makalah aset

70
KONSEP ASSET Disusun sebagai tugas mata kuliah Teori Akuntansi Dosen Pengampu : Diana Rahmawati M.Si. Disusun oleh: Kelompok 8 Tri Wahyunianto 12803241040 Finlam Kurniasih 12803241027 Rashintia Afra Nada 12803241028 Riqi Astuti 12803241029 Dwi Pebriana Puji Asih 12803241030 PENDIDIKAN AKUNTANSI A 2012

Upload: finlam-kurniasih

Post on 15-Nov-2015

333 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

akuntansi

TRANSCRIPT

KONSEP ASSETDisusun sebagai tugas mata kuliah Teori AkuntansiDosen Pengampu : Diana Rahmawati M.Si.

Disusun oleh:Kelompok 8Tri Wahyunianto 12803241040 Finlam Kurniasih 12803241027Rashintia Afra Nada 12803241028Riqi Astuti12803241029Dwi Pebriana Puji Asih12803241030

PENDIDIKAN AKUNTANSI A 2012FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Konsep Asset dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah sistem akuntansi.Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan serta arahan dari orang-orang terdekat. Oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Ibu Diana Rahmawati M. Si. dosen pengampu mata kuliah teori akuntansi.1. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah memberikan bantuan.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Yogyakarta, 02 April 2015 Penulis

11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN4A.Latar Belakang4B.Rumusan Masalah4C.Tujuan4BAB II PEMBAHASAN5A.Pengertian5B.Pengakuan12C.Pengukuran16D.Pengungkapan26E.Penyajian32F.PSAK (IFRS) Berhubungan dengan Asset32BAB III PENUTUP43A.Kesimpulan43DAFTAR PUSTAKA44

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam sebuah badan usaha pemilik tentusaja menanamkan dana ke badan untuk upaya mendatangkan keuntungan. Kemudian menyediakan barang dan jasa yang melibatkan perolehan berbagai aset. Perolehan biasanya dilakukan melalui pertukaran potensi jasa yang dimiliki bdan usaha maupun melalui utang. Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa.Terdapat beberapa sumber dari definisi aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapakan didapatkan oleh perusahaan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Aset?2. Bagaimana pengakuan Aset?3. Bagaimana pengungkapan Aset?4. Bagaimana pengukuran Aset?5. Bagaimana PSAK di Indonesia mengatur Aset?

C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari Aset2. Mengetahui cara pengakuan Aset3. Mengetahui prosedur pengungkapan Aset4. Mengetahui pengukuran aset di indonesia5. Mengetahui PSAK di Indonesia yang mengatur Aset

BAB IIPEMBAHASANA. PengertianFASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, paragraf 25):Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular entity as a result of past transactions or events.(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as a result of past transaction or other past events.Definisi yang menggabungkan makna, pengukuran, pengakuan diajukan oleh APB dalam APB No. 4 sebagai berikut :Assets-economic resources of an enterprise that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles. Assets also include certain deferred charges that are not resources but that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles.Definisi FASB dan AASB cukup luas dibanding definisi lain karena aset disifati sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset. Definisi tersebut tidak membedakan antara aset real (real assets) dan aset finansial (financial assets) dan antara sumber ekonomik (resources) dan nonsumber ekonomik (nonresources). APB No. 4 mendefinisi sumber ekonomik sebagai berikut :Economic resources are the scarce means (limited in supply relative to desired uses) available for carrying on economic activities.APB juga membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai berikut :1. Sumber produktif (productive resources) :a. Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik, perlengkapan, sumber alam, paten, dan semacamnya, jasa dan sumber lain yang digunakan dalam produksi barang dan jasa.b. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak lain.2. Produk (products) yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :a. Barang jadi yang menunggu penjualanb. Barang dalam proses3. Uang (money)4. Klaim untuk menerima uang (claims to receive money)5. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain (ownership interest in other enterprises)Sumber ekonomik yang didefinisi APB di atas dapat diklasifikasi menjadi objek fisis (physical objects) dan hak (rights). APB menggolongkan bentuk atau jenis aset selain yang disebut di atas sebagai nonsumber ekonomik meskipun tetap masuk dalam pengertian aset. Nonsumber ekonomik meliputi beban atau pengurang pendapatan tangguhan (deferred charges) seperti : goodwill, rugi selisih kurs, kos organisasi, dan beberapa pos yang timbul akibat penyesuaian (sering disebut pos-pos transitoris).Berbeda dengan FASB, IASC memaknai manfaat ekonomik masa datang (future economic benefits) bukan sebagai potensi jasa yang sekarang dikuasai badan usaha tetapi sebagai manfaat yang diharapkan mengalir ke badan usaha. Jaadi, manfaat ekonomik yang dimaksud oleh IASC bukan manfaat yang dikandung oleh sumber ekonomik yang dikuasai tetapi manfaat yang didatangkan atau mengalir ke badan usaha. Karena bukan manfaat yang dikandung, pengertian manfaat ekonomik masa datang oleh IASC dapat diinterpretasi sebagai aliran masuk manfaat akibat pemrolehan sumber ekonomik baru lantaran pertukaran dengan sumber ekonomik yang sebelumnya dikuasai atau lantaran aliran masuk pendapatan.Definisi FASB dan AASB lebih luas dibanding definisi lain dalam hal entitas yang dicakupi. Dengan menyatakan a particular entity dan reporting entity bukannya enterprise sebagai pengendali aset, FASB dan AASB tidak membatasi pengertian aset hanya berlaku untuk organisasi bisnis tetapi juga untuk organisasi bisnis tetapi juga untuk organisasi nonbisnis. Kata enterprise yang digunakan oleh IASC dan APB memberi kesan bahwa aset didefinisi dalam konteks organisasi bisnis1. Karakteristik AsetKarakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan. Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva.Karakteristik umum aktiva sebagai berikut :a. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatangb. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktivac. Berkaitan dengan entitas tertentud. Menunjukkan proses akuntansie. Berkaitan dengan dimensi waktuf. Berkaitan dengan karakteristik keterukuranBerdasar uraian di atas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:

