makalah agroklimatologi pemanasan global.pdf
TRANSCRIPT
MAKALAH AGROKLIMATOLOGI
PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)
OLEH
NAMA : MUSAWIRA
NIM : G111 13 521
KELAS : A
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
kehendak-Nyalah makalah pemuliaan tanaman dengan judul ”Pemanasan Global
(Global Warming)” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan makalah ini ada berbagai macam hambatan atau
masalah, akan tetapi berkat bimbingan dari dosen mata kuliah yang bersangkutan,
dan juga masukan dari teman-teman maka masalah-masalah tersebut bisa
terselesaikan.
Kami menyadari, bahwa sahnya dalam penulisan makalah ini masih
memerlukan perbaikan untuk menyempurnakanya. Oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, demi
kesempurnaan makalah kami.
Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat
yang positif bagi semua pihak.
Makassar, 13 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pemanasan Global (Global Warming)
2.2 Penyebab Pemanasan Global
2.3 Dampak Pemanasan Global
2.4 Pengendalian Pemanasan Global
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala aktifitas manusia yang sangat kompleks , seringkali menimbulkan
dua akibat yang bertolak belakang.hal ini bias dilihat dengan semakin
meningkaynya perkembangan teknologi , tidak pelak , menyebabkan suatu
pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan tanpa memakan banyak waktu ,
biaya , serta tenaga yang banyak . Sedang , dilain pihak mengakibatkan tingkat
kesadaran manusia terhadap lingkungan semakin menurun.
Keadaan lingkungan yang kita rasakan semakin hari semakin berubah
menunjukan adanya akibat sampingan dari berbagai aktivitas yang dilakukan
manusia . Pemanasan global merupakan imbas terparah yang sekarang ini kita
rasakan.Perubahan cuaca yang tidak menentu , berbagai macam bencana alam,
kegagalan panen adalah gejala gejala yang ditimbulkan oleh pemanasan global,
dimana telah terjadi perubahan yang signifikan di banding dengan beberapa tahun
yang lalu.
Dengan adanya suhu bumi yang meningkat ,bukan tidak mungkin akan
menghilangkan spesies hewan bersel satu yang sangat rentan terhadap perubahan
suhu serta zat kimia tertentu.Karena itu , beberapa spesies hewan bersel satu ,
bukannya tidak mungkin , kalau tiap tahun, terjadi kenaikan suhu, hewan atau
spesies tersebut dapat punah , jika tidak tahan dengan suhu yang tinggi , atau
bermutasi menjadi spesies baru.
Masalah pemanasan global adalah masalah yang kompleks jika tidak
ditangani dengan baik.karena itu,pemanasan global tidak pernah menjadi masalah
publik yang penyelesaiannya hingga kini tidak kunjung mencapai kata mufakat
tantangan terbesar dalam penyelesaian masalah ini adalah terletak pada individu
masing-masing.
Kini jelaslah bahwa tiap individu punya tanggung jawab yang besar
terhadap lingkungannya.adanya pencemaran yang dihasilkan oleh segala aktivitas
makhluk hidup diyakini menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.terlebih
lagi,manusia yang mempunyai peranan terbesar.individu atau masayarakat yang
tinggal didaerah perkotaan cenderung mempunyai sifat perusak yang paling
besar.betapa tidak,wilayah perkotaan mempunyai perubahan tatanan perilaku
masyarakat yang paling cepat.hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan arus
modernisasi.sedangkan fakta dilapangan , lahan yang seharusnya digunakan
sebagai lahan terbuka hijau (green open space) semakin berkurang . lonjakan
penduduk yang tinggi dan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi dan kepdatan
jumlah penduduk per luas tanah yang melebihi nilai standar , terkadang
menyebabkan orang cenderung membuka lahan baru untuk pemukiman penduduk.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Penanganan masalah pemanasan global
2. Penanaman kesadaran lingkungan pada masyarakat dalam rangka menangani
masalah lingkungan
3. Pengurangan tingkat pencemaran CO2 dengan memberi solusi penggunaan
bahan alternatif
4. Penanganan lahan kritis yang semakin hari kian bertambah
5. Penyelamatan lingkungan terhadap perusakan yang lebih parah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka kita dapat merumuskan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari pemanasan global (global warming)
