asuhankeperawatan anak dengan demam typhoid

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Demam Typhoid (Enteric Fever) adalah “penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran” (Nursalam , 2005 ). Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Hidayat,2006 ). Demam Thypoid yaitu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam 9

Upload: share-keperawatan

Post on 08-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

AsuhanKeperawatan Klien Anak Dengan Demam Typhoid, untuk lebih lengkap, kunjungi : http://sharekeperawatan.blogspot.com/2015/10/asuhan-keperawatan-anak-dengan-demam.html

TRANSCRIPT

Page 1: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Demam Typhoid (Enteric Fever) adalah “penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang

lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan

kesadaran” (Nursalam , 2005 ).

Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1

minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran

(Hidayat,2006 ).

Demam Thypoid yaitu penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan

pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta, 2000).

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

demam thypoid merupakan penyakit yang di sebabkan oleh salmonella

thyposa dan menyerang saluran pencernaan khususnya di usus halus.

2. Anatomi Fisiologi Usus Halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira dua setengah meter

panjangnya dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, enam

9

Page 2: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

10

meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah kehilangan tonusnya.

Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo kolika, tempat

bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilicus

dan dikelilingi usus besar.

a. Bagian-bagian dari usus halus :

1) Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25

cm, berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi pancreas.

Saluran empedu dan saluran pancreas masuk kedalam duodenum pada

suatu lubang disebut ampula hepatopankreatika atau ampula vetari 10

cm dari pylorus.

2) Yeyunum menempati dua perlima sebelah atas dari usus halus yang

selebihnya.

3) Ileum menempati tiga perlima akhir

Gambar 2.1 Struktur Usus Halus

Page 3: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

11

b. Struktur dinding usus halus terdiri atas empat lapisan:

1) Dinding lapisan luar adalah membrane serosa, yaitu peritoneum

yang membalut usus dengan erat.

2) Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapis serabut ; serabut luar

terdiri atas serabut longitudinal dan dibawahnya ada lapisan tebal

terdiri atas serabut sirkuler. Diantara kedua lapisan ini terdapat

pembuluh darah, pembuluh limfe dan flexus saraf.

3) Dinding submukosa terdapat antara otot sirkuler dan lapisan yang

terdalam yang merupakan perbatasannya. Dinding submukosa ini

terdiri atas jaringan areolar dan banyak berisi pembuluh darah, saluran

limfe, kelenjar dan plexus saraf yang disebut plexus Meinsser. Di

dalam duodenum terdapat beberapa kelenjar khas yang dikenal dengan

kelenjar Brunner. Kelenjar-kelenjar ini adalah jenis kelenjar yang

mengeluarkan sekret cairan alkali yang bekerja untuk melindungi

lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam.

4) Dinding mukosa dalam yang meliputi sebelah dalamnya, disusun

berupa kerutan seperti jala, yang disebut valvulae konventes. Lipatan

ini menambah luasnya permukaan sekresi dan absorbsi. Dengan ini

juga dihalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan melalui usus,

dengan demikian memberikan kesempatan lebih lama pada getah

pencerna untuk bekerja tas makanan.

Page 4: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

12

5) Didalam dinding mukosa terdapat berbagai macam sel, termasuk

banyak leukosit. Dimana-mana terdapat beberapa nodula jaringan

limfe, yang disebut kelenjar soliter. Didalam ileum terdapat

kelompok-kelompok nodula itu. Membentuk tumpukan kelenjar peyer

dan dapat berisi 20-30 kelenjar soliter yang panjangnya 1 cm sampai

beberapa senti meter. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi

melindungi dan merupakan tempat peradangan jika terjadi demam

usus ( typhoid ).

c. Fungsi usus halus

Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorbsi khime dari

lambung. Isinya yang cair ( khime) dijalankan oleh serangkaian gerakan

ada istirahat beberapa detik, terdapat juga dua jenis gerakan lain, yaitu :

Gerakan segmental ialah gerakan yang memisahkan beberapa segmen

usus satu dari yang lain. Hal ini memungkinkan isi yang cair ini

sementara bersentuhan dengan dinding usus untuk digesti dan absorpsi.

