makalah apendiksitis

Upload: khristina-dama-damay

Post on 03-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    1/54

    MAKALA SISTEM ENDOKRIN

    PENCERNAAN

    Disusun Oleh Kelompok 1A :

    1.

    S1 ILMU KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETHSEMARANG

    2012/2013

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    2/54

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat

    dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan makalah sistem Pencernaan

    Asuhan Keperawatan pada pasien dengan apendiksitis peritonitis ini dengan baik. Semoga

    apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam makalah ini dapat dimengerti dan di pahami

    dengan baik oleh pembaca sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan

    meningkatkan status kesehatan dalam kehidupan seharihari.

    Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari

    kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

    kesempurnaan makalah ini.

    Semarang, 10 Juni 2013

    Penyusun

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    3/54

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang Masalah1.2Tujuan

    BAB II PENYAKIT APENDIKSITIS

    2.1Struktur organ saluran cerna dewasa (khususnya usus)2.2Fisiologi saluran cerna dewasa2.3Proses penyerapan makanan pada orang dewasa2.4Patofisiologi apendiksitis dengan peritonitis2.5Farmakologi pasien dengan apendiksitis peritonitis dan implikasi keperawatan :

    Analgetik (anti inflamasi), Antiemetik, Antibiotic, vitamin (daya tahan tubuh, supleman),

    Antiseptik

    2.6Gizi yang tepat pada apendiksitis peritonitis serta post laparotomy serta implikasikeperawatan

    2.7Penatalaksanaan medik apendisitis dan apendiksitis peritonitis2.8Askep klien dengan apendisitis dengan peritonitis2.9Keterampilan Pemeriksaan fisik system pencernaan2.10 Keterampilan Persiapan operasi apendiktomi dan laparotomy2.11 Keterampilan tindakan huknah, semprot gliserin dan pemberian obat supositoria

    BAB III PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    3.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    4/54

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    5/54

    BAB II

    ISI

    2.1Struktur organ saluran cerna dewasa (khususnya usus)Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:

    - Menerima makanan

    - Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)

    - Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah

    - Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.

    Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus,

    usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar

    saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

    http://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenAF7b_GI/AAAAAAAAABQ/yVfIPy0eKwc/s1600/Saluran-Pencernaan.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenAF7b_GI/AAAAAAAAABQ/yVfIPy0eKwc/s1600/Saluran-Pencernaan.jpg
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    6/54

    a) Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan

    Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian

    dalamdari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan

    dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah,

    yangberfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut

    terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di

    permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif

    sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai

    macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi

    belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari

    kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim

    pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri

    yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung

    antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara

    langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan

    tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan

    bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan

    tidak masuk ke dalam hidung. Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang

    berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.

    Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui

    kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot

    ritmik yang disebut dengan peristaltik.

    http://3.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenWW4MIaI/AAAAAAAAABU/41TIfwiyJWM/s1600/Bagian-Bagian-Mulut.jpg
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    7/54

    b) Lambung

    Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang

    keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam

    lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan

    menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam

    kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik

    untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan

    3 zat penting:

    - lender

    - asam klorida

    - prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

    Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.

    Setiap kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori

    atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak

    lambung.

    Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna

    memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap

    infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. Pelepasan asam dirangsang oleh:

    - Saraf yang menuju ke lambung

    - Gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)

    - Histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung). Pepsin bertanggungjawab atas pemecahan

    sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang

    merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging. Hanya beberapa zat yang bisa

    diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah

    yang sangat kecil.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    8/54

    c) Usus halus

    Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

    merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui

    sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan

    mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum

    menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke

    dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting

    dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan

    penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.

    Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-

    lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili

    menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat

    gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan

    ileum.

    Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.

    Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili

    dan mikrovili. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap

    ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air

    (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga

    melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

    http://3.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenlU61RgI/AAAAAAAAABY/SK_rUB2868I/s1600/Bagian-Bagian-Lambung.jpg
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    9/54

    Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus

    halus.

    Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan

    keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena

    mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.

    d) Pankreas

    Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:

    - Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

    - Pulau pankreas, menghasilkan hormon.

    Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam

    darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai

    saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran

    empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum.

    Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.

    Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan

    http://3.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTenzbb4unI/AAAAAAAAABc/lgNSsQ1bCfU/s1600/Anatomi-Isi-Lambung-Dan-Usus-Halus.jpg
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    10/54

    dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran

    pencernaan.

    Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi

    duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. 3 hormon yang dihasilkan oleh pankreas

    adalah:

    - Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah

    - Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah

    - Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin

    dan glukagon).

    e) Hati

    Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa

    diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam

    dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler).

    Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan

    pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-

    pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.

    Darah diolah dalam 2 cara:

    - Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang

    - Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan

    oleh tubuh. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya

    dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh

    dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang

    dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang

    disimpan di dalam kandung empedu. Kandung empedu & Saluran empedu.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    11/54

    Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya

    bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah

    saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu

    umum.

    Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam

    duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan

    hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu

    serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.

    Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.

    Empedu memiliki 2 fungsi penting:

    - Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

    - Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang

    berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Secara spesifik empedu

    berperan dalam berbagai proses berikut:

    - Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam

    lemak untuk membantu proses penyerapan

    - Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu

    menggerakkan isinya

    - Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari

    sel darah merah yang dihancurkan

    - Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh

    - Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.

    Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan

    kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.

    Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam

    setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    12/54

    kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur

    pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.

    f) Usus besar

    Anatomi dan fisiologi Usus

    Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

    merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui

    sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan

    mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

    Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.

    Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi)

    merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.

    Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan

    mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.

    Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki

    lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih `kecil (mikrovili).

    Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga

    menambah jumlah zat gizi yang diserap.

    Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan

    ileum.Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.

    Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili

    dan mikrovili.

    Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

    vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu

    melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah

    kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Kepadatan dari isi usus berubah secara

    bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    13/54

    Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman

    lambung.Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena

    mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.

    Usus Halus

    Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter.

    Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum ( 2,5 m), serta ileum

    ( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan

    senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang

    dilepaskan ke usus halus.

    Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

    Senyawa Kimia Fungsi

    Disakaridase : Menguraikan disakarida menjadi monosakarida

    Erepsinogen : Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    14/54

    pepton menjadi asam amino.

    Hormon Sekretin

    :

    Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus

    halus

    HormonCCK :

    (Kolesistokinin)

    Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.

    Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :

    Senyawa Kimia Fungsi

    Bikarbonat : Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung

    Enterokinase : Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjad

    tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.

    Amilase : Mengubah amilum menjadi disakarida

    Lipase : Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol

    Tripsinogen : Tripsin yang belum aktif.

    Kimotripsin : Mengubah peptone menjadi asam amino

    Nuklease : Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat

    Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal

    Hormon

    Glukagon

    :Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    15/54

    Usus Besar (Kolon)

    Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5

    meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon

    asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :

    a. Menyerap air selama proses pencernaan.b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan

    bakteri usus, misalnya E.coli.

    c. Membentuk massa fesesd. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses

    dari tubuh ddefekasi.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    16/54

    Usus buntu

    Usus buntu atau appendix adalah organ yang letaknya disisi posteromedial dari sekum

    (bagian dari usus besar), kurang lebih 2,5 cm dibawah katup ileosekum. Panjangnya bervariasi,

    rata-rata 5-10 cm. Karena posisi-nya yang bervariasi, jika usus buntu mengalami peradangan

    (selanjutnya disebut apendisitis) sering mengakibatkan keluhan yang berbeda-beda. Dan karena

    posisinya berdekatan dengan banyak organ, jika terjadi apendisitis sering menampakkan gejala

    yang mirip dengan peradangan pada organ sekitarnya. Infeksi saluran kencing, batu pada saluran

    kencing, radang pada organ reproduksi wanita adalah salah satu dari kasus yang gejalanya

    hampir mirip dengan apendisitis. Pemeriksaan fisik yang baik dan atau disertai dengan

    pemeriksaan penunjang dapat menetapkan diagnosa apendisitis dengan baik.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    17/54

    g) Rektum & Anus

    Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

    sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang

    lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam

    rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa

    menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

    pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.

    Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.

    Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

    Kolon

    desenden

    Kolon

    Transverum

    Kolonasenden

    Kolon

    sigmoid

    Rektum

    Sekum

    Usus halus

    Gbr. Usus Besar Manusia dan bagiannya

    http://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTeoVBCg4LI/AAAAAAAAABk/ShJNQ3pL3jM/s1600/Anatomi-Rektum.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_fkSDAivKQng/TTeoVBCg4LI/AAAAAAAAABk/ShJNQ3pL3jM/s1600/Anatomi-Rektum.jpg
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    18/54

    2.2Fisiologi saluran cerna dewasa

    Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan

    dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

    karenanya, makanan yang dimakan dihancurkan terlebih dahulu sebelum diangkut. Proses ini

    disebut proses pencernaan. Pencernaan dilakukan oleh sistem pencernaan. Sistem pencernaan

    meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan alat yang

    dilalui makanan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Saluran

    pencernaan berfungsi memecahkan makanan yang besar menjadi berukuran lebih kecil dan

    halus. Kerja saluran pencernaan dibantu dengan adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh

    kelenjar pencernaan.

    Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari

    makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-

    molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.

    http://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_p3S1W71WH-U/TFO72sYy8vI/AAAAAAAAASI/GnOOWP36sC4/s1600/sistem+pencernaan+pada+manusia.jpg
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    19/54

    Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari

    saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel. Secara umum

    sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar, yaitu:

    1. Motilitas

    Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan.

    Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang

    disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas

    pencernaan:

    Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi saluran pencernaan kedepan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi

    yang dilaksanakan oleh setiap organ pencernaan.

    Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengangetah pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian

    isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.

    2. Sekresi

    Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-

    kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik

    spesifik yang penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus).

    Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf

    dan hormon sesuai.

    3. Pencernaan

    Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad

    struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga

    komponen makanan utama, yaitu:

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    20/54

    Karbohidrat

    Kebanyakan makanan yang kita makan adalah karbohidrat dalam bentuk polisakarida,

    misalnya tepung kanji , daging (glikogen), atau tumbuhan (selulosa) .Bentuk karbohidrat yang

    paling sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

    Lemak

    Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Protein akan

    diuraikan menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap dalam saluran

    pencernaan.

    Protein

    Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigelsida. Produk akhir

    pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak.

    Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan

    H2O di tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut sehinggan molekul-molekul

    kecil menjadi bebas.