2. Apa penyebab dari pemanasan global?
3. Apa dampak dari pemanasan global?
4. Bagaimana langkah mengatasi pemanasan global?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan global diartikan sebagai kenaikan temperatur muka bumi yang
disebabkan oleh efek rumah kaca dan berakibat pada perubahan iklim. Perubahan
iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan
dunia. Tingkat kegawatan perubahan iklim global ini terendam dalam dokumen
Kyoto protocol dan United Nation Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC) yang menekankan pentingnya usaha kearah pengurangan emisi CO2
serta penyerapan CO2
di atmosfer. Demikian halnya dalam konferensi PBB
tentang pembangunan dan lingkungan hidup atau United Nation Conference on
Environment and Development (UNCED) pada tahun 1992 di Rio Janeiro, Brazil,
di mana menghasilkan dua deklarasi umum yang salah satu di antaranya juga
menekankan bagaimana upaya mengurangi perubahan iklim global
Di Indonesia, fenomena dampak perubahan iklim dan pemanasan global
ditunjukkan dengan adanya berbagai peristiwa bencana alam yang terus
meningkat seperti kekeringan, banjir, kebakaran hutan, tanah longsor,
berkurangnya luas areal hutan dan pertanian, pengurangan keanekaragaman
hayati, penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya air.
Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena
terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan
tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau
karbondioksida (CO2), metana (CH
4) dan nitrous oksida (N
2O) yang lebih dikenal
dengan gas rumah kaca (GRK). Saat ini konsentrasi GRK sudah mencapai tingkat
yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem.
Konsentrasi GRK di atmosfer meningkat karena adanya pengelolaan lahan
yang kurang tepat, antara lain adanya pembakaran vegetasi hutan dalam skala luas
pada waktu yang bersamaan dan adanya pengeringan lahan gambut. Kegiatan-
kegiatan tersebut umumnya dilakukan pada awal alih guna lahan hutan menjadi
lahan pertanian. Kebakaran hutan dan lahan serta gangguan lahan lainnya telah
menempatkan Indonesia dalam urutan ketiga negara penghasil emisi CO2
terbesar
di dunia. Indonesia berada dibawah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah
emisi yang dihasilkan mencapai 2 milyar ton CO2
pertahunnya atau menyumbang
10% dari emisi CO2 di dunia.
Berdasar model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
(Intergovermental Panel On Climate Change ) menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1,1 hingga 6,4°C (2,0 hingga 11,5 °F) antara tahun 1990
dan 2100. Pemanasan ini akan berkelanjutan meskipun kondisi gas gas rumah
kaca telah stabil ,ternyata kemampuan perairan laut menyimpan kapasitas panas
lebih lama daripada daratan. Akibatnya , suhu atau pelepasan panas tersebut
secara tidak langsung menyebabkan kecenderungan suhu permukaan bumi tetap.
2.2 Penyebab Pemanasan Global
1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari.
Sebagian besar energi tersebut terbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini tiba di permukaan bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkas luar. Namun sebagian
panas tetap terperangkap di atmosfir bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang menjadi perangkap
gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan
dipermukaan bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan
suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsenterasi gas-gas ini di atmosfir, semakin banyak
panas terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi. Jika tidak ada efek rumah kaca suhu
bumi hanya -18 oC sehingga es akan menutupi akan menutupi seluruh permukaan
bumi. Namun sebaliknya, apabila gas-gas tersebut berlebihan di atmosfir
mengakibatkan pemanasan global.
2. Pelepasan Gas Metan / CH4
Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik
menunjukan berjuta juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan . Daratan beku itu
mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor keluar dalam
bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang mudah terbakar dan 72
kali lebih kuat daripada CO2. Adapun konsentrasi gas metan di beberapa tempat
mencapai hingga 100 kali diatas normal.Pelepasan gas metan setelahnya mencapai
0.5 megaton per tahun. Kemungkinan kenaikan gas metan di planet di pengaruhi
oleh oleh dua factor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan terlepasnya gas
metan dari tanah beku yang mencair.
3. Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat
berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kontribusi matahri dalam pemanasan global mungkin telah diabaikan.Dua
ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari telah
berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode
tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980–2000.
4. Penebangan Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30
juta hektar , jelas turut meperparah keadaan .Hutan yang selama ini menjadi
pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan global seharusnya
dapat membantu mengurangi pemanasan global .Tapi , dalam kenyataan di
lapangan masalah tersebut sangat akut.Yakni hutan amazon , yang hamper 70%
wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam rangka produksi hasil
daging.Sedangkan di Indonesia itu sendiri , masalah pembabatan hutan tersebut
disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan membuka perkebunan ,
keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil hutan yang jika
dilakukan secara legal memerlukan baiya yang sangat tinggi.Hal tersebut
dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih
sangat rendah.
5. Peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca Negara
Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti menemukan bahwa sumber
gas metan terbesar berasal dari sapid an domba yang sengaja diternakan untuk
diambil wol. Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan
72 kali lebih besar daripada CO2 selama lebih dari 20 tahun .Kenyatan ini sangat
mengejutkan , karena pada dasarnya , jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik
tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000
liter gas setiap hari.
2.3 Dampak Pemanasan Global
Pemanasan Global atau Global Warming memang telah menghantui Bumi,
yang nantinya tidak akan lebih dari satu abad lagi Bumi akan merasakan
dampaknya dengan membuat porak porandanya peradaban penghuni Bumi.
Bencana yang di timbulkan karena perubahan dan ketidak stabilan iklim mulai
banyak menelan korban yang tidak sedikit jumlahnya.
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
utara dari belahan bumi, akan memansa lebih cepat dari adari daerah daerah lain
di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan dan daratan akan
mengecil, yakni disebabkan oleh karena permukaan air laut. Dari es yang terapung
di perairan utara tersebut akan semakin sedikit, serta akn lebih cepat mencair.
Pada daerah yang lebih hangat , udara akan menjadi lebih lembab, karena
penguapan air laut lebih banyak. Tapi, para ilmuwan belum yakin, apakah
penguapan tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan pemanasan lebih lanjut.
Hal ini di sebabkan karena uap air mmpunyai efek mengisolasi panas pada
atmosfer, yang akan menambah panas bumi. Tetapi, uap air yang lebih banyak
juga akan membentuk awan yang lebih banyak sehingga akan memantulkan
cahaya matahri kembali ke angkasa luar.
2. Peningkatan Permukaan Air Laut
Ketika atmosfir menghangat , lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga kan mencairkan banyak es di kutub , terutama di
sekitar Greenland , yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka
laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm (4-10 inchi). selama abad ke 20,
dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm ( 4 – 35
inchi ) .pada abad ke 21.
Perubahan tinggi muka laut akan mempengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm ( 40 inchi ) akan menenggelamkan 6% daerah Belanda ,
17.5% daerah dan banyak pulau – pulau. Erosi dari tebing , pantai , dan bukit pasir
akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai , banjir akibat air
pasang akan meningkat di daratan . Negara negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya , sedangkan negara negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
3. Suhu Global Cenderung Meningkat
Kenaikan suhu yang semakin meningkat menyebabkan kumpulan salju
akan mencair. Akibatnya , musim tanam tiap daerah cenderung lebih lama atau
bahkan semakin lebih semakin gersang. Di sisi lain , tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan Lingkungan
Pembangunan yang dilakukan manusia menyebabkan hewan hewan spesies
tertentu menjadi sulit untuk bermigrasi . Jika terjadi pemanasan global, habitat asal
spesies tertentu menjadi lebih hangat . Jika hal ini terjadi , maka spesies yang tidak
tahan dengan perubahan suhu ini bias mengalami kepunahan .Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu berpindah secara cepat menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak Sosial Politik
a. Perubahan Cuaca dan Lautan
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan panas dan kematian yang di akibatkan oleh
temperature yang panas , sehingga menyebabkan gagal panen yang berakibat
munculnya kelapran dan malnutrisi . Perubahan cuaca yang ekstrim dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es kutub utara dapat menyebabkan penyakit –
penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir , badai , dan kebakaran) dan
kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya di sertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat tempat pengungsian yang seringkali menimbulkan
masalah baru seperti penyakit diare dan kekurangan gizi.
b. Pergeseran Ekosistem
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air maupun penyebaran melalui vektor (makhluk perantara penyebar
penyakit) seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena munculnya
ruang baru (ekosistem baru) untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya
perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit yang sama dengan
virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih kebal terhadap obat tertentu yang
seharusnya dapat membasmi organisme tersebut . Selain itu bias di prediksikan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah di
karenakan perubahan ekosistem yang ekstrim ini. Hal ini juga secara tidak
langsung berdampak pada peningkatan kasus tertentu, seperti ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) demam berdarah denagn musim hujan yang tidak
menentu, kemarau panjang yang berakibat kebakaran hutan.
c. Perubahan Kualitas Lingkungan .
