makalah anemia
DESCRIPTION
perawatTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia–Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak I.
Makalah ini tidak akan tersusun tanpa adanya dukungan dan bantun dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada
Ibu Nande, S.ST. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak I yang telah
banyak menyumbangkan waktu untuk membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa isi dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari semua pihak.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
para mahasiswa/i Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
Sampit, 10 April 2008
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .................................................................... 1
B. PERMASALAHAN ........................................................................ 1
C. TUJUAN PENULISAN................................................................... 1
D. METODE PENULISAN.................................................................. 2
E. SISTEMATIKA PENULISAN........................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ............................................................................... 3
B. MANIFESTASI KLINIS................................................................. 3
C. PATOFISIOLOGI........................................................................... 3
D. PEMBAGIAN MACAM-MACAM ANEMIA .............................. 3
E. PENGKAJIAN PADA KLIEN ANEMIA....................................... 11
F. MASALAH KEPERAWATAN...................................................... 13
G. PRIORITAS KEPERAWATAN .................................................... 13
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................... 13
I. RENCANA PERAWATAN PADA KLIEN ANEMIA.................. 14
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darah mempunyai bagian utama : suatu cairan jernih yang dinamakan plama, dan
berbagai sel yang terapung dalam plasma : sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keping darah (trombosit). Darah beredar mengelilingi tubuh, memasok
jaringan dengan oksigen dan zat-zat gizi dan mengangkut zat-zat sampah. Kebanyakan
sel darah dibuat dalam sumsum tulang yang terdapat dalam tulang tertentu, khususnya
tengkorak, tulang belakang dan panggul. Dalam plasma banyak terdapat zat-zat kimia
seperti protein, yang dibentuk dalam hati (hepar). Contoh darah dapat diambil dari
tusukan pada jari atau tumit, atau dari pembuluh balik dengan menggunakan jarum
suntik.
B. PERMASALAHAN
Dalam makalah ini, kami mengangkat beberapa masalah yang akan dibahas yaitu ;
1. Pengertian Anemia
2. Manifestasi Klinis Anemia
3. Patofisiologi Anemia
4. Pembagian macam-macam anemia yang sering terjadi pada anak, yang meliputi :
Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Penatalaksanaan
5. Pengkajian pada klien Anemia
6. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada Anemia
7. Prioritas Keperawatan pada klien Anemia
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang menderita Anemia
9. Rencana perawatan pada klien Anemia.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Supaya kita dapat mengetahui pengertian dari Anemia
2. Supaya kita dapat mengetahui tanda-tanda dari adanya Anemia
3. Supaya kita dapat mengetahui perjalanan penyakit pada Anemia
4. Supaya kita dapat mengetahui macam-macam Anemia yang sering terjadi pada anak-
anak yang umumnya sering terjadi pada masa-masa perutmbuhan.
5. Supaya kita dapat mengetahui pengkajian pada klien Anemia
6. Supaya kita dapat mengetahui masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
Anemia
7. Supaya kita dapat mengetahui prioritas keperawatan pada Anemia
8. Supaya kita dapat mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
Anemia
9. Supaya kita dapat mengetahui rencana perawatan pada klien Anemia.
iii
D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, kami selaku penyusun menggunakan matode pustaka
dari beberapa buku yang kami cantumkan sehingga terhimpun menjadi makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan (Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan).
BAB II Pembahasan (Pengertian, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pembagian
Macam-macam Anemia Yang sering Terjadi Pada Anak-
Anak, Pengkajian, Masalah Keperawatan, Prioritas
Keperawatan, Diagnosa Keperawaatan dan Rencana Perawatan
Pada Klien Anemia).
BAB III Penutup (Kesimpulan) & Daftar Pustaka.
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria atau
Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita (Kapita selekta kedokteran, 2001).
