makalah-asam-asetat
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Proses
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan
oleh berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil
samping dari pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak
lama. Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos
menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat
warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau
campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa
Romawi menghasilkan sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan
anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang
disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada
peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat
pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan
dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas
Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial
yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak
perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia
yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli
kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya
sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat
anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi
karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi
tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya
reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
1
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara
fermentasi bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar
10% dari produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan
bahwa cuka yang digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologis
karena lebih aman bagi kesehatan.
Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan
metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam
pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa
menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.
I.2. Spesifikasi Bahan Baku
I.2.1. Methanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia C H 3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling
sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan baku
pembuatan asam asetat dengan metode karbonilasi methanol.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Methanol
2
Nama IUPAC
Methanol
Nama lain
hydroxymethanemethyl alcoholmethyl hydratewood alcohol
carbinol
SifatRumus molekul CH3OH
Massa molar 32.04 g/mol
Penampilan colorless liquid
Densitas 0.7918 g/cm³, liquid
Titik leleh –97 °C, -142.9 °F (176 K)
Titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K)
Kelarutan dalam air Fully miscible
Keasaman (pKa) ~ 15.5
Viskositas 0.59 mPa·s at 20 °C
Momen dipol 1.69 D (gas)
BahayaKlasifikasi EU Flammable (F)
Toxic (T)
Titik nyala 11 °C
I.2.2. Iodida
Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi
metil iodide:
MaOH + HI MeI + H2O
3
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-
I.2.3. Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−)
Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses
pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan
memberikan reaksi dan distribusi produk yang baik. Struktur katalis kompleks
Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) dapat dilihat seperti gambar berikut:
I.2.4. Iridium ([Ir(CO)2I2]−)
Iridium ([Ir(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan asam
asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air lebih
sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]– dapat dilihat
seperti gambar berikut:
I.3. Spesifikasi Produk
Asam asetat yang jelas, cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2.
Memiliki titik leleh 62,06°F (16.7°C) dan mendidih pada 244,4°F (118°C), kerapatan
1,049g/mL pada 25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi,asam asetat
bersifat korosif, memiliki bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan
sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
4
konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga
dapat dideteksi pada uap bersuhu 120°C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di
dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat
murni Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air).
Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi
sekitar 154–157 J mol–1 K–1.
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium,
dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).
Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa.
Contohnya adalah soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir
semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam
asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan
garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi
dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila
bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling
terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan
turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi
nukleofilik.
Nama sistematis : Asam etanoat, Asam asetat
Nama alternatif : Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida : (AcOH)
Hidrogen asetat : (HAc) Asam cuka
Rumus molekul : CH3COOH
Massa molar : 60.05 g/mol
5
Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan 1.266 g cm−3, padatan
Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)
Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)
Penampilan : Cairan tak berwarna atau kristal
Keasaman (pKa) : 4.76 pada 25°C
I.4. Kegunaan Asam Asetat
Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai
bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
6
RANCANGAN PROSES
II.1. Reaksi / mekanisme reaksi
Teknologi pembuatan asam asetat mungkin yang paling beragam dari
pembuatan semua bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang
digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,
sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif
fermentasi, dan anaerob fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan teknik yang
umum digunakan dalam industri asam asetat dan menjadi teknik penghasil asam
asetat lebih dari 65% dari kapasitas global. Dari asam asetat yang diproduksi oleh
industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya
dihasilkan melalui metode-metode alternatif.
1. Karbonilisasi methanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan metode karbonilisasi
methanol yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa
menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.
II.2.Kondisi Operasi Proses Monsanto
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di
Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang
rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah
methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO
menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam
asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalis
7
iodinepromoted kobalt, namun kurang efektif dalam hal biaya karena katalis ini
bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam
asetat sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 %
saja. Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap,
1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida
CH3OH + HI CH3I + H2O
2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida
menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d6). CH3I +
[Rh-kompleks]
Mekanisme Reaksi Katalis
Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium
kompleks yang larut dan iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akan
bekerja dalam reaksi ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]- di
bawah kondisi reaksi. Struktur katalis [Rh(CO)2I2]- dapat dilihat seperti gambar
berikut.
Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk
yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
8
Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor
dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan
konversi methanol menjadi metil iodide:
MaOH + HI MeI + H2O
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat
CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3.
Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi
sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian membentuk
ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III) (Gambar 4). Dengan terbentuknya
kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian
direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini
bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm. Asetil iodida yang terbentuk
kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI.
Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi methanol
menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus.
