asuhankeperawatan apendiktomi e.c apendiksitis pada anak

88
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Amerika 60.000-80.000 kasus apendisitisdidiagnosa per tahun, rata-rata usia anak yang menderita apendisitis adalah10 tahun. Di Amerika Serikat angka kematian akibat penyakit apendisitis 0.2-0.8%(Santacroce & Craig, 2006). Di Indonesia Apendisitis merupakan penyakitterbanyak yang diderita dengan urutan keempat tahun 2006 setelah dyspepsia,gastritis dan duodenitis (DepKes RI, 2006).Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).Apendisitis (peradangan usus buntu) bisa saja terjadi pada setiap umur, juga pada umur bayi (<1 tahun). Radang umbai cacing (usus buntu) lebih sering pada anak laki-laki dibanding anak perempuan dan lebih sering terjadi pada masa anak- anak dibanding usia dewasa muda (terutama 10-30 tahun). Radang usus buntu jarang pada anak berumur <5 tahun, tapi mulai meningkat pada anak usia sekolah dan mencapai puncaknya pada kelompok umur belasan tahun. Kelihatannya juga sering terdapat 1

Upload: shella-mentari

Post on 25-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kpeerawatan anak

TRANSCRIPT

Page 1: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Amerika 60.000-80.000 kasus apendisitisdidiagnosa per tahun, rata-

rata usia anak yang menderita apendisitis adalah10 tahun. Di Amerika Serikat

angka kematian akibat penyakit apendisitis 0.2-0.8%(Santacroce & Craig,

2006). Di Indonesia Apendisitis merupakan penyakitterbanyak yang diderita

dengan urutan keempat tahun 2006 setelah dyspepsia,gastritis dan duodenitis

(DepKes RI, 2006).Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat

terjadi tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau

akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin,

2009).Apendisitis (peradangan usus buntu) bisa saja terjadi pada setiap umur,

juga pada umur bayi (<1 tahun). Radang umbai cacing (usus buntu) lebih

sering pada anak laki-laki dibanding anak perempuan dan lebih sering terjadi

pada masa anak-anak dibanding usia dewasa muda (terutama 10-30 tahun).

Radang usus buntu jarang pada anak berumur <5 tahun, tapi mulai meningkat

pada anak usia sekolah dan mencapai puncaknya pada kelompok umur belasan

tahun. Kelihatannya juga sering terdapat pada satu keluarga dibandingkan

dengan keluarga lain. Penyakit radang usus buntu, termasuk penyakit yang

makin memburuk dengan bertambahnya waktu (Yatim, 2010).

Apendisitis dapat disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari

yangtidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam

menusehari-hari. Makanan rendah serat memicu terbentuknya fecalith yang

dapatmenyebabkan obstruksi pada lumen apendiks (Marianne, Susan &

Loren,2007). Apendisitis dapat disebabkan oleh penyebab lainnya antara

lain;hyperplasia jaringan limfoid, infeksi virus, parasit Enterobius

vermicularisyang dapat menyumbat lumen appendiks (Hockenberry &

Wilson, 2007).Apendisitis, yang awalnya merupakan radang akut, dapat

berkembang dengan cepat menjadi perforasi dan peritonitis jika keadaan

1

Page 2: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

tersebut tidak terdiagnosis. Peradangan ini merupakan persoalan pedriatrik

yang signifikan karena diagnosis dininya kerapkali terlambat di tegakkan dan

sering anak-anak tidak mampu mengutarakan gejalanya dengan kata-kata,

disamping itu. Tanda-tanda klinisnya dapat dikelirukan dengan penyakit yang

lain (Wong, dkk, 2008). Penatalaksanaan terapeutik terapi apendisitis

sebelum perforasi meliputi rehidrasi, pemberian antibiotik, dan pembedahan

untuk mengangkat apendiks (apendiktomi). Kesembuhannya akan

berlangsung cepat dan jika terdapat komplikasi, pasien hanya tinggal sebentar

dirumah sakit. Bila terjadi perforasi dan peritonitis, terapi spesifik yang

dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi yaitu dengan

dilakukan operasi laparatomi (Wong, dkk, 2008).

Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun

(Sjamsuhidajat, 2004). Saat ini mordibitas angka apendisitis di Indonesia

mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini emrupakan tertinggi diantara

negara-negara di Assosiation South East Asia Nation (ASEAN) (BPS Statistik

Indonesia2010). Data di RSU Kabupaten Tangerang khususnya di ruang

kemuning bawah didapatkan jumlah penderita apendisitis dari bulan Oktober

hingga Januari adalah 15 pasien dari 172 pasien, kurang lebih 9 % klien dari

total keseluruhan klien di ruang Kemuning Bawah mengalami sakit apendisitis

(Buku Register Ruang Kemuning Bawah, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui tentang

“Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Post Apendiktomi e.c

ApendisitisDi Ruang Kemuning Bawah RSU Kabupaten Tangerang Pada

Tahun 2015”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Melakukan asuhan keperawatan pada An. Kpost Apendiktomi

e.c Apendisitis di Ruang Kemuning Bawah RSU Kabupaten

Tangerang pada Tahun 2015.

2

Page 3: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengkajian pada An. K dengan Post Apendiktomi e.c

Apendisitis di Ruang Kemuning Bawah RSU Kabupaten

Tangerang pada Tahun 2015.

2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada An. K dengan Post

Apendiktomi e.c Apendisitis di Ruang Kemuning Bawah RSU

Kabupaten Tangerang pada Tahun 2015.

3. Mengetahui perencanaan keperawatan pada An. K dengan Post

Apendiktomi e.c Apendisitis di Ruang Kemuning Bawah RSU

Kabupaten Tangerang pada Tahun 2015.

4. Mengetahui pelaksanaan keperawatan pada An. K dengan Post

Apendiktomi e.c Apendisitis di Ruang Kemuning Bawah RSU

Kabupaten Tangerang pada Tahun 2015.

5. Mengetahui evaluasi keperawatan pada An. K dengan Post

Apendiktomi e.c Apendisitis di Ruang Kemuning Bawah RSU

Kabupaten Tangerang pada Tahun 2015.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

penikiran dan informasi di bidang perawatan anak tentang asuhan

keperawatan anak dengan post Apendiktomi e.c apendisitis.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan anak khususnya pada

pasien dengan post Apendiktomi e.c apendisitis.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar

mengajar tentang asuhan keperawatan anak dengan apendisitis

dapat digunakan acuan bagi praktek mahasiswa/i keperawatan.

3

Page 4: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

3. Bagi penulis

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan

pengalaman khususnya di bidang keperawatan anak pada pasien

dengan post Apendiktomi e.c apendisitis.

4

Page 5: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,

melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth,

2002 hal 1097). Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan &

Rahayuningsih ,2010). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi

pada umbai cacing. Usus buntu sebenarnya adalah sekum (ccecum). Infeksi

ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan

bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

(Nanda, 2013: 33)

2.2 Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.

Namun apendiks menghasilkan lander 1-2 ml per hari yang normalnya

dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan

aliran lender kemuara apendiks tampaknya berperan pada phatogenesis

selain itu hiperplasi limfe, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula

menyebabkan penyumbatan (Nanda, 2013: 33).

Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi

mukosa apendiks karena parasit E.histolytica. penelitian epidemologi

menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan

berpengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan

menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora kolon

biasa yang mempermudah timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidajat, 2004).

5

Page 6: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

2.3 Patofisiologi

Perubahan patologi pada apendisitis menjelek melalui 3 fase. Pada

mulanya, dengan obstruksi lumen, kongesti venamenjelek menjadi iskemia

mukosa, nekrosis, dan ulserasi. Invasi bakteri dengan infiltrat radang

menembus semua lapisan dinding apendiks menandai fase ke dua.

Organisme dapat dibiakan dari permukaan serosa sebelum perforasi secara

mikroskopik. Akhirnya, nekrosis dinding menyebabkan perforasi dan

kontaminasi peritoneum. Perforasi ini biasanya terjadi pada ujung apendiks,

distal dari obstruksi fekolit. Kelanjutan dari perforasi, kontaminasi

mikrobiologis tinja mungkin terbatas pada pelvis atau fossa iliaka kanan

dengan omentum dan lengkung usus halus yang berdekatan atau mungkin

menyebar ke seluruh rongga peritoneum. Anak kecil mengalami

perkembangan omentum yang jelek dan perforasi lokal biasanya tidak dapat

dibatasi. Invasi bakteri vena mesenterika bisa menyebabkan sepsi vena porta

(pileflebitis) dan selanjutnya pembentukan abses hati. Proses radang yang

disertai dengan perforasi bisa berlanjut dengan obstruksi usus dan ileus

paralitik (Arvin, 2000).

Ketika terjadi obstruksi akut, aliran keluar sekresi mukus (lendir) yang

akan tersekat dan didalam lumen apendiks terjadi peningkatan tekanan yang

mengakibatkan kompresi pembuluh darah. Iskemia yang terjadi akan diikuti

dengan ulserasi dinding epitel dan invasi bakteri. Nekrosis yang timbul

kemudian menyebabkan perforasi atau ruptur dengan kontaminasi feses atau

bakteri pada kavum peritoneal, inflamasi yang ditimbulkan akan menyebar

dengan cepat ke seluruh rongga abdomen (peritonitis) khususnya pada anak

kecil yang tubuhnya belum mampu melokalisasi infeksi. Inflamasi

peritoneum yang progresif mengakibatkan obstruksi fungsional usus halus

(ileus) karena refleks GI yang intensif akan menghambat motilitas usus

dengan kuat. Karena peritoneum merepresentasikan bagian terbesar

permukaan total tubuh, kehilangan cairan ekstrasel ke dalam kavum

peritoneal akan menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit dan syok

hipovolemik (Wong, dkk, 2008).

6

Page 7: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

7

Lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, benda asing, striktura

karena fibrosis akibat peradangan, biji-bijian.

