makalah askeb iv distosia kelainan jalan lahir2

Upload: sopandi

Post on 14-Apr-2018

360 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    1/13

    MAKALAH

    DISTOSIA JALAN LAHIR

    (Keseimbangan PAP, Kesempitan BTP, Kesempitan PBP)

    Disusun Oleh :

    Kelompok 2

    Elin Karlina

    Eka Yuliawati

    Rahayu Eka Putri

    Wijayanti

    Yeni Nupinar Sawitri

    Tingkat 3C

    AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANG

    Jln. Ki Hajar Dewantara No.15A Subang Tlp.( 0260 ) 7707775

    2013

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    2/13

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

    Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Distosia

    Jalan Lahir (Keseimbangan PAP, Kesempitan BTP, Kesempitan PBP) untuk

    memenuhi tugas mata kulaih ASKEB IV (Patologi).

    Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

    karena itu kami mohon kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

    membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

    Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

    Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

    Subang, Oktober 2013

    Penyusun

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    3/13

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR............................................................................. i

    DAFTAR ISI............................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................. 11.2 Tujuan ............................................................................... 1

    BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian ......................................................................... 22.2 MacamMacam Distosia Jalan Lahir ............................. 2

    2.2.1 Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP) ................ 22.2.2 Kesempitan Bidang Tengah Panggul (BTP) ........ 42.2.3 Kesempitan Pintu Bawah Panggul (PBP).............. 5

    2.3 Penanganan ....................................................................... 6BAB III PENUTUP

    3.1 Kesimpulan ....................................................................... 93.2 Saran ................................................................................. 9

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    4/13

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangKesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World

    Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan

    bagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak

    yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Walaupun 85%

    persalinan berjalan normal, namun 15 %-nya dijumpai komplikasi yang

    memerlukan penanganan khusus. Antenatal care yang baik dapat mencegah

    komplikasi. Masalah dinegara berkembang adalah tentang fasilitas rumah

    sakit, sosio-budaya dan sosio-medis masih memegang peranan dibandingkan

    dengan Negara-negara maju (Sinopsis Obstetri 1998:101).

    Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung

    sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor

    P utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan

    keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu) ,

    penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya

    keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan

    normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih

    faktor P ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.

    Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor

    penting yaitu jalan lahir, janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu.

    Karena panggul berbentuk khas, sukar untuk menetapkan masing-

    masing bidang pada lokasi yang tepat. Untuk memudahkan, ditentukan 3bidang khayal dalam rongga panggul : Pintu atas panggul, Ruang tengah

    panggul, Pintu bawah panggul (Asrinah, 2010).

    1.2 TujuanMahasiswa Akbid Bhakti Nugraha Subang mampu memahami dan mengerti

    penyebab distosia pada persalinan karena kelainan jalan lahir.

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    5/13

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 PengertianDistosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.

    Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada

    jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

    2.2 MacamMacam Distosia Jalan Lahir2.2.1 Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP)

    Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran

    antero-posterior terpendek< 10 cm tranversal terbesar< 12 cmPerkiraan AP PAP dilakukan dengan mengukur Conjugata

    Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ;

    kesempitan PAP ditegakkan bila ukuran CD < 11.5 cm.

    Pintu atas panggul dianggap sempit kalau konjugata vera

    kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm.

    kesempitan pada konjugata vera (panggul picak) umumnya lebih

    menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran (panggul

    http://lh4.ggpht.com/-Xwm_trDaqRQ/TnUbF2tHNhI/AAAAAAAABzE/gE7F4pqbXUM/s1600-h/image%5B3%5D.png
  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    6/13

    3

    sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan

    lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka

    dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini

    dapat mengakibatkan inersia uteriserta lambannnya pendataran dan

    pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul

    tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah

    pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus

    funikuli. Pada panggul turunnya kepala bisa tertahan dengan akibat

    terjadinya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya

    ditemukan rintangan pada semua ukuran; kepala memasuki rongga

    panggul dengan hiperfleksi.

    Bisa juga melalui perkiraan diameter APPintu Atas Panggul

    dilakukan melalui pengukuran Conjugata Diagonalis secara manual

    (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas

    panggul sering ditegakkan bila ukuran CD kurang dari 11,5 cm. Pada

    kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietalBPD 9.59.8

    cm. Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui

    panggul bila diameter APPintu Atas Panggul .

    Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya

    memiliki panggul yang kecil namun anak dalam kandungannya

    biasanya juga kecil. Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh

    dilatasi servik terjadi melalui tekanan hidrostatik pada selaput ketuban

    atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung

    bagian terendah janin terhadap servik. Pada kasus kesempitan panggul

    dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas Panggul, semuatekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang

    berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa

    Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul.

    Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput

    ketuban pada servik dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan

    kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan.

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    7/13

    4

    Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi

    terjadinya kelainan presentasi. Pada wanita dengan kesempitan

    panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintangmeningkat 3 kali

    lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 6 kali

    lipat.

    2.2.2 Kesempitan Bidang Tengah Panggul (BTP)Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding

    panggul tidak berkonvergensi, foramen iskiadikum mayor cukup luas,

    dan spina iskiadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa

    panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnyakepala janin. Apabila ukurannya kurang dari 9,5 cm, perlu kita

    waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apalagi

    bila diameter sagitalis posterior juga pendek. Pada panggul tengah

    yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior

    persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse

    arrest).

    Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan

    Pintu Atas Panggul. Kejadian ini sering menyebabkan kejadian deep

    tranverse arrest ( LETAK MALANG MELINTANG RENDAH )

    pada perjalanan persalinan dengan posisi occipitalis posterior ( sebuah

    gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah

    Panggul ).

    Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi

    bawah simfisis pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum

    didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 5. Garis penghubung

    kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi

    bagian anterior dan bagian posterior. Batas anterior bagian anterior

    Bidang Tengah Panggul adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan batas

    lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior

    Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah

    ligamentum sacrospinosum.

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    8/13

    5

    Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :

    Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4S5) 11.5 cm Diameter Sagitalis Posterior DSP ( titik pertengahan diameter

    interspinous dengan pertemuan S4S5) 5 cm

    Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti

    halnya kesempitan PAP. Chen dan Huang( 1982) : BTP diperkirakan

    mengalami kesempitan bila jumlah dari Diameter Interspinous + DSP

    ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5 cm. Dengan

    demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila diameter

    interspinous. Dugaan klinik adanya kesempitan BTP adalah bila pada

    pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang

    menyolok.

    2.2.3 Kesempitan Pintu Bawah Panggul (PBP)Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar,

    tetapi terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang

    mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila

    ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa, maka sudut arkus

    pubis mengecil pula (kurang dari 80). Agar kepala janin dapat lahir,

    diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu

    bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup

    panjang persalinan per vaginaan dapat dilaksanakan, walaupun

    dengan perlukaan luas pada perineum. PBP berbentuk dua buah

    segitiga yang memiliki satu sisi bersama ( berupa diameter

    intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama.

    Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis. Apex

    segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung

    coccyx).

    Terjadi kesempitan pada Pintu Bawah Panggul bila diameter

    intertuberosa.

    Berkurangnya nilai diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya

    segitiga anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong lebih kearah

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    9/13

    6

    posterior dengan konskuensi pada persalinan terjadi robekan perineum

    yang luas. Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja

    jarang terjadi mengingat bahwa kesempitan PBP hampir selalu

    disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.

    2.3 PenangananDewasa ini 2 tindakan dalam penanganan disproporsi

    sefalopelvikyang dahulu banyak dilakukan tidak diselenggarakan lagi. Cunam

    tinggi dengan menggunakan axis-traction forceps dahulu dilakukan untuk

    membawa kepala janinyang dengan ukuran besarnya belum melewati pintu

    atas panggul ke dalam rongga panggul dan terus keluar. Tindakan ini ini

    sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh seksio sesarea yang

    jauh lebih aman. Induksi partus prematurus umumnya juga tidak dilakukan

    lagi. Keberatan tindakan ini ialah kesulitan untuk menetapkan apakan janin

    walaupun belum cukup bulan, sudah cukup tua dan besar untuk hidup dengan

    selamat di luar tubuh ibu dan apakah kepala janin dapat dengan aman

    melewati kesempitan pada panggul ibu.

    Selain seksio sesarea, dapat pula dilakukan partus percobaan,

    simfisiotomia dan karsiotomia. Namun simfisiotomia jarang sekali dilakukan

    di Indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dilakukan pada janin mati.

    Seksio sesareaSeksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni

    sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder,

    yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.

    Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukanpada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat,

    atau karena terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio

    tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor

    lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak

    janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami

    masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    10/13

    7

    Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan

    dianggap gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan

    persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per

    vaginam tidak atau belum dipenuhi.

    Persalinan percobaanSetelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti

    pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran

    panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan

    panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa

    persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat, dapat diambil

    keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan

    demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan

    daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua fakto ini tidak

    dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.

    Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan

    dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio

    sesarea elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra

    indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam

    presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu.

    Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan

    moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta,

    janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul

    pada persalina percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul

    dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan

    daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada beberapa hal yang perludiperhatikan, yaitu:

    1. Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agaklama perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis

    2. Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul.Karena kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan

    gangguan pada pembukaan serviks

    3. Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    11/13

    8

    SimfisiotomiSimfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri

    dari tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi

    lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh

    seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit

    dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga

    seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.

    KraniotomiPada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin

    sudah meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan

    kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak

    dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    12/13

    9

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KesimpulanPersalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan

    kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah

    kelainan pada jalan lahir. Kelainan jalan lahir dapat terjadi di vulva, vagina,

    serviks dan uterus. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan

    kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas

    yang lengkap.

    3.2 SaranPeran bidan dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat

    dideteksi secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada

    keterlambatan dalam merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan

    yang segera dan sesuai dengan kewenangan bidan, diharapkan akan

    menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

  • 7/27/2019 Makalah ASKEB IV Distosia Kelainan Jalan Lahir2

    13/13

    10

    DAFTAR PUSTAKA

    Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC

    Asrinah, dkk.2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

    http://dheeveryan.wordpress.com/2011/07/29/askeb-iv-patologi-kebidanan-

    distosia-kelainan-jalan-lahir/