Sedangkan asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk
dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian
dilakukan dengan cara destilasi. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar
berikut:
9
Gambar 5 The major unit comprising a commercial-scale Monsanto methanol operating plant, which uses a rhodium-based catalyst
II.3. Kondisi Operasi Proses Cativa
Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh
carbonylation dari metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya
berbeda dalam penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang
mengandung katalis seperti kompleks Ir[(CO)2I2]–. Proses ini pertama kali
dikembangkan oleh BP Chemicals dan lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya kajian 10
Monsanto telah menunjukkan bahwa iridium kurang aktif dari rhodium untuk proses
carbonylation metanol. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa katalis
iridium bisa dipromosikan dengan bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan
sebuah katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium. Penggunaan
iridium memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan
demikian dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang diperlukan, mengurangi
produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser. Selain itu, proses ini
memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses
Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.
Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]– dapat dilihat seperti gambar beriktut:
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis
kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2), setelah
terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I - akan
keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I]
11
(gambar 3), struktuir ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi
berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas,
sehingga dengan adanya ion I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas
dari kompleks dan bereaksi dengan I- membentuk CH3COI. Senyawa CH3COI ini
kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dan asam halida (HI).
Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan
methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam
asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor
maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan
proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
II.4. Tinjauan Thermodinamika dan Kinetika dari proses produksi asam asetat
dengan metode Monsato dan metode Cativa:
1) Tinjauan Thermodinamika:
CH3OH + CO → CH3COOH
∆ H r=∆ H produk−∆ H reaktan
∆ H f 298CH 3OH=−238660 J
∆ H f 298CO=−110525 J
∆ H f 298CH 3COOH =−484500 J
∆ H r=∆ H f 298CH 3COOH −(∆ H f 298 CH 3OH +∆ H f 298CO )
∆ H r=−484500−(−238660−110525 )=−135315 J
o Karena ∆ H r bernilai negatif, maka dapat diketahui reaksi bersifat eksotermis.
12
o Sesuai dengan tinjauan Thermodinamika, pada reaksi eksotermis jika tekanan
diperkecil maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan (koefisien besar). Oleh
karena itu tekanan harus diperbesar agar reaksi berjalan ke kanan.
o Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu
suhu operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.
2) Tinjauan Kinetika:
Sesuai dengan hukum Arrhenius:
k=A .e−ERT
k = konstanta kecepatan reaksi
A = frekuensi faktor tumbukan
E = energi aktivasi dari reaksi
R = konstanta gas ideal
= 1.98 cal/gm-mol.oK
= 1.98 Btu/lb-mol.oR
= 82.06 cm3.atm/gm-mol.oK
T = suhu reaksi
Sesuai hukum Arrhenius maka semakin tinggi suhu operasi maka semakin
besar nilai konstanta kecepatan reaksi
Semakin besar nilai konstanta kecepatan reaksi, maka semakin cepat laju
reaksinya sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan
A+B k1→
C+D
−r A=rC=rD=k1 CA CB
Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan
maka semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.
a. Pemilihan Reaktor :
Jika jenis reaktor yang dipilih Batch
ri=1V
dN i
dt= 1
Vd (C iV )
dt= 1
VVd Ci+C idV
dt
ri=dC i
dt+
C i
VdVdt
o Semakin besar volume reaktan dalam reaktor maka semakin kecil laju
kecepatan reaksi pembentukan produk. Secara molekular semakin besar 13
Q1CA0CB0
Q2CACCCBCD
volume reaktan dalam reaktor maka jarak antar molekul satu dengan yang lain
akan semakin jauh sehingga frekuensi tumbukan antar reaktan akan semakin
kecil.
Jika jenis reaktor yang dipilih Continue stirred tank reactor (CSTR)
Overall
Rate input−Rateoutp ut ± Rate change=Rate accumulation
ρ . Q1−ρ .Q 2± 0=d (ρ .V )
dt
ρ . Q1−ρ .Q 2=ρ .d (V )
dt
Q1−Q2=dVdt
Neraca Komponen
Rate input−Rateoutput ± Rate change=Rate accumulation
CC 0 . Q1−CC .Q2+k . CA .CB .V=d (CC . V )
dt
0−CC . Q2+k .C A . CB .V =CCdVdt
+VdCC
dt
CC . Q2+k . CA . CB .V =CC (Q1−Q2 )+VdCC
dt
k .CA .CB . V=CC . Q1+VdCC
dt
k .CA .CB . V−CC . Q1=VdCC
dt
14
k .CA .CB−CC .Q1
V=
dCC
dt=rC
o Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar volume reaktor
maka laju pembentukan produk akan semakin kecil. Namun penggunaan
reaktor CSTR lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR
produk akan secara kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu
tinggal reaktan dalam reaktor.
o Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil
produksi suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi
suatu industri.
15
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode monsato ialah
methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO
menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Katalis rhodium
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2.
2. Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh
carbonylation dari metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto
hanya berbeda dalam penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium
yang mengandung katalis seperti kompleks Ir[(CO)2I2]–.
3. Reaksi pembuatan asam asetat adalah reaksi eksotermis karena ∆ H r bernilai
negatif.