Obstruksi lumen

Produksi mucus menumpuk

Membentuk menjadi batu

Obstruksi

Tekanan apendiks meningkat

Menghambat aliran limfe di vena

Hipoksia apendiks

Peradangan dinding apendiks

Bakteri meningkat

dinding apendiks

Nekrosis dinding apendiks

Ulserasi mukosa

Apendisitis

Nyeri kuadran bawah

Suhu tubuh meningkat

Perforasi

Obstruksi usus

Mual, muntah, anoreksia

Resiko Kekurangan

cairan

Resiko Kekurangan

cairan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Perdarahan

ulkus

Peritonitis

Pembedahan apendektomi

Ileus paralitik

Luka insisi

Ditangkap reseptor nyeri perifer

Implus ke otak

Gangguan rasa nyaman : nyeriGangguan rasa nyaman : nyeri

Gangguan imobilisasiGangguan imobilisasi

Post de entry

Resiko InfesiResiko Infesi

Intoleransi Aktivitas

Intoleransi Aktivitas

Post operasi

Pre operasi

Sumber :Wong, dkk (2008)

Arvin (2000)Sjamsuhidajat(2004)

Kurang pengalaman

Defisiensi pengetahuan

Defisiensi pengetahuan

Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)

Presepsi nyeri

Kurangnya informasi tentang nutrisi pada anak

dan cara penyajiannya

Menu makanan kurang menarik

Anak tidak nafsu makan (anoreksia)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gambar 2.1 Pathway Apendisitis

Page 8: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

2.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis menurut Bets, dkk (2009) adalah sebagai berikut :

1. Sakit-kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah

dengan intensitas nyeri tertinggi pada titik Mc.Burney (yang terletak di

pertengahan antara krista iliaka anterior-superior kanan dan umbilikus).

2. Anoreksia

3. Mual

4. Muntah (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih

besar)

5. Demam- demam ringan di awal penyakit, dapat meningkat tajam pada

peritonitis.

6. Nyeri lepas

7. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali

8. Konstipasi

9. Diare (sedikit, berair)

10. Kesulitan berjalan atau bergerak

11. Iritabilitas

2.5 Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.

Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor

penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi

kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit,

dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan

peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi

Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua.

Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada

orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang

tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum

lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya

perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah

(Sjamsuhidajat, 2004).

8

Page 9: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Jenis komplikasi diantaranya menurut Sjamsuhidayat (2004) adalah sebagai

berikut:

1. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba

massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini

mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang

mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau

mikroperforasi ditutupi oleh omentum

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga

bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam

pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.

Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran

klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari

38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis

terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi

bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.

3. Peritononitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi

berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila

infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan

timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai

timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit

mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.

Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri

abdomen, demam, dan leukositosis.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut (Aryin, 2000) adalah sebagai berikut :

1. Laboratorium

Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak

dengan appendicitis akut. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis

9

Page 10: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

berkisar antara 12.000-18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah

neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang

diagnosis klinis appendicitis. Jumlah leukosit yang normal jarang

ditemukan pada pasien dengan apendisitis.

2. Pemeriksaan urinalisis

Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis

dengan pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria

ringan dan pyuria dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat

ureter.

3. Ultrasonografi

Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk

menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala

appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG

lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang

merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta adalah appendix

dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan suatu

appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix1. False positif

dapat muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari

salphingitis atau inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat

muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang

terisi banyak udara yang menghalangi appendix1.

4. CT-Scan

CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas

dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas,

presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan

dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik1. Diagnosis

appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih

dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi

akan mengecil sehingga memberi gambaran halo sign yaitu gambaran

bagian dalam yang hipodens akibat infiltrasi lemak dan bagian luar

yang hiperdens.

10

Page 11: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

2.7 Penatalaksanaan Bedah

Anak dengan dugaan apendisitis dimasukkan ke rumah sakit, diberi

infus (iv) dan antibiotik, serta diobservasi, perkembangan gejala yang cepat

akan membuat diagnosis menjadi tampak nyata, slang NGT dipasang bila

anak mengalami muntah. Apendiks dikeluarkan melalui insisi dikuadran

kanan bawah atau diangkat dengan laparoskopi, drain dipasang dan luka

dibiarkan terbuka untuk mencegah infeksi luka serta pembentukan abses.

Jika apendiksnya telah perforasi, rongga abdomen diirigasi. Pada beberapa

kasus, sebuah kateter kecil tetap dipasang di tempatnya untuk memberi

antibiotik. Setelah dilakukan pembedahan, tempatkan anak tersebut pada

posisi semi fowler selama 24 jam pertama. Drainase lambung dan

pemberian cairan iv serta antibiotik dilanjutkan. Obat narkotik / analgesik

dipakai untuk mengatasi nyeri. Makanan oral mulai diberikan dalam 1 atau

2 hari dan ditingkatkan sesuai toleransi bila fungsi usus telah kembali (Bets,

dkk, 2009).

2.8 Asuhan Keperawatan

Dibawah ini merupakan asuhan keperawatan menurut Wong, dkk (2008)

adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan

dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama

kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

a. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor

register.

b. Lingkungan

Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh

penderita akan lebih baik daripada tinggal di lingkungan yang kotor.

c. Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

11

Page 12: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri sekitar

umbilikus.

b) Riwayat kesehatan dahulu

c) Riwayat operasi sebelumnya pada kolon.

d. Riwayat kesehatan sekarang

Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,

bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,

keadaan apa yang memperberat dan memperingan.

e. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi

Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal

swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan

distensi abdomen.

b) Palpasi

Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa

nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. nyeri

tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari

apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan

nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda Rovsing

(Rovsing sign). Dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka

juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut tanda

Blumberg (Blumberg sign).

c) Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukkan

letak apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat

dilakukan pemeriksaanini terasa nyeri, maka kemungkinan

apendiks yang meradang di daerah pelvis. Pemeriksaan ini

merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.

d) Uji psoas dan uji obturator

Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk mengetahui letak apendiks

yang meradang. Psoas signadalah nyeri yang dirasakan pada saat

dilkukan hiperekstensi pada paha kanan. Uji psoas dilakukan

12

Page 13: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

dengan rangsangan otot psoas mayor lewat hiperekstensi sendi

panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks

yang meradang menempel pada m.psoas mayor, maka tindakan

tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator

dilakukan gerakan fleksi dan andorotasi sendi panggul pada

posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan

m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil,

maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini

dilakukan pada apendisitis pelvika.

f. Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut Doenges

(2000) adalah sebagai berikut :

a) Aktivitas / istirahat

Gejala : Malaise.

b) Sirkulasi

Tanda : Takikardi.

c) Eliminasi

Gejala : Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang).

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan. :

Penurunan atau tidak ada bising usus.

d) Makanan / cairan

Gejala : Anoreksia, Mual/muntah.

e) Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang

meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc.Burney (setengah

jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat

karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti

tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks). Keluhan

berbagai rasa nyeri/ gejala tak jelas (berhubungan dengan lokasi

apendiks, contoh : retrosekal atau sebelah ureter).

Tanda : Perilaku berhati-hati ; berbaring ke samping atau

telentang dengan lutut ditekuk. Meningkatnya nyeri pada

13

Page 14: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi

duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi

peritoneal.

f) Pernapasan

Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal.

g) Keamanan

Tanda : Demam (biasanya rendah).

2. Diagnosa Keperawatan

1) Pra bedah

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi apendiks

b. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolitberhubungan

dengan penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi

sekunder akibat kehilangan selera makan, vomitus.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur

2) Pasca Bedah

a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

b. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan keberadaan

mikroorganisme patogen dalam rongga abdomen.

c. Resiko cedera berhubungan dnegna tidak adanya motilitas usus

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan

1) Perencanaan Keperawatan Pra Bedah

a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi apendiks

Tujuan : pasien mengalami peredaan nyeri atau tidak terasanya

nyeri hingga taraf yang bisa diterima oleh anak.

Intervensi keperawatan

a) Kaji skala nyeri

b) Beri posisi yang memberikan rasa nyaman (biasanya dengan

kedua tungkai difleksikan) karena posisi ini mungkin

beragam pada anak-anak.

c) Berikan bantal kecil untuk menyangga perut

d) Berikan preparet analgesik untuk meredakan rasa nyeri

14

Page 15: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Hasil yang diharapkan : anak beristirahat dengan tenang, tidak

melaporkan dan atau memperlihatkan bukti adanya gangguan

rasa nyaman.

b. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolitberhubungan

dengan penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi

sekunder akibat kehilangan selera makan, vomitus.

Tujuan : pasien mendapatkan cairan untuk hidrasi yang adekuat

Intervensi keperawatan

1. Pertahankan puasa untuk meminimalkan kehilangan cairan

lewat vomitus dan mengurangi distensi abdomen

2. Pertahankan integritas tempat penginfusan untuk pemberian

infus (iv) cairan dan elektrolit.

3. Berikan infus cairan dan elektrolit sesuai preskripsi

4. Pantau asuhan dan haluaran cairan untuk menilai hidrasi

Hasil yang diharapkan

Anak mendapatkan cukup cairan untuk menggantikan

kehilangan dan anak memperlihatkan tanda hidrasi yang adekuat.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan kemungkinan ruptur

Tujuan : pasien akan mengalami penurunan risiko infeksi

Intervensi keperawatan

a) Pantau dengan ketat tanda vital, khususnya peningkatan

frekuensi jantung serta suhu tubuh dan pernafasan dangkal

dan cepat untuk mendeteksi ruptura apendiks

b) Amati tanda peritonitis yang lain (mis, peredaan rasa nyeri

secara mendadak yang kadang-kadang terjadi pada saat

perforasi dengan diikuti oleh rasa nyeri yang difus serta

meningkat dan disertai defens muskular, distensi abdomen,

meteorismus, sendawa (karena penumpukan udara), pucat

menggigil dan iritabilitas, untuk memulai tindakan

penanganan yang tepat.

15

Page 16: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

c) Hindari pemberian obat pencahar atau enema karena

tindakan ini akan menstimulasi motilitas usus dan

meningkatkan risiko perforasi.

d) Pantau hitung sel darah putih sebagai indikator infeksi

Hasil yang diharapkan

Anak tetap tidak menunjukan gejala peritonitis, tanda peritonitis

dikenali secara dini

2) Perawatan Pasca Bedah

a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

Tujuan : pasien tidak akan mengalami nyeri atau nyeri berkurang

sampai tingkat yang dapat diterima anak.

Intervensi

a) Beri analgesik yang diresepkan untuk nyeri selama 24 jam

b) Jangan menunggu sampai anak mengalami nyeri berat untuk

mengintervensi anak guna mencegah terjadinya nyeri.

c) Jangan melakukan palpasi area operatif kecuali jika

diperlukan.

d) Pasang slang rektal, jika diindikasikan, untuk mengurangi

gas.

e) Biarkan anak berada pada posisinya yang nyaman, jika tidak

ada kontraindikasi.

f) Pantau efektifitas analgesik

b. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan keberadaan

mikroorganisme patogen dalam rongga abdomen.