B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala umum anemia antara lain : cepat lelah, takikardi, palpitasi, dan takipnea
pada latihan fisik.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi anemia terdiri dari :
1. Penurunan produksi : Anemia defisiensi, anemia aplastik, dll
2. Peningkatan penghancuran : Anemia karena perdarahan, anemia hemolitk, dll.
D. PEMBAGIAN MACAM-MACAM ANEMIA YANG SERING TERJADI PADA
ANAK-ANAK
1. Anemia Defisiensi besi
Pengertian :
- Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-
kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 g, kira-kira 50
mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain
kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat (Kapita Selekta Kedokteran,
2001).
- Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000).
- Pada anak-anak, anemia defisiensi besi paling sering terjadi antara usia 6 bulan
sampai 3 tahun; remaja dan bayi prematur juga beresiko (Keperawatan Pediatrik,
2005).
Etiologi :
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di indonesia paling
banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing
tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan
anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia
adalah :
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorbsi yang menurun
v
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
- Perdarahan pada saluran cerna, donor darah
- Hemoglobulinuria
- Penyimpanan besi yang kurang, seperti pada hemosiderosis paru.
Pathofisiologi :
Anemia defisiensi terjadi dalam tiga tahap :
- Tahap 1 dikarakteristikkan dengan depresi hemosiderin, ferritin, dan
penyimpanan zat besi lainnya yang terdapat dalam sumsum tulang, hepar dan
limpa.
- Tahap 2 dikarakteristikkan dengan kurangnya pengangkutan zat besi
mengakibatkan penurunan saturasi transferin zat besi.
- Tahap 3 dikarakteristikkan dengan defisit transportasi zat besi yang khas,
yang menghambat produksi hemoglobulin normal. Protoporfirin eritrosit
meningkat, dan reseptor transferin menjadi lebih banyak seagai respon
terhadap keadaan zat besi yang buruk.
Manifestasi Klinis :
Meskipun pada anak mungkin asimtomatik, berikut ini merupakan tanda dan gejala
umum anemia defisiensi zat besi :
- Kulit pucat
- Keletihan
- Pika (nafsu makan abnormal untuk memakan yang bukan makanan seperti
tanah dan cat)
- Sakit kepala, lesu, dan hampir pingsan
- Iribilitasi
- Proses pikir lambat, penurunan lapang perhatian, apatis dan depresi.
Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium :
- HDL akan menyatakan SDM yang normal sampai adanya sedikit penurunan,
hemoglobin dan hematokrit rendah, penurunan MCV (mikrositik), dan
penurunan MCH (hipokromik).
- Kadar protoporfirin eritrosit (EP, erythrocyte protoporphyrin) lebih besar dari
35.
- Uji zat besi akan menyatakan kapasitas besi serum rendah (SIC, serum iron
capacity), penurunan feritin serum, dan peningkatan TIBC.
- Hitung retikulosit dapat diperoleh 10 hari setelah terapi dimulai untuk
mengevaluasi efektivitas.
Penatalaksanaan Keperawatan :
- Kaji adanya keletihan, intoleransi aktivitas, dan tanda-tanda lain akibat
kerusakan oksigenasi jaringan.
vi
- Berikan obat-obatan atau terapi yang direkomendasikan. Biasanya
pengobatan bertujuan untuk memperbaiki penyebab dasar, jika
memungkinkan.
Pilihan-pilihannya dapat mencakup :
Zat-zat besi oral (ferrous sulfate)
Zat besi parenteral (anak-anak yang mengalami malabsorpsi
besi atau hemoglobulinuria kronis)
Transfusi (untuk anemia berat, kasus-kasus infeksi berat,
disfungsi jantung, atau pembedahan darurat).
- Tingkatkan asupan makanan kaya zat besi yang adekuat (misalnya :
sereal dan formula yang diperkaya zat besi; daging tanpa lemak; ikan;
sayuran berdaun hijau dan berwarna gelap; buncis; dan roti gandum);
anjurkan pemberian susu sebagai sumber makanan yang dominan.
- Berikan penyuluhan pada anak dan keluarga
Tekankan pemberian suplemen zat besi oral yang tepat .