a. Manfaat EkonomikSejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber ekonomik karena potensi jasa (service potential) atau utilitas (utility) yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau kapasitas langka (scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat tia beli atau karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya. Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over resources). Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.FASB mengajukan dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai apakah pada saat tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut aset yaitu :1) Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung manfaat ekonomik masa datang.2) Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada saat penilaian.b. Dikuasai oleh EntitasUntuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikian (ownership) mempunyai makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik (transfer of title). Bila pemilikan menjadi kriteria aset, akan banyak pos yang tidak masuk sebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan menyebabkan banyak pos dilaporkan diluar neraca. Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara :1) Pembelian (by purchase)2) Pemberian (by gift)3) Penemuan (by discovery)4) Perjanjian (by agreement)5) Produksi/transformasi (by production/transformation)6) Penjualan (by sale)7) Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan (by bailment), pengkonsignaan (by consignment), dan berbagai transaksi komersial (by commercial transactions) yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.c. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa LaluKriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penguasaan hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca). Kriteria pengakuan yang lain harus dipenuhi (keterandalan, keberpautan, dan keterukuran).Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Sebagai contoh, manfaat baru atau kenaikan nilai karena pertumbuhan alamiah (akresi) dalam industri pertanian atau kehutanan secara automatis dikuasai oleh kesatuan usaha. Akan tetapi, manfaat tersebut tidak dengan sendirinya dapat diakui sebagai aset kesatuan usaha karena kriteria pengakuan lain juga harus dipenuhi. Pertumbuhan alamiah dapat dikatakan sebagai suatu kejadian (event) masa lalu yang menimbulkan manfaat ekonomik sehingga akresi memenuhi definisi aset.FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagian atau seluruhnya di luar kemampuan kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alamiah (akresi), penyusutan (shrinkage), pencurian, huru-hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu objek (aset).

2. Karakteristik PendukungSelain ketiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.a. Melibatkan KosPemrolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengluaran sumber ekonomik misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset. Jadi, meskipun suatu kesatuan usaha umumnya mengeluarkan atau mengorbankan sumber ekonomik (menjadi kos), kos yang terjadi tersebut tidak dengan sendirinya membentuk aset. Esensi aset lebih terletak pada manfaat ekonomik masa datang daripada terjadinya kos. Walaupun demikian, terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi kos karena dua hal yaitu : (1) sebagai bukti pemrolehan suatu aset dan (2) sebagai pengukur atribut aset yang cukup objektif.b. BerwujudBila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, tia memang lebih kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisi aset. Most mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke dalam aset tak berwujud yaitu :1) Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak independen? Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penilaian lebih atas aset tak berwujud.2) Dapatkah manfaat ekonomik masa datang diharapkan diidentifikasi? Dapat diidentifikasi artinya dapat dikaitkan dengan kemampuan perusahaan mendatangkan laba di masa datang. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa objek tak berwujud memenuhi kriteria utama aset.3) Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang diperoleh? Misalnya suatu kesatuan usaha membeli sebuah mesin yang secara khusus dirancang oleh perusahaan lain melalui riset dan pengembangan.c. TertukarkanUntuk memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar.d. TerpisahkanSyarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik lain atau berdiri sendiri. Syarat ini diajukan oleh Chambers dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara individual. Kalau syarat ini dimasukkan sebagai kriteria aset, goodwill tidak akan memenuhi syarat untuk disebut dan diakui sebagai aset.e. Berkekuatan HukumPenguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum untuk memenuhi definisi aset. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat dengan cara lain.

B. PengakuanSuatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian atau keadaan tersebut. Di samping memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan dan keterandalan harus dipenuhi pula. Mengutip Sterling (1993, 194-195) kondisi perlu dan kondisi cukup yang yang merupakan penguji yang cukup rinci untuk mengetahui aset adalah:1. Deteksi adanya aset2. Sumber ekonomik dan kewajiban3. Berkaitan dengan entitas4. Mengandung nilai5. Berkaitan dengan waktu pelaporan6. VerifikasiHal tersebut di atas disebut dengan kaidah pengakuan yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur untukmenerapkan empat kriteria pengakuan FASB yaitu definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan sifatnya konseptual dan umum. penerapan kaidah tersebut berkaitan dengan masalah apakah kos dikapitalisasi atau dibiayakan.1. Beban TangguhanKaidah untuk menetapkan apakah suatu kos memenuhi syarat untuk ditangguhkan pembebanannya ke pendapatan berkaitan dengan masalah pengeluaran, faktor manfaat dan waktunya. Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan masalah penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan berikut:a. Sewagunab. Bunga selama masa konstruksi aset tetapc. Riset dan pengembangand. Eksplorasi minyak dan gas bumie. Rugi selisih kurs valuta asingf. Sumber daya manusiag. Kos organisasi

2. Sewa GunaSewaguna (lease) menimbulkan masalah pelik dalam pengakuan aset karena di Amerika pada mulanya sewa guna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset tetap atau fasilitas fisis tanpa harus menunjukkan utang yang timbul dari pemerolehan tersebut. Oleh karena itu, dengan konsep dasar substansi diatas bentuk (Substance Over Form), FASB mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang timbul dari sewaguna dan mengakui (mengkapitalisasi) fasilitas yang disewaguna sebagai aset perusahaan kalau secara substantif perjanjian sewaguna tersebut sebenarnya merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi masalah adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria berikut ini (SFAS No. 13, prgf. 7):a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau properitas (property) kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka sewaguna.b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk membeli pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga yang ditetapkan dan harga tersebut cukup murah sehingga dapat dipastikan di muka bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas bersangkutan. Pasal semacam ini disebut Bargain Purchase Option.c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomis taksiran properitas sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.