    4. Penyerapan

    Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-

    molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran

    pencernaan ke dalam darah atau limfe.

    Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan panjang sekitar 30 kaki (9

    m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju ke anus. Pengaturan fungsi saluran

    pencernaan bersifat kompleks dan sinergistik. Terdapat empat faktor yang berperan dalam

    pengaturan fungsi pencernaan, yaitu:

    1. Fungsi otonom otot polos2. Pleksus saraf intrinsik

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    21/54

    3. Saraf ekstrinsik4. Hormon saluran pencernaan

    2.3Proses penyerapan makanan pada orang dewasaProses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan

    dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui

    proses defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah

    proses mestikasi (mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan

    pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah (1)

    menggiling dan memecah makanan; (2) mencampur makanan dengan air liur; dan (3)

    merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan menimbulkan

    sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung

    protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam proses

    pencernaan adalah:

    1. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.2. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan

    adanya mukus sebagai pelumas.3. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.4. Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.5. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang

    dihasilkan bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.

    Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di dorong

    oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang kemudian

    mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks akan

    mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi

    menjadi 2, yaitu:

    1. Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalamesofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    22/54

    2. Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yangmendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik

    untuk mencapai ujung esofagus.

    Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses

    motilita. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu:

    1. Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkanlambung dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter

    2. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung,makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan

    secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum.

    3. Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakanpenyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan

    gerakan retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang

    peristaltik di antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus.

    4. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkanjuga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.

    Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapasekret lambung diantaranya:

    HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. FungsiHCL dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen

    menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu

    penguraian serat otot dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan

    mikroorganisme dalam makanan.

    Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalamipenguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan

    protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah

    protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk

    inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    23/54

    Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapacedera pada mukosa lambung.

    Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitaminB12penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin

    B12 tidak dapat diserap.

    Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yangmensekresikan gastrin.

    Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan mengalirnya

    makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat dan mulai tejadi

    pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di lambung adalah etil

    alkohol dan aspirin.

    Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat berlangsungnya

    pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:

    1. Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzimpankreas. Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.

    2. Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)3.

    Ileum (3,6 m/12 kaki)

    Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup:

    1. Segmentasi: merupakan proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus.Kontraksi segmental mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan

    ke depan karena frekuensi segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus.

    Kecepatan segmentasi di duodenum adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan

    segmentasi di ileum adalah 9 kontraksi/menit. Segmentasi lebih sering terjadi di bagian

    awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih banyak kimus yang terdorong ke

    depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara perlahan bergerak maju ke bagian

    belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami proses maju mundur

    sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    24/54

    2. Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka prosessegmentasi akan berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan

    menyapu bersih usus diantara waktu makan.

    Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus enterikus

    ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan proteksi dan limbrikasi; (2)

    sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara

    enzimatik. Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam

    keadaan normal, semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar

    elektrolit, vitamin, dan air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di

    duodenum dan jejenum.

    Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan

    rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi

    usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen

    empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan

    feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses akan

    dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus internus (terdiri dari otot

    polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila

    sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi.

    Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid

    defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot

    abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup sehingga meningkatkan

    tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses.

    2.4Patofisiologi apendiksitis dengan peritonitisDefinisi

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    25/54

    Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus

    ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi

    dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian

    cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shockketika umbai cacing yang terinfeksi

    hancur. Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu (apendiks).

    Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di

    usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. Usus buntu mungkin

    memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting.

    Apendisitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

    Peritonitis

    Peritonitis adalah peradangan peritoneum (membrane

    serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera

    abdomen) yang biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi

    dari organ abdomen (e.g. appendicitis, salpingitis), perforasi

    saluran cerna, atau dari luka tembusa abdomen. Organism

    yang sering menginfeksi adalah organism yang hidup dalan

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    26/54

    colon (pada kasus rupture app) yang mencakup E.coli atau bacteroides, sedangkan stafilokokus

    dan streptokokus seringkali masuk dari luar. Oc, sebelum kita lanjut ke peritonitis, kita resapi

    dulu anatomi peritoneum :

    Peritoneum Merupakan membrana Serosa tipis yang terdiri atas satu lapis selmesothelium yang melapisi dinding dalam abdomen dan organ intra abdomen dengan

    luas 1,8 M

    Peritoneum yg melapisi dinding dalam abdomen disebut Peritoneum parietal sedangkanyg melapisi organ intra peritoneum disebut peritoneum visceral

    Ruang diantara peritoneum disebut cavum peritonii Cavum peritonii terbagi atas:

    Cavum Peritonii Major

    Cavum Peritonii Minor(bursa Omentalis)

    Omentum Major adalah duplikatur peritoneum visceral dari curvatura major sampaidiafragma

    Inervasi Peritoneum

    A. Peritoneum parietal mendapat inervasi dari N. intercostalis 8-11, N.subcostal,danperitoneum parietal yg melapisi sisi kaudal diafragma diinervasi oleh N. Phrenicus (v.c 3-

    5)

    B.peritoneum viscerale mendapat inervasi sesuai organ yg ditutupinya

    Vascularisasi Peritoneum : vascularisasi peritoneum mengikuti inervasinya

    Fisiologi Peritoneum

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    27/54

    Peritoneum berfungsi untuk mengurangi gesekan antara organ intraabdomen agardapat bergerak bebas

    Peritoneum menghasilkan cairan peritoneum sekitar 100 cc berwarna kuningjernih

    Jika terjadi cedera peritoneum daerah defect mesothelium akan segera ditutupioleh mesothelium sekitarnya dan sembuh dalam waktu 3-5 hari

    Jika cedera cukup luas dan,membrana basalis terpapar cairan peritonii maka ekanmemacu timbulnya jaringan fibrosis sehingga timbul adhesi yang akan mencapai

    maksimal 2-3 minggu setelah cedera

    Etiologi

    Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan

    sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen

    apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras

    (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh,

    dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara

    penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan

    limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang

    diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.

    histolytica.

    Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi

    makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis.

    Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan

    menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan

    fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini

    akan mempermudah timbulnya apendisitis.

    GEJALA KLINIS APENDISITIS

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    28/54

    Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri

    samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus.

    Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual muntah, dan pada umumnya nafsu makan

    menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke

    titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga

    merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di

    daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan

    obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya

    perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -

    38,5 derajat celcius

    Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibatdari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.

    Berikut gejala yang timbul tersebut.

    1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindungoleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada

    tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada

    saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini

    timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

    2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

    Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala danrangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan

    rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

    Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadipeningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

    Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan

    diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga

    biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala

    apendisitis tidak jelas dan tidak khas

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    29/54

    1. Pada anak-anak

    Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak

    tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah-

    muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering

    apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru

    diketahui setelah terjadi perforasi.

    2. Pada orang tua berusia lanjut

    Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh

    penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

    3. Pada wanita

    Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya

    serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi),

    radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia

    kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan

    dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada

    kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak

    dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    30/54

    KLASIFIKASI APENDISITIS

    Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

    1. Apendisitis akut, dibagi atas:

    Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

    Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuhakan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,

    biasanya ditemukan pada usia tua.

    PATOFISOLOGI APENDISITIS

    Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh

    lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap

    harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum

    menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah

    bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,

    sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang

    meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan

    timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis

    akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.

    Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan

    menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding

    apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,

    sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan

    apendisitis supuratif akut.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    31/54

    Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul

    dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding

    apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan

    perforasi.

    Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan ini.

    Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga terbentuk

    massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya

    dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak

    terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan

    selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

    Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan dinding

    apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya

    perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh

    darah.

    Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk

    jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya.

    Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu

    saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi

    2.5Farmakologi pasien dengan apendiksitis peritonitis dan implikasi keperawatan :Analgetik (anti inflamasi), Antiemetik, Antibiotic, vitamin (daya tahan tubuh,

    supleman), Antiseptik

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    32/54

    Antibiotika

    Jenis antibiotika yang digunakan pasien apendisitis akut adalah :

    - sefalosporin generasi III (sefotaksim dan seftriakson)

    - sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol

    - aminoglikosida (gentamisin)

    - penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem).

    Analgetika

    Jenis analgetika yang digunakan adalah :

    - ketorolak trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl.

    Terapi Cairan

    Antiulser

    Antiemetika

    Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED,

    dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada

    kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi

    (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.

    Antiemitik

    Jenis antiemitik yang di gunakan adalah :

    Ranitidin Rantin

    Nerfoz

    RanivelVitamin

    Vitamin c 1000mg

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    33/54

    Curvit

    2.6Gizi yang tepat pada apendiksitis peritonitis serta post laparotomy serta implikasikeperawatan

    A. Diet Pascabedah I (DPB 1)

    Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah:

    Pascabedah kecil: setelah sadar atau rasa mual hilang

    Pascabedah besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda -tanda usus sudah

    mulai bekerja.

    Cara Memberikan Makanan yaitu selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang

    diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada Makanan Cair Jernih.

    Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat

    gizi. Selain itu diberikan Makanan Parenteral sesuai kebutuhan. Makanan berupa

    makanan cair jernih. Makanan diberikan secara bertahap sesuai kemampuan dan kondisi

    pasien, mulai dari 30 ml/jam.

    B. Diet Pascabedah II (DPB II)

    Diet pascabedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai

    perpindahan dari DPB I. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu

    jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan pudding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien

    tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain

    itu dapat diberikan Makanan Parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu

    sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang. Jenis makanan berupa makanan cair kental

    dengan pemberian secara berangsur dimulai 50 ml/jam. Makanan yang tidak

    diperbolehkan pada diet pascabedah II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung

    karbondioksida.

    C. Diet Pascabedah III (DPB III)

    DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    34/54

    perpindahan dari DPB II. Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu

    dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan

    Makanan Parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB III

    adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.

    D. Diet pascabedah IV (DPB IV)

    Diet ini diberikan kepada pasien:

    Pascabedah kecil, setelah DPB I

    Pascabedah besar, setelah DPB III

    Makanan diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap

    dan 1 kali makanan selingan. Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak. Apabila

    makanan pokok dalam bentuk bubur atau tim tidak habis, sebagai pengganti diberikan

    makanan selingan pukul 16.00 dan 22.00 berupa 2 buah biskuit atau 1 porsi pudding dan

    1 gelas susu.Makanan yang tidak dianjurkan untu DPB IV adalah makanan dengan

    bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida (CO2).