Berikan suplemen dua sampai tiga dosis bagi dalam jumlah kecil
cairan mengandung vitamin-C (jus jeruk) di antara waktu makan
untuk meningkatkan absorpsi dan meminimalkan efek samping.
Berikan zat besi tetes untuk bayi atau melalui sedotan untuk anak
yang lebih besar.
Gosok gigi anak setelah pemberian obat untuk meminimalkan
kerusakan gigi.
Jelaskan efek samping zat besi yang potensial, antara lain mual dan
muntah, diare atau konstipasi, feses berwarna hitam atau hijau, dan
peruabahan warna gigi.
Anjurkan orang tua untuk mewaspadai kecelakaan cedera karena zat besi
bersifat toksik dalam dosis berlebihan. Berikan petunjuk penyimpanan
suplemen zat besi yang aman, jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Diskusikan tindakan pencegahan infeksi melalui kebersihan yang baik,
nutrisi yang baik, dan istirahat yang adekuat.
- Pemberian preparat Fe :
Fero sulfat 3 × 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikan bertahap. Pada pasien
yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.
Fero glukonat 3 × 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan
sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral
dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb
dibawah normal.
vii
Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskular
mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total
sesuai perhitungan. Dapat diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai
dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh
diberikan 250-500 mg.
2. Anemia Aplastik
Pengertian :
- Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel
hematopeatik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit akibat
berhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000).
- Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk
sel darah (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
- Anemia aplastik dikarakteristikkan dengan pansitopenia (anemia,
granulositopenia, dan trombositopenia) dan hipoplasia sumsum tulang
(Keperawatan Pediatrik, 2005).
Etiologi :
- Anemia aplastik mungkin primer (kongenital) atau sekunder (didapat).
- Jenis-jenis primer antara lain :
Sindrom Fanconi diturunkan sebagai sifat resesif autosomal dan
dihubungkan dengan sitopenia dna anomali kongenital multipel.
Sindrom Blackfan-Diamond (anemia hipoplastik), suatu kondisi yang
jarang terjadi, dengan karakteristik destruksi SDM dan sedikit penurunan
trombosit dan SDP, transmisinya masih belum jelas.
- Penyebab umum anemia aplastik yang didapat antara lain :
Idiopatik (penyebab tidak diketahui).
Terapi radiasi.
Obat-obatan, seperti kloramfenikol, metisilin, sulfonamida, taidis, dan
agens kemoterapeutik.
Agens toksik, seperti zat-zat kimia industri dan rumah tangga, termasuk
zat pewarna, lem, penghilang cat, intektisida, produk petroleum,dan
benzen.
Infeksi, terutama hepatitis dan sepsis.
Infiltrasi dan penggantian jaringan mieloid (misal : leukimia dan
limfoma).
Defisiensi hemolitik, seperti penyakit sel sabit.
Keadaan alergi atau autoimun.
Patofisiologi :
viii
- Pada anemia aplastik, penurunan kapasitas fungsional sumsum tulang hipoplastik
mengakibatkan pansitopenia.
- Pensitopenia berat dapat menghasilkan perdarahan masif atau infeksi.
Manifestasi Klinis :
Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura, dan perdarahan.
Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium :
Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak, dan retikulosit
menurun. Pada pasien dengan anemia aplastik yang berat ditemukan neutrofil kurang
dari 500 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1%, dan
kepadatan selular sumsum tulang kurang dari 20%.
Penatalaksanaan :
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologinya dari
anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti :
- Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan
trombosit, berikan darah segar atau platelet concentrate.
- Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.
- Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.
- Androgen, seperti fluokrimesteron, testosterone, metandrostenolon, dan
nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi viriliasi, retensi air dan
garam, perubahan hati, dan amnore.
- Immunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin, dkk
menyarankan penggunaannya pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat
menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah
mendapatkan transfusi berulang.
- Transplantasi sumsum tulang.
3. Anemia Sel Sabit
Pengertian :
- Penyakit sel sabit (sickle cell disease) merupakan kelompok
penyakit yang bersifat hemolitik, genetik berat, kronis, dihubungkan dengan
hemoglobin S (Hb S), yang mentrasnformasikan SDM ke dalam bentuk sabit
(seperti bulan sabit) pada saat oksigenasi darah menurun.