Tujuan : pasien mengalami penurunan resiko penyebaran infeksi

Intervensi keperawatan

a) Lakukan perawatan luka dan pergantian kassa pembalut

sebagaimana dipreskripsikan untuk mencegah infeksi.

b) Pantau tanda vital dan jumlah sel darah putih, untuk menilai

keberadaan infeksi.

c) Berikan antibiotik sesuai preskripsi

16

Page 17: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Hasil yang diharapkan

Anak memperlihatkan kesembuhan peritonitis yang ditunjukan

oleh berkurangnya gejala demam, luka yang bersih, dan sel darah

putih yang normal.

c. Resiko cedera berhubungan dnegna tidak adanya motilitas usus

Tujuan : pasien tidak akan mengalami distensi abdomen,

vomitus.

Intervensi keperawatan :

a) Pertahankan puasa dalam periode awal pasca bedah, untuk

mencegah distensi abdomen dan vomitus.

b) Pertahankan keadaan dekompresi dengan pemasangan slang

nasogastrik sampai motilitas usus pulih kembali.

c) Kaji abdomen untuk emnemukan gejala distensi, nyeri tekan,

terdengarnya bising usus untuk menilai adanya peristaltis

d) Pantau flatus dan defekasi, sebagai indikator motilitas usus.

2.9 Jurnal Terkait

Dalam jurnal Appendectomy surgical removal of the appendix

menjelaskan tentang prosedur preoperative dan post operativ. Tindakan

post operativ untuk mencegah terjadinya pneumonia dan pembekuan darah

dapat dilakukan dengan cara mobilisasi dini dan tarik nafas dalam setelah

operasi, imobilisasi dan tarik nafas dalam dapat membantu mencegah

komplikasi pasca operasi seperti gumpalan darah, cairan di paru-paru dan

pneumonia. ketika klien melakukan operasi, klien memiliki risiko

terjadinya penggumpalan darah karena tidak bergerak selama operasi

akibat pemberian obat anestesi. semakin lama dan lebih rumit operasi yang

dilakukan, semakin besar risikonya. Untuk menurunkan risiko ini anjurkan

klien untuk bangun dan berjalan 5 sampai 6 kali per hari, mengenakan

stoking khusus atau sepatu kompresi pada kaki klien, dan untuk pasien

berisiko tinggi, dapat diberikan obat yang mengencerkan darah. Tarik

nafas dalam dapat dilakukan setiap jam, klien disarankan untuk tarik nafas

17

Page 18: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

sebanyak 5 sampai 10 kali, kemudian tarik napas dalam-dalam selama 3

sampai 5 detik, lalu hembuskan.

Untuk terapi non farmakologis yang dilakukan dalam jurnal ini

dicantumkan yaitu dengan cara distraction (pengalihan) dengan cara

mengalihkan rasa nyeri dengan mendengarkan music,bermain game atau

dengan aktivitas. Cara ini efektif dilakukan kepada anak-anak. splinting

your stomach yaitu dengan cara menempatkan bantal di atas perut klien

dengan tekanan kuat sebelum batuk atau gerakan dapat membantu

mengurangi rasa nyeri. Guided immegery membantu klien mengarahkan

dan mengendalikan emosi klien (American College And Surgeons,

Division Of Education).

1. Pengaruh Tehnik Rileksasi Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada

Pasien Apendektomi di Ruang G2 Lantai II Kelas III Blud RSU

PROF. DR. H. Aloei Kota Gorontalo.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya pengaruh

tehnik relaksasi terhadap respon nyeri pada pasien apendektomi di

Ruang G2 lantai II kelas III BLUD RSU Prof. Dr. H. Aloei Saboe

Kota Gorontalo. Quasi eksperimen dengan menggunakan uji statistik

"t-test" pada 30 pasien apendektomi yang dirawat pada hari kedua dan

ketiga dengan accidental sampling menunjukkan bahwa ada pengaruh

tehnik relaksasi terhadap respon adaptasi nyeri pada pasien tersebut (t

=5,935, dengan α; 0,05 = 2,048). Penerapan tehnik relaksasi untuk

menurunkan nyeri pada pasien post appendectomy perlu ditingkatkan

oleh perawat pelaksana (Zees, 2012).

2. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya Penyembuhan Luka

Pasca Operasi Appendiktomi di Zaal C Rumah Sakit HKBP BALIGE

Nainggolan, dkk (2013) dalam jurnalnya yang berjudul

Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya Penyembuhan Luka

Pasca Operasi Appendiktomi di Zaal C Rumah Sakit HKBP BALIGE

disebutkan bahwa Appendiktomi merupakan salah satu penanganan

18

Page 19: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

yang sering dilakukan pada pasien yang mengalami appendiksitis.

Pasca pembedahan sering sekali dijumpai pasien takut untuk

melakukan mobilisasi yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat

pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan lamanya

penyembuhan luka pasca operasi appendiktomi. Penelitian ini

dilakukan di RSU HKBP Balige pada bulan November 2012 s.d Maret

2013 dengan jumlah sampel 15 orang. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian diperoleh uji

Chi-square menunjukkan nilai p = 0,008 (p <0,05). Artinya ada

hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka

paska operasi appendictomy di ruang zaal C RSU HKBP Balige

Tahun 2013.

3. Efektifitas Tindakan Personal Hygiene Terhadap Tingkat Kepuasaan

Pasien Imobilisasi di RS Mardi Rahayu Kudus

Damayanti (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Efektifitas

Tindakan Personal Hygiene Terhadap Tingkat Kepuasaan Pasien

Imobilisasi di RS Mardi Rahayu Kudus menyebutkan bahwa pasien

imobilisasi memerlukan bantuan orang lain dalam memenuhi

kebutuhan fisiknya, termasuk dalam hal perawatan diri atau personal

hygiene Perawat dalam memberikan pelayanan personal hygiene

harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai dapat memuaskan

pasien. Oleh sebab itu informasi kepuasan pasien mutlak untuk

diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas

tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien

imobilisasi serta mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasaan pasien

imobilisasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu . Metode Penelitian: jenis

penelitian ini adalah pre eksperiment dengan pendekatan prepost

design without control group. Subyek dalam penelitian ini adalah

19

Page 20: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

pasien imobilisasi yang dirawat di rumah sakit Mardi Rahayu, dengan

jumlah 30 responden, pengumpulan data mengunakan instrumen

kuesioner kepuasaan pasien.yang diberikan kepada responden

sebelum dan sesudah dilakukan tindakan personal hygiene.Analisa

data mengunakan uji t berpasangan.Hasil Penelitian: menunjukan ada

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah tindakan

personal hygiene pada pasien imobilisasi dengan p value =0.0001

20

Page 21: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

1. Tanggal Pengkajian : 11Februari 2015

2. Jam : 10.00 WIB

3. Oleh : Sella Mentari

3.1.1 Data

Nama anak : An. K

Tanggal dirawat : 03-01-2015

Tanggal Operasi : 05-01-2015

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Perum kedaung Rt 04/02 kec. Pasarkemis,

Kab. Tangerang

Tanggal lahir.usia : 18-07-2004/ 10 tahun

Nama orang tua : Tn. K / Ny. M

Pendidika ayah/ibu : SMA

Pekerjaan ayah/ibu : Karyawan Swasta/ Ibu Rumah Tangga

Usia ayah/ibu : 45 tahun/42 tahun

Diagnose medis : Post apendiktomi e.c apendisitis hari ke 7

3.1.2 Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri pada bagian berkas operasi. Ibu klien

mengatakan klien mengalami nyeri di bagian perut kanan bawah sejak

3 minggu SMRS disertai muntah yang tak kunjung berhenti.

3.1.3 Riwayat Penyakit Saat Ini

Klien mengatakan sakit pada bekas luka operasi

P : sakit pada bekas luka operasi terasa bila luka digerakan

Q : sakit nya seperti ditusuk-tusuk, dan

21

Page 22: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

R : sakit hanya pada bagian perut pada bagian luka operasi tidak

menjalar ke bagian tubuh yang lain

S : skala nyeri : 6 nyeri sedang

T : sakit dapat terjadi pada pagi, siang, dan malam

3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu klien mengatakan sebelumnya penyakit yang diderita klien

hanya pilek dan batuk, serta campak. Klien tidak pernah dirawat.

3.1.5 Riwayat Sosial

a. Struktur keluarga (genogram tiga generasi)

Ayah Ibu

Gambar 3.1 Genogram

Keterangan:

= laki-laki = tinggal dalam satu rumah

= perempuan = pasien

b. Suku : Sunda

c. Agama : Islam

d. Bahasa Utama : Indonesia

22

Page 23: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

a. Prenatal :

cukup bulan yaitu 9 bulan, tidak ada penyakit yang pernah diderita

selama masa kehamilan. Dan 4 kali kunjungan ke bidan sampai

menjelang melahirkan.

b. Intranatal:

An. K merupakan anak kedua yang lahir secara SC di RS. Sari

Asih, tidak ada kelainan, dengan BB= 3050 gram, PB = 48 cm

c. Postnatal:

An. K diasuh oleh kedua orang tua, dan sejak lahir diberikan ASI

sampai usia 6 bulan, kemudian diberikan susu tambahan.

3.1.6 Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran antropometri

BB sebelum sakit : 35 kg BB saat sakit : 27 kg TB : 125 cm

(Berdasarkan bagan Berat badan menurut tinggi badan anak

perempuan usia 2 – 5 tahun pada buku bagan MTBS didapatkan

An. A berada pada garis di bawah/< - 2 dimana <-2 masuk

dalam klasifikasi kurus)

b. Pengukuran Tanda-tanda vital

1. TD : 100/70 mmHg

2. RR: 32 x/menit

3. HR: 90 x/menit

4. S: 36

c. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

Simetris, kulit kepala lembab, tidak ada nyeri tekan, kepala

tampak kotor, bau, tidak ada lesi dengan lingkar kepala 50

cm.

2. Wajah

Simetris, tidak ada paresis nervus fasialis, tidak ada edema,.

3. Mata

23

Page 24: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

tidak nyeri tekan palpebra.

4. Hidung

Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada

keluaran secret, tidak ada nyeri tekan sinus, mukosa hidung

berwarna merah muda.

5. Mulut

Bibir simetris, bibir tampak kering dan pecah pecah, pada

bagian langit-langit tidak ada lubang, utuh, mukosa merah

muda, uvula merah muda, lidah kotor dan berwarna merah

mudi, gigi susu lengkap, tampak kotor, nafas berbau.