3. Kos BungaKos suatu aset adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk untuk menyiapkan aset tersebut sampai siap dipakai atau dikonsumsi sebagaimana direncanakan. Masalah yang berkaitan dengan hal ini adalah perlakuan kos bunga sebagai unsur kos fasilitas fisis yang dibangun sendiri. a. Argumen Pendukung: Berisi argumen untuk mendukung kapitalisasi kos bunga.b. Argumen Penolak: Berisi argumen yag menolak kapitalisasi kos bunga.c. Alternatif Pengakuan: Alternatif pengakuan kos bunga, yaitu bunga tidak dikapitalisasi dan diperlakukan sebagai biaya periode, bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai bagian dari kos dasilitas fisis yang dibangun sendiri, dan bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen kos fasilitas fisis yang dibangun sendiri.

4. Aset Memenuhi SyaratDalam keadaan tertentu kapitalisasi bunga tidak perlu dilakukan. Standar akuntansi menentukan aset yang memenuhi syarat (cukup disebut aset memenuhi) untuk dilekati kos bunga (qualifying assets) yang dalam PSAK No.26 disebut aset tertentu. FASB (SFAS No.34, prg.9) menetapkan bahwa kapitalisasi bunga hendaknya dilakukan hanya aset yang memenuhi syarat:a. Aset yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan (termasuk aset yang dibangun atau diproduksi oleh pihak lain atas pesanan perusahaan dan untuk pesanan/kontrak tersebut perusahaan melakukan pembayaran uang muka atau pembayaran bertahap atas dasar kemajuan pekerjaan pembangunan aset bersangkutan)b. Aset dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai suatu unit atau projek yang berdiri sendiri terpisah dari orijek atau kegiatan operasi lainnya (misalnya kapal, kawasan industri, estat real, jembatan, atau semacamnya)c. Investasi jangka panajang (ekuitas, pinjaman, dan penanaman kas) yang diperlakukan dengan metoda ekuitas sementara terinvestasi (investee) sedang melaksanakan kegiatan pembangunan fasilitas fisis asalkan kegiatan tersebut menggunakan dana investasi itu untuk memperoleh fasilitas fisis tersebut.

5. Besarnya Kapitalisasi BungaBesarnya bunga yang harus dikapitalisasi adalah bagian dari kos bunga yang terjadi selama perioda-perioda pemerolehan aset yang secara teoritis dapat dihindari seandainya kesatuan usaha tidak membangun fasilitas fisis yang bersangkutan. Secara teknis, jumlah rupiah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu perioda pemerolehan adalah tingkat bunga atau tarif kapitalisasi (capitalization rate) dikalikan dengan rata-rata pengeluaran dana untuk konstruksi selama perioda akuntansi tersebut.

6. Perioda KapitalisasiKapitalisasi kos bunga diperhitungkan untuk perioda pemerolehan (acquisition period) sehingga perioda tersebut menjadi perioda kapitalisasi. Perioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga kondisi berikut dipenuhiPerioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga kondisi berikut dipenuhi:a. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi.b. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan sampai siap dipakai masih berlangsungc. Kos bunga telah terhimpun (occured) atau terjadi bersamaan dengan berjalannnya pembangunan aset.d. Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan untuk tiap perioda akuntansi selama ketiga kondisi diatas dipenuhi.

7. PengungkapanBila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasitentu saja akan ada sebagian informasi yang hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan (disclosure) tentang hal ini sehingga statemen keuangan tidak menyesatkan. Agar statemen keuangan tetap informatif, hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelesan statemen keuangan:a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian yang dikapitalisasi.

C. Pengukuran1. Ruang lingkupPengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek asset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap perlakuan sejalan dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan (acquisition), pengolahan (processing), dan penjualan/penyerahan (sales/delivery). Tahap terakhir (penjualan) melibatkan penyerahan barang atau jasa (keluarnya sumber ekonomik).Secara akuntansi (aliran informasi), aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus dipresentasi dalam jumlah rupiah sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan representasi kuantitatif suatu objek. Kos menjadi data dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik badan usaha. Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu:a. Pengukuran (measurenment), pengakuan (recognition), dan klasifikasi (clasification) pertama kali saat terjadinya. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahapini disebut pengukuran.b. Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis asset berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran (tracing).c. Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang akan dating. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi asset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan kependapatan (charging to revenues).Secara konseptual suatu sumber ekonomik harus diperlakukan dahulu sebagai asset dan baru kemudian diperlakukan sebagai biaya pada saat asset tersebut dianggap telah keluar dari kesatuan usaha dan mendatangkan pendapatan. Secara teknis pembukuan atau karena alas an kepraktisan, dapat saja suatu sumber ekonomik langsung dicatat sebagai upaya (biaya) sehingga kasnya langsung didebit ke akun biaya tanpa melalui akun asset.Gambar Hubungan Kos, Aset, dan Biaya

Secara konseptual kos semua sumber ekonomik yang diperoleh dianggap telah diperlakukan sebagai asset walaupun hanya sesaat. Akibatnya, pos asset misalnya sediaan sering dinyatakan dalam pengukurnya sebagai kos sediaan; sediaan sering diidentikkan dengan kos sediaan. Sementara itu kos juga melekat pada biaya sehingga biaya sering disebut dengan kos saja. Karena kos mempresentasi manfaat ekonomik, bila kos diperlakukan sebagai asset, kos tersebut disebut dengan kos belum habis atau takterhabiskan (unexpired cost) artinya kos yang belum habis dimanfaatkan dalam menghasilkan pendapatan. Bila manfaat ekonomik telah digunakan dalam mendatangkan pendapatan, bagian dari kos asset yang mempresentasi manfaat yang telah dihabiskan disebut dengan kos terhabiskan (expired cost) dan menjadi pengukur biaya

2. Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah AkuntansiKonsep dasar penghargaan sepakatan menegaskan bahwa pengukur asset pada saat pemerolehan yang paling objektif adalah jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi pertukaran antara dua pihak independen yang sama-sama berkehendak (arms length barganing). Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat harga (price agregat) dalam perolehan suatu asset.Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk mendekati/ mengaproksimasi nilai sebenarnya (true value) atau nilai wajar (fair value) suatu objek pada saat transaksi. Kos yang didasarkan atas penghargaan sepakatan lebih terandalkan karena penyebarannya lebih terpusat atau variansi (variance) lebih kecil atau sempit daripada kos yang didasarkan atas penilaian secara subjektif atau selain penghargaan sepakatan. 3. Penghargaan Sepakatan Sebagi BuktiTransaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadikan landasan untuk menetukan kos yang terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme pasar yang bebas sehingga tia menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam mekanisme pasar sempurna (perfect market). Mekanisme pasar bebas menjamin dan menghendaki agar:a. Pihak bertransaksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa tekanan atau ancamanKondisi ini menghindari adanya transaksi sepihak. Transaksi-transaksi seperti merger, likuidasi, dan akuisisi internal sering dilakukan secara sepihak atas kehendak pihak yang lebih berkuasa.b. Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh informasi secara bebasKondisi ini menjamin bahwa penghargaan sepakatan benar-benar merefleksi nilai wajar atau nilai sebenarnya yaitu nilai yang paling objektif. Bila pihak yang bertransaksi tidak mempunyai pengetahuan dan informasi sama (terjadi asimetri informasi) penghargaan sepakatan mungkin tidak lagi merefleksi nilai wajar.c. Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia cukup banyak di pasar bebas. Kondisi ini dimaksudkan untuk meyakinkan keobjektifan kos atas dasar penghargaan sepakatan karena harga yang disepakati dalam tawar-menawar anatara pihak yang bebas biasanya menunjukkan nilai wajar yang berlaku pada saat transaksi. Jadi bila kondis-kondisi di atas tidak dipenuhi, penghargaan sepakatan yang terjadi tidak dapat diterima begitu saja sebagai pengukur kos yang objektif. Walaupun demikian, berdasarkan konsep dasar relativitas bukti (veriviable objective evidence) dapat dianggap bahwa penghargaan yang akhirnya dicapai merupakan bukti yang terbaik diperoleh (best obtainable) sebagai dasar penentuan kos.

4. Pengukuran KosDalam praktiknya, pemerolehan asset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja selesai dlam satu kegiatan tetapi terdiri dari serangkaian kegiatan, misalnya menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang. Besar kecilnya kos yang harus dicatat pertama-kali sebagai pengukur suatu asset pada saat pemerolehan ditentukan oleh dua hal yaitu:a. Batas kegiatan Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber ekonomik apa saja yang membentuk kos suatu asset. Secara teoritis dan sebagai ketentuan umum, batas akhir kegiatan untuk memasukkan unsur kos sebagai bagian dari kos asset, adalah saat dimulainya penggunaan asset. Kos utama merupakan unsur kos yang mempresentasi penghargaan sepakatan pada waktu suatu asset diperoleh atau pada saat pertukaran.b. Jenis PenghargaanMasalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh asset. Bentuk instrument mempengaruhi dasar penentuan kos utama.Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam system akuntansi, penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Bila transaksi terjadi dalam mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos tunai (cash cost) adalah pengukur asset yang paling valid dan objektif. Kalau sumber ekonomik nonkas, pengukur yang ideal untuk adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut dijual dulu secara tunai kepada umum. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara tunai (money or cash equivalent) atau kos tunai terkandung atau implicit (implied cash cost) dari penghargaan yang diserahkan oleh pemeroleh asset.

5. Kos dalam Barter. Barter atau pertukaran asset adalah pemerolehan asset adalah pemerolehan asset (biasanya asset berwujud atau nonmoneter) dengan penghargaan berupa asset berwujud atau nonmoneter lainnya. Bila hal ini terjadi, pengukuran asset yang diperoleh bergantung pada apakah asset yang dipertukarkan sejenis (similar) atau taksejenis (dissimilar). Asset sejenis artinya asset yang fungsinya sama dan tidak harus asset yang identik.Bila suatu usaha menukarkan asset sejenis, secara konseptual dianggap bahwa perusahaan tersebut melakukan pemeliharaan atau pemertahanan capital (daya produksi) dan bukan melakukan penjualan sehingga penerimaan asset dan penyerahan asset dianggap sebagai transaksi pemeliharaan bukan transaksi penjualan. Dengan demikian, fungsi asset dalam memberi kontribusi untuk pembentukan pendapatan belum berhenti atau habis.Bila kesatuan usaha menukarkan asset tidak sejenis, secara konseptual dianggap transaksi tersebut melibatkan dua transaksi yaitu penjualan dan pembelian. Dalam hal ini dianggap bahwa kesatuan usaha menjual asset yang diserahkan secar tunai kemudian seketika itu pula menggunakan seluruh kas yang diterima untuk membeli asset yang diterima (baru).Atas dasar penalaran atau teori diatas berikut ini disarikan prinsip-prinsip penentuan kos asset yang diterima dalam barter atau pertukaran.a. Pertukaran taksejenis, tanpa pembayaran tombok : asset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan atau nilai wajar asset yang diterima, mana yang lebih mudah atau jelas ditentukan. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.b. Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok : asset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar/pasar asset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar asset yang diterima, dalam hal ini nilai pasar asset yang diserahkan menunjukan kas yang akan diterima seandainya asset tersebut dijual. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.c. Pertukaran sejenis, tanpa pembayran tombok : asset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar asset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.d. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok: asset yang diterima dicatat sebasar nilai buku asset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar asset yang diserahkan ditambah tombok, mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.e. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok: Bila terjadi rugi: asset yang diterima dicatat sebesar harga pasar asset yang diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini Berarti rugi yang terjadi diakui semua pada saat terjadinya transaksi.Bila terjadi untung: asset yang diterima dicatat sebesar nilai buku asset yang diserahkan dikurangi porsi nilai buku asset yang diserahkan yang dianggap dijual (ditukar dengan kas). Atau, nilai pasar/wajar asset yang diterima dikurangi untung tangguhan (deferred gain).Pertukaran sejenis dengan penerimaan tombok sebanarnya merupakan transaksi campuran yaitu asset yang diserahkan sebagian ditukar dengan asset sejenis dan sebagaian yang lain ditukar dengan asset taksejenis (kas). Oleh karena itu, bila terjadi untung, hanya untung yang berasal dari pertukaran taksejenis (kas) yang dapat diakui dan sisa untung diperlakukan sebagai untung tangguhan yang melekat pada (mengurangi kos) asset yang diterima. Uang total = nilai pasar aset diserahkan nilai buku aset diserahkanUntung diakui = tombok (kas diterima)x untung total Tombok + nilai pasar aset diterimaUntung tangguhan = nilai pasar aset diterima x untung total Tombok + nilai pasar aset diterimaPorsi nilai buku sejenis = nilai pasar aset diterima x nilai buku aset diserahkan Tombok + nilai pasar aset diterimaPorsi nilai buku taksejenis = tombok (kas diterima) x nilai buku aset diserahkan Tombok+nilai pasar aset diterima

