makalah anemia defisiensi besi

31
MAKALAH PBL Blok 24 Anemia Defisiensi Besi Kelompok : E6 Anggota: Kezia Ariesta Beno 102010167 Johanes Davy 102010197 Michael Susanto 102011077 Yosi Erlin Aprilina 102011078 Putri Bunga Cinta 102011181 Drey 102011200 Vebilia Ayudita 102011279 I Gede Agung Ramadana 102011364 Prima Magdalena DM 102011393 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacan  Jl Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat  Email : [email protected] 

Upload: kezia-ariesta-beno

Post on 09-Oct-2015

493 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukan cadangan besi kosong. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama dinegara-negara tropic atau negara dunia ketiga, oleh karena sangat berikatan erat dengan taraf social ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak social yang cukup serius.

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    1/31

    MAKALAH PBL Blok 24

    Anemia Defisiensi Besi

    Kelompok : E6

    Anggota:

    Kezia Ariesta Beno 102010167

    Johanes Davy 102010197

    Michael Susanto 102011077

    Yosi Erlin Aprilina 102011078

    Putri Bunga Cinta 102011181

    Drey 102011200

    Vebilia Ayudita 102011279

    I Gede Agung Ramadana 102011364

    Prima Magdalena DM 102011393

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacan

    Jl Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat

    Email : [email protected]

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    2/31

    2

    Pendahuluan

    Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

    penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang

    pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh

    anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukan cadangan besi

    kosong. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama

    dinegara-negara tropic atau negara dunia ketiga, oleh karena sangat berikatan erat dengan

    taraf social ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang

    memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak social yang cukup

    serius.1

    Dalam kasus PBL: Ny.A 50 tahun detang ke poliklinik FK UKIDA dengan keluhan

    lemas sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dirasa memberat terutama bila sedang beraktifitas,

    pasien mengaku belakangan ini hanya mengkonsumsi sayuran. Adanya riwayat demam,

    paparan radioaktif dan kencing berwarna teh disangkal. Dikeluarga pasien tidak ada yang

    sakit seperti ini. Riwayat obstetri, pasien G0P0A0, dengan riwayat mens teratur.pemeriksaan

    fisik: conjungtiva anemis, sclera non ikterik, lien tidak teraba. Hasil lab: Hb 9g/dl, Diff count:

    1/1/0/73/22/2/1. Di dalam makalah ini, saya akan mencoba membahas mengenai anemia

    defisiensi besi, yang dapat digunakan untuk menggobati keluhan pasien.

    Pembahasan

    ANAMNESIS

    Dilihat dari gejala nya, pasien kemungkinan menderita anemia, oleh karena itu perlu

    ditanyakan pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui anemia jenis apakah itu.1

    1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, mata

    berkunang-kunang, atau tanpa gejala? Bila terdapat gejala tersebut, itu merupakan

    suatu sindrom anemia yang biasanya dijumpai apabila kadar hemoglobin turun di

    bawah 7-8 g/dL.

    2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap? Pada anemia defisiensi besi

    gejala yang muncul mungkin dapat perlahan karena ada mekanisme kompensasi

    tubuh.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    3/31

    3

    3. Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia? Misal pada anemia defisiensi besi bisa

    karena perdarahan interna, infeksi cacing, diet yang tidak seimbang, atau riwayat

    pernah menderita penyakit yang kronis.

    4. Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe. Adakah gejala yang konsisten

    dengan malabsorpsi dan tanda kehilangan darah dari saluran cerna berupa tinja gelap,

    pendarahan rektal, muntah butiran kopi.

    5. Jika pasien seorang wanita tanyakan adakah kehilangan darah menstruasi berlebihan.

    Tanyakan frekuensi dan durasi menstruasi, dan penggunaan tampon serta pembalut.

    6. Tanyakan juga sumber perdarahan lain.

    7. Tanyakan apakah ada rasa ingin memakan bahan yang tidak lazim seperti es, tanah,

    dan sebagainya. Gejala tersebut dapat ditemukan pada anemia defisensi Fe.

    Riwayat penyakit dahulu

    Tanyakan apakah ada dugaan penyakit ginjal kronis sebelumnya, riwayat penyakit kronis

    (reumatoid arthritis atau gejala keganasan), tanda kegagalan sumsung tulang (memar,

    perdarahan, dan infeksi yang tak lazim atau rekuren), tanda defisiensi vitamin seperti

    neuropati perifer (defisiensi vitamin B12),subacute combined degeneration of cord

    [SACDOC), adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolisis (ikterus, katup buatan yangbocor), riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan endoksopi gastrointestinal, adakah

    disfagia (akibat lesi esofagus yang menyebabkan anemia atau ada selaput pada esofagus

    akibat anemia defisiensi Fe).1

    Riwayat keluarga

    Menanyakan adakah riwayat anemia dalam keluarga khususnya pertimbangkan penyakit sel

    sabit, talasemia, dan anemia hemolitik herediter. 1

    Lain-lain

    Menanyakan adakah riwayat bepergian dan pikirkan kemungkinan infeksi parasit seperti

    cacing tambang dan malaria, mengkonsumsi obat-obatan misal OAINS yang menyebabkan

    erosi lambung atau supresi sumsung tulang akibat obat sitotoksik, penurunan berat badan

    yang drastis baru-baru ini dan riwayat operasi seperti gastrektomi.2

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    4/31

    4

    PEMERIKSAAN FISIK

    Inspeksi

    1. Keadaan umum dan kesadaran : lihat apakah pasien sakit ringan atau berat, sering

    merasa sesak napas atau syok akibat kehilangan darah akut.

    2. Adakah tanda-tanda ikterus yang ditandai dengan mata berwarna kuning, atau kulit yg

    berubah warna menjadi kuning contoh pada anemia hemolitik dapat dijumpai keadaan

    ini.

    3. Adakah koilonikia (kuku seperti sendok) atau keilotis angularis (peradangan pada

    sudut mulut sehingga tampak bercak pucat keputihan. Gejala tersebut terdapat pada

    anemia defisiensi Fe.

    4. Adakah tanda kerusakan trombosit (memar dan petechiae) dan bila ada menandakan

    kadar trombosit yang menurun misal pada anemia aplastik.

    5. Adakah atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah menjadi licin dan

    mengkilap karena papil lidah menghilang. Biasa gejala ini timbul pada anemia

    defisiensi besi. 1

    Palpasi

    1.

    KonjungtivaMinta pasien untuk melihat ke atas sementara pemeriksa menekan kedua kelopak

    mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan sehingga membuat sclera dan

    konjuctiva terpajan. Inspeksi sklera dan konjugtiva palpebralis untuk menilai

    warnanya.

    Patologis: Sklera yang berwarna kuning menunjukkan ikterus, konjunctiva dapat

    berwarna pucat yang disebut konjuctiva anemis dan merupakan salah satu sindrom

    anemia.3

    2. Kuku

    Lakukan inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki. Perhatikan warna dan bentuk

    dan lesi yang ada.