- Hemoglobin SS (anemia sel sabit) merupakan bentuk paling umum
dari penyakit sel sabit.
- Anemia sel sabit ditemukan paling sering pada orang-orang di
pedalaman afrika, tetapi juga juga pada orang-orang mediterania, karibia, amerika
tengah dan selatan, arab, dan pedalaman Indian timur. Anemia sel sabit
merupakan hemoglobinopati yang paling sering terjadi pada orang afrika amerika
ix
dan diperkirakan mencapai 1 setiap 375 kelahiran hidup. Ciri sel sabit merupakan
gangguan benigna dan bersifat carrier (Keperawatan Perdiatrik, 2005).
Etiologi :
Penyakit sel sabit merupakan gangguan resesif autosomal. Oleh karena itu, setiap
anak memiliki 25% kesempatan untuk menderita penyakit dari kedua orang tua yang
menurunkan sifat ini.
Patofisiologi :
- Hemoglobin abnormal (Hb S) menggantikan semua atau sebagian hemoglobin A
normal; di bawah keadaan peningkatan tekanan oksigen dan pH rendah, SDM
mengalami perubahan bentuk dari yang bulat ke bentuk bulan sabit.
- Sel yang sabit tidak dapat meluncur dalam pembuluh darah seperti halnya sel
normal. Bentuk sel yang bersudut menyebabkan gumpalan, trombosis, obstruksi
arteri, peningkatan viskositas darah, hemolisis, dan kadang-kadang iskemia dan
nekrosis jaringan.
- Bersamaan dengan pembentukan sel sabit terjadi, perubahan yang akut dan kronis
berkembang dalam berbagai organ dan struktur.
Manifestasi Klinis :
- Manifestasi klinis bervariasi; beberapa karakteristik tanda dan gejala antara lain :
Pembesaran limpa akibat kongesti sel sabit
Pembesaran dan nyeri tekan hepar akibat stasis darah
Hematirua
Ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine
Enuresis
Sindrom nefrotik (kadang-kadang)
Kelemahan tulang
Daktilitis (pembengkakan simetris tangan dan kaki)
- Masalah lain dapat mencakup :
Cedera serebrovaskular (CVA, cerebro vascular accident)
Infark miokard (IM)
Retardasi pertumbuhan
Hambatan kematangan seksual
Fertilitas menurun
Priapisme
Infeksi berat yang berulang (terutama dari organisme pneumokokus dan
salmonela).
- Krisis sel sabit biasanya dicetuskan oleh infeksi, tetapi mungkin juga oleh
dehidrasi, demam, perjalanan flu, hipoksia, latihan fisik yang berat, keletihan
hebat, atau perubahan ketinggian ekstrim.
- Krisis sel sabit dapat terjadi dalam berbagai bentuk :
x
Krisis vaso-okslusif merupakan bentuk yang paling umum dan menyakitkan.
Sel sabit menghambat pembuluh darah, mengakibatkan demam, nyeri akut
abdomen, daktilitis (peradangan jari-jari tangan dan kaki), priapisme (ereksi
menyakitkan yang tidak diinginkan), dan artralgia tanpa eksaserbasi anemia.
Penatalaksanaan mencakup hidrasi, penggantian elektrolit, tirah baring, dan
antibiotik spektrum luas. Transfusi dan oksigen digunakan untuk mengobati
kasus-kasus berat.
Sekuestrasi splenik (splenic sequestration) terjadi saat limpa menampung
sejumlah besar darah, yang menyebabkan penurunan volume darah drastis
dan syok. Kondisi ini mengancam kehidupan pasien, dengan gejala-gejala
antara lain : pucat, iritabilitas distensi abdomen dan nyeri, hipotensi, dan
takikardia. Bentuk kronis disebut hipersplenisme. Penanganannya antara lain
transfusi dan splenektomi.
