanitasi terpisah, kombinasi Anaerobik Digestion
Suhu proses dan waktu minimum yang dijamin retensi (MGRT) akan memberikan
pengurangan patogen efektif / inaktivasi di digestate.
· Pengendalian efisiensi pengurangan patogen di digestate dengan menggunakan
organisme indikator. Efisiensi pengurangan patogen tidak boleh diasumsikan, tapi
diverifikasi dengan menggunakan salah satuMetode organisme indikator terakreditasi.
2.3.2 Parameter Untuk Kinerja Higienis Dari Pabrik Biogas
1. Pengurangan Patogen Sebelum Sanitasi
Sampah organik merupakan jenis sampah yang mudah membusuk dan berpotensi
mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan dan pengolahannya
mutlak diperlukan sehingga lingkungan menjadi bersih dan kesehatan masyarakat dapat
dijaga.
Berbagai teknologi pengolahan sampah organik cukup beragam dengan berbagai
kelemahan dan kelebihannya. Pemilihan jenis teknologi yang akan diaplikasikan
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan lokal. Sebaiknya teknologi
yang dipilih sifatnya tepat guna, sederhana dan mudah dioperasikan.
• Bahan baku yang membutuhkan sanitasi khusus (misalnya air limbah dari rumah
potong, makanan dan limbah katering, flotasi lumpur).
• Bahan baku yang tidak memerlukan sanitasi yang terpisah (pupuk kandang dan
lumpur, tanaman energi, sayuran residu dari semua jenis) sanitasi yang diperlukan dan
pengurangan patogen dijamin oleh AD proses itu sendiri.
Bahan baku yang membutuhkan sanitasi khusus
1. Teknologi sterilisasi sampah organik
Umumnya, patogen bersifat mesofil, yakni hidup pada suhu dibawah 40oC. Oleh
karena itu, patogen akan mati jika diekspos pada suhu tinggi dalam waktu tertentu.
Teknologi yang dapat digunakan untuk mereduksi dan membasmi patogen yang berada
dalam sampah organik antara lain adalah pasterurisasi, perlakuan dengan panas yang
tinggi, iradiasi dan pengkomposan.
a. Pasteurisasi
Sampah padat diekspos pada suhu 70oC selama 30 menit di dalam reaktor
tertutup baik dengan sistem batch atau kontinyu. Sistem pemanasnya biasanya
menggunakan suatu unit heat exchanger yang dapat memanfaatkan kembali energi yang
dilepaskan sehingga ongkos prosesnya bisa direduksi. Dengan proses ini telur parasit
tidak dapat bertahan hidup. Sementara itu jumlah enterobakteria yang berada di sampah
dapat ditekan sampai ambang batasnya yaitu sekitar 100 enterobakteria per gram.
b. Ekspos Pada Suhu Tinggi
Perlakuan panas (heat treatment) terhadap sampah lebih ekstrim
dibandingkan dengan cara pasteurisasi. Suhu yang digunakan mencapai sekitar 200oC
dengan tekanan sekitar 20 bar. Di Perancis dan Jerman proses ini digunakan untuk
mereduksi kadar air sludge dan memproduksi padatan yang inert dan stabil. Dalam
kondisi suhu dan tekanan yang tinggi tersebut kandungan organisma baik yang patogen
maupun nonpatogen akan musnah sehingga padatan yang dihasilkan dalam kondisi steril.
Namun demikian proses ini menghasilkan sampah cair dengan COD setinggi 25000
mg/L.
c. Iradiasi
Sementara itu, saat ini sedang dikembangkan pula teknologi iradiasi untuk
sterilisasi sampah. Teknik Iradiasi umumnya digunakan untuk sterilisasi makanan,
minuman dan bahan buangan medis. Radiasi dapat dilakukan dengan menggunakan
sumber radionukleotida Co-60 dan Cs-137. Teknik ini dapat pula menggunakan
akselerator electron beam.
d. Teknologi Pengkomposan
Teknologi pengkomposan secara aerob dapat digunakan untuk sanitasi sampah
karena kemampuannya dalam memproduksi panas yang tinggi dalam jangka waktu
tertentu. Prinsip utama sanitasi sampah dengan sistem pengkomposan adalah berdasarkan
pedoman hubungan antara suhu tinggi dengan waktu pengeksposan terhadap suhu
tersebut. Hal ini seperti yang berlaku pada teknik pasteurisasi. Pada teknik pasteurisasi
susu dipanaskan sampai suhu 60o - 63oC selama 20 – 30 menit untuk membebaskannya
dari bakteri patogen.