    Patologis: Pada anemia defisiensi Fe dapat dijumpai koilonikia (kuku yang berbentuk

    seperti sendok, rapuh, bergaris vertical dan menjadi cekung mirip seperti sendok). 4

    3.

    Limfa

    Palpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal anterior yang lokasi nya di

    sebelah anterior dan superficial M.Sternocleidomastoideus. kemudian lakukan plapasi

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    5/31

    5

    rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal posterior di sepanjang M.Trapezius

    (anterior) dan M. Sternocleidomastoideus (posterior). Lakukan pemeriksaan nodus

    limfatikus supraklavikular pada sudut antara os clavicula dan

    M.Sternocleidomastoideus.5

    Patologis : Bila terdapat limfadenopati mungkin menandakan adanya tanda infeksi

    atau keganasan. Bila limfa yang di palpasi sakit menandakan peradangan, limfa yang

    membesar dank eras menandakan keganasan. Nodus limfatikus supra klavikular yang

    membesar menandakan kemungkinan adanya keganasan di abdomen atau torax.5

    4. Palpasi hati , limpa, abdomen

    Lakukan palpasi hati dan limpa untuk menilai apakah ada hepatomegali atau

    splenomegali yang biasanya terdapat pada anemia hemolitik dan kadang pada anemia

    defisiensi besi juga dapat ditemukan bila anemia tersebut tidak diterapi.6

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Hitung sel darah lengkap

    Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau

    complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai hematologi,

    memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan

    trombosit (platelet).7

    a.

    Eritrosit

    - Hemoglobin(Hb) yaitu protein dalam sel darah merah bertugas

    mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain. Nilai rujukan : pria 13

    g/dL, wanita 12 g/dL, wanita hamil 11 g/dL.7

    - Hematokrit(Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah dalam

    seluruh volume darah.Eritrosit, Hb dan Ht yang rendah menunjukkan

    adanya anemia. Nilai rujukan : pria 40-54 %, wanita 34-46 %. 7

    - Volume Eritrosit Rata-Rata(VER) atau mean corpuscular volume(MCV)

    mengukur besar rata-rata sel darah merah. Dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus adalah VER = Ht (%) / E ( juta/uL) x 10 (fL). Nilai

    rujukan : 82-92 fL. VER yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya

    lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh

    kekurangan zat besi atau penyakit kronis.. Keadaan ini tidak berbahaya.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    6/31

    6

    Namun VER yang besar dapat menunjukkan adanya anemia

    megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda.

    Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat.7,8

    - Red Blood CellDistribution Width(RDW) mengukur kisaran/variasi ukuran

    sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia

    dan kekurangan beberapa vitamin. Nilai normal 11,5-14,5 CV ( coefisient

    of variation ) dari ukuran eritrosit. Bila semua eritrosit ukuran mikrositik

    dan makrositik maka nilai RDW normal dan VER akan menurun atau

    meningkat. Bila ukuran eritrosit beraneka ragam namun ukuran rata-arta

    eritrosit normal makan RDW akan meningkat dan VER normal. 7,8

    - Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata(HER) atau mean corpuscular

    hemoglobin(MCH). Dapat dihitung dengan rumus: Hb (g/dL ) / E (

    juta/uL) x 10 (pg) dan nilai rujukan 27-31 pg

    - Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata(KHER) atau mean

    corpuscular hemoglobin concentration(MCHC atau CHCM). Dapat

    dihitung dengan rumus : Hb (g/dL) / Ht ( % ) x 100 %. Nilai rujukan : 32-

    37 %. 7,8

    b.

    Leukosit8

    Hitung Leukosit Dapat menggunakan pipet Thoma atau pipet Sahli. Nilai

    rujukan: 4,5-11 x 103/uL

    c. Trombosit8

    Trombosit atau platelet dapat dihitung dengan menggunakan cara kuantitatif

    dan kualitatif. Nilai rujukan : 150-350 x 103/ uL.

    d. Retikulosit8

    Retikulosit merupakan eritrosit muda tidak berinti, ada sisa RNA minimal 2

    partikel granula atau 1 partikel granula dengan filament, tidak di tepi

    membrane sel.Dapat diperiksa dengan pewarnaan New Methylen Blue,

    Brilliant cresyl blue, purified azure B, acridine orange. Nilai relative : 0,5-1,5

    %. Nilai absolute : 25000-75000 / uL darah.

    2. Pemeriksaan Hapus Darah Tepi8

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    7/31

    7

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk evaluasi morfologi sel darah tepi, memperkirakan

    jumlah leukosit, dan trombosit serta mengidentifikasi parasit. Misalnya malaria,

    microfilaria, trypanosome.

    a.

    Eritrosit: pelaporan meliputi Size, Shape, dan warna ( staining characteristic).

    Eritrosit normal ukuran 6-8 u, warna merah dengan daerah pucat bagian

    tengah. Ukuran normal diesbut normosit. Bila ukuran bervariasi disebut

    anisositosis, variasi abnormal bentuk disebut poikilositosis. Eritrosit hipokrom

    yaitu eritrosit dengan daerah berwarna pucat di tengah lebih luas. Polikromasi

    adalah eritrosit berwarna kebiruan di antara eritrosit normal berwarna merah.

    b. Leukosit : Dilakukan dengan hitung jenis leukosit. Urutan baku : Basofil,

    eosinofil, batang, segmen, limfosit, monosit. Dilakukan pemeriksaan terhadap

    100 sel.

    Tabel 1.Hitung Jenis Leukosit8

    Jenis

    Leukosit

    % /uL

    Basofil 0-1 0-100

    Eosinofil 1-3 50-300

    Batang 1-5 50-500

    Segmen 50-70 2500-7000

    Limfosit 20-40 1000-4000

    Monosit 1-6 50-600

    3. Laju Endap Darah8

    Untuk mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma pada suatu intervalwaktu. Sensitif tapi tidak spesifik. Nilai rujukan : 0-10 mm/jam pada pria dan 0-15

    mm/jam pada wanita.

    4.

    Pemeriksaan Kadar / status besi9

    a. Kadar besi serum (BS): mengukur kadar besi serum yang berikatan dengan

    transferin.

    b.

    Total Iron Binding Capasity (TIBC): Mengukur banyaknya besi yang dapat

    diikat transferin bila serum dijenuhkan dengan besi. Normal : rasio BS :DIBT

    = 1:3

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    8/31

    8

    c. Saturasi Transferin: Persentase transferin yang berikatan dengan besi dengan

    rumus:BS / DIBT x 100 %. Nilai rujukan : 20-45 % transferin jenuh dengan

    besi.

    d. Ferritin serum: indikator awal mendeteksi defisiensi besi. Nilai rujukan :

    wanita 10-200 ng/mL. Pria 30-300 ng/mL

    Tabel 2. Tahapan Anemia Defisiensi Besi dan Pemeriksaan Laboratorium9

    Ferritin Saturasi

    Transferin

    Hemoglobin

    Tahap I Menurun Normal Normal

    Tahap II Menurun Menurun Normal

    Tahap III Menurun Menurun Menurun

    5. Pemeriksaan Sumsum Tulang8

    Dapat dipakai untuk membantu menetapkan diagnosis kelainan hematologi,

    menentukan stadium penyakit, memantau kemoterapi, dan menetapkan cadangan besi

    sumsung tulang. Hal yang dinilai :

    a. Penilaian kepadatan sel , normal densitas 25-50 %

    b.

