makalah asuhan kebidanan iv... bunda nettynew

27
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IV ASUHAN KEBIDANAN PADA RADANG GENITALIA INTERNA (MYOMETRITIS, PARAMETRITIS, ADNEXITIS, PERITONITIS) DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 1. ENDANG PASURINA 1226030075 2. DEKI ERLIANTI 1226030076 3. GITA GRAYESA 1226030077 4. ANGGIE KARTINA PRATIWI 1226030078 5. VERA ANGGRAINI 1226030079 6. RATI DIAN KESUMA 1226030080 7. MAU IZATUL HASANAH 1226030081 8. RAHYU ONALA 1226030082 TINGKAT / SEMESTER : II / IV B DOSEN PENGAMPUH : Dra. Hj. NETTY HERAWATI, DHSM, M.Si

Upload: gita-grayesa

Post on 07-Feb-2016

158 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IV

ASUHAN KEBIDANAN PADA RADANG GENITALIA INTERNA

(MYOMETRITIS, PARAMETRITIS, ADNEXITIS, PERITONITIS)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. ENDANG PASURINA 1226030075

2. DEKI ERLIANTI 1226030076

3. GITA GRAYESA 1226030077

4. ANGGIE KARTINA PRATIWI 1226030078

5. VERA ANGGRAINI 1226030079

6. RATI DIAN KESUMA 1226030080

7. MAU IZATUL HASANAH 1226030081

8. RAHYU ONALA 1226030082

TINGKAT / SEMESTER : II / IV B

DOSEN PENGAMPUH :

Dra. Hj. NETTY HERAWATI, DHSM, M.Si

STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

DIII KEBIDANAN

2013/2014

Page 2: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Radang Genitalia Interna”.

Selesainya makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan diterapkan oleh semua pihak yang

membacanya dan dapat berguna dalam kegiatan perkuliahan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna. Olah

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca terhadap

makalah ini. Kami beharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkompeten. Amin.

Bengkulu, Juni 2014

Penulis

Kelompok 4

ii

Page 3: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian 3

2.2 Tujuan 3

2.3 Gangguan Sistem Reproduksi

2.3.1 Mastitis 3

2.3.2 Fibrio Adenoma 5

2.3.3 Kista Sarcoma Fillodes 7

2.3.4 Sarcoma 8

2.3.5 Kanker Payudara 9

2.3.6 Tumor Jinak dan Ganas pada Vulva, Vagina, Tuba, Uterus, dan Ovarium13

2.4 Prosedur Pemeriksaan 17

2.5 Deteksi Dini 20

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23

3.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

iii

Page 4: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat

meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat

meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun

atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis,

serviksitis, adneksitis dan salpingitis

Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi

tersebut.Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan

menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan

dirinya menyebabkan infeksi ini menyebar lebih luas dan akan sulit dalam

penanganannya.

Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk

mendapatkan keturunan.Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga

seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau

isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual.Jika tidak segera diobati,

masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah

tangga.Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ

reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat

gangguan pada organ reproduksi.

Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif

yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya.Beberapa peran bidan

diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa

tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan

manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh

karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam

tentang infeksi/radang alat-alat genetalia dan penatalaksanaannya dengan konsep

asuhan kebidanan.

2

Page 5: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengertian, tanda, gejala serta penanganan radang genitalia interna :

a. Myometritis

b. Parametritis

c. Adnexitis

d. Peritonitis

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian, tanda, gejala serta penanganan genitalia interna :

a. Myometritis

b. Parametritis

c. Adnexitis

d. Peritonitis

2

Page 6: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Myometritis

1.      Pengertian Myometritis

        Miometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi uterus

setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini

tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan

terapinya seperti endometritis.