6. Saham Sebagai PenghargaanMerupakan salah satu bentuk pemerolehan aset dengan barter. Dalam beberapa kasus transaksi yang menggunakan saham perusahaan sebagai penghargaan untuk barang dan jasa yang diperoleh, nilai nominal ataupun nilainyataan (stated value) untuk tiap saham tidak dapat merepresentasi kos yang sebenarnya (true value) pada saat transaksi.Pengukur yang tepat untuk menentukan kos dalam situasi semacam itu adalah rupiah uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan seandainya perusahaan menerbitkan saham-saham yang digunakan untuk penghargaan diatas. Dalam beberapa hal, jumlah setara tunai saham dapat dicari dengan membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang diterbitkan kira-kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk memperoleh aset bersangkutan.

7. Kos Dalam ReorganisasiBila suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. karena tujuan reorganisasi biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut, diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh aset perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi aset dan keadaan pasar pada waktu itu.a. Hadiah atau HibahMasalah khusus timbul bilamana barang atau jasa yang jelas-jelas mempunyai manfaat ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan kos yang tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang yang diperoleh. Gedung dan tanahnya yang diperoleh perusahaan melalui sumbangan atau hibah adalah contoh pemerolehan aset tanpa kos. Oleh karena itu pengakuan kos yang wajar diperlukan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang biasanya ditunjukkan oleh tingkat kembalian investasi.b. TemuanKadangkala terjadi bahwa suatu sumber alam atau sarana ditemukan atau dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh melebihi pengeluaran yang sebenarnya untuk memperolehnya. Misalnya, tambang minyak yang sangat berharga ditemukan dengan pekerjaan eksplorasi dengan kos nominal (cukup rendah dibandingkan dengan hasilnya). Demikian juga suatu peralatan atau teknik pemrosesan yang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi mungkin dikembangkan dan didaftarkan hak patennya tanpa suatu pengeluaran yang sebanding dengan nilai pasar temuan tersebut. Dalam kondisi yang khusus seperti ini, diperlukanlah suatu pengukur kos baru atas dasar jumlah tunai implisit. Jumlah ini adalah jumlah rupiah uang tunai (kas) yang pasti diperlukan untuk memperoleh sumber alam atau teknik pemrosesan tersebut seandainya keduanya sudah dalam keadaan siap pakai atau dalam status siap dipasarkan.

8. Kos Dalam Pembelian KreditDengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting dalam mengukur kos yang sebenarnya (true cost). kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit bukanlah berapa nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi berapa kos yang sebenarnya pada transaksi. Dalam transaksi kontrak pembelian dengan harga kontrak tertentu, harga kontrak yang disepakati mungkin melebihi harga pembelian tunai. Pada umumnya, perusahaan tidak berusaha untuk menentukan harga tunai efektif baik dengan cara menanyakan langsung ke toko penjual barang ataupun dengan cara mendiskun nilai kontrak dengan tarip bunga yang berlaku. Kalau ini terjadi maka akibatnya dalah bahwa kos tercatat terlalu tinggi. Walaupun demikian, kalau jangka waktu kontrak pendek maka jumlah kelebihan kos adalah kecil dan tidak cukup berarti sehingga nilai kontrak dapat dianggap sebagai jumlah rupiah tunai sebagai dasar untuk mencatat kos.Potongan tunai dan KeringananKos akan tercatat terlalu tinggi kalau potongan tunai (cash disount) dan keringanan-keringanan lain tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Secara teknis, pembukuan memang dimuungkinkan untuk sementara mendebit harga faktur bruto ke dalam akun aset yang bersangkutan dan nantinya harus dilakukan penyesuaian untuk mengurangi jumlah yang tercatat tersebut menjadi jumlah setara tunai. Dalam perusahaan yang dikelola dengan baik, melewatkan potongan merupakan suatu kesalahan yang mengakibatkan rugi. Rugi bukan sumber ekonomik dan kerananya tidak selayaknya kalau dicatat sebagai aset. Sebenarnya perusahaan sudah tau pasti berapa harga yang sesungguhnya harus dibayar dalam suatu transaksi.

9. Rugi dalam Pemerolehan AsetSebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi olh biaya, kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi. Kos yang terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset tersebut belum dikeluarkan sebagai biaya. Akan tetapi, dapat terjadi bahwa karena sesuau hal (atau keadaan yang tidak normal) potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau daya dalam menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang. Pengikatan atau kontrak yang tidak bijaksana, kecurangan pihak lain atau sekadar musibah belaka tidak jarang mengakibatkan hangusnya (dissipation) manfaat ekonomik dalam perioda pendirian badan usaha atau pembangunan pabrik. Pemogokan yang berkepanjangan, kebakaran besar, banjir bandang atau bencana lainnya adalah contoh keadaan khusus yang tidak normal yang dapat mengakibatkan rugi besar.D. PengungkapanBila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasitentu saja akan ada sebagian informasi yang hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan (disclosure) tentang hal ini sehingga statemen keuangan tidak menyesatkan. Agar statemen keuangan tetap informatif, hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelesan statemen keuangan:1. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.2. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian yang dikapitalisasi.