6. Telinga

Bentuknya normal dan simetris, tidak ada pengeluaran

cairan, pada daun telinga kartilago lunak, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening di tragus dan belakang

telinga, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada lesi.

7. Leher

Simetris, tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening, dan leher dapat digerakan.

8. Dada

Simetris, tidak ada lesi, puting susu simetris, terlihat adanya

sedikit retraksi dinding dada, wheezing (-)/(-), ronchi (-)/(-),

dan pengembangan dada simetris. Pada jantung, apeks, ics

4-ics 5 sebelah lateral batas kiri sternum, nada S2 sedikit

lebih tajam dan lebih tinggi dari S1, gallop/murmur (-)/(-).

9. Abdomen

simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan,

terdapat luka operasi (panjang luka insisi 11 cm, tampak

kemerahan sekitar luka jahitan, tidak ada pus),tampak

meringis ketika menggerakan bagian perut, klien tampak

meminimalisir gerakan pada bagian abdomen.

24

Page 25: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

10. Ekstremitas

Ekstremitas atas dan bawah simetris dengan lingkar lengan

atas 40 cm,terpasang stopper pada lengan kanannya, turgor

kulit <2 detikjumlah jari tangan dan kaki normal yaitu ada

sepuluh, kekuatan otot

11. Genetalia

Labia mayora : bersih, tidak terdapat lesi.

Labia minora : bersih, tidak terdapat lesi.

Perineum : bersih, tidak terdapat lesi.

12. Kulit

Tampak kusam, kulit kering, tidak ada lesi, tidak nyeri

tekan.

3.1.7 Aktivitas sehari-hari

1. Aspek fisik, biologis

a. Sebelum sakit

1. Frekuensi makan :

Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu makan 3 kali sehari.

Namun tidak selalu habis dalam satu porsi

2. Makanan pokok :

Nasi, dan lauk

3. Makanan yang disukai/tidak disukai :

Klien mengatakan tidak Menyukai sayuran

4. Makanan pantangan :

Klien mengatakan tidak ada makanan pantangan

5. Nafsu makan :

Klien mengatakan makan saat terasa lapar.

6. Alergi makanan/minuman :

Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan atau

minum.

b. Selama sakit :

1. Apakah pasien merasa mual, muntah (frekuensi, jenis) :

25

4 44 4

Page 26: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Klien mengatakan kadang terasa mual sampai muntah.

2. Nafsu makan :

Klien mengatakan nafsu makan berkurang saat dirawat di RS, klien

hanya makan 1-2 sendok makan.

3. Ada gangguang mengunyah :

Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam mengunyah

Sonde terpasang : Tidak ada

2. Pola eliminasi

a. Sebelum sakit

Buang air besar

1. Frekuensi : Klien mengatakan BAB tidak menentu.

2. Waktu : Klien mengatakan waktu BAB tidak menentu.

3. Warna :Klien mengatakan feaces berwarna kuning

4. Konsistensi : Pekat dan lembek

5. Penggunan pencahar : Klien mengatakan tidak pernah

mengguanakan Obat pencahar

Buang air kecil

1. Frekuensi : Klien mengatakan dalam sehari bisa 7 kali kali untuk

BAK

2. Warna : Klien mengatakan warna urin yang keluar kuning

tidak keruh

3. Bau : Klien mengatakan kencingnya tidak berbau.

b. Selama sakit

Buang air besar : klien mengatakan belum BAB

Frekuensi : klien mengatakan setelah dilakukannya operasi

klien baru 1 kali BAB

1. Waktu : pagi hari

2. Warna : kuning

3. Pendarahan : klien mengatakan tidak ada pendarahan saat BAB

4. Konsistensi : pekat

26

Page 27: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

5. Kesulitan : tidak ada

Buang air kecil

1. Frekuensi : 3-4 kali dalam satu hari

2. Waktu : pagi, siang, malam

3. Warna : kuning

4. Bau : tidak berbau

5. Kesulitan : tidak ada

6. Alat bantu BAK : tidak ada

7. Jumlah : tidak terkaji

3. Pola istirahat tidur

a. Sebelum sakit

1. Saat tidur : klien mengatakan selalu tidur pukul 22.00

2. Lama tidur : 8 jam

3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan

sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

- Menjelang tidur : klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam

tidur

- Saat tidur : tidak ada

5. Penggunaan obat tidur :klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi

obat tidur

b. Selama sakit setelah pembedahan

1. Saat tidur :selama dirumah sakit klien mengatakan sulit

tidur karena tidak nyaman dengan suasana

rumah sakit, danklien merasa terganggu saat

merasakan nyeri.

2. Lama tidur :klien tidur malam hanya 4 – 5 jam dan

kadang-kadang tidur siang 30 menit

3. Kebiasaan pengantar tidur : klien mengatakan tidak ada kebiasaan

sebelum tidur selama sakit

4. Kesulitan tidur : tidak ada

27

Page 28: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

- Menjelang tidur : -

- Saat tidur : -

5. Penggunaan obat tidur : tidak ada

4. Pola aktifitas latihan

a. Pola bekerja

- Jenis :ibu klien mengatakan sehari-hari klien hanya berangkat

sekolah dari pagi sampai pukul 12.00 wib. kemudian

bermain dengan teman sebayanya

- Lamanya kerja : -

- Waktu kerja : -

b. Olah raga

- Jenis : klien mengatakan selalu mengikuti pelajaran olah raga

Saat disekolah.

- Frekuensi :1 minggu sekali

c. Kegiatan dan waktu luang : bermain dengan teman teman sebayanya.

d. Kesulitan/keluhan:saat ini klien mengatakan masih nyeri pada daerah operasi.

Klien takut untuk bergerak bebas, ibu klien mengatakan belum mengetahui

cara merawat luka klien saat dirumah, ibu klien selalu bertanya bagaimana

cara mengganti balutan.ibu klien mengungkapkan ketertarikan belajar

membersihkan luka.

5. Pola personal hygiene

a. Mandi : klien mengatakan belum mandi selama dirawat di RS.

b. Kuku : panjang, kotor

c. Genetalia : bersih

d. Rambut : panjang sebahu, berminyak, tercium bau yang tidak sedap,

dan terasa lengket

e. Sikat gigi : klien mengatakan baru 1 klai menggosok gigi selama

dirawat di RS

28

Page 29: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

6. Aspek psikososial

1. Ekspresi wajah :klien tampak rileks

2. Sikap :klien terlihat melindungi daerah abdomennya yang

sakit saat nyeri terasa.

3. Komunikasi : jelas, relevan : ya

4. Mengekspresikan : ya, mampu mengerti orang lain : ya

5. Pengetahuan persepsi

terhadap penyakit : ibu klien mengatakan kurang mengetahui

tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak

mengetahui asal muasal penyakitnya. Ibu klien

mengatakan ingin mengetahui dan melaksanakan

cara mencegah terjadinya appendicitis agar dapat

terhindar dari apendisitis.

6. Pengambilan

keputusan :dibantu orang lain, sebutkan : orang tua

7. Hal yang saat ini

dipikirkan : klien mengatakan ingin segera pulang, dan lekas

sembuuh dari sakitnya, agar dapat bermain seperti

sedia kala.

8. Harapan setelah

menjalani perawatan : klien mengatakan ingin segera pulih dari sakitnya

dan berharap tidak terluang kembali penyakitnya.

9. Perubahan yang

dirasakan setelah sakit: klien mengatakan takut bergerak banyak karena

luka di daerah perutnya. Klien mengatakan tidak

merasakan malu dan klien mengatakan masih

percaya diri dengan adanya operasi di daerah

abdomennya. Klien tampak rileks

10. Temapat tinggal : bersama orang orang tua

11. Kehidupan kelurga :adat istiadat yang dianut : klien mengatakan

keluarganya menganut adat istiadat jawa

29

Page 30: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

- Pembuat keputusandalam keluarga : ibu klien mengatakan yang

paling berperan untuk mengambil keputusanadalah ayahnya.

- pola komunikasi : ibu klien mengatakan pola

komunikasi dalam keluarganya adalah 2 arah.

- Dalam keluarga Keuangan : memadai

12. Apa yang dilakukan perawat agar anda aman dan nyaman ?klien

mengatakan dengan cara diberikan perawatan di rumah sakit klien

merasa sedikit tenang dalam menghadapi sakitnya.

13. Apa yang dilakukan saat strees : klien mengatakan saat klien

memiliki masalah klien selalu bilang kepada ibunya.

7. Aspek spritual

1. Apakah tuhan, agama,kepercayaan penting untuk anda ? tidak terkaji

2. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)

Sebutkan :ibu klien mengatakan an. K rutin mengikuti pengajian di TPA di

sekitar rumahnya.

Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah,

sebutkan : mengaji

3.1.8 Therapy/obat-obatan

Therapy obatselama di rawat

Nama Dosis Cara Pemberian

Ceftazidime 3 x 500 mg Injeksi i.v

Metronidazol 3 x 250 mg Drip

Omeprazol 2 x 20 mg Injeksi i.v

Ketorolac 3 x 20 mg Injeksi i.v

Therapy cairan yang telah diberikan selama di rawat:

Ringer Laktat (komposisi (mmol/100 ml) = Na : 130-140, K : 4-5, Ca : 2-

3, Cl : 109-110, Basa : 28-30 mEq). Cairan RL yang diberikan adalah 500

cc/24 jam

30

Page 31: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

3.1.9 Pemeriksaan penunjang

08 Januari 2015

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normalHEMATOLOGIRUTIN 1

HemoglonbinLeukositHematokritTrombosit

10,73,439344

g/dLribu/µl%ribu/µl

11,7-15,53,6-1135-47150-450

KIMIA DARAH

Protein 5,3 g/dl 6-8

Albumin 3,2 g/dl 3,4-4,6

Globulin 2,1 g/dl 1,5-3

KIMIA ELEKTROLIT

Na 128 mEq/L 135-147

K 3,57 mEq/L 3,5-5

Cl 91 mEq/L 96-105

3.2 Analisa Data

31

Page 32: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Nama Mahasiswi : Sella Mentari

Tgl Pengkajian : 11Februari 2015

Ruang : Kemuning Bawah

No. Data Etiologi Masalah

1 Ds : klien mengatakan :

- P : sakit pada bekas luka

operasi terasa bila luka

digerakan

Q : sakit nya seperti

ditusuk-tusuk, dan

R : sakit hanya pada

bagian perut pada bagian

luka operasi tidak

menjalar ke bagian tubuh

yang lain

S : skala nyeri : 6

T : sakit dapat terjadi

pada pagi, siang, dan

malam

Do :

- Klien tampak

meminimalisir gerakan

pada bagian abdomen

Pembedahan apendektomiò

Luka insisiò

Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)

òDitangkap reseptor nyeri

periferò

Implus ke otakò

Presepsi nyeriò

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Gangguan rasa

nyaman : nyeri

3 DS :

- klien mengatakan nafsu

makan berkurang saat

dirawat di RS, klien

hanya makan 1-2 sendok

makan.