    Luka bekas operasi, terutama operasi caesar, kadang menimbulkan rasa gatal. Apalagi

    jika luka tersebut tidak lekas kering pasti sangat menganggu aktivitas. Salah satu cara

    yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak konsumsi bahan pangan yang sarat

    akan kandungan asam askorbat atau vitamin C. Vitamin yang juga dikenal sebagai

    sumber antioksidan ini berkhasiat memproduksi kolagen yang sangat diperlukan untuk

    mempercepat penyembuhan luka.

    Sumber asam askorbat yang terbaik adalah paprika merah, tomat merah, jeruk, apel,

    sayuran hijau, kiwi, jambu biji. Bahan pangan ini dapat disajikan dalam bentuk jus.

    Sebaiknya jus buah dan sayur ini segera diminum. Jika jus dibiarkan terbuka dan terkena

    udara terlalu lama, kandungan vitamin C-nya akan berkurang hingga 30 %.

    2.7Penatalaksanaan medik apendisitis dan apendiksitis peritonitis1. Pemeriksaan Laboratorium

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    35/54

    - Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus

    appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat,

    LED akan meningkat.

    - Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam

    urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti

    infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama

    dengan appendicitis.

    2. Abdominal X-Ray

    Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis. Pemeriksaan ini

    dilakukan terutama pada anak-anak. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam

    menegakkan diagnosis apendisitis.

    3. USG

    Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama

    pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk

    menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya

    4. Barium enema

    Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui

    anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada

    jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.

    5. CT-Scan

    Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan

    komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.

    6.Laparoscopi

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    36/54

    Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam

    abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan di

    bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan

    peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan

    pengangkatan appendix.

    2.8Askep klien dengan apendisitis dengan peritonitis

    2.9Keterampilan Pemeriksaan fisik system pencernaan1. Inspeksi

    Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang

    perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran

    spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi.

    Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendiculer.

    2. Palpasi

    Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu:

    - Nyeri tekan di Mc. Burney.

    - Nyeri lepas.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    37/54

    - Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan

    peritoneum parietal..

    - Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang

    ada nyeri pinggang.

    3. Auskultasi

    Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada

    peritonitis generalisata akibat appendicitis perforate.

    Pemeriksaan Colok Dubur

    Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika akan

    didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.

    Tanda-Tanda Khusus

    1. Psoas Sign

    Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi terlentang,

    tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas

    sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan bawah.

    2. Rovsing Sign

    Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah

    3. Obturator Sign

    Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan fleksi dan

    endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah.

    2.10 Keterampilan Persiapan operasi apendiktomi dan laparotomy

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    38/54

    1. Persiapan umum operasi apendiktomi

    Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :

    a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi rasa

    cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).

    b. Mengukur tanda-tanda vital.

    c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.

    d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).

    e. Wawancara.

    2. Persiapan klien malam sebelum operasi

    Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :

    a. Persiapan kulit

    Kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak

    integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.

    Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur

    operasi.

    b. Persiapan saluran cerna

    Persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :

    1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.

    2. Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.

    3. Mencegah infeksi faeses saat operasi.

    Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :

    http://nursingbegin.com/vital-signs-atau-tanda-vital/http://nursingbegin.com/vital-signs-atau-tanda-vital/
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    39/54

    1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.

    2. Pemberian enema jika perlu.

    3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.

    4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 - 10 jam sebelum

    operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi

    sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.

    c. Persiapan untuk anastesi

    Ahli anastesi selalu berkunjung pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melakukan

    pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi

    yang akan digunakan selama operasi.

    d. Meningkatkan istirahat dan tidur

    Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga

    mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.

    3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan

    pre operasi :

    1. Catat tanda-tanda vital

    2. Cek gelang identitas klien

    3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik

    4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infuse

    5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir

    6. Anjurkan klien untuk buang air kecil

    7. Perawatan mulut jika perlu

    8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    40/54

    9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.

    2.11

    Keterampilan tindakan huknah, semprot gliserin dan pemberian obatsupositoria

    Keterampilan tindakan Huknah

    Memberikan Huknah Rendah

    Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam

    kolon desenden dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan

    mengosongkan usus pada prapembedahan agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanansebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami

    kesulitan dalam buang air besar.

    Persiapan alat dan bahan :

    1. Pengalas2. Irigator lengkap dengan kanula rekti3. Cairan hangat 700-1000 mL. Dengan suhu 40,5-430C pada orang dewasa4. Bengkok5. Jelly6. Pispot7. Sampiran8. Sarung Tangan9. Tisu

    Cara Pelaksanaan :

    1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu

    apabila di ruang sendiri

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    41/54

    4. Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien5. Pasang pengalas di bawah glutea6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5-430C) dan hubungkan kanula

    rekti. Kemudian aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta

    berikan jelly pada ujung kanula.

    7. Gunakan sarung tangan dan masukkan kanula kira-kira 15cm ke dalam rektum ke arahkolon desenden sambil pasien di suruh nafas panjang dan pegang irigator setinggi 50cm

    dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukan keinginan

    untuk buang air besar.

    8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atauanjurkan ke toilet. Kalau pasien tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar

    rektum hingga bersih.

