makalah apendiksitis
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
1/54
MAKALA SISTEM ENDOKRIN
PENCERNAAN
Disusun Oleh Kelompok 1A :
1.
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETHSEMARANG
2012/2013
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
2/54
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat
dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan makalah sistem Pencernaan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan apendiksitis peritonitis ini dengan baik. Semoga
apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam makalah ini dapat dimengerti dan di pahami
dengan baik oleh pembaca sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan
meningkatkan status kesehatan dalam kehidupan seharihari.
Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 10 Juni 2013
Penyusun
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
3/54
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah1.2Tujuan
BAB II PENYAKIT APENDIKSITIS
2.1Struktur organ saluran cerna dewasa (khususnya usus)2.2Fisiologi saluran cerna dewasa2.3Proses penyerapan makanan pada orang dewasa2.4Patofisiologi apendiksitis dengan peritonitis2.5Farmakologi pasien dengan apendiksitis peritonitis dan implikasi keperawatan :
Analgetik (anti inflamasi), Antiemetik, Antibiotic, vitamin (daya tahan tubuh, supleman),
Antiseptik
2.6Gizi yang tepat pada apendiksitis peritonitis serta post laparotomy serta implikasikeperawatan
2.7Penatalaksanaan medik apendisitis dan apendiksitis peritonitis2.8Askep klien dengan apendisitis dengan peritonitis2.9Keterampilan Pemeriksaan fisik system pencernaan2.10 Keterampilan Persiapan operasi apendiktomi dan laparotomy2.11 Keterampilan tindakan huknah, semprot gliserin dan pemberian obat supositoria
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
4/54
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
5/54
BAB II
ISI
2.1Struktur organ saluran cerna dewasa (khususnya usus)Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:
- Menerima makanan
- Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
- Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
- Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
http://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenAF7b_GI/AAAAAAAAABQ/yVfIPy0eKwc/s1600/Saluran-Pencernaan.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenAF7b_GI/AAAAAAAAABQ/yVfIPy0eKwc/s1600/Saluran-Pencernaan.jpg -
7/28/2019 makalah apendiksitis
6/54
a) Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian
dalamdari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan
dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah,
yangberfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut
terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri
yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan
tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan
bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan
tidak masuk ke dalam hidung. Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang
berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.
Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui
kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot
ritmik yang disebut dengan peristaltik.
http://3.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenWW4MIaI/AAAAAAAAABU/41TIfwiyJWM/s1600/Bagian-Bagian-Mulut.jpg -
7/28/2019 makalah apendiksitis
7/54
b) Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan
3 zat penting:
- lender
- asam klorida
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori
atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. Pelepasan asam dirangsang oleh:
- Saraf yang menuju ke lambung
- Gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)
- Histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung). Pepsin bertanggungjawab atas pemecahan
sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang
merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging. Hanya beberapa zat yang bisa
diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah
yang sangat kecil.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
8/54
c) Usus halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum
menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke
dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting
dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan
penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.
Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-
lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili
menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat
gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan
ileum.
Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.
Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili
dan mikrovili. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
http://3.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenlU61RgI/AAAAAAAAABY/SK_rUB2868I/s1600/Bagian-Bagian-Lambung.jpg -
7/28/2019 makalah apendiksitis
9/54
Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus
halus.
Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan
keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena
mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.
d) Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai
saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran
empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan
http://3.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenzbb4unI/AAAAAAAAABc/lgNSsQ1bCfU/s1600/Anatomi-Isi-Lambung-Dan-Usus-Halus.jpg -
7/28/2019 makalah apendiksitis
10/54
dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. 3 hormon yang dihasilkan oleh pankreas
adalah:
- Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah
- Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah
- Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin
dan glukagon).
e) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa
diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam
dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler).
Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Darah diolah dalam 2 cara:
- Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang
- Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan
oleh tubuh. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya
dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh
dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang
dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang
disimpan di dalam kandung empedu. Kandung empedu & Saluran empedu.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
11/54
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya
bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah
saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu
umum.
Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam
duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan
hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu
serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi penting:
- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
- Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Secara spesifik empedu
berperan dalam berbagai proses berikut:
- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak untuk membantu proses penyerapan
- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya
- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari
sel darah merah yang dihancurkan
- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh
- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan
kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.
Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam
setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
12/54
kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur
pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
f) Usus besar
Anatomi dan fisiologi Usus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.
Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi)
merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.
Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan
mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.
Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki
lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih `kecil (mikrovili).
Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga
menambah jumlah zat gizi yang diserap.
Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan
ileum.Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.
Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili
dan mikrovili.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Kepadatan dari isi usus berubah secara
bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
13/54
Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman
lambung.Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena
mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.
Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter.
Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum ( 2,5 m), serta ileum
( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan
senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang
dilepaskan ke usus halus.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
Senyawa Kimia Fungsi
Disakaridase : Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
Erepsinogen : Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
14/54
pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin
:
Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus
halus
HormonCCK :
(Kolesistokinin)
Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
Senyawa Kimia Fungsi
Bikarbonat : Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
Enterokinase : Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjad
tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Amilase : Mengubah amilum menjadi disakarida
Lipase : Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Tripsinogen : Tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin : Mengubah peptone menjadi asam amino
Nuklease : Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal
Hormon
Glukagon
:Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
15/54
Usus Besar (Kolon)
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5
meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon
asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa fesesd. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses
dari tubuh ddefekasi.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
16/54
Usus buntu
Usus buntu atau appendix adalah organ yang letaknya disisi posteromedial dari sekum
(bagian dari usus besar), kurang lebih 2,5 cm dibawah katup ileosekum. Panjangnya bervariasi,
rata-rata 5-10 cm. Karena posisi-nya yang bervariasi, jika usus buntu mengalami peradangan
(selanjutnya disebut apendisitis) sering mengakibatkan keluhan yang berbeda-beda. Dan karena
posisinya berdekatan dengan banyak organ, jika terjadi apendisitis sering menampakkan gejala
yang mirip dengan peradangan pada organ sekitarnya. Infeksi saluran kencing, batu pada saluran
kencing, radang pada organ reproduksi wanita adalah salah satu dari kasus yang gejalanya
hampir mirip dengan apendisitis. Pemeriksaan fisik yang baik dan atau disertai dengan
pemeriksaan penunjang dapat menetapkan diagnosa apendisitis dengan baik.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
17/54
g) Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
Kolon
desenden
Kolon
Transverum
Kolonasenden
Kolon
sigmoid
Rektum
Sekum
Usus halus
Gbr. Usus Besar Manusia dan bagiannya
http://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTeoVBCg4LI/AAAAAAAAABk/ShJNQ3pL3jM/s1600/Anatomi-Rektum.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTeoVBCg4LI/AAAAAAAAABk/ShJNQ3pL3jM/s1600/Anatomi-Rektum.jpg -
7/28/2019 makalah apendiksitis
18/54
2.2Fisiologi saluran cerna dewasa
Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan
dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh
karenanya, makanan yang dimakan dihancurkan terlebih dahulu sebelum diangkut. Proses ini
disebut proses pencernaan. Pencernaan dilakukan oleh sistem pencernaan. Sistem pencernaan
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan alat yang
dilalui makanan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Saluran
pencernaan berfungsi memecahkan makanan yang besar menjadi berukuran lebih kecil dan
halus. Kerja saluran pencernaan dibantu dengan adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
kelenjar pencernaan.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari
makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-
molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.
http://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpg -
7/28/2019 makalah apendiksitis
19/54
Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari
saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel. Secara umum
sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar, yaitu:
1. Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan.
Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang
disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas
pencernaan:
Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi saluran pencernaan kedepan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi
yang dilaksanakan oleh setiap organ pencernaan.
Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengangetah pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian
isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.
2. Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-
kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik
spesifik yang penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus).
Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf
dan hormon sesuai.
3. Pencernaan
Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad
struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga
komponen makanan utama, yaitu:
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
20/54
Karbohidrat
Kebanyakan makanan yang kita makan adalah karbohidrat dalam bentuk polisakarida,
misalnya tepung kanji , daging (glikogen), atau tumbuhan (selulosa) .Bentuk karbohidrat yang
paling sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Lemak
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Protein akan
diuraikan menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap dalam saluran
pencernaan.
Protein
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigelsida. Produk akhir
pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak.
Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan
H2O di tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut sehinggan molekul-molekul
kecil menjadi bebas.
4. Penyerapan
Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-
molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran
pencernaan ke dalam darah atau limfe.
Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan panjang sekitar 30 kaki (9
m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju ke anus. Pengaturan fungsi saluran
pencernaan bersifat kompleks dan sinergistik. Terdapat empat faktor yang berperan dalam
pengaturan fungsi pencernaan, yaitu:
1. Fungsi otonom otot polos2. Pleksus saraf intrinsik
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
21/54
3. Saraf ekstrinsik4. Hormon saluran pencernaan
2.3Proses penyerapan makanan pada orang dewasaProses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan
dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui
proses defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah
proses mestikasi (mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan
pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1)
menggiling dan memecah makanan; (2) mencampur makanan dengan air liur; dan (3)
merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan menimbulkan
sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung
protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam proses
pencernaan adalah:
1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.2. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan
adanya mukus sebagai pelumas.3. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.4. Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.5. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang
dihasilkan bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.
Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di dorong
oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang kemudian
mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks akan
mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalamesofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
22/54
2. Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yangmendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik
untuk mencapai ujung esofagus.
Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses
motilita. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu:
1. Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkanlambung dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter
2. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung,makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan
secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum.
3. Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakanpenyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan
gerakan retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang
peristaltik di antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus.
4. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkanjuga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.
Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapasekret lambung diantaranya:
HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. FungsiHCL dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen
menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu
penguraian serat otot dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan
mikroorganisme dalam makanan.
Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalamipenguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan
protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah
protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk
inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
23/54
Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapacedera pada mukosa lambung.
Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitaminB12penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin
B12 tidak dapat diserap.
Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yangmensekresikan gastrin.
Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan mengalirnya
makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat dan mulai tejadi
pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di lambung adalah etil
alkohol dan aspirin.
Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya
pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:
1. Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzimpankreas. Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.
2. Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)3.
Ileum (3,6 m/12 kaki)
Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup:
1. Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus.Kontraksi segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan
ke depan karena frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus.
Kecepatan segmentasi di duodenum adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan
segmentasi di ileum adalah 9 kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian
awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih banyak kimus yang terdorong ke
depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara perlahan bergerak maju ke bagian
belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami proses maju mundur
sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
24/54
2. Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka prosessegmentasi akan berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan
menyapu bersih usus diantara waktu makan.
Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus enterikus
ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan proteksi dan limbrikasi; (2)
sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara
enzimatik. Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam
keadaan normal, semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar
elektrolit, vitamin, dan air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di
duodenum dan jejenum.
Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan
rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi
usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen
empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan
feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan
dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot
polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila
sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi.
Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid
defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot
abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan
tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses.
2.4Patofisiologi apendiksitis dengan peritonitisDefinisi
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
25/54
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shockketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur. Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu (apendiks).
Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di
usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. Usus buntu mungkin
memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting.
Apendisitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.
Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum (membrane
serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera
abdomen) yang biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi
dari organ abdomen (e.g. appendicitis, salpingitis), perforasi
saluran cerna, atau dari luka tembusa abdomen. Organism
yang sering menginfeksi adalah organism yang hidup dalan
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
26/54
colon (pada kasus rupture app) yang mencakup E.coli atau bacteroides, sedangkan stafilokokus
dan streptokokus seringkali masuk dari luar. Oc, sebelum kita lanjut ke peritonitis, kita resapi
dulu anatomi peritoneum :
Peritoneum Merupakan membrana Serosa tipis yang terdiri atas satu lapis selmesothelium yang melapisi dinding dalam abdomen dan organ intra abdomen dengan
luas 1,8 M
Peritoneum yg melapisi dinding dalam abdomen disebut Peritoneum parietal sedangkanyg melapisi organ intra peritoneum disebut peritoneum visceral
Ruang diantara peritoneum disebut cavum peritonii Cavum peritonii terbagi atas:
Cavum Peritonii Major
Cavum Peritonii Minor(bursa Omentalis)
Omentum Major adalah duplikatur peritoneum visceral dari curvatura major sampaidiafragma
Inervasi Peritoneum
A. Peritoneum parietal mendapat inervasi dari N. intercostalis 8-11, N.subcostal,danperitoneum parietal yg melapisi sisi kaudal diafragma diinervasi oleh N. Phrenicus (v.c 3-
5)
B.peritoneum viscerale mendapat inervasi sesuai organ yg ditutupinya
Vascularisasi Peritoneum : vascularisasi peritoneum mengikuti inervasinya
Fisiologi Peritoneum
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
27/54
Peritoneum berfungsi untuk mengurangi gesekan antara organ intraabdomen agardapat bergerak bebas
Peritoneum menghasilkan cairan peritoneum sekitar 100 cc berwarna kuningjernih
Jika terjadi cedera peritoneum daerah defect mesothelium akan segera ditutupioleh mesothelium sekitarnya dan sembuh dalam waktu 3-5 hari
Jika cedera cukup luas dan,membrana basalis terpapar cairan peritonii maka ekanmemacu timbulnya jaringan fibrosis sehingga timbul adhesi yang akan mencapai
maksimal 2-3 minggu setelah cedera
Etiologi
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras
(fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh,
dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara
penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan
limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang
diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.
histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis.
Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan
menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini
akan mempermudah timbulnya apendisitis.
GEJALA KLINIS APENDISITIS
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
28/54
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus.
Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual muntah, dan pada umumnya nafsu makan
menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke
titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di
daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan
obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya
perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -
38,5 derajat celcius
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibatdari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.
Berikut gejala yang timbul tersebut.
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindungoleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada
tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini
timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala danrangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan
rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadipeningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga
biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala
apendisitis tidak jelas dan tidak khas
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
29/54
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah-
muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering
apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru
diketahui setelah terjadi perforasi.
2. Pada orang tua berusia lanjut
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
3. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi),
radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia
kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan
dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada
kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
30/54
KLASIFIKASI APENDISITIS
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
1. Apendisitis akut, dibagi atas:
Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuhakan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua.
PATOFISOLOGI APENDISITIS
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap
harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum
menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah
bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,
sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
31/54
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul
dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding
apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan
perforasi.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini.
Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk
massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya
dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak
terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan dinding
apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya
perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh
darah.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu
saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi
2.5Farmakologi pasien dengan apendiksitis peritonitis dan implikasi keperawatan :Analgetik (anti inflamasi), Antiemetik, Antibiotic, vitamin (daya tahan tubuh,
supleman), Antiseptik
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
32/54
Antibiotika
Jenis antibiotika yang digunakan pasien apendisitis akut adalah :
- sefalosporin generasi III (sefotaksim dan seftriakson)
- sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol
- aminoglikosida (gentamisin)
- penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem).
Analgetika
Jenis analgetika yang digunakan adalah :
- ketorolak trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl.
Terapi Cairan
Antiulser
Antiemetika
Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED,
dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada
kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi
(hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.
Antiemitik
Jenis antiemitik yang di gunakan adalah :
Ranitidin Rantin
Nerfoz
RanivelVitamin
Vitamin c 1000mg
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
33/54
Curvit
2.6Gizi yang tepat pada apendiksitis peritonitis serta post laparotomy serta implikasikeperawatan
A. Diet Pascabedah I (DPB 1)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah:
Pascabedah kecil: setelah sadar atau rasa mual hilang
Pascabedah besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda -tanda usus sudah
mulai bekerja.
Cara Memberikan Makanan yaitu selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang
diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada Makanan Cair Jernih.
Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat
gizi. Selain itu diberikan Makanan Parenteral sesuai kebutuhan. Makanan berupa
makanan cair jernih. Makanan diberikan secara bertahap sesuai kemampuan dan kondisi
pasien, mulai dari 30 ml/jam.
B. Diet Pascabedah II (DPB II)
Diet pascabedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai
perpindahan dari DPB I. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu
jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan pudding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien
tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain
itu dapat diberikan Makanan Parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu
sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang. Jenis makanan berupa makanan cair kental
dengan pemberian secara berangsur dimulai 50 ml/jam. Makanan yang tidak
diperbolehkan pada diet pascabedah II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung
karbondioksida.
C. Diet Pascabedah III (DPB III)
DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
34/54
perpindahan dari DPB II. Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan
Makanan Parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB III
adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.
D. Diet pascabedah IV (DPB IV)
Diet ini diberikan kepada pasien:
Pascabedah kecil, setelah DPB I
Pascabedah besar, setelah DPB III
Makanan diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap
dan 1 kali makanan selingan. Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak. Apabila
makanan pokok dalam bentuk bubur atau tim tidak habis, sebagai pengganti diberikan
makanan selingan pukul 16.00 dan 22.00 berupa 2 buah biskuit atau 1 porsi pudding dan
1 gelas susu.Makanan yang tidak dianjurkan untu DPB IV adalah makanan dengan
bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida (CO2).
Luka bekas operasi, terutama operasi caesar, kadang menimbulkan rasa gatal. Apalagi
jika luka tersebut tidak lekas kering pasti sangat menganggu aktivitas. Salah satu cara
yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak konsumsi bahan pangan yang sarat
akan kandungan asam askorbat atau vitamin C. Vitamin yang juga dikenal sebagai
sumber antioksidan ini berkhasiat memproduksi kolagen yang sangat diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan luka.
Sumber asam askorbat yang terbaik adalah paprika merah, tomat merah, jeruk, apel,
sayuran hijau, kiwi, jambu biji. Bahan pangan ini dapat disajikan dalam bentuk jus.
