makalah bapak kosmas batubara_2

8
MENYEGARKAN KEMBALI PARADIGMA UPAH MINIMUM DAN UPAH YANG ADIL 1. Ada 3 (tiga) pelaku Hubungan Industrial yaitu Pemerintah, Buruh dan pihak Manajemen Perusahaan. Interaksi dari ketiga pelaku hubungan industrial melahirkan aturan di tempat kerja (the rules of the workplace). Konflik dari ketiga hubungan industrial karena tidak adanya kecocokan dari ketiga pelaku hubungan industrial. Ketidakcocokan itu terjadi karena tidak ada kesamaan ideologi. Dunlop sebagai salah seorang ahli hubungan industrial mengemukan pendapat sbb.: Dunlop’s industrial relations system is held together by an ideology or commonly shared set of ideas and beliefs. He insisted that the ideology of the industrial- relation system is a body of common ideas that defines the ideas which each actor holds towards the place and function of the others in the system. Dunlop acknowledged that each of the actors in the system may have their own ideology. Nevertheless, in mature industrial relations systems these ideologies would be sufficiently compatible and consistent as to permit a common set of ideas which regognize an acceptable role for each other. (Sistem hubungan industrial Dunlop didasarkan pada suatu ideologi atau seperangkat pikiran dan keyakinan yang disepakati bersama. Dia kukuh berpendapat bahwa ideologi sistem hubungan industrial merupakan suatu jalinan sejumlah pikiran bersama yang menetapkan pikiran dari masing-masing pelaku tentang tempat dan fungsi pelaku lain dalam sistem itu. Dunlop mengakui bahwa setiap pelaku dalam sistem mungkin saja memiliki ideologinya sendiri. Namun demikian dalam sistem hubungan industrial yang matang, tiap ideologi itu akan cukup kompatibel dan konsisten sehingga memungkinkan 1

Upload: ervinjmb

Post on 24-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

MENYEGARKAN KEMBALI PARADIGMA UPAH MINIMUM DAN UPAH YANG ADIL

1. Ada 3 (tiga) pelaku Hubungan Industrial yaitu Pemerintah, Buruh dan pihak Manajemen Perusahaan. Interaksi dari ketiga pelaku hubungan industrial melahirkan aturan di tempat kerja (the rules of the workplace). Konflik dari ketiga hubungan industrial karena tidak adanya kecocokan dari ketiga pelaku hubungan industrial. Ketidakcocokan itu terjadi karena tidak ada kesamaan ideologi.

Dunlop sebagai salah seorang ahli hubungan industrial mengemukan pendapat sbb.:

Dunlop’s industrial relations system is held together by an ideology or commonly shared set of ideas and beliefs. He insisted that the ideology of the industrial-relation system is a body of common ideas that defines the ideas which each actor holds towards the place and function of the others in the system. Dunlop acknowledged that each of the actors in the system may have their own ideology. Nevertheless, in mature industrial relations systems these ideologies would be sufficiently compatible and consistent as to permit a common set of ideas which regognize an acceptable role for each other. (Sistem hubungan industrial Dunlop didasarkan pada suatu ideologi atau seperangkat pikiran dan keyakinan yang disepakati bersama. Dia kukuh berpendapat bahwa ideologi sistem hubungan industrial merupakan suatu jalinan sejumlah pikiran bersama yang menetapkan pikiran dari masing-masing pelaku tentang tempat dan fungsi pelaku lain dalam sistem itu. Dunlop mengakui bahwa setiap pelaku dalam sistem mungkin saja memiliki ideologinya sendiri. Namun demikian dalam sistem hubungan industrial yang matang, tiap ideologi itu akan cukup kompatibel dan konsisten sehingga memungkinkan terjadinya seperangkat pemikiran yang mengakui adanya peranan tiap pelaku terhadap pelaku lainnya.1

2. Salah satu penyebab dari konflik adalah ketidaksamaan pendapat/pandangan tentang upah. Upah sudah sejak lama

1Dr. Cosmas Batubara, Hubungan Industrial, Penerbit PPM, 2008, Hlm. 22.

1

Page 2: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

menjadi sorotan berbagai kalangan yang terlibat dalam hubungan industrial karena posisi upah sangat strategis.