    Penilaian trombopoesis : menilai keadaan megakariosit, mudah

    ditemukan/normal/ jarang.

    c. Aktivitas eritropoesis : dominan sel, kelainan morfologi, dll.

    d.

    Aktivitas granulopoesis : dominan sel, kelainan morfologi, dll.

    Pada defisiensi besi periksa juga hemosiderin sumsung tulang dengan Perls

    Stain, pada anemia defisiensi besi hemosiderin sumsum tulang berkurang /

    kosong.

    6. Pemeriksaan Feses8

    Mencari adanya perdarahan melalui traktus digestivus. Secara makroskopik dilihat

    warna tinja, mikroskopik dilihat ada tidak nya eritrosit, telur cacing, parasit, untuk

    pemeriksaan kimia lakukan tes darah samar.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    9/31

    9

    7. Pemeriksaan Urin8

    Mencari ada tidaknya perdarahan di traktus urinarius. Pemeriksaan makroskopik

    dilihat warna urin, mikroskopik dilihat ada tidak nya eritrosit, silinder eritrosit, dan

    hemosiderinuria. Kimia dilakukan tes darah samar.

    8.

    Pemeriksaan Histopatologi10

    Tidak adanyaironstainabledijaringantubuh, termasuksumsumtulangdanhati,

    adalahpenemuanhistologisyang palingbergunapada pasienyangkekurangan zat besi.

    Kelainanjaringanepitel yang non spesifikdilaporkandalamkekuranganzat besi. Ini

    termasukgastric atrophydanclubbingdariviliusushalus.

    Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:11

    Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit

    Didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin

    mulai dari ringan sampai beart. MCV dan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya

    didapatkan pada anemia anemia defisiensi besi dan thalassemia major. MCHC menurun

    pada defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis merupakan tanda

    awal defisiensi besi. Peningkatan anisositosis ditandai oleh peningkatan RDW (red cell

    distribution width). Dulu dianggap pemeriksaan RDW dapat dipakai untuk membedakanADB dengan anemia akibat penyakit kronik, tetapi sekarang RDW pada kedua jenis

    anemia ini hasilnya sering tumpang

    Mengenai titik pemilah MCV, ada yang memakai angka < 80 fl, tetapi apada

    penilitian kasus ADB di Bagian Penyakit Dalam FK UNUD Denpasar, dijumpai bahwa titik

    pemilah < 78 fl memberi sensitivitas dan spesifisitas paling bail. Dijumpai juga bahwa

    penggabungan MCV, MCH. MCHC dan RDW makin meningkatkan spesif isitas indeks

    eritrosit. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin

    menurun.

    Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, dan

    poikilositosis. Makin berat derajat anemia makin berat derajat hipokromia. Derajat

    hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan

    thalassemia. Jika terjadi hipokromia dan mikrositosis esktrim, maka sel tampak sebagai

    sebuah cincin sehingga disebut sel cincin (ring cell), atau memanjang seperti clips, disebut

    sebagai sel pencil (pencil cell atau cigar cell). Kadangkadang dijumpai sel target.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    10/31

    10

    Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tetapi granulositopenia ringan dapat

    dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai

    eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan episode perdarahan akut.

    Konsentrasi Besi Serum Menurun pada ADB, dan TIBC (total iron binding capacity)

    Meningkat

    TIBCmenunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan saturasi

    transferin dihitung clan besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk kriteria diagnosis

    ADB, kadar besi serum menurun < 50 g/dl, total iron binding capacity (TIBC) meningkat >

    350 g/dl, dan saturasi transferin < 15%. Ada juga yang memakai saturasi transferin 1,5 menunjukkan

    ADS dan rasio < 1,5 sangat mungkin karena anemia akibat penyakit kronik.

    Sumsum Tulang Menunjukkan Hiperplasia Normoblastik Ringan Sampai Sedang dengan

    Normoblas Kecil-kecil

    Sitoplasma sangat sedikit dan tepi tak teratur. Normoblas ini disebut sebagai

    micronormoblast.

    Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (Perls stain) menunjukkan

    cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif). Dalam keadaan normal 40-60%

    normoblast mengandung granula feritin dalam sitoplasmanya, disebut sebagai sideroblas. Pada

    defisiensi besi maka sideroblast negatif. Di klinik, pengecatan besi pada sumsum tulang dianggap

    sebagai baku emas (gold standard) diagnosis defisiensi besi, namun akhir-akhir ini perannya

    banyak diambil alih oleh pemeriksaan feritin serum yang lebih praktis.

    Studi Ferokinetik

    Studi tentang pergerakan besi pada siklus besi dengan menggunakan zat radioaktif. Ada

    dua jenis studi ferokinetik yaituplasma iron transport rate (PIT)yang mengukur kecepatan besi

    meninggalkan plasma, dan erythrocyte iron turn over rate (EIT) yang mengukur pergerakan

    besi dan sumsum tulang ke sel darah merah yang beredar. Secara praktis kedua pemeriksaan

    ini tidak banyak digunakan, hanya dipakai untuk tujuan penelitian.

    Perlu Dilakukan Pemeriksaan untuk Mencari Penyebab Anemia Defisiensi Besi

    Antara lain pemeriksaan feses untuk cacing tambang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan

    semikuantitatif, seperti misalnya teknik Kato-Katz, pemeriksaan darah samar dalam feses,

    endoskopi, barium intake atau barium inloop, tergantung dari dugaan penyebab efisiensi besi

    tersebut.

    DIAGNOSIS KERJA

    Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan

    pemeriksaan fisis yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga

    tahap diagnosis ADB. Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur

    kadar hemoglobin atau hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria yang dipilih, apakah

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    12/31

    12

    kriteria WHO atau kriteria klinik. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi,

    sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.

    Secara laboratoris untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (tahap satu dan

    tahap dua) dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteria

    Kerlin et al) sebagai berikut:

    Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    13/31

    13

    lapangan ditemukan hubungan yang nyata antara derajat infeksi cacing tambang dengan

    cadangan besi pada laki-laki, tetapi hubungan ini lebih lemah pada perempuan.

    Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi besi yang

    disebabkan oleh karena infeksi cacing tambang berat (TPG > 2000). Anemia akibat cacing

    tambang sering disertai pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan. Pada

    pemeriksaan laboratorium di samping tanda-tanda defisiensi besi yang disertai adanya

    eosinofilia. Pada suatu penelitian di Bali, anemia akibat cacing tambang dijumpai pada 3,3%

    pasien infeksi cacing tambang atau 12,2% dan 123 kasus anemia defisiensi besi yang

    dijumpai.