    9. Cuci Tangan10.Catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi,dan respon pasien

    Sikap :

    1. Tidak menampakkan sikap jijik2. Hati-hati3. Peka terhadap respon pasien4. Menjaga privasi pasien

    Memberikan Huknah Tinggi

    Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam

    kolon asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan

    usus pada pasien prapembedahan atau untuk prosedur diagnostik.

    Persiapan Alat dan Bahan :

    1. Pengalas2. Irigator lengkap dengan Kanula Usus3. Cairan Hangat (seperti huknah rendah)4. Bengkok

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    42/54

    5. Jelly6. Pispot7. Sampiran8. Sarung Tangan9. Tisu

    Cara Pelaksanaan :

    1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan3. Atur ruangan dengan menggunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal

    umum atau tutup pintu apabila di ruang sendiri.

    4. Atur posisi sim miring ke kanan pada pasien5. Gunakan sarung tangan6. Irigator diisi cairan hangat yang sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus.

    Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok,lalu berikan

    jelly pada ujung kanula.

    7. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden 15-20 cm sambil pasiendisuruh nafas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur. Buka klem

    sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan ingin buang air besar.

    8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atauanjurkan ke toilet. Kalau tidak mampu ke toilet, besihkan dengan air sampai bersih lalu

    keringkan dengan tisu.

    9. Buka sarung tangan dan catat jumlah,warna,konsistensi,dan respon pasien.10.Cuci tanganSikap :

    1. Tidak menampakkan sikap jijik2. Hati-hati3. Peka terhadap respon pasien4. Menjaga privasi pasien

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    43/54

    Keterampilan melakukan pemberian obat gliserin

    Memberikan Gliserin

    Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam

    poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang

    peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang yang

    mengalami sembelit). Selain itu,tindakan ini juga dapat digunakan untuk persiapan

    operasi.

    Persiapan Alat dan Bahan :

    1. Spuit Gliserin2. Gliserin dalam tempatnya3. Bengkok4. Pengalas5. Sampiran6. Sarung Tangan7. TisuCara Pelaksanaan :

    1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan3. Atur ruangan,apabila pasien sendiri,maka tutup pintu. Namun bila pasien di ruang

    bangsal umum,maka digunakan sampiran.

    4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri),dan berikan pengalas di bawah glutea,sertabuka pakaian bawah pasien.

    5. Gunakan sarung tangan,kemudian spuit diisi gliserin 10-20 cc dan cek kehangatancairan gliserin.

    6. Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan tangan kiri mendorongperenggangan daerah rektum,sedangkan tangan kanan memasukkan spuit ke dalam

    anus sampai pangkal kanul dengan ujung spuit di arahkan ke depan. Anjurkan pasien

    nafas dalam.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    44/54

    7. Setelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untukmenahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot apabila pasien tidak mampu

    ke toilet,bersihkan dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisu.

    8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet9. Lepaskan sarung tangan,catat jumlah feses yang keluar,warna,konsistensi,dan repon

    pasien.

    10.Cuci tanganSikap :

    1. Tidak menampakkan sikap jijik2. Hati-hati3. Peka terhadap respon pasien4. Menjaga privasi pasien

    Keterampilan melakukan pemberian obat suppositoria

    1. DefinisiSupositoria adalah suatu bentuk pengobatan yang di desain untuk administrasi via

    rektal (Galbraith et al 2007dalam pregram at al2008).

    Supositoria adalah tehnik pemberian obat berbentuk solid melalui insersi pada rektum yang

    mulai popular di abad 19 (radshaw at al,2009).

    2. Tujuan

    Pemberian obat via rektum akan diabsorbsi melalui mukosa rektum dan dapat

    menghindari absorbsi saluran cerna atas. Medikasi secara rektal dapat memberikan efek

    secara lokal maupun sistemik seperti mengatasi konstipasi dan wasir.

    3. Kompetensi yang Diperlukan

    1. Mengevakuasi fekal: stimulasi laksative memberikan stimulasi berupa peningkatanmotilitas usus; glyserol, bisacodyl, phospate

    2. Digital Rectal Examination

    1. Indikasi

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    45/54

    kontraindikasi pengobatan lewat jalan oral yang disebabkan oleh obstruksi saluran cerna atas

    atau ketidakmampuan menelan

    saat bahan obat yang diberikan dapat mengiritasi mukosa saluran cerna

    klien yang mengalami mual, muntah, dan ketidakmampuan untuk makan dan minum

    klien yang puasa atau yang terpasangan alat in situ

    klien dengan tingkat kesadaran rendah

    klien dengan konstipasi

    2. Kontra Indikasi

    Klien dengan nyeri di rektum, perdarahan, riwayat oprasi anorektal atau anal stenosis, Klien

    yang mengalami masalah dengan curah jantung.