2.      Klasifikasi

a. Metritis akuta

Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum. Penyakit ini

tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan

pada wanita dengan endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan

metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa

pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau

lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.

b.  Metritis Kronik

Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia

dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran

uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat

kelamin. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :

1)      Abses pelvik

2)      Peritonitis

3)      Syok septic

4)      Dispareunia

5)      Trombosis vena yang dalam

6)      Emboli pulmonal

7)      Infeksi pelvik yang menahun

8)      Penyumbatan tuba dan infertilitas

3.      Faktor Predisposisi

a.    Infeksi abortus dan partus

2

Page 7: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

b.   Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim

c.    Infeksi post curettage

4.      Gejala – gejala

a.    Demam

b.   Keluar lochea berbau / purulent, keputihan yang berbau

c.    Sakit pinggang

d.   Nyeri abdomen

e.    Nyeri saat berhubungan seksual

f.    Nyeri di daerah pelvic

g.   Nyeri di punggung kaki (betis)

h.   Gangguan kesuburan

i.     Gangguan buang air besar (sembelit atau kembung)

5.      Komplikasi

     Dapat terjadi penyebaran ke jaringan sekitarnya seperti:

a.  Parametritis (infeksi sekitar rahim)

b.  Salpingitis (infeksi saluran otot)

c.   Ooforitis (infeksi indung telur)

d.   Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

6.      Penatalaksanaan

        Terapi miometritis :

a.    Antibiotika spektrum luas

         Ampisilin 2 g iv / 6 jam

         Gentamisin 5 mg kgbb

         Metronidasol 500 mg iv / 8 jam

b.  Profilaksi antitetanus

         

7.      Manajemen

        -Antibiotik kombinasi

        -Transfusi jika diperlukan

2

Page 8: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

D.    Parametritis

1. Definisi

Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang ini

biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa

jalan:

Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu:

1.    Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari    endometritis

2.    Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar     ligamentum

3.   Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal terbatas pada

dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar

ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau

pada fossa iliaka.

Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi bisa juga

ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses. Apabila terjadi abses, dan

proses berkembang terus, maka abses akan mencari jalan keluar yaitu di atas ligamentum 

pouparty, ke daerah ginjal, melalui foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan

sebagianya. Parametritis dapat juga menahun  dan di tempat radang terjadi fibrosis.

Kalau terjadi infeksi  parametrium, maka timbulah pembengkakan yang mula-mula

lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini dapat terjadi hanya pada dasar lig.

Latum tetapi dapat juga bersifat luas misalnya dapat menempati seluruh parametrium

sampai ke dinding panggul dan dinding perut depan di atas lig. Inguinale.

Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan pembengkakan di belakang

cervix. Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau menjadi abses. Abses dapat memecah di

daerah lipat paha di atas lig. Inguinale atau ke dalam cavum douglas. Parametritis biasanya

unilateral dan karena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih sering terdapat pada

primipara daripada multipara.

2.      Etiologi

Parametritis dapat terjadi:

1)       Dari endometritis dengan 3 cara :

1. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.

2. Lymphogen.

2

Page 9: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

3. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis

2)      Dari robekan serviks

3)      Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)

3.      Patofisiologi

Endometritis → Infeksi meluas →Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi

menyebar ke miometrium → Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan

limfe/tromboflebitis → Parametritis

Terjadi reaksi :

1.      Kalor

2.      Dolor

3.      Nyeri hebat

4.      Nafsu makan berkurang

5.      Asam lambung meningkat

6.      Reaksi mual

7.      Vasodilatasi

8.      syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas

4.      Tanda dan gejala

1.  Suhu tinggi dengan demam tinggi

Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu

tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan ada nyeri sebelah

atau kedua belah di perut bagian bawah, sering memancar pada kaki.

Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis

menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di

sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas

ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.

Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai

dengan menggigil.

2.  Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.

3.  Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah

5.      Diagnosis

Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan

nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita

2

Page 10: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrée tampaknya sakit, suhu meningkat dengan

kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.

6.      Prognosis

Yang paling dapat dipercayai untuk membuat prognosa ialah nadi ; jika nadi tetap di

bawah 100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi di atas 130, apalagi kalau tidak ikut

turun dengan turunnya suhu prognosanya kurang baik.

Demam yang continou adalah lebih buruk prognosanya dari demam yang remittens.

Demam menggigil berulang-ulang, insomnia dan icterus, merupakan tanda-tanda yang

kurang baik.Kadar Hb yang rendah dan jumlah leucocyt yang rendah atau sangat tinggi

memburukkan prognosa.

Juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosa.

Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas

tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis

pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan

tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.

7.      Penatalaksanaan

1) Pencegahan

Selama kehamilan

Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan

untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang

baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat

mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

Selama persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman

dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan

dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua

petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat,

kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh

dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi

darah harus diberikan menurut keperluan.