DO :

- BB sebelum sakit : 35 kg

BB saat sakit 27 kg TB :

Pembedahan apendektomiò

Kurangnya informasi tentang nutrisi pada anak dan cara

penyajiannyaò

Menu makanan kurang menarik

òAnak tidak nafsu makan

(anoreksia)ò

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

32

Page 33: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

125 cm

- Kebutuhan nutrisi An. A

berada pada garis di

bawah/< - 2 dimana <-2

masuk dalam klasifikasi

kurus

4 Ds: -

Do :

- terdapat luka operasi pada

bagian abdomen (panjang

luka insisi 11 cm, tampak

kemerahan disekitar

jahitan, tidak ada pus)

- leukosit 3,4 ribu/µl

Pembedahanò

Luka insisiò

Post de entry

Resiko Infeksi

6. DS: klien mengatakan belum

mandi selama dirawat di RS.

DO :

- Tampak kusam,

- kulit kering, dan

berminyak

- kepala tampak kotor,

bau,

- lidah kotor,

- gigi tampak kotor,

- nafas berbau.

Pembedahan apendektomiò

Luka insisiò

Pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandin, bradikinin, serotonin, dll)

òDitangkap reseptor nyeri

periferò

Implus ke otakò

Presepsi nyeriò

Gangguan rasa nyaman : nyeriò

Gangguan mobilitas fisik

Defisit Perawatan

Diri

5. Ds :

- ibu klien mengatakan

kurang mengetahui

tentang penyakitnya

- klien mengatakan tidak

mengetahui asal muasal

Kurang pengalamanò

Defisiensi pengetahuan

Defisiensi

pengetahuan

33

Page 34: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

penyakitnya.

- Ibu klien mengatakan

ingin mengetahui dan

melaksanakan cara

mencegah terjadinya

appendicitis agar dapat

terhindar dari apendisitis.

-ibu klien mengatakan belum

mengetahui cara merawat

luka klien saat dirumah

-Ibu klien selalu bertanya

bagaimana cara

mengganti balutan.

- Ibu klien mengungkapkan

ketertarikan belajar

membersihkan luka

Do :

- ibu klien selalu bertanya

terhadap proses penyakit

6. Ds :

-Klien mengatakan tidak

merasakan malu dan klien

mengatakan masih

percaya diri dengan

adanya operasi di daerah

abdomennya.

Do:

-Klien tampak rileks

- Kesiapan untuk meningkatkan

konsep diri

3.3 Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

34

Page 35: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengalaman

5. Resiko Infeksi berhubungan dengan post de entry

6. Kesiapan untuk meningkatkan konsep diri

3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan TujuanPerencanaan

Intervensi Rasional

35

Page 36: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringanDitandai dengan :Ds : klien mengatakan :- P : sakit pada bekas luka

operasi terasa bila luka digerakan

- Q : sakit nya seperti ditusuk-tusuk, dan

- R : sakit hanya pada bagian perut pada bagian luka operasi tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain

- S : skala nyeri : 6- T : sakit dapat terjadi pada

pagi, siang, dan malamDo :- Klien tampak

meminimalisir gerakan pada bagian abdomen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam, gangguan rasa nyaman nyeri teratasi, denganKriteria hasil:- Skala nyeri 0-3- Klien tidak tampak

meringis ketika menggerakan bagian perut.

- Klien tidak tampak meminimalisir gerakan pada bagian abdomen

1. Kaji karakteristik dan skala nyeri

2. Atur posisi yang nyaman bagi klien

3. Anjurkan teknik rileksasi dan distraksi

4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi yaitu ketorolac 3 x 20 mg

1. Dengan mengetahui karakteristik nyeri dapat menentukan intervensi berikutnya

2. Posisi dapat mengurangi peregangan pada dinding perut sehingga rasa nyeri berkurang

3. mengurangi peregangan pada dinding perut sehingga rasa nyeri berkurang

4. mengurangi nyeri klien

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksiaDitandai dengan :DS : - klien mengatakan nafsu

makan berkurang saat dirawat di RS, klien hanya makan 1-2 sendok makan.

DO :- BB sebelum sakit : 35 kg

BB saat sakit 27 kg TB : 125 cm

- Kebutuhan nutrisi An. A berada pada garis di bawah/< - 2 dimana <-2 masuk dalam klasifikasi kurus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 1 bulan nutrisi menjadi adekuat dengan kriteria hasil :- Adanya

meningkatan berat badan

- Nafsu makan baik

1. Timbang berat badan klien

2. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien

3. Berikan asupan manakanan yang bergizi

1. Menilai perkembangan masalah klien

2. Meningkatkn pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.

3. Menambah kebutuhan kalori klien

Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilisasiDitandai dengan :DS: klien mengatakan belum mandi selama dirawat di RS.DO :- Tampak kusam, - kulit kering, dan berminyak- kepala tampak kotor, bau,- lidah kotor, - gigi tampak kotor, - nafas berbau.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Masalah defisit perawatan diri teratasi, dengan kriteria hasil :

- Tidak tampak kusam, - kulit lembab- kepala tidak tampak

kotor dan bau,- lidah tidak kotor, - gigi tampak bersih - nafas tidakberbau.

1. Kaji membran mukosa dan kebersihan tubuh

2. Ajarkan keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan higiene oral

3. Fasilitasi pasien menyikat gigi

4. Bantuan perawatan diri (mandi)

1. Menganalisis data untuk intervensi yang akan diberikan

2. Pemeliharaan dan promosi hygiene oral dan kesehatan gigi untuk pasien yang berisiko mengalami lesi mulut atau gigi

3. Membantu hygiene oral klien.

4. Membersihkan tubuh yang berguna untuk rileksasi,

36

Page 37: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

kebersihan, dan penyembuhan.

Resiko Infeksi berhubungan dengan post de entry.Ditandai dengan :Ds: -Do :- terdapat luka operasi pada

bagian abdomen (panjang luka insisi 11 cm, tampak kemerahan disekitar jahitan, tidak ada pus)

- leukosit 3,4 ribu/µl

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tidak terjadi infeksi pada klien. Kriteria hasil:

- Ttv /TD:110/70, N: 80, RR : 24, S:36

- Luka operasi tidak ada tanda-tanda infeksi

1. Awasi tanda vital.2. Lakukan pencucian

tangan yang baik dan perawatn luka aseptic.

3. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.

4. Berikan informasi yang tepat dan jujur pada pasien

5. Berikan antibiotik ceftazidime 3 x 500 mg via i.v , metronidazol 2 x 250 cc drip.

1. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.

2. Berikan perawatan paripurna

3. Menentukan penanganan selanjutnya

4. Tingkat pemahaman yang ditunjukan mengenai informasi yang diperlukan untuk memperoleh dan memelihara kesehatan yang optimal

5. Menurunkan resiko penyebaran bakteri. Memberikan deteksi dini terjainya proses infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengalamanDitandai dengan:Ds:- ibu klien mengatakan

kurang mengetahui tentang penyakitnya

- klien mengatakan tidak mengetahui asal muasal penyakitnya.

- Ibu klien mengatakan ingin mengetahui dan melaksanakan cara mencegah terjadinya appendicitis agar dapat terhindar dari apendisitis.

- ibu klien mengatakan belum mengetahui cara merawat luka klien saat dirumah

- Ibu klien selalu bertanya bagaimana cara mengganti

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien dan keluarga dapat mengidentifikasikebutuhan terhadap informasi tambahan mengenai perilaku promosi kesehatan atau program terapi terjadi infeksi pada klien. Dengan kriteria hasil: - Klien dapat

menjawab 3 dari 5 pertanyaan yang diajukan

1. Berikan edukasi kesehatan tentang penyakit apendisitis dan perawatan luka

2. Berikan panduan system kesehatan

3. Pelindungan infeksi

1. Mengembangkan dan memberikan bimbingan dan pengalaman belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara sadar prilaku yang kondusif untuk kesehatan individu dan keluarga

2. Memfasilitasi lokasi pasien dan penggunaan layanan kesehatan yangsesuai

3. Mencegah dan melakukan deteksi dini infeksi pada pasienberesiko

37

Page 38: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

balutan.- Ibu klien mengungkapkan

ketertarikan belajar membersihkan luka

Do :

- ibu klien selalu bertanya terhadap proses penyaki

Kesiapanuntuk meningkatkan konsep diriDitandai dengan:Ds : - Klien mengatakan tidak

merasakan malu dan klien mengatakan masih percaya diri dengan adanya operasi di daerah abdomennya.

Do: - Klien tampak rileks

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien dan keluarga dapat menujukan menujukan penghargaan diri yang realistisdengan kriteria hasil:

- Mengungkapkan keinginan untuk menigkatkan konsep diri

- Mengungkapkan perasaan positif tentang tubuh, diri, kemampuan dan performa peran

1. Lakukan peningkatan citra tubuh

2. Peningkatan kesadaran diri

3. Peningkatan harga diri

1. Meningkatkan sikap danpresepsi sadar dan tidak sadar pasien tentang tubuhnya

2. Membantu pasien menggali dan memahami gagsan, perasaan, motivasi dan perilakunyan

3. Membantu pasien meningkatkan penilaian personal tetang harga diri.

3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

38

Page 39: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

No. Dx

Waktu Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

1 10.15

10.35

1. mengkaji karakteristik dan skala nyerief : P : sakit pada bekas luka operasi terasa bila luka digerakanQ : sakit nya seperti ditusuk-tusuk, dan R : sakit hanya pada bagian perut pada bagian luka operasi tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainS : skala nyeri : 6T : sakit dapat terjadi pada pagi, siang, dan malam

2. mengajarkan teknik rileksasi dan distraksi nafas dalamef : klien mengikuti interuksi yang diberikan perawat.

10.50 S: - klien mengatakan nyeri

berkurang O : - Klien tampak meringis ketika

luka post operasi tersenggol bagian perut.