    3. KOMPLIKASI

    PADA KLIEN YANG MEMILIKI MASALAH PADA KARDIAK OUTPUT, MAKApemasukan supositoria

    dapat menstimulasi syaraf vagus yang menyebabkan disritmia jantung

    Trauma pada Jaringan rektum, dan resiko infeksi luka oprasi area rektum

    Efek samping dari obat

    Tanda dan gejala yang dikeluhkan sebelumnya tidak juga hilang

    Klien mengeluh nyeri saat insersi supositoria rektal

    4. ALAT YANG DIPERLUKAN

    MEDICATION ADMINISTRATION RECORD(MAR)

    RESEP OBAT SUPOSITORIA

    AIR PELUMAS (K-YJELLY)

    SARUNG TANGAN BERSIH

    TISSUE

    BED PAN (OPSIONAL)

    A. Bentuk obat yang dimasukan melalui rektum

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    46/54

    http://4.bp.blogspot.com/-isaskbZC4xc/UVe07xS8oFI/AAAAAAAAAtE/W5r-DUuz3vw/s1600/posisi.PNGhttp://1.bp.blogspot.com/-5XwSI--i_bQ/UVe04YV95XI/AAAAAAAAAs8/JdbChzUKVC0/s1600/bentuk+kapsul+rektal.PNGhttp://4.bp.blogspot.com/-isaskbZC4xc/UVe07xS8oFI/AAAAAAAAAtE/W5r-DUuz3vw/s1600/posisi.PNGhttp://1.bp.blogspot.com/-5XwSI--i_bQ/UVe04YV95XI/AAAAAAAAAs8/JdbChzUKVC0/s1600/bentuk+kapsul+rektal.PNG
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    47/54

    1. HAL KHUSUS

    Rektal supositoria kontra indikasi apabila terjadi perdarahan rektum yang aktif.

    Menempatkan obat kedalan fese membuat penyerapan kurang maksimal dan memungkinkan

    obat akan keluar kembali saat defekasi

    Klian dengan mobilitas baik, maka posisinya haruas sims. Bila klien imobilitas, maka

    diperbolehkan posisi lateral dengan menepatkan bantal pada tangan dan kaki bagian atas untuk

    memebrikan kenyamanan.

    Jangan mempalpasi rektum jika klien barus menjalani oprasi rektum

    Supositoria dapat dimasukan melalu jalan kolostomi, bukan ileostomi.

    2. PROTOKOL PROSEDUR

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Konstipasi

    Sikap mencari perawatan (self care/ health seeking behavior)

    Nyeri (akut dan kronik)

    Kurang pengetahuan b.d. administrasi supositoria

    http://4.bp.blogspot.com/-Pl3ZaRuiPAM/UVe1EvJJoRI/AAAAAAAAAtM/wB0cUwBps9A/s1600/rektum.PNG
  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    48/54

    Lemah mobilitas fisik

    No. LANGKAH RASIONAL

    Pengkajian

    1. Review order yang mencakup nama klien, nama

    obat, dosis, bentuk obat, rute, dan waktu

    pemberian

    Menjamin keamanan dan

    ketepatan administrasi obat

    peda klien

    2. Review informasi yang brehubungan dengan

    pengibatan, meliputi efek saat diberikan kepada

    tubuh, tujuan, efek samping, dan implikasi

    keperwatannya

    Mengizinkan perawat untuk

    memberikan pengobatan dan

    memonitor

    3. Reviw medikal Recorduntuk tindakan oprasi

    pada rectum

    Kondisi yang menjadi kontra

    indikasi supositoria

    4. Reviw berbagai tanda dan gejala dari masalah

    perut (konstipasi atau diare)

    Kondisi tersebut mungkin

    menjadi indikasi penggunaan

    supositoria

    5. Kaji kemampuan klien untuk melakukan posisi

    saat pemberian supositoria dan memertahankan

    obat

    Keterbatasan gerak

    mengindikasikan

    ketidakmampuan

    memberikan obat sendiri6. Review pengetahuan klien pada tujuan terapi

    supositoria dan ketertarikannya untuk

    melakukan administrasi sendiri

    Indikasi pemberian

    pendidikan kesehatan. Level

    motivasi berefek pada

    pendekantan pembelajaran

    Perencanaan

    1. Hasil yang diinginkan:

    Klien melaporkan tanda dan gejala hilang

    setelah obat diberikan

    Klien menjelaskan tujuan pengobatan

    Klien melakukan administrasi pupositoria

    Obat efektif

    Feedback proses belajar

    klien

    Mendemonstrasikan

    pembelajaran

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    49/54

    2. Cek kelengkapan dan keakuratan MAR dengan

    catatan order obat, cek nama klien, nama obat,

    rute pemberian, dosis, dan waktu pemberian.

    Bandingkan MAR dengan label obat 3 klai

    selama persiapan

    Lembar order merupakan

    sumber terpercaya dan satu-

    satunya catatan legal obat.

    Pastiak kebenaran medikasi

    3. Cek gelang identitas klien dan tanyakan

    namanya

    Memastikan benar pasien

    4. Terangkan prosedur pada klien, lakuakn secara

    spesifik jika klien mengininkan melakukannya

    sendiri

    Memberikan kepahaman

    pada klien dan

    meningkatkan keja sama.

    Klien mungkin untuk

    melakukan sendiri medikasi

    supositoria

    Implementasi

    1. Tutup pintu atau batasi dengan pembatas Memberikan privasi dan

    meminimalisasi rasa malu

    2. Lakukan cuci tangan, rapika alat sesuai urutan,

    dan gunakan sarung tangan

    Mengirasi transfer

    mikroorganisme. Membantu

    perawat dalam tindakanyang cekatan

    3. Bantu klien mencapai posisi Sims dengan kaki

    bagian atas fleksi mengarah ke kepala

    Posisi tersebut mengekspose

    anus dan memebnatu klien

    merelaksasikan spingter

    eksternal. Posisi miring kiri

    meminimalisasi

    kemungkinan supositoeia

    dan feses keluar

    4. Pastikan hanya area anal yang terbuka Memberikan privasi dan rasa

    relax

    5. Periksa kondisi anus eksternal, dan palapasi

    dinding rektum jika perlu. Buka sarung tangan

    Meastikan tidak terjadi

    perdarahan pada rektum,

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    50/54

    dengan aman dan buang ke tenpat sampah

    infeksius

    palapasi memastikan rektum

    tidak berisi feses yang

    mengkin menggangu

    penempatan supositoria.