Selama nifas

2

Page 11: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari

pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar.

Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-

wanita dalam nifas sehat.

2) Pengobatan

Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas.

Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai

tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika

berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau

antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.

Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi

daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang

mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan

keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.

Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan

penderita dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan yang berat- berat. Dengan terapi

ini biar pun sisa- sisa peradangan masih ada, keluahan- keluhan penderita sering kali hilang

atau sangat berkurang.  Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati

dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka

dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh

darah yang agak besar tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu

diadakan pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari

jalan ke jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat insici

ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.

3. Penanganan

Beri antibiotik seperti benzyl penisilin ditambah gentamisin dan metronidazol.

Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam.

Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit

daerah.

E.     Adnexitis

1.      Pengertian

2

Page 12: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan

yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium.Istilah lain dari adnexitis

antara lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis.

2.      Gejala:

• Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre

menstrual syndrome)

• Menorrhagia

• Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina

• Nyeri saat berhubungan intim

• Demam

• Nyeri punggung

• Keluhan saat buang air kecil

3.      Penyebab

Radang atau infeksi ini biasanya akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus,

tetapi juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari

jaringan-jaringan di sekitarnya. Diantara sebab yang paling banyak adalah infeksi

gonorrhea(kencing nanah) dan Chlamidia, serta infeksi setelah aborsi dan masa nifas.

Selain itu juga sebagai akibat dari beberapa tindakan, seperti kerokan, laparotomi,

pemasangan IUD dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti

appendiks.

Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk

melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.

90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya

penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus,

streptokokus).

Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause

maupun selama kehamilan.

Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa

masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD,

persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:

• Aktinomikosis (infeksi bakteri)

2

Page 13: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

• Skistosomiasis (infeksi parasit)

• Tuberkulosis.

• Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

4. Faktor resiko terjadinya PID:

• Aktivitas seksual pada masa remaja

• Berganti-ganti pasangan seksual

• Pernah menderita PID

• Pernah menderita penyakit menular seksual

• Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

5.      Terapi

Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari derajat

penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian

obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan

organ sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional (pemberian antibiotik)

tidak berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubungan seksual, maka pasangannya

juga harus mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus.

Pembedahan perlu dilakuan jika :

• Jika terjadi ruptur atau abses ovarium

• Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan

• Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis

akuta

F.     PERITONITIS

1.   Definisi

Peritonitis adalah peradangan dinding kavum abdomen atau peritoneum.

2. Etiologi

Secara umum peritonitis biasanya disebabkan oleh :

1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.

Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung

empedu, appendiks, buli-buli dan pankreas. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap

2

Page 14: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

infeksi, jika pemaparan tidak berlangsung terus-menerus, tidak akan terjadi peritonitis dan

peritoneum cenderung mengalami penyembuhan jika diobati.

2. Luka tusuk karena bakteri dari pisau atau benda tajam yang masuk ke rongga abdomen.

3. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa terkumpul di perut (asites) dan

mengalami infeksi.

4. Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut

5. Iritasi tanpa infeksi

Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak pada sarung tangan

dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.

6. Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis

kuman (termasuk yang menyebabkan gonorrhoe dan infeksi chlamidia).

3. Patofisiologi

Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami

kebocoran. Respon umum terhadap kehilangan cairan intravaskular ini digariskan dalam

gambar l. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat

menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator seperti interleukin, dapat

memulai kaskade respons hiperinflamatoris, sehingga membawa perkembangan

selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba mengkompensasi dengan

cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk.

Takikardia awalnya meningkatkan curah jantung, tetapi ini segera gagal begitu terjadi

hipovolemia. Terjebaknya cairan di dalam cavum peritonealis dan lumen, lebih lanjut

meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha pernafasan penuh menjadi sulit dan

menimbulkan penurunan perfusi splanik.

Gejala sisa metabolik mencakup katabolisme otot untuk menyediakan asam amino

skeleton untuk sintesis energi dan protein fase akut. Cadangan glikogen hati dengan cepat

berkurang secara dini dalam perjalanan peritonitis, dan terjadi resistensi insulin relatif.

Bahkan dengan pemberian protein dan kalori dari luar (eksogen), lingkungan hormonal

dapat mencegah penggunaan penuhnya untuk mendukung hospes.