    Jika tidak ditemukan perdarahan yang nyata, dapat dilakukan tes darah samar (occult

    blood test)pada feses, dan jika terdapat indikasi dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau

    bawah.

    DIAGNOSIS BANDING

    Pada pasien dengan anemia mikrositik hipokrom, kemungkinan diagnostik utama

    adalah anemia defisiensi besi, talasemia, anemia karena penyakit kronik, dan anemia

    sideroblastik. Beberapa tes laboratorium sering berguna untuk diagnosis banding (Tabel

    3). Defisiensi zat besi ringan dapat membingungkan dengan turunan talasemia ataudengan bentuk dua penghapusan dari talasemia (-/- atau --/). Pada bentuk ringan

    dari talasemia ini, mikrositosis lebih nyata daripada hipokromia; karenanya; konsentrasi

    hemoglobin rata-rata (MCHC) biasanya normal. Distribusi ukuran sel darah merah lebih

    seragam dibandingkan pada defisiensi zat besi. Sel target dan bintik-bintik basofilik

    biasanya lebih nyata pada talasemia dibandingkan pada defisiensi zat besi. Hemoglobin

    A2 meningkat pada turunan talasemia dan menurun pada defisiensi zat besi dan

    talasemia . Jika pasien dengan turunan talasemia mengalami defisiensi zat besi, kadar

    hemoglobin A2 dapat turun menjadi normal. Zat besi serum normal atau meningkat

    pada talasemia dan menurun baik pada defisiensi sat besi dan anemia akibat penyakit kronik.

    Tes laboratorium yang ditunjukkan pada tabel tersebut tidak terlalu membantu dalam

    menentukan apakah pasien dengan penyakit inflamasi kronik, seperti artritis reumatoid,

    telah mengalami kekurangan zat besi. Temuan kadar serum feritin yang rendah atau tidak

    adanya cadangan zat besi pada aspirasi sumsum tulang dapat merupakan diagnostik

    defisiensi zat besi pada pasien yang demikian. Suatu percobaan terapi zat besi mungkin

    diperlukan untuk meredakan prasangka tersebut. Diagnosis anemia skleroblastik tergantung

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    14/31

    14

    pada penampakan sideroblas bercincin pada sumsum tulang. Pasien ini sering memiliki

    populasi sel darah merah mikrositik hipokrom, walaupunMCHCbiasanya normal.12

    Tabel 3. Diagnosis Banding Anemia Mikrositik Hipokrom

    Anemiadefisiensi besi

    Turunantalasemia trait

    Anemia karenapenyakit kronis

    Anemiasideroblastik

    Zat besi N

    TIBC N N

    Feritin serum N

    Protoporfirin

    sel darah

    N atau N

    HbA2 N Catatan : = meningkat, = menurun, N = normal, TIBC = kapasitas ikat besi total

    1. Anemia pada Penyakit Kronik

    Di antara berbagai anemia yang paling sering ditemukan terdapat anemia yang

    menyertai berbagai penyakit kronik.Anemia yang terjadi bersifat normositik/normokromik

    atau mikrositik/hipokromik. Penanganan keadaan yang mendasari akan mengoreksi anemia ini;

    hanya sebagian dari terapi eritropoitin yang berhasil dengan baik.

    12

    Lemah badan, penurunan berat badan, pucat merupakan tanda-tanda dari penyakit kronis.

    Baru kemudian diketahui bahwa bahwa pada pasien tuberkulosis, misalnya timbul keluhan

    seperti tadi dan ternyata disebabkan oleh anemia pada infeksi. Cartwright dan Wintrobe

    menyebutkan bahwa peneliti-peneliti di Perancis tahun 1842 membuktikan bahwa pasien

    tifoid dan cacar mengandung massa eritrosit yang lebih rendah dibandingkan orang normal.

    Belakangan diketahuibahwa penyakit infeksi seperti pneumonia, syphilis, HIV-AIDS dan juga

    pada penyakit lain seperti artritis reumatoid, limfoma Hodgkin, kanker, sering disertai

    anemia, dan diintroduksi sebagai anemia penyakit kronik.13

    Alasan untuk mengatakan bahwa anemia yang ditemukan pada berbagai kelainan

    klinis kronis berhubungan, karena mereka mempunyai banyak macam gambaran klinis, yakni:

    kadar Hb berkisar 7-11 g/dl

    kadar Fe serum menurun disertai TIBC yang rendah

    cadangan Fe jaringan tinggi

    produksi sel darah merah berkurang.13

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    15/31

    15

    Anemia umumnya berbentuk normokrom-normositer, meskipun banyak pasien

    memberi gambaran hipokrom dengan MCHC < 31g/dl dan beberapa mempunyai sel

    mikrositer dengan MCV

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    16/31

    16

    artritis rematoid, lupus eritematosus sistemik, vaskulitis (misalnya arteritis temporalis),

    sarkoidosis, enteritis regionalis, dan cedera jaringan misalnya fraktur.12

    Anemia jenis ini juga sering ditemukan pada penyakit keganasan, termasuk penyakit

    Hodgkin dan berbagai tumor padat misalnya karsinoma paru dan payudara. Pada pasien

    kanker, faktor lain mungkin berperan menimbulkan anemia yang lebih parah. Pada

    pasien kanker saluran makanan atau uterus, kehilangan darah merupakan faktor utama.

    Perdarahan kronik akan menimbulkan defisiensi besi. Selain itu, pasien kanker dapat

    menderita anemia progresif bila sumsum tulangnya terinvasi oleh sel tumor. Pasien kanker

    sering mengalami malnutrisi dan mungkin menderita defisiensi folat. Walaupun jarang,

    pasien dengan keganasan diseminata dapat mengalami anemia hemolitik traumatik yang

    berat. Akhirnya, penekanan hematopoisis oleh obat kemoterapi atau terapi radiasi dapat

    memperparah anemia.13

    Terapi utama pada anemia penyakit kronis adalah mengobati penyakit dasarnya. Terdapat

    beberapa pilihan dalam mengobati anemi jenis ini, antara lain:

    Transfusi:

    Merupakan pilihan pada kasus-kasus yang disertai gangguan hemodinamik, tidak ada

    batasan yang pasti pada kadar hemoglobin berapa kita harus memberi transfusi. Beberapa

    literatur disebutkan bahwa pasien anemia penyakit kronik yang terkena infark miokard,

    transfusi dapat menrunkan angka kematian secara bermakna. Demikian juga pada pasien

    anemia akibat kanker, sebaiknya kadar Hb dipertahankan 10-11 gr/dL.

    Preparat besi

    Pemberian preparat besi pada anemia penyakit kronis masih terus dalam perdebatan.

