proposal asuhan keperawatan post op apendiksitis kku

Upload: wahyu-faisal-putra

Post on 16-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL RISET

    ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NYERI AKUT PADA NY.Y

    DENGAN MASALAH POST OP APENDIKSITIS

    Dosen Pembimbing :

    Novita Setyowati, S.Kep, Ns.

    Tingkat II B

    Disusun oleh :

    PRASETYO HADI W

    2012-49-124

    AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

    2013/2014

  • ii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 2 C. Tujuan ................................................................................................... 2 D. Manfaat ................................................................................................. 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Penyakit ........................................................................ 4 1. Definisi ........................................................................................... 4 2. Anatomi Fisiologi .......................................................................... 4 3. Etiologi ........................................................................................... 5 4. Patofisiologi ................................................................................... 6 5. Tanda dan Gejala............................................................................ 7 6. Klasifikasi ...................................................................................... 8 7. Komplikasi ..................................................................................... 8 8. Dampak Masalah ............................................................................ 9 9. Pemeriksaan penunjang ................................................................. 10 10. Penatalaksanaan ............................................................................. 10 11. Prognosis ........................................................................................ 12

    B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 12

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 19 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 19 C. Subjek Penelitian .................................................................................. 19 D. Jenis Data ............................................................................................. 19 E. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 19 F. Analisis Data ........................................................................................ 20

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan

    adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak

    menyenangkan selama enam bulan atau kurang ( Lynda juall carpenito-moyet

    ). Setiap bagian dari saluran gastrointestinal bagian bawah yang sangat rentan

    terhadap inflamasi akut yang disebabkan oleh infeksi akibat bakteri, virus atau

    jamur. Salah satunya adalah apendiksitis..

    Di indonesia sendiri apendiksitis merupakan penyakit urutan ke empat

    terbanyak tahun 2006. Satu orang dari 15 orang pernah menderita apendiksitis

    dalam hidupnya. Kelompok usia yang yang umumnya mengalami apendiksitis

    yaitu pada usia antara 10 sampai 30 tahun. Insiden tertingginya terdapat pada

    laki-laki usia 10-14 tahun dan wanita yang berusia 15-19 tahun (Siwati, 2010).

    Penyakit apendiksitis ini dapat mengakibatkan peritonitis, proses

    inflamasi yang juga dapat diakibatkan karena bedah abdomen (Brunner &

    suddarth, 2001 : 1097). Dampak masalah yang mungkin muncul pada pasien

    post operasi apendiktomi diantaranya adalah nyeri, risiko infeksi, risiko

    kekurangan cairan dan kurangnya pengetahuan.

    Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan

    menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama

    perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu

    memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga

    kebersihan diri serta lingkungannya. Upaya kuratif yaitu memberikan

  • 2

    perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan

    mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif

    yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan

    keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi

    tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan

    penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.

    B. Perumusan Masalah

    Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Gangguan Nyeri Akut Pada

    Ny.Y Dengan Masalah Post Op Apendiksitis ?

    C. Tujuan

    Tujuan Umum

    Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan

    klien post appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses

    keperawatan.

    Tujuan Khusus

    a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post

    appendiktomy.

    b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada

    klien post appendiktomy.

    c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.

    d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post

    appendiktomy.

    e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post

    appendiktomy.

  • 3

    D. Manfaat

    1. Intitusi

    Hasil studi masalah keperawatan apendikitis ini semoga dapat

    dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan penanganan masalah

    keperawat apendikitis di kampus Dharma Husada Kediri

    2. Profesi

    Hasil studi masalah keperawatan apendikitis ini semoga dapat

    dijadikan sumbangan ataupun tambahan sebagai pengetahuan bagi profesi

    keperawatan dalam asuhan keperawatan pada post op apendikitis.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. KONSEP DASAR PENYAKIT

    1. Definisi

    Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non

    fungsional dan terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).

    Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.

    Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tapi banyak kasus

    memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi

    bila tidak di terawat, angka kematian cukup tinggi, di karenakan oleh

    peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim,

    Apendisitis,2007).

    2. Anatomi Fisiologi

    Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari

    ujung inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut

    yang menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa

    panjang appendiks rata-rata 9 10 cm, terletak posteromedial caecum

    kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa

    retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis

    yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus

    vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri

    appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus

    torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar

    umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis

  • 5

    yang merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya

    trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.

    Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa

    mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal

    dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.

    Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi

    appendiks.

    Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut

    Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna

    termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai

    perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak

    mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil

    sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.