Krisis aplastik jarang terjadi. Hal ini menggambarkan penurunan produksi
SDM dan dikarakteristikkan dengan kegagalan sumsum tulang. Gejala-
gejalanya antara lain : pucat, takikardia, demam, dan CHF. Penanganannya
termasuk transfusi kantung SDM.
Krisis hiperhemolitik jarang terjadi, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan destruksi SDM. Bentuk krisis ini secara langsung menyebabkan
adanay masalah lain seperti penyakit virus atau defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD).
Anemia megaloblastik kemungkinan akibat dari kebutuhan nutrisi yang
berlebihan terhadap asam folat, vitain B12, atau keduanya selama periode
eritropoiesis yang signifikan.
Stroke dapat terjadi akibat penyekatan sel sabit dalam pembuluh darah
serebral utama, menyebabkan berbagai derajat kerusakan neurologis.
Sindrom dada diduga sebagai akibat dari proses pembentukan sel sabit
(sickling) dalam pembuluh darah kecil paru yang berasal dari krisis vaso-
okslusif atau infeksi. Gejala-gejalanya sama dengan pneumonia.
Infeksi hebat, biasanya dari pneumonia sterptokokus dan hemofilus
influenza tipe b, dan merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak
yang berusia dibawah 5 tahun.
Temuan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium :
Hb S muncul sejak konsepsi; namun ,hemoglobin fetus (Hb F)menghambat sickling,
membuat kecurigaan melemah dan penegakan diagnosis semakin sulit, akan tetapi
bukan tidak mungkin, terjadi sebelum usia 3 bulan.
xi
- Skrining Sickledex, merupakan uji yang paling sering digunakan mendeteksi
adanya Hb S tetapi dapat memberi hasil negatif palsu seselum rentang usia 4
sampai 6 bulan.
- Jika hasil uji coba Sickledex positif, hemoglobin elektroforesis diperlukan
untuk membedakan antara sifat sel sabit dan penyakit. Hemoglobin
elektroforesis harus dilakukan pada saat lahir semua bayi baru lahir.
- Sampling virus korionik (CVS, chorionic villus sampling) atau analisis darah
atau sel janin dapat menyatakan penyakit sel sabit masa prenatal.
- HDL akan menyatakan penurunan hitung SDM dan peningkatan SDP serta
hitung trombosit.
- LED akan menurun.
- Uji zat besi akan menyatakan peningkatan kadar zat besi serum.
- Masa hidup SDM akan menurun.
- Hitung retikulosit akan menyatakan retikulositosis.
Penatalaksanaan :
- Tingkatkan oksigenasi jaringan.
- Berikan tindakan terapeutik yang tepat.
Berikan hidrasi cairan oral dan intravena (IV) untuk meningkatkan volume
cairan darah untuk membantu mencegah sickling dan trombosis.
Berikan penggantian elektrolit untuk mencegah asidosis yang disebabkan
hipoksia.
Berikan terapi oksigen untuk meningkatkan oksigenasi yang adekuat.
Berikan tirah baring dan pengaturan aktivitas anak yang cermat untuk
meminimalkan pengeluaran energi.
Berikan dan pantau transfusi untuk menangani anemia serta mengurangi
viskositas darah.
- Redakan nyeri.
Berikan jadwal obat untuk pencegahan sehari semalam.
Hindari pemberian meperidin (demerol) akibat dari peningkatan resiko
kejang.
Tenangkan kembali anak dan keluaga bahwa analgesik diindikasikan,
meskipun dosis opium tinggi dan ketergantungan obat sangat jarang.
Berikan panas (yang nyaman) pada area sakit; hindari kompres dingin, yang
akan meningkatkan vasokonstriksi dan sickling.
Pantau keefektifan semua obat.
Gunakan mekanisme pereda nyeri nonfarmakologis.
Atur posisi anak untuk tingkat kenyamanan yang maksimal.
- Bantu pemeriksaan hidrasi yang adekuat dan diet nutrisi yang seimbang.
- Cegah infeksi.