Sebaiknya jus buah dan sayur ini segera diminum. Jika jus dibiarkan terbuka dan terkena
udara terlalu lama, kandungan vitamin C-nya akan berkurang hingga 30 %.
2.7Penatalaksanaan medik apendisitis dan apendiksitis peritonitis1. Pemeriksaan Laboratorium
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
35/54
- Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus
appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat,
LED akan meningkat.
- Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam
urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendicitis.
2. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis. Pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam
menegakkan diagnosis apendisitis.
3. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama
pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya
4. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui
anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada
jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
5. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
6.Laparoscopi
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
36/54
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam
abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan di
bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan
peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix.
2.8Askep klien dengan apendisitis dengan peritonitis
2.9Keterampilan Pemeriksaan fisik system pencernaan1. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang
perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran
spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendiculer.
2. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu:
- Nyeri tekan di Mc. Burney.
- Nyeri lepas.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
37/54
- Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietal..
- Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang
ada nyeri pinggang.
3. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat appendicitis perforate.
Pemeriksaan Colok Dubur
Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika akan
didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.
Tanda-Tanda Khusus
1. Psoas Sign
Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi terlentang,
tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas
sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan bawah.
2. Rovsing Sign
Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah
3. Obturator Sign
Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah.
2.10 Keterampilan Persiapan operasi apendiktomi dan laparotomy
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
38/54
1. Persiapan umum operasi apendiktomi
Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi rasa
cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
b. Mengukur tanda-tanda vital.
c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.
d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).
e. Wawancara.
2. Persiapan klien malam sebelum operasi
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
Kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak
integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.
b. Persiapan saluran cerna
Persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.
2. Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.
3. Mencegah infeksi faeses saat operasi.
Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :
http://nursingbegin.com/vital-signs-atau-tanda-vital/http://nursingbegin.com/vital-signs-atau-tanda-vital/ -
7/28/2019 makalah apendiksitis
39/54
1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
2. Pemberian enema jika perlu.
3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 - 10 jam sebelum
operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi
sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
c. Persiapan untuk anastesi
Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melakukan
pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi
yang akan digunakan selama operasi.
d. Meningkatkan istirahat dan tidur
Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga
mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan
pre operasi :
1. Catat tanda-tanda vital
2. Cek gelang identitas klien
3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik
4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infuse
5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir
6. Anjurkan klien untuk buang air kecil
7. Perawatan mulut jika perlu
8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
40/54
9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.
2.11
Keterampilan tindakan huknah, semprot gliserin dan pemberian obatsupositoria
Keterampilan tindakan Huknah
Memberikan Huknah Rendah
Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan
mengosongkan usus pada prapembedahan agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanansebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami
kesulitan dalam buang air besar.
Persiapan alat dan bahan :
1. Pengalas2. Irigator lengkap dengan kanula rekti3. Cairan hangat 700-1000 mL. Dengan suhu 40,5-430C pada orang dewasa4. Bengkok5. Jelly6. Pispot7. Sampiran8. Sarung Tangan9. Tisu
Cara Pelaksanaan :
1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu
apabila di ruang sendiri
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
41/54
4. Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien5. Pasang pengalas di bawah glutea6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5-430C) dan hubungkan kanula
rekti. Kemudian aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta
berikan jelly pada ujung kanula.
7. Gunakan sarung tangan dan masukkan kanula kira-kira 15cm ke dalam rektum ke arahkolon desenden sambil pasien di suruh nafas panjang dan pegang irigator setinggi 50cm
dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukan keinginan
untuk buang air besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atauanjurkan ke toilet. Kalau pasien tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar
rektum hingga bersih.
9. Cuci Tangan10.Catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi,dan respon pasien
Sikap :
1. Tidak menampakkan sikap jijik2. Hati-hati3. Peka terhadap respon pasien4. Menjaga privasi pasien
Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan
usus pada pasien prapembedahan atau untuk prosedur diagnostik.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Pengalas2. Irigator lengkap dengan Kanula Usus3. Cairan Hangat (seperti huknah rendah)4. Bengkok
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
42/54
5. Jelly6. Pispot7. Sampiran8. Sarung Tangan9. Tisu
Cara Pelaksanaan :
1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan3. Atur ruangan dengan menggunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal
umum atau tutup pintu apabila di ruang sendiri.
4. Atur posisi sim miring ke kanan pada pasien5. Gunakan sarung tangan6. Irigator diisi cairan hangat yang sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus.
Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok,lalu berikan
jelly pada ujung kanula.
7. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden 15-20 cm sambil pasiendisuruh nafas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur. Buka klem
sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan ingin buang air besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atauanjurkan ke toilet. Kalau tidak mampu ke toilet, besihkan dengan air sampai bersih lalu
keringkan dengan tisu.
9. Buka sarung tangan dan catat jumlah,warna,konsistensi,dan respon pasien.10.Cuci tanganSikap :
1. Tidak menampakkan sikap jijik2. Hati-hati3. Peka terhadap respon pasien4. Menjaga privasi pasien
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
43/54
Keterampilan melakukan pemberian obat gliserin
Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam
poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang
peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang yang
mengalami sembelit). Selain itu,tindakan ini juga dapat digunakan untuk persiapan
operasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Spuit Gliserin2. Gliserin dalam tempatnya3. Bengkok4. Pengalas5. Sampiran6. Sarung Tangan7. TisuCara Pelaksanaan :
1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan3. Atur ruangan,apabila pasien sendiri,maka tutup pintu. Namun bila pasien di ruang
bangsal umum,maka digunakan sampiran.
4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri),dan berikan pengalas di bawah glutea,sertabuka pakaian bawah pasien.
5. Gunakan sarung tangan,kemudian spuit diisi gliserin 10-20 cc dan cek kehangatancairan gliserin.
6. Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan tangan kiri mendorongperenggangan daerah rektum,sedangkan tangan kanan memasukkan spuit ke dalam
anus sampai pangkal kanul dengan ujung spuit di arahkan ke depan. Anjurkan pasien
nafas dalam.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
44/54
7. Setelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untukmenahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot apabila pasien tidak mampu
ke toilet,bersihkan dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisu.
8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet9. Lepaskan sarung tangan,catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi,dan repon
pasien.
10.Cuci tanganSikap :
1. Tidak menampakkan sikap jijik2. Hati-hati3. Peka terhadap respon pasien4. Menjaga privasi pasien
Keterampilan melakukan pemberian obat suppositoria
1. DefinisiSupositoria adalah suatu bentuk pengobatan yang di desain untuk administrasi via
rektal (Galbraith et al 2007dalam pregram at al2008).
Supositoria adalah tehnik pemberian obat berbentuk solid melalui insersi pada rektum yang
mulai popular di abad 19 (radshaw at al,2009).
2. Tujuan
Pemberian obat via rektum akan diabsorbsi melalui mukosa rektum dan dapat
menghindari absorbsi saluran cerna atas. Medikasi secara rektal dapat memberikan efek
secara lokal maupun sistemik seperti mengatasi konstipasi dan wasir.
3. Kompetensi yang Diperlukan
1. Mengevakuasi fekal: stimulasi laksative memberikan stimulasi berupa peningkatanmotilitas usus; glyserol, bisacodyl, phospate
2. Digital Rectal Examination
1. Indikasi
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
45/54
kontraindikasi pengobatan lewat jalan oral yang disebabkan oleh obstruksi saluran cerna atas
atau ketidakmampuan menelan
saat bahan obat yang diberikan dapat mengiritasi mukosa saluran cerna
klien yang mengalami mual, muntah, dan ketidakmampuan untuk makan dan minum
klien yang puasa atau yang terpasangan alat in situ
klien dengan tingkat kesadaran rendah
klien dengan konstipasi
2. Kontra Indikasi
Klien dengan nyeri di rektum, perdarahan, riwayat oprasi anorektal atau anal stenosis, Klien
yang mengalami masalah dengan curah jantung.
3. KOMPLIKASI
PADA KLIEN YANG MEMILIKI MASALAH PADA KARDIAK OUTPUT, MAKApemasukan supositoria
dapat menstimulasi syaraf vagus yang menyebabkan disritmia jantung
Trauma pada Jaringan rektum, dan resiko infeksi luka oprasi area rektum
Efek samping dari obat
Tanda dan gejala yang dikeluhkan sebelumnya tidak juga hilang
Klien mengeluh nyeri saat insersi supositoria rektal
4. ALAT YANG DIPERLUKAN
MEDICATION ADMINISTRATION RECORD(MAR)
RESEP OBAT SUPOSITORIA
AIR PELUMAS (K-YJELLY)
SARUNG TANGAN BERSIH
TISSUE
BED PAN (OPSIONAL)
A. Bentuk obat yang dimasukan melalui rektum
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
46/54
http://4.bp.blogspot.com/-isaskbZC4xc/UVe07xS8oFI/AAAAAAAAAtE/W5r-DUuz3vw/s1600/posisi.PNGhttp://1.bp.blogspot.com/-5XwSI--i_bQ/UVe04YV95XI/AAAAAAAAAs8/JdbChzUKVC0/s1600/bentuk+kapsul+rektal.PNGhttp://4.bp.blogspot.com/-isaskbZC4xc/UVe07xS8oFI/AAAAAAAAAtE/W5r-DUuz3vw/s1600/posisi.PNGhttp://1.bp.blogspot.com/-5XwSI--i_bQ/UVe04YV95XI/AAAAAAAAAs8/JdbChzUKVC0/s1600/bentuk+kapsul+rektal.PNG -
7/28/2019 makalah apendiksitis
47/54
1. HAL KHUSUS
Rektal supositoria kontra indikasi apabila terjadi perdarahan rektum yang aktif.