    ( R.Syamsu ; 1997)

    3. Etiologi

    Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh

    obstruksi atau penyumbatan akibat:

    a. Hiperplasia dari folikel limfoid

    b. Adanya fekalit dalam lumen apendiks

    c. Tumor apendiks

    d. Adanya benda asing seperti cacing askariasis

    e. Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

    Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan

    makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat

  • 6

    menimbulkan apendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra

    sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional apendiks dan meningkatkan

    pertumbuhan kuman flora pada kolon.

    4. Patofisiologi

    Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang

    dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan

    penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya

    benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan

    sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

    Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi

    mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak

    dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa

    dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama

    dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa

    sakit disekitar umblikus.

    Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi

    nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum

    terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium

    parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,

    keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.

    Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini

    disebut

  • 7

    dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah

    akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang

    berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi

    akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis

    abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek dan tipis,

    apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan

    daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena

    telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.

    Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang

    timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

    5. Tanda dan Gejala

    Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai

    oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri

    tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan

    lepas mungkin akan dijumpai.

    Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi

    atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila

    apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa

    di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya

    dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi

    menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau

    ureter.Adanya kekekuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat

    terjadi.

  • 8

    Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran

    bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada

    kuadran bawah kanan. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih

    menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien

    memburuk.

    6. Klasifikasi

    Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :

    a. Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing

    secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga

    timbul rasa sakit yang mendadak.

    b. Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada

    dinding perut.

    c. Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara

    menahun yang merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak

    mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya

    menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.

    d. Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang

    kurang perawatannya dan kuman cukup ganas sehingga menimbulkan

    abses.

    7. Komplikasi

    Komplikasi apendiksitis adalah sepsis yang dapat berkembang

    menjadi : perforasi, abses, peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24

    jam setelah nyeri. Gejala nyeri antara lain demam suhu 37,50C38,50C

    atau lebih tinggi, penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot

  • 9

    dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau

    abses yang terlokalisasi ileus, demam, malaise, dan lekositosis. (Seymour,

    2003).

    8. Dampak Masalah

    Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi

    kesehatan antara lain

    a. Pola nutrisi dan metabolism

    Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi

    akibatpembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai

    peristaltik usus kembali normal.

    b. Pola aktifitas dan latihan

    Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa

    nyeri pada luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.

    c. Pola tidur dan istirahat.

    Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur

    karena rasa sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.

    d. Pola Eliminasi

    Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi

    kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur

    akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan

    mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh

    anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

  • 10

    e. Pola Persepsi dan konsep diri

    Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan

    gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan

    tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang

    tidak stabil.

    f. Pola Reproduksi seksual

    Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah

    pembedahan selama beberapa waktu.

    g. Pola terhadap keluarga

    Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak

    harus ditanggung oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga

    terhadap keadaan klien.

    9. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan

    hitung jenis bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih

    tinggi.

    Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan

    kelainan ginjal, kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita

    appendicitis.

    Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti

    appendicitis tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan

    appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. Adanya

    fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah

    diafragma menunjukan adanya perforaasi.

  • 11

    10. Penatalaksanaan

    a. Appendisitis infiltrat.

    Ukuran kurang dari 5 cm : operasi

    Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat obatan )

    b. Appendisitis akut :Appendektomi.

    c. Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.

    Penatalaksanaan Appendektomi.

    1) Tindakan pre operative

    Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres

    untuk menurunkan suhu badan penderita. Bilas terlihat adanya

    gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan

    parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan

    sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan

    dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana

    dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.

    2) Tindakan operatif Appendektomi.

    3) Tindakan post operatif.

    Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

    perdarahan didalam. Syok hyperemi dan gangguan pernapasan

    angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga

    aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan

    penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila

    dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa

    bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis umum

  • 12

    maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal,

    kemudian berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu

    naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan

    saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah

    penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30

    menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar

    kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan

    penderita boleh pulang.

    Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik

    dan anti septic untuk mencegah terjadinya infeksi.

    11. Prognosis

    Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya

    baik.Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih

    dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendiks perforasi atau apendiks

    gangrenosa

    B. KONSEPASUHAN KEPERAWATAN

    Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan

    pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :

    Pengkajian:

    a. Pengumpulan data

    1. Anamnesa

    a. Identitas

    Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal

    atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang

  • 13

    tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua,

    agama dan suku bangsa.

    b. Riwayat penyakit sekarang

    Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan

    utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.

    c. Riwayat penyakit dahulu

    Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien

    seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah

    masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah

    mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.

    d. Riwayat penyakit keluarga

    Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes

    mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya

    uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .

    e. Pola Fungsi Kesehatan

    1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

    Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,

    alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),

    bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam

    mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

    2. Pola Tidur dan Istirahat

    Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang

    sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur

    klien.