- Skala nyeri 5- Klien tampak

meminimalisir gerakan pada bagian abdomen

A: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi 1,3,4

2 11.15 1. menjelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klienEf: ibu klien mau mengikuti saran perawat

11.47 S : ibu klien mengatakan mau mengikuti saran dari perawatO :

- BB : 27 kg- TB : 125 cm- <-2 SD

A : Masalah belum teratasiP : lanjutkan intervensi

3 10.20

10.45

13.20

10.50

1. mengkaji membran mukosa dan kebersihan tubuhef : kulit lengket, tampak berdaki, gigi kotor, mulut berbau

2. mengajarkan keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan higiene oralef : ibu klien menyimak apa yang disampaikan perawat.

3. memfasilitasi pasien menyikat gigief : gigi bersih, nafas tidak berbau

4. mengajarkan keluarga serta memfasilitasi untuk memandikan klien.ef : tubuh klien bersih, tidak lengket, ibu menyimak apa yang diajarkan perawat.

10.15 S: klien mengatakan :- lebih segar dan wangiO :- Tidak tampak kusam, - kulit lembab- lidah tidak kotor, - gigi tampak bersih nafas tidak berbau.A: masalah teratasiP: stop intervensi

4 08.10

12.00

11.55

1. Memeriksa tanda-tanda vitalEf : TD : 100/70, RR: 32 x/menit,

HR: 90 x/menit, S: 36

2. Mengganti balutan luka.Ef : klien meringis kesakitan ketika dilakukan perawatan luka.

3. melihat insisi dan balutan. Ef : luka tampak sudah kemerahan di sekitar jahitan, kering, tidak ada pus,

12.15 S :-O:- TD : 90/60, RR: 32 x/menit,

HR: 90 x/menit, S: 36

- Leukosit : 5,4 ribu/dl- luka operasi (panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pus)A: masalah teratasi sebagian

39

Page 40: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

08.36

4. memberikan obat antibiotik ceftazidime 500 mg dan metronidazol 250 mg.

Ef : tidak ada tanda-tanda alergi, obat diberikan melalui bolus.

P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4

3.6 Catatan Perkembangan

Tgl 13 Februari 2015

Home visit

No. Dx Waktu Catatan Perkembangan Paraf

1 15.00

15.05

15.10

15.20

S: - Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas seperti biasanya

namun klien masih takut untuk bergerak aktif pada daerah perut atau yang menggunakan pergerakan perut

O : - Klien tampak meringis ketika menggerakan bagian perut.- Klien tampak meminimalisir gerakan pada bagian abdomen- Skala nyeri : 6

A:Nyeri masih dirasakan klien meski berkurang sehingga intervensi tetap dilakukanP: lanjut intervensi

1.Kaji karakteristik dan skala nyeri3.Anjurkan teknik rileksasi dan distraksi4.Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

I: 1. Mengkaji skala nyeri

ef : skala nyeri 53.Mengajarkan teknik rileksasi dan distraksi

ef : klien mengikuti interuksi yang diberikan perawat.

E: - Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas seperti biasanya

namun klien masih takut untuk bergerak aktif pada daerah perut atau yang menggunakan pergerakan perut, Klien tampak meringis ketika menggerakan bagian perut, Klien tampak meminimalisir gerakan pada bagian abdomen, Skala nyeri : 6

Sella mentari

2 15.25 S : ibu klien mengatakan An. K makan dengan porsi sedikitO :

- BB : 27 kg- TB : 125 cm- <-2 SD

A : status gizi masih kurangP : lanjut intervensi

1. Timbang berat badan klien2. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi,

kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien

3. Berikan asupan makanan yang bergizi

Sella mentari

40

Page 41: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

15.30

15.35

I :1. Menimbang berat badan

Ef : BB 27 kg TB: 125cm LKA: 50cm LTA: 40cm2. Memberikan penyuluhan tentang nutrisi yang baik

Ef: klien mengatakan mau makan makanan yan dianjurkan E: BB : 15 kg, TB : 103 cm, <-2 SD

416.00

16.05

16.10

16.12

16.15

16.20

S :-O:

- TD : 100/70, RR: 32 x/menit, HR: 90 x/menit, S: 36

- Terdapat luka operasi dengan panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pusA: masalah teratasi sebagianP: lanjut intervensi

1. Awasi tanda vital2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka

aseptic.3. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka,

adanya eritema.4. Berikan antibiotik ceftazidime 3 x 500 mg, metronidazol 2

x 250 cc drip.I :

1. Memeriksa tanda-tanda vitalEf : TD : 90/60, RR: 26 x/menit, HR: 80 x/menit, S: 36,3 ⁰C

2. Mengganti balutan luka Ef : klien meringis kesakitan ketika dilakukan perawatan luka.

3. melihat insisi dan balutan. Ef : tidak terdapat rubor dan dolor, tidak ada pus,

4. memberikan obat antibiotik Ef : tidak ada tanda-tanda alergi, obat diminum secara oral

E:

TD : 90/60, RR: 26 x/menit, HR: 80 x/menit, S: 36,3 ,

Terdapat luka operasi dengan panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pus

Sella mentari

5. 15.45

15.48

S: ibu klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit appendicitis, ibu klien mengatakan belum mengetahui cara merawat luka dengan baik O :

- ibu klien selalu bertanya tentang apa itu appendisitis dan bagaimana cara menangani penyakit appendiks

A:Masalah belum teratasiP:

1. Berikan edukasi kesehatan tentang penyakit apendisitis dan perawatan luka

2. Berikan panduan system kesehatan 3. Pelindungan infeksi

I :1. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit

apendisitis dan perawatan post operasi apendektomiEf :klien dan keluaga mengetahui apa itu appendicitis,

41

Page 42: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

15.50

15.53

16.00

penyebab terjadinya appendicitis, dan cara penanganannya.

2. Memberikan panduan system pelayanan kesehatan apabila terjadi masalah keehatan Ef : klien tahu pelayanannkesehatan yang harus dikunjungi saat terjadi masalah kesehatan

3. Memberikan perlindungan infeksi dengan cara memberikan adukasi cuci tangan yangbenar.Ef : klien memahami cara mencuci tangan dengan benar

E: klien dan keluaga mengetahui apa itu appendicitis, penyebab terjadinya appendicitis, dan cara penanganannya, klien tahu pelayanannkesehatan yang harus dikunjungi saat terjadi masalah kesehatan, klien memahami cara mencuci tangan dengan benar

Tanggal 14 Februari 2015

Home visit

No. Dx Waktu Catatan Perkembangan Paraf1

15.00

15.05

15.10

15.15

S: - klien mengatakan masi takut untuk menggerakan perut

O : - Klien tampak meringis ketika menggerakan bagian perut.- Klien tampak meminimalisir gerakan pada bagian

abdomen- Skala nyeri : 5

A: nyeri masih dirasakan klien meski berkurang sehingga intervensi tetap dilakukan

P: lanjut intervensi1. Kaji karakteristik dan skala nyeri2. Atur posisi yang nyaman bagi klien3. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi yaitu

ketorolac 3 x 20 mg I:

1. Mengkaji skala nyerief : skala nyeri 4

2. Mengatur posisi yang nyaman bagi klienef : posisi klien supine

E: Ibu klien mengatakan klien mau menggerakan badannya meski masih perlahan, klien tidak tampak meringis ketika menggerakan bagian perut, klien tampak meminimalisir gerakan pada bagian abdomen, Skala nyeri : 3

2 15.16 S :ibu klien mengatakan klien mau makan banyak hari iniO :

- Klien tampak meghabiskan 1 porsi makanan- BB : 27 kg- TB : 125 cm- <-2 SD

A : masalah teratasi sebagian P :

2. Timbang BB klien3. Berikan asupan makanan yang bergizi

I :

42

4

Page 43: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

15.18

15.20

15.29

1. Menimbang berat badan klienEf : BB 27,3 Kg

2. Memberikan asupan makanan yang bergizi pada klien Ef : klien habiskan 1 porsi makanan

E: BB : 27,3 kg, TB : 125 cm, <-2 SD4

15.40

15.43

15.47

15.55

16.00

S :-O:

- TTV/ TD: 100/80, RR: 26 x/menit, HR: 82 x/menit, S: 36,3 ⁰C

- Terdapat luka operasi dengan panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pus

A: masalah teratasi sebagianP: masalah teratasi

1. Awasi tanda vital2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan

luka aseptic.3. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase

luka, adanya eritema.4. Berikan antibiotik

I :1. Memeriksa tanda-tanda vital

Ef : TTV/ TD: 100/80, RR: 26 x/menit, HR: 82 x/menit, S: 36,3 ⁰C

2. Mengganti balutan luka.Ef : klien meringis kesakitan ketika dilakukan perawatan luka.

3. melihat insisi dan balutan. Ef : luka tampak sudah kering, tidak ada pus, tidak ada tanda tanda infeksi, luka tampak bersih

E:

TD : 100/80, RR: 26 x/menit, HR: 82 x/menit, S: 36,3 ,

Terdapat luka operasi dengan panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pus,

5.

15.45

S: ibu klien mengetahui apa itu apendisiti, tanda gejala dari apendisitis, dan cara penangan dari apendisitis O :

- ibu klien dank lien menjawap 4 dari 5 pertanyaan tentang apendisitis

A:Masalah teratasi P: Stop intervensi

6 15.50 S: - Klien mengatakan tidak merasakan malu dan klien mengatakan masih percaya diri dengan adanya operasi di daerah abdomennya O :

- Klien tampak rileksA:

P: 1. Lakukan peningkatan citra tubuh 2. Peningkatan kesadaran diri 3. Peningkatan harga diri

I :

43

Page 44: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

16.10

16.20

16.40

16.45

1. Memantau pernyataan pasien tentang harga diri, tentukan kepercayaan diri pasien terhadap penilaian sendiri .Ef : klien tampak percaya diri

2. Dorong pasien menerima tantangan baruEf: klien tidak malu dengan teman bermainnya

3. Gali pencapaian sebelumnya dan memberikan penghargaan atau pujian kemajuan pasien kearah pencapaian tujuanEf: , klien tidak minder dengan adanya luka post operasi pada daerah abdomen

E: klien tampak percaya diri, klien tidak malu dengan teman bermainnya, klien tidak minder dengan adanya luka post operasi pada daerah abdomen

16 Februari 2015

Home visit

Pada tgl 15 Februari tidak dapat dilakukan home visit karena klien pergi

berekreasi bersama keluarga, sehingga dilanjutkan kembali home visit pada hari

berikutnya.