Gerakan penduluam atau ayunan menyebabkan isi usus bercampur.

Karena kerja berbagai getah pencerna, yaitu ludah, getah lambung,

getah pancreas dan sukus enterikus, maka berbagai bahan bahan makanan

sekarang di sedarhanakan sampai keadanya terakhir sampai keadaanya

terakhir siap untuk di absorpsi. Makanan yang telah dicernakan

mencapai akhir usus halus kecil dalam kira-kira 4 jam. Semua makanan

yang telah dicernakan langsung masuk kedalam pembuluh kapiler darah

Page 5: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

13

di vili dan vena portae di bawah hati untuk mengalami beberapa

perubahan.

3. Etiologi

Etiologi Typus abdominalis adalah Salmonella Typhy, Salmonella

Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B, Salmonella Paratyphi C, penyakit

ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa / Eberthella

Typhosa yang merupakan kuman negative, motil dan tidak menghasulkan

spora. Kuman ini dapat hidup banyak sekali pada suhu tubuh manusia

maupun suhu tubuh yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70= C

maupun oleh antiseptic. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya

menyerang manusia. Salmonella Typhosa mempunyai 3 macan antigen

yaitu :

a) Antigen O = Ohne Hauch = Stomatik antigen (tidak menyerang)

b) Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat

termilabil.

c) Antigen V1 = Kapsul : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman

dan melindungi O antigen terhadap fagositosis.

(Wijaya,2013)

Page 6: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

14

4. Patofisiologi

Bagan 2.1 Patofisiologi Typhoid Abdominalis

Sumber: Nugroho, 2011

Bakteri masuk ke aliran darah sistemik reaksi anafilatoksin;Demam intermiten

PusingLidah kotor

Mulut keringNyeri otot

Hipertermi

Kuman salmonela

Masuk ke saluran pencernaan

Di serap oleh usus halus

System retikoloendotolialReinfeksi ke usus

Typhoid Abdominallis

Page 7: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

15

5. Manisfestasi Klinis

Gejala Klinis demam typoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata – rata 7 – 14 hari.

Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan

yang terlama sampai  30 hari jika infeksi melalui minuman selama masa

inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak

badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat. (Wijaya,2013)

Gejala Klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1) Demam

Pada kasus – kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.

Bersifat febris remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur – angsur meningkat lagi pada sore dan

malam hari. Dalam minggu kedua,penderita terus berada dalam

keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur

turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2) Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan

pecah – pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan

kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan

keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada

perabaan.Biasanya didapatkan konstipasi  akan tetapi mungkin pula

normal bahkan dapat terjadi diare.

Page 8: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

16

3) Gangguan keasadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak

berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Jarang stupor, koma atau

gelisah. Disamping gejala – gejala yang biasanya ditemukan tersebut,

mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota

gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena emboli basil

dalam  kapiler kulit. Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam

kadang – kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin

pula ditemukan epistaksis.

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa

kuman/karier.Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat

menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering

dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan

penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang

dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal

(Samsuridjal, 2003).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah

pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

1) Pemeriksaan leukosit

Page 9: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

17

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam

typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi

kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan

darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang

terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi

sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2) Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam

typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup

kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan

hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a) Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan

laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan

teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan

darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

b) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama

positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-

Page 10: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

18

minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat

positif kembali.

c) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat

menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

d) Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan

obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan

terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

3) Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella

thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat

pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan

pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan

dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka

menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O

(berasal dari tubuh kuman).

Page 11: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

19

b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H

(berasal dari flagel kuman).

c) Aglutinin V1, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi

(berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar

klien menderita typhoid.

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody

terhadap kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila

terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7

hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali

pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan

diagnosa pastidemam typhoid bila hasilnya positif, namun demikian,

bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan typhoid,

karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel

yang tidak mencukupi. maka diagnosis klinis Demam Typhoid

diklasifikasikan atas:

a) Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan

gejala demam, gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air

besar dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum

lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan

dasar.