Badan ILO merumuskan mengenai upah sebagaimana diterjemahkan oleh Sentanoe Kertonegoro sbb.:

Oleh karena itu, upah masuk ke dalam kebijakan dan hubungan antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Semua pihak itu mempunyai kepentingan yang sama untuk meningkatkan kuantitas barang jasa yang diproduksi, yang memberikan upah, laba dan penghasilan; namun kontroversi sering timbul mengenai bagaimana kue barang dan jasa ini harus dibagi di antara mereka. Dimana serikat pekerja telah mantap, kekuatan tawar-menawar (bargaining) atas upah dengan pengusaha sering sangat tajam. Meskipun masing-masing pihak menginginkan mencapai kesepakatan, perbedaan antara upah yang ditawarkan oleh pengusaha dan jumlah yang mau diterima pekerja bisa terlalu besar untuk tercapainya penyelesaian. Dalam keadaan itu, konflik tajam terjadi, dan kekuatan masing-masing pihak akhirnya ditunjukkan dengan mogok (strikes) atau penutupan perusahaan (lock outs) sampai satu pihak terpaksa mengalah atau tercapai kompromi. Pekerja bisa ditekan untuk menurunkan permintaannya karena mereka tidak dapat meneruskan konflik berlarut dalam keadaan tidak menerima upah. Demikian juga, sikap pengusaha dipengaruhi oleh kesulitan keuangan yang disebabkan penghentian kerja dan risiko kehilangan pelanggan.2

3. Masalah aturan di tempat kerja yang mengatur tentang upah sudah ada sejak di Indonesia ada hubungan perburuhan atau hubungan industrial. Buku yang diterbitkan Departemen Tenaga Kerja yang menghimpun seluruh peraturan tentang upah dimulai dengan ordonansi tentang Peraturan Perburuhan Perusahaan Kerajinan (pasal 4-6, 8 dan 9) (stb. No. 467 tahun 1941), kemudian ada perubahan ordonansi tentang Peraturan Perusahaan Kerajinan (stb. No. 291 tahun 1948), Surat

2Sentanoe Kertonegoro, Pengupahan, Penerbit Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta, 1999.

2

Page 3: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

Keputusan Kepala Departemen Urusan Sosial No. J. 6-866 tahun 1948), ordonansi pajak upah (stb. No. 611 tahun 1939 dan 89 tahun 1948), KUH Per. Titel 7 A, Buku ketiga (pasal 1601 o-1601 w, 1602 a-1602 t), ordonansi tahun 1926 tentang syarat yang harus di penuhi dana termasuk pada pasal 1601 s ayat 2 KUP Per (stb. No. 377 tahun 1926).

4. Sejak Indonesia dipenghujung tahun enam puluhan mulai memasuki era industri, maka pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai upah yang dikenal dengan nama Keputusan Presiden No. 58 Tahun 1969.

Dalam keputusan ini ditetapkan pembentukan Dewan Penelitian Pengupahan Nasional (DPPN) salah satu pembentukannya adalah dalam rangka usaha mengadakan demokratisasi dan jaminan sosial menuju kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Komposisi keanggotaan terdiri dari unsur Pemerintah dan unsur wakil Buruh dan Pengusaha. DPPN di dalam memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai prinsip-prinsip pengupahan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang perlu memperhatikan faktor-fakktor ekonomi, sosial dan tenaga kerja serta perkembangan ekonomi dalam arti luas.

Dari ungkapan di atas jelas bahwa dalam mengambil keputusan tentang upah tidak boleh hanya mempertimbangkan buruh yang sedang kerja saja untuk dinaikkan upahnya saja akan tetapi perlu mempertimbangkan secara mendalam perlunya investasi baru yang dikumpulkan dari penyisihan dari keuntungan perusahaan. Kebijaksanaan seperti itu adalah kebijaksanaan yang balance.

5. Tahun 1981 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981 sbb.:

3

Page 4: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

Pengaturan pengupahan yang berlaku di Indonesia pada saat ini masih dipakai Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang jiwanya sudah tidak sesuai lagi. Sejalan dengan berlakunya UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, maka pengaturan tentang perlindungan upah secara nasional dirasakan makin mendesak.

Sesuai dengan perkembangan ekonomi yang diupayakan ke arah stabilitas yang makin mantap maka pengaturan tentang perlindungan upah dalam Peraturan Pemerintah ini diarahkan pula kepada sistem pembayaran upah secara keseluruhan. Pengertian upah secara keseluruhan dimaksudkan disini tidak termasuk upah lembur. Pada pokoknya sistem ini didasarkan atas prestasi seorang buruh atau dengan perkataan lain bahwa upah itu tidak lagi dipengaruhi oleh tunjangan-tunjangan yang tidak ada hubungannya dengan prestasi kerja.

Pembayaran upah pada prinsipnya harus diberikan dalam bentuk uang, namun demikian dalam Peraturan Pemerintah ini tidak mengurangi kemungkinan pemberian sebagian upah dalam bentuk barang yang jumlahnya dibatasi.

Peraturan Pemerintah ini pada pokoknya mengatur perlindungan upah secara umum yang berpangkal tolak kepada fungsi upah yang harus mampu menjamin kelangsungan hidup bagi buruh dan keluarganya.