Menempatkan obat kedalan fese membuat penyerapan kurang maksimal dan memungkinkan
obat akan keluar kembali saat defekasi
Klian dengan mobilitas baik, maka posisinya haruas sims. Bila klien imobilitas, maka
diperbolehkan posisi lateral dengan menepatkan bantal pada tangan dan kaki bagian atas untuk
memebrikan kenyamanan.
Jangan mempalpasi rektum jika klien barus menjalani oprasi rektum
Supositoria dapat dimasukan melalu jalan kolostomi, bukan ileostomi.
2. PROTOKOL PROSEDUR
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konstipasi
Sikap mencari perawatan (self care/ health seeking behavior)
Nyeri (akut dan kronik)
Kurang pengetahuan b.d. administrasi supositoria
http://4.bp.blogspot.com/-Pl3ZaRuiPAM/UVe1EvJJoRI/AAAAAAAAAtM/wB0cUwBps9A/s1600/rektum.PNG -
7/28/2019 makalah apendiksitis
48/54
Lemah mobilitas fisik
No. LANGKAH RASIONAL
Pengkajian
1. Review order yang mencakup nama klien, nama
obat, dosis, bentuk obat, rute, dan waktu
pemberian
Menjamin keamanan dan
ketepatan administrasi obat
peda klien
2. Review informasi yang brehubungan dengan
pengibatan, meliputi efek saat diberikan kepada
tubuh, tujuan, efek samping, dan implikasi
keperwatannya
Mengizinkan perawat untuk
memberikan pengobatan dan
memonitor
3. Reviw medikal Recorduntuk tindakan oprasi
pada rectum
Kondisi yang menjadi kontra
indikasi supositoria
4. Reviw berbagai tanda dan gejala dari masalah
perut (konstipasi atau diare)
Kondisi tersebut mungkin
menjadi indikasi penggunaan
supositoria
5. Kaji kemampuan klien untuk melakukan posisi
saat pemberian supositoria dan memertahankan
obat
Keterbatasan gerak
mengindikasikan
ketidakmampuan
memberikan obat sendiri6. Review pengetahuan klien pada tujuan terapi
supositoria dan ketertarikannya untuk
melakukan administrasi sendiri
Indikasi pemberian
pendidikan kesehatan. Level
motivasi berefek pada
pendekantan pembelajaran
Perencanaan
1. Hasil yang diinginkan:
Klien melaporkan tanda dan gejala hilang
setelah obat diberikan
Klien menjelaskan tujuan pengobatan
Klien melakukan administrasi pupositoria
Obat efektif
Feedback proses belajar
klien
Mendemonstrasikan
pembelajaran
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
49/54
2. Cek kelengkapan dan keakuratan MAR dengan
catatan order obat, cek nama klien, nama obat,
rute pemberian, dosis, dan waktu pemberian.
Bandingkan MAR dengan label obat 3 klai
selama persiapan
Lembar order merupakan
sumber terpercaya dan satu-
satunya catatan legal obat.
Pastiak kebenaran medikasi
3. Cek gelang identitas klien dan tanyakan
namanya
Memastikan benar pasien
4. Terangkan prosedur pada klien, lakuakn secara
spesifik jika klien mengininkan melakukannya
sendiri
Memberikan kepahaman
pada klien dan
meningkatkan keja sama.
Klien mungkin untuk
melakukan sendiri medikasi
supositoria
Implementasi
1. Tutup pintu atau batasi dengan pembatas Memberikan privasi dan
meminimalisasi rasa malu
2. Lakukan cuci tangan, rapika alat sesuai urutan,
dan gunakan sarung tangan
Mengirasi transfer
mikroorganisme. Membantu
perawat dalam tindakanyang cekatan
3. Bantu klien mencapai posisi Sims dengan kaki
bagian atas fleksi mengarah ke kepala
Posisi tersebut mengekspose
anus dan memebnatu klien
merelaksasikan spingter
eksternal. Posisi miring kiri
meminimalisasi
kemungkinan supositoeia
dan feses keluar
4. Pastikan hanya area anal yang terbuka Memberikan privasi dan rasa
relax
5. Periksa kondisi anus eksternal, dan palapasi
dinding rektum jika perlu. Buka sarung tangan
Meastikan tidak terjadi
perdarahan pada rektum,
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
50/54
dengan aman dan buang ke tenpat sampah
infeksius
palapasi memastikan rektum
tidak berisi feses yang
mengkin menggangu
penempatan supositoria.