4.      KLASIFIKASI

A. Peritonitis Primer

Peritonitis yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan limfe ke peritoneum.

Pembagian peritonitis berdasarkan kuman penyebab:

2

Page 15: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

1. Peritonitis Streptococcus

Penyebabnya adalah Streptococcus ß haemolitikus, penderita terbanyak berusia ± 4

tahun akibat infeksi saluran pernafasan, seperti tonsilitis atau faringitis.

2.   Peritonitis pneumococcus

Penyebabnya adalah pneumococcus, penderita terbanyak adalah anak perempuan

berusia 3-10 tahun, akibat vaginitis dan salphingitis. Selain itu dapat disebabkan oleh

pneumonia dan infeksi telinga tengah.

3. Peritonitis gonococcus

Sering terjadi pada wanita dewasa karena salphingitis.

4.   Peritonitis tuberculosis

Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosa dan dapat terjadi pada semua

golongan umur.

B. Peritonitis Sekunder

Peritonitis yang disebabkan oleh masuknya bakteri atau enzim ke peritoneum,

biasanya :

        Infeksi peritoneum akut bisa disebabkan oleh perforasi gastrointestinal atau nekrosis

pankreas.

        Sering disebabkan oleh organisme aerob dan anaerob. Organisme yang paling sering

adalah E. coli dan Bacteroides fragilis.

        Pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum pada :

1) Kateter Ventrikulo - Peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidrosefalus

2) Kateter Peritoneo - Jugular untuk mengurangi asites

3) Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis.

5. Tanda Dan Gejala Klinik

Gambaran klinis bervariasi sesuai dengan jenis dan luasnya agen penyebab, kondisi

umum penderita dan respon tubuh penderita terhadap inflamasi dan infeksi.

1. Nyeri abdomen, nyeri abdominal akut merupakan gejala khas, nyeri ini terjadi tiba-

tiba, hebat, dapat terlokalisir ataupun difus

2. Muntah, pada awalnya merupakan refleks visceral. Muntah kemudian menetap

sebagai tanda peritonitis dan ileus.

3. Peningkatan denyut nadi, temperatur, dan frekuensi pernafasan.

4. Iritasi diafragma sehingga pernafasan menjadi cepat dan dangkal.

2

Page 16: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

5. Nyeri tekan abdomen dan spasme otot. Nyeri lepas mungkin ditandai dengan tidak

adanya nyeri tekan.

6. Bising. usus menghilang dan ini merupakan tanda yang paling penting dari

peritonitis.

7. Distensi abdomen dalam berbagai tingkatan.

Tes Laboratorium

1. Leukositosis, hematokrit yang meningkat (hemokonsentrasi) dan metabolik asdosis,

pada peritonistis yang tidak di terapi, dapat terjadi kegagalan-kegagalan ; pernapasan,

hepatik dan renal

2. Gambaran radiologik menunjukkan adanya distensi abdomen yang difus dari ileus

paralitik. Lingkaran batas cairan dan gas tersebar pada Gambaran usus halus dan usus

besar, berdilatasi, udara bebas dapat terlihat pada kasus – kasus perforasi.

6. Diagnosa

Diagnosa peritonitis akut, baik yang disebabkan oleh bakterial maupun kimiawi,

Secara umum ditegakkan berdasarkan :

THERAPI

Terapi pada peritonitis primer adalah dengan pemberian antibiotika bila diagnosa telah

ditegakkan. Sedangkan untuk peritonitis sekunder, terapi bergantung pada penyakit

dasarnya memerlukan tindakan bedah.

Langkah - langkah penatalaksanaan peritonitis :

1. Mengistirahatkan traktus gastrointestinal dengan puasa dan pemasangan selang

nasogastrik yang bertujuan untuk pengontrolan dekompresi terhadap distensi usus akibat

ileus paralitik.

2. Atasi syok dan koreksi cairan dan elektrolit.

Resusitasi hebat dengan larutan salin isotonik adalah penting. Pengembalian volume

intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi, dan

mekanisme pertahanan. Defisit kalium bertanggung jawab terhadap inhibisi ileus setelah

peritonitis sembuh. Pengeluaran urin dan tekanan pengisian jantung harus dipantau.