4. Pada penggunaan reaktor batch dan kontinyu semakin besar volume maka
kecepatan reaksi pembentukan produknya akan semakin kecil.
5. Penggunaan reaktor CSTR lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada
reaktor CSTR produk akan secara kontinyu dihasilkan sehingga akan
mengurangi waktu tinggal reaktan dalam reaktor.
6. Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi
hasil produksi suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang
menguntungkan bagi suatu industri.
2. Saran
1. Proses produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan
suhu rendah.
2. Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.
16
Daftar Pustaka
Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid
Iridium Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process.
BP Chemicals Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12
8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene,
or Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering,
University of California, Berkeley, CA 94720, USA
Roth J. F. The Production of Acetic Acid Rhodium Catalysed Carbonylation Of
Methanol. Monsanto Co., St. Louis, Missouri
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.
17
A.TINJAUAN UMUMIstilah fermentasi diturunkan dari “Fervere” istilah latin yang berarti mendidih, dan ini digunakan untuk menyebut adanya aktivitas yeast pada ekstrak buah dan larutan malt serta biji-bijian. Peristiwa pendidihan tersebut terjadi akibat terbentuknya O2 oleh proses gula dalam ekstrak. Secara biokimia fermentasi diartikan sebagai pembentukan energi melalui senyawa organik, sedangkan aplikasinya dalam dunia industri fermentasi diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah bahan dasar menjadi suatu produk oleh massa sel mikroba. Di dalam pengertian ini termasuk juga proses anabolisme pembentukan komponen sel secara aerob.
Fermentasi asam asetat adalah fermentasi aerobik atau respirasi oksidatif, yaitu respirasi dengan oksidasi berlangsung tidak sempurna dan menghasilkan produk-produk akhir berupa senyawa organik seperti asam asetat. Proses ini dilakukan oleh bakteri dari genus Acetobacter dan Glucobacter. Kondisi respirasi oksidatif ini dapat dilakukan dengan kultur murni, tetapi kondisinya tidak selalu aseptis oleh karena pH yang rendah serta adanya alcohol dalam media merupakan faktor penghambat bagi mikroorganisme lain selain Acetobacter acetii. Mekanisme fermentasi asam asetat ada 2 yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Pada fermentasi alkohol mula-mula gula yang terdapat pada bahan baku akan dibongkar oleh khamir menjadi alkohol dan gas O2 yang berlangsung secara anaerobik. Setelah alkohol dihasilkan maka dilakukan fermentasi asam asetat, dimana bakteri asam asetat akan mengubah alkohol menjadi asam asetat. Setelah terbentuk asam asetat fermentasi harus segera dihentikan supaya tidak terjadi fermentasi lebih lanjut oleh bakteri pembusuk yang dapat menimbullkan kerusakan.
Asam asetat memiliki sifat antara lain:
Berat molekul : 60,05 mempunyai titik didih : 118,1 oC mempunyai titik beku : 16,7 oC Spesific grafity : 1,049 berupa cairan jernih (tidak berwarna) berbau khas mudah larut dalam air, alkohol, dan eter larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah(korosif) asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16,7°C,sedikit di
bawah suhu ruangB. Bahan Baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
1. Bahan BakuBerbagai produk hasil pertanian yang mengandung gula yang tinggi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi cuka, misalnya, buah-buahan, kentang, biji-bijian, bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alcohol
1. Bakteri Asam Asetat
18
Golongan bakteri yang mengoksidasi etanol menjadi asam asetat diklasifikasikan menjadi 2 genera yaitu:
1.Gluconobacter
Mengoksidasi etanol menjadi asam asetat.
2.Acetobacter
Mengoksidasi asam asetat lebih lanjut menjadi O2 dan H2O.Bakteri asam asetat mempunyai kemampuan membentuk asam dari alkohol secara oksidasi diekspresikan ke dalam medium.Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang bergerak lambat dengan flagella peritrik,memiliki toleransi terhadap asam yang tinggi,dan aktivitas peptolitik yang rendah. Fermentasi asam asetat dilakukan oleh bakteri asam asetat terhadap larutan yamg mengandung alkohol.Bakteri asam asetat tersebut termasuk dalam famili Pseudomonadaceae yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
● Sel berbentuk batang pendek atau bola
● Bakteri gram negatif
● Sel bergerak dan tidak bergerak
● Tidak mempunyai endospora
● Tidak bersifat patogen
● Bersifat aerob
● Energi diperoleh dari oksidasi etanol menjadi asam asetat
● Mampu hidup dalam air, padatan, daun, buah, dan lain-lain.Bakteri asam asetat digolongkan menjadi peroksidan jika mampu menumpuk asetat.