    Sebagian pakar masih memberikan preparat besi dengan alasan besi dapat mencegah

    pembentukan TNF-. Alasan lain, pada penyakit inflamasi usus dan gagal ginjal, preparatbesi terbukti dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Terlepas dari adanya pro dan

    kontra, sampai saat ini pemberian masih belum dapat direkomendasikan untuk

    diberikanpada pada anemia penyakit kronis.

    Eritropoietin

    Data penelitian menunjukkan bahwa pemberian eritropeitin bermanfaat dan sudah

    disepakati untuk diberikan pada pasien anemia akibat kanker, gagal ginjal, mieloma

    multipel, arthritis reumatoid dan pasien HIV. Saat ini terdapat tiga jenis eritropoietin,yakni eritropoietin alfa, eritropoietin beta dan darbopoietin. Masing-masing berbeda

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    17/31

    17

    struktur kimiawi, afinitas terhadap reseptor, dan waktu paruhnya sehingga

    memungkinkan kita memilih mana yang lebih tepat untuk suatu kasus.

    Selain dapat menghindari transfusi beserta efek sampingnya, pemberian eritropoietin

    mepunyai beberapa keuntungan, yakni: mempunyai efek antiinflamasi dengan cara

    menekan produksi TNF-alfa dan interferon-gamma. Dilain pihak, pemberian

    eritropoietin akan menambah proliferasi sel-sel kanker ginjal serta meningkatkan

    rekurensi pada kanker kepala dan leher.

    Dengan demikian mekanismeterjadinya anemia pada penyakit kronis merupakan hal

    yang harus dipahami oleh setiap dokter sebelum memberikan transfusi, preparat besi

    maupun eritropoietin.11,13

    2. Anemia Sideroblastik

    Ini adalah anemia refrakter dengan sel hipokrom dalam darah tepi dan besi

    sumsum tulang yang meningkat; anemia ini dipastikan dengan adanya banyak

    sideroblas cincin (ring sideroblast) yang patologis dalam sumsum tulang. Sideroblas

    cincin ini adalah eritroblas abnormal yang mengandung banyak granula besi yang

    tersusun dalam suatu bentuk cincin atau kerah yang melingkari inti; bukan beberapa

    granula besi yang tersebar secara acak yang tampak bila eritroblas normal diwarnai

    dengan pewamaan besi. Anemia sideroblastik didiagnosis bila 15% atau lebih

    eritroblas dalam sumsum tulang adalah sideroblas cincin, tetapi sideroblas cincin ini

    dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit pada berbagai kondisi hematologic.

    Anemia sideroblastik digolongkan menjadi beberapa jenis dan persamaannya

    adalah adanya suatu defek dalam sintesis heme. Pada bentuk herediter, anemia

    dicirikan oleh suatu gambaran darah yang sangat hipokrom dan mikrositik. Mutasi

    tersering adalah pada gen asam -aminolevulinat sintase (ALA-S) yang terdapat pada

    kromosom X. Piridoksal-6-fosfat adalah suatu koenzim untuk ALA-S. Jenis lain yang

    jarang dijumpai meliputi defek mitokondria, responsif tiamin, dan defek autosom lain.

    Bentuk didapat primer yang lebih sering ditemukan adalah salah satu subtipe

    mielodisplasia. Bentuk ini juga dinamakan 'anemia refrakter dengan sideroblas

    cincin'.

    Pada beberapa pasien, khususnya yang menderita jenis herediter, terdapat

    suatu respons terhadap pemberian terapi piridoksin. Defisiensi folat dapat terjadi dan

    dapat dicoba pemberian terapi asam folat. Walaupun demikian, pada banyak kasus

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    18/31

    18

    berat, transfusi darah berulang adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan kadar

    hemoglobin yang cukup dan penimbunan besi akibat transfusi menjadi suatu masalah

    utama. Pengobatan lain yang telah dicoba pada mielodisplasia (mis. eritropoietin)

    dapat dicoba pada bentuk didapat primer. Ditandai oleh sideroblas bercincin pada

    precursor eritroid yang ternukleasi di dalam sumsum tulang. Karena langkah awal dan

    akhir dari dari sintesis heme terletak di mitokondria, sulit untuk mengetahui apakah

    kelainan itu merupakan penyebab atau akibat dari pemberian zat besi dalam jumlah

    besar. Sebagai tambahan terhadap munculnya sideroblas bercincin, kelainan ini

    memiliki gambaran lain yang sama : hyperplasia eritroid sumsum tulang dengan

    penurunan produksi sel darah merah ( eritropoesis tidak efektif ) ; populasi sel darah

    merah mikrositik hipokrom yang merefleksikan sintesis heme yang terganggu ; dan

    peningkatan nyata zat ebsi serum dan saturasi transferin, kadang diikuti kelebihan zat

    besi secara umum. Anemia sideroblastik dibagi 2 yaitu kongenital dan

    didapat.Anemia sideroblastik kongenital merupakan kelainan terangkai X yang

    jarang. Anemia sideroblastik didapat sering kali berhubungan dengan obat dan toksin

    (alkohol, timbal, INH, kloramfenikol), neoplasma dan inflamasi (Ca, leukemia,

    limfoma, rheumatoid arthritis), kemoterapi dengan agen alkilasi (siklofosfamid).14

    Anemia sideroblastik yang didapat lebih sering idiopatik dan muncul secaraspontan pada individu yang lebih tua. Pertumbuhan dan maturasi yang terganggu

    muncul pada semua garis yang memancar dari sel induk hemopoetik.14

    3. Talasemia

    Adalah sekelompok penyakit kongenital yang berbeda menimbulkan

    terjadinya defek pada sintesis satu atau lebih subunit hemoglobin. Akibat penurunan

    pembentukan hemoglobin, sel darah merah menjadi mikrositik-hipokromik.

    Talasemia mengalami gangguan pembentukan rantai. Talasemia dibagi 2 yaitu

    talasemia mayor dan talsemia minor. Talasemia minor jarang menyebabkan

    gejala klinis yang bermakna. Diagnosa umumnya ditegakkan pada pasien yang sedang

    dievaluasi untuk anemia ringan atau pada tindak lanjut kelainan yang dijumpai pada

    pemeriksaan darah rutin.

    Talasemia mayor disebut juga anemia Cooley, merupakan bentuk terparah

    dari anemia hemolitik congenital. Pasien mengalami gejala anemia berat. Pada pasien

    juga dijumpai temuan yang berkaitan dengan hemolisis intramedularis dan eprifer

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    19/31

    19

    yang parah serta kelebihan besi. Kulit pasien berwarna aneh karena kombinasi ikterus,

    kepucatan, dan penigkatan endapan melanin. Pasien biasanya mengalami kelainan

    tulang akibat ekspansi sumsum eritroid. Pembesaran tulang malar dapat menimbulkan

    wajah khas tupai atau maloklusi rahang. Kardiomegali, hepatomegali, dan

    splenomegali juga dapat ditemukan.