  • 14

    3. Pola aktifitas

    Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak

    karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas

    karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah

    pembedahan.

    4. Pola hubungan dan peran

    Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita

    tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam

    masyarakat.penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

    5. Pola sensorik dan kognitif

    Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,

    pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat

    masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

    6. Pola penanggulangan stress

    Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi

    masalah.

    7. Pola tata nilai dan kepercayaan

    Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan

    bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama

    sakit.

  • 15

    Pemeriksaan

    a. Pemeriksaan Fisik:

    1. Status Kesehatan umum

    Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit

    tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.

    2. Integumen

    Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan

    pada abdomen sebelah kanan bawah .

    3. Kepala dan Leher

    Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna

    pucat.

    4. Torax dan Paru

    Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,

    gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan

    biasanya normal (16 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing,

    stridor.

    5. Abdomen

    Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada

    usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah

    bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa

    apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau

    hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak

    ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.

  • 16

    6. Ekstremitas

    Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang

    hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

    b. Pemeriksaan Penunjang:

    1. Pemeriksaan Laboratorium.

    a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 mn.

    b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .

    2. Pemeriksaan Radiologi:

    BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

    Analisa data.

    Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan

    menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik

    kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan

    diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).

    Diagnosa Keperawatan.

    Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa

    keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari

    pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita

    post appendiktomy :

    1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan (

    Ingnatavicius; 1991).

    2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi (

    Doenges; 1989 ).

  • 17

    3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan

    akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).

    Perencanaan

    Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana

    perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :

    Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.

    Tujuan :

    Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.

    Kriteria Hasil :

    Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi,

    klien dapat istirahat dengan cukup.

    Skala nyeri sedang

    Rencana Tindakan :

    a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

    b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

    c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

    d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

    Rasional :

    a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak

    bekerja sama.

    b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar

    dapat mengurangi rasa nyeri.

    c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan

    sehingga mengurangi rasa nyeri.

  • 18

    d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil

    mungkin invasi kuman pada luka operasi.

    e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

    Pelaksanaan

    Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah

    diberikan pada klien.

    Evaluasi

    Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

    keperawatan yang diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir

    dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang

    diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah nyeri

    terkontrol.

    Dengan Tehnik distraksi yaitu dengan pengalihan dari fokus perhatian

    terhadap nyeri ke stimulus yang lain,Teknik relaksasi yaitu dengansuatu

    tekhnik merilekskan ketegangan otot yangdapat menunjang nyeriMetoda

    pengobatan yang lain nyeri yaitu dapat dengan cara sistemik (oral, rectal,

    transdermal, sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus).

    Cara yang sering digunakan dan paling digemari ialah intramuscular

    opioid.Metoda regional misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal

    opioid. Kadang- kadang digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi

    sebelum pembedahan selesai misalnya pada luka operasi usus buntu

    (apendektomi).

    Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara

    terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga

  • 19

    evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang

    dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus

    disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang.

  • 19

    BAB III

    METODELOGI

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam membuat ASUHAN

    KEPERAWATAN GANGGUAN NYERI AKUT PADA NY.Y DENGAN

    MASALAH POST OP menggunakan Observasional diskriptif dengan

    pendekatan studi kasus.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan praktek lapangan di RSUD

    Soekandar mojosari pada tanggal 1 Februari

    C. Subjek Penelitian

    PADA NY.Y DENGAN MASALAH POST OP APENDIKSITIS

    D. Jenis Data

    Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan data primer dan

    data sekunder.data primer meliputi hasil wawancara atau anamnese dan

    observasi langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari rekam medik di

    rumah sakit RSUD soekandar mojosari dan studi pustaka.

    E. Teknik Pengambilan Data

    Penulis menggunakan teknik dengan wawancara atau

    anamnese,observasi langsung dan studi dokumentasi rekam medik.

  • 20

    F. Analisis Data

    Dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen

    asuhan keperawatan.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, Marlynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC,

    Jakarta.

    Linda Juan, 2000, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta

    Smeltzer, Suzzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah volume 2.

    Jakarta: EGC

    http://yoedhafahe.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pada-

    apendiditis.htmlPostedin: 09.05 Yuda Hari Fajar Sukmo.(akses tanggal

    08 April 20013 pukul:18.13 WIB.)

    Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2,EGC,Jakarta

    Anonim.http://www.wikipedia_bahasa_Indonesia_ensiklopedia_bebas/apendisitis

    .html (diunduh tanggal 25Februari 2013 pkl. 19.43).

    http://popilyuliaputri.blogspot.com/2013/03/v-

    behaviorurldefaultvmlo.html.Posted by popil yulia at 00:10Saturday, 9

    March 2013(akses Tanggal 16 April 2013pukul: 08.50 WIB)