Suhu tinggi yang dihasilkan tersebut terjadi secara alamiah sebagai hasil dari
proses degradasi materi organik dalam kondisi aerobik. Hal ini biasanya terjadi pada
minggu-minggu awal proses peng-komposan. Suhu tumpukan dapat dipertahankan
berada di atas 50oC selama sekitar satu bulan. Suhu tertinggi yang dapat dicapai sekitar
80oC.
Untuk menjaga agar suhu tinggi dapat bertahan dalam waktu beberapa hari atau
minggu, kondisi pengkomposan harus dikendalikan dengan baik. Pengendalian itu
mencakup sistem aerasi yang baik, ketersediaan nutrien yang cukup, dan kelembaban
yang sesuai dengan sistem pengkomposan.
e. Beberapa parameter proses memiliki pengaruh langsung maupun tidak
langsung pada efisiensi proses sanitasi AD
Mikroorganisme Pengurai Air Limbah
Dalam penanganan air limbah, mikroorganisme merupakan dasar fungsional
untuk sejumlah proses penanganan. Hal utama dalam penanganan air limbah adalah
pengembangan dan pemeliharaan kultur mikroba yang cocok. Proses penanganan biologi
air limbah secara biologik terdiri dari campuran mikroorganisme yang mampu
memetabolisme limbah organik. Kelompok mikroorganisme tersebut adalah 1) Bakteri,
2) Fungi, 3) Algae, 4) Protozoa, 5) Rotifera, 6) Crustacea, 7) Virus
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam penanganan air
limbah. Dalam air dan penanganan air limbah, bakteri penting karena beberapa jenis
bersifat patogenik (menyebabkan penyakit) dan karena kultur bakteri dapat digunakan
untuk menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan dari air
limbah.Bakteri ini terdapat dalam proses penanganan limbah dalam bentuk gumpalan
dari berbagai bentuk dan jenis.
Pengolahan Limbah Anaerobik
Proses anaerobik pada hakikatnya adalahproses yang terjadi karena aktivitas
mikroba yang dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas. Proses biologi anaerobik
merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan mikroorganisme,
umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik menjadi
metana. Selebihnya terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam kelompok
bakteri yang berperan dalam penguraian limbah. Kelompok bakteri non metanogen yang
bertanggung jawab untuk proses hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob
fakultatif dan obligat. Mikroorganisme yang diisolasi dari digester anaerobik adalah
Clostridium spp.,Peptococcus anaerobus, Bifidobacteriumspp., Desulphovibriospp.,
Corynebacteriumspp., Lactobacillus, Actonomyces, Staphylococcus, and Eschericia coli
Beberapa penelitian dari berbagai negara melaporkan bahwa pemanfaatan proses
anaerobik untuk pengolahan limbah domestik dan limbah industri mempunyai tingkat
keberhasilan yang cukup tinggi. Karena proses anaerobik berlangsung dengan baik pada
suhu sekitar 30 – 40 oC, maka pada daerah tropis proses anaerobik ini mampu mencapai
hasil pengolahan limbah yang cukup memuaskan
1. Suhu yang optimal dari proses anaerobik
Bervariasi tergantung pada komposisi nutrient di dalam digester, tetapi
kebanyakan proses anaerobik seharusnya dipelihara secara konstan untuk mendukung
tingkat produksi gas. Digester termopilik lebih efisien dalam hal waktu tinggal, tingkat
kapasitas, dan jumlah produksi gas, tetapidi lain hal membutuhkan input panas yang
lebih tinggi dan mempunyai sensitivitas yang tinggi yang membuat proses lebih
problematik daripada digesti mesopilik.
2. Waktu Tinggal
Waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proses degradasi
materi-materi organik yang sempurna.Waktu tinggal bervariasi dengan memproses
parameter-parameter, seperti memproses suhu dan komposisi limbah. Waktu tinggal
untuk limbah yang diperlakukan dalam digester mesopilic dalam kisaran 15-30 hari dan
12-14 hari untuk digester termopilik.
3. pH
Nilai pH yang optimal untuk proses asidogenesis dan metanogenesis berbeda-
beda. Selama proses asidogenesis dibentuk asetat, laktat, dan asam propionat, dengan
demikian pH turun. pH yang rendah dapat menghambat proses asidogenesis dan nilai pH
dibawah 6,4 dapat bersifat racun untuk bakteri pembentuk metan (pH optimal untuk
proses metanogenesis adalah antara 6,6-7). Kisaran pH optimal untuk semua yaitu antara
6,4-7,2.
4. Rasio Karbon dan Nitrogen (C:N)
Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen yang hadir dalam materi organik di
gambarkan oleh rasio C : N. Rasio optimal C : N dalam proses anaerobik antara 20 : 30.