    Diagnosis talasemia mayor harus dipertimbangkan pada tiap pasien anemia

    hemolitik dan sel darah merah mikrositik dan hipokrom.15

    Tabel 5. Diagnosis Diferensial Anemia Defisiensi Besi11

    Anemia

    Defisiensi Besi

    Anemia Akibat

    Penyakit

    Kronik

    Trait

    Thalassemia

    Anemia

    Sideroblastik

    Derajat

    anemia

    Ringan sampai

    berat

    Ringan Ringan Ringan

    sampai berat

    MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

    MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

    Besi serum Menurun < 30 Menurun < 50 Normal / Normal /

    TIBC Meningkat

    >360

    Menurun

    20%

    Meningkat >

    20%

    Besi sumsum

    tulang

    Negatif Positif Positif kuat Positif dengan

    ring

    sideroblast

    Protoporfirin

    eritrosit

    Meningkat Meningkat Normal Normal

    Feritin

    serum

    Menurun

    50 g/l

    Meningkat >

    50 g/l

    Elektrofoesis Normal Normal Hb A2

    meningkat

    Normal

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    20/31

    20

    ETIOLOGI

    Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, ganguan

    absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:

    Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:

    - Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker

    lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

    Perdarahan kronik, khususnya uterus atau saluran cerna adalah penyebab yang utama,

    sebaliknya, defisiensi dari makanan jarang sekali menjadi penyebab tunggal di negara

    maju. Setengah liter darah mengandung sekitar 250 mg besi, walaupun absropsi besi

    dari makanan meningkat pada tahap awal defisiensi besi, keseimbngan besi negative

    biasa terjadi pada perdarahan kronik.

    - Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia

    Menorrhagia sulit dinilai secara klinis, walaupun pardarahan berupa bekuan,

    peggunaan pembalut atau tampon dalam jumlah banyak, atau masa menstruasi yang

    lama kesemuanya menunjukkan perdarahan yang berlebih.

    - Saluran kemih: hematuria

    -

    Saluran napas: hemoptoe11

    Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi

    (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah

    daging).11

    Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan

    kehamilan. Kebutuhan yang meningkat selama masa bayi, remaja, kehamilan, menyusui

    dan pada wanita yang mengalami menstruasi menyebabkan tingginya resiko anemia pada

    kelompok klinis tersebut. Bayi baru lahir mempunyai cadangan besi yang berasal dari

    pemecahan eritrosit yang berlebihan. Sejak usia 3 sampai 6 bulan, terdapat

    kecenderungan kesetimbangan besi negative akibat pertumbuhan. Susu formula

    bersuplemen serta makan campuran yang diberikan sejak usia 6 bulan, khusunya dengan

    makanan yang ditambah besi dapat mencegah difisiensi besi.Diperlukan lebih banyak

    besi untuk meningkatkan massa eritrosit ibu sekitar 35% pada kehamilan, transfer 300 mg

    besi ke janin, dan karena perdarahan pada saat persalinan. Walaupun absorpsi besi juga

    meningkat, terapi besi serigkali diperlukan bilah hemoglobin turun sampai kurang dari 10

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    21/31

    21

    g/dl atau MCV dibawah 82 fl pada trimester ketiga.16

    Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

    Diperkirakan perlu 8 tahun bagi seorang pria dewasa normal untuk menderita anemia

    defisiensi besi hanya akibat diet yang buruk atau malabsorbsi yang menyebabkan tidak

    adanya asupan besi sama sekali. Dalam praktek klinik, asupan yang tidak adekuat atau

    malabsorbsi jarang meupakan penyebab tunggal anemua defisiensi besi, walaupun di

    negara berkembang dapat terjadi defisiensi besi akibat diet yang buruk seumur hidup,

    yang teutama terdiri dari biji-bijian dan sayuran. Meskipun demikian, enteropati yang

    diinduksi gluten, gasterktomi total atau parsial, dan gastritis atopic dapat merupakan

    factor predisposisi untuk terjadinya defisiensi besi.16

    Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan

    perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab

    utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di

    negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam

    masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhagia.11

    Terdapat perbedaan pola etiologi ADB di masyarakat dan di lapangan dengan ADB di

    rumah sakit atau praktek klinik. ADB di lapangan pada umumnya disertai anemia ringan atau

    sedang, sedangkan di klinikADB pada umumnya disertai anemia derajat berat. Di lapangan

    faktor nutrisi lebih berperan dibandingkan dengan perdarahan. Fakta, pada penelitian di Desa

    Jagapati, Bali, mendapatkan bahwa infeksi cacing tambang mempunyai peran hanya pada sekitar

    30% kasus, faktor nutrisi mungkin berperan pada sebagian besar kasus, terutama pada anemia

    derjat ringan sampai sedang. Sedangkan di klinik, seperti misalnya pada praktek swasta, ternyata

    perdarahan kronik memegang peran penting, pada laki-laki ialah infeksi cacing tambang (54%)

    dan hemoroid (27%), sedangkan pada perempuan menorhagia (33%), hemoroid dan cacing

    tambang masing-masing 17%.11

    EPIDEMIOLOGI

    Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai baik di

    klinik maupun di masyarakat. ADB merupakan anemia yang sangat sering dijumpai di negara

    berkembang. Dari berbagai data yang dikumpulkan sampai saat ini, didapatkan gambaran

    prevalensi anemia defisiensi besi seperti tertera pada tabel.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    22/31

    22

    Tabel 6. Prevalensi Anemia Defisiensi Besi di Dunia

    Afrika Amerika Latin Indonesia

    Laki dewasa 6% 3% 16-50%

    Wanita tak hamil 20% 17-21% 25-48%Wanita hamil 60% 39-46% 46-92%

    Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi ADB di Indonesia. Martoatmojo et al

    memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84% pada perempuan tidak hamil. Pada

    pensiunan pegawai negeri di Bali didapatkan prevalensi anemia 36% dengan 61% disebabkan

    oleh karena defisiensi besi. Sedangkan pada penduduk suatu desa di Bali didapatkan angka

    prevalensi ADB sebesar 27%.Wanita hamil merupakan segmen penduduk yang paling rentan pada ABD. Di India, Amerika

    Latin dan Filipina prevalensi ABD pada perempuan hamil berkisar antara 35% sampai 99%.

    Sedangkan di Bali, pada suatu pungunjung puskesmas didapatkan prevalensi anemia sebesar

    50% dengan 75 % anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi. Dalam suatu survei pada 42

    desa di Bali yang melibatkan 1684 Perempuan hamil didapatkan prevalensi ADB sebesar 46%,

    sebagian besar derajat anemia ialah ringan. Faktor risiko yang dijumpai adalah tingkat pendidikan

    dan kepatuhan meminum pil besi.

    Di Amerika Serikat, berdasarkan survei gizi (NHANES tahun1988 sampai tahun 1994,

    defisiensi besi dijumpai kurang dari 1% pada laid dewasa yang berumur kurang dari 50 tahun, 2-

    4% pada laki dewasa yang berumur lebih dari 50 tahun, 9-11% pada perempuan masa

    reproduksi, dan 5-7% pada perempuan pascamenopause.11

    MANIFESTASI KLINIS

    Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi

    Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat dibagi

    menjadi 3 tingkatan :

    Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi

    untuk eritropoesis belum terganggu.

    Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis) : cadangan besi kosong,

    penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara

    laboratorik.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    23/31

    23

    Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi

    Gejala Anemia Defisiensi Besi11

    Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu : gejala

    umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar.

    Gejala umum anemia

    Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai

    pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl.

    Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga

    mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi

    secara perlahan-lahan sering kali sindroma anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan

    dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat, oleh karena

    mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan bails Anemia bersifat simtomatik

    jika hemoglobin telah turun di bawah 7g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang

    pucat, terutama pada konyungtiva dan jaringan di bawah kuku.

    Gejala Khas Defisiensi Besi

    Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis

    lain adalah:

    Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan

    menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok (Gambar 1).

    Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah

    menghilang.

    Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak

    sebagai bercak berwama pucat keputihan Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring

    Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia

    Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, tern, dan

    lain-lain.

    Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly adalah kumpulan

    gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    24/31

    24

    Gejala Penyakit Dasar

    Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab

    anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya penyakit anemia akibat penyakit cacing tambang

    dijumpai dispepsia, parotis membengkak dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti

    jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala

    gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker tersebut.

    11

    PATOFISIOLOGI

    Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin

    menurun. Keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron balance. Keadaan ini

    ditandai dengan penurunan kadar ferritin serum, peningkatan absorpsi besi dalam usus, dan

    pengecatan besi dalam sumsung tulang negative. Apabila kekurangan besi berlanjut terus

    maka cadangan besi akan kosong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis akan

    berkurang sehingga menimbulkan gangguan pembentukan eritrosit tapi secara klinis belum

    tampak, keadaan ini dinamakan iron deficiency erithropoesis. Pada fase ini kelainan pertama

    yang dijumpai adalah peningkatan kadarfree protophorpyrinatauzinc protoporphyrindalam

    eritrosit. Saturasi transferin menurun atau TIBC meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang

    sangat spesifik adalah peningkatan reseptor transferin serum. Apabila jumlah besi menurunterus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun,

    akibat nya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency anemia.

    Pada saat itu juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat

    menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut, dan faring serta gejala lainnya. Jika terjadi

    pengendapan fe yang berlebihan dalam tubuh terutama akan merusak hati, pancreas, dan

    miokardium (hemokromatosis).11

    TATALAKSANA

    Setelah didiagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi terhadap

    anemia defisiensi besi adalah:

    a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing

    tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus dilakukan,

    kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

    b.

    Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron

    replacement therapy):

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    25/31

    25

    Terapi Besi Oral

    Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh karena efektif, murah dan

    aman. Preparat yang tersedia adalah ferrous sulphat (sulfas ferosus) merupakan

    preparat pilihan pertama oleh karena paling murah tetapi efektif. Dosis anjuran

    adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental.

    Pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari

    yang dapat meningkatkan eritropoesis dua sampai tiga kali normal.

    Preparat lain: ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate dan

    ferrous succinate. Sediaan ini harganya lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek

    samping hampir sama dengan sulfas ferosus. Terdapat juga bentuk sediaan enteric

    coated yang dianggap memberikan efek samping lebih rendah, tetapi dapatmengurangi absorbsi besi.

    Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong. tetapi efek

    samping lebih sering dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Pada pasien

    yang mengalami intoleransi, sulfas ferosus dapat diberikan saat makan atau setelah

    makan.

    Efek samping utama besi per oral adalah gangguan gastrointestinal yang

    dijumpai pada 15 sampai 20%. yang sangat mengurangi kepatuhan pasien. Keluhan

    ini dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi. Untuk mengurangi efek samping

    besi diberikan saat makan atau dosis dikurangi menjadi 3 x 100 mg.

    Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang menganjurkan

    sampai 12 bulan, setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi

    tubuh. Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah 100 sampai 200 mg. Jika tidak

    diberikan dosis pemeliharaan, anemia sering kambuh kembali.

    Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vitamin C, tetapi

    dapat meningkatkan efek samping terapi. Dianjurkan pemberian diet yang banyak

    mengandung hati dan daging yang banyak mengandung besi.

    Terapi besi parenteral

    Terapi besi parenteral sangat efektif tetapi mernpunyai risiko lebih besar dan

    harganya lebih mahal. Oleh karena risiko ini maka besi parenteral hanya

    diberikan atas indikasi tertentu.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    26/31

    26

    Indikasi pemberian besi parenteral adalah:

    -

    intoleransi terhadap pemberian besi oral

    - kepatuhan terhadap obat yang rendah

    -

    gangguan pencernaan seperti kolitis ulseratif yang dapat kambuh jikadiberikan besi

    - penyerapan besi terganggu, seperti misalnya pada gastrektomi

    - keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup

    dikompensasi oleh pemberian besi oral, seperti misalnya pada hereditary

    hemorrhagic teleangiectasia

    - kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada kehamilan

    trimester tiga atau sebelum operasi

    - defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eri tropoetin pada anemia

    gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.

    Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex(mengandung 50 mg besi /ml),

    ironsorbitol citric acid complexdan yang terbaru adalah iron ferric gluconate daniron

    sucrose yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan secara intramuskular dalam

    atau intravena pelan. Pemberian secara intramuskular memberikan rasa nyeri dan

    memberikan warna hitam pada kulit. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksianafilaksis, meskipun jarang (0,6%). Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala,

    flushing, mual, muntah, nyeri perut dan sinkop.

    Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan

    mengisi besi sebesar 500 sampai 1000 mg. Dosis yang diberikan dapat dihitung

    melalui rumus di bawah ini:

    Dosis ini dapat diberikan sekaligus atau diberikan dalam beberapa kali

    pemberian.

    Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg

    c. Pengobatan lain

    diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang

    berasal dari protein hewani

    vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi

    transfusi darah: ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian

    transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    27/31

    27

    1. Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung.

    2. Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing

    yang sangat menyolok.

    3. Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepatseperti path

    kehamilan trimester akhir atau preoperasi.

    Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi

    bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid

    intravena.11

    PENCEGAHAN

    Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari

    anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat,

    variasi makanan, termasuk:

    1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain

    yang kaya zat besi, termasuk lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua,

    buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.

    2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan

    buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti,sereal dan pasta.

    3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.

    4.

    Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,

    membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

    Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang yang

    memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama

    ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi. Asupan zat besi yang memadai

    juga penting untuk bayi, vegetarian ketat dan pelari jarak jauh.

    Beberapa orang dengan beresiko tinggi terkena defisiensi besi harus di pertimbangkan dalam

    menggunakan terapi profilaksis. Orang-orang yang memerlukan terapi profilaksis tersebut

    adalah bayi, wanita hamil, anak-anak, pendonor darah, orang yang menggunakan terapi

    aspirin dosis tinggi. 17

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    28/31

    28

    KOMPLIKASI

    Anemia defisiensi besi mengurangi kinerja dengan memaksa otot untuk bekerja pada

    tingkat yang lebih tinggi dari pada orang sehat, selama metabolisme anaerobik. Hal

    ini diyakini karena kekurangan enzim pernapasan yang mengandung besi daripada

    anemia.