Perubahan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah
pada sungai juga berkontribusi pada penyebaran penyakit melalui air dan
penyebaran penyakit melalui vektor .Hal tersebut di perparah dengan kea aan
tingkat pencemaran udara akibat hasil emisi gas gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi pada penyebaran penyakit menular.
d. Gelombang Panas
Gelombang panas yang ekstrim diperkirakan bias terjadi karena
pemanasan global. Dari suatu model komputer , dapat diprediksi akan adanya
peningkatan gelombang panas hebat di berbagai belahan dunia seiring dengan
naiknya suhu permukaan bumi. Pada model tersebut, lebih lanjut menunjukkan
bahwa jumlah dan intensitas gelombang panas akan lebih besar seperti yang
pernah melanda negara Perancis pada tahun 2003 yang merenggut korban jiwa
1500 orang.
e. Gempa Bumi dan Letusan Gunung Berapi
Dari hasil penelitian di tahun 2001 , ditemukan fakta bahwa konsekuensi
pemanasan global jauh lebih serius daripada yang sebelumnya di bayangkan.
Pemanasan global menambah panas inti bumi yang berakibat gunung gunung berapi
menjadi lebih kuat sehingga menyebabkan letusan gunung berapi menjadi lebih kuat .
Aktivitas gempa bumi di seluruh dunia sekarang lima kali lebihg banyak daripada 20
tahun yang lalu . Penelitian membuktikan sifat merusak gempa bumi menungkat
dengan pesat dan tyren ini terus berlanjut, kecuali masalah pemanasan global diatasi
secara menyeluruh.
f. Situs Purbakala Cepat Rusak
Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan
artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam, banjir, suhu,
yang ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia
600 tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar belum lama ini.
Hilangnya 125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam memunculkan ide
bahwa pemanasan global terjadi lebih “heboh” di daerah kutub. Riset di sekitar
sumber air yang hilang tersebut memperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian
beku dasar bumi.
g. Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan kutub utara memicu problem pada tanaman dan hewan di
daratan yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan sinar matahari
terbenam pada biodata kutub utara. Tanaman disitu yang dulu terperangkap dalam
es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan
pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era
purba.
2.4 Pengendalian Pemanasan Global
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa
depan. Kerusakan yang telah terjadi dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu:
1. Mencari energi alternatif.
Penggunaan energi alternatif yang dapat diperbarui perlu dilakukan di
Indonesia. Pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan bakar
fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Ketiganya mengeluarkan CO2.
Jadi, semakin kita boros menggunakan listrik, semakin banyak CO2 yang
dikeluarkan. Daripada terus-terusan boros listrik dan pemerintah harus
membangun pembangkit listrik berbahan fosil baru untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, lebih baik melakukan hemat listrik. Dengan penghematan ini,
anggaran pemerintah untuk subsidi listrik yang besar bisa dipakai untuk
membangun pembangkit listrik dengan energi bersih, seperti sinar matahari, air,
angin, biomassa, dan panas bumi.
2. Melestarikan hutan
Masyarakat dan pemerintah harus berupaya bersama-sama dalam menjaga
hutan dari kebakaran. Negara-negara lain memandang kebakaran hutan yang
kerap terjadi di Indonesia merupakan penyumbang CO2 terbesar di dunia.
Bahkan, Indonesia dituding 15 menjadi Negara ketiga penyumbang pemanasan
global karena penebangan hutan dan pembakaran hutan yang cukup besar terjadi
beberapa tahun belakangan ini.
3. Penanaman pohon.
Penanaman pohon secara masal juga perlu dilakukan, misalnya dengan
membuat taman kota, hutan kota, dan kewajiban menanam bagi instansi,
perumahan, atau lembaga lain.Terutama , pada kanan kiri jalan raya , sebaiknya di
tanami pohon pohon , semak , bunga. Hal tersebut mempunyai manfaat selain
memperindah tata kota juga bermanfaat dalam penghambatan proses pemanasan
global yang lebih parah.
4. Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi.