1. Pengungkapan berdasarkan PSAK no 19Suatuentitasharusmengungkapkan halhal berikut untuk setiap kelas aset tidak berwujud, dipisahkan antara aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tidak berwujud lainnya: a. apakah masa manfaat tak terbatas atau terbatas, jika masa manfaat terbatas diungkapkan tingkat amortisasi yang digunakan atau masa manfaatnyab. metode amortisasi yang digunakan untuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatasc. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (secara agregat dengan akumulasi kerugian akibat penurunan nilai) pada awal dan akhir perioded. unsur-unsur dalam laporan pendapatan komprehensif yang mana amortisasi aset tidak berwujud termasuk (didalamnya)e. pengakuan atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukkan1) penambahan, secara terpisah mengindikasikan aset tidak berwujud dari pengembangan internal, yang diperoleh secara terpisah, dan yang diperoleh melalui kombinasi bisnis2) Asetdigolongkan sebagaiasetyangdimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok aset lepasan dan dikelompokan sebagai dimiliki untuk dijual sesuaidengan PSAK 58 (revisi 2009):aset tidak Lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dan penghapusan lainnya3) peningkatan atau penurunan selama periode tersebut yang berasal dari revaluasi sesuai dengan paragraf 75, 85 dan 86 dan dari pengakuan kerugian penurunan nilai atau pembalikan dalam penapatan komprehensif lainnya yang sesuai dnegan PSAK 48 (revisi2009):penurunan Nilai aset (jika ada); kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan rugi laba selama periode sesuai dengan PSAK48(revisi2009):penurunan Nilai aset (jika ada)4) kerugian penurunan nilai yang dibalik dalam laporan rugi laba selama periode sesuai dengan PSAK48 (revisi 2009): penurunan Nilai aset (jika ada)5) setiap amortisasi yang diakui selama periode; vii. selisih kurs neto yang timbul dari nilai translasi laporan keuangan ke mata uang penyajian , dan translasi operasi luar negeri dengan mata uang asing ke mata uang penyajian yang digunakan entitas; dan viii. perubahaan lainnya pada jumlah tercatat aset selama periode.

2. Pengungkapan berdasarkan PSAK no 16Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap: a. dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat brutob. metode penyusutan yang digunakanc. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakand. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan e. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: 1) penambahan2) set diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lainnya3) akuisisi melalui kombinasi bisnis4) peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset5) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48; 6) rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 487) penyusutan8) selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan 9) perubahan lain. Laporan keuangan juga mengungkapkan:a. keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitasb. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunanc. jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan d. jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain.

3. Pengungkapan berdasarkan PSAK no 48Untuk setiap kelompok aktiva, laporan keuangan harus mengungkapkan:a. Rugi penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah dimasukkan b. pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah pulih.Untuk setiap aktiva individual, ataupun penghasil kas, yang kerugian penurunan nilainya telah diakui atau dipulihkan dalam periode tertentu, laporan keuangan harus mengungkapkan: a. sifat aktiv (unit penghasil kas), nilai tercatatnya dan segmen yang mengoperasikan aktiva tersebut (sebagaimana didefinisi kan dalam PSAK No. 5, Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen); b. jumlah kerugian dan penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan dalam periode tersebut untuk aktiva (atau unit penghasil kas), dan kejadian serta kondisi yang menyebabkan pengakuan atau pemulihan tersebutc. nilai yang digunakan untuk mengungkapkan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva (unit penghasil kas): harga jual neto atau nilai pakainyad. informasi berikut ini, jika jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali didasarkan pada nilai pakai aktiva (unit penghasil kas): 1) jangka waktu yang digunakan manajemen untuk memproyeksikan aliran kas di masa depan secara jangka pendek jika jangka waktu tersebut lebih dari lima tahun, dan alasan penggunaan jangka waktu tersebut; 2) tarif diskonto yang digunakan untuk ekstrapolasi proyeksi jangka pendek manajemen, dan alasan penggunaan tarif diskonto tersebut, jika tarif diskonto yang digunakan meningkat atau melebihi tingkat pertumbuhan jangka panjang rata-rata untuk produk, industri, dan negara atau negara-negara tempat perusahaan beroperasi atau untuk pasar produk yang dihasilkan oleh aktiva atau unit penghasil kas; dan 3) fakta bahwa nilai pakai secara signifikan lebih besar dari harga jual neto (jika hal ini terjadi).

Jika nilai pakai aktiva (unit penghasil kas) telah ditentukan dalam periode tersebut dan tidak ada kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan dalam periode tersebut untuk aktiva (unit penghasil kas), laporan keuangan harus mengungkapkan informasi berikut ini: a. jangka waktu yang digunakan oleh manajmen untuk memproyeksikan aliran kas masa yang akan datang jika periode tersebut lebih dari lima tahun, dan alasan menggunakan jangka waktu tersebut; b. tarif diskonto yang digunakan untuk ekstrapolasi proyeksi jangka pendek manajemen, dan alasan penggunaan tarif diskonto tersebut, jika tarif diskonto yang digunakan meningkat atau melebihi tingkat pertumbuhan jangka panjang rata-rata untuk produk, industri, dan negara atau negara-negara tempat perusahaan beroperasi atau untuk pasar produk yang dihasilkan oleh aktiva atau unit penghasil kas; danc. fakta bahwa nilai tercatat secara signifikan lebih besar dari harga jual netto (jika hal ini terjadi).

Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva adalah nilai pakainya, pada setiap periode berikutnya, perusahaan harus membandingkan aliran kas sesungguhnya dengan taksiran aliran kas, sebelum perhitungan diskonto, yang ditentukan pada saat nilai pakai terakhir kali ditentukan. Jika aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari (lebih besar dari) taksiran, perusahaan harus menaksir kembali nilai pakai yang terakhir kali ditentukan dengan menggunakan aliran kas sesungguhnya namun dengan menganggap semua asumsi lain tidak berubah. Jika penggunaan aliran kas sesungguhnya pada periode-periode sebelumnya memerlukan pengakuan atau pemulihan kerugian penurunan nilai dalam periode-periode tersebut, perusahaan harus mengungkapkan: a. jumlah kerugian penurunan nilai yang seharusnya diakui atau dipulihkan jika aliran kas sesungguhnya digunakan dalam menaksir nilai pakai tahun-tahun sebelumnya b. jumlah setiap kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan untuk aktiva selama periode sekarang; dan c. sifat perubahan asumsi yang menjelaskan mengapa jumlah yang diungkapkan sehubungan dengan a dan b di atas berbeda (jika hal ini terjadi).E. PenyajianPrinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi, menetapkan penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Walaupun aset didefinisi secara umum sebagai manfaat ekonomik masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-benar timbul dari transaksi yang sah, tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai dengan sifat pos tersebut. Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau dibagian atas dalam neraca berformat laporan.2. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan barang).F. PSAK (IFRS) Berhubungan dengan Asset1. PSAK 09 : PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEKPSAK 09 membahas bagaimana cara untuk menyajikan aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek, serta apa pengertian dari kedua akun tersebut. Mengapa perlu untuk mengklasifikasikan Aktiva lancar (Current Asset) dan Kewajiban lancar (Current Liabilities)? Alasan yang pertama adalah para Aktiva lancar dan Kewajiban lancar dapat mempermudah para pengguna laporan keuangan untuk menilai liquiditas suatu perusahaan. Hal kedua yang membuat kita patut mengklasifikasikan Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar adalah, karena kedua akun tersebut memberikan kita informasi tentang sumber dana dan kewajiban perusahaan yang berputar terus-menerus.Cara mengklasifikasikan Aktiva lancar dan Kewajiban lancar:a. Apa saja di perusahaan yang memiliki jatuh tempo atau dapat dicairkan dalam tempo 1 tahun atau siklus operasi perusahaan.b. Segala sesuatu yang dimiliki perusahaan yang digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan laba (penghasilan) jangka pendek.Yang termasuk sebagai bagian dari Aktiva Lancar (Current Asset):a. Kas dan bankKas : Adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Bank : Sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.b. Surat berharga yang mudah dijual dan tidak bermaksud untuk ditahan.Surat berharga mudah jual : Bentuk penyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan.Beberapa sifat wajib yang harus dimiliki surat berharga agar dapat dikelompokan sebagai aktiva lancar:1) Memiliki pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera.2) Dimaksudkan untuk dijual dalam waktu yang dekat.3) Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain.c. Deposito jangka pendek.d. Wesel tagih yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun.e. Piutang.f. Persediaan.g. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar.h. Pembayaran pajak di bayar dimuka.i. Biaya dibayar dimuka; premi asuransi, premi sewa

2. PSAK 13: PROPERTI INVESTASI PSAKPernyataan SAK No 13 ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk properti investasi dan pengungkapan yang terkait. Pernyataan ini diterapkan dalam pengakuan, pengukuran dan pengungkapan properti investasi. Properti investasi (investment property) adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:a. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; ataub. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.Dalam Psak 13 ini properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika:a. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan dari aset yang tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas; danb. biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Pengungkapan pada laporan keuangan yang dibuat entitas ada dua model dengan perlakuan akuntansi pengungkapan yang berbeda pula. Model Nilai wajar dan Model Biaya. Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008. Pernyataan ini menggantikan PSAK No. 13 (Revisi 1994) tentang Akuntansi untuk Investasi.

3. PSAK 16: ASET TETAPPengertian:Dalam PSAK 16 definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang:a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; danb. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.Pengakuan:Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; danb. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.Pengukuran:a. Pengukuran Awal1) Purchase Price2) Directly Attributable Cost3) Dismantling Costb. Pengukuran Setelah Pengakuan Awala) Cost Modelb) Revaluation Modelc. Penentuan Nilai Wajara) Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar.b) Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya mengunakan nilai pasar yang ditentukan penilai.c) Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach).d. Frekuensi Penilaiana) Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari asset tetap yang direvaluasi.b) Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.c) Beberapa asset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.d) Revaluasi tahunan tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.e) Namun, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.e. PenyusutanPenyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life). Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset.f. Metode Penyusutana) Garis Lurusb) Saldo Menurung. Penurunan NilaiPSAK 48 menetapkan bahwa: rugi penurunan nilai diakui jika jumlah tercatat asset melebihi jumlah terpulihkan. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu asset setelah dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai. Jumlah terpulihkan suatu asset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dan nilai pakainya.Pengungkapan:Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:a. dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;b. metode penyusutan yang digunakan;c. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;d. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dane. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:1) penambahan;2) aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lainnya;3) akuisisi melalui kombinasi bisnis;4) peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;5) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48;6) rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48;7) penyusutan;8) selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan9) perubahan lain.Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:1) tanggal efektif revaluasi;2) apakah penilai independen dilibatkan;3) metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset;4) penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;5) untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan6) surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

4. PSAK 19: ASET TIDAK BERWUJUDPSAK 19 menjelaskan bagaimana menentukan perlakuan akuntansi bagi aset tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus pada PSAK lainnya. Pernyataan ini mewajibkan perusahaan untuk mengakui aset tidak berwujud jika, dan hanya jika, kriteria-kriteria tertentu dipenuhi. Pernyataan ini juga mengatur cara mengukur nilai tercatat dari aset tidak berwujud dan menentukan pengungkapan yang harus dilakukan bagi aset tidak berwujud. Ruang Lingkup berisi pengecualian terhadap penerapan PSAK 19 akuntansi aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. PSAK ini mengatur pemgakuan dan pengukuran awal aset tidak berwujud, pengakuan beban, pengeluaran setelah perolehan, pengukuran setelah pengakuan awal, penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud. Selain itu PSAK 19 mengatur pengungkapan-pengungkapan penyajian laporan keuangan aset tidak berwujud. Pada tanggal Pernyataan ini mulai berlaku efektif (atau pada tanggal perusahaan mulai menerapkan Pernyataan ini, jika lebih awal), Pernyataan ini harus diterapkan sesuai dengan penjelasan dalam tabel Ketentuan Transisi - Pengakuan. Dalam hal selain yang diperinci dalam tabel tersebut, Pernyataan ini harus diterapkan secara retrospektif, kecuali hal tersebut tidak praktis dilakukan. Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2001. Penerapan lebih dini dianjurkan. Pernyataan ini menggantikan: PSAK No. 6 tentang Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan, pada paragraf yang mengatur pengakuan biaya pada perusahaan dalam tahap pengembangan (perintisan usaha); PSAK No. 17 tentang Akuntansi Penyusutan, pada bagian yang mengatur amortisasi (penyusutan) aset tidak berwujud; dan PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan.