- Bantu peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
xii
- Dukung anak dan keluarga dengan memberi kesempatan untuk
mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, kemarahan mereka, dan perasaan
lainnya.
- Berikan penyuluhan untuk anak dan keluarga.
Jelaskan proses penyakit, aspek genetik, serta tanda dan gejala awal krisis sel
sabit.
Berikan tindakan penatalaksanaan di rumah untuk krisis yang ringan.
Identifikasi cara-cara mencegah episode sel sabit dengan mencegah faktor-
faktor yang diketahui mencetuskan krisis dan dengan mengenali tanda-tanda
awal infeksi.
Tinjau kembali pentingnya pemeriksaan kesehatan yang rutin, pemeriksaan
gigi, dan pemeriksaan mata.
Tekankan pentingnya mempertahankan gaya hidup normal jika
memungkinkan.
Arahkan pentingnya konseling generik.
Tekankan pentingnya harga diri dan citra tubuh positif.
E. PENGKAJIAN PADA KLIEN ANEMIA
Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam pemeriksaan pasien dengan Anemia adalah
sebagai berikut :
1. Aktivitas dan Istirahat :
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja.
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi :
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis,
menstruasi berat.
Tanda : TD : Peningkatan sistolik dengan stabil dengan tekanan nadi melebar;
hipotensi postural.
Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva mulut dan bibir) dan dasar kuku.
Sklera : Biru atau putih seperti mutiaral.
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonstriksi kompensasi.
Kuku : mudah patah.
3. Integritas Ego :
xiii
Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4. Eliminasi :
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Hematuria dan penurunan haluaran urine, diare.
Tanda : Distensi abdomen.
5. Makanan dan Cairan :
Gejala : Mual/muntah, Tidak nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas, membran
mukosa kering, pucat.
6. Higiene :
Gejala : Kurang bertenaga
Penampilan tak rapi.
7. Neurosensori:
Gejala : Sakit kepala, bedenyut pusing, ketidakpastian berkonsentrasi,
kelemahan.
Tanda : Cenderung tidur, gelisah, apatis, mental : tak mau berespon, lambat
dan dangkal.
8. Nyeri/kenyamanan :
Gejala : Nyeri abdomen, nyeri epigastrium.
9. Pernafasan :
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
10. Keamanan :
Gejala : Transfusi darah sebelumnya, Penyembuhan luka buruk (sering infeksi).
Tanda : Demam.
11. Seksualitas :
Gejala : Hilangnya libido (pria dan wanita)
Impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat (pada wanita).
Sulit/tidak bisa ereksi (pada laki-laki).
xiv
12. Penyuluhan/pembelajaran :
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk anemia, pemberian transfusi.
Riwayat penyakit hematologi
13. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin, hematokrit, eritrosit dan trombosit menurun.
F. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan
2. Intoleransi aktivitas
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kerusakan integritas kulit
5. Resiko infeksi
6. Resiko kerusakan pertukaran gas.
7. Kurang pengetahuan
G. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Peningkatan perfusi jaringan
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3. Mencegah komplikasi
4. Memberi informasi tentang penyakit, prognosis dan program
pengobatan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidaknyamanan mencerna
makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
3. Resiko infeksi b/d pertahanan sekunder tidak adekuat, misal : penurunan Hb
leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi dan
neurologis.
6. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
xv
- Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung
eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl
dan Ht < 41% pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita.
- Gejala-gejala pada anemia secara umum adalah :
Cepat lelah
Takikardia
Palpitasi
Takhipnea pada latihan fisik
- Patofisiologi anemia :
Penurunan produksi : Anemia defisiensi, anemia aplastik, dll.
Peningkatan penghancuran : Anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, dll.
- Pembagian macam-macam anemia pada anak-anak :
Anemia zat besi
Anemia aplastik
Anemia sel sabit
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta : EGC
xvi
Mansjoer. Arief., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid II, Jakarta : Media
Aeusculapius
Mansjoer. Arief., 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, jilid I, Jakarta : Media
Aeusculapius
Muscari. E. Mary, 2005, Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi 3, Jakarta : EGC
xvii