Rasio C : N yang tinggi mengidikasikan adanya konsumsi nitrogen yang cepat oleh
bakteri metanogen dan menghasilkan produksi gas yang rendah. Selain itu rasio C : N
yang rendah menyebabkan akumulasi ammonia dan nilai pH yang melebihi 8,5 dan ini
bersifat racun bagi bakteri matanogen.
5. Mixing
Mixing di dalam digester, meningkatkan kontak antara mikroorganisme dengan
substrat dan meningkatkan kemampuan populasi bakteri untuk memperoleh nutrisi.
Mixing juga membangun gradien suhu di dalam digester. Mixing yang berlebihan dapat
merusak mikroorganisme dan oleh karena itu mixing yang lambat lebih disukai.
2.3.3 Indikator Organisme
Didalam digestate terdapat banyak organisme patogen, sehingga diperlukan suatu
indikator untuk dimasukkan kedalam digestate untuk mengevaluasi seberapa besar
keberadaan patogen dan mengevaluasi aktivasi, pertumbuhan dan daya infeksi dari
organisme dalam digestate. Berbagai metode telah diterapkan di luar negeri untuk
mengevaluasi kinerja digestate dan mendeteksi seberapa besar keberadaan bakteri
patogen. Metode tersebut diantaranya :
1. 10 FS (Faecale Streptococci) - Denmark
Merupakan metode berdasarkan perhitungan Faecale Streptococci (bakteri
streptococcus pada feses) pada digerster. Penelitian veterinary Denmark dilakukan
untuk menguji ketahanan bakteri, virus, dan parasit dalam berbagai penyimpanan
anaerobik. Indikator ini dipilih karna indikator streptococcus dapat bertahan dalam
perlakuan termal sdhingga bakteri patogen, virus dan parasit akan kehilangan daya
hidupnya.
2. Salmonella Test - Germany
Latar belakang adanya test ini ialah dilihat dari sudut pandang kebersihan saat
suplai lumpur kotoran dan limbah organik yang terjadi Jerman. Oleh karena tidak
diperkenankan menggunakan indikator mikro karna akan merusak tanah dan air pada
lingkungan, sehingga diberlakukan tes mengenai keberadaan salmonella. Apabila
keberadaan salmonella tidak terdeteksi atau berada pada batas minimum maka dapat
dikatakan higienis.
3. Phytohygienic Safety - Germany
Indikator yang berasal dari tumbuhan (fito), sehingga sama sekali tidak
menggunakan mikroorganisme. Penerapannya hanya digunakan dalam skala limbah
rumah tangga. Yaitu dengan cara melihat daya germinasi dan reproduksi dari biji tomat
per liter limbah yang akan diuji.
4. Perlakuan pada virus
Untuk mengendalikan virus yang mungkin tersebar dalam digestate atau
lingkungannya, maka dengan memberikan perlakuan temperatur yang dapat
menginaktifkan virus. Dengan adanya panas maka virus dapat kehilangan viabilitasnya.
Namun masih dilakukan penelitian mengenai faktor lain untuk mengatasi virus yakni
dari pH, aminia, detergens dan metabolisme mikroba.
Apabila organisme patogen terdapat di dalam digester dan mencemari
lingkungan, maka akan membahayakan bagi kehidupan makhluk hidup disekitarnya.
Berikut beberapa indikator apabila limbah biogas mencemari air lingkungan ialah:
a. Adanya perubahan suhu air. Air yang panas apabila langsung dibuang ke lingkungan
akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme lainnya.
b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. Air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai berkisar pH berkisar antara 6,5 – 7,5.
c. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. Air dalam keadaan normal dan bersih pada
umumnya tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Timbulnya bau pada air
lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran.
Apabila air memiliki rasa berarti telah terjadi penambahan material pada air dan mengubah
konsentrasi ion Hidrogen dan pH air.
d. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. Bahan buangan yang berbentuk padat,
sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air besama koloidal, sehingga
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat
diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan fotosintesis.
e. Adanya mikroorganisme. Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan
buangan dari limbah industri ataupun domestik. Bila bahan buangan yang harus didegradasi
cukup banyak, maka mikroorganisme akan ikut berkembangbiak. Pada perkembangbiakan
mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut
berkembangbiak pula.
f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Zat radioaktif dari berbagai kegiatan dapat
menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar,
baik efek langsung maupun efek tertunda.