Contoh peroksidan:Acetobacter acetii dan Acetobacter pasterinumAcetobacter acetii merupakan bakteri gram negatif yang bergerak menggunakan peritrich flagella,merupakan bakteri aerob obligat,tidak membentuk endospora dan dapat tumbuh dimana-mana.
19
C. Proses fermentasi pembuatan asam asetat atau vinegar :A). Fermentasi secara Aerob
Aceto Bacteri
C6H12O6 2C2H5OH 2CH3COOH + H2O +116 kal(Glukosa) (Etanol) Asam cuka
a. Metoda lambat (Slow Methods)- Biasanya untuk bahan baku berupa buah-buahan.
- Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu tangki batch.
- Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki
- Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13% alkohol) setelah beberapa hari.
- Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan tangki.
- Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar tipis mengubah etanol menjadi asam asetat atau vinegar(asetifikasi).
20
- Proses ini memerlukan temperatur 21- 29 oC.- Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi. Permasalahan ini bisa dicegahdengan memasang lapisan yang dapat mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar.
Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) :-Proses sangat sederhana
Kekurangan Metoda lambat (Slow Methods) :1) Proses relative lama,berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2) Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi.
b. Metoda cepat (Quick Methods) atau German process- Biasanya untuk bahan baku berupa etanol cair.
- Bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat(100%) :
Alkohol(95 %) sebanyak 1.950 lb Sedikit nutrisi Udara sebanyak 11.000 lb- Etanol mengalami perpindahan selama proses.
- Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator) yang terbuat dari kayu atau besi.- Bagian-bagian dari tangki pembentukan :
a) Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan
b) Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa:kayu, tongkol jagung, rottan) di bagian ini untuk memperluas bidang kontak rektan (etanol dan oksigen). Bahan isian mulamula disiram dengan larutan vinegar yang mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian akan tumbuh bakteri asetat.
c) Bagian bawah,digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk vinegar.
- Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi melalui bagian atas tangki dengan alat sparger- Campuran mengalir turun melalui bahan isian dengan sangat lambat
- Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah tangki- Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Pendingin dipasang pada aliran recyclecairan campuran(yang mengandung vinegar,etanol, dan air) dari bagian bawah tangki. Temperatur operasi dipertahankan pada rentang suhu 30-35 oC.
21
- Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung asam asetat optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain di keluarkan dari tangki.- Bakteri asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat telah mencapai 12-14 %.
- Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu proses 8-10 hari.
Kelebihan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :1) Biaya proses rendah, relatif sederhana dan kemudahan dalam mengontrol.
2) Konsentrasi produk asam asetat besar.
3) Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya.
4) Penguapan sedikit.
Kekurangan Metoda cepat (Quick Methods) atau German process :1) Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda Perendaman (Submerged Method).2) Pembersihan tangki cukup sulit.
c. Metoda Perendaman (Submerged Method)- Umpan yang mengandung 8-12 % etanoldiinokulasi dengan Acetobacter acetigenum.- Temperatur proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC.- Bakteri tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang difermentasi.
- Umpan dimasukkan melewati bagian atas tangki.
- Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk gelembung- gelembung gas.Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran di bagian atas tangki.
- Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless steel yang terpasang di dalam tangki.- Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang terbentuk dengan sistem mekanik.
Kelebihan Metoda Perendaman (Submerged Method):a) Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi.
b) Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar.
Kekurangan Metoda Perendaman (Submerged Method):a) Biaya operasi relatif mahal.
Gambar 3. Pengolahan secara Submerged
22
B). Fermentasi secara Anaerob
Clostridium thermoaceticumC6H12O6 CH3OOH + Qglukosa asam asetat
- Menggunakan bakteri Clostridium thermoaceticum.- Mampu mengubah gula menjadi asam asetat.
- Temperatur proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5.- Memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik.
Kelebihan proses anaerob :a) Mengubah gula menjadi sama asetat dengan satu langkah.
b) Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60 oC.Perbedaan temperatur yang besar antara suhu media dengan suhu air pendingin memudahkan dalam pembuangan panas.c) Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan bisa diminimalisasi karena bekerja pada kondisi anaerob.
d) Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati pH netral akan mati karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi asam pH 4,5.
Kekurangan proses anaerob :a) Konsentrasi asam asetat lebih rendah dibandingkan dengan proses aerob.
b) Biaya proses lebih mahal dibandingkan dengan proses aerob.
D. PemurnianDistilasi/penyulingan
Dari distilasi bertingkat akan dihasilkan beberapa jenis asam asetat :
Asam asetat glasial(99,5%) Asam asetat teknis(80%)Secara komersial kadar asam asetat sebesar 6,28,30,36,60,70,dan 80 %
E. Pengendalian FermentasiDalam proses pembuatan cuka, ada beberapa langkah pengendalian fermentasi yang perlu dilakukan sehingga hasil fermentasi yang berupa vinegar sesuai yang diinginkan.
a. Pada saat fermentasi alkohol, nutrisi yang dibutuhkan oleh khamir untuk melakukan fermentasi harus dipenuhi. Selain gula dan sebagian merupakan padatan cider, substansi yang dinyatakan oleh keasaman dan abu sangat diperlukan oleh khamir. Demikian pula dengan kebutuhan mineral dalam abu yang penting untuk pertumbuhan mikroba.