Uji emisi adalah sarana untuk memperoleh kepastian mengenai kinerja
mesin kendaraan apakah dalam kondisi prima atau sebaliknya. Melakukan uji
emisi dengan benar terhadap kendaraan bermotor juga harus dilakukan karena
mesin prima mengeliminer pembuangan gas karbon sehingga dapat ikut menjaga
lingkungan dan hemat bahan bakar. Perlu sanksi yang tegas terhadap pelaku uji
yang meloloskan kendaraan yang mesinnya bermasalah. Uji emisi yang benar
antara lain dapat berfungsi untuk tiga hal berikut:
a) Mengetahui efektivitas proses pembakaran bahan bakar pada mesin
dengan cara menganalisis kandungan karbon monoksida (CO) dan
hidrokarbon (HC) yang terkandung di dalam gas buang. Tingginya
kandungan HC yang diakibatkan oleh kerusakan kendaraan disebabkan
oleh beberapa factor antara lain seperti kebocoran pada system vakum,
system pengapian yang tidak bekerja dengan baik, kerusakan pada engine
control unit, kerusakan pada oksigen sensor, dan gangguan pada system
pasokan udara.
b) Mengetahui adanya kerusakan pada bagian-bagian mesin kendaraan.
c) Membantu saat melakukan setting campuran udara dan bahan bakar yang
tepat.
5. Membina kelompok pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pecinta lingkungan.
Upaya sadar lingkungan mulai digerakkan sedini mungkin pada anak-anak
dan remaja. Salah satu upayanya adalah dengan membentuk dan membina
organisasi dan klub pecinta lingkungan. Walaupun hasilnya tidak dapat dilihat
secara langsung dan cepat, setidaknya strategi serta upaya untuk mereduksi efek
global warming haruslah didukung oleh segenap masyarakat. Pada akhirnya,
masyarakat juga yang akan merasakan manfatnya. Efek pemanasan global tidak
dapat dicegah hanya melalui individu, melainkan butuh kerja sama semua pihak.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika kita memulai upaya sadar lingkungan
mulai saat ini demi generesai yang akan datang. Mari bertindak nyata untuk masa
depan bersama.
6. Manajemen lingkunagn.
Manajemen lingkungan merupakan suatu proses yang menekankan upaya
peningkatan efisiensi dengan meminimalisasi pengeluaran limbah melalui proses
produksi atau teknologi bersih lingkungan. Minimalisasi limba terdiri dari
aktivitas 3R reduce (kurang), recycle (daur ulang) dan reuse (penggunaan
kembali). Dengan aktivitas 3R, kita dapat menghemat penggunaan sumber daya
alam dan melindungi alam dari kerusakan-kerusakan. Bila sistem manajemen
lingkungan diterapkan, peningkatan kadar karbondioksida yang mengakibatkan
punahnya spesies hewan, kenaikan permukaan air laut dan merebaknya penyakit
langka dapat dihindari. Namun fakta menunjukkan bahwa gejala-gejala akibat
pemanasan global secara nyata tengah dihadapi manusia
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim,
punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit.
2. Pemanasan global merupakan perubahan suhu yang terjadi di atmosfer, laut
dan darat.
3. Penyebab pemanasan global antara lain efek dari rumah kaca dan umpan
balik.
4. Dampak dari global warming, menipisnya es, kebakaran hutan, ketinggian
gunung berkurang, satelit bergerak cepat, pengukuran kasus alergi.
5. Cara untuk mengurangi global warming, yaitu dengan cara menghilangkan
karbon, dan menanam pohon sebanyak mungkin untuk menekan tingginya
peningkatan CO2.
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada segenap lapisan masyarakat, terutama kepada
pelajar yang akan memegang tongkat estafet dalam mengelola bumi di masa yang
akan datang, untuk lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber
daya alam. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam haruslah berwawasan
lingkungan. Selain itu, kita harus menanamkan segala kebiasaan yang mampu
menekan pemanasan global seperti menghemat listrik, menggunakan alat
elektronik yang hemat listrik dan ramah lingkungan, menghemat BBM, dan
melakukan penghijauan disekitar lingkungan kita.
DATAR PUSTAKA
Effendi. 2001. Pemanasan Global. Erlangga: Jakarta.
Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo. 2007. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat
Pemanasan Global?. Penebar Plus: Bogor.
IPPC. 2001. Climate Change 2001 : Impacts, Adaption, and Vlnerabiliy,
Summary for Policy Makers, Wirking Grup.
http://www.usgcrp.ov/ipcc/htm/specerp.html. Diakses 13 Desember 2014.
Kodra, AS. Hadi dan Syaukani HR, 2004. Bumi Makin Panas, Banjir Makin Luas,
Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan, Yayasan Nuansa Cendekia,
Bandung.
Riyanto. 2007. Jurnal Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warming).
VALUE ADDED, Vol.3, No.2, Maret 2007 – Agustus 2007 http://jurnal.unimus.ac.id
Winarso, P.A. 2009. Modul Pemanasan dan Perubahan Iklim Global. Akademi
Meteorologi dan Geofisika: Jakarta.