Indikatoryang digunakan untuk mendeteksi keberadaan mikroorganisme harus
memiliki syarat sebagai berikut :
Dapat digunakan untuk berbagai jenis air
Mikroorganisme harus muncul bila patogen enterik dan sumber polusi muncul
Tidak ada di air yang terpolusi
Mudah diisolasi, murah, mudah diidentifikasi, dan mudah dihitung
Lebih banyak jumlahnya dan lebih tahan dibanding patogen
Bukan merupakan patogen
Tidak berkembang biak di air
Merespon perlakuan dan kondisi lingkungan
Kepadatan indikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi
Menjadi bagian dari mikroflora dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas
2.3.4 Kebutuhan Sanitasi
Beberapa negara Eropa memiliki regulasi tentang hygien dan sanitasi limbah
peternakan berdasarkan EC 1774/2002 dimana terdapat 3 kategori utama di dalam
peraturan tersebut yakni :
Kebutuhan sanitasi berbeda tergantung instalasi biogasnya
Thermofil
Untuk limbah pangan dan bahan mentah harus dipastikan :
-temperatur ≥ 55° C
-waktu retensi 20 hari
-ukuran partikel ≤12 mm.
Mesofil
Temperatur berkisar antara 37° C
Hanya membutuhkan tempat terbatas
Sanitasi dicapai dengan pemanasan semua materi termasuk limbah dapur atau dengan
agen pereduksi patogen
Dibutuhkan beberapa hal dalam sanitasi yaitu :
1. Sektor kebersihan
2. Area disinfeksi
3. Kontrol penyakit
4. Pencatatan dan dokumentasi
5. Kontrol hygiens
6. Pemeliharaan instalasi dan kalibrasi peralatan
7. Perlu adanya laboratorium sendiri untuk mempermudah analisis sampel dan tes
efisiensi pengurangan patogen
penggunaan prinsip sanitasi berwawasan lingkungan menjadi penting, lebih dari
penggunaan sistem sanitasi terpusat konvensional. Sanitasi berwawasan lingkungan
diterapkan pada 3 target tujuan yaitu memadukan prinsip pembangunan berkelanjutan,
mengurangi kehilangan sumber daya lingkungan, dan mengurangi setengah dari
penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum yang sehat dan mencapai
perbaikan yang berarti dalam kehidupan paling tidak 100 juta. (Darwati, 2007)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan langkah pencegahan yang telah ditetapkan dalam pabrik biogas maka
dapat menekan angka kecelakaan serta menekan angka kemungkinan terjadinya
kerugian akibat kerusakan peralatan dan kecelakaan kerja.
2. Resiko yang terjadi dalam pabrik biogas adalah resiko ledakan dan kebakaran dan
juga termasuk resiko keracunan dan sesak napas.
3. Proses sanitasi diperlukan mengingat dari proses pembentukan biogas akan terbentuk
gas-gas yang jika dibiarkan akan mengganggu kesehatan manusia, dan juga
lingkungan sekitar.
3.2. Saran
Mengingat banyaknya manfaat yang dihasilkan dari biogas maka biogas
layakuntukdikembangkanselainituperludiperhatikan proseskehati-hatian agar biogas
yang diproduksitidakhanyamenghasilkankeuntungan yang
besarbagipengelolatapijugatidakmerugikan lain pihak
DAFTAR PUSTAKA
Darwati. 2007. Tinjauan Penerapan Sanitasi Berwawasan Lingkungan Dengan Sistem
Pemisahan Tinja Dan Urin. JurnalPermukiman Vol. 2 No. 3
Hidayat, Nur. 2015. Bioenergi. TIP – FTP – UB
Irvan. 2012. Pembuatan Biogas dari Berbagai Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal
Teknik Kimia.Vol.1, No. 1
Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri
Tahu.Semarang. Universitas Diponegoro.
Krisno, A. 2011. Mikroorgaisme sebagai Indikator Baik Buruknya Kualitas Alam. Dikutip
dari https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/29/mikroorganisme-sebagai-
indikator-baik-buruknya-kualitas-lingkungan-alam/. Diakses 27 Maret 2015.
Lanang,R. 2005. Kajian Perencanaan Permintaan dan Penyediaan Energi di Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Perangkat Lunak Leap. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Nayono, S.E. 2011.Metode Pengolahan Air Limbah Alternatif Untuk Negara
Berkembang. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
Pietrangeli, Biancamaria., Lauri, Roberto., Bragatto, Paolo A. 2013. Safety Operation of
Biogas Plants in Italy. Chemical Engineering Transactions, Vol. 32, 2013
Wahyono, Sri.2001. Pengolahan sampah organik dan aspek sanitasi.Jurnal Teknologi
Lingkungan. Vol.2, No. 2, Mei 2001 : 113-118.
Warta Biru. 2012. Bio-slurry: Cara Pemanfaatan untuk Aneka Kegunaan. Vol. 2, No. 2,
April 2012