No. Dx Waktu Catatan Perkembangan Paraf1

15.00

S: - klien mengatakan nyeri berkurang

O : - Skala nyeri : 3

A: masalah teratasi sebagianP: stop intervensi

2 15.05

15.10

15.15

S : ibu klien mengatakan klien mau makan banyak hari ini, nafsu makan baikO :

- Klien tampak meghabiskan 1 porsi makanan- BB : 27,5 kg- TB : 125 cm

A : masalah teratasi sebagian P :

1. Timbang BB klien2. Berikan asupan makanan yang bergizi

I :1. Menimbang berat badan klien

Ef : BB 27,5 Kg2. Pertahankan pemberian asupan nutrisi yang adekuat

Ef : klien habiskan 1 porsi makananE: BB : 27,5 kg, TB : 125 cm,

4

15.20

S :-O:

- TTV/ TD: 100/80, RR: 26 x/menit, HR: 82 x/menit, S: 36,3 ⁰C

- Terdapat luka operasi dengan panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pus, luka jahitan kering

A: masalah teratasi

44

Page 45: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

P: stop intervensi6

15.40

S: - Klien mengatakan tidak merasakan malu dan klien mengatakan percaya diri dengan adanya operasi di daerah abdomennya O :

- Klien tampak rileksA: masalah teratasi

P: stop intervensi

45

Page 46: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada an. K di Ruang

Kemuning Bawah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada tanggal

11 Februari 2015, penulis mendapatkan hasil dari mulai pengkajian sampai

dengan pelaksanaan.

Pada pengkajian An. K lahir pada tanggal 18 Agustus 2004, jenis

kelamin perempuan dengan diagnosa medis post ependektomi pada hari 7,

didapatkan hasil pengkajian pada tanggal 11 Februari 2015 yaitu keluhan

utama Klien mengatakan nyeri pada bagian berkas operasi. Ibu klien

mengatakan klien mengalami nyeri di bagian perut kanan bawah sejak 3

minggu SMRS disertai muntah yang tak kunjung berhenti. Lalu klien di

bawa kerumah sakit RSU Kabupaten Tangerang, di rumah sakit, klien di

rontgen dan didapatkan hasil apendisitis.

Tanda-tanda dari terjadinya apendiksitis yang dialami oleh An. K

sesuai dengan teori manisfestasi klinik dari terjadinya apendisttis yaitu

sakit-kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah

dengan intensitas nyeri tertinggi pada titik Mc.Burney (yang terletak di

pertengahan antara krista iliaka anterior-superior kanan dan umbilikus),

Anoreksia, mual, muntah (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak

yang lebih besar), demam- demam ringan di awal penyakit, dapat meningkat

tajam pada peritonitis, nyeri lepas, bising usus menurun atau tidak ada sama

sekali, konstipasi, diare (sedikit, berair), dan kesulitan berjalan atau

bergerak (Bets, Cecily L & Sowden, Linda A, 2009).

Asuhan keperawatan terdiri dari analisa data, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi. Analisa data diperoleh dari hasil

46

Page 47: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

pengkajian yang kemudian akan disesuaikan berdasarkan data fokus

sehingga muncul diagnosa keperawatan. Setelah diagnosa ditetapkan,

rencana asuhan keperawatan dibuat kemudian dilakukan tindakan ke pasien

sesuai dengan kebutuhan. Setelah tindakan dilakukan, penulis melakukan

penilaian akhir untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Masing-masing

hal tersebut akan dibahas dibawah ini sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang muncul pada An. K, yaitu:

4.1.1 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan

beberapa data subjektif, yaitu klien mengatakan : sakit pada bekas

luka operasi terasa bila luka digerakan, dengan kualitas sakit nya

seperti ditusuk-tusuk, dan daerah sakit hanya pada bagian perut pada

bagian luka operasi tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain, dengan

skala nyeri : 6 (sedang), nyeri pada terjadi pada pagi, siang, dan

malam. Sedangkan data Objektif yan ditemui yaitu Klien tampak

meminimalisir gerakan pada bagian abdomen.

Rencana asuhan keperawatan yang dibuat untuk An. K dengan

diagnosa Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan

diskontinuitas jaringan adalah, Kaji karakteristik dan skala nyeri, atur

posisi yang nyaman bagi klien, anjurkan teknik rileksasi dan distraksi,

kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi yaitu ketorolac 3 x 20

mg (NANDA, 2013).

Tindakan keperawatannya yaitu, mengkaji karakteristik dan

skala nyeri. Mengajarkan teknik rileksasi dan distraksi nafas dalam

dan distraksi dengan bermain game di hp. Implementasi tersebut

dilakukan dengan tujuan agar gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Berdasarkan salah satu tindakan yang dilakukan oleh penulis

pada An. K yaitu dengan memberikan terapi distraksi dan relaksasi

nafas dalam. Dalam jurnal surgical removal of the appendix. Untuk

terapi non farmakologis untuk mengatasi rasa nyeri yang dilakukan

47

Page 48: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

yaitu dengan cara distraction (pengalihan) dengan cara mengalihkan

rasa nyeri dengan mendengarkan music,bermain game atau dengan

aktivitas. Cara ini efektif dilakukan kepada anak-anak. Menurut

penelitian Zees (2012), mengenai terapi relaksasi terhadap respon

nyeri pada pasien apendektomi di Ruang G2 lantai II kelas III BLUD

RSU Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Quasi eksperimen

dengan menggunakan uji statistik "t-test" pada 30 pasien apendektomi

yang dirawat pada hari kedua dan ketiga dengan accidental sampling

menunjukkan bahwa ada pengaruh tehnik relaksasi terhadap respon

adaptasi nyeri pada pasien tersebut. Penerapan tehnik relaksasi untuk

menurunkan nyeri pada pasien post appendectomy perlu ditingkatkan

oleh perawat pelaksana (Zees, 2012). Sesuai jurnal ini penulis

melakukannya kepada pasien untuk mengurangi rasa nyeri pada klien

sesuai dengan diagnose gangguan rasa nyaman nyeri. Pada evaluasi

keperawatannya yaitu masalah teratasi dengan hasil, klien mengatakan

nyeri berkurang , Skala nyeri yang dirasa 3 (ringan), masalah teratasi

dan intervensi dapat dihentikan.

4.1.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan

beberapa data sebjektif dan data objektif, yaitu klien mengatakan nafsu

makan berkurang saat dirawat di RS, klien hanya makan 1-2 sendok

makan.Data objjektif : BB sebelum sakit : 35 kg BB saat sakit 27 kg

TB : 125 cmKebutuhan nutrisi An. K berada pada garis di bawah/< - 2

dimana <-2 masuk dalam klasifikasi kurus.

Pada Teori Wong tidak disebutkan diagnosa keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di diagnosa

klien pasca operasi apendisitis, hal ini dikarenakan klien sudah

mengalami gangguan ini sebelum di bawa ke Rumah Sakit, sehingga

diagnosa ini tetap dimunculkan karena terjadinya penurunan berat

badan yang sangat signifikan dalam waktu 3 minggu, dengan berat

48

Page 49: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

badan An. K sebelumnya adalah 35 kg, dan selam asakit berat badan

An. K menjadi 27 kg. hal ini sudah terbukti berdasarkan bagan Berat

badan menurut tinggi badan anak perempuan usia 2 – 5 tahun pada

buku bagan MTBS didapatkan An. K berada pada garis di bawah/< - 2

dimana <-2 masuk dalam klasifikasi kurus. Dari hal tersebut maka

penulis mengangkat diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan Timbang

berat badan klien, jelaskan kepada keluarga tentang penyebab

malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan

makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan

ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien, berikan asupan

manakanan yang bergizi (NANDA 2013).

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah menjelaskan

kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi

pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,

tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial

ekonomi klien. Ef: ibu klien mau mengikuti saran perawat.

Memberikan diiet sesai kebutuhan :Ef: klien mendapatkan diit nasi,

sayur dan pauk.

Dari hasil evaluasi pada diagnosa kedua ditemukan data

subjejktif dan objektif yaitu : ibu klien mengatakan klien mau makan

banyak hari ini, nafsu makan baik. Data objektif yang didapat klien

tampak meghabiskan 1 porsi makanan, BB : 27,5 kg, TB : 125 cm.

masalah ini teratasi sebagian sehingga penulis tetap menganjurkan ibu

klien untuk mempertahankan asupan nutrisi yang baik.

4.1.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik.

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan

beberapa data objektif dan subjektif, yaitu: klien mengatakan belum

mandi selama dirawat di RS, dan data objektif: Tampak kusam, kulit

49

Page 50: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

kering, dan berminyak, kepala tampak kotor, bau, lidah kotor, gigi

tampak kotor.nafas berbau.

Damayanti (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Efektifitas

Tindakan Personal Hygiene Terhadap Tingkat Kepuasaan Pasien

Imobilisasi di RS Mardi Rahayu Kudus menyebutkan bahwa pasien

imobilisasi memerlukan bantuan orang lain dalam memenuhi

kebutuhan fisiknya, termasuk dalam hal perawatan diri atau personal

hygiene Perawat dalam memberikan pelayanan personal hygiene harus

mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai dapat memuaskan

pasien. Oleh sebab itu informasi kepuasan pasien mutlak untuk

diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas

tindakan personal hygiene terhadap tingkat kepuasan pasien imobilisasi

serta mengidentifikasi perbedaan tingkat kepuasaan pasien imobilisasi

di Rumah Sakit Mardi Rahayu.

Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu, Kaji

membran mukosa dan kebersihan tubuh, ajarkan keluarga penggunaan

metode alternatif untuk mandi dan higiene oral, fasilitasi pasien

menyikat gigi, bantuan perawatan diri (mandi) (NANDA, 2013).

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji

membran mukosa dan kebersihan tubuh dengan ef : kulit lengket,

tampak berdaki, gigi kotor, mulut berbau. Mengajarkan keluarga

penggunaan metode alternatif untuk mandi dan higiene oral, dengan

ef : ibu klien menyimak apa yang disampaikan perawat. Memfasilitasi

pasien menyikat gigi dengan ef : gigi bersih, nafas tidak

berbau.Mengajarkan keluarga serta memfasilitasi untuk memandikan

klien, dengan ef : tubuh klien bersih, tidak lengket, ibu menyimak apa

yang diajarkan perawat

Hasil evaluasi yang didapat data subjektif klien mengatakan

lebih segar dan wangi. Data subjektif yang didapat klien tidak tampak

kusam, kulit lembab, lidah tidak kotor, gigi tampak bersih, nafas tidak

berbau. Masalah ini teratasi sehingga dapat menghentikan intevensi.