    Mengirang transmisi

    mikroorganisme

    6. Gunakan sarung tangan baru Minimalisasi kontak dengan

    material feses dan

    mengurangi transmisi

    mikroorganisme

    7. Keluarkan supositoria dari kemasan, berkan

    lubrikan pada ujungnya. Lubrikasi juga jari

    tengah dari tangan dominan, jika klien punya

    hemoragi, berikan lubrikan yang lebih banyak

    dan lakukan secara lembut

    Lubrikan mengurang

    gesekan saat supositoria

    memasuki rektum

    8. Minta klien untuk tarik napas dala lewat mulut

    dan merilekskan spingter eksterna

    Mengurang nyeri dan

    memuluskan pemasukan

    9. Pisahkan bokong klien dengan tangan

    nondominan. Dengan jari tengah tangannondominan masukan supositoria secara halus

    ke dalam anus, melewati spingter internal,

    menempel di dinding anus sedalam 10 cm (4

    inchi)

    Supositoria harus menempel

    di mukosa anus untukabsorbsi dan aksi obat yang

    lebih efektif

    10. Tarik jari, dan bersihkan area anal Meberikan rasa nyaman

    11. Lepaskan sarung tangan dengan aman dan

    masukan ke tempat sampah tertentu

    Mengurangi transmisi

    mikroorganisme

    12. Minta klien untuk tidur terlentang atau tetap

    pada satu sisi selama 5 menit

    Menghindari keluarnya

    supositoria

    13. Bila supositoria mengandung laksatif atau

    detergen fekal, sipakan bedpen yang mudah

    dijangkau klien

    Kontrol eliminsi berlebih

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    51/54

    14. Bila supositoria dierikan untuk konstipasi,

    ingatkan klien untuk tidak mengguyur toilt

    setelah defekasi

    Memberikan kesempatan

    kepada staff untuk

    mengevaluasi hasil dari

    supositoria

    15. Lakukan cuci tangan, dan buang sarung tangan,

    bersihkan alat

    Menurunkan resiko transmisi

    mikroorganisme

    Evaluasi

    1. Kembali 5 menit kemudian untuk memestikan

    supositoria tidak keluar

    Memastikan jika obat

    terdistribusi dengan baik,

    pemasukan kembali mengkin

    perlu

    2. Tanyakan apakah klien mengalami

    ketidaknyamanan selama pemasukan

    Memastikan apakah

    pemasukan supositoria

    mengiritasi

    3. Evaluasi apakah sanda dan gejala hilang pada

    masalah eliminasi

    Memastikan efektifitas obat

    4. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan

    dari medikasi

    Mencerminkan kepahaman

    klien tentang tujuan

    pengibatan5. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi

    untuk pengobatan berikutnya

    Demonstrasi adalah alat ukur

    pembelajaran

    3. KEAMANAN

    - sarung tangan

    - tempat sampah infeksius

    - restrain tempat tidur

    - bad pan

    4. PENDOKUMENTASIAN

    catat waktu aktual pemberian, nama obat, dosis, dan rute pada medical administration record

    seketika setelah tindakan termasuk inisial dan tanda tangan

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    52/54

    jika obat diberikan nanti, catat alasan pada catatan perawat, pada MAR lingkari waktu kapan

    obat akan diberikan (sesuai institusi)

    catat respon klien termasuk reaksi tidak biasa yang terjadi.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    53/54

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah

    kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

    Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat

    sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran

    umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh

    peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

    Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat

    kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi

    meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat

    secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.

    Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

    Tidak semua apendiksitis dioperasi karena apendiksistis biasa hanya diberikan obat

    analgetik sementara terjadi peradangan yang mengakibatkan nyeri. Namun jika sudah terjadi

    apendiksitis yang sudah berperforasi maka harus di apendiktomi.

    3.2 Saran

    Apendiksitis merupakan penyakit yang sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan

    perawatan yang intensif dari rumah sakit. Dengan terapi farmasi dan pembedahan maka

    diharapkan apendiksitis dapat membaik.

  • 7/28/2019 makalah apendiksitis

    54/54

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, M. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Kariasa, M,. Sumarwati, M.,

    Edisi 3, Jakarta: EGC

    Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC.

    Prince S.A, Wilson L.M. 2006, Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta

    :EGC

    Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam

    Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.

    Ahmadsyah dan Kartono. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

    http://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan

    +tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyW

    k&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%

    20tindakan%20huknah&f=false

    http://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=jgYYUGytPQAC&pg=PA65&lpg=PA65&dq=keterampilan+tindakan+huknah&source=bl&ots=0EB8Rl79Ls&sig=QoTwAzYqkxtXCmMRR_hUeHeCyWk&hl=en&sa=X&ei=4Eu1UdSxDIjTrQeikoCQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=keterampilan%20tindakan%20huknah&f=false