3. Antibiotika berspektrum luas diberikan secara empirik dan kemudian diubah jenisnya

setelah hasil pembiakan laboratorik keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada organisme

mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika ini merupakan tambahan bagi drainase

2

Page 17: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

bedah, walaupun drainase sendiri tidak mutlak harus dilakukan. Harus tersedia dosis yang

cukup pada saat pembedahan karena bakteremia akan berkembang selama operasi.

4. Oksigen dan dukungan ventilasi. Sepsis yang sedang berlangsung membawa ke

hipoksemia yang disebabkan oleh pintas dan splinting dinding dada. Penghantaran oksigen

yang cukup adalah penting.

5. Obat - obat yang menstimulasi aktivitas usus tidak boleh diberikan.

6. Penyakit yang berhubungan dan akibat umum peritonitis harus diobati

7. Pembedahan

a. Koreksi penyakit dasar.

Hal ini menjadi peraturan penatalaksanaan peritonitis yang fundamental. Penyingkiran atau

penutupan sumber kontaminasi peritoneal harus dilakukan segera. Segala usaha harus

dilakukan untuk membuang semaksimal mungkin benda asing dan material - material

infeksius.

c.      Cairan peritoneal diaspirasi dan dibilas dengan larutan salin. Pembilasan dengan

antibiotika dan antiseptika masih diperdebatkan sampai sekarang.

d.      Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan karena pipa itu dengan

segera ( dalam waktu hanya beberapa jam) menjadi terisolasi atau terpisah dari ruangan

yang dimaksudkan semula, mempengaruhi pertahanan peritoneum dan dapat mengganggu

organ dalam. Indikasi drainase adalah :

• Pengumpulan pus yang terlokalisir.

•Suatu daerah dari jaringan mati yang tidak dapat

dibuang.

• Penutupan organ berongga yang tidak aman.

• Kebocoran cairan tubuh seperti empedu, cairan pankreas, urin, cairan usus, darah yang

tidak dapat dihentikan dengan operasi.

Kontaminasi retroperitoneal dengan faeces, pus, dan darah.

8.      Perawatan pasca bedah harus sangat seksama pada penderita yang keadaannya gawat.

Antibiotika harus diberikan dan bila perlu diganti. Ahli bedah harus waspada terhadap

pembentukan abses. Posisi setengah duduk (semi - Fowler) dapat mengumpulkan pus yang

terbentuk pada rongga pelvik, tetapi kegunaan posisi ini tidak sebesar yang dibayangkan.

KOMPLIKASI

a. Hipovolemia pada penderita peritonitis kimiawi.

b.Sepsis pada penderita peritonitis bakterial.

2

Page 18: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

c.Kegagalan organ - organ tubuh (pulmoner, kardial, hepatik, renal), mendahului kematian

beberapa hari sebelumnya.

d.Abses abdominal dan perlengketan yang dapat menyebabkan obstruksi abdominal di

kemudian hari.

PROGNOSA

Prognosa peritonitis tergantung kepada usia penderita, penyakit yang berhubungan,

penyebab peritonitis, serta daya guna dan kesigapan tindakan bedah itu sendiri.

BAB IIIPENUTUP

A.           Kesimpulan

Penyakit radang panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna,

yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerangendometrium, tuba, ovarium

parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya,

secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.

Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimanabakteri masuk melalui

vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan

oleh bakteri yangjuga menyebabkan terjadinya penyakit menularseksual (misalnya

clamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous,streptokus).

Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan

nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau

muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bias

membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan

menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di

sekitarnya,menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang

abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.

B.                 Saran

        Kepada para pembaca agar dapat menindaklanjuti jika terdapat tanda-tanda dari radang

genetalia interna

        Jika terdapat gejala- gejala dari radang genetalia interna,bisa segera mengunjungi klinik

bidan atau ke rumah sakit terdekat.

2

Page 19: Makalah Asuhan Kebidanan IV... Bunda Nettynew

DAFTAR PUSTAKA

         Mochtar, Prof. Dr. Rustam, Sinopsis Obstetri, ECG, Jakarta, 1989.

         .Sarwono P. Ilmu Kamdungan , Jakarta, 2005

         Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu     Kandungan, Hipokrates, Jakarta.

         Scoot, J. 2002. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, Widya Medika.

2