Untuk menuju ke arah pengupahan yang layak bagi buruh perlu ada pengaturan upah minimum tetapi mengingat sifat kekhususannya belum diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

6. Dalam seminar hari ini dengan tema “Strategi Pengupahan Cerdas Dalam Rangka Keadilan dan Produktivitas”, kepada saya diminta untuk mengemukakan “Menyegarkan Kembali Paradigma Upah Minimum dan upah yang Adil”.Masalah upah minimum di singgung dalam Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 1981, meskipun tidak terlalu rinci, untuk menyegarkan ingatan kita mengenai upah minimum perlu

4

Page 5: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

diangkat kembali landasan-landasannya adalah untuk melindungi buruh dari tindakan sewenang-wenang dari pengusaha. Menurut catatan negara pertama kali yang menggunakan upah minimum untuk melindungi buruh adalah Selandia Baru yang dituangkan dalam Undang-undang Arbitrasi dan Konsiliasi Industrial tahun 1894. Setelah Selandia Baru Australia dan Eropa mengikuti menggunakan pendekatan upah minimum dengan Perancis tahun 1915, Norwegia tahun 1918, Jerman tahun 1923, Spanyol tahun 1926, dan Belgia tahun 1934.

Dalam Buku ILO tentang Penetapan Upah Minimum (minimum wage fixing) ada 4 (empat) peranan dasar dari penetapan upah minimum, yaitu :a. Memberikan perlindungan bagi sejumlah kecil pekerja yang

berpenghasilan rendah yang dianggap rentan (vulnerable) dalam pasar kerja.

b. Menjamin pembayaran upah yang dianggap wajar (fair wages) yang tidak terbatas pada pembayaran upah terendah.

c. Memberikan perlindungan pada struktur upah sehingga, merupakan “jaring pengaman” terhadap upah yang terlalu rendah.

d. Sebagai instrumen kebijaksanaan makro ekonomi untuk mencapai tujuan nasional berupa pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, serta pemerataan penghasilan.

7. Indonesia tahun 1989 mengeluarkan Per-05/Men/1989 tentang upah minimum yang menetapkan landasan untuk menentukan upah minimum adalah :a. Kebutuhan fisik minimum,b. Indeks harga konsumen,c. Perluasan kesempatan kerja,d. Upah pada umumnya berlaku secara regional,e. Kelangsungan dan perkembangan perusahaan, danf. Tingkat perkembangan perekonomian secara regional dan

nasional.

Masalah upah minimum sangat dipengaruhi oleh upaya perlindungan terhadap buruh. Penyesuaian upah setiap tahun akan berkembang sesuai tingkat perkembangan ekonomi dan perkembangan industri tertentu secara khusus. Karena harga-

5

Page 6: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

harga setiap daerah tidak sama, maka penentuan upah minimum berbeda menurut wilayahnya.

8. Cara menghitung upah, kalau semula perhitungan upah berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), kemudian di tahun 1995 berubah menjadi Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) dan sekarang ini dikenal istilah KHL (Kebutuhan Hidup Layak). Untuk memberi rasa adil kepada para pekerja peran dari pada DPPN Nasional maupun regional perlu diperkuat. Sangat disayangkan ternyata DPPN belum mencakup seluruh Kabupaten.

9. Masalah upah tidak dipisahkan dari peningkatan industri baik buruh maupun Pemerintah tidak bisa menaikkan daya beli upah melebihi kemampuan industri untuk membayar. Kalau upah dinaikkan terlalu tinggi, akibatnya inflasi atau pengangguran. Perlu tetap dijaga agar industri yang ada tetap mampu membayar upah minimum yang ditetapkan. Kalau ada suatu perusahaan tidak mampu membayar upah minimum, maka perlu ada pembinaan agar perusahaan tersebut memperbaiki diri agar mampu membayar upah minimum. Kalau salah dibina dan dibantu, tetap tidak mampu bayar upah minimum yang ditetapkan, maka perusahaan seperti itu lebih baik ditutup.

10. Cara terbaik untuk menaikkan upah secara nasional adalah dengan cara meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui perbaikan mutu tenaga kerja dengan pendidikan dan latihan, perbaikan metode produksi serta adanya perencanaan ekonomi negara yang sehat dan konsisten.

Jakarta, 15 Maret 2012

Dr. Cosmas Batubara

Bahan Bacaan :

6

Page 7: Makalah Bapak Kosmas Batubara_2

1. Cosmas Batubara, Hubungan Industrial, Penerbit Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Jakarta, 2008.

2. Sentanoe Kertonegoro, Pengupahan, Penerbit Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta, 1999.

7