23
b. Suhu 75 – 80oF merupakan suhu yang sesuai yang harus dipertahankan selama fermentasi alkohol. Pada suhu mendekati 100oF fermentasi menjadi terhambat dan berhenti pada suhu 105oF.c. Fermentasi alkohol harus dilakukan dalam kemasan, sehingga sari buah tidak terkena udara secara berlebihan. Suatu tong diletakkan secara horizontal dengan lubang tong ditutup kapas atau perangkap udara. Untuk sejumlah kecil dapat digunakan botol besar yang mulutnya disumbat dengan kapas.Kemasan jangan ditutup rapat,sebab dapat meledak. Peristiwa ini terjadi karena adanya tekanan dari gas yang dihasilkan.
d. Untuk mencegah pertumbuhan organisme yang tidak dikehendaki ialah dengan menambahkan cuka yang kuat yang belum dipasteurisasikan kedalam sari buah yang diperoleh sesudah fermentasi alkohol selesai. Penambahan cuka tersebut dimaksudkan sebagai inokulasi yang penuh dengan bakteri asam cuka pada sari buah beralkohol tersebut.
e. Sesudah fermentasi asetat berjalan sempurna, cuka tidak boleh kontak dengan udara, sebab cuka dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi karbondioksida dan air, sehingga kadar asam menurun agak lebih cepat sampai pada suatu kondisi yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi hal ini cuka harus ditempatkan dalam kemasan yang tertutup rapat dengan isi yang penuh.
f. Fermentasi asam asetat terjadi sangat cepat, bila cider mengandung 6 – 8 % alkohol, tetapi 12 % alkohol masih dapat ditolerir. Kegiatan fermentasi berjalan lambat bila alkohol yang ada hanya 1 – 2 %. Selama kegiatan fermentasi, dihasilkan panas yang cukup untuk menaikkan suhu generator (metode cepat). Aktivitas fermentasi akan terus berlangsung pada suhu antara 68 – 96oF.F. Cara Pembuatan Asam Cuka yang Biasa Digunakan di IndonesiaProses pembuatan vinegar (asam asetat) dilakukan melalui proses asetifikasi dari alkohol menjadi asam asetat. Untuk memproduksi secara tradisional yang biasa dilakukan di Indonesia yaitu dengan menggunakan metode lambat. Pada pembuatan vinegar dengan cara ini biasanya menggunakan bahan baku air kelapa yang mengalami peragian (fermentasi) secara spontan.
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut,
1. Air kelapa dimasukkan ke dalam gentong tanah (guci) yang biasa dipakai dalam pembuatan cuka.
Gentong-gentong tersebut tidak pernah dicuci atau dibersihkan sejak pertama kali digunakan dalam pembuatan cuka. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan sisa biang cuka dari pembuatan asam cuka sebelumnya.
1. Setelah air kelapa dimasukkan dalam gentong lalu wadah tersebut diletakkan di tempat yang memiliki aerasi yang cukup baik selama 1 – 2 bulan.
24
2. Selama penyimpanan tersebut, senyawa gula yang terdapat di dalam air kelapa mengalami proses fermentasi menjadi alkohol dan berlanjut menjadi asam cuka yang diperjual belikan.
Diagram alir pembuatan vinegar dari air kelapa dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Keterangan1. Penyaringan
2. Gentong yang mengandung biang cuka ( Inkubasi selama 1 – 2 bulan)
G. KEGUNAAN ASAM ASETATCuka banyak digunakan dalam industri pengolahan pangan, industri farmasi dan industri kimia.
Pada industri makanan:1. Sebagai bahan pembangkit flavor asam dan pengawet.
2. Sebagai bahan penyedap rasa (edible vinegar).
Cuka banyak digunakan dalam industry:1. Memproduksi asam alifatis terpenting.
2. Bahan warna (indigo) dan parfum.
3. Bahan dasar pembuatan anhidrat yang sangat diperlukan untuk asetilasi, terutama dalam pembuatan selulosa asetat.
Dalam industri farmasi cuka /asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan obat-obatan (aspirin).
Beberapa negara di benua Amerika dan Eropa menggunakan
25
Sejarah, Penggunaan dan Proses Produksi Asam Asetat cara Sintetis dan Alami
oleh : G Rionugroho H (L2C008050)
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C,titik didih 117,90C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadiion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latinacetum, yang berarti cuka. Nama sistematisnya asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7 °C.
Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium(Ac).
SEJARAH
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh berbagai bakteriapenghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari pembuatan bir atauanggur.