50

Page 51: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

4.1.4 Resiko Infeksi berhubungan dengan post de entry

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan

beberapa data objektif, yaitu: terdapat luka operasi pada bagian

abdomen (panjang luka insisi 11 cm, tampak kemerahan disekitar

jahitan, tidak ada pus) leukosit 3,4 ribu/µl.

Sesuai dengan teori Ting, dkk (2010) bahwa penyembuhan luka

terbagi menjadi 4 fase, fase kedua yaitu fase inflamasi dimana proses

ini terjadi pada hari 2-4, fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional

yaitu menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan

mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini

platelet yang membentuk klot hematom mengalami degranulasi,

melepaskan faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor

(PDGF) dan transforming growth factor ß(βTGF), granulocyte colony

stimulating factor (G-CSF), C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit

bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang

mengawali proses penutupan luka. Karena merupakan hari ketiga post

operasi maka fase inflamasi adalah fase yang tepat yang saat ini

dirasakan klien dan telah sesuai dengan penyembuhan luka yang

dialami klien.

Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu, Awasi

tanda vital. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka

aseptic. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka,

adanya eritema. Berikan informasi yang tepat dan jujur pada pasien

(NANDA, 2013).

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memeriksa

tanda-tanda vital dengan Ef : TD : 100/70, RR: 32 x/menit, HR: 90

x/menit, S: 36 . Mengganti balutan luka dengan Ef : klien meringis

kesakitan ketika dilakukan perawatan luka. Melihat insisi dan balutan.

Dengan Ef : luka tampak sudah kemerahan di sekitar jahitan, kering,

tidak ada pus. Memberikan obat antibiotik ceftazidime 500 mg dan

metronidazol 250 mg dengan Ef : tidak ada tanda-tanda alergi, obat

diberikan melalui bolus.

51

Page 52: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Hasil evaluasi yang didapat data objektif TTV/ TD: 100/80, RR:

26 x/menit, HR: 82 x/menit, S: 36,3 ⁰C, Terdapat luka operasi dengan

panjang luka insisi 11 cm, tampak bersih, tidak ada pus, luka jahitan

kering. Masalah teratasi sehingga intervensi dapat dihentikan.

4.1.5 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengalaman

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan

beberapa data subjektif dan objektif, yaitu: ibu klien mengatakan

kurang mengetahui tentang penyakitnya, klien mengatakan tidak

mengetahui asal muasal penyakitnya, Ibu klien mengatakan ingin

mengetahui dan melaksanakan cara mencegah terjadinya appendicitis

agar dapat terhindar dari apendisitis, ibu klien mengatakan belum

mengetahui cara merawat luka klien saat dirumah, Ibu klien selalu

bertanya bagaimana cara mengganti balutan, Ibu klien mengungkapkan

ketertarikan belajar membersihkan luka dan data objektif : ibu klien

selalu bertanya terhadap proses penyakit.

Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu, Berikan

edukasi kesehatan tentang penyakit apendisitis dan perawatan luka,

Berikan panduan system kesehatan, Pelindungan infeksi (NANDA,

2013).

Pada diagnose kelima yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan Kurang pengalaman dilakukan implementasi sesuai dengan

NANDA (2013). Penulis Memberikan penyuluhan kesehatan tentang

penyakit apendisitis dan perawatan post operasi apendektomi pada

tanggal 13 Februari sesuai dengan kontrak yang telah dibuat

sebelumnya dengan klien dan keluarga. Penyuluhan ini dilakukan di

rumah klien. Setelah dilakukan penyuluhan tentang apendisitis.

Penulisa juga memberikan panduan system pelayanan kesehatan

apabila terjadi masalah kesehatan dengan harapan abaila ada keluarga

yang sakit dapat segera ditangani. Kemudian memberikan perlindungan

infeksi dengan cara memberikan adukasi cuci tangan yang benar.

52

Page 53: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Hasil evaluasi yang didapat data Subjektif: ibu klien mengetahui

apa itu apendisiti, tanda gejala dari apendisitis, dan cara penangan dari

apendisitis, dan data objektif, ibu klien dank lien menjawap 4 dari 5

pertanyaan tentang apendisitis dengan demikian masalah terartasi dan

intervensi dapat dihentikan.

4.1.6 Kesiapan untuk meningkatkan konsep diri

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian ditemukan

beberapa data subjektif dan objektif, yaitu: Klien mengatakan tidak

merasakan malu dan klien mengatakan masih percaya diri dengan

adanya operasi di daerah abdomennya. Dan data objektif yang didapat,

klien tampak rileks.

Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu,

Lakukan peningkatan citra tubuh. Peningkatan kesadaran diri.

Peningkatan harga diri (NANDA, 2013)

Pada diagnose yang ke enam kesiapan untuk meningkatkan

konsep diri diagnose sejahtera ini ditegakkan untuk meningkatkan

konsep diri pada klien sesuai dengan NANDA 2013. Intervensi untuk

diagnose ini dilakukan pada tanggal 14 Februari 2015 dengan

melakukan Memantau pernyataan pasien tentang harga diri,

menentukan kepercayaan diri pasien terhadap penilaian sendiri dan dari

hasil pemantauanklien tampak percaya diri, kemudian penulis

memberikan dorongan yang positif pada pasien dan terlihat hasil

evaluasinyaklien tidak malu dengan teman bermainnya, lalu gali

pencapaian sebelumnya dan memberikan penghargaan atau pujian

kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan dan hasil evaluasi klien

tidak minder dengan adanya luka post operasi pada daerah abdomen.

Pada pertemuan berikutnya intervensi dihentikan.

Dalam proses menyelesaikan asuhan keperawatan ini tidak

mengalami hambatan dalam melakukan intervensi karena klien dan

keluarga klien sangat kooperatif dan mau melakukan peningkatan

kesejahteraan yang disarankan oleh penulis.

53

Page 54: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pada An. K didapatkan pengakajian data fokus sebagai berikut yaitu

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tidak simetris,

distensi abdomen, terdapat luka operasi (panjang luka insisi 11 cm,

tampak bersih, tidak ada pus), tampak meringis ketika menggerakan

bagian perut, klien tampak meminimalisir gerakan pada bagian

abdomen. Pada ekstremitas didapatkan data pergerakan kurang aktif,

kekuatan otot tangan ka/ki : 4/4, tungkai ka/ki : 4/4. Data yang

didapatkan sesuai dengan teori Siahaan (2009) dan Jensen (2011)

perihal kondisi pasca operasi yang telah dijabarkan pada

pembahasan.

5.1.2. Setelah data terkumpul ditemukan enam masalah atau diagnosa yang

terjadi yaitu Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan

diskontinuitas jaringan, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, defisit perawatan

diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik, resiko Infeksi

berhubungan dengan post de entry, defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan Kurang pengalaman, kesiapan untuk

meningkatkan konsep diri. Diagnosa nutrisi tidak terdapat dalam

Wong (2008) namun tetap diangkat karena kondisi klien yang sudah

masuk klasifikasi kurus dalam MTBS sebelum dirawat di Rumah

Sakit.

54

Page 55: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

5.1.2 Kemudian intervensi direncanakan, setelah itu melaksanakan semua

intervensi yang sudah direncanakan yaitu memantau tanda-tanda

vital An. K, melakukan teknik rileksasi dan nafas dalam, lalu

memandikan klien, selanjutnya memberikan obat via i.v, serta

dilakukan perawatan luka.

5.1.4 Pada tahap implementasi tidak mengalami hambatan karena keluarga

klien dank lien sangat kooperatif, sehingga seluruh implementasi

dapat dilakukan dengan baik.

5.1.5 Pada evaluasi untuk keempat diagnosa belum teratasi. Pengkajian

yang telah dilakukan pada tanggal 11-02-2015 sampai dengan

dilakukan asuhan keperawatan pada tanggal 16-02-2015, intervensi

sempat terputus karena pada tanggal 15-02-15 tidak dapat dilakuan

home visit karena klien beserta keluarga pergi berrekreasi dengan

keluarga, sehingga intervensi dilanjutkan lagi pada tanggal 16-02-15

di rumah klien.

5.2 Saran

5.2.4 Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan implementasi yang sudah dilakukan secara

nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri, defisit pengetahuan dan resiko

infeksi dapat diterapkan kepada klien selain intervensi yang secara

farmakologi.

5.2.5 Bagi Profesi Keperawatan

Sebaiknya para perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan

yang lebih baik lagi, lebih cermat dalam memberikan asuhan

keperawatan dengan tidak melupakan mengkaji konsep diri pada

seorang anak untuk meningkatkan konsep diri pada seorang anak.

Perubahan yang terjadi pada tubuh anak dapat mempengaruhi konsep

diri pada seorang anak, serta mampu menjalin kerjasama dengan

pasien dan keluarga pasien.

55

Page 56: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman, K. (2000). Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC

Bets, Cecily L & Sowden, Linda A. (2009). Buku saku keperawatan pedriatric.

Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:

EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006

BPS Statistik Indonesia. (2010). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20 Lansia .pdf . Tanggal 12Februari

2015.

Doengoes, M,E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Damayanti. (2008).Efektifitas Tindakan Personal Hygiene Terhadap Tingkat

Kepuasaan Pasien Imobilisasi di RS Mardi Rahayu Kudus.

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CD8

QFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id

%2F10597%2F1%2Fartikel.doc&ei=CKO5VLbiNcrc8AX0hICwDA&usg=

AFQjCNFIqQ2pmyeOFGj3r3kxzl4E8n-

OPg&sig2=OW_a9q1fftnDSZteCYeP8A&bvm=bv.83829542,d.dGc.

Diunduh pada tanggal 12 Februari 2015, pukul 06.30 WIB

Fida dan Maya. (2012).Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika.

Masoenjer, dkk (2002).Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: TIM

Nanda (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 9. Jalarta : EGC

56

Page 57: asuhankeperawatan Apendiktomi e.c apendiksitis  pada anak

Santacroce, R & Craig, S. (2006).

Appendicitis.http://www.emedicine.com/topic41.diunduh pada tanggal 12

Februari 2015

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Wong, Donna L (2008).Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik Wong.Edisi 6.Jakarta:

EGC

Yatim, Faisal. (2010). 30 Gangguan Kesehatan Anak Pada Usia Sekolah. Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

Zees, Rini S. (2012). Pengaruh Tehnik Rileksasi Terhadap Respon Adaptasi Nyeri

Pada Pasien Apendektomi di Ruang G2 Lantai II Kelas III Blud RSU

PROF. DR. H. Aloei Kota Gorontalo. Vol 5(3). Diunduh pada tanggal11

Februari 2015.

/

57