    Anemia berat karena penyebab apapun dapat menyebabkan hipoksemia dan

    meningkatkan terjadinya insufisiensi koroner dan iskemia miokard. Demikian pula,

    dapat memperburuk status paru pasien dengan penyakit paru kronis.

    Cacat dalam struktur dan fungsi jaringan epitel dapat diamati pada defisiensi besi.

    Kuku menjadi rapuh atau kaku dengan perkembangan koilonychia (kuku berbentuk

    sendok). Lidah dapat menunjukkan atrofi papila lingual dan tampak mengkilap.

    Angular stomatitis dapat terjadi dengan fisure di sudut-sudut mulut. Disfagia

    mungkin terjadi dengan makanan padat, dengan anyaman dari mukosa pada

    pertemuan hipofaring dan esofagus (Plummer-Vinson sindrom); hal ini dapat

    dikaitkan dengan karsinoma sel skuamosa daerah krikoid. Atrophic gastritis terjadi

    pada defisiensi zat besi dengan kehilangan progresif sekresi asam, pepsin, dan faktor

    intrinsik dan pengembangan antibodi untuk sel parietal lambung. vili usus kecil

    menjadi tumpul.

    Intoleransi udara dingin berkembang di seperlima dari pasien dengan anemia

    kekurangan zat besi kronis dan terjadi oleh karena gangguan vasomotor, nyeri

    neurologik, atau mati rasa dan kesemutan.

    Anemia defisiensi besi berat dapat dikaitkan dengan papilledema, peningkatan

    tekanan intrakranial, dan gambaran klinis cerebri pseudotumor. Manifestasi ini

    diperbaiki dengan terapi besi.

    Gangguan fungsi imun dilaporkan pada pasien kekurangan zat besi, dan ada laporan

    bahwa pasien rentan terhadap infeksi, namun bukti bahwa hal tersebut adalah akibat

    langsung yang disebabkan oleh kekurangan zat besi kurang meyakinkan karena

    adanya faktor lain.

    Anak-anak kekurangan zat besi mungkin menunjukkan gangguan perilaku.

    Gangguan perkembangan neurologis pada bayi dan kinerja skolastik berkurang pada

    anak usia sekolah. IQ anak-anak sekolah dengan defisiensi zat besi terlihat lebih

    rendah daripada anak seusianya. Gangguan perilaku dapat bermanifestasi sebagai

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    29/31

    29

    gangguan defisit perhatian. Pertumbuhan terganggu pada bayi dengan defisiensi

    besi. Semua manifestasi dapat membaik pada terapi besi.18

    PROGNOSIS

    Anemia defisiensi zat besi adalah gangguan yang mudah diobati dengan hasil yang sangat

    baik, namun bisa buruk jika disebabkan oleh suatu keadaan yang mendasarinya memiliki

    prognosis buruk, seperti neoplasia. Demikian pula, prognosis dapat diubah oleh suatu

    kondisi penyerta seperti penyakit arteri koroner.

    Penutup

    Pada kasus ini, hal yang pertama harus dilakukan adalah melengkapi hasil

    pemeriksaan laboratorium, yaitu dengan menentukan nilai besi serum, DIBT, saturasi

    transferrin, ferritin serum, dan reseptor transferring (bila perlu). Dan bila dengan

    pemeriksaan-pemeriksaan tsb masih belum terlalu meyakinkan diagnosis, dapat dicoba untuk

    melihat cadangan besi sumsum tulang dengan pewarnaan biru Prussia. Setelah ditemukan

    adanya hasil yang menunjang diagnosis pasti anemia defisiensi besi, perlu dicari etiologi

    pasti penyebab anemia yang diderita pasien. Pada kasus ini, Ny. A 30 tahun tersebut

    menderita penyakit anemia defisiensi besi karena kurangnya asupan besi pada makanannya.

  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    30/31

    30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anemia. Dalam: Gleadle, Jonathan.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan

    Fisik.Jakarta:Erlangga; 2003. h. 84-5.

    2.

    Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Silbernagl,Stefan. Teks & Atlas Berwarna

    Patofisiologi. Jakarta : EGC ; 2007. h.38-9

    3.

    Pemeriksaan Konjuctiva dan Sklera. Dalam: Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar

    Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC; 2009.h.151

    4. Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

    Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FK UI; 2006.h.634-40

    5. Pemeriksaan Kelenjar Limfe. Dalam: Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan

    Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009.h.167-86. Pemeriksaan Hati, Limpa, dan Massa Abdomen. Dalam: Bickley, Lynn. Bates Buku

    Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h. 342-9

    7. Hitung Darah Lengkap.Diunduh dari http://spiritia.or.id/li/pdf/LI121.pdf. Diunduh 17

    April 2013

    8. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Dalam: Sudiono, Herawati, dkk.

    Penuntun Patologi Klinik Hematologi. Jakarta : FK UKRIDA; 2009. h.38-43 ; 69-74;

    79-81; 88

    9. Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Sudiono, Herawati, dkk. Penuntun Patologi

    KlinikHematologi. Jakarta : FK UKRIDA ; 2009. h.109

    10. Conrad, Marcel. Iron Deficiency Anemia Workup. 4 Agustus 2009. Diunduh dari

    http://emedicine.medscape.com/article/202333-workup#showall.Diunduh 17 April

    2013

    11. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

    Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FK UI ; 2006. h.634-40

    12. Anemia pada Penyakit Kronik. Dalam : Isselbacher, Braunwald, dkk. Harrison

    Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam volume 4. Edisi 13. Jakarta : EGC ; 2000. h.

    1929-31

    13.

    Anemia pada Penyakit Kronis. Dalam : Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FK UI ; 2006. h.641-42

    14. A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. Kapita Selekta Hematologi Ed. 4. Jakarta :

    EGC, 2005.h.35-7

    http://emedicine.medscape.com/article/202333-workup#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/202333-workup#showall
  • 5/19/2018 Makalah Anemia Defisiensi Besi

    31/31

    31

    15. Talasemia. Dalam: Isselbacher, Braunwald, dkk. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu

    Penyakit Dalam volume 4. Edisi 13. Jakarta : EGC ; 2000.h.1938-40

    16.

    Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Essensial haematology. Jakarta: EGC;

    2005.h.28-31

    17. Greer JP. Wintrobe's Clinical Hematology.USA:Lippincot Williams and

    Wilkins;2008.h.829

    18. Iron deficiency anemia. Edisi 2009. Diunduh dari

    http://emedicine.medscape.com/article/202333-followup#a2649.17 April 2013

    http://emedicine.medscape.com/article/202333-followup#a2649http://emedicine.medscape.com/article/202333-followup#a2649