26
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zatanorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisismenjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkankalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.
KEGUNAAN
Produk asam asetat telah banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain :
1. Industri PTA merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yang digunakan sebagai media pelarut katalis. Industri PTA cenderung memilih menggunakan asam asetat yang berbahan baku methanol dengan tingkat kemurnian lebih tinggi yang hingga kini belum diproduksi di dalam negeri.
2. Industri Ethyl Asetat sebagai bahan baku utama, dimana untuk memproduksi 1 ton ethyl asetat diperlukan 680 kg asam asetat.
3. Industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat berfungsi sebagai pengatur pH.
27
4. Industri asam cuka, asam asetat sebagai bahan baku utama.
5. Industri benang karet, sebagai bahan penggumpal ( co-agulant ) ketika latex dikeluarkan dari extruder.
Disamping itu, asam asetat juga digunaka sebagai bahan setengah jadi untuk membuat bahan-bahan kimia seperti vinyl asetat, selulosa asetat, asam asetat anhydrid, maupun chloro asetat.
PROSES PRODUKSI
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), 2,5 Mt/a diproduksi di AS. Eropa sekitar 1 Mt/a, sedangkan Jepang sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a. Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalahMillenium Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.
Berikut ini akan dijabarkan proses pembuatan Cuka secara Sintetis :
1. Karbonilasi metanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanoldan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat CH3OH + CO → CH3COOH. Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfusmengembangkan cikal bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925.[9] Namun, kurangnya bahan-
28
bahan praktis yang dapat diisi bahan-bahankorosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]−yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode sebelumnya, sehingga menggantikan proses Monsanto.
No.
Pertimbangan
BASF Monsanto
1 Bahan Baku
Metanol dan CO
Metanol dan CO
2 Yield 90 % 90 – 99 %
3 Kondisi Operasi
500 bar, 455-515 K
30-60 bar, 425-475 K
4 Katalis Co / HI tidak efektif
Rh / HI efektif
5 Alat Pemurnian
3 kolom destilasi
4 kolom destilasi
6 Biaya Investasi
Tingggi
Tinggi
7 Biaya Operasi
rendah
Rendah
29
2. Oksidasi n – butana dan Oksidasi asetaldehid
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana ataunafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan pada kondisi 45 – 55 bar, dan suhu 395 – 475 K bersama udara disertai dengan beberapa ionlogam yang berfungsi sebagai katalis, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentukperoksida yang selanjutnya terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksidibawah ini.
2C4H10 + 5 O2 → 4 CH3COOH + 2 H2O
Untuk pemisahan asam asetat dilakukan dengan proses destilasi pada 4 kolom. Reaksi ini menghasilkan yield sebesar 70 – 80%.
Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih banyak lagi.
Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udaramenghasilkan asam asetat.
2 CH3CHO + O2 → 2 CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern (Co / Mn) pada kondisi operasi 3 -10 bar dan suhu 335 - 355 K, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah melalui porses destilasi dengan 3 kolom.
Berikut ini pula, akan dipaparkan proses pembuatan asam cuka dengan proses fermentasi alami :
1. Fermentasi Aerob
Acetobacter aceti
C6H12O6 + 2C2H5OH --> 2 CH3COOH + H2O + 116 kal
Glukosa etanol cuka asam
Proses fermentasi aerob terbagi menjadi tiga metode yaitu slow methods, quick methods dan submerged methods.
2. Fermentasi Anaerob30
Clostridium thermoaceticum
C6H12O6 --> 3 CH3COOH
glukosa asam asetat
Proses fermentasi ini dilakukan pada temperatur 45-65oC dan pH sekitar 2-5. Proses ini juga memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik. Namun, apabila dibandingkan dengan proses aerob, hasil asam asetat yang dihasilkan lebih sedikit dan biaya yang dibutuhkan lebih mahal.
31
sari buah dari berbagai jenis buah-buahan sebagai bahan bakunya.Di Jepang,cuka diproduksi dengan menggunakan bahan baku beras yang telah mengalami sakarifikasi.Di Indonesia,nira aren sering digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk membuat cuka lahang,yaitu sejenis cuka yang dibuat secara tradisional melalui proses fermentasi spontan.
32
BAB II
RANCANGAN PROSES
II. 1 PRINSIP PEMBUATAN
Teknologi pembuatan asam asetat mungkin beragam dari pembuatan semua
bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan
asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol, sintesis gas metan, oksidasi
asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif fermentasi, dan anaerob
fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan teknik yang umum digunakan dalam
produksi industry asam asetat dan menjadi teknik penghasil asam asetat lebih dari
65% dari kapasitas global. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia,
75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternatif.