5. PSAK 30: SEWA (Akuntansi Sewa Guna Usaha/Leasing)Pengertian Leasing:Leasing adalah perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee yang memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan properti tertentu yang dimiliki oleh lessor selama periode waktu tertentu dengan membayar sejumlah uang(sewa) yang sudah ditentukan, yang pada umumnya dilakukan secara periodik. Unsur penting dari perjanjian leasing bahwa hak kepemilikan lessor atas propertinya yang di-lease menjadi berkurang.Perlakuan Aktiva dan Kewajiban:Dalam transaksi lease modal, lessee menggunakan lease sebagai sumber pembiayaan. Lessor membiayai transaksi (menyediakan modal investasi) melalui aktiva yang di-lease, dan lessee melakukan pembayaran sewa, yang sebenarnya merupakan pembayaran cicilan. Oleh karena itu, selama umur properti yang di-lease, pembayaran sewa kepada lessor mencakup pembayaran pokok ditambah bunga.a. Pencatatan Aktiva dan KewajibanDalam metode lease modal, lessee memperlakukan transaksi lease seolah-olah aktiva telah dibeli dalam transaksi pembiayaan di mana aktiva diperoleh dan kewajiban diakui. Oleh karena itu, lessee mencatat lease modal sebagai aktiva dan kewajiban pada nilai terendah antara (a) nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk cost executory) atau (b) nilai pasar wajar aktiva yang di-lease pada awal lease. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini bahwa aktiva yang di-lease tidak boleh dicatat lebih tinggi dari nilai pasar wajarnya.b. Periode PenyusutanSalah satu aspek yang menyulitkan akuntansi untuk penyusutan aktiva yang di-lease yang dikapitalisasi berhubungan dengan periode penyusutan. Jika perjanjian lease mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee (Kriteria 1) atau mencakup opsi pembelian dengan harga khusus (Kriteria 2) maka aktiva yang di-lease dengan cara yang konsisten melalui kebijakan penyusutan norma lessee atas aktiva yang dimilikinya, dengan menggunakan umur ekonomis aktiva. Sebaliknya, jika lease tidak mengalihkan kepemilikan atau tidak mencakup opsi pembelian dengan harga khusus maka aktiva disusutkan selama masa lease.c. Metode Bunga EfektifSelama jangka waktu lease, metode bunga efektif digunakan untuk mengalokasikan setiap pembayaran lease antara pokok dan bunga. Metode ini menghasilkan beban bunga periodik yang sama dengan persentase konstan dari nilai tercatat kewajiban lease. Tingkat diskonto yang digunakan oleh lessee untuk menentukan nilai sekarang dari pembayaran lease minimum harus digunakan oleh lessee ketika mengaplikasikan metode bunga efektif pada lease modal.d. Konsep PenyusutanWalaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat sebagai kewajiban telah dihitung pada nilai sekarang yang sama, tetapi penyusutan aktiva dan pengurangan kewajiban adalah 2 proses akuntansi yang independen selama jangka waktu lease. Lessee harus menyusutkan aktiva yang di-lease dengan menggunakan metode penyusutan konvensional; garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, unit produksi, dan lainnya.

6. PSAK 48: PENURUNAN NILAI ASETTujuan pernyataan SAK 48 ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi aset yang turun nilainya dan konsekuensi penurunan nilai tersebut. Jika perusahaan mengidentifikasi bahwa aset secara potensial akan turun nilainya, pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk menentukan taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) dari aset tersebut. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut lebih kecil dari nilai tercatatnya, pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pernyataan ini juga mengatur kapan perusahaan harus memulihkan (reverse) kerugian penurunan nilai aset yang telah diakui dan pengungkapan yang diperlukan untuk aset yang turun nilainya.Untuk setiap kelompok aset, laporan keuangan harus mengungkapkan: a. rugi penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi yang di dalamnya kerugian penurunan nilai telah dimasukkan; dan b. pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi yang di dalamnya kerugian penurunan nilai telah pulihPernyataan ini berlaku efektif untuk penurunan nilai aset yang dilakukan dalam periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000. Jika perusahaan menerapkan Pernyataan ini pada periode sebelum tanggal 1 Januari 2000, perusahaan harus mengungkapkan fakta tersebut.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanDefinisi FASB dan AASB cukup luas dibanding definisi lain karena aset disifati sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset. Definisi tersebut tidak membedakan antara aset real (real assets) dan aset finansial (financial assets) dan antara sumber ekonomik (resources) dan nonsumber ekonomik (nonresources).Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian atau keadaan tersebut. Di samping memenuhi definisi aset, kriteria eterukuran, keberpautan dan keterandalan harus dipenuhi pula. Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek asset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap perlakuan sejalan dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan (acquisition), pengolahan (processing), dan penjualan/penyerahan (sales/delivery). Tahap terakhir (penjualan) melibatkan penyerahan barang atau jasa (keluarnya sumber ekonomik).PSAK yang terkait dengan aset yaitu PSAK No. 09 : Penyajian Aktiva Lancar Dan Kewajiban Jangka Pendek, PSAK No.13: Properti Investasi, PSAK No. 16: Aset Tetap, PSAK No. 19: Aset Tidak Berwujud, PSAK No. 30: Sewa (Akuntansi Sewa Guna Usaha/Leasing), PSAK No. 48: Penurunan Nilai Aset.

DAFTAR PUSTAKA

Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFEPSAK No. 09 : Penyajian Aktiva Lancar Dan Kewajiban Jangka PendekPSAK No. 13: Properti Investasi PsakPSAK No. 16: Aset TetapPSAK No. 19: Aset Tidak BerwujudPSAK No. 30: Sewa (Akuntansi Sewa Guna Usaha/Leasing)PSAK No. 48: Penurunan Nilai Aset