Page 12: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

20

b) Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir

lengkap, serta didukung oleh gambaran laboraorium yang

menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160

satu kali pemeriksaan).

c) Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan Salmonella Thypi pada

pemeriksaan biakan atau positif Salmonella Thypi pada

pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat

(pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H >

1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Wijaya,2013).

7. Managemen Medik

1. Medis (Setiyohadi dkk, 2006)

a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :

- Klorampenicol

- Amoxicilin

- Kotrimoxasol

- Ceftriaxon

- Cefixim

b. Antipiretik (Menurunkan panas) : Paracetamol

2. Perawatan

- Observasi dan pengobatan

- Pasien harus tirah baring absolute (bedrest) sampai 7 hari

bebas demam atau kurang lebih dari selam 14 hari. Maksud

Page 13: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

21

tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi

perforasi usus.

- Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya

kekuatan pasien.

- Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya

harus diubahss pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari

komplikasi pneumonia dan dekubitus.

- Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-

kadang terjadi konstipasi dan diare.

3. Diet

a) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

b) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim

d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit Typhoid, maka asuhan

keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, perencanaan pemulang yaitu :

Page 14: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

22

1. Pengkajian

Riwayat Keperawatan

Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari,

nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan

kesadaran.

a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal masuk

Rumah Sakit, diagnosa medis, catatan kedatangan, keluarga yang

dapat dihubungi.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien,

sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat

muncul.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

e. Riwayat psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

f. Pola Fungsi kesehatan

Page 15: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

23

1) Pola nutrisi dan metabolisme:

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi

gangguan pada usus halus.

2) Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena

pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang

diare.

g. Riwayat tumbuh kembang

Dapat dikaji mengenai riwayat pertumbuhan yaitu berat badan

sekarang, tinggi badan, lingkar lengan dan pertumbuhan gigi.

Sedangkan riwayat perkembangan meliputi perkembangan anak saat

tengkurap, membalikan badan, duduk tanpa bantuan, belajar berdiri

dengan pegangan, bangun sendiri untuk berdiri, motoric halus,

motorik kasar, bahasa dan kognitif.

Pengkajian tumbuh kembang anak dapat menggunakan DDST

(Denver Develoment Screaning Test) dimana dapat ditemukan bila

terjadi penyimpangan pada usia tertentu / keterlambatan dalam

pertumbuhan dan perkembangan. DDST dapat digunakan bagi anak

usia 0-6 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia 3-4

tahun:

Page 16: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

24

a. Personal Sosial

1. Memakai T-Shirt

2. Menyebut nama teman

3. Cuci tangan mengeringkan tangan

b. Bahasa

1. Mengerti 2 kata

2. Mengetahui 2 kegiatan

3. Menyebut 4 gambar

c. Motorik Halus

1. Menggoyangkan ibu jari

2. Menara dari kubus

3. Meniru garis vertical

d. Motorik Kasar

1. Berdiri 1 kaki 1 detik

2. Loncat jauh

3. Melempar bola keatas

h. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum pasiendaran

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar

(composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya

prognosis penyakit pasien.

Page 17: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

25

2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur

dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk

pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan

prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi),

disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui

adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi

yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan (Wijaya,2013).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau

masalah kesehatan aktual, potensial maupun resiko yang tujuannya

mengidentifikasi : pertama, adanya masalah aktual berdasarkan respon klien

terhadap masalah kesehatan atau penyakit, kedua, fakto-faktor yang

berkontribusi atau penyebab adanya masalah, ketiga, kemampuan klien

mencegah atau menghilangkan masalah (Wijaya,2013).

Pada demam typhoid dapat ditemukan diagnosa keperawatan sebagai

berikut:

a. Hypertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi

endotoksin pada hipotalamus, proses infeksi.

b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung.

Page 18: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

26

c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya

intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh.

d. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan efek

hospitalisasi.

3. Perencanaan

Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul

pada klien menurut prioritas masalah, tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai kebutuhan dengan tujuan

untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.

Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa

keperawatan, penetapan sasaran dan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan

merumuskan intervensi keperawatan (Doengoes,2007).

Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1

Rencana Asuhan Keperawatan

NO

Diagnosa Keperawatan

PerencanaanTujuan Intervensi Rasional

1. Hypertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, proses infeksi.

Tupan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi dapat sembuh.

1. Pantau tanda tanda vital perhatikan peningkatan suhu

2. Anjurkan untuk bedrest total

1. Suhu pada malam hari memuncak dan pagi hari kembali normal merupakan karakteristik infeksi salmonella typhosa

2. Bedrest untuk mengurangi

Page 19: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

27

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.

Tupen: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi teratasi.

Tupan:Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 hari perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.Tupen:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

3. Anjurkan klien untuk banyak minum sehari 2-3 liter

4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan labotarium untuk pemeriksaan leukosit dan widal

5. Lanjutan pemberian terapi anti biotik

1. Kaji status nutrisi (masukan)

2. Timbang BB setiap hari

3. Anjurkan dan libatkan keluarga untuk pemberian makan porsi sedikit tapi sering

4. Berikan perawatan mulut

penggunaan kalori dan mengontrol keeftektifan terapi

3. Untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan akibat penguapan dan memenuhi cairan tubuh.

4. Peningkatan atau penurunan kadar leukosit dapat mengidenfikasi infeksi pemeriksaan widal setelah pengobatan untuk mengidentifikasi keefektifan program terapi.

5. Terapi antibiotik yang tuntas memngkinkan organisme patogen dapat mati sehingga infeksi dapat dihindarkan.

1. Mengobservasi mengetahui kebutuhan nutrisi klien

2. Membuat data dasar tentang status nutrisi

3. Minimalkan anoreksia dan meningkatan pemasukan

Page 20: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

28

3.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

nafsu makan meningkat.

Tupan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam kekurangan volume cairan tidak terjadiTupen: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam peningkatan suhu tubuh teratasi, dengan kriteria:Tidak ada tanda-tanda dehidrasiMenunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin

(oral hygene) sebelum dan sesudah makan

5. Anjurkan keluarga memberikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

6. Anjurkan keluarga untuk memberi makan klien dalam posisi duduk tegak

1. Ukur/catat haluaran urin

2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung

3. Palpasi denyut perifer

4. Kaji membran mukosa kering, turgor

4. Mengurangi rasa tidak enak pada mulut dan menghilangkan sisa-sisa makanan

5. Merangsang nafsu makan klien

6. Mengurangi rasa penuh pada abdomen

1. Penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan hipovolemia.

2. Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi awal dari takikardia untuk meningkatkan curah jantung dan meningkatkan tekanan darah sistemik.

3. Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.

Page 21: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

29

4.

Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan efek hospitalisasi

adekuatTurgor kulit baikMembran mukosa mulut lembab

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam cemas pada anak dan orang tua berkurang atau hilang

kulit yang tidak elastis

Kolaborasi:5. Berikan cairan

intravena, misalnya kristaloid dan koloid

6. Pantau nilai laboratorium

1. Beri ransangan dan sensorik dan hiburan yang tepat untuk anak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan

2. Gunakan komunikasi terapeutik kontak mata, sikap tumbuh dan sentuhan

3. Berikan pendidikan kesehatan tentang (Demam typhoid)

4. Hipovolemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi.

5. Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan kehilangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.

6. Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah.

1. Mengalihkan rasa cemas anak pada suatu objek mainan dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

2. Mengurangi kecemasan pada anak

3. Memberikan pengetahuan keluarga tentang demam typoid

Page 22: AsuhanKeperawatan Anak Dengan Demam Typhoid

30

4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak

5. Anjurkan kepada orang tua untuk membawa mainan atau barang-barang kesukaan klien

4. Adanya orang tua di samping anak akan memberi rasa aman

5. Mengalihkan perhatian anak dan mengurangi kecemasan

4. Pelaksanaan

Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008).

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Fase terakhir dari proses keparawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien

sehingga dapat diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi

hasil perencanaan keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan

dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi keperawatan.