Mengirang transmisi
mikroorganisme
6. Gunakan sarung tangan baru Minimalisasi kontak dengan
material feses dan
mengurangi transmisi
mikroorganisme
7. Keluarkan supositoria dari kemasan, berkan
lubrikan pada ujungnya. Lubrikasi juga jari
tengah dari tangan dominan, jika klien punya
hemoragi, berikan lubrikan yang lebih banyak
dan lakukan secara lembut
Lubrikan mengurang
gesekan saat supositoria
memasuki rektum
8. Minta klien untuk tarik napas dala lewat mulut
dan merilekskan spingter eksterna
Mengurang nyeri dan
memuluskan pemasukan
9. Pisahkan bokong klien dengan tangan
nondominan. Dengan jari tengah tangannondominan masukan supositoria secara halus
ke dalam anus, melewati spingter internal,
menempel di dinding anus sedalam 10 cm (4
inchi)
Supositoria harus menempel
di mukosa anus untukabsorbsi dan aksi obat yang
lebih efektif
10. Tarik jari, dan bersihkan area anal Meberikan rasa nyaman
11. Lepaskan sarung tangan dengan aman dan
masukan ke tempat sampah tertentu
Mengurangi transmisi
mikroorganisme
12. Minta klien untuk tidur terlentang atau tetap
pada satu sisi selama 5 menit
Menghindari keluarnya
supositoria
13. Bila supositoria mengandung laksatif atau
detergen fekal, sipakan bedpen yang mudah
dijangkau klien
Kontrol eliminsi berlebih
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
51/54
14. Bila supositoria dierikan untuk konstipasi,
ingatkan klien untuk tidak mengguyur toilt
setelah defekasi
Memberikan kesempatan
kepada staff untuk
mengevaluasi hasil dari
supositoria
15. Lakukan cuci tangan, dan buang sarung tangan,
bersihkan alat
Menurunkan resiko transmisi
mikroorganisme
Evaluasi
1. Kembali 5 menit kemudian untuk memestikan
supositoria tidak keluar
Memastikan jika obat
terdistribusi dengan baik,
pemasukan kembali mengkin
perlu
2. Tanyakan apakah klien mengalami
ketidaknyamanan selama pemasukan
Memastikan apakah
pemasukan supositoria
mengiritasi
3. Evaluasi apakah sanda dan gejala hilang pada
masalah eliminasi
Memastikan efektifitas obat
4. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan
dari medikasi
Mencerminkan kepahaman
klien tentang tujuan
pengibatan5. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi
untuk pengobatan berikutnya
Demonstrasi adalah alat ukur
pembelajaran
3. KEAMANAN
- sarung tangan
- tempat sampah infeksius
- restrain tempat tidur
- bad pan
4. PENDOKUMENTASIAN
catat waktu aktual pemberian, nama obat, dosis, dan rute pada medical administration record
seketika setelah tindakan termasuk inisial dan tanda tangan
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
52/54
jika obat diberikan nanti, catat alasan pada catatan perawat, pada MAR lingkari waktu kapan
obat akan diberikan (sesuai institusi)
catat respon klien termasuk reaksi tidak biasa yang terjadi.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
53/54
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Tidak semua apendiksitis dioperasi karena apendiksistis biasa hanya diberikan obat
analgetik sementara terjadi peradangan yang mengakibatkan nyeri. Namun jika sudah terjadi
apendiksitis yang sudah berperforasi maka harus di apendiktomi.
3.2 Saran
Apendiksitis merupakan penyakit yang sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan
perawatan yang intensif dari rumah sakit. Dengan terapi farmasi dan pembedahan maka
diharapkan apendiksitis dapat membaik.
-
7/28/2019 makalah apendiksitis
54/54
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Kariasa, M,. Sumarwati, M.,
Edisi 3, Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC.
Prince S.A, Wilson L.M. 2006, Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta
:EGC
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.
Ahmadsyah dan Kartono. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
http://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan
+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyW
k&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%
20tindakan%20huknah&f=false
http://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=false