1. Karbonilisasi methanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam
produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan
bahan mentah komoditi. Proses karbonilisasi pertama yang melibatkan perubahan
metanol menjadi asam asetat dikomersialisasikan pada tahun 1960 oleh BASF. Pada
metode BASF ini digunakan katalis kobalt dengan promotor iodida dalam tekanan
yang sangat tinggi (600 atm) dan suhu tinggi (230oC) menghasilkan asam asetat
dengan tingkat selektivitas mencapai 90%. Pada tahun 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis−[Rh(CO)2I2]− yang dapat beroperasi dengan optimal pada
tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis
33
tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada tahun 1970, dan metode
karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi
metode produksi asam asetat paling dominan. Proses Monsanto berjalan pada
tekanan 30-60 atm dan temperatur 150-200˚C. Proses ini memberikan selektivitas
yakni lebih besar dari 99%. Pada era 1990'an, perusahan petrokimia British
Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh
ruthenium. Proses Monsanto dapat digantikan dengan proses Cativa, yang
merupakan proses serupa menggunakan katalis iridium. Proses Cativa sekarang lebih
banyak digunakan karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan, sehingga
menggantikan proses Monsanto.
2. Sintesis gas metan
Asam asetat disintesis dari metana melalui dua tahap. Tahap pertama, gas
metan, bromina dalam bentuk hidrogen bromida (40 wt% HBr/H2O) dan oksigen
direaksikan dengan menggunakan katalis Ru/SiO2 menghasilkan CH3Br dan CO.
Tahap kedua CH3Br dan CO direaksikan lagi dengan H2O dengan bantuan katalis
RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromide. Mekanisme reaksinya dapat
ditunjukkan:
3. Oksidasi Hidrokarbon (n-butana) dan oksidasi asetaldehida fase cair
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Namun, metode manufaktur ini masih yang paling
penting, meskipun tidak sekompetitif dengan metode karbonilisasi metanol.Dalam
produksi asetaldehida dapat dihasilkan melalui oksidasi dari butana atau nafta ringan,
atau hidrasi dari etilena. Ketika butana atau cahaya nafta dipanaskan dengan udara di
hadapan berbagai logam ion, termasuk mangan, kobalt dan kromium; peroksida
bentuk dan kemudian membusuk untuk menghasilkan asam asetat sesuai dengan
persamaan kimia:
2C4H10 + 5O2 → 4CH3COOH + 2H2O
34
Dalam reaksi ini dijalankan pada suhu dan tekanan yang tinggi namun tetap
menjaga butana dalam keadaan cair. Tipikal kondisi reaksinya ialah pada
temperature 150°C, tekanan 55 atm dan yield 70-80 %. Produk sampingan mungkin
juga terbentuk termasuk butanone, etil asetat, asam format, dan asam propionat.
Produk sampingan ini juga bernilai komersial, dan kondisi-kondisi reaksi dapat
diubah untuk menghasilkan lebih banyak dari mereka jika ini bermanfaat secara
ekonomis. Namun, pemisahan asam asetat dari produk tersebut dapat menambah
biaya proses. Di bawah kondisi yang sama dan menggunakan sejenis katalis
sebagaimana digunakan untuk oksidasi n-butana, asetaldehida dapat dioksidasi oleh
oksigen di udara untuk menghasilkan asam asetat (Prosen Hoescht AG)
2CH3CHO + O2 → 2CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat menghasilkan asam
asetat lebih besar dari 95%. Produk sampingan utama adalah etil asetat, asam
formatdan formaldehida, yang semuanya memilki titik didih yang lebih rendah dari
asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan teknik destilasi.
4. Oksidasi alkana
Dalam metode ini asam asetat dibuat dari etilena dengan melalui proses
Wacker menghasilkan asetaldehida dan kemudian dioksidasi seperti dalam metode
oksidasi asetaldehida menghasilkan asam asetat. Teknik ini dikembangkan oleh
perusahaan kimia Showa Denko yang membuka pabrik etilen oksidasi di Oita,
Jepang, pada tahun 1997. Proses ini dikatalisis oleh paladium didukung katalis logam
pada heteropoly asam seperti asam tungstosilicic.
5. Oksidatif fermentasi
Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat melalui
metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus
Acetobacter.Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat menghasilkan
cuka dari berbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan yang digunakan
adalah bahan makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum,
beras, atau kentang mashes. Reaksi kimia keseluruhan difasilitasi oleh bakteri ini
adalah:
C2H5OH + O2 → CH3COOH + H2O
35
Sebuah larutan alkohol dimasukan dalam reaktor dehodrogenasi dan
diinokulasi dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan kemudian akan
menjadi cuka. Dalam industry, proses pembuatan cuka akan berlangsung cepat
dengan meningkatkan pasokan oksigen ke bakteri.
6. Fermentasi Anaerob
Metode ini menggunakan bakteri anaerob, termasuk anggota dari genus
Clostridium, yang dapat mengubah gula menjadi asam asetat secara langsung, tanpa
menghasilkan etanol sebagai produk perantara. Reaksi kimia secara keseluruhan
dilakukan oleh bakteri ini bisa direpresentasikan sebagai:
C6H12O6 → 3CH3COOH
Hal yang menguntungkan dari penggunaan metode ini dalam sudut pandang
kimia industry ialah bakteri acetogenic ini dapat menghasilkan asam asetat dari satu
senyawa karbon, seperti metanol, karbon monoksida, atau campuran karbon dioksida
dan hidrogen. Reaksinya dapat dituliskan:
2CO2 + 4H2 → CH3COOH + 2H2O
Karena Clostridium dapat mengubah gula secara langsung menghasilkan
asam asetat maka dapat menekan biaya produksi dalam artian penggunaan metode ini
lebih efisien jika dibandingkan dengan metode oksidasi etanol dengan bantuan
bakteri Acetobacter. Namun, yang menjadi kendala ialah bakteri Clostridium kurang
toleran terhadap asam dibandingkan dengan Acetobacter sehingga ketika asam asetat
terbentuk maka bakteri Clostridium akan mengalami gangguan pertumbuhan yang
dapat menyebabkan kematian. Bahkan yang paling toleran asam-strain Clostridium
cuka hanya dapat menghasilkan beberapa persen asam asetat, dibandingkan dengan
strain Acetobacter cuka yang dapat menghasilkan hingga 20% asam asetat. Saat ini,
penggunaan Acetobacter lebih efektif untuk memproduksi asam asetat dibandingkan
memproduksi asam asetat dengan menggunakan Clostridium. Akibatnya meskipun
bakteri acetogenic telah dikenal sejak 1940, penggunaannya dalam industri tetap
dibatasi. Skema proses fermenasi pembuatan asam asetat dapat dilihat pada gambar
berikut.
36
7. Elektrolisis Etanol (Elektrosintesis)
Elektro oksidasi etanol menjadi asam asetat menggunakan kawat elektroda
platinum dan media asam. Platinum (Pt) dikenal sebagai logam inert dan katalis yang
kuat untuk reaksi elektrokimia pada umumnya. Banyak komponen yang dapat
teradsorpsi pada permukaan adsorpsi Pt dan hidrogen. Mekanisme reaksinya ialah:
II.2 MEKANISME PEMBUATAN ASAM ASETAT DALAM PABRIK
Dalam pabrik pembuatan asam asetat lebih sering menggunakan metode
karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam pabrik
yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis
kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa menggunakan
katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.
1. Proses Monsanto
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di
Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang
rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah
methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO2
mengahsilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam
asetat dengan teknik BASF dapat dilakukan dengan menggunakan katalis
iodinepromoted kobalt, namun kurang efektiv dalam hal biaya karena katalis ini
bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium menghasilkan asam
asetat sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt hanya sekitar 90 %
saja. Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap,
1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida
CH3OH + HI CH3I + H2O
37
2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil
iodida menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks
(d6). CH3I + [Rh-kompleks]
II.2.1 MEKANISME REAKSI KATALIS
Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium kompleks
yang larut dan iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akanbekerja dalam
reaksi ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]- di bawah kondisi
reaksi. Struktur katalis [Rh(CO)2I2]- dapat dilihat seperti gambar berikut:
Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi
produk yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar
berikut:
Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor
dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan
konversi methanol menjadi metil iodide:
MeOH + HI MeI + H2O
38
O
C + H2O
Me I
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-. Kemudian dengan cepat CO pindah
berikatan dengan CH3 membentuk kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon
monoksida, dimana gas CO berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh,
menjadi rhodium-alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium
(III). Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah
lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis
rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm-
60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O
menghasilkan CH3COOH dan HI.
O
C + HI
Me OH
Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi
methanol menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi.dan melanjutkan siklus.
Sedangkan asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk
dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian
dilaskukan dengan cara destilasi. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar
berikut:
39
II.2.2 TINJAUAN KINETIKA
Reaksi pembentukan isopropil asetat adalah reaksi orde dua,dengan
persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Persamaan kinetika reaksi :
kr = 1,1568 x104 exp (-7.330/T)
BF3, HF
asam asetat + propylene isopropil asetat
keterangan :
kr = Konstanta kecepatan reaksi, m3/mol. S
T = Temperatur, K
(Bearse and Morin, 1978)
40
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asam asetat ( asam etanoat, asam cuka, Asam metanakarboksilat, Asetil
hidroksida Hidrogen asetat ) adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, yang berupa cairan jernih
tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Asam asetat memiliki rumus
empiris C2H4O2 . Rumus molekulnya seringkali ditulis dalam bentuk CH3-
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Prinsip pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol, sintesis
gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif
fermentasi, dan anaerob fermentasi. Dalam pabrik pembuatan asam asetat lebih
sering menggunakan